• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MAJELIS TAKLIM KHAIRUNNIDA DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KELURAHAN KARUNRUNG KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN MAJELIS TAKLIM KHAIRUNNIDA DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KELURAHAN KARUNRUNG KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MAJELIS TAKLIM KHAIRUNNIDA DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KELURAHAN KARUNRUNG

KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

MUKHLASHAH DHIYAUL AUNI NIM : 105270014115

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M

▸ Baca selengkapnya: contoh proposal pengadaan sound system majelis taklim

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Nama : Mukhlashah Dhiyaul Auni

NIM : 10520014115

Judul Skripsi : Peranan Majelis Taklim Khairunnida dalam

Pembinaan Kegamaan Masyarakat Kelurahan Karunrung Kecamatan Rappocini Kota Makassar Sulawesi Selatan

Sripsi ini adalah penelitian yang berjudul “Peranan Majelis Taklim

Khairunnida dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kelurahan Karunrung”. Adapun pembimbing dalam penyusunan skripsi ini adalah Dahlan Lama Bawa sebagai pembiimbing I dan Meisil B. Wulur sebagai pembimbing II.

Tujuan Penelitian yaitu : Bagaimana peran majelis taklim Khairunnida dalam melakukan pembinaan serta apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan pembinaan keagamaan terhadap masyarakat Karunrung..

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Dalam mengumpulkan data digunakan metode observasi (pengamatan), wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan metode induktif, deduktif dan komparatif.

Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa peranan majelis taklim Khairunnida dalam melakukan pembinaan keagamaan terhadap masyarakat kelurahan karunrung dilakukan dengan cara memaksimalkan upaya-upaya serta program kegiatan majelis taklim yang sudah ada seperti pengajian rutin, pelaksanaan hari-hari besar Islam, pelaksanaan TPA. Adapun tantangan yang dihadapi majelis taklim Khairunnida ialah rendahnya minat masyarakat dalam mengikuti kegiatan keagamaan, kesibukan masyarakat Kelurahan Karunrung, serta adanya sebagian masyarakat yang menganggap agama tidak terlalu penting.

(6)

KATA PENGANTAR

نيحرلا يوحرلا الله نسب

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan petunjuk-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana dan masih memerlukan

perbaikan sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta sahabat-sahabatnya, karena dengan ajaran beliau sebagai utusan Allah SWT menjadi contoh yang patut diteladani dari segala aspek kehidupan manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari kedua orangtua tercinta ayahanda M. Samir Patsan dan ibunda Yuliarti yang senantiasa mencurahkan segala kasih sayang dan do‟anya mulai dari masa kandungan sampai saat ini serta restu yang diberikan untuk keberhasilan anak-anaknya. Begitu banyak pengorbanan yang telah mereka lakukan demi kesuksesan anak-anaknya, yang rela berkorban untuk memberikan pendidikan setingi-tingginya ditengah berbagai cobaan dan rintangan dalam keluarga. Serta seluruh keluarga yang memberikan bantuan bersifat materi dan motivasi yang tinggi serta perhatian tulus sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan setingi-tingginya penulis ucapkan kepada :

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Syaikh Muhammad Muhammad Thoyyib Khoory, keluarganya, teman dan karib kerabatnya yang menjadi donator bagi kami, jazaakumullahu khairan.

3. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc. MA. selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Dr. Dahlan Lama Bawa, M.Ag selaku Pembimbing I dan Dr. Meisil B. Wulur, M.Sos.I selaku pembimbing II yang selalu siap untuk berdiskusi, memberikan arahan, dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar atas kerjasamanya, serta pengorbanannya yang diberikan untuk mendidik kami sehingga kami dapat memperoleh pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat.

7. Seluruh teman-teman senasib dan seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Jazakumullahu Khairan Katsiran

(8)

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukannya sebagai bahan acuan untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penuis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan hanya kepada Allah SWT. kita memohon semoga rahmat dan berkatnnya tetap tercurahkan kepada kita semua. Aamin yaRabbal alamiin…

Makassar, 10 Rabi‟ul Awal 1442 H 27 Oktober 2020 M

Penulis

MUKHLASHAH DHIYAUL AUNI

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pengertian Majelis Taklim dan Masyarakat ... 7

B. Karakteristik Masyarakat dalam Islam ... 10

C. Sistem Pembinaan Masyarakat ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Lokasi Dan Objek Penelitian ... 42

C. Fokus Penelitian ... 43

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 43

E. Sumber Data ... 43

F. Instrumen Penelitian ... 44

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

B. Peranan Majelis Taklim Khairunnida dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kelurahan Karunrung ... 58

C. Kendala-kendala Majelis Taklim Khairunnida dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kelurahan Karunrung ... 63 BAB V PENUTUP ... 67 A. Kesimpulan ... 67

(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN... 71 RIWAYAT HIDUP ... 72

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi dan informasi ini banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap kehidupan akhirat, mereka lebih mengejar kepopuleran di dunia ketimbang mengisi kehidupan dunianya dengan ibadah. Hal ini berdampak kepada muculnya berbagai permasalahan sehingga tidak salah jika kita tidak menemukan kesejahteraan di tengah masyarakat. Salah satu penyebab dari terjadinya permasalahan di tengah masyarakat yakni lemahnya pengetahuan terhadap pendidikan agama dan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap kegiatan keagamaan.

Partisipasi keagamaan sebagai sub-masalah berkaitan dengan peran agama meliputi beberapa indikator untuk mengukurnya, indikator-indikator tersebut adalah partisipasi (masyarakat) dalam shalat berjamaah, partisipasi dalam pengajian, partisipasi dalam kegiatan keagamaan

termasuk aspirasi dan motivasi, keterdaftaran (enrolledness) dan keaktifan

dalam pelaksanaan pendidikan keagamaan, keaktifan

mendengarkan/menyimak siaran keagamaan di radio dan TV serta keterlibatan dalam aktifitas sosial-keagamaan lain.

Berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam aktifitas pengajian dan pendidikan agama menurut pengamatan beberapa informan

(12)

menunjukkan keadaan kurang bahkan tidak memadai jika dilihat dari

tuntunan agama itu sendiri.1

Islam sangat memuliakan manusia, manusia menurut konsep Alqur‟an memenuhi kebutuhan hidupnya secara khas manusiawi, dan bukan seperti binatang ataupun malaikat, dengan demikian aktivitas manusia haruslah serasi dan seimbang nilai ketahanannya dan kerohaniannya, agar dia tetap berada pada hakikat dan fungsi

eksistensinya, berada dalam keutuhan kepribadiannya.2 Oleh karenanya,

masyarakat memerlukan asupan-asupan dakwah Islam agar tidak timbul permasalahan yang tidak diharapkan.

Di dalam buku yang berjudul “Perempuan Pemuka Agama,” Ustazah HJ. Siti Suryani Thahir mengemukakan pengetian dakwah memiliki dua makna yaitu “pembinaan” dan “pengembangan”

dakwah yang bersifat pembinaan yaitu upaya untuk

mempertahankan kelestarian umat manusia, supaya manusia tetap beriman kepada Allah SWT guna mewujudkan kehidupan di dunia dan akhirat. Sementara dakwah dalam arti pengembangan adalah upaya untuk mengajak manusia yang belum beriman kepada Allah SWT agar menaati syariat Islam guna mewujudkan kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat kelak. 3

Berdasarkan pengertian dakwah yang dikemukakan diatas, peneliti hanya memfokuskan pada satu makna saja yakni dakwah yang bersifat pembinaan dan dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada majelis taklim untuk pembinaan terhadap masyarakat.

Pembinaan terhadap masyarakat merupakan langkah untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh mayarakat, sehingga dengan bimbingan dapat menjadi solusi untuk mengatasi segala problem

1

Choirul Fuad Yusuf, Peran Agama dalam Masyarakat, (Cet. I; Jakarta: PT. Badan Litbang agama dan diklat Keagamaan, 2001) h. 118

2

Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Cet. III; Jakarta: PT. Lantabora Press, 2004) h. 209

3

M. Hamdar Arraiyyah dan H. Rosehan Anwar, Pemuka Agama dan Perempuan,

(13)

yang terjadi dikalangan masyarakat. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam membina masyarakat menjadi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya diantaranya diperlukan adanya peran dari suatu lembaga dakwah yang berfokus untuk menanamkan syariat Islam. Salah satu organisasi dakwah yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, terutama sejak masa orde baru adalah apa yang disebut Majelis Taklim.

Lahirnya banyak Majelis Taklim terutama di kota-kota besar, baik yang di prakarsai oleh umat yang membutuhkannya, maupun yang terbentuk atas prakarsa tokoh agama, lembaga keagamaan maupun tokoh politik, menunjukkan betapa pentingnya dakwah dan pendidikan keagamaan masyarakat. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Majelis Taklim, bukan saja dalam upaya untuk menambah pengetahuan mayarakat tentang Islam, tetapi juga berperan di dalam meningkatkan wawasan keberagaman masyarakat. Lebih dari itu Majelis Taklim juga merupakan suatu wadah yang dapat membina keakraban diantara

sesamanya.4

Majelis Taklim merupakan salah satu wadah peningkatan kualitas kehidupan agama umat Islam. Untuk itulah Majelis Taklim diharapkan memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, agar dapat difungsikan untuk meraih kebahagiaan dan ketenangan, baik fisik maupun mental. Tujuan tersebut untuk membentuk pribadi-pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. serta terjalinnya hubungan baik

4

Rosehan Anwar dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Umat, (Cet. I; Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2002) h.1

(14)

antara sesama umat manusia. Sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S. al-Ahzab (33) ayat 21 :

ََّللَّٱ َرَكَذ َو َرِخٓ ۡلۡٱ َم ۡوٌَۡلٱ َو َ َّللَّٱ ْاوُج ۡرٌَ َناَك نَمِّل ٞةَنَسَح ٌة َو ۡسُأ ِ َّللَّٱ ِلوُسَر ًِف ۡمُكَل َناَك ۡدَقَّل

ا ٗرٌِثَك

ٕٔ

Terjemahnya :

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”5

Berdasarkan keterangan di atas, maka Majelis Taklim dalam aktivitasnya sebagai wadah pengembangan dakwah senantiasa berusaha serta berperan untuk membina masyarakat dalam hal menyampaikan dakwah Islam. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan umat manusia di dunia ini dapat menjadi tentram.

Hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang eksistensi sebuah lembaga Majelis Taklim ialah dengan mewujudkan tujuan majelis taklim itu sendiri yang tidak terlepas dari kendala-kendala majelis taklim dalam pembinaan kegamaan masyarakat serta peranan majelis taklim itu sendiri terhadap pembinaan keagamaan masyarakat.

Majelis Taklim Khairunnida di Kecamatan Rappocini Kelurahan Karunrung merupakan wadah pengembangan keagamaan yang lahir, tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Karunrung. Dengan memperhatikan segala aktivitas Majelis Taklim Khairunnida dan pengabdiannya ditengah masyarakat ternyata ikut berpartisiapasi di

5

Kementrian Agaman Alqur‟an dan Terjemahan, (PT. Madinah Ilmi, Sukabumi, 2013), h. 420

(15)

bidang keagamaan secara terbuka kepada masyarakat dalam pembangunan manusia seutuhnya.

Bertolak belakang pada pemaparan di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Peranan Majelis Taklim Khairunnida dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kelurahan Karunrung Kecamatan Rappcini Kota Makassar Sulawesi Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat mengemukakan permasalahan pokok penelitian ini yaitu “Bagaimana Peranan Majelis Taklim Khairunnida dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat di Kelurahan Karunrung”? Permasalahan pokok tersebut dijabarkan dalam beberapa sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan Majelis Taklim Khairunnida dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kelurahan Karunrung ?

2. Bagaimana kendala-kendala Majelis Taklim Khairunnida dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kelurahan Karunrung ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Untuk menganalisis peranan Majelis Taklim Khairunnida dalam

pembinaan keagamaan masyarakat Kelurahan Karunrung.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang di hadapi oleh

Majelis Taklim Khairunnida dalam pembinaan keagamaan masyarakat Kelurahan Karunrung.

(16)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terbagi atas 2 bagian yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber rujukan bagi mahasiswa yang menganalisa peranan Majelis Taklim dalam pembinaan keagamaan masyarakat.

b. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi kewajiban guna

menyelesaikan program studi S1 yang ditempuh oleh penulis. 2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan umum tentang peranan majelis taklim dalam pembinaan keagamaan masyarakat.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi para pembaca terkhusus para pengurus Majelis Taklim.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Majelis Taklim dan Masyarakat

1. Pengertian Majelis Taklim

Majelis Taklim merupakan gabungan dari dua kata yaitu Majelis dan Taklim, dimana dua kata tersebut memiliki arti masing-masing. Majelis

berasal dari bahasa Arab سلجم berarti tempat duduk, tempat sidang atau

dewan,6 dan Taklim berasal dari kata مٌلعت yang berarti pengajaran.7 Jadi,

Majelis Taklim ialah tempat pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami ajaran-ajaran Islam sebagai sarana dakwah dan pengajaran agama.

2. Dasar Hukum Majelis Taklim

Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan diniyah non-formal yang keberadaannya di akui dan diatur dalam :

a. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.

b. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tantang standar nasional pendidikan.

c. Peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

6

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Cet.14, PT. Pustaka Progressif, Surabaya, 1997) h. 202

7

(18)

d. Keputusan MA nomor 3 tahun 2006 tentang strutur departement

agama tahun 2006.8

Di dalam alQur‟an juga Allah SWT berfirman QS.AlMujadalah ayat 11:

ِإ َو ۡۖۡمُكَل ُ َّللَّٱ ِحَس ۡفٌَ ْاوُحَس ۡفٱَف ِسِل ََٰجَمۡلٱ ًِف ْاوُحَّسَفَت ۡمُكَل َلٌِق اَذِإ ْا ٓوُنَماَء َنٌِذَّلٱ اَهٌَُّأٌََٰٓ

َلٌِق اَذ

وُنَماَء َنٌِذَّلٱ ُ َّللَّٱ ِعَف ۡرٌَ ْاوُزُشنٱَف ْاوُزُشنٱ

َنوُلَم ۡعَت اَمِب ُ َّللَّٱ َو ٖۚ ت ََٰجَرَد َمۡلِعۡلٱ ْاوُتوُأ َنٌِذَّلٱ َو ۡمُكنِم ْا

ٞرٌِبَخ

ٔٔ

Terjemahnya :

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang-orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan.9

3. Pengertian Masyarakat

Menurut bahasa, masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul. Yang bermakna ikut serta, berpartisipasi atau masyarakat yang berarti saling bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perorangan, melainkan unsur-unsur kekuatan lain dalam

lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.10

Adapun dalam bahasa Inggris masyarakat disebut disebut society

atau civization yang berarti kawan. Society adalah a relatify independent

or self sufficent population characterized by internal organization, territoriality, culture distinctiveness, and sexual recruitmen. Masyarakat

8

http://uchinfamiliar.blogspot.co.id/2009/02/pengertian-majelis-taklim-dasar-hukum.html di akses tanggal 5 Maret 2018

9Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 534

10

Muhammad Sulaeman, Ilmu Sosial Dasar, (cet.13, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008) h.122

(19)

juga disebut civilized community, komunitas yang beradab, atau

masyarakat madani.11

Definisi lain yang dikemukakan oleh para ahli tentang masyarakat ialah :

a. Linton (seorang ahli antropologi) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan

batas-batas tertentu.12

b. Lain halnya dengan pandangan Burhan Bungin yang menyatakan bahwa mayarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati

suatu wilayah (territorial) tertentu yang hidup relatif lama, saling

berkomunikasi (interaksi sosial) memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem statifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri13.

Dari kedua definisi diatas, dapat penulis simpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama dalam

suatu wilayah (territorial) dan dapat memikirkan dirinya sebagai umat yang

memiliki batasan-batasan tertentu dalam hal hukum dan berinteraksi.

11

Nanih Machendrawaty, Pengembangan Masyarakat Islam, (cet. 1, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) h.5

12

Hartomo dan Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, (cet. 3 PT. Bumi Aksara, Jakarta), h.88

13

Arifuddin Tike, Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam, (cet.1, PT. Alauddin Press, Gowa, 2011), h. 37

(20)

B. Karakteristik Masyarakat dalam Islam

1. Masyarakat dalam Pandangan Alqur‟an

Pengistilahan dalam Alqur‟an tentang masyarakat terdapat beberapa kata. Kata-kata iti seperti Ummah, Qaum, Syu‟ab dan qabilah,

Mujtama‟ atau Ijtima‟ dan Thaifah.14

a. Kata ummah

Dalam Alqur‟an kata ummah atau masyarakat adalah menunjukkan secara universal. Kata umat dalam pandangan Islam mencakup ajaran intensitas atau komunitas yang paling luas, tetapi mempunyai komitmen yang satu yakni terhadap nilai-nilai atau ideologi dan aqidah Islam mengikat mereka dalam satu tata sosial yang spesifik.

Kata umat (dalam bentuk tunggal) terulang sebanyak 53 kali. Penggunaannya pun sangat bervariasi, terutama dalam ayat-ayat Makkiyah. Khusus ayat 92 surah Anbiya dan ayat 52 dalam surat al-Mu‟minun (Makkiyah) disebutkan :

ِنوُدُب ۡعٱَف ۡمُكُّبَر ۠اَنَأ َو ٗةَدِح ََٰو ٗةَّمُأ ۡمُكُتَّمُأ ٓۦِهِذ ََٰه َّنِإ

٢ٕ

Terjemahnya :

Sesungguhnya (agama Tauhid) Ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah

Aku.15

ََٰو ٗةَّمُأ ۡمُكُتَّمُأ ٓۦِهِذ ََٰه َّنِإ َو

ِنوُقَّتٱَف ۡمُكُّبَر ۠اَنَأ َو ٗةَدِح

ٕ٘

Terjemahnya :

Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah tuhanmu, Maka bertaqwalah

kepada-Ku.16

14

Arifuddin Tike, Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam, h.45

15

AlQur‟an dan Terjemahnya (QS. Al-Anbiya‟: 92)

16Alqur‟an dan Terjemahan

(21)

Sebagian mufassir mengartikan kata ummah dengan agama yakni keyakinan dan pokok-pokok syariat, dan seluruh Nabi dan Rasul adalah satu agama, walaupun sebagian ulama juga tetap mengartikan ummah dalam ayat itu dengan jamaah, yakni golongan manusia yang dipersatukan oleh ikatan sosial dan mereka dapat

disebut umat yang satu.17

Penggunaan kata ummah di dalam Alqur‟an dalam kaitannya dengan manusia mengandung beberapa pengertian yaitu :

Pertama : Setiap generasi yang kepada mereka diutus seorang Nabi atau Rasul adalah umat yang satu.

Kedua : Suatu jamaah atau golongan manusia yang menganut suatu agama adalah umat yang satu.

Ketiga : Satu jamaah manusia dari berbagai golongan sosial yang diikat oleh ikatan sosial yang membuat mereka bersatu adalah umat yang satu.

Keempat : Seluruh golongan atau bangsa manusia adalah umat yang satu.

Dari ungkapan ayat tersebut, dapat pula diketahui bahwa pengertian umat dalam kamus dan penggunaannya dalam Alqur‟an terdapat persamaan. Jamaah atau golongan manusia yang menganut satu agama adalah umat yang satu, dasarnya aqidah. Dengan gagasan umat yang dipraktekan oleh Nabi itu, maka identitas sebelum Islam ditentukan oleh adat-istiadat mereka dan suatu kabilah dipersatukan oleh hubungan darah mereka, diganti dengan identitas keimanan, dan permusuhan diantara mereka karena hubungan darah dihapuskan.

17

(22)

Allah swt. menjelaskan bentuk ideal masyarakat Islam yang identitasnya adalah integrasi keimanan, komitmen kontribusi positif kepada masyarakat secara universal dan loyalitas pada kebenaran

dengan aksi amar ma‟ruf dan nahi munkar sebagai yang disebut dalam

Q.s. Ali Imran (3) ayat 110 :

ِِۗ َّللَّٱِب َنوُنِم ۡؤُت َو ِرَكنُمۡلٱ ِنَع َن ۡوَه ۡنَت َو ِفوُر ۡعَمۡلٱِب َنوُرُمۡأَت ِساَّنلِل ۡتَجِر ۡخُأ ٍةَّمُأ َر ٌَۡخ ۡمُتنُك

ََٰفۡلٱ ُمُهُرَث ۡكَأ َو َنوُنِم ۡؤُمۡلٱ ُمُه ۡنِّم ٖۚمُهَّل ا ٗر ٌَۡخ َناَكَل ِب ََٰتِكۡلٱ ُل ۡهَأ َنَماَء ۡوَل َو

َنوُق ِس

ٔٔٓ

Terjemahnya :

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kepada yang munkar dan beriman kepada Allah, Sekiranya Ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

18

Oleh karena itu, masyarakat dalam pandangan Alqur‟an seperti apa yang diungkapkan dalam beberapa ayat tersebut diatas, menunjukkan masyarakat Islam yang diinginkan Alqur‟an adalah masyarakat yang memiliki kesamaan pandangan yaitu bertitik tolak pada pandangan agama yang sama dalam rangka mewujudkan tujuan yang diharapkan bersama dengan berdasar pada gagasan universal (tauhid) dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai pengembang amanat Allah SWT.

b. Qaum

Qaum yakni kelompok yang dibangun atas dasar menegakkan individu dengan berserikat, bersatu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam Alqur‟an kata qaum yang dikaitkan dengan terutusnya seorang Nabi menunjukkan bahwa qaum adalah pengikut dari suatu Nabi

18Alqur‟an dan Terjemahan

(23)

atas dasar kelompok tertentu seperti disebutkan dalam QS. Al-A‟raf (7) ayat 159 :

َىىُلِد ۡعَي ۦِهِبَو ِّقَحۡلٱِب َىوُدۡهَي ٞةَّهُأ ٰٓ ًَسىُه ِم ۡىَق يِهَو

٩٥١

Terjemahnya :

Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak

itulah mereka menjalankan keadilan.19

c. Thaifah

Thaifah yakni perkumpulan manusia yang mengitari suatu proses

tertentu atau mengelilingi suatu zona tertentu.20 Dalam Q.S. Al-Hujurat

(49) ayat 9 Allah SWT. berfirman :

َب ۢنِإَف ۡۖاَمُهَن ٌَۡب ْاوُحِل ۡصَأَف ْاوُلَتَت ۡقٱ َنٌِنِم ۡؤُمۡلٱ َنِم ِناَتَفِئٓاَط نِإ َو

َٰىَر ۡخُ ۡلۡٱ ىَلَع اَمُه َٰىَد ۡحِإ ۡتَغ

َو ِل ۡدَع ۡلٱِب اَمُهَن ٌَۡب ْاوُحِل ۡصَأَف ۡتَءٓاَف نِإَف َِّٖۚللَّٱ ِر ۡمَأ َٰٓىَلِإ َءًِٓفَت َٰىَّتَح ًِغ ۡبَت ًِتَّلٱ ْاوُلِت ََٰقَف

ْۡۖا ٓوُط ِس ۡقَأ

َنٌ ِط ِس ۡقُمۡلٱ ُّبِحٌُ َ َّللَّٱ َّنِإ

٢

Terjemahnya :

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara ke duanya, tapi kalau satu yang melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah, kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.21

d. Syu‟ab dan qabilah

Syu‟ab yakni masyarakat yang menjadi cabang dari masyarakat lainnya. Sedang Qabilah adalah sekumpulan individu manusia yang memiliki tujuan dan kiblat yang satu dalam hidup mereka. Dalam Qs. Al-Hujurat (49) ayat 13 Allah SWT. berfirman :

19Alqur‟an dan Terjemahan

, h.170

20 Arifuddin Tike, Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam, h. 49

21Alqur‟an dan Terjemahan

(24)

َعَتِل َلِئٓاَبَق َو ا ٗبوُعُش ۡمُك ََٰنۡلَعَج َو َٰىَثنُأ َو رَكَذ نِّم مُك ََٰن ۡقَلَخ اَّنِإ ُساَّنلٱ اَهٌَُّأٌََٰٓ

َدنِع ۡمُكَمَر ۡكَأ َّنِإ ْٖۚا ٓوُفَرا

ٞرٌِبَخ ٌمٌِلَع َ َّللَّٱ َّنِإ ٖۚۡمُك َٰىَق ۡتَأ ِ َّللَّٱ

ٖٔ

Terjemahnya :

Hai manusia, Sungguh kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sungguh orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sungguh Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengenal.22

2. Karakteristik Masyarakat Islam

Hal yang paling menonjol yang membedakan umat ini dari umat-umat lainnya adalah 4 (empat) karakteristik yang telah disebutkan oleh Alqur‟an :

a) Rabbaniyah

Umat Islam merupakan sebuah umat yang dibangun oleh wahyu

Allah Ta‟ala, diasuh dan dipelihara oleh ajaran dan hukum-hukumnya,

sehingga sempurna agamanya, dan lengkaplah dengannya nikmat Allah

atasnya23 sebagaimana yang Allah Ta‟ala firmankan :

ۡمُك ٌَۡلَع ُت ۡمَم ۡتَأ َو ۡمُكَنٌِد ۡمُكَل ُتۡلَم ۡكَأ َم ۡوٌَۡلٱ

ا ٗنٌِد َم ََٰل ۡسِ ۡلۡٱ ُمُكَل ُتٌ ِضَر َو ًِتَم ۡعِن

ٖۚۚ

Terjemahnya:

Pada hari telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu

jadi agama bagimu.24

Allah Ta‟ala adalah pencipta umat ini. Oleh karena itu kita dapati

Alqur‟an Al-Karim mengatakan:

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan....” (Al-Baqarah: 143). Ungkapan “Kami telah

22Alqur‟an dan Terjemahan

, h.517

23

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, cet.1 PT. Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997, h. 312

24Alqur‟an dan Terjemahan

(25)

menjadikan kamu sekalian (ja‟alanaakum)” ini memberi arti bahwa Allah adalah pembuat umat ini, merancang dan pembikinnya.

Seperti itu pula firman Allah Ta‟ala:

ِساَّنلِل ۡتَج ِر ۡخُأ ٍةَّمُأ َر ٌَۡخ ۡمُتنُك

Terjemahnya:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan (dikeluarkan) untuk manusia....” (Ali Imran: 110)

Maka ungkapan “dikeluarkan atau dilahirkan (ukhrijat)”

menunjukkan disana ada yang mengeluarkan umat ini, karena ia tidaklah timbul secara kebetulan, dan tidaklah tumbuh dengan sendirinya tanpa ada yang menanam, melainkan ia merupakan tumbuhan yang disengaja penumbuhannya yang dijaga dengan perhatian dan perawatan, dan ada

yang mengeluarkan umat ini, yang menanamnya dan yang

mempersiapkannya untuk risalahnya adalah Allah Azza wa Jalla.

Umat Islam merupakan sebuah umat yang sumbernya

(mashdarnya) adalah rabbani dan demikian pula wijhahnya (orientasinya)

adalah rabbani, karena ia hidup untuk Allah, beribadah kepada Allah dan merealisasikan konsepsi Allah di muka bumi, maka ia adalah dari Allah

dan kepada Allah.25 Sebagaimana yang Allah Ta‟ala firmankan kepada

Rasul-Nya:

َنٌِمَل ََٰعۡلٱ ِّب َر ِ َّ ِللَّ ًِتاَمَم َو َياٌَ ۡحَم َو ًِكُسُن َو ًِت َلََص َّنِإ ۡلُق

ٕٔٙ

َش َلَ

ۡۖۥُهَل َكٌ ِر

Terjemahnya:

“Katakanlah: „Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu

bagi-Nya...” (Al-An‟am: 162-163)26

25

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, h. 313 26Alqur‟an dan Terjemahan, h.150

(26)

b) Wasathiyyah (pertengahan)

Wasathiyyah adalah yang mempersiapkan umat ini untuk memberikan kesaksian pada manusia dan mempersiapkannya pada posisi pendidik umat manusia, dan tentangnya ayat Alqur‟an ini mengatakan:

ۡمُك ٌَۡلَع ُلوُسَّرلٱ َنوُكٌَ َو ِساَّنلٱ ىَلَع َءٓاَدَهُش ْاوُنوُكَتِّل ا ٗطَس َو ٗةَّمُأ ۡمُك ََٰنۡلَعَج َكِل

ََٰذَك َو

ٌِهَش

ِۗا ٗد

...

Terjemahnya:

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas

(perbuatan) kamu...” (Al-Baqarah: 143)27

Umat Islam merupakan wasathiyyah yang komprehensif dan

integral; wasathiyyah dalam keyakinan dan persepsi, wasaathiyyah dalam

praktek ibadah dan ritual, wasathiyyah dalam akhlak (moral) dan perilaku,

wasathiyyah dalam peraturan dan perundang-undangan, dan wasathiyyah

dalam pemikiran dan perasaan.

Umat Islam merupakan wasathiyyah antara spiritual dan material,

antara idealisme dan pragratisme, antara individualisme dan sosialisme.

Umat Islam adalah sebuah umat yang mewakili “jalan yang lurus (sirath

mustaqim)” di antara jalan-jalan yang berbelok-belok dan berkelok-kelok.

c) Dakwah

Umat Islam merupakan umat dakwah dan risalah bukan umat egois yang memonopoli kebenaran, kebaikan dan hidayah (petunjuk) untuk dirinya sendiri, dan tidak berjuang untuk menyebarkannya di antara manusia. Melainkan dakwah padanya adalah merupakan sebuah kewajiban atasnya, amar ma‟ruf nahi mungkar disertai keimanan kepada

27Alqur‟an dan Terjemahan

(27)

Allah merupakan dasar pengutamannya atas semua umat-umat yang

lain,28 sebagaimana Allah Ta‟ala berfirman:

ِِۗ َّللَّٱِب َنوُنِم ۡؤُت َو ِرَكنُمۡلٱ ِنَع َن ۡوَه ۡنَت َو ِفوُر ۡعَمۡلٱِب َنوُرُمۡأَت ِساَّنلِل ۡتَجِر ۡخُأ ٍةَّمُأ َر ٌَۡخ ۡمُتنُك

...

Terjemahnya:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar,

dan beriman kepada Allah...” (Ali „Imran: 110)29

Beberapa ayat sebelum itu firman Allah Ta‟ala mengatakan:

ِٖۚرَكنُمۡلٱ ِنَع َن ۡوَه ۡنٌَ َو ِفوُر ۡعَمۡلٱِب َنوُرُمۡأٌَ َو ِر ٌَۡخۡلٱ ىَلِإ َنوُع ۡدٌَ ٞةَّمُأ ۡمُكنِّم نُكَتۡل َو

ِلۡفُمۡلٱ ُمُه َكِئََٰٓل ْوُأ َو

َنوُح

ٔٓٗ

Terjemahnya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang

beruntung.” (Ali „Imran: 104)30

Artinya adalah menurut salah satu dari dua versi penafsiran; jadikanlah diri kamu sekalian umat dakwah dan amar makruf nahi mungkar, dengan demikian kamu sekalian berhak mendapatkan

keberuntungan. Dan “min” di sini adalah tajridiyah (spesialisasi) dan bukan

tab‟idhiyah (parsialisasi). Dan menurut tafsir yang lain artinya adalah; Persiapkanlah dari kamu sekalian sekelompok orang militan yang solid yang mampu berdakwah dan amar ma‟ruf nahi mungkar, dan agar supaya

gugur kewajiban kolektif (fardhu kifayah) dakwah serta agar kamu menjadi

penolong dakwah Islam.

Sesungguhnya Islam merupakan risalah universal, sebuah risalah untuk semua jenis manusia, setiap warna kulit, setiap daerah, setiap

28

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, h. 314

29Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 64

30Alqur‟an dan Terjemahan

(28)

bangsa, setiap bahasa, dan setiap kelas sosial, sebagaimana yang Allah Ta‟ala firmankan:

ٓاَم َو

َنٌِمَل ََٰعۡلِّل ٗةَم ۡحَر َّلَِإ َك ََٰنۡلَس ۡرَأ

ٔٓ١

Terjemahnya:

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya‟: 107)31

d) Kesatuan

Umat yang diinginkan Islam adalah umat yang satu, meskipun terbentuk dari berbagai ras, warna dan kelas, karena Islam telah memadukannya semuanya di dalam dekapannya, meleburkan perbedaan-perbedaan di antara mereka dan mengikatnya dengan tali yang kokoh

yang tidak dapat terputus lagi.32 Allah Ta‟ala berfirman:

َّمُأ ٓۦِهِذ ََٰه َّنِإ

ِنوُدُب ۡعٱَف ۡمُكُّبَر ۠اَنَأ َو ٗةَدِح ََٰو ٗةَّمُأ ۡمُكُت

٢ٕ

Terjemahnya:

“Sungguh (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama satu dan Aku adalah Rabbmu, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya‟: 92)33

Timbullah pernyataan bagaimana umat ini tidak menjadi umat yang satu, sedangkan Allah telah menyatukan akidah dan syari‟atnya, menyatukan tujuannya dan menyatukan konsep hidupnya, sebagaimana

yang Allah Subhanallahu wa Ta‟ala firmankan:

ْاوُعِبَّتَت َلَ َو ُۡۖهوُعِبَّتٱَف ا ٗمٌِقَت ۡسُم ً ِط ََٰر ِص اَذ ََٰه َّنَأ َو

ۡمُكِل ََٰذ ٖۚۦِهِلٌِبَس نَع ۡمُكِب َقَّرَفَتَف َلُبُّسلٱ

َنوُقَّتَت ۡمُكَّلَعَل ۦِهِب مُك َٰىَّص َو

ٖٔ٘

Terjemahnya:

“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai

31Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 331

32

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, h. 315

33Alqur‟an dan Terjemahan

(29)

beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan

kepadamu agar kamu bertaqwa.” (Al-An‟am: 153)34

Umat Islam adalah sebuah umat yang Rabbnya adalah satu yaitu

Allah, Nabinya satu yaitu Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, kitab

sucinya satu yaitu Alqur‟an, kiblatnya satu yaitu Ka‟bah Baitullah Al-Haram, syari‟atnya adalah satu yaitu syari‟at Islam, tanah airnya satu yaitu negeri Islam dengan keluasannya, pimpinannya adalah satu yang terwakili pada seorang “Khalifah Al-Muslimin” atau “Amir Al-Mukminin” yang

mewujudkan kesatuan politik umat Islam.35

Dapat dikatakan Islam menolak adanya dua khalifah pada waktu yang sama bagi umat Islam, demi menjaga kesatuan umat dan mencegah perpecahan kalimatnya serta bercerai berainya urusan dan kekuatannya. Oleh karena itu pula kita tidak boleh mengatakan dalam ungkapan kita; “umat-umat (umam) Islam”, melainkan hanya boleh “umat Islam”, ia merupakan umat yang satu sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan ia bukanlah umat-umat yang berpecah belah sebagaimana yang diinginkan oleh imperialisme.

Allah Ta‟ala berfirman:

ْٖۚاوُقَّرَفَت َلَ َو ا ٗعٌِم َج ِ َّللَّٱ ِل ۡبَحِب ْاوُم ِصَت ۡعٱ َو

Terjemahnya:

“Dan berpeganganlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,

dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali „Imran: 103)36

Alqur‟an telah mengingatkan akan desas-desus sebagian oknum Ahli Kitab yang berusaha memecah belah kekuatan umat Islam dan

34Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 149

35

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, h. 316

36Alqur‟an dan Terjemahan

(30)

menghasut suara-suara fanatisme di antara mereka, Allah Ta‟ala berfirman dengan memperingatkan:

ِّم ا ٗقٌ ِرَف ْاوُعٌ ِطُت نِإ ْا ٓوُنَماَء َنٌِذَّلٱ اَهٌَُّأٌََٰٓ

ۡمُكِن ََٰمٌِإ َد ۡعَب مُكوُّدُرٌَ َب ََٰتِكۡلٱ ْاوُتوُأ َنٌِذَّلٱ َن

َنٌ ِرِف ََٰك

ٔٓٓ

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab niscaya mereka akan

mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.”

(Ali „Imran: 100)37

Asbab turunnya ayat ini dan ayat yang setelahnya menunjukkan bahwa maksudnya adalah; niscaya mereka akan mengembalikan kamu setelah kesatuanmu menjadi orang-orang yang bercerai berai, setelah

persaudaraan kamu menjadi saling bermusuhan.38

Sesungguhnya kesatuan umat mewajibkan atasnya untuk menjadikan persaudaraan Islamnya di atas segala fanatisme, karena Allah

Ta‟ala telah menjadikannya sebagai ungkapan tentang keimanan dan merupakan manivestasi untuknya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Seorang Muslim

itu saudara Muslim yang lainnya, ia tidak mendzaliminya dan membiarkannya” (HR. Muttafaq Alaih), yaitu tidak mengacuhkannya pada

saat kesulitan atau ketika diserang atau dilanggar hak-haknya, melainkan

ia menolongnya dan mendukungnya, dan inilah konsekuensi

persaudaraan (ukhuwah).

Hal inilah yang ditegaskan oleh hadits yang lain:

“Orang-orang Islam itu saling memelihara darah mereka, berusaha menjaga tanggungan mereka yang terendah sekalipun,

37Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 62

38

(31)

melindungi sampai orang yang paling jauh sekalipun dan mereka itu adalah satu tangan dalam menghadapi umat selaian mereka (non Muslim).” (HR. Abu Daud)

Islam sangat memperingatkan dari saling bermusuhnya umat yang satu ini sampai pada tingkat saling berperang satu sama lain, sebagaimana yang dilakukan oleh kabilah-kabilah jahiliyah. Nabi

Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Janganlah kamu kembali menjadi kafiir setelahku (nanti) yang

mana satu sama lain saling menebas leher (saudaranya).” (HR.

Muttafaq Alaih)

“Mencaci seorang merupakan suatu kefasikan, dan

membunuhnya merupakan suatu kekufuran.” (HR. Muttafaq Alaih)

C. Sistem Pembinaan Masyarakat

1. Peran Majelis Taklim

Secara garis besar majelis taklim bertujuan menyampaikan “Dakwah Islam” yang merupakan aktualisasi nilai-nilai Islam yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kemasyarakatan, yang dilaksanakan secara teratus dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara-cara tertentu, sehingga tujuan

Islam yaitu Rahmatan lil „Alamin dapat tercapai. Majelis taklim sebagai

dakwah Islamiyah selalu menyerukan amar ma‟ruf nahi mungkar. Materi

kegiatannya sesuai tugas manusia sebagai Khalifatullah fil ardhi. Dalam

QS. Al- Baqarah (2) ayat 30 Allah SWT. berfirman :

َكُّبَر َلاَق ۡذِإ َو

اَهٌِف ُدِس ۡفٌُ نَم اَهٌِف ُلَع ۡجَتَأ ْا ٓوُلاَق

ۡۖٗةَفٌِلَخ ِض ۡرَ ۡلۡٱ ًِف ٞلِعاَج ًِّنِإ ِةَكِئََٰٓلَمۡلِل

َنوُمَل ۡعَت َلَ اَم ُمَل ۡعَأ ًِّٓنِإ َلاَق َۡۖكَل ُسِّدَقُن َو َكِد ۡمَحِب ُحِّبَسُن ُن ۡحَن َو َءٓاَمِّدلٱ ُكِف ۡسٌَ َو

ٖٓ

Terjemahnya:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi". Mereka berkata:

(32)

"Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".39

Majelis Taklim merupakan suatu lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dibimbing oleh alim ulama, yang bertujuan membina dan mengajarkan hubungan antara manusia dengan Allah swt. dan antara manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan lingkungannya, selanjutnya bertujuan untuk membina masyarakat yang bertaqwa dan beriman kepada Allah SWT.

Majelis taklim selain lembaga pendidikan non formal dan wadah pembinaan umat, juga sarana dan informasi untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan secara efektif dan berkesinambungan kepada para peserta jamaah yang aktif dan dapat dikondisikan para jamaah atau pesertanya bertukar pikiran. Baik masalah keagamaan maupun pengalaman yang secara tidak langsung telah mengikat silaturrahmi dalam arti menjalin hubungan yang lebih luas dalam berbagai bidang kehidupan yang dipadukan dalam kebersamaan serta kerja sama untuk

kepentingan umat yang tidak terikat pada golongan atau organisasi.40

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa majelis taklim memiliki peranan yang sangatlah penting dan diperlukan dalam hal yang bersifat membangun kepentingan hidup masyarakat. Peranan majelis dapat berupa ajaran atau suatu hal yang berasal dari majelis taklim itu sendiri seperti sebagai wadah keagamaan dan juga dapat berupa sesuatu yang berdampak kepada masyarakat dan

39Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 6

40

(33)

direalisasikan kepada masyarakat seperti hasil dari penanaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pembinaan Masyarakat

Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerja sama umat menuju adanya suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan

keadilan.41

Masyarakat adalah salah satu dari tiga lingkungan pendidikan di samping rumah tangga dan sekolah. Ketiga lingkungan tersebut harus memperoleh perhatian yang sama. Mengabaikan salah satu lingkungan bukan hanya berakibat negatif bagi lingkungan tersebut, tetapi juga akan menggoyahkan atau bahkan meniadakan hasil pembinaan lingkungan pendidikan lainnya. Sekolah, rumah tangga, dan masyarakat merupakan tiga lingkungan dan mata rantai pendidikan yang saling terkait. Sebagai lembaga nonformal, majelis taklim yang orientasinya membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, sebagai tempat rekreasi rohaniah, karena dalam penyelenggaraannya yang santai, dan ajang silaturrahmi massal dengan tidak disadari dapat menghidup suburkan dakwah serta ukhuwah

41

Kaelany, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (cet.1, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2000) h. 157

(34)

Islamiyah, dan merupakan media penyampaian gagasan yang bermanfaat

dalam rangka pembangunan umat dan bangsa pada umumnya. 42

Sejatinya masyarakat tidak lepas dari kedudukan dan peran manusia secara individu karena masyarakat terdiri dari beberapa individu-individu yang berinteraksi dalam kelompok, di mana satu dengan yang lainnya saling mengisi dan melengkapi atas dasar kebutuhan bersama. Sehingga manusia merupakan makhluk yang berada ditengah-tengah masyarakat, kehadirannya dalam masyarakat merupakan keharusan dalam hidup manusia sejak lahir, karena manusia dari sejak lahir hingga meninggal dunia tidak lepas dari bantuan manusia lain.

Unsur pertama yang harus di junjung dalam masyarakat adalah tanggung jawab bersama. Hal ini harus dimulai dari lingkungan, keluarga, kemudian meluas kepada tetangga, penduduk kampung atau lingkungan sekitarnya, lalu sesama anggota masyarakat di dalam suatu negara, dan

akhirnya seluruh masyarakat Islam di dunia.43 Oleh karena itu, penulis

menyimpulkan bahwa masyarakat tidak bisa hidup sejahtera untuk mementingkan dirinya sendiri dan pasti membutuhkan orang lain untuk merealisasikan kepentingan dirinya dan orang lain karena dari lahirnya ia sudah hidup untuk bermasyarakat.

Masyarakat yang sejahtera merupakan kumpulan dari manusia-manusia yang berkualitas, dan akan terwujud apabila manusia-manusia tersebut dilandasi oleh moral agama sebagai landasan kehidupannya dalam bermasyarakat.

42

Rosehan Anwar, Majlis Taklim dan Pembinaan Umat, h. 91

43

(35)

Islam menunjuk 3 (tiga) potensi dasar yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia (masyarakat), yakni : potensi jism (fisik), potensi akal dan potensi qalbu. Ketiga potensi tersebut secara utuh dan bersama-sama dijadikan sasaran garapan dalam upaya meningkatkan kualitas manusia. Dan untuk melaksanakan pembinaan tersebut, Alqur‟an dan sunah nabi serta konsep pendidikan para Ulama dan ilmuan Islam telah menyebut

beberapa macam pendekatan.44

a. Pembinaan ragawi

Dengan maksud menjaga kesehatan dan keselamatan fisik, sehingga mampu secara fisik menangani berbagai macam kegiatan,

terjauhkan dari penyakit dan cacat ragawi.45 Dalam kaitan ini Islam

menunjukkan empat langkah :

1) Menjaga kebersihan (al-muhafazhah ala an-nazhofah). Baik

tubuhnya, pakaiannya maupun lingkungannya. Dalam hal ini Alqur‟an maupun hadits-hadits Nabi banyak memberikan acuan. Dengan kata lain agama Islam menganjurkan umatnya untuk hidup dalam budaya bersih.

2) Makanan yang halal dan sehat (at-thoyyibat min ar-rizq). Semua

makanan atau minuman yang ditunjuk oleh Alqur‟an untuk dimakan manusian adalah jenis makanan bergizi dan sehat, seperti biji-bijian (al-hubub), buah-buahan (fawakih), daging (lahm), sayur-sayuran (qadlba) air bersih (ma‟) dan susu (laban).

44

Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, h. 37

45

(36)

3) Olahraga (ar-riyadlah). Alqur‟an dan haits yang menyebut

pentingnya olah raga, khususnya atletik, renang, bela diri, berkuda. Dan “Aisyah r.a. mengatakan, bahwa dia bersama Rasulullah SAW. sering berjalan bersama waktu pagi, dan dia semula dapat mendahului Nabi SAW. tetapi kemudian dia selalu dikalahkan oleh Nabi SAW. yakni setelah berat badannya bertambah. Nabi bersabda: Kelambananmu itu karena dagingmu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

4) Pengobatan (al-„ilaj), sampai-sampai Nabi Muhammad SAW.

memerintahkan: “Berobatlah kalian sesungguhnya Allah itu selain menurunkan penyakit juga menyediakan obatnya, kecuali satu jenis penyakit yang tidak dapat diobati yakni penyakit tua”. (HR. Ahmad dan Turmudzi).

b. Pembinaan akal

Pembinaan ini memiliki maksud agar manusia mampu berpikir sehat, sanggup melakukan penelitian dan menguasai ilmu pengetahuan,

menyerap informasi dan selanjutnya mengembangkan kreatifitasnya.46

Meskipun Alqur‟an sendiri menyatakan, bahwa pada dasarnya manusia itu lahir masih hampa pengetahuan, walaupun mempunyai bekal potensi dan perangkat untuk menerima berbagai macam ilmu seperti yang tercantum dalam QS. An-Nahl ayat 78 :

ٌَۡش َنوُمَل ۡعَت َلَ ۡمُكِت ََٰهَّمُأ ِنوُطُب ۢنِّم مُكَجَر ۡخَأ ُ َّللَّٱ َو

ٗ

ۡفَ ۡلۡٱ َو َر ََٰص ۡبَ ۡلۡٱ َو َع ۡمَّسلٱ ُمُكَل َلَع َج َو ا

ِ

َةَد

َنوُرُك ۡشَت ۡمُكَّلَعَل

١٧

Terjemahnya: 46

(37)

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberimu pendengaran,

penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.47

Ada 3 (tiga) langkah upaya yang ditunjuk oleh Alqur‟an maupun sunnah, untuk membina akal ini:

1) Mengembangkan budaya membaca, Islam memandang membaca itu sebagai budaya intelektual, sehingga pada zaman sahabat,

mereka yang pandai-pandai disebut “al-qurra”. Ayat pertama dari

wahyupun dimulai dengan perintah membaca (Iqra‟).

2) Mengadakan banyak observasi (as-sairu fil ardl), dengan

penjelajahan-penjelajahan dimungkinkan lebih banyak menemukan realitas lingkungan bio-fisik, lingkungan sosio-kultural maupun lingkungan psikologis, dan akan memberikan kekayaan informasi yang diperlukan untuk memperluas horizon pemikiran manusia, seperti tercantum dalam QS. Yunus ayat 101 :

م ۡوَق نَع ُرُذُّنلٱ َو ُت ٌََٰٓ ۡلۡٱ ًِن ۡغُت اَم َو ٖۚ ِض ۡرَ ۡلۡٱ َو ِت ََٰو ََٰمَّسلٱ ًِف اَذاَم ْاوُرُظنٱ ِلُق

َنوُنِم ۡؤٌُ َّلَ

ٔٓٔ

Terjemahnya:

Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul

yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman.48

3) Mengadakan penelitian dan perenungan (an-nazhor wa

at-ta‟ammul), dalam upaya menemukan rahasia-rahasia ciptaan Tuhan dan menambah ketajaman nalar. Sangat banyak sekali

47Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 275

48Alqur‟an dan Terjemahan,

(38)

ayat Alqur‟an yang memerintahkan hal ini, baik terhadap gejala

alam, gejala sosial maupun gejala diri (wafi an-fusikum).

c. Pembinaan Qalbu

Dengan maksud agar potensi qalbu ini mampu berfungsi sebagai instrumen spiritual yang berkecenderungan kepada kebaikan-kebaikan, terlatih dalam keluhuran akhlaq, berkemampuan dalam menangkal pengaruh hawa nafsu, memiliki kematangan emosional. Dalam kaitan ini, Nabi SAW. menyatakan: “Manusia itu seperti tambang emas dan perak,” yakni mempunyai nilai tinggi, namun memerlukan pengolahan-pengolahan yang terencana dan terarah, jika dibiarkan atau salah pengolahan, maka

tidak memberikan nilai tambah seperti apa yang diharapkan.49 Oleh

karena itu, penulis menyimpulkan bahwa pembinaan qalbu terhadap diri masyarakat sangatlah perlu diperhatikan dan ditanamkan nilai-nilai agama sehingga bisa membawa ke kehidupan masyarakat yang berlandaskan keislaman.

Dalam hubungan ini, Islam menunjukkan beberapa langkah :

1) Membimbing dan membiasakan kearah kebaikan (at-taujih wa

al-mu‟awadah ala al-alkhair).

2) Keteladanan lingkungan sosial (al-qudwah al-hasanah), mulai dari

keluarga, teman sepermainan, kolega kerja sampai kelompok masyarakat. Nabi SAW. bersabda: “Seseorang itu dipengaruhi cara hidup temannya, oleh karenanya perhatikan siapa orang yang akan kalian jadikan teman” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi). Malah

49

(39)

dalam hadits lain Nabi SAW. mengatakan: “Setiap bayi yang dilahirkan itu masih dalam keadaan fitrah, kemudian ayah bundanyalah yang membentuknya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. Thabrani dan Baihaqi)

3) Ketaatan beribadah, yang keseluruhan perintah ibadah dalam Islam, dimaksudkan untuk membentuk pribadi yang bersih, taqwa, sabar dan sopan. Dalam Alqur‟an antara lain disebutkan dalam surat Al-Ankabut ayat 45:

ِِۗرَكنُمۡلٱ َو ِءٓاَش ۡحَفۡلٱ ِنَع َٰىَه ۡنَت َة َٰوَلَّصلٱ َّنِإ َۡۖة َٰوَلَّصلٱ ِمِقَأ َو

Terjemahnya:

“Dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari

(perbuatan) keji dan mungkar.”50

3. Membangun Masyarakat Yang Shalih

Islam bertujuan untuk membentuk masyarakat yang shalih, sebagaimana ia bertujuan untuk membentuk individu yang shalih dan keluarga yang shalih, keduanya (tidak diragukan lagi) merupakan dasar yang kuat bagi keshalihan (kebaikan) masyarakat yang didambakan.

Masyarakat yang shalih adalah yang masing-masing individu dan keluarganya terikat dengan nilai-nilai Islam yang luhur dan prinsip-prinsipnya yang ideal, dan menjadikannya misi hidupnya dan poros keberadaanya.

Adapun nilai-nilai Islam yang terpenting dalam topik ini adalah:

50Alqur‟an dan Terjemahan

(40)

a. Berkumpul atas dasar akidah

Masyarakat Islam bukanlah masyarakat yang nasionalis ataupun regionalis, melainkan ia sebuah masyarakat yang berakidah yaitu masyarakat dari sebuah pemikiran dan akidah, dan akidahnya adalah Islam yang merupakan dasar idiologi masyarakat ini.

Boleh jadi masyarakat ini terdiri dari berbagai ragam jenis (ras), warna kulit, tanah air, bahasa, ataupun kelas sosial. Akan tetapi semua keanekaragaman ini melebur dan berpadu di hadapan kesatuan akidah, di

hadapan “Laa ilaha Illallah dan Muhammad Rasulullah” (Tiada Ilah selain

Allah dan Muhammad adalah Rasulullah), di hadapan keimanan bersama

yang menggalang semuanya dalam dekapan ukhuwahnya.51 Dalam hal ini

juga penulis mengaitkan dengan sebuah analogi yang berlaku di negara kita yaitu “berbeda-beda tapi tetap satu tujuan” yang apabila dikaitkan dalam agama Islam, darimana pun asalnya, bagaimana pun bentuk tubuhnya, dan secerdas apapun kemahirannya jika ia umat Islam tetaplah memiliki satu tujuan yaitu hidup berlandaskan satu aqidah.

b. Menghargai amal shalih.

Dari sinilah datanglah perhatian terhadap nilai yang lain dari nilai-nilai yang di atasnya berdiri masyarakat shalih yang mana Islam bertujuan untuk merealisasikannya yaitu; “menghargai amal shalih” bahkan memuliakannya dan menghargainya, baik konteksnya adalah ritual religius seperti shalat, puasa, haji, umrah, dzikir, tilawah Alqur‟an dan do‟a, ataupun duniawi, seperti berusaha dalam mencari rezki, memakmurkan

51

(41)

bumi dengan pertanian, industri dan kerajinan, serta setiap apa yang terdapat padanya manfaat bagi manusia dan berbuat baik kepada mereka. Ini merupakan sebuah prinsip yang ditetapkan dan populer apa yang dianggap oleh Alqur‟an sebagai sebuah tonggak dalam agama yang

dihubungkan dengan keimanan kepada Allah dan hari akhir.52 Dari

pendapat tersebut, penulis mengemukakan bahwa pembinaan terhadap masyarakat tidak perlu dilakukan dengan hal yang berlebihan namun dapat dilakukan dengan hal yang sederhana seperti memerhatikan dan mengembangkan kepentingan amal shalih di kehidupan.

Alqur‟an menghubungkan amal dengan keimanan dalam lebih dari

tujuh puluh ayat, seperti firman Allah Ta‟ala:

الََمَع َنَس ۡحَأ ۡنَم َر ۡجَأ ُعٌ ِضُن َلَ اَّنِإ ِت ََٰحِل ََّٰصلٱ ْاوُلِمَع َو ْاوُنَماَء َنٌِذَّلٱ َّنِإ

ٖٓ

Terjemahnya:

“Sungguh, mereka yang beriman dan beramal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang

mengerjakan amalan(nya) yang baik.” (Al-Kahfi:30)53

c. Berdakwah (menyeru) kepada kebajikan, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan salah satu prinsip agama ini.

Tidak cukup –menurut logika Islam- seseorang menjadi shalih

dalam pribadinya sendiri, sementara itu ia mengabaikan kerusakan orang lain, melainkan orang yang benar-benar shalih menurutnya adalah orang yang memperbaiki dirinya dan berusaha untuk memperbaiki orang lain, walaupun hanya dengan mengajak kepada kebajikan, memerintahkan

52

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, h. 296

53Alqur‟an dan Terjemahan

(42)

kebaikan dan mencegah kemungkaran.54 Sebagaimana Allah Ta‟ala berfirman:

ِٖۚرَكنُمۡلٱ ِنَع َن ۡوَه ۡنٌَ َو ِفوُر ۡعَمۡلٱِب َنوُرُمۡأٌَ َو ِر ٌَۡخۡلٱ ىَلِإ َنوُع ۡدٌَ ٞةَّمُأ ۡمُكنِّم نُكَتۡل َو

ََٰٓل ْوُأ َو

َنوُحِل ۡفُمۡلٱ ُمُه َكِئ

ٔٓٗ

Terjemahnya:

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang

beruntung.” (Ali „Imran: 104)55

Dengan karakteristik inilah umat Islam memiliki supremasi atas

seluruh umat-umat yang lain. Firman Allah Ta‟ala:

ِِۗ َّللَّٱِب َنوُنِم ۡؤُت َو ِرَكنُمۡلٱ ِنَع َن ۡوَه ۡنَت َو ِفوُر ۡعَمۡلٱِب َنوُرُمۡأَت ِساَّنلِل ۡتَجِر ۡخُأ ٍةَّمُأ َر ٌَۡخ ۡمُتنُك

ُل ۡهَأ َنَماَء ۡوَل َو

َنوُق ِس ََٰفۡلٱ ُمُهُرَث ۡكَأ َو َنوُنِم ۡؤُمۡلٱ ُمُه ۡنِّم ٖۚمُهَّل ا ٗر ٌَۡخ َناَكَل ِب ََٰتِكۡلٱ

ٔٔٓ

Terjemahnya:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar,

dan beriman kepada Allah. “ (Ali „Imran: 110)56

d. Jihad di jalan Allah.

Jihad di jalan Allah -untuk membela kebenaran, mengamankan dakwah, mencegah kaum pengkhianat perjanjian, dan menyelamatkan kaum lemah tertindas- merupakan prinsip Islami yang mana seorang Muslim tidak mengingkarinya, tidak bodoh mengenai kedudukan dan keutamaannya serta apa yang dipersiapkan Allah untuk kaum mujahidin,

apalagi mengenai perintah syar‟inya.57

Allah Ta‟ala berfirman:

54

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, h. 297

55Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 63

56Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 64

57

(43)

َنٌِذَّلٱ ِن ََٰدۡلِوۡلٱ َو ِءٓاَسِّنلٱ َو ِلاَجِّرلٱ َنِم َنٌِفَع ۡضَت ۡسُمۡلٱ َو ِ َّللَّٱ ِلٌِبَس ًِف َنوُلِت ََٰقُت َلَ ۡمُكَل اَم َو

َّل لَع ۡجٱ َو ا ٌِّٗل َو َكنُدَّل نِم اَنَّلَع ۡجٱ َو اَهُل ۡهَأ ِمِلاَّظلٱ ِةٌَ ۡرَقۡلٱ ِهِذ ََٰه ۡنِم اَن ۡج ِر ۡخَأ ٓاَنَّبَر َنوُلوُقٌَ

اَن

نِم

ا ارٌ ِصَن َكنُدَّل

١٘

Terjemahnya:

Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang dzalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari Mu, dan berilah kami penolong dari

sisi-Mu.” (An-Nisa: 75)58

e. Pemantapan semua nilai-nilai luhur moral dalam semua aspek kehidupan.

Pemantapan semua nilai-nilai luhur moral dalam semua aspek kehidupan, menyebarkannya dan melindunginya dari keadilan, kebaikan, kebajikan, hubungan silaturrahmi, saling tolong menolong pada kebaikan dan ketaqwaan, menghormati peraturan, kejujuran, menjaga kehormatan, memelihara amanat, menepati janji, ikhlas dalam sembunyi dan terang-terangan, mengatakan kebenaran di saat marah dan suka, bersikap hemat pada saat miskin dan kaya, bersabar pada waktu kesenangan dan kesusahan serta peperangan, menahan kedua belah tangan dan lisan dari menyakiti orang lain; kesucian hati dari kedengkiian, rasa iri, kemunafikan, mencintai dunia dan seluruh penyakit-penyakit hati, semuanya itu termasuk dari tonggak-tonggak mental yang mana masyarakat Islam tidak

dapat berdiri melainkan di atasnya.59

f. Persaudaraan dan cinta kasih.

Persaudaraan dan cinta kasih adalah termasuk dari tonggak-tonggak masyarakat Islam. Hal ini merupakan konsekuensi keimanan

58Alqur‟an dan Terjemahan

, h. 90

59

(44)

yang mengikat antar pemeluknya dengan ikatan akidah yang kokoh:

“Sesungguhnya orang-orang mu‟min itu adalah bersaudara.” (Al-Hujurat: 10). Sejarah dan realita telah membuktikan bahwa tidak ada ikatan yang lebih kuat dari pada akidah, dan tidak ada akidah yang lebih kuat daripada Islam.

Tingkat minimal dari persaudaraan ini adalah selamatnya hati dari rasa kedengkian dan kebencian yang diungkapkan oleh hadits sebagai

“penyakit umat-umat”,60

dan Allah Ta‟ala telah menyanjung generasi

tabi‟in (penerus setia) generasi sahabat, dengan firman-Nya:

ِن ََٰمٌِ ۡلۡٱِب اَنوُقَبَس َنٌِذَّلٱ اَنِن ََٰو ۡخِ ِلۡ َو اَنَل ۡرِف ۡغٱ اَنَّبَر َنوُلوُقٌَ ۡمِهِد ۡعَب ۢنِم وُءٓاَج َنٌِذَّلٱ َو

ۡلَع ۡجَت َلَ َو

ٌمٌِحَّر ٞفوُء َر َكَّنِإ ٓاَنَّبَر ْاوُنَماَء َنٌِذَّلِّل ّٗلَِغ اَنِبوُلُق ًِف

ٔٓ

Terjemahnya:

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)61

g. Lemah lembut dan kasih sayang

Kelemah-lembutan dan kasih sayang merupakan buah

persaudaraan yang benar, yaitu yang digambarkan oleh hadits Nabi

dengan ilustrasi paling mengena ketika beliau bersabda:

“Kamu melihat kaum Muslimin dalam saling kasih, lemah lembut dan sayang mereka seperti tubuh yang satu, jika satu anggota darinya mengadu, maka seluruh anggota tubuh (lainnya) saling

menggapainya dengan panas (demam) dan begadang. (HR.

Muttafaq Alaih)

60

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, h. 300

61Alqur‟an dan Terjemahan

(45)

Kelembutan dan kasih sayang terlebih lagi wajib terhadap kaum lemah dari manusia yang terdiri dari anak-anak yatim, orang-orang miskin, para pelayan, dan orang-orang cacat, oleh karena itu Alqur‟an mengungkapkan bahwa termasuk di antara fenomena kekufuran dan pendustaan agama adalah bersikap keras terhadap orang-orang itu dan

membiarkan mereka mati kelaparan, telanjang dan terlantar.62

Firman Allah Ta‟ala:

ِنٌِّدلٱِب ُبِّذَكٌُ يِذَّلٱ َت ٌَۡءَرَأ

ٔ

َمٌِتٌَ ۡلٱ ُّعُدٌَ يِذَّلٱ َكِل ََٰذَف

ٕ

ِنٌِك ۡسِمۡلٱ ِماَعَط َٰىَلَع ُّضُحٌَ َلَ َو

ٖ

Terjemahnya:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi

makan orang miskin.” (Al-Ma‟un: 1-3)63

h. Saling mendukung dan menolong

Seorang muslim secara umum dipeirntahkan oleh Allah SWT memiliki sifat menolong orang lain. Pertolongan itu sifatnya amat luas, dari aspek menolong di bidang materi dan menolong dalam bidang nonmateri. Dalam pertolongan bidang materi ini banyak sekali tuntunan Allah, seperti tidak boleh kikir, membebaskan hutang bila sipenghutang terbelit kesulitan yang berat dalam membayarkan utangnya, memberi makan golongan miskin, merawat anak yatim dan seterusnya. Pertolongan dalam bentuk non-materi jelas sekali ajaran Islam untuk selalu menengok temannya yang sakit atau tertimpa kemalangan, menghantar orang mati sampai ke

62

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, h. 301

63Alqur‟an dan Terjemahan

Referensi

Dokumen terkait

مهنم ةيوناثلا ةسردتظا نماثلا فصلل ةيبرعلا ةغللا ةدام لمعلا ؽاروأ بُ ىوتلمحا ؽدص فلااؤس دجوت نكلو ىوتلمحا ؽدصب بسانم ؿولأا ىوتحملل تاراهم لك ( 2 ) نم ةداتظا نم

Fitaloka studio belum mengimplementasikan Standar Akuntansi Keuangan pada laporan keuangannya, dimana UMKM ini hanya mencatat kas masuk dan keluar yang sangat sederhana

Voice Over Internet Protocol ( VoIP ) adalah suatu teknologi yang memungkinkan untuk melakukan percakapan suara melalui jaringan Internet Protocol ( IP ) dengan mengubah

Analisis lebih difokuskan pada tema dan fakta cerita yang meliputi alur, tokoh, dan latar dalam novel Ketanggor karena unsur-unsur tersebut merupakan unsur utama

Dan Total Shift- Share sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Kabupaten Mesuji positif sebesar 15,54 milyar berarti secara keseluruhan sektor keuangan, persewaan, dan

Hasil perhitungan untuk struktur gedung 15 lantai ini, didapat bahwa model struktur rangka dinding geser dengan satu belt truss dapat mereduksi simpangan lateral maksimum

1. Secara ekonomis, perang suku dan upacara bakar batu selalu menghabiskan biaya yang tidak kecil. Kenyataan semacam ini akan berdampak terjadinya kemiskinan di antara

Jika ditinjau berdasarkan tahun pembuatan peta yang digunakan, data/peta yang digunakan untuk menganalisis potensi dan mengevaluasi kesesuaian lahan sumber daya