• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI MELALUI INTEGRASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI MELALUI INTEGRASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

332 | ISSN: 2721-2882

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI MELALUI

INTEGRASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN

PENDEKATAN KELUARGA

ANALYSIS OF HYPERTENSION RISK FACTORS THROUGH HEALTHY INDONESIAN PROGRAM INTEGRATION WITH FAMILY APPROACH

1Nining Lestari, 2Tri Prasetyo Nugroho, 3Aulia Hanif

1 Staff Departemen Public Health and Family Medicine, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

2 Puskesmas Gatak Sukoharjo, Jawa Tengah Korespondensi: author 1. Alamat email: nl209@ums.ac.id

ABSTRAK

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang tinggi dari kelompok penyakit tidak menular di seluruh dunia. Salah satu manifestasi kelainan kardiovaskuler adalah hipertensi. Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Prevalensi hipertensi Indonesia masih tinggi. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia yaitu PIS PK (Program Keluarga Sehat dengan Pendekatan Keluarga). PIS PK dilakukan dengan screening dua belas indikator, beberapa di antaranya adalah hipertensi, umur, pendidkan dan merokok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko dari hipertensi melalui pendekatan keluarga.Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional melalui pendekatan cross sectional terhadap 200 responden dengan consecutive sampling di wilayah puskesmas Gatak Sukoharjo Jawa Tengah. Analisis data dilakukan dengan Chi square dan Regresi Logistik. Hasil uji Chi Square pada usia p=0,017, merokok p=0,060 dan pendidikan p=0,081 terhadap hipertensi. Hasil Uji multivariat dengan Regresi Logistik menunjukkan faktor umur merupakan pengaruh paling besar terhadap hipertensi dengan p=0,017, RP=2,930 diikuti merokok (p=0,046, RP=1,895, sedangkan pendidikan tidak berpengaruh terhadap hipertensi(p=0,114, RP=2,585). Kejadian hipertensi dipengaruhi oleh faktor umur dan kebiasaan merokok.

Kata Kunci: hipertensi, umur, merokok, pendidikan, PIS PK

ABSTRACT

Cardiovascular disease is a cause of high mortality and morbidity in non-communicable disease groups throughout the world. One manifestation of cardiovascular abnormalities is hypertension. Hypertension is characterized by an increase in systolic and diastolic. The prevalence of hypertension in Indonesia is still high. One effort to improve health status in Indonesia is Healthy Family Program with Family Aprroach. This effort is done by filtering twelve indicators, some of which are hypertension, age, education and smoking. The purpose of this research is to study the risk factors of hypertension through family evaluation. This study is an observational analytic with cross sectional study of 200 respondents using consecutive sampling in the area of Gatak Sukoharjo, Central Java. Data was analyzed using Chi square and Logistic Regression. Chi Square test results at age p = 0.017, smoking p = 0.060 and education p = 0.121 for hypertension. Multivariate Test Results with Logistic Regression showed that age was the biggest influence on hypertension (p = 0.017, RP = 2.930) followed by smoking (p = 0.046, RP = 1.895, while education was not compatible with hypertension (p = 0.114, RP = 2.585). The incidence of hypertension is influenced by age and smoking habits.

(2)

333 | ISSN: 2721-2882

PENDAHULUAN

Indonesia saat ini sedang menghadapi transisi demografi dan epidemiologi. Transisi demografi memberikan keuntung-an dalam persaingkeuntung-an global bagi Indonesia. Namun disisi lain, Indonesia juga tengah menghadapi transisi epidemiologi. Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 dan 2018, terlihat pergeseran jumlah penyakit menular dari tahun 2013-2018 terjadi penuruan, sedangkan penyakit tidak menular mengalami kenaikan . Perubahan ini menjadikan prevalensi penyakit tidak menular meningkat signifikan dan menjadi faktor penyebab utama kematian/ mortalitas di Indonesia (Riskesdas, 2013; Riskesdas, 2018).

Peningkatan jumlah penyakit tidak menular menyebabkan peningkatan DALY Lost (DALYs) atau disability adjusted life year. DALYs merupakan jumlah tahun yang hilang untuk hidup sehat karena kematian dini, penyakit atau disabilitas. Kewaspadaan ini diperlukan agar terjadi

peningkatan Healthy Life Expectancy (HA-LE)/ harapan seseorang untuk hidup dalam kondisi sehat bagi penduduk Indonesia yaitu (Kemenkes RI, 2019).

Suatu kasus penyakit dikatakan memiliki beban yang tinggi jika penyakit tersebut menyebabkan kematian penderitanya di usia muda, dan juga kehilangan waktu produktifnya akibat ketidakmampuan (disabilitas). Semakin tinggi DALYs loss menunjukkan beban penyakit yang tinggi (prioritas masalah) yang terjadi pada penduduk di wilayah tersebut. Menurut data IHME ( Institute for Health

Metrics

and Evaluation) didapatkan beberapa penyakit yang meningkatkan DALYs dan kematian dini yaitu merokok, hipertensi, dan diabetes (Kemenkes RI, 2016; IHME, 2018).

Angka morbiditas dan mortalirtas merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan masyarakat. Dalam kurun waktu 2015–2019, sektor kesehatan diarahkan untuk memfokuskan upaya guna

(3)

334 | ISSN: 2721-2882

menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, menurunkan prevalensi balita pendek (stunting), menanggulangi pe-nyakit menular HIV-AIDS, tuberkulosis, dan malaria, menanggulangi penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, obesitas, kanker, dan gangguan jiwa (Kemenkes RI, 2016).

Angka prevalensi hipertensi di Indonesia rata-rata sebesar 34,1 %, paling tinggi prevalensinya adalah di Kalimantan Selatan yaitu sebesar 44,1 %, sedangkan di Jawa tengah angka prevalensinya masih berada di atas rata-rata nasional yaitu sebesar 37,57 % (Riskesdas 2018).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang ditandai peningkatan tekanan siastolik dan diastolik. Peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (otak), penyakit jantung koroner (pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan (otot jantung) (WHO, 2013).

Faktor risiko hipertensi sangat beragam dari faktor usia, pendidikan dan pendapatan, faktor perilaku seperti diet tidak seimbang, konsumsi garam yang berlebihan, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol (WHO, 2013).

Merokok menjadi faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular, tetapi mekanismenya belum secara jelas dipaparkan. Umumnya, studi epidemiologi telah melaporkan tingkat tekanan darah yang lebih rendah pada nonperokok dibandingkan dengan perokok (Leone, 2011; Keto et al, 2016).

Usaha peningkatan derajat kesehatan dapat dilakukan dengan pendayagunaan seluruh potensi yang ada dengan perencanaan yang baik sampai ke pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya. Sasarannya difokuskan kepada keluarga, dengan dihidupkannya kembali

“Pendekatan Keluarga” sehingga program ini dikenal dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga/ PIS PK (Kemenkes RI, 2016).

(4)

335 | ISSN: 2721-2882

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program Nawa Cita ke 5 yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program Indonesia Sehat menegakkan 3 pilar utama yaitu penerapan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan,dan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional/JKN (Virdasari et al, 2018).

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat Puskesmas dilaksanakan melalui pendataan kesehatan semua anggota keluarga, membuat dan mengelola pengkalan data Puskesmas, menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana Puskesmas , melakukan kunjungan rumah dalam kegiatan promotif, preventif, kuratif,dan rehabilitatif, melakukan pelayanan kesehatan dan melakukan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas (Kemenkes RI, 2016; Virdasari et al, 2018).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi dengan

berintegrasi dengan kegiatan PIS PK yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional melalui pendekatan cross sectional terhadap 200 responden kepala keluarga dengan consecutive sampling di desa Tempel wilayah puskesmas Gatak Sukoharjo Jawa Tengah pada bulan April-Mei 2018. Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung terkait indikator keluarga sehat PIS PK yang diantaranya terdapat variabel merokok, hipertensi, dan usia. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik berupa pengukuran tekanan darah. Pendataan keluarga dilakukan terhadap seluruh keluarga di wilayah kerja Puskesmas merupakan langkah awal Program Indonesia Sehat dengan. Pendekatan Keluarga. Tujuan pendataan keluarga adalah untuk memperoleh data kesehatan

(5)

336 | ISSN: 2721-2882

setiap keluarga khususnya data mengenai 12 indikator sebagai penanda status kesehatan keluarga untuk perencanaan di Puskesmas.

Variabel terikat adalah hipertensi, sedangkan variabel bebas adalah umur, merokok, dan tingkat pendidikan.

Analisis data dilakukan secara bertahap dengan analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji Chi-square, dan analisis

multivariat menggunakan uji regresi logistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik subyek penelitian dipaparkan pada tabel 1 analisis univariat dengan menyajikan distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti. Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel yang diteliti dan disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik subyek Kriteria Frekuensi (%)

Umur <40 tahun 42 21

≥ 40 tahun 158 79

Merokok tidak merokok 128 64

merokok 72 36

Pendidikan pendidikan ≤ SMU 187 93,5

pendidikan > SMU 13 6,5

Hipertensi normal 136 68

Hipertensi 64 32

Tabel 1 menunjukkan karakteristik subyek penelitian berdasarkan usia responden. Kepala keluarga yang berusia kurang dari 40 tahun lebih banyak daripada responden kepala keluarga yang berusia

lebih dari 40 tahun dengan persentase masing-masing sebesar 21 % dan 79 %.

Kepala keluarga yang merokok sebesar 36 % sedangkan yang tidak merokok sebesar 64 %. Tingkat pendidikan kepala

(6)

337 | ISSN: 2721-2882

keluarga didominasi oleh pendidikan dasar wajib 9 tahun yaitu dari SD sampai SMU yaitu sebesar 93, 5 %.

Untuk mengetahui analisis antara variabel dependen yaitu hipertensi dengan

variabel independen (umur, merokok dan pendidikan) digunakan analisis bivariat

menggunakan uji

Chi square

seperti

pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Analisis bivariat variabel dependen dan independen

Variabel Hipertensi CI 95% p Ya Tidak n % n % PR/OR Low-upper Umur <40 tahun 7 16,7 35 83,3 2,82 1,18-6,68 0,017 ≥ 40 tahun 57 36,1 101 63,9 Merokok tidak merokok 35 27,3 93 72,7 1,79 0,93-3,30 0,060 merokok 29 40,3 43 59,7 Pendidkan pendidikan ≤ SMU 57 30,5 130 69,5 2,66 0.86-8,27 0,121 pendidikan > SMU 7 53,8 6 46,2

Pada variabel umur, sekitar 36,8 % kepala keluarga yang berumur ≥ 40 tahun mengalami hipertensi. Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,017

dan OR=2.82 (CI 95 %= 1.18-6.68). Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia lebih dari 40 tahun mempunyai risiko 2.82 kali lebih besar untuk mengalami kejadian hipertensi.

(7)

338 | ISSN: 2721-2882

Pada variabel merokok, sekitar 40.3% kepala keluarga yang merokok mengalami hipertensi. Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara merokok dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,060 dan OR=1.79 (CI 95 %; 0.97-3.30).

Pada variabel pendidikan, sekitar 30.5 % kepala keluarga yang yang berpendidikan ≤ SMU mengalami hipertensi. Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,121.

Tabel 3. Hasil analisis uji Regresi logistik

RP/OR CI 95%

p Batas Bawah Batas Atas

Umur 2,93 1,209 7,104 0,017

Merokok 1,895 1,011 3,554 0,046

Pendidkan 2,585 0,797 8,386 0,114

Hasil uji multivariat dengan regresi logistik pada tabel 3 menunjukkan bahwa faktor umur mempunyai pengaruh dominan diantara faktor yang lain dengan nilai p = 0.017 diikuti dengan faktor merokok dengan nilai p=0.046 dan pendidikan dengan nilai p=0.114.

Faktor umur menjadi faktor risiko yang penting terjadinya hipertensi. Pada penelitian ini dengan bertambahnya usia yaitu usia di atas 40 tahun berisiko terkena

hipertensi sebesar 2.93 kali dibandung usia kurang dari 40 tahun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Singh et al tahun 2017 yang membuktikan bahwa ada hubungan bermakna antara umur dengan hipertensi, dimana pada umur di atas 45 tahun kejadian hipertensi meningkat sebesar 6,38 kali (OR=6.38, CI 95% (3,77-10,77, p=0,001). Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya usia, aorta dan dinding arteri menjadi lebih kaku karena

(8)

339 | ISSN: 2721-2882

bertambahnya stres oksidatif dalam darah yang memicu aterosklerosis (Sing et al, 2017; Leone, 2011).

Merokok meningkatkan faktor risiko hipertensi sebesar 1,895 kali pada penelitian ini, sejalan dengan penelitian Sing et al tahun 2017 dimana merokok meningkatkan kejadian hipertensi dengan OR= 1.86 (CI 95 %=1.31–2.64, p= 0.001). Pada peneitian Leskiv et al tahun 2015 membuktikan bahwa perokok aktif yang sudah merokok lebih dari 20 tahun, diukur tekanan darahnya lima menit setelah merokok maka tekanan darah sistolik meningkat 4 mmHg, dan setelah dua puluh menit tekanan darah meningkat 9 mmHg. Mekanisme yang mendasari hubungan rokok dengan tekanan darah berdasarkan penelitian tersebut adalah adanya proses inflamasi akibat merokok sehingga terjadi peningkatan protein C-reaktif dan agen-agen inflamasi alami yang dapat mengakibatkan disfungsi endotelium, kerusakan pembuluh darah, ataupun terjadi pembentukan plak, dan kekakuan pada

dinding arteri yang berujung pada kenaikan tekanan darah (Sikka et al, 2013).

Pada penelitian ini pendidikan tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian Sing et al tahun 2017 yang menyatakan pendidikan tidak berpengaruh terhadap hipertensi dengan nilai p>0,05. Berbeda dengan hasil Riskesdas tahun 2013 memperlihatkan penyakit hipertensi cenderung tinggi pada tingkat pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkatan pendidikan. Tingkat pendidikan dianggap sebagai faktor tidak langsung juga mempengaruhi tekanan darah, karena dipengaruhi juga oleh sosioekonomi lainnya seperti tingkat pendapatan, pekerjaan dan status pernikahan, sehingga tidak bisa menjadi faktor dominan yang berpengaruh dalam penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN

Hipertensi merupakan salah satu manifestasi penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh berbagai macam faktor. Dari penelitian ini membuktikan bahwa

(9)

340 | ISSN: 2721-2882

hipertensi dipengaruhi oleh faktor usia dan kebiasaan merokok. Dengan mengetahui faktor risiko diharapkan dapat dilakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. Kolaborasi dengan kegiatan puskesmas melalui kegiatan PIS PK ini dapat digunakan untuk surveilance dan perencanaan puskesmas.

PERSANTUNAN

Penelitian ini dilaksanakan atas kerjasama Departemen Public Health and Family Medicine/ Departemen IKM-KK Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan Puskesmas Gatak Sukoharjo, Jawa Tengah, maka dari itu kami sampaikan terimakasih kepada Puskesmas Gatak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Diakses melalui

http://www.-depkes.go.id/resources/download/gener al/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Riskesdas. 2018. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Diakses melalui https://www

.litbang.kemkes.go.id/hasil-utama-riskesdas-2018/.

Kemenkes RI, 2016.

Pedoman Umum

Program Indonesia Sehat dengan

Pendekatan

Keluarga.

Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Diakses melalui

https://www.kemkes.go.id/resources

/download/lain/Buku%20Program%

20Indonesia%20Sehat%20dengan%

20Pendekatan%20Keluarga.pdf

Virdasari E, Arso A.P, Fatmasari, E.Y,

2018. Analisis Kegiatan Pendataan

Keluarga Program Indonesia Sehat

Dengan Pendekatan Keluarga Di

Puskesmas Kota Semarang (Studi

Kasus pada Puskesmas Mijen).

JURNAL

KESEHATAN

MASYARAKAT

(e-Journal)

Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018

(ISSN: 2356-3346). Diakses melalui

http://ejournal3.undip.ac.id/index.ph

p/jkm

Kemenkes RI, 2019.

Beban Ganda

Penyakit Mengancam Indonesia.

[Online];

Diakses

melalui

http://www.litbang.kemkes.go.id/be

ban-ganda-penyakit-mengancam-indonesia/

IHME, 2018. Findings from the Global

Burden of Disease Study 2017.

Seattle, WA: IHME Institute for

Health Metrics and Evaluation

(IHME).

Diakses

melalui

http://www.Healthdata.org/sites/def

ault/files/files/policy_report/2019/G

BD_2017_Booklet.pdf

(10)

341 | ISSN: 2721-2882

WHO, 2013. A global brief on

Hypertension. Silent killer, global

public health crisis. Diakses melalui

https://www.who.int/publications-detail/a-global-brief-on

hypertensi-

on-silent-killer-global-public-health-crisis-world-health-day-2013

.

Virdis

A1, Giannarelli

C, Neves

MF, Taddei S, Ghiadoni L, 2010.

Cigarette

smoking

and

hyper-tension.

Curr Pharm. 16(23): 25.

Diakses melalui

https://www.ncbi.-nlm.nih.gov/pubmed/20550499

Linneberg, A. Rikke K. Jacobsen, Tea

Skaaby, Amy E. Taylor, Meg E.

Fluharty, Jørgen L. Jeppesen, Johan

H. Bjorngaard, Bjørn O. Åsvold,

Maiken E. Gabrielsen, 2015. Effect

of Smoking on Blood Pressure and

Resting Heart Rate.

Circulation:

Cardiovascular Genetics ; 8:832

841. Diakses melalui

https://doi.-org/10.1161/CIRCGENETIS.115.00

1225

Keto J, Ventola H, Jokelainen J, 2016.

Cardiovascular disease risk factors

in relation to smoking behaviour

and history: a population-based

cohort study.

Open Heart 2016;3:

e000358.

Diakses

melalui

https://openheart.bmj.com/content/o

penhrt/3/2/e000358.full.pdf

.

Leone, A, 2011. Does Smoking Act as a Friend or Enemy of Blood Pressure? Let Release Pandora's Box. Cardiology Research and Practice Diakses melalui

http://dx.doi.org/10.4061/2011/2648

94

Singh, S.,1 Shankar, S. and Singh, G.P,

2017. Research Article: Prevalence

and Associated Risk Factors of

Hy-pertension: A Cross-Sectional Study

in Urban Varanasi. Hindawi

Inter-national Journal of Hypertension

Volume 2017. Diakses melalui

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/

articles/PMC5733954/pdf/IJHY201

7-5491838.pdf

Sikka,

G., Pandey,

D., Bhuniya

AK, Steppan J, Armstrong,

Santha-nam L, Nyhan D, Berkowitz DE,

2013. Contribution of arginase

activation to vascular dysfunction in

cigarette smoking.

Atherosclerosis

231(1): 91-4

.

Diakses

melalui

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm

ed/24125417

Gambar

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
Tabel 2. Analisis bivariat variabel dependen dan independen
Tabel 3. Hasil analisis uji Regresi logistik

Referensi

Dokumen terkait

Setiap dokter dituntut bertindak secara profesional dan senantiasa mengembangkan ilmunya. Sehingga pekerjaan kedokteran tidak pernah lepas dari riset dan pengembangan

Penggunaan teknologl komumkasl dl orgamsasl awam memngkat dan sehan ke sehari, Tidak dinafikan penggunaan komputer misalnya, telah meningkatkan produktivih dan keberkesanan

Penggunaan frekuensi pada rentang GHz maka sampel yang bisa diukur berkisar ukuran ml sehingga penelitian kali ini menggunakan volume sampelnya 5 ml yang berisi

Pokok pikiran yang mendasari Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara dalam point menimbang huruf (a) menjelaskan bahwa mineral dan batubara

Kesehatan merupakan inves- tasi untuk mendukung pemba- ngunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus

Peningkatan akumulasi Cd dalam daging ikan bandeng baik seiring besarnya konsentrasi Cd ataupun lamanya waktu kontak, sedikit demi sedikit akan membahayakan

PEG 6000 berbeda tidak nyata atau mampu mempertahankan daya kecambah benih diatas 80% PEG 6000 300 gr/l aquades merupakan konsentrasi terbaik dalam meningkatkan daya

“ Jalan Jenderal Sudirman termasuk koridor Dukuh Atas – Semanggi yang memiliki banyak gedung-gedung tinggi sebagai brand-image konsep Arsitektur Bangunan Tinggi di Indonesia