• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIALISASI MENGENAI LITERASI DIGITAL DALAM BIDANG ENTREPREUNERSHIP KEBIDANAN BAGI BIDAN DI PRAKTEK MANDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOSIALISASI MENGENAI LITERASI DIGITAL DALAM BIDANG ENTREPREUNERSHIP KEBIDANAN BAGI BIDAN DI PRAKTEK MANDIRI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIALISASI MENGENAI LITERASI DIGITAL DALAM BIDANG

ENTREPREUNERSHIP

KEBIDANAN BAGI BIDAN DI PRAKTEK

MANDIRI

Luh Ari Arini1, Luh Gede Kusuma Dewi2

1Program Studi D3 Kebidanan UNDIKSHA, 2Program Studi S1 Akuntansi UNDIKSHA

Email : arini.ari@undiksha.ac.id

ABSTRACT

In the era of industrial revolution 4.0, midwives are expected to have an entrepreneurial spirit in developing potential skills and knowledge that midwives have. The Practice of Independent Midwives (PMB) is one of the micro, small and medium enterprises (UMKM), which is a business that sells services and runs in generating profits to cover operational activities and consumables and drugs used in midwifery services. Therefore, to make it easier for midwives to run their business, they must use information technology-based methods in terms of marketing services, service promotion techniques, patient medical records, financial reports, tax reports, reports on medicines and consumables. This can be done as a control in the progress of the business being carried out and control the quality of services that have been provided. Based on the results of observations that have been made, there are still many PMBs who don't know about the digitization system with new literacy. Based on this, a socialization on new literacy was held, which was related to data literacy, technology and humanities and how to apply it to support the midwife's business. Based on the results of the pre-test and post-test, there was an increase in the knowledge of the midwives after attending seminars and workshops. Midwives who took part in this activity felt considerable benefits and felt that they were helped to develop the independent practical business they manage and wanted more intensive digitalization training the next time.

Keywords:Midwife’s practice, New literacy, Entrepreneurship in midwifery

ABSTRAK

Pada era revolusi industri 4.0 ini tenaga profesi bidan diharapkan memiliki jiwa entrepreunership dalam mengembangkan potensi keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki bidan. Praktek Mandiri Bidan (PMB) merupakan salah satu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yang merupakan usaha yang menjual jasa dan berjalan dalam menghasilkan laba untuk menutupi kegiatan operasional dan bahan habis pakai maupun obat-obatan yang digunakan dalam pelayanan kebidanan. Oleh karena itu untuk mempermudah bidan menjalankan bisnisnya harus menggunakan metode yang berbasisikan teknologi informasi baik dalam hal pemasaran jasa, teknik promosi layanan, catatan rekam medis pasien, laporan keuangan, laporan pajak, laporan obat-obatan dan bahan habis pakai. Hal ini dapat dilakukan sebagai kontrol dalam kemajuan usaha yang dijalankan dan kontrol kualitas pelayanan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan masih banyak PMB yang kurang mengetahui tentang sistem digitalisasi dengan literasi baru. Berdasarkan hal itu maka diadakan sosialisasi mengenai literasi baru yaitu menyangkut pada literasi data, teknologi dan humanities dan cara aplikasinya untuk mendukung usaha bidan tersebut. Berdasarkan hasil dari pre-test dan post-test menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan para Bidan setelah mengikuti seminar dan workshop. Bidan yang mengikuti kegiatan ini merasakan manfaat yang cukup besar dan merasa terbantu untuk pengembangan usaha praktek mandiri yang dikelolanya serta menginginkan adanya pelatihan digitalisasi yang lebih intensif dikesempatan berikutnya.

(2)

Kata kunci:Praktek mandiri bidan, Literasi Baru, Entrepreunership kebidanan PENDAHULUAN

Bidan adalah profesi kesehatan yang telah lulus dalam pendidikan formal kebidanan dan diatur dalam perundang-undangan (legislasi) yaitu dengan mengikuti uji kompetensi bidan dan mendapatkan sertifikat uji kompetensi (ter-sertifikasi), kemudian teregistrasi sebagai bidan dan mendapatkan surat tanda registrasi bidan (STR). Bidan yang telah memiliki STR dan bekerja dipelayanan kebidanan kurang lebih selama 2 tahun, dapat membuka praktek bidan secara mandiri setelah memiliki surat ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktek bidan. Praktek mandiri Bidan atau disingkat PMB syaratnya memiliki Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan telah menjalani akreditasi serta peninjauan oleh dinas kesehatan setempat, kemudian dicatat serta diberi izin secara sah dan legal dinas kesehatan terkait untuk menjalankan praktek kebidanan secara mandiri. Bidan yang telah memiliki ijin untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan dibidang kebidanan, diharapkan mampu melaksanakan pelayanan yang terbaik dan optimal. Dalam hal bidan berperan sebagai pemberi pelayanan sekaligus pengelola suatu layanan jasa seperti tempat praktek atau klinik kesehatan, dan dianggap mampu mengelola segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan program pemerintah untuk kemajuan pembangunan terutama pada aspek kesehatan (Nurjasmi, 2015).

Tugas dan tanggung jawab bidan adalah memberikan pelayanan khususnya pada ibu dan anak secara holistik yang meliputi ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, ibu pascapersalinan dan menyusui, Keluarga berencana/KB dan wanita dalam kesehatan reproduksi sampai menopause. Dalam kode

etik profesi bidan menuntut bidan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik kapanpun dan dimanapun mereka membuka praktek mandiri (Widyawati, 2018). Oleh karena itu, bidan tidak hanya melayani kesehatan ibu dan anak, namun masyarakat secara umum seperti di desa-desa di daerah Kabupaten Buleleng, masih banyak warga yang berobat ke praktek mandiri bidan saat jatuh sakit. Bidan Delima adalah sistem standarisasi bagi profesi Bidan dalam meningkatkan kualitas pelayanan bidan di PMB. Kegiatan Bidan Delima menekanan pada kegiatan monitoring dan evaluasi, sertakegiatan pembinaan dan pelatihan yang

berkesinambungan. Program ini

melambangkan pelayanan berkualitas dalam pelayanan kesehatan pada ibu dan anak yang yang meliputi kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar pelayanan prosedur dan kode etik profesi. Bidan Delima memiliki peran yang besar dalam pelayanan kesehatan. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menyebutkan beberapa nilai-nilai yang harus dijunjung oleh Bidan Delima, yaitu: 1). Kepatuhan pada standar pelayanan, 2). Tumbuh Bersama-sama diantara teman sejawat/ dalam tim, 3). Keterbukaan, 4). Profesionalisme dan 5). Kewirausahaan (Fadmiyanor et al., 2019). Semangat dalam berwirausaha diharapkan dapat mewarnai setiap pribadi anggota Bidan Delima, sehingga selalu ada upaya untuk terus maju dan tumbuh lebih baik daripada sebelumnya. Berfokus pada poin kelima diatas, yang menegaskan bahwa Bidan Delima haruslah menjunjung dan menerapkan nilai kewirausahaan sebagai upaya terus maju dan tumbuh lebih baik. Hal ini menunjukkan Profesi Bidan merupakan salah satu usaha

(3)

mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berjalan dalam menghasilkan laba untung menutupi kegiatan operasional dan lainnya. Oleh karena itu untuk mempermudah bidan menjalankan bisnisnya harus menggunakan metode yang berbasisikan teknologi informasi atau digitalisasi baik dalam hal pemasaran jasa, teknik promosi layanan, catatan rekam medis pasien, laporan keuangan, laporan pajak, laporan obat-obatan dan bahan habis pakai. Hal ini dapat dilakukan sebagai kontrol dalam kemajuan usaha yang dijalankan dan kontrol kualitas pelayanan yang telah diberikan (Nurjasmi, 2020).

Sesuai dengan Permenkes No 28 tahun 2017

dalam penyelenggaraan bidan mandiri

diperlukan syarat-syarat tertentu, misalnya

persyaratan akademik, Persyaratan

Penyelenggaraan dan Perizinan; Lokasi, Sarana-Prasarana, dan Persyaratan Bangunan Praktik; Hak dan Kewajiban Bidan Mandiri;

Administrasi dan Manajerial Bidan

Mandiri.Oleh karena itu secara reguler

Praktek mandiri bidan dengan sertifikasi bidan delima harus dilakukan evaluasi dan monitoring terkait dengan aturan permenkes tentang pendirian PMB, sehingga dilakukan akreditasi oleh lembaga atau dinas kesehatan selaku tim Monev yang meliputi manejemen, fasilitas dan pelayanan. Akreditasi tersebut dilakukan untuk meninjau apakah praktek tersebut masih layak untuk beroperasi sesuai dengan kaidah dan persyaratan diatas, dan tidak membahayakan pasien serta melakukan tindakan pelayanan sesuai dengan standar operasional prosedur dan wewenang bidan. Pada era revolusi industri 4.0 bidan dituntut untuk dapat mengetahui tentang literasi baru, yang mana literasi lama seperti menulis dan berhitung tidak lagi digunakan. Perkembangan zaman di era ini menuntut setiap insan mampu berubah kearah yang lebih baik dan berpikir maju.literasi baru yang harus dikuasai bidan terutama yang memiliki pelayanan mandiri

yaitu literasi data, literasi teknologi dan humanities/humaniora. (Andreastuti, 2017). Kemajuan dibidang digital membawa banyak sekali manfaat bagi suatu profesi. Begitu pula dengan PMB, diharapkan tidak menutup diri dari perkembangan teknologi walaupun praktek pelayanan kesehatannya berada di desa-desa. Pengaplikasian teknologi oleh bidan praktek mandiri dalam pencatatan kegiatan operasionalnya akan sangat membantu efektifitas dan efesiensi operasional jasa pelayanan kesehatan yang diberikan. Salah satu yang bisa diterapkan adalah menggunakan sistem informasi digital adalah aplikasi pencatatan keuangan, laporan pajak, barang dan obat-obatan, catatan rekam medis pasien, promosi layanan yang berbasis

desktop dan android (Jaya et al., 2019).

Hasil wawancara dan observasi secara random kepada PMB yang terdapat di Kecamatan Sukasada menunjukkan bahwa masih banyak dari bidan tersebut yang tidak melakukan pencatatan dan laporan keuangan, serta masih melakukan pencatatan laporan rekam medis pasien secara manual. Hal ini berimbas pada kurangnya kontrol terhadap dana pribadi yang digunakan sebagai modal usaha membeli obat-obatan, bahan habis pakai untuk layanan bagi masyarakat yang berobat. Selain itu, para bidan ini tidak memperhitungkan biaya-biaya lain yang keluar saat memberikan layanan kesehatan. Kontrol keuangan dan operasional usaha yang lemah dikhawatirkan tidak dapat memajukan usaha praktek mandiri bidan. Pencatatan rekam medis pasien yang dilakukan secara manual juga akan sangat memberatkan bidan, terjadi penumpukan berkas, resiko hilang dan terjadi kesalahan data-data kesehatan pasien akan lebih besar (Jaya et al., 2019). Berkaitan dengan sistem digital melalui teknologi informasi, para bidan juga menginginkan bisa mempromosikan layanannya lebih luas tidak terbatas dilingkungannya saja.

(4)

Data yang diperoleh dari organisasi profesi bidan (Ikatan Bidan Indonesia/IBI) di Kabupaten Buleleng Tahun 2018, diketahui terdapat anggota bidan mencapai 700 orang, namun yang mampu mendapatkan pengakuan sebagai Bidan Delima baru sekitar 62 orang. Pengakuan sebagai Bidan Delima tentunya melalui proses seperti lulus uji kompetensi, pelayanan berkualitas dan prima, pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standar. Akan tetapi walaupun belum menyandang predikat sebagai Bidan Delima, seorang bidan terutama yang Bidan Praktek Mandiri haruslah menjalankan prinsip kewirausahaan demi perkembangan karirnya yang lebih baik. Berdasarkan keadaan tersebut maka pelaksana pengabdian pada masyarakat ini tertarik untuk melakukan pengabdian dikalangan bidan khususnya yang memiliki usaha praktek mandiri, dengan memberikan pengetahuan dasar melalui seminar dan workshop mengenai literasi baru berbasis digitalisasi dalam berwirausaha untuk menjawab tantangan bidan di era revolusi industri 4.0 ini. METODE

Tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pertama adalah melakukan pendekatan dengan bidan praktek mandiri yang berada di Kecamatan Sukasada melalui permintaan resmi kepada ketua ikatan bidan ndonesia (IBI) cabang Buleleng. Pada tahap awal ini akan disampaikan tujuan diadakan penyuluhan ini dan manfaat yang bisa didapat oleh peserta. Tahap berikutnya adalah persiapan bahan penyuluhan dengan menyusun modul mengenai literasi baru. Oleh karena kondisi pandemi covid-19 dan membatasi kontak langsung dan mencegah timbulnya kluster baru sehingga koordinasi pada bidan di PMB di Kecamatan Sukasada berdasarkan persetujuan dari ketua IBI, dilakukan secara daring/ online. Hasil koordinasi tersebut yaitu

teknik seminar dan workshop menggunakan media/ platform google meet, evaluasi dan monitoring melalui whatsapps group dan google form, persyaratan peserta melampirkan KTP dan NPWP untuk pemberian kuota internet, pembuatan akun aplikasi keuangan dan pajak, jadwal kegiatan dilaksanakan dalam 2 hari berturut-turut.

Adapun alur kegiatan ini yaitu: 1). Seminar mengenai tantangan bidan di era revolusi industri 4.0 termasuk cara promosi layanan melalui media dan 2). Seminar mengenai dasar-dasar kewirausahaan untuk PMB pada hari pertama, 3) Workshop mengenai pencatatan keuangan operasional PMB dan demonstrasi pembuatan website bidan pada hari kedua. Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat dengan skim pengembangan IPTEKS yang mengambil tema seminar dan workshop Bidan di Praktek Mandiri untuk meningkatkan literasi baru secara digital dalam bidang Entrepreunership kebidanan di era Revolusi industri 4.0. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring/ online melalui

video conference dengan menyepakati waktu

bersama peserta dan narasumber sebelumnya. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 2 sampai dengan 6 Agustus 2020 melalui di

Google meet dan di Whatsapp group.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pandemi Covid-19 mulai memasuki kawasan Indonesia pada bulan Maret 2020. Hal ini membawa kesiagaan Pemerintah Daerah dan berbagai instansi pemerintahan termasuk Universitas Pendidikan Ganesha. Sehingga mayoritas kegiatan masyarakat kampus dilaksanakan dari rumah (work from home). Mitra dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah disusun pada proposal sebelumnya merupakan para Bidan Praktek Mandiri yang berada di Puskesmas Sukasada I dan Puskesmas Sukasada II. Para Bidan adalah tenaga medis yang merupakan garda

(5)

terdepan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kesiagaan dan protocol Covid-19 oleh para Bidan di Puskesmas tersebut, tidak memungkinkan adanya seminar dan workshop secara langsung melalui tatap muka. Oleh karena itu seminar dan workshop dilakukan secara daring melalui Google Meet dan monitoring evaluasi menggunakan Whatsapp Group, merupakan solusi yang tepat saat ini. Pelaksanaan webinar dan pendampingan disusun secara terencana mengikuti jadwal kesiapan para bidan, sehingga tidak mengganggu kegiatan utama mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas ataupun praktek pribadi para Bidan.

Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat tahun ini mengambil tema Seminar dan workshop bagi Bidan di Praktek Mandiri untuk meningkatkan literasi baru secara digital dalam bidang Entrepreunership kebidanan di era Revolusi industri 4.0. Surat ijin pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat telah disampaikan melalui Ikatan Bidan Indonesia (IBI) cabang Buleleng. Pengurus IBI cabang Buleleng membantu tim

pengabdian menyebarkan formulir

pendaftaran peserta pengabdian melalui link yang sudah disusun oleh Tim. Dikarenakan kondisi pandemi yang belum kondusif, dan besarnya peran para bidan dalam unit kerjanya masing-masing, maka didapatkan 13 orang bidan yang antusias dan bersedia untuk mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 2 sampai dengan 6 Agustus 2020 melalui pelatihan melalui webinar di Google meet dan pendampingan di

Whatsapp group. Narasumber dalam kegiatan

ini terdiri dari 3 (tiga) orang dosen yang merupakan tim dari pengabdian kepada masyarakat yaitu, Luh Gede Kusuma Dewi, S.E., M.Si; Luh Ari Arini, S.ST., M.Biomed; Putu Riesty Masdiantini, S.E, M.Si; dan

dibantu Ni Luh Asri Savitri, S.E., M.Si sebagai moderator.

Sebelum menyampaikan materi pelatihan melalui webinar, para peserta diberikan waktu untuk mengerjakan pretest. Pretest ini berisikan daftar pertanyaan mengenai beberapa materi yang akan diberikan, meliputi pengetahuan mengenai kebidanan di era revolusi industri 4.0; Pajak Penghasilan Bagi Bidan: Seri PPH Profesi; dan Peningkatan Literasi Keuangan Bidan Melalui Aplikasi Keuangan LAMIKRO. Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi seminar, keseluruhan peserta mengikuti kegiatan dengan baik, walaupun terjadi beberapa kendala koneksi internet yang buruk sehingga mengakibatkan beberapa peserta harus berulang kali keluar-masuk Google meet. Setelah kegiatan dilanjutkan dengan post-test untuk mengetahui peningkatan pengetahuan yang didapatkan melalui seminar ini. Materi yang dipaparkan oleh Luh Ari Arini, S.ST., M.Biomed dengan topik pengetahuan mengenai tuntutan profesi kebidanan di era revolusi industri 4.0. Sebelum pemberian materi, dilakukan pre-test. Sasaran sebagian besar mengetahui dan menjawab sesuai dengan pamahaman dan tindakan dalam pelayanan kebidanan yang telah dilakukan sehari-hari dalam praktek mandiri yakni terkait dengan tugas bidan yang profesional, wewenang bidan, pemberian pelayanan kebidanan sesuai dengan undang-undang kesehatan dan aturan menteri kesehatan. Selalu mengikuti kebijakan pemerintah dan mengupdate ilmu pengetahuan sesuai dengan peraturan menteri kesehatan terutama yang berkaitan dengan pemberian asuhan kebidanan, yang berfokus pada ibu dan anak dan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi wanita dan keluarga berencana.

Beberapa sasaran mengetahui dengan jelas peran-perannya sebagai bidan namun ada

(6)

sebagian kecil yang hanya mengetahui perannya sebagai pemberi pelayanan kebidanan, padahal bidan yang memiliki praktek mandiri tidak hanya bertindak digarda terdepan sebagai pemberi pelayanan atau asuhan kebidanan namun bisa bertindak sebagai pengelola suatu perusahaan pribadi karena didalamnya mempekerjakan orang lain baik dari junior maupun rekan sejawat untuk bekerja sama atau kolaborasi, selain itu bidan di praktek mandiri juga bertindak sebagai pemberi motivasi/konseling kepada masyarakat atau pasiennya, sebagai penggerak dan pemberdayaan masyarakat seperti pembentukan desa siaga, posyandu dan sebagainya, sebagai pendidik atau fasilitator klinik bagi mahasiswa dari berbagai institusi kebidanan yang dijadikan sebagai lahan praktek, dan bisa sebagai peneliti yaitu dengan hasil temua-temuan kasus di masyarakat khususnya pada wanita serta pemecahannya bisa digunakan untuk bahan atau hasil riset. Setengah dari sasaran mengetahui mengenai revolusi industri 4.0 dengan pemahaman yang beragam namun intinya adalah mengenai suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan menggabungkan digitalisasi/teknologi dan konvensional jadi sesuai dengan literasi baru yang menyangkut literasi digital/ big data, aplikasi teknologi dan humanities, namun sebagian lagi sama sekali belum mengetahuinya.

Menurut sasaran cara bidan bertahan di era revolusi industri ini adalah bekerja sesuai dengan standar oprasional prosedur baku yang

dikeluarkan menkes, melakukan

inovasi-inovasi terhadap pelayanan kebidanan, mengikuti pelatihan/ seminar/ workshop sesuai kompetensinya dan pelatihan IT, pemanfaatan teknologi secara terus menerus, selalu mengupdate ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan kegiatan informal dan nonformal. Setelah pemaparan materi, dilanjutkan dengan post-test. Dari

pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda mengenai materi yang telah disampaikan, sebagian besar sasaran dapat menjawab dengan benar seperti pengelompokan tenaga kesehatan berdasarkan UU tenaga kesehatan, UU kebidanan No 4 tahun 2019, pelayanan kebidanan dan tugas dan wewenang bidan, namun beberapa sasaran saja yang tidak dapat menjawab dengan benar seperti literasi utama untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 dan keterampilan utama yang dibutuhkan untuk menghadapi era di tahun 2020 ini. Hasil dari pertanyaan terkait pendapat bidan mengenai pelaksanaan pelayanan kebidanan ditahun ini, sebagian mengatakan bahwa bidan saat ini telah memberikan asuhan kebidanan/pelayanan yang sudah sesuai dengan tuntutan di era revolusi industri namun penguasaan teknologi belum begitu baik begitu juga yang belum melaksanakan sesuai dengan tuntutan karena disamping SDM juga berkaitan dengan beberapa daerah yang sinyalnya tidak begitu baik. Namun mayoritas bidan telah siap untuk menghadapi era revolusi industri ini dan sangat semangat untuk menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan informasi teknologi serta digitalisasi. Karena mayoritas bidan masih melakukan pencatatan dan pelaporan/rekam medis pasien secara manual dan sebagian lagi telah menggunakan sistem komputerisasi namun belum tersimpan dengan baik dan aman. Sehingga dari kegiatan workshop telah diajarkan oleh narasumber kepada para bidan, bagaimana melakukan pendataan dan pelaporan yang baik menggunakan sistem digital dan teknologi informasi seperti informasi pasien, catatan riwayat kesehatan, aktivitas pasien yang berkunjung, berkas pemeriksaan dan lain-lain, namun dalam pembuatan aplikasi harus dilakukan oleh ahli dibidang teknologi informasi dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Jadi tim pengabdi hanya memberikan informasi

(7)

dan pengetahuan mengenai sistem digital rekam medis serta cara aplikasinya, untuk pembuatan aplikasinya sendiri akan disusulkan pada kegiatan hibah berikutnya dengan pendanaan yang lebih besar sehingga dapat diberikan secara gratis bagi bidan khususnya di PMB.

Pada keadaan luar biasa seperti pandemi covid-19 ini diperlukan suatu tindakan bidan dalam meningkatkan usahanya dan bangkit kembali, memiliki inovasi dalam pelayanan kebidanan dengan cara-cara yang lebih mudah dan efektif dilakukan saat ini. Bidan harus mempromosikan layanan-layanan baru yang

ditawarkan oleh PMBnya dengan

menggunakan media digital seperti Website, selain itu cara ini juga dapat mempermudah bagi pasien untuk melakukan kontrak waktu pada bidan dan mengisi daftar antrian serta jadwal persalinan pasien (Nurjasmi, 2020; Nurchyanti, 2018). Hal ini untuk mendukung program pemerintah mengenai prosedur layanan kebidanan saat situasi pandemi covid-19 (Kemenkes RI, 2020). Sehingga dalam workshop telah diajarkan mengenai pembuatan website gratis bagi bidan dan aplikasinya. Materi yang digunakan ini merupakan materi yang telah dijelaskan oleh dr. Ahmad Ridwan dalam webinar nasional yang diselenggarakan oleh IBI tahun 2020 mengenai ‘best practice sharing”. Bidan disarankan untuk selalu memposting dan mengisi website secara rutin untuk promosi kesehatan, peningkatan layanan dengan pemberian konseling gratis melalui media online, pemasaran jasa yang diberikan seperti layanan akupressur, teknik relaksasi, baby spa, kelas hamil, yoga hamil, hipnobirthing, kelas nifas dsb).

Pemateri oleh Narasumber berikutnya yaitu Putu Riesty Masdiantini, S.E, M.Si yang memberikan materi mengenai Pajak Penghasilan Bagi Bidan: Seri PPH Profesi. Sebelum materi dimulai terlebih dahulu

peserta diberikan waktu untuk mengisi formulir pre-test. Pre-test mengenai materi Perpajakan merupakan salah satu tes yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta Pengabdian Masyarakat terhada pmateri yang akan disampaikan. Pada pre-test ini terdapat 4 buah soal pilihan ganda, yang mana tiap soal memiliki bobot 25 poin. Dari 4 buah soal, terdapat 2 buah soal umum terkait pengetahuan perpajakan serta 2 soal lagi khusus mengenai materi yang akan disampaikan yaitu pajak penghasilan (PPh). Terdapat 13 orang peserta yang menjawab pre test ini. Ada pun hasil dari pre test ini, nilai rata-rata yang diperoleh peserta adalah sebesar 46,1. Berdasarkan hasil pre test tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan awal peserta masih belum maksimal terkait Perpajakan. Oleh karena itu sangat penting untuk memberikan sosialisasi terkait Perpajakan untuk menambah pengetahuan peserta.

Setelah pre-test, kegiatan dilanjutkan pada pemaparan materi. Pajak Penghasilan adalah pajak atas penghasilan yg diterima wajib pajak. Khusus untuk profesi Bidan, dikategorikan Bidan dengan pekerjaan bebas, bidan dengan usaha diluar profesi dan bidan yang memperoleh penghasilan dari pemberi kerja. Untuk bidan dengan pekerjaan bebas contohnya ketika Bidan membuka klinik pribadi, menghitung sendiri pph terutang dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, sebesar 29% (10 ibu kota provinsi), 28% (ibu kota provinsi lainnya), dan 27% (daerah lainnya). Untuk bidan dengan usaha diluar profesi, contohnya membuka apotek, dikenakan tariff 0,5% dari omzet. Untuk bidan yang memperoleh penghasilan dari pemberi kerja, akan dipotong oleh pemberi kerja dan diberikan bukti potong. Untuk kewajiban pelaporan menyampaikan SPT Tahunan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak (Endang, 2017).

(8)

Hasil Post-test mengenai materi Perpajakan merupakan salah satu bentuk evaluasi akhir yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta Pengabdian Masyarakat terhadap materi yang sudah disampaikan. Pada post test ini terdapat 4 buah soal pilihan ganda, yang mana tiap soal memiliki bobot 25 poin. Keempat buah soal, tersebut adalah mengenai materi yang telah disampaikan yaitu pajak penghasilan (PPh), baik perhitungan maupun pelaporan. Terdapat 9 orang peserta yang menjawab post test ini. Adapun hasil dari post testini, nilai rata-rata yang diperoleh peserta adalah sebesar 61,5. Berdasarkan hasil post test tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan peserta masih belum maksimal terkait aspek Perpajakan. Namun jika dibandingkan hasil pre test sebelumnya, nilai rata-rata yang diperoleh peserta sudah mengalami peningkatan, jumlah peserta yang menjawab pertanyaan dengan benar juga sudah semakin meningkat. Oleh karena itu sangat penting untuk memberikan sosialisasi, pelatihan maupun pendampingan secara berkelanjutan terkait aspek Perpajakan untuk menambah pengetahuan peserta sebagai Wajib Pajak. Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut, peserta akan semakin memahami mengenai Perpajakan, khususnya terkait PPh untuk profesi, yaitu sebagai Bidan, baik Bidan dengan pekerjaan bebas, bidan dengan usaha diluar profesi dan bidan yang memperoleh penghasilan dari pemberi kerja. Materi terakhir disampaikan Luh Gede Kusuma Dewi, S.E., M.Si. Sebelum pemaparan materi, beberapa pertanyaan sebagai pre-test diberikan kepada peserta pelatihan. Pertanyaan pre-test merupakan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan peserta pelatihan. Pertanyaan pertama menanyakan mengenai penggolongan aset. 69,2% menjawab benar bahwa yang termasuk aset adalah gedung praktek. 23,1% menjawab tarif jasa dan 7,7% menjawab asisten bidan.

Yang mana jawaban ini bukan jawaban yang tepat, dikarenakan tarif jasa termasuk kedalah komponen perhitungan pendapatan yang tercatat di laporan laba rugi. Sedangkan asisten bidan merupakan tenaga kerja yang pencatatan bebannya sebagai pengurang dari pendapatan jasa, untuk mengetahui laba usaha. Pertanyaan kedua mencari tahu bagaimana pemahaman para peserta tentang konsep hutang. Mayoritas peserta dapat menjelaskan dengan bahasanya sendiri konsep hutang. Deskripsi singkat yang mereka ungkapkan menunjukkan bahwa mereka telah cukup memahami apa itu hutang. Walaupun ada beberapa orang yang masih belum mampu mendeskripsikan apa itu hutang (Dewi et al., 2020).

Pertanyaan yang menanyakan tentang penggolongan piutang usaha. 61,5% peserta menjawab yang termasuk piutang adalah gaji asisten yang belum dibayarkan. Ini merupakan jawaban yang tidak tepat, karena gaji asisten yang belum dibayar merupakan bagian dari hutang gaji. 38,5% peserta telah menjawab dengan benar bahwa yang termasuk piutang adalah jasa yang belum dibayarkan oleh pasien. Pertanyaan terakhir mempertanyakan penggunaan aplikasi keuangan digital. Apakah para peserta pelatihan pernah menggunakan aplikasi keuangan digital dalam mencatat laporan keuangan, 100% dari peserta pelatihan menyebutkan bahwa mereka tidak pernah menggunakan aplikasi keuangan digital dalam mencatat laporan keuangan dalam usaha jasa kesehatan PMB (Herawati et a;., 2015 & Safitri, 2017). Hal ini sesuai dengan informasi awal disaat tim melakukan survey terhadap mengenai pencatatan transaksi keuangan yang belum optimal (Dewi et al., 2020).

Pada kegiatan seminar dan workshop ini, ada beberapa pesan yang diberikan oleh sasaran yang berprofesi sebagai bidan kepada junior atau mahasiswa kebidanan adalah selalu

(9)

meningkatkan kompetensinya tidak hanya dari segi bidang ilmu kebidanan tetapi juga dari sektor bidang ilmu lainnya dan penting juga dapat menguasaai teknologi, melakukan update-update ilmu kebidanan sesuai standar dan UU kesehatan yang berlaku, lebih kritis dan kreatif, membuat inovasi-inovasi dalam

pelayanan kebidanan (kebidanan

komplementer yang berbasis bukti ilmiah) dengan tetap memperhatikan sisi kemanusian, kenyamanan dan keamanan dari pasien tersebut. Para lulusan kebidanan diharapkan selain memiliki skill dan pengetahuan yang baik juga harus menjungjung etika dan norma kesopanan terlebih dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Secara umum kegiatan berjalan dengan baik dan lancar. Antusiasme peserta mengikuti pendampingan disela-sela kesibukannya sebagai garda terdepan penanggulangan Covid-19 pantas diberikan pujian. Beberapa bidan memiliki kendala, akan tetapi dapat diatasi dengan baik. Kegiatan ini cukup membantu peningkatan pengetahuan dasar mengenai aplikasi keuangan usaha jasa, rekam

medis digital, promosi kesehatan melalui media serta termasuk juga digital marketing/ pemasaran jasa. Akan tetapi pendampingan yang lebih intensif dirasakan perlu diterapkan pada kesempatan berikutnya. Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Antusias peserta dalam kegiatan yang dilakukan dapat diamati melalui proses diskusi dan antusiasme peserta untuk mengikuti pelatihan ini. Praktek mandiri bidan sebagai penyedia layanan jasa kesehatan

haruslah mengembangkan jiwa

kewirausahaannya dan turut bersedia terus belajar dan meng-update pengetahuan dan keterampilannya di bidang teknologi. Hal ini dilakukan agar usaha jasa yang digeluti mampu bersaing di era globalisasi dewasa ini. Untuk itu kegiatan pengabdian pada masyarakat agar ditindaklanjuti dengan kegiatan serupa di tahun-tahun yang akan datang dengan memperluas kajian materi tentang pengelolaan usaha dan keuangan berbasis teknologi.

(10)

(11)

Gambar 3. Kegiatan evaluasi dan monitoring melalui group WA SIMPULAN

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat kali ini yang mengambil tema Seminar dan workshop bagi Bidan di Praktek Mandiri untuk meningkatkan literasi baru secara digital dalam bidang Entrepreunership kebidanan di era Revolusi industri 4.0. Kegiatan ini telah berjalan dengan baik walaupun tata caranya harus berubah menjadi webinar karena kendala kondisi pandemi saat ini. Antusias peserta dalam kegiatan yang dilakukan dapat diamati melalui proses diskusi dan keseriusan peserta dalam mengikuti seminar dan workshop. Peserta seluruhnya mengatakan sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini dan sangat bermanfaat untuk pengembangan keilmuan serta karirnya termasuk layanan kesehatan di PMB. Dengan kegiatan ini bidan dapat meningkatkan pamahaman, pengetahuan dan menggunakan sarana teknologi informasi dalam sistem digitalisasi secara tepat guna untuk menunjang pelayanan kesehatan

maupun kebidanan yang diberikan.

DAFTAR RUJUKAN

Andreastuti, Linda. (2017). Sistem Informasi Klinik Bersalin Bidan Wahyu Jatiningsih. Klaten. Skripsi. Universitas Widya Dharma Dewi, L.K., Arini, L.A., Masdiantini, P.R.

2020. Pelatihan dasar dan aplikasi keuangan untuk meningkatkan literasi keuangan di praktek mandiri bidan kecamatan

Sukasada. Laporan program P2M penerapan IPTEKS Undiksha. Endang, Purwanti. 2017. Analisis

Pengetahuan Laporan

Keuangan Pada Umkm

Industri Konveksi Di Salatiga.

Among Makarti, Vol. 11, 20.

Fadmiyanor, I., Hevrialni, R., Amalia, F. 2019. Hubungan Pelayanan Bidan Delima Terhadap Kepuasan Pasien Di Bidan

(12)

Praktik Mandiri Kota Pekanbaru. Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 2.

Herawati, dkk. (2015). Pelatihan Financial Planning Bagi Remaja di Kota Singaraja. Laporan Akhir

Program P2M Penerapan

IPTEKS UNDIKSHA. Ikatan Bidan Indonesia Cabang Buleleng.

2020. Data bidan se Kabupaten Buleleng. Pengurus Cabang dan kordinator wilayah IBI

Jaya, Ahmad., Rodianto, Akbar (2019). Sistem Informasi Pencatatan Dan Laporan Pada Praktek Mandiri Bidan (PMB) “Fitri Alatif” Berbasis Dekstop. Journal

Tambora; Vol 3. No. 3.

Kemenkes RI, 2020. Panduan pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di era pandemi covid-19. Germas. Di unduh pada 6 Agustus 2020.

Nurjasmi, E. Ketua Pengurus pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2020. Situasi Pelayanan Kebidanan Pada Masa Pandemi Covid – 19 Dan Memasuki Era New-Normal. USAID Jalin. IBI.or.id diunduh 6 agustus 2020. Nurjasmi, E. Ketua Pengurus pusat Ikatan

Bidan Indonesia. 2020. Tantangan tenaga profesi bidan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Ibi.or.id. diunduh 6 agustus 2020. Nurchyanti, 2019. Sistem Pendataan Jadwal

Pasien Melahirkan Normal Berbasis Web Pada Bidan Praktek. Naskah Publikasi. Univ Teknologi Surabaya.

Pengurus Ikatan Bidan Indonesia. 2015. Bidan Delima. Ibi.or.id diunduh 01 Januari 2015.

Permenkes No 28 tahun 2017. Izin dan penyelenggaraan praktek bidan.

Di unduh pada 6 Agustus 2020. Safitri, Reni Wahyu., Nurhadi, Zulkarnain.

(2017). Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Program Desa Siaga Aktif Inklusi Keuangan. Jurnal Penidikan Nonformal. Vol 12 No. 2 September 2017.

Widyawati. 2018. Kinerja Bidan dalam Memberikan Pelayanan Antenatal

Care dan Faktor yang

Mempengaruhi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol 7(1); 15-24.

Gambar

Gambar 1. Pemberian materi seminar secara daring
Gambar 2. Kegiatan workshop
Gambar 3. Kegiatan evaluasi dan monitoring melalui group WA  SIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Kekerasan Langsung ( direct violence ) menurut Galtung (1990), merupakan tindakan kekerasan yang terjadi pada situasi langsung terlibat dalam situasi konflik dengan

Kesulitan dalam penerapan metode SRI pada masyarakat adalah; (a) sulit dalam pengontrolan air, apalagi kalau hari hujan lebat; (b) tenaga kerja diperlukan lebih banyak

Ketentuan biaya operasional dan biaya pendukung penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang bersumber dana dari APBD

Respon kenaikan bobot hidup harian ternak kambing PE muda sebagai akibat perbedaan taraf protein kasar ransum juga menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01),

Ragam Hias merupakan suatu bentuk tambahan pada suatu bengunan dengan lebih mementingkan estetika dan tanpa mempengaruhi fungsi, Namun kepercayaan jaman dulu ragam

Berdasarkan hasil analisis serta interpretasi kekerasan terhadap representasi kekerasan yang terdapat dalam film kartun “Bernard” , melalui tokoh utama

Pendekatan estetika yang digunakan untuk mengkaji produk tenun yang ada di sentra tenun Mbojo adalah teori Edmund Burke Feldman dalam bukunya Art as Image and Idea,

Dalam analisis data ini akan menguraikan tentang jawaban responden atas elemen-elemen pengendalian yang terkait pada Ssistem Informasi Akuntansi terkomputerisasi pengolahan