• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

IV-1

BAB IV

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN

LINGKUNGAN

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan serta analisisnya.

4.1 ANALISIS SOSIAL

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Aspek Sosial pada pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya terutama dalam rangka konsultasi masyarakat, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi, dan permukiman kembali penduduk (resettlement).

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman

(2)

IV-2 kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek.

Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

4.1.1 Pengarusutamaan Gender

Sebagaimana Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

(3)

IV-3 Tugas dan wewenang pemerintah kabupaten terkait aspek sosial bidang Cipta Karya yang menyangkut pengarusutamaan gender adalah: melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya. Berkenaan dengan tugas dan wewenang kabupaten dalam penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Tabanan, pengarusutamaan gender menjadi komponen utama dalam pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya. Hal ini ditunjukkan dalam pelibatan penduduk perempuan dalam kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) serta program unggulan kabupaten seperti Gerakan Pembangunan Infrastruktur Daerah (Gerbang Indah Serasi) dan juga Program Partisipatif Infrastruktur. Dalam program-program tersebut, kaum perempuan telah diikutkan dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program.

Di samping itu, dengan terpilihnya Bupati Tabanan yang mana merupakan dari kaum perempuan, sedikit banyak telah mempengaruhi paradigma masyarakat khususnya perempuan di Kabupaten Tabanan akan kesetaraan gender sehingga sudah menjadi hal yang lumrah bahwa kaum perempuan dilibatkan dalam seluruh aspek pembangunan di Kabupaten Tabanan.

4.1.2 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Sebagai keluaran atau hasil kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya selayaknya mampu memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Pada Tabel berikut, diidentifikasi kebutuhan penanganan sosial pasca pelaksanaan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang dibagi per sektor. Dimana pada seluruh sektor diidentifikasi aspek sosial yang mencakup konsultasi /sosialisasi kepada masyarakat, pengadaan lahan dan kompensasi, resettlement/permukiman kembali, sasaran masyarakat miskin, pengarusutamaan gender dan jumlah pemanfaat pasca konstruksi. Pada kegiatan sektor Bangkim ( tabel 4.1) , Sektor PBL (Tabel 4.2) tidak ada mengindikasikan jumlah pemanfaat. Sedangkan untuk usulan kegiatan Aie Minum (Tabel 4.3) mengidikasilkan adanya jumlah pemanfaat berupa jumlah sambungan rumah (SR). Sedangkan usulan kegiatan Sektor PPLP (Tabel 4.3) mengindikasikan adanya jumlah pemanfaat berupa jumlah jiwa.

(4)

IV-4 Adapun Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Di Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

(5)

IV-5

Tabel 4.1 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Infrastruktur Sektor Pengembangan Permukiman

NO URAIAN SASARAN PROGRAM

Rencana Tahun Pelaksanaan (Ha) Aspek Sosial 2017 2018 2019 2020 2021 Konsultasi/Sosialisasi Masy Pengadaa n lahan dan kompensa si Resetleme nt Sasaran Masy Miskin PUG Jml Pemanfaat Pasca Konst

I Kawasan Kumuh Perkotaan 59.155 23.12 1.64 0 0

1. Kawasan Gang Melon Desa Banjar Anyar Kec. Kediri 5.91 0.00 0 0 0 √ √ √

2. Kawasan Taman Surodadi Desa Abiantuwung Kec. Kediri 9.06 0.00 0 0 0 √ √ √

3. Kawasan Jalan Wagimin Desa Kedri Kec. Kediri 3.25 0.00 0 0 0 √ √ √

4. Kawasan Banjar Jagasatrudesa Kediri Kec. Kediri 12.62 0.00 0 0 0 √ √ √

5. Kawasan Br. Tengah kangin desa kerambitan kec. kerambitan 0 0.00 0 0 0 √ √ √

6. Kawasan Candi Kuning Desa Candi Kuning kec. Baturiti 0 0.00 0 0 0 √ √ √

7. Kawasan tunggal sari desa dajan peken kec. Tabanan 5.49 0.00 0 0 0 √ √ √

8. Kawasan Br. Gerang Desa dajan peken kec. tabanan 0 0.00 0 0 0 √ √ √

9. Kawasan Br. Lebah Desa dajan peken kec. tabanan 7.96 0.00 0 0 0 √ √ √

10. Kawasan Br.Pande Desa dajan peken kec. tabanan 0 1.64 1.64 0 0 √ √ √

11. Kawasan Uma diwang dan batan nyuh desa batan nyuh kec. Marga 0 7.88 0 0 0 √ √ √

12. Kawasan peken belayu desa peken belayu kec. marga 3.585 3.59 0 0 0 √ √ √

13. Kawasan Jln Garuda desa Bajera kec. selemadeg 0.15 0.15 0 0 0 √ √ √

14. Kawasan Bajera kaja desa Bajera kec. selemadeg 1.64 0.00 0 0 0 √ √ √

(6)

IV-6

NO URAIAN SASARAN PROGRAM

Rencana Tahun Pelaksanaan (Ha) Aspek Sosial 2017 2018 2019 2020 2021 Konsultasi/Sosialisasi Masy Pengadaa n lahan dan kompensa si Resetleme nt Sasaran Masy Miskin PUG Jml Pemanfaat Pasca Konst kec. selemadeg

16. Kawasan Dauh Pala desa Dauh Peken kec. Tabanan 0.62 0.62 0 0 0 √ √ √

17. Kawasan pupuan kota desa pupuan kec.pupuan 7.535 7.54 0 0 0 √ √ √

18. Kawasan pujungan desa pujungan kec. pupuan 1.335 1.34 0 0 0 √ √ √

II Kawasan Permukiman Perdesaan 2,776.0 8,852.6 3,358.4 7,793.7 3,387.0

1. Kec. Kerambitan (Sembung Gede) 683 √ √ √

2. Kec. Kerambitan (Kesiut) 184 √ √ √

3. Kec. Kerambitan (Timpag) 465 √ √ √

4. Kec. Pupuan (Belatungan) 1444 √ √ √

5. Kec. Pupuan (BELIMBING) 2606.60 √ √ √

6. Kec. Pupuan (SANDA) 849.00 √ √ √

7. Kec. Pupuan (BATUNGSEL) 1619.00 √ √ √

8. Kec. Pupuan (KEBON PADANGAN) 1523.00 √ √ √

9. Kec. Pupuan (MUNDUK TEMU) 2255.00 √ √ √

10. Kec. Selemadeg (WANAGIRI) 1427.5 √ √ √

11. Kec. Selemadeg (PUPUAN SAWAH) 217.4 √ √ √

12. Kec. Selemadeg (WANAGIRI KAUH) 805.5 √ √ √

13. Kec. Pupuan (Jelijih Punggang) 908 √ √ √

14. Selemadeg Barat (MUNDEH) 1414.7 √ √ √ 15. Selemadeg Barat (MUNDEH KANGIN) 1047 √ √ √

16. Selemadeg Barat (LUMBUNG) 1730 √ √ √

17. Selemadeg Barat (LUMBUNG KAUH) 1444 √ √ √

18. Selemadeg Barat (ANGKAH) 1725 √ √ √

19. Kec. Pupuan (Jelijih Punggang) 433 √ √ √

20. Kec. Selemedeg Timur (GUNUNG SALAK) 1014 √ √ √

21. Kec. Selemedeg Timur (GADUNGAN) 934 √ √ √

(7)

IV-7

NO URAIAN SASARAN PROGRAM

Rencana Tahun Pelaksanaan (Ha) Aspek Sosial 2017 2018 2019 2020 2021 Konsultasi/Sosialisasi Masy Pengadaa n lahan dan kompensa si Resetleme nt Sasaran Masy Miskin PUG Jml Pemanfaat Pasca Konst

23. Kec. Pupuan (Karyasari) 689 √ √ √

III Kawasan Permukiman Khusus (Permukiman Nelayan, Perbatasan,

Pulau Kecil, Rawan Bencana dsb)

Tabel 4.2 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Infrastruktur Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN SASARA N PENANG ANAN (satuan)

RENCANA PROGRAM ASPEK SOSIAL

SATUAN 2017 2018 2019 2020 2021 /Sosialisasi Konsultasi Masy Pengad aan lahan dan kompen sasi Resetle ment Sasar an Masy Miskin PUG Jml Pemanfaat Pasca Konst -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 9 10 11 12 13 14

I Penyelenggaraan Bangunan Gedung UNIT 8 3 1 1 2 1

1 Pembangunan Gedung Museum Sagung Wah UNIT 1 1 √

2 Pembangunan RS Nyitdah UNIT 4 1 1 1 1 √

3 Pembangunan Gudang Arsip UNIT 1 1 √

4 Pembangunan Gedung DKP UNIT 1 1 √

5 Pembangunan Ruang Rapat UNIT 1 1 √

II Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis kawasan 5 1 1 1 1 1

1 Penataan Pura Pucak Padangdawa kawasan 1 1 √

2 Penataan Kawasan Desa Wisata Pinge kawasan 1 1 √

3 Penataan Kawasan DTWK Tanah Lot kawasan 1 1 √

4 Penataan Kawasan Tradisional Jatiluwih kawasan 1 1 √

(8)

IV-8

NO KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN SASARA N PENANG ANAN (satuan)

RENCANA PROGRAM ASPEK SOSIAL

SATUAN 2017 2018 2019 2020 2021 /Sosialisasi Konsultasi Masy Pengad aan lahan dan kompen sasi Resetle ment Sasar an Masy Miskin PUG Jml Pemanfaat Pasca Konst -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 9 10 11 12 13 14 Wongaya Gede

III Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan kawasan 4 1 1 1 1 0

1 Revitalisasi Gedung Kesenian I Ketut Maria kawasan 1 1 √

2 Rehabilitasi Taman Kota kawasan 1 1 √

3 Penataan Perbatasan Kota Tabanan kawasan 1 1 √

4 Penataan Jalan Gajah Mada kawasan 1 1 √

5 kawasan 0 √

IV Pengembangan RTH kawasan 5 1 1 1 1 1

1 Penataan Pertamanan di Kabupaten Tabanan kawasan 1 1 √

2 Penataan Kawasan Patung Adipura kawasan 1 1 √

3 Penataan Kawasan Sanggulan kawasan 1 1 √

4 Penataan RTH Alas Kedaton kawasan 1 1 √

5 Penataan Hutan Mekori kawasan 1 1 √

V Fasilitasi Ruang terbuka Publik/ Edukasi dan Partisipasi Masy. kecamatan 6 2 1 1 1 1

1 Finishing Open Stage kecamatan 1 1 √

2 Taman Serasi Kec. Kerambitan kecamatan 1 1 √ √

3 Taman Serasi Kec. Tabanan kecamatan 1 1 √ √

4 Taman Serasi Kec. Kediri kecamatan 1 1 √ √

5 Taman Serasi Kec. Marga kecamatan 1 1 √ √

(9)

IV-9

Tabel 4.3 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Infrastruktur Sektor Air Minum

NO

KEGIATAN PENGEMBANGAN

SATUAN

RENCANA PROGRAM ASPEK SOSIAL

SPAM 2017 2018 2019 2020 2021 Konsultasi/Sosialisasi Masy Pengada an lahan dan kompens asi Resetle ment Sasaran Masy Miskin PUG Jml Peman faat Pasca Konst -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 (14) I SPAM Regional

1. SPAM Ayung Lt/detik 400 √ √ √ 120,00

0

II SPAM Perkotaan

1. IKK Kediri Lt/detik 50 √ √ 15,000

2. IKK Tabanan Lt/detik 45 √ √ √ 13,500

3. IKK Selemadeg Barat 200 √ √ √ 60,000

III SPAM Perdesaan

1 Pembangunan SPAM Desa Selabih,Kecamatan Selemadeg Barat Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

2 Pembangunan SPAM Desa Babahan, Kecamatan Penebel Lt/detik 3 √ √ √ √ 900

3 Pembangunan SPAM Desa Senganan (Br.Pagi), Kecamatan Penebel Lt/detik 3 √ √ √ √ 900

4 Pembangunan SPAM Desa Senganan (Br.Senganan Kangin), Kecamatan Penebel Lt/detik 3 √ √ √ √ 900

5 Pengadaan SPAM Desa Biaung, Kecamatan Penebel Lt/detik 3 √ √ √ √ 900

6 Pembangunan SPAM Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

(10)

IV-10

NO

KEGIATAN PENGEMBANGAN

SATUAN

RENCANA PROGRAM ASPEK SOSIAL

SPAM 2017 2018 2019 2020 2021 Konsultasi/Sosialisasi Masy Pengada an lahan dan kompens asi Resetle ment Sasaran Masy Miskin PUG Jml Peman faat Pasca Konst -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 (14) 8

Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 40-75 mm:3500m,Pembuatan bak pompa : 1 unit,Pembuatan broncaptering: 1 unit,dan Pembuatan reservoir 50 m3: 1 unit,di desa Munduktemu

Lt/detik 3 √ √ √ √ 900

9 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 40-75 mm:3000m,Pembuatan bak pompa : 1 unit, Pembuatan reservoir 50 m3: 1 unit,di desa Wanagiri Kauh Lt/detik 3 √ √ √ √ 900

10 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Penatahan Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

11 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Munduk Temu Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

12 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Kebon Padangan Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

13 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Kesiut Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

14 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Tua Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

15 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Sanda Lt/detik 3 √ √ √ √ 900

16 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Sangketan Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

17 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Belimbing Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

18 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Manikyang Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

19 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Tengkudak Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

20 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Tunjuk Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

(11)

IV-11

NO

KEGIATAN PENGEMBANGAN

SATUAN

RENCANA PROGRAM ASPEK SOSIAL

SPAM 2017 2018 2019 2020 2021 Konsultasi/Sosialisasi Masy Pengada an lahan dan kompens asi Resetle ment Sasaran Masy Miskin PUG Jml Peman faat Pasca Konst -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 (14)

22 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Pajahan Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

23 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Belatungan Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

24 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di DesaBatunya, Kec Batiriti Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

25 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Penatahan Kec. Penebel Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

26 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Selabih Kec. Selemadeg Barat Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

27 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Pajahan Kec. Pupuan Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

28 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 -50 mm di Desa Sangketan Kec. Penebel Lt/detik 2 √ √ √ √ 600

IV SPAM Kawasan Khusus

1. Kawasan Kumuh Candikuning Lt/detik 30 √ √ √ √ 9,000

2. Desa Rawan Air Lumbung Kauh Lt/detik 5 √ √ √ √ 1,500

(12)

IV-12

Tabel 4.4 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Infrastruktur Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman

NO

OUTPUT VOL SATUAN TAHUN ASPEK SOSIAL

INDIKATOROUTPUT 2017 2018 2018 2019 2020 Konsultasi/Sosialisa si Masy Penga daan lahan dan kompe nsasi Resetle ment Sasara n Masy Miskin PUG Jml Pemanf aat Pasca Konst RINCIAN -1 -2 -3 -4 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19

PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 1 Jumlah pusat pengolahan limbah komunal dan skala kawasan yang dapat dibangun pada area berrisiko

sanitasi

Meningkatkan Cakupan Pelayanan Sanitasi

Pendampingan Pembangunan IPAL Kawasan di Obyek Wisata Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus Tanah Lot

1 Paket 1

√ 3000

Pendampingan Pembangunan IPAL Kawasan di Ds. Dauh Peken, Kecamatan Tabanan 1 Paket 1 √ 1000

Pembangunan Sanimas di Desa Dajan Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Dauh Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Delod Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Banjar Anyar 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Kediri 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Batannyuh 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Dajan Peken,Kec.Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Delod Peken,Kec. Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Dauh Peken,Kec.Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Kediri, Kec.Kediri 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Banjar Anyar, Kec. Kediri 1 Paket 1 √ √ √ 100

(13)

IV-13

NO

OUTPUT VOL SATUAN TAHUN ASPEK SOSIAL

INDIKATOROUTPUT 2017 2018 2018 2019 2020 Konsultasi/Sosialisa si Masy Penga daan lahan dan kompe nsasi Resetle ment Sasara n Masy Miskin PUG Jml Pemanf aat Pasca Konst RINCIAN -1 -2 -3 -4 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19

Pembangunan Sanimas di Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Dajan Peken, Kec. Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Kediri, Kec. Kediri 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pendampingan Pembangunan IPAL Kawasan di Desa Dauh Peken (Dauh Pala) 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Dajan Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Dauh Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Delod Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Banjar Anyar 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Dajan Peken,Kec.Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Delod Peken,Kec. Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Banjar Anyar, Kec. Kediri 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Denbantas, Kec. Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Bajera,Kec.Selemadeg Barat 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Banjar Tengah,Kec.Kerambitan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Dajan Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Dauh Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Delod Peken 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Banjar Anyar 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Kediri 1 Paket 1 √ √ √ 100

(14)

IV-14

NO

OUTPUT VOL SATUAN TAHUN ASPEK SOSIAL

INDIKATOROUTPUT 2017 2018 2018 2019 2020 Konsultasi/Sosialisa si Masy Penga daan lahan dan kompe nsasi Resetle ment Sasara n Masy Miskin PUG Jml Pemanf aat Pasca Konst RINCIAN -1 -2 -3 -4 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19

Pembangunan SR di Desa Delod Peken,Kec. Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Dauh Peken,Kec.Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Kediri, Kec.Kediri 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Banjar Anyar, Kec. Kediri 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Denbantas, Kec. Tabanan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan SR di Desa Abiantuwung, Kec. Kediri 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Bajera Kec. Selemadeg 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Br Tengah Kec. Kerambitan 1 Paket 1 √ √ √ 100

Pembangunan Sanimas di Desa Candi Kuning Kec. Baturiti 1 Paket 1 √ √ √ 100

2 Panjang Drainse dan Trotoar perkotaan yang tertangani

Prsentase saluran/drainase dan trotoar perkotaan dalam kondisi baik

Pembangunan / RehabilitasiDraenase & Trotoar Ruas Jalan Pulau Seribu 1 Paket 1 √ √ Pembangunan / RehabilitasiDraenase & Trotoar Ruas Jalan Gunung agung 1 Paket 1 √ √

Pembangunan / Rehabilitasi Draenase & Trotoar Ruas Jalan Merak 1 Paket 1 √ √

Pembangunan / Rehabilitasi Draenase & Trotoar Ruas Jalan Gajah Mada 1 Paket 1 √ √

Pembangunan / Rehabilitasi Draenase & Trotoar Pasar Hewan Kediri 1 Paket 1 √ √

(15)

IV-15

NO

OUTPUT VOL SATUAN TAHUN ASPEK SOSIAL

INDIKATOROUTPUT 2017 2018 2018 2019 2020 Konsultasi/Sosialisa si Masy Penga daan lahan dan kompe nsasi Resetle ment Sasara n Masy Miskin PUG Jml Pemanf aat Pasca Konst RINCIAN -1 -2 -3 -4 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19

Delod Peken Kab. Tabanan

Pembangunan Trotoar di Desa Dajan Peken 1 Paket 1 √ √

Pembangunan Trotoar di Desa Delod Peken 1 Paket 1 1 √ √ Pembuatan Terotoarisasi Kota Kecamatan Selemadeg Timur 1 Paket 1 √ √

Saluran Draenase di Banjar Dangin Pangkung Lebah 1 Paket 1 √ √

Pembuatan Gorong-gorong di Dusun Belanban 1 Paket 1 √ √

Pembuatan Trotoarisasi di Br.Basa,Br.Beng, Br.Tembau dan Br. Lebah 1 Paket 1 √ √

Perbaikan Draenase Br. Dinas Tatag 1 Paket 1 √ √

Pembuatan Drainase Br. Batan Duren 1 Paket 1 √ √

Pembuatan Drainase Br. Lalang Pasek 1 Paket 1 √ √

Pembuatan Drainase Br. Cepaka 1 Paket 1 √ √ Pembuatan drainase disebelah barat dan timur lapangan Umum desa Kerambitan 1 Paket √ √

DED BANGKIM 5 Paket √ √

O & M Drainase dan Trotoar di Kab. Tabanan 5 Paket √ √

(16)

IV - 16 4.2 ANALISIS EKONOMI

4.2.1 Kemiskinan

Analisis ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Berdasarkan data yang ada, secara umum Kemiskinan Kabupaten Tabanan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : data kemiskinan makro dan data kemiskinan mikro. Data kemiskinan makro dikeluarkan oleh BPS setiap tahun berdasarkan hasil survey sosial ekonomi nasional (Susenas). Sedangkan data kemiskinan mikro pendataannya dilaksanakan oleh BPS setiap tiga tahun sekali melalui program pendataan perlindungan sosial (PPLS), dan publikasinya dilakukan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Kedua jenis data tersebut berbeda dalam beberapa hal. Data SUSENAS adalah hasil survey, yang hasilnya tanpa nama dan tanpa alamat. Tujuannya untuk memantau perkembangan jumlah penduduk miskin setiap tahun dengan alat ukur pola konsumsi masyarakat. Bila konsumsi per orang di bawah 2.100 kilo kalori per kapita per hari maka dikategorikan sebagai penduduk miskin. Sedangkan data PPLS merupakan hasil survey terhadap seluruh masyarakat miskin yang pelaksanaannya mulai dilakukan tahun 2005, dilanjutkan tahun 2008 dengan mengunakan 14 (empat belas) indikator kemiskinan, sedangkan PPLS tahun 2011 jumlah indikator yang digunakan ditingkatkan menjadi 60 (enam puluh) indikator. PPLS menghasilkan data kemiskinan yang lebih rinci yang berisi by name dan by address, dengan tujuan dapat dijadikan basis data terpadu bagi seluruh program penanggulangan kemiskinan, khususnya dalam menentukan penerima manfaat sasaran program.

Berdasarkan data susenas dapat diketahui perkembangan jumlah penduduk miskin setiap tahun, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 tingkat kemiskinan Kabupaten Tabanan cenderung mengalami penurunan baik dari segi jumlah (31.764 jiwa tahun 2006, menjadi 24.224 jiwa tahun 2011) maupun persentase (7,84 tahun 2006 menjadi 5,62 tahun 2011), kecuali periode tahun 2009 ke 2010. Perkembangan kondisi kemiskinan tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan yakni 4,99% tahun 2009 menjadi 6,96% tahun 2010, hal ini disebabkan oleh karena pada tahun 2010 garis kemiskinan meningkat, disamping itu tahun 2010 terjadi gangguan hama tikus yang meluas pada sektor pertanian khususnya tanaman padi yang terjadi hampir di seluruh kecamatan. Hal ini berdampak langsung pada bertambahnya jumlah penduduk miskin karena berdasarkan data yang ada bahwa penduduk miskin sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Namun kondisi ini sudah mengalami perbaikan di tahun 2011. Hal ini terlihat dari persentase kemiskinan 2010 sebesar 6,96% atau 29.293 jiwa pada tahun 2011 menurun menjadi 5,62% atau 24.224 jiwa, walaupun demikian kondisi ini masih berada di atas rata-rata kemiskinan Provinsi Bali (4,59%). Untuk lebih jelasnya perkembangan penduduk miskin Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada tabel berikut :

(17)

IV - 17

Tabel 4.5

Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Tabanan Tahun 2006 s/d 2011

NO Jenis Data 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2015 1. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) 31.764 30.234 28,517 20.761 29.271 24.224 29.160 2. Persentase Penduduk Miskin (%) 7,84 7,46 6,92 4,99 6,96 5,62 -

Sumber : BPS Kabupaten Tabanan.

Di tahun 2015 dirilis data kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS yang didasarkan pada Hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu (BDT) 2015 sebagaimana tabel berikut.

Tabel 4.6 Data Rumah Tangga Dengan Tingkat Kesejahteraan 40% Terrendah Hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu (BDT) 2015

Kabupaten Tabanan

NO KECAMATAN

DESA JUMLAH RTS JUMLAH

DESIL 1 DESIL 2 DESIL 3 DESIL 4

1 BATURITI 12 Desa 1336 1457 1245 396 4434 2 KEDIRI 15 Desa 802 1300 1291 569 3962 3 KERAMBITAN 15 Desa 334 593 768 370 2065 4 MARGA 16 Desa 416 741 828 285 2270 5 PENEBEL 18 Desa 403 751 873 373 2400 6 PUPUAN 14 Desa 1921 1614 1146 307 4988 7 SELEMADEG 10 Desa 448 753 895 422 2518

8 SELEMADEG BARAT 11 Desa 409 609 617 270 1905

9 SELEMADEG TIMUR 10 Desa 393 691 738 306 2128

10 TABANAN 12 Desa 383 753 935 419 2490

JUMLAH TOTAL 133 Desa 6845 9262 9336 3717 29160

Sumber: BPS, 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total penduduk miskin di Kabupaten Tabanan adalah sejumlah 29.160 rumah tangga. Angka ini melonjak cukup jauh dari tahun 2011 yang didasarkan pada data PPL. Hal ini dapat dijelaskan bahwa cakupan sasaran diperluas dimana sebelumnya menghitung 30% rumah tangga miskin yang masuk pada katagori miskin, sedangkan dalam BDT Tahun 2015dihitung sampai dengan 40% dimana yang dimasukkan adalah yang dalam katagori miskin dan rentan miskin. Sehinga dari hal tersebut, jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Tabanan tercatat sejumlah 29.160 Rumah Tangga.

Pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan akan dapat memberikan kontribusi bagi pengentasan kemiskinan melalui program-program yang dikembangkan terutama di kawasan perdesaan, karena penduduk di Kabupaten Tabanan mayoritas petani yangberada di kawasan perdesaan. Beberapa pembangunan seperti pembangunan PSD Kawasan Agropolitan telah dirasakan manfaatnya pada kawasan perdesaan, untuk kedepannya diharapkan tetap dapat mendukung pembangunan di Kabupaten Tabanan dalam rangka pengentasan kemiskinan.

(18)

IV - 18 4.2.2 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat

Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat sesungguhnya belum pernah dilaksanakan di Kabupaten Tabanan. Namun dapat disampaikan bahwa dari perkembangan sektor perekonomian di Kabupaten Tabanan cenderung mengalami peningkatan dimana salah satunya didukung dengan pembangunan infrastruktur termasuk infrastruktur Bidang Cipta Karya yang merupakan sarana dasar yang langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.

Jika kita ambil contoh prasarana jalan dimana Jalan adalah prasarana yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperlancar mobilitas penduduk dan kegiatan perekonomian suatu daerah. Semakin tinggi tingkat pembangunan suatu daerah, otomatis akan menuntut pembangunan jalan untuk mempermudah mobilitas dan memperlancar arus perdagangan antar daerah. Secara tidak langsung dengan tersedianya prasarana jalan tersebut akan dapat meningkatkan perekonomian suatu wilayah. Apabila kita contohkan pada pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang dilaksanakan pada kawasan agropolitan dengan membangunan akses jalan seperti di Kecamatan Baturiti, Selemadeg Timur dan Pupuan, sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat dimana masyarakat dapat mengangkut hasil pertanian dan perkebunannya dengan lancar dan tepat waktu.

Demikian pula dengan prasarana dasar seperti air minum, mengingat air minum merupakan sarana yang paling mendasar bagi kehidupan, hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Dengan terbangunnya prasarana air minum seperti dalam program PAMSIMAS di Kecamatan Penebel, Marga, Kerambitan, Selemadeg, Selemadeg Barat dan Pupuan, sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dimana sebelumnya masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menikmati sarana air bersih, namun sekarang dengan sudah tersedianya prasarana tersebut, masyarakat dapat menikmatinya langsung di masing-masing rumahnya.

Berdasarkan BPS, secara ekonomi pengukuran tingkat kesejahteraan dapat digambarkan dengan perbandingan antara pengeluaran dan pendapatan seseorang. Namun demikian, kesulitan untuk mengukur pendapatan membuat tingkat kesejahteraan secara moneter didekati dengan besarnya pengeluaran seseorang. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi (Susenas) 2015, pengeluaran masyarakat Kabupaten Tabanan secara rata-rata mencapai Rp1.026.816 per kapita per bulan atau mengalami peningkatan sebesar 3,34% dibanding tahun sebelumnya yaitu Rp 993.587,-. Per kapita per bulan. Peningkatan ini terjadi di komoditas bukan makanan meningkat sebesar 3,19%, yaitu dari Rp573.151 menjadi Rp591.431, sementara komoditas makanan dari Rp420.436 menjadi Rp 435.385 (3,56%).

(19)

IV - 19

Di samping besarnya pengeluaran, dapat dilihat juga dari laju PDRB di Kabupaten Tabanan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai keseluruhan dari semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu wilayah pada jangka waktu tertentu. Ada dua jenis PDRB, yakni PDRB atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan nilai riil sehingga digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu. Sementara PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk menggambarkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan suatu wilayah pada waktu tertentu.

PDRB Kabupaten Tabanan Tahun 2015 atas dasar harga berlaku mencapai 17.203.020,21 juta rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 12.651.398,57 juta rupiah atau meningkat 743.096,49 juta rupiah dibanding dengan tahun 2014. Ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Tabanan seri 2010 pada tahun 2015 sebesar 6,24 persen.

PDRB perkapita Kabupaten Tabanan atas harga berlaku tahun 2015 adalah sebesar Rp. 39.465.520,09. Dapat dikatakan bahwa rata-rata penghasilan penduduk Kabupaten Tabanan sebesar Rp. 3.288.793,34 setiap bulannya. Ini berarti kinerja ekonomi Kabupaten Tabanan sepanjang tahun 2015 tampaknya mengalami perbaikan seiring dengan semakin pulihnya kondisi keamanan yang merupakan faktor penting pendukung sektor pariwisata Kabupaten Tabanan.

Melihat gambaran pertumbuhan ekonomi di atas dapat disampaikan bahwa pembangunan infrastruktur khususnya bidang Cipta Karya, secara tidak langsung telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekonomi lokal masyarakat.

4.3 ANALISIS LINGKUNGAN

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya

(20)

IV - 20

dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

(21)

IV - 21 1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan

infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Tabanan telah disusun pada tahun 2011. Rekomendasi berdasarkan kajian KLHS terhadap Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) untuk RTRWK Kabupaten Tabanan Tahun 2011-2031, khususnya yang terkait dengan RPIJM Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

1) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif Perwujudan Fungsi Pelayanan Kawasan Perkotaan sekitar Kota Inti dari PKN Kawasan Perkotaan Sarbagita terhadap lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan maka diperlukan upaya sebagai berikut:

a. Implementasi PROKASIH secara terpadu terhadap sungai-sungai di kawasan perkotaan;

b. Pemetaan dan menyusun strategi implementasi pengembangan RTHK min 40% di Kaw. Perkotaan Tabanan;

c. Pengembangan mitigasi bencana diprioritaskan pada penguatan institusi penanganan bencana, meningkatkan kemampuan tanggap darurat, meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, meningkatkan keamanan pada sistem infrastruktur/utilitas, bangunan strategis, permukiman dan fasilitas umum (perumahan, sekolah, rumah sakit),

d. Pengembangan kawasan perkotaan dilakukan secara seimbang dengan pengembangan perdesaan untuk menekan urbanisasi.

2) Dalam rangka memitigasi potensi timbulnya konflik pemanfaatan air dalam pemantapan, peningkatan dan pengembangan SPAM maka diperlukan upaya Pengembangan kemitraan pengelolaan sumberdaya air, Perencanaan Teknis Pengembangan Kebutuhan Air (Master Plan), Pola Kerjasama Pemanfaatan Air, Pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya air

3) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif pengembangan tanaman hortikultura dan pemantapan kawasan Agropolitan Baturiti diperlukan upaya sebagai berikut:

a. Konservasi tanah dan air;

b. Pengembangan green belt danau dan sungai;

c. Pengaturan waktu pengolahan lahan disesuaikan dengan musim;

d. Pengembangan jebakan sedimen (sediment trap) pada daerah rawan sedimentasi di sungai dan danau;

e. Pengawasan dan penegndalian secara ketat kegiatan pertanian yang berbatasan dengan kawasan/hutan konservasi;

f. Mempertegas batas-batas hutan konservasi

4) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif pengembangan Kawasan Minapolitan berbasis perikanan budidaya terhadap timbulnya konflik pemanfaatan sumberdaya air maka pemanfaatan air dalam pengembangan Kawasan Minapolitan perlu dilakukan melalui:

a. Pengembangan kemitraan pengelolaan sumberdaya air,

(22)

IV - 22 c. Pola Kerjasama Pemanfaatan Air dengan melibatkan Forum Pekaseh dalam

pengembangan minapolitan

5) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif pengembangan sentra-sentra industri kecil pengolahan hasil perikanan terhadap pencemaran air sungai maka diperlukan upaya mitigasi sebagai berikut:

a. Pengaturan lokasi/penempatan unit-unit pengolahan hasil perikanan pada sentra-sentra industri pada daerah aliran sungai;

b. Pengembangan IPAL Komunal pada sentra-sentra industri;

c. Pengembangan koridor vegetasi di sekitar sentra-sentra industri;

d. Pemanfaatan kembali (reuse) secara maksimal limbah industri.

6) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif Pengembangan zona industri Cepaka, Kaka-Kaba dan Pejaten terhadap meningkatnya pencemaran air maka diperlukan upaya sebagai berikut:

a. Penerapan PROPER terhadap industri pengolahan;

b. Mewajibkan industri pengolahan mengelola air limbah secara baik dan benar;

c. Membangun Unit percontohan IPAL Komunal untuk industri skala kecil;

7) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif Pengembangan agroindustri di kawasan agropolitan terhadap meningkatnya pencemaran air sungai limbah industri hasil pertanian dan menurunnya keanekaragaman hayati akibat meningkatnya pencemaran air maka diperlukan upaya pengaturan/penataan lokasi agroindustri pada daerah aliran sungai dan pengelolaan limbah industri

4.3.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL sebagimana tercantum dalam berikut.

Tabel 4.7 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A Persampahan

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

˗ Luas kawasan TPA, atau ≥ 10 ha

˗ Kapasitas Total ≥ 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut:

˗ Luas Landfill, atau Semua

kapasita/besaran

˗ Kapasitas Total

c. Pembangunan transfer station: Kapasitas ≥ 500 ton/hari d. Pemb. Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: Kapasitas ≥ 500 ton/hari e. Pengolahan dengan insinerator: Kapasitas Semua kapasitas f. Composting Plant: Kapasitas ≥ 500 ton/hari g. Transportasi sampah dengan kereta api: Kapasitas ≥ 500 ton/hari B Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha

b. Kota besar, luas ≥ 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha d. keperluan settlement transmigrasi ≥ 2.000 ha C Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

˗ Luas, atau ≥ 2 ha

(23)

IV - 23

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

b. Pemb. IPAL limbah domestik, termasuk fas penunjangnya:

˗ Luas, atau ≥ 3 ha

˗ Kapasitasnya ≥ 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

˗ Luas layanan, atau ≥ 500 ha

˗ Debit air Limbah ≥ 16.000 m3/hari

D Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: ≥ 5 km

b. Kota sedang, panjang: ≥ 10 km

E a. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan; Luas layanan

≥ 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi; Panjang ≥ 10 km Sumber: Permen LH 5/2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam Tabel 8.2

Tabel 4.8 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan

(i). Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instalasi penunjang:

• Luas kawasan < 10 Ha; atau • Kapasitas total < 10.000 ton (ii). TPA daerah pasang surut

• Luas landfill < 5 Ha; atau • Kapasitas total < 5.000 ton iii). Pembangunan Transfer Station

• Kapasitas < 1.000 ton/hari

v). Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu • Kapasitas < 500 ton

v). Pembangunan Incenerator • Kapasitas < 500 ton/hari

vi). Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos • Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

b. Air Limbah Domestik / Permukiman

(i). Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

• Luas < 2 ha

• Atau kapasitas < 11 m3/hari

(ii). Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah • Luas < 3 ha

• Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

(24)

IV - 24 Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

(sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman

• Luas < 500 ha

• Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari c. Drainase

Permukiman Perkotaan

(i). Pembangunan saluran primer dan sekunder • Panjang < 5 km

(ii). Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

• Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

d. Air Minum

(i). Pembangunan jaringan distribusi: • luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha (ii). Pembangunan jaringan pipa transmisi

• Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km • Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km • Pedesaan, Panjang : -

iii). Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

• Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps • Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

v). Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap • Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

v). Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

• Pelayanan masy. oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps

• Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

e. Pembangunan Gedung

(i). Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2; 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan

gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

(25)

IV - 25 Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

(ii). Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2; 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan

gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

iii). Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2; 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan

gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

(26)

IV - 26 Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

f. Pengembangan kawasan

permukiman baru

(i). Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS,

TNI/POLRI, buruh/pekerja;

• Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan: < 10 ha

(ii). Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

• Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan: < 10 ha

iii). Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

• Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan Kualitas Permukiman

(i). Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhandasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk; • Luas kawasan: < 10 ha

(ii). Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

• Luas kawasan: < 10 ha

iii). Pengembangan kawasan perdesaan untuk

meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

• Luas kawasan: < 10 ha

h. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

(i). Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan

dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

• Luas kawasan: < 5 ha

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

(27)

IV - 27 4.3.3 Isu Pembangunan Berkelanjutan

Bedasarkan Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Tabanan, adapun pengelompokan dan penjelasannya dapat disampaikan seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.9 Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

NO PENGELOMPOKAN ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BIDANG CIPTA KARYA

PENJELASAN SINGKAT

4.1 SOSIAL

1 Pengelolaan persampahan yang belum optimal

Pengelolaan persampahan yang belum optimal dapat mempengaruhi keidupan sosial masyarakat baik dari segi kesehatan dan kelayakan hunian.

Pendekatan sosial dapat diterapkan dalam pengelolaan persampahan berbasis masyarakat seperti TPST 3R atau bank sampah.

Di Kabupaten Tabanan sendiri sudah mulai tumbuh kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan berbasis masyarakat.melalui terbangunnya TPST 3R dan juga bank sampah di masyarakat.

Demikian pula untuk Tempat Pengolahan Akhir, sudah diarahkan kepada controled landfill yang memberikan dampak yang lebih baik kepada lingkungan.

4.2 EKONOMI

1 Perkembangan ekonomi lokal dari

pembangunan infrastruktur permukiman

Perkembangan ekonomi lokal salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur permukiman mengingat infrastruktur permukiman menyentuh kedihupan langsung dari masyarakat yang meliputi air minum, sanitasi, pengembangan permukiman dan juga penataan bangunan dan lingkungan. Perkembangan ekonomi di Tabanan terus mengalami peningkatan yang salah satnya didukung dengan ketersediaan infrastruktur termasuk infrastruktur bidang Cipta Karya.

2 Pembangunan PSD Agropolitan Pembangunan Prasarana dan Sarana Pendukung Agropolitan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian masyarakat di Kabupaten Tabanan. Dari pembangunan PSD Agropolitan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Tabanan seperti di Kecamatan Baturiti, Selemadeg Timur dan Pupuan, dampaknya sangat dirasakan oleh

(28)

IV - 28

NO PENGELOMPOKAN ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BIDANG CIPTA KARYA

PENJELASAN SINGKAT

masyarakat dimana masyarakat mendapatkan akses untuk membawa hasil pertanian dan perkebunannya dengan waktu tempuh yang lebih singkat. Dukungan ini diharapkan dapat terus berlanjut dimana hal ini sangat besar manfaatnya dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Tabanan.

4.3 LINGKUNGAN

1 Kecukupan air baku untuk air minum Contoh: menurunnya kualitas

air dan adanya kebutuhan lainnya khususnya untuk pertanian

Kabupaten Tabanan memiliki sumber mata air yang cukup untuk kebutuhan air baku. Adanya kegiatan pertanian yang merupakan mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat Tabanan berpotensi menyebabkan menurunnya kualitas air baku dengan adanya penggunaan bahan-bahan kimia pada kegiatan pertanian. Demikian juga dari segi kuantitas, adanya kebutuhan untuk pertanian membutuhkan kebijakan dalam pengelolaan air permukaan agar dapat digunakan untuk kebutuhan lainnya. Selain itu, adanya aktifitas permukiman khususnya menyangkut pengelolaan air limbah yang belum optimal, berpotensi mengakibatkan menurunnya kualitas air permukaan.

2. Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal

Contoh: pencemaran tanah oleh tangki septik yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman

Adanya infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal dapat mempengaruhi kualitas lingkungan seperti keberadaan septic tank yang belum standar atau pengelolaan air limbah permukiman yang belum optimal. Hal ini sudah mulai menjadi perhatian oleh masyarakat di Kabupaten Tabanan dimana adanya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan limbah yang lebih baik melalui pembangunan beberapa IPAL Komunal di 40 lokasi..

3. Dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan

Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan

Keberadaan kawasan kumuh di Kabupaten Tabanan cukup mempengaruhi kualitas lingkungan. Adanya kualitas jalan lingkungan yang masih rendah, pengelolaan limbah yang belum optimal, demikian juga pengelolaan persampahan yang belum layak akan berdampak cukup signifikan bagi kualitas lingkungan.

Diperlukan penanganan pengentasan kawasan kumuh secara menyeluruh dari semua sektor untuk meningkatkan kualitas lingkungan pada kawasan tersebut.

(29)

IV - 29

Dari isu pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Tabanan, adapun pengelompokannya didasarkan pasa aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan. Hal ini mengangkut beberapa isu yaitu:

- Pengelolaan sampah yang belum optimal

- Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan infrastruktur permukiman - Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan infrastruktur permukiman - Pembangunan PSD Agropolitan

- Kecukupan air baku untuk air minum

- Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal - Dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan

Seluruh isu ini perlu disikapi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan pelaksanaan pembangunan tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

Gambar

Tabel 4.1 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Infrastruktur Sektor Pengembangan Permukiman
Tabel 4.2 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Infrastruktur Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tabel 4.7  Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
Tabel 4.8 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

Referensi

Dokumen terkait

Hasil amplifikasi gen COI menggunakan DNA template ekstrak DNA genom rotifer terobservasi adanya pita DNA pada posisi sekitar 700 bp.Kualitas hasil pengurutan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut:

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ProShow PADA MATERI SATUAN UKUR DAN

Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2015 mengalami deflasi sebesar 0,73 persen setelah bulan sebelumnya mengalami inflasi yaitu sebesar 1,06 persen. deflasi terjadi

Gas helium yang tercampur pengotor- pengotor berupa karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen, nitrogen, oksigen, dan metana dialirkan dari reaktor ke dalam kolom oksidator

Syukur alhamdulillah Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas hidayah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Gambaran Asupan Kalsium

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di SMAS Taman Mulia Sungai Raya, penggunaan metode mengajar guru pada mata pelajaran sosiologi masih

Jika Anda sering mengalami layar tunda atau tidak merespons ketika menggunakan AcerEXTEND melalui sambungan nirkabel, ini berarti saluran Wi-Fi yang digunakan oleh ponsel