• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respect Education Bagi Guru Sebagai Upaya Pencegahan Bullying Di TK Aisyiyah Busthanul Athfal Kebanggan Banyumas 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Respect Education Bagi Guru Sebagai Upaya Pencegahan Bullying Di TK Aisyiyah Busthanul Athfal Kebanggan Banyumas 2020"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

263

Respect Education Bagi Guru Sebagai Upaya Pencegahan Bullying

Di TK Aisyiyah Busthanul Athfal Kebanggan Banyumas 2020

Respect Education for Teachers to Prevent Bullying

In TK Aisyiyah Busthanul Athfal Kebanggan Banyumas 2020

1)Desti Pujiati, 2)Dyah Astorini Wulandari Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Jl. KH. Dahlan, PO BOX. 202, Dukuhwaluh 53182 Purwokerto Email: destipujiati.ump@gmail.com, destipujiati@ump.ac.id

ABSTRAK

Program Ipteks ini memberikan pemahaman kepada para peserta tentang bullying bisa muncul pada masa usia dini. Tujuan dari pelatihan adalah memberikan pemahaman respect bullying sebagai upaya pencegahan bullying di sekolah, mewujudkan sekolah yang aman untuk anak terhindar dari bullying, keterampilan cara mencegah dan menangani bullying bagi guru TK dan orangtua. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian yang berupa pelatihan menggunakan metode diskusi, role play, game, pemberian tugas, action plan, observasi lapangan, dan focus grup discussion. Hasil dari kegiatan ini survey awal dan wawancara untuk mengetahui kondisi mitra dan hal-hal apa yang perlu dibenahi atau dilakukan untuk memberdayakan kelompok mitra. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan Respect Education bagi guru dan orang tua murid TK bagian kegiatan yang disepakati bersama. Melalui membangun komitmen, diferensi sosial, identitas diri, konsep gender, bullying, strategi penanganan bullying, serta menggali ide-ide kreatif. Pemahaman guru dan orangtua anak TK, keterampilan dalam mengikuti pelatihan serta turut andil dalam mencegah dan menangani bullying secara tepat, perlu pendampingan lebih lanjut untuk mengetahui teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pencegahan dan menangani bullying.

Kata Kunci : Respect Education, pencegahan bullying, guru TK

ABSTRACT

This science and technology program was done to provide participants with an understanding of bullying as it can occur at an early age. The purpose of this program is to provide respect education in order to prevent bullying in schools, to create a safe environment at school for children to avoid bullying, to provide some skills to prevent and to deal with bullying for kindergarten teachers and parents. The method used in the service activities in the form of training uses discussion methods, role play, games, assignments, action plans, field observations, and focus group discussions. From the results of this activity, it was found some initial surveys and interviews to find out the conditions of partners and to find out the things need to be fixed or done to empower partner groups. Therefore, Counseling activities and Respect Education training for teachers and parents of kindergarten students are mutually agreed. This training was done through building commitment, social differentiation, self-identity, gender concepts, bullying and its management strategies, and exploring creative ideas. In the end of the training, it is expected to get the understanding of teachers and parents of kindergarten children as well as their skills so that they can contribute to prevent and to deal with bullying appropriately. However, further assistance is needed to find out other techniques that can be used in preventing and dealing with bullying.

Keywords: Respect Education, bullying prevention, kindergarten teachers

Pendahuluan

Program Ipteks ini memberikan pemahaman kepada para peserta tentang bullying bisa muncul pada masa kanak kanak atau usia dini. Setiap anak usia dini berkembang di lingkungan, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (Wiyani, 2014). Anak yang berusia 3 tahun dapat dan sekaligus bisa berpartisipasi dalam tindakan bullying. Para guru seringkali tidak memperhatikan bullying karena beberapa alasan. Banyak para guru yang berpikir bahwa anak-anak itu terlalu naif dan juga terlalu bersih untuk melakukan tindakan bullying dan mereka dianggap tidak mampu untuk melakukan tindakan yang dapat melukai atau mengganggu anak yang lain. Para guru tidak menyadari bahwa penyebab dari bullying itu sendiri adalah karena kurangnya pengawasan atau bahkan hal tersebut terjadi ketika orang dewasa tidak melihat kejadian tersebut. Penyebab lainnya adalah kegagalan para guru PAUD untuk memahami bahwa perilaku awal atau pre-bullying akan bisa berubah menjadi bullying. Jika bullying pada usia dini dianggap sebelah mata, anak-anak yang melakukan tindakan bullying akan terus melakukan tindakan bullying sampai mereka tumbuh

(2)

264

remaja, dan anak-anak yang menjadi korbannya akan tetap menderita secara berkelanjutan. Pada dasarnya, perilaku bullying akan semakin menyebar ketika anak-anak yang lain juga melihat kesempatan-kesempatan untuk terlibat dalam perilaku bullying.

Mitra adalah TK Aisyiyah Kebanggan Banyumas. Lokasi mitra berada di daerah pedesaan tepatnya di kaki gunung Slamet. Siswa kebanyakan berasal dari berbagai keluarga yang berpendidikan rendah, paling tinggi pendidikan orang tua adalah SMA. Sehingga masih kurangnya pemahaman orang tua tentang bullying. Keterangan dari guru beberapa kali terjadi bullying baik yang berbentuk fisik maupun verbal. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman guru TK Kebanggan dan orang tua siswa tentang bullying pada anak Paud/TK, meningkatkan keterampilan guru dan orang tua siswa cara mencegah bullying pada anak dan meningkatkan keterampilan menangani kasus bullying baik terhadap korban maupun pelaku.

Pengabdian pada masyarakat (cummunity service) bagian dari peserta didik di sekolah, sedangkan sekolah memiliki komunitarian perhatian kepada masyarakat (Tilaar, 2015). Sekolah merupakan tempat berkumpulnya para pelajar yang bertujuan untuk menuntut ilmu dan bersosialisasi. Lingkungan sekolah siswa diberi beberapa fasilitas-fasilitas dan hak-hak tertentu. Seperti keamanan dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar, namun dalam kenyataannya banyak terjadi fenomena-fenomena melenceng yang kerap terjadi dalam lingkungan sekolah. Seperti maraknya terjadi kasus-kasus bullying yang semakin hari semakin marak.

Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kali. Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis. Sementara child abuse menurut organisasi kesehatan dunia (World Health Organization), adalah seluruh bentuk perlakuan buruk, baik secara fisik, emosional dan/atau seksual, penelantaran atau perlakuan lalai maupun eksploitasi terhadap anak (http://ompundaru.wordpress.com/ \2009/02/17/ bullying-di-sekolah-kita/). Menurut (Antiri, 2016) bullying merupakan perilaku agresif berupa serangan fisik, sosial, verbal, cyber, dan psikologis yang mengintimidasi korbannya dengan tujuan untuk memberikan rasa takut yang dilakukan oleh orang yang lebih kuat kepada orang yang lemah.

Bullying ditandai dengan adanya seorang siswa yang menjadi korban, saat terekspos secara berulang dalam jangka waktu tertent terhadap tindakan negatif yang dilakukan melalui kontak fisik, perkataan, ataupun dengan cara lain seperti gerakan tubuh (Olweus&Limber, 2010). Tujuan kegiatan meningkatkan pemahaman guru dan orangtua tentang bullying pada anak usia dini, meningkatkan keterampilan guru dan orangtua cara mencegah bullying pada anak, meningkatkan keterampilan mencegah dan menangani kasus bullying baik terhadap korban maupun pelaku.

Menanamkan nilai-nilai respect dalam pendidikan di sekolah sangatlah penting, bahkan dipandang snagat tepat jika dimulai sejak usia dini. Sejak usia dini telah ditanamkan nilai dan sikap saling menghargai (respect), peduli sesana dan saling menghormati perbedaan sehingga kelak diyakini bahwa pendidikan memberikan kontribusi yang nyata dan bermakna dalam pencegahan kekerasan.

Menurut Eva Imania Eliasa (2010: 56-58), dalam membangun hubungan antara guru dengan siswa yang positif dan respek dalam mendukung prestasi anak dapat melakukan hal sebagai berikut:

a. Menjaga komunikasi yang positif dengan anak b. Secara sistematik membangun hubungan lebih baik

Metode pengabdian pada Masyarakat

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini menggunakan metode diskusi melalui pelatihan yang diberikan untuk guru TK Aisyiyah di Kebanggan Banyumas, dikembangkan brainstorming, role play, game, FGD (Focus Group Discussion) kemudian dilakukan evaluasi program. Metode pendekatan pada kegiatan ini adalah :

1) Kegiatan penyuluhan pada guru dan orang tua/wali murid TK Kebanggan tentang cara mencegah dan mengatasi bullying.

2) Kegiatan pelatihan cara mencegah bullying.

(3)

265 Hasil dan Pembahasan

Semakin tinggi tingkat tujuan individu, semakin menambah motivasi berprestasi sehingga peningkatan kompetensi guru akan lebih baik. Respect education yang mengarah kepada kemampuan serta lebih menekankan keterampilan guru untuk mengatasi bullying baik dari tinggkat usia anak usia dini sampai usia dewasa dapat dilakukan pendampingan pelatihan yang dapat dilakukan pencegahan dini menurut (Saptandari, 2013) pelatihan ingin meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan guru dalam mencegah dan mengurangi bullying. Pelatihan respect merupakan salah satu alternatif yang mungkin dan dapat ditawarkan untuk menjawab permasalahan bullying/kekerasan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa masih membutuhkan banyak waktu dan ruang untuk mengenal bullying di sekolah agar bullying di sekolah dapat dicegah terjadinya untuk menciptakan budaya sekolah yang lebih respect serta untuk membangun iklim sekolah dengan membentuk sikap dan perilaku respect sehingga sekolah dapat menjadi tempat bagi pembentukan karakter anak didik maupun guru. Antusiasme peserta selama pelatihan terhadap materi, metode dan keseluruhan pelatihan memberikan gambaran bahwa sesungguhnya guru-guru sangat membutuhkan layanan in service training setelah mereka masuk dalam dunia kerja (Bredekamp, 2017). Kehausan akan pengetahuan, wacana dan wawasan baru sedikit mendapatkan jawaban setelah mereka mengikuti pelatihan ini. Tokoh inspiratif yang dibahas dalam pelatihan dinyatakan memberikan kesadaran pentingnya melakukan sesuatu tindakan sedikit-demi sedikit namun tetap istiqomah. Seseorang yang ditokohkan tidak merasakan melakukan sesuatu yang besar akan tetapi generasi pengikutnyalah yang melihat bahwa sesuatu telah dilakukan dan memberikan manfaat bagi orang lain. Perubahan dilakukan konsisten maka pada saatnya akan menjadi suatu perubahan yang besar. Dari rencana tindak lanjut yang akan dilakukan menunjukkan adanya semangat dari guru-guru untuk melakukan beberapa perubahan. Pemahaman guru terhadap berbagai bentuk bullying masih kurang, dan peserta mendapatkan pencerahan mengenai pengetahuan ini. Disadari pula bahwa seseorang yang memiliki kekuasaan atas orang lain lebih sering melakukan bullying tanpa disadari, karena perilaku bullying selama ini dianggap sesuatu yang lumrah. Memanggil nama dengan sebutan yang buruk (seperti si Gendut, si Item) oleh guru terhadap siswa dianggap sebagai lumrah dan wajar padahal hal ini merupakan tindakan bullying secara psikologis. Menyatakan anak bodoh, nakal ataupun pemalas oleh guru menjadi label bagi siswa merupakan bullying secara verbal yang dapat berdampak negatif bagi siswa. Hal-hal semacam ini kurang diperhatikan guru sebagai salah satu bentuk tidak adanya sikap dan perilaku respect kepada orang lain. Dengan dimilikinya pengetahuan tentang bullying, maka peserta dapat dengan mudah mengenali, mengidentifikasi dan mengklasifikasi jenis-jenis bullying yang sering terjadi di sekolah pada waktu melakukan pengamatan di sekolah. Tingkah Laku/behavior dengan mengukur implementasi hasil pelatihan di tempat kerja.

Berdasarkan kajian dari Action Plan dan Focus Group Discussion. Action Plan maka dapat diuraikan hasilnya sebagai berikut: tingkah laku/behavior peserta pelatihan positif. Peserta yang sering melakukan bullying di dalam kelas dengan penuh kesadaran dan komitmen yang tinggi akan berhenti melakukan hal itu lagi. Perilaku respect menjadi sesuatu yang semestinya dilakukan oleh seluruh komponen sekolah, baik kepada siswa, sesama guru, guru dengan kepala sekolah atau sebaliknya, dan bahkan sampai oleh penjaga sekolah kepada siswa dan sebaliknya siswa kepada semua komponen dalam sekolah. Jika terjadi bullying, maka tidak boleh dibalas dengan bullying pula. Walupun memang ironis korban bullying masih belum menyadari bahwa dirinya menjadi korban bullying.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilakukan refleksi untuk menemukan hal-hal yang essensial dari respect education (in house trainning) sebagai berikut: Realitas menunjukkan bahwa: a. Bullying terjadi di sekolah, baik di kelas saat pelajaran berlangsung maupun di luar jam pelajaran. Bullying terjadi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru b. Masih sering terjadi bullying guru terhadap anak didik c. Kekerasan (bullying terjadi di sekolah baik verbal maupun psikologi) d. Bentuk bullying yang terjadi di sekolah: memanggil nama teman dengan nama panggilan orangtua.

Melakukan bullying karena ikut-ikutan teman lain Setelah pelatihan: a. meningkatnya kesadaran akan pentingnya respect bagi diri sendiri dan orang lain. b. menyadari diri masih memiliki kekurangan dalam hal komitmen untuk berubah lebih baik, guru menyadari bahwa meskipun anak melakukan bullying tidak boleh diperlakukan dengan kekerasan pula. c. menyadari bahwa bullying memang masih banyak terjadi baik dilakukan guru, siswa dan orang tua. Ironinya korban bullying masih belum menyadari bahwa dirinya menjadi korban bullying. Lingkungan sosial yang kurang mendukung, guru kurang sabar sementara anak memilki kelemahan (lambat belajar, perilaku yang over). Kesemua hal itu sangat dipengaruhi latar belakang sosial anak. Keinginan peserta diantaranya yaitu menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk saling

(4)

266

menghargai dan terhindar dari bentuk-bentuk kekerasan (bullying). Sedangkan cara yang akan dilakukan peserta : guru melatih diri untuk menghargai siswa dan menghindari tindakan bullying, tidak diskriminatif, serta guru harus menjadi teladan.

Program perbaikan yang dilakukan adalah secara internal dan eksternal sebagai berikut : Perbaikan diri guru: a. Lebih menghargai orang lain, dengan yang lebih tua maupun muda dengan mau mendengarkan, memperhatikan dan merespon mereka. b. Bersedia menerima masukan, baik saran maupun kritik tentang dirinya. c. Tidak melakukan bullying pada siswa, sesama guru, bahkan pada kepala sekolah, harus bisa mengendalikan diri.

Perbaikan ke orang lain (eksternal): a. Melakukan observasi kelas dan sekolah untuk mengidentifikasi apakah terjadi bulllying, penyebab terjadi bullying, dan upaya mengatasinya b. Memberikan pemahaman tentang bullying dan akibatnya kepada orang lain. c. Lebih menghargai anak didik dengan mendengarkan permasalahan anak, d. Membuat komitmen antar guru untuk saling mengingatkan jika mereka tanpa sadar melakukan bullying terhadap sesama. e. Memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang bullying, bahaya dan akibatnya. f. Menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman. g. Mengajak guru lain untuk tidak melakukan bullying h. Menangani kasus bullying di sekolah dan mencatatnya, memberikan bantuan dan dukungan terhadap korban bullying. Melakukan pembelajaran yang respect (menghargai) dan berusaha menghilangkan tindakan-tindakan bullying yang sebelumnya kadang dilakukan oleh guru j. Menyelenggarakan seminar tentang bullying untuk teman-teman di sekolahnya. k. Meningkatkan komunikasi antar siswa, guru, orang tua dan masyarakat.

Kegiatan yang sudah dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan terutama dalam meningkatkan keamanan dan keselamatan siswa didik dari ancaman bullying. Pelatihan dimulai dengan aktivitas mencairkan kebekuan antar peserta dengan peserta dan antara peserta dengan tim pengabdi dan fasilitator pelatihan. Kegiatan dilakukan dengan game dan nyanyian sehingga kecanggungan antar peserta yang belum saling kenal serta tim menjadi cair dan suasana menjadi kondusif untuk memberikan materi selanjutnya.

Target luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan ini adalah: a. Target luaran untuk mitra sehingga memiliki:

1). Pemahanaman respect education sebagai upaya pencegahan bullying di sekolah.

2). Motivasi kepada guru dalam mewujudkan sekolah yang aman untuk anak terhindar dari Bullying. 3). Keterampilan guru dalam menangani kasus bullying.

b. Modul untuk orang tua peserta didik serta guru agar mengetahui cara mencegah dan mengatasi kasus bullying

Simpulan dan Saran Simpulan

Dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil pengamatan pelaksanaaan kegiatan diantaranya: Kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, peserta mendapatkan materi sesuai dengan target dari tim IbM, peserta antusias dalam mengikuti pelatihan serta turut andil dalam mencegah dan menangani bullying secara tepat, perlu pendampingan lebih lanjut untuk mengetahui teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pencegahan dan menangani bullying.

Saran

Pelaksanaan pelatihan selanjutnya diharapkan dapat berlangsung sesuai dengan jadwal yang direncanakan dan lebih banyak mengkaji hal-hal yang menjadi kebutuhan anak usia dini. Bagi guru hendaknya melakukan evaluasi terhadap masalah kecenderungan perilaku tindakan bullying.

DAFTAR PUSTAKA

Antiri, Kwasi Otopa, 2016, Types of Bullyingin The senior High Schools in Ghana, Journal Of Education and Pratice, Vol. 7, No. 36, 2016.

Assegaf, Abd. Rahman, 2002, Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam Pendidikan, Laporan Penelitian: UIN

(5)

267

Bollmer, J.M., Harris, M.J. & Millich,R, 2006, Reactions to bullying and peer victimization:Narratives, physiological arousal, and personality, Journal of Research in Personality, 40(5),803=828.

Bredekamp, Sue, 2017, Effective Pratics in Early Children Childhood Education, New York: PEARSON Eliasa, E. I , 2010, Pentingnya Sikap Respek Bagi Pendidik dalam Pembelajaran, Jurnal Pembelajaran

Program Studi Teknelogi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, 1(3) http://ompundaru.wordpress.com/ \2009/02/17/ bullying-di-sekolah-kita/

Olweus&Limber, 2010, Bullying In School: Evaluation and Dissemination Of The Olweus Bullying Prevention Program Journal Of Orthopsychiatry, Vol.80, No.1, 124-134

Saptandari, Edilburga Wulan, 2013, Mengurangi Bullying Melalui Program Pelatihan Guru Peduli, Jurnal Psikologi Volume 40. No. 2 Desember 2013: 193-210

Tilaar, H.A.R, 2015, Pedagogik Teoritis Untuk Indonesia, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

Wahyuningtyas, Ika Vitasari, EPJ 2(1), Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj Hubungan Orientasi Tujuan Dengan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

250 Rehabilitasi/pemelihar aan jaringan irigasi Jasa Konsultansi Pengawasan 1 paket APBD

Berkat rahmat dan hidayah-Nya pula, peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Segmentasi Pasar Terhadap Keputusan Pembelian Konsume

tersentralisasi tiap-tiap DMBS single-level adalah proses-proses terpisah yang berjalan pada suatu trusted operating system , dan database multilevel didekomposisikan ke dalam

Ketepatan dalam Tenerapkan teknik-teknik analisis dalam perancangan tata letak fasilitas dan memberikan solusi dalam rangka pemecahan masalah yang berhubungan dengan tata

kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama (Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 554). Kerja sama yang baik semaksimal

Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka, hal ini juga dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk lebih

Sinergi Program Bank Wakaf mikro dengan Qardhul Hasan adalah utang yang dapat diberikan baik dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang yang dipinjam, seperti mobil,

Saya mengatakan ini karena sudah cukup banyak terlihat orang Bengkulu maupun yang lainnya pokoknya berbeda etnik lah berpacaran maupun menikah dengan orang Batak dan sangat