• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL SISWA SEKOLAH M (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN SIKAP SOSIAL SISWA SEKOLAH M (1)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SABILUL IHSAN

TEJA TIMUR PAMEKASAN

MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SKRIPSI

Oleh SAIFULLAH NIM. 18201001040716

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN JURUSAN TARBIYAH

(2)

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SABILUL IHSAN

TEJA TIMUR PAMEKASAN

MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SKRIPSI Diajukan kepada

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan

Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh SAIFULLAH NIM. 18201001040716

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN JURUSAN TARBIYAH

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul Peningkatan Sikap Sosial Siswa Sekolah Mengengah Atas Sabilul Ihsan

Teja Timur Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam, yang disusun oleh Saifullah telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Pamekasan, 23 April 2014

Pembimbing

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul Peningkatan Sikap Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas Sabilul Ihsan

Teja Timur Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam, yang disusun oleh Saifullah telah diuji pada tanggal 20 Mei 2014

Dewan Penguji

1. Ketua : Dr. H. Nor Hasan, M. Ag. ( )

2. Penguji I : Dr. H. Mohammad Kosim, M. Ag ( )

3. Penguji II : Dr. Edi Susanto, M.Fil.I ( )

Mengesahkan,

Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan

(5)

ABSTRAK

Saifullah, 2014, Peningkatan Sikap Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam,Skripsi, Program Studi PAI, Jurusan Tarbiyah, Pembimbing : Dr. Nor Hasan, M. Ag.

Kata kunci :Pendidikan Agama Islam, Sikap Sosial

Agama Islam dan pendidikan adalah dua hal yang satu sama lain saling berhubungan. Melalui agama, manusia diarahkan menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Proses pengembangannya adalah melalui pendidikan. Karena dengan pendidikan orang akan menjadi lebih memahami dan lebih mampu baik dari segi kecerdasan maupun sikap mentalnya. Akan tetapi pada kenyataannya, Pendidikan Agama Islam di sekolah masih dianggap kurang memberikan kontribusi kearah tersebut. Kelemahan pendidikan agama Islam masih terfokus pada ranah kognitif dan masih kurang menyentuh ranah afektif

serta ranah psikomotorik. Padahal untuk tercapainya insan kamil pendidikan agama Islam harus bisa menyetuh seluruhnya, baik ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. Kondisi semacam ini juga terjadi di SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan. Realitas yang terjadi, siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan dapat memahami dan berfikir pentingnya sikap sosial, namun dalam mengaplikasikan sikap sosial tersebut mereka cenderung melihat faktor situasional dan faktor siapa orang yang akan menerima efek sikap sosial tersebut.

Ada tiga permasalahan yang menjadi fokus dalam penlitian ini. Pertama,

bagaimanakah kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial. Kedua, bagaimanakah interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan. Ketiga,

bagaimanakah peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA Sabilul Ihsan Pamekasan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma deskriptif-kualitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Informannya adalah Kepala Sekolah, Guru, Staf TU dan siswa. Sedangkan pengecekan keabsahan data dilakukan melalui ketekunan pengamatan, triangulasi dan kecukupan referensi.

Hasil Penelitian yang didapat dari penelitian ini adalah : Pertama,

(6)

berpusat pada guru(teacher centris), pola pembelajaran yang berpusat pada murid

(student centris) dan pola pembelajaran yang mamadukan antara keduanya. Pola tersebut tergantung materi yang sedang dipelajari. Pola-pola interaksi tersebut diperkuat dengan hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan siswa melalui pendekatan yang dilakukan oleh guru meliputi pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, dan pendekatan edukatif. Ketiga,

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan

rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan Penelitian ini. Sholawat dan

salam semoga tetap tercurah keharibaan Nabi akhir zaman Muhammad SAW.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program

Sarjana Pendidikan Agama Islam di STAIN Pamekasan. Terselesaikannya

penulisan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu ucapan

terima kasih penulis haturkan kepada :

1. Ketua STAIN Pamekasan

2. Seluruh Dosen STAIN Pamekasan atas ilmu yang diberikan

3. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan

4. Dr. H. Nor Hasan M.Ag selaku dosen pembimbing

5. Kepala Sekolah SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan, atas ijin

penelitiannya.

6. Rekan-rekan se-angkatan di STAIN Pamekasan atas dukungan dan sharing

ilmunya.

7. Istriku dan anak-anakku tercinta yang selalu memotivasiku

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna, untuk itu

saran yang membangun untuk sempurnanya proposal penelitian ini sangat

diharapkan.

Pamekasan, April 2014

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Definisi Istilah ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

1. Pendidikan Agama Islam ... 8

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 24

B. Kehadiran Peneliti ... 26

C. Lokasi Penelitian ... 26

D. Sumber Data ... 27

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

F. Analisis Data ... 30

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 32

H. Tahap-tahap Penelitian ... 35

BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN ... 36

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Siswa SMA Sabilul Ihsan Tahun Pelajaran 2013-2014 37

Tabel 2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMA Sabilul Ihsan

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks penelitian

Manusia dengan segala keunikan dan keanekaragamannya tidak akan

mampu hidup sendiri tanpa kebersamaan, karena pada dasarnya ia memiliki

ketergantungan dengan orang lain. Ketergantungan inilah yang menjadikan

manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia

bukan terletak pada "akunya", tetapi pada "kitanya" atau pada kebersamaannya dan sebagai wujud dari kebersamaan dimaksud maka

manusia membutuhkan sikap sosial yang merupakan respon terhadap

stimulus sosial yang ada. Sikap yang ditunjukkan ini juga merupakan evaluasi

terhadap aspek dalam dunia sosial1

Sikap sosial pada dasarnya berkaitan erat dengan beberapa konsep

ilmu jiwa sosial atau psikologi sosial lainnya seperti komitmen dan pelibatan

diri, baik pada sistem norma atau nilai tertentu, atau kelompok tertentu, atau

mungkin pelibatan pribadi ke pribadi lain diluar dirinya2

Sistem norma atau nilai yang berkembang dalam kelompok yang

berbeda ini mengakibatkan anak (individu) berbeda-beda dalam bakat atau

pembawaannya, hal ini karena adanya perbedaan pengalaman, pengetahuan

dan proses pendidikan. Proses pendidikan menyebabkan anak berbeda dalam

(13)

cara bersikap karena pendidikan merupakan proses pengendalian secara sadar

dimana perubahan-perubahan didalam tingkah laku dihasilkan di dalam diri

orang itu melalui kelompok.

Pendidikan itu sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang

terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru atau

pendidik harus berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi,

mengenai hubungan antar manusia dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat

(dengan sistem sosialnya).3

Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang bukan hanya berkaitan dengan

ranah kognitif orang tersebut. Namun, yang sangat memegang peranan

penting dalam didalam sikap adalah faktor perasaan atau emosi (afeksi) dan

faktor kedua adalah reaksi/respon, atau kecenderungan untuk bereaksi. Dalam

beberapa hal, sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku

manusia4

Agama Islam dan pendidikan adalah dua hal yang satu sama lain

saling berhubungan. Melalui agama, manusia diarahkan menjadi manusia

seutuhnya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Proses pengembangannya

adalah melalui pendidikan. Karena dengan pendidikan orang akan menjadi

lebih memahami dan lebih mampu baik dari segi kecerdasan maupun sikap

mentalnya.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah memerlukan

interaksi yang mendalam antara guru dan siswa, baik secara lahir dan batin.

3Ary H. Gunawan.Sosiologi Pendidikan.(Jakarta: Rineke Cipta, 2010) hlm. 46-47

(14)

Guru agama bukan sekadar "penyampai" materi pelajaran, tetapi lebih dari itu

adalah sebagai "sumber spiritual" dan sekaligus sebagai "pembimbing."

Sehingga dapat terjalin hubungan yang sangat erat antara guru dan siswa serta

mampu melahirkan keterpaduan bimbingan ruhani dan akhlak dengan materi

pengajarannya. Karena itu, fungsi dan peran guru agama tidak cukup hanya

bermodal "profesional" semata, tetapi perlu pula didukung oleh kekuatan

"moral." Begitu pula tentang mutu pendidikan agama dan pencapaian prestasi

siswa tidak dapat begitu saja diukur lewat tabel-tabel statistik. Mutu dan

keberhasilan pendidikan agama mestinya diukur dengan totalitas siswa

sebagai pribadi dan sosial.

Penguatan mutu Pendidikan Agama Islam ini memang pantas untuk

diperhatikan secara serius, mengingat dengan pendidikan agama Islam

diharapkan terciptanya kepribadian seseorang menjadi “insan kamil”,

manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan

gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan

dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat

yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di

dunia kini dan di akhirat nanti5

Akan tetapi pada kenyataannya, Pendidikan Agama Islam di sekolah

masih dianggap kurang memberikan kontribusi kearah tersebut. Kelemahan

pendidikan agama Islam masih terfokus pada ranahkognitifdan masih kurang menyentuh ranah afektifserta ranah psikomotorik. Padahal untuk tercapainya

(15)

insan kamil pendidikan agama Islam harus bisa menyetuh seluruhnya, baik

ranahkognitif, afektifdanpsikomotorik.

Kondisi semacam ini juga terjadi di SMA Sabilul Ihsan Teja Timur

Pamekasan. Realitas yang terjadi, siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur

Pamekasan dapat memahami dan berfikir pentingnya sikap sosial, namun

dalam mengaplikasikan sikap sosial tersebut mereka cenderung melihat faktor

situasional dan faktor siapa orang yang akan menerima efek sikap sosial

tersebut. Untuk itu peneliti tertarik meneliti lebih dalam bagaimanakah

peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA

Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan.

B. Fokus penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul

Ihsan yang terkait dengan sikap sosial?

2. Bagaimanakah interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama

Islam di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan?

3. Bagaimanakah peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama

(16)

C. Tujuan peneltian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA

Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial.

2. Mendeskripsikan interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam

di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan.

3. Mengetahui peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam

pada siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan.

D. Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri adalah

1. Kegunaan Ilmiah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang

peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam.

b. Sebagai bahan masukan dalam memberikan ide atau gagasan pada

pendidik agar memperhatikan kemampuan sikap sosial siswa

dalam belajar.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran,

karena mutu sekolah disebabkan oleh kemampuan guru dalam

(17)

b. Bagi guru, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola

proses pembelajaran, melakukan refleksi untuk memahami kendala

dan permasalahan serta pemecahan masalah dalam pembelajaran.

c. Bagi siswa dapat memberikan gambaran pentingnya memiliki

sikap sosial.

d. Bagi penulis sendiri untuk memperoleh pengalaman secara

langsung dalam bidang penelitian terutama dengan meneliti

peningkatan sikap sosial siswa melalui Pendidikan Agama Islam.

E. Definisi istilah

a. Sikap sosial adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain,

saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan

masyarakat.

b. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami

dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai

pandangan hidup.

F. Penelitian Terdahulu

Terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain yang memiliki

keterkaitan dan relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan ini.

(18)

1)Penelitian dengan judulPengaruh pembelajaran kooperatif terhadap sikap sosial siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI MA Nurul Hidayah Temoran Omben Sampang. Yang diteliti oleh Kholifah, 2010 (STAIN Pamekasan). Dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pembelajaran

kooperatif terhadap sikap sosial siswa dalam mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di kelas XI MA Nurul Hidayah Temoran Omben Sampang.

Dari penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan perbedaan dan

persamaan dengan penelitian ini. Perbedaan penelitian diatas menggunakan

metode kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Sedangkan persamaan penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian ini

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis terlebih

dahulu akan mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan

berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini

semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa

Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.6

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, dijelaskan bahwa

pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan,

proses, perbuatan dan cara mendidik7

Sedangkan Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap

6Ramayulis.Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, hlm. 1

7Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

(20)

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

yang utama.8

Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang

dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada

anak didik, demi terciptanya insan kamil.

Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan

agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan

sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam.

Untuk memperoleh gambaran yang mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini

beberapa defenisi mengenai pendidikan Agama Islam.

Menurut Ahmad Marimba, pendidikan Agama Islam adalah bimbingan

jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.9 Sedangkan

Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidikan Agama Islam adalah pendidikan

dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah

diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai

suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia

dan di akhirat kelak.10

8Ahmad D. Marimba.Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif. 1981) cet

ke-5, hlm. 19

9Ibid, hlm. 23

(21)

Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang

berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan secara sadar untuk mengembangkan

potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk

kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.

b. Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dasar dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi

sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Demikian juga

halnya dengan dasar suatu pendidikan yaitu menjamin "bangunan" pendidikan itu

teguh berdirinya. Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari

beberapa segi, yaitu:

1. Dasar Religius

Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah

dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam Al-Qur'an

maupun Al-hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan

agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah

kepada-Nya.11

Dalam Al-Quran dan Al-Hadits banyak sekali ayat yang menunjukkan

adanya perintah tersebut. Salah satu ayat Al Quran yang memerintahkan

11 Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf,Metodik Khusus Pendidikan Agama(Surabaya:

biro Ilmiah fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel), Cet ke-8, hlm. 23

(22)

manusia untuk melaksanakan pendidikan adalah dalam Surat Al-Alaq ayat

1 - 5 :12

. ُمَﺮْﻛﻷا َﻚﱡﺑَرَو ْأَﺮْﻗا .ٍﻖَﻠَﻋ ْﻦِﻣ َنﺎَﺴْﻧﻹا َﻖَﻠَﺧ .َﻖَﻠَﺧ يِﺬﱠﻟا َﻚِّﺑَر ِﻢْﺳﺎِﺑ ْأَﺮْﻗا

.ْﻢَﻠْﻌَﯾ ْﻢَﻟ ﺎَﻣ َنﺎَﺴْﻧﻹا َﻢﱠﻠَﻋ. ِﻢَﻠَﻘْﻟﺎِﺑ َﻢﱠﻠَﻋ يِﺬﱠﻟا

Artinya :Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan dalam surat ini terdapat

peringatan bahwa pada mulanya manusia diciptakan dari segumpal darah. Di

antara karunia Allah SWT adalah mengajarkan manusia apa yang tidak

diketahuinya., lalu Dia memuliakan dan mengangkat derajatnya dengan ilmu, dan

itulah keistimewaan yang dimiliki oleh bapak manusia, yaitu Adam, dibanding

dengan para malaikat. Terkadang ilmu itu terdapat pada akal pikiran, terkadang

pada ucapan, dan terkadang terdapat pada tulisan tangan. Sehingga ada ilmu yang

sifatnya akal pikiran, ucapan dan ada yang berupa tulisan. Di dalam tulisan

terkandung unsur akal pikiran dan ucapan, tapi tidak berarti sebaliknya.13

Al-Quran sebagai dasar pendidikan agama Islam, memiliki

perbendaharaan yang luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat

manusia. Al Quran meurpakan sumber pendidikan yang lengkap, baik pendidikan

masyarakat (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (rohani), serta jasmani dan

12Mujamma’ Al Malik Fahd li thiba’at al mush-haf. Al Qur’an dan Terjemahnya.(Medinah

Almunawwarah : 1971 ) Hlm. 1079

13Salim Bahreisy dan Said Bahreisy.Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir.(Surabaya : PT. Bina Ilmu.

(23)

atau semesta alam. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus senantiasa

mengacu pada sumber yang termuat dalam Al Quran.

2. Dasar Yuridis Formal

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal

pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan

yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam

melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolah-sekolah ataupun di

lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. Adapun dasar yuridis

formal ini terbagi tiga bagian, sebagai berikut:

a. Dasar Ideal

Dasar ideal yakni dasar dari falsafah Negara: Pancasila, dimana sila yang

pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian,

bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,

atau tegasnya harus beragama14

b. Dasar Konsitusional/Struktural

Dasar konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2,

yang berbunyi sebagai berikut:

a) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa

Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya15

Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia

harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia

(24)

adalah orang-orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama

khususnya umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam,

maka diperlukan adanya pendidikan agama Islam.

3. Dasar Operasional

Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur

pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia.

Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973. Tap MPR nomor IV/MPR/1978

dan Tap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN," yang pada pokontya

dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung

dimasukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar

sampai dengan universitas-universitas negeri.16

Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki

status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta

peraturan perundang-undangan yang ada.

4. Dasar Psikologis

Dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan

kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,

manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak

tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.17

Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan

hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada sutu

16Ibid, hlm. 23

17Abdul majid, Dian Andayani.Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT

(25)

perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat untuk

berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan. Mereka

akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan

dirinya kepada Yang Maha Kuasa.

Dari uaraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan

tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Berbicara

pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu

kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika

sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka

menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan

mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan,

tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa.

Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk

mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis.

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama

Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat

melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.18

(26)

Menurut Zakiah Daradjat Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai

setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu

benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan

dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya,

yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan

pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup

berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allh SWT.19

Imam Al-Ghazali sebagaimana dikutip Ramayulis mengatakan bahwa tujuan

pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.20

Muhammad Athiyah Al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan

akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa

mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka

dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu

kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan

terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan

jiwa.21

Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok

orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu

19Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 29

20Ramayulis.Ilmu Pendidikan Islam. hlm. 71-72

21Muhammad Athiyyah al-Abrasy,Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terjemahan Bustami

(27)

sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang

melaksanakan pendidikan Islam.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pendidikan agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia

menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan

berakhlak terpuji. Jadi, tujuan pendidikan agama Islam adalah berkisar

kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi

spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan social. Atau lebih jelas lagi, ia

berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang prcaya pada

Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak

mulia, sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu berbicara pendidikan agama

Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman

nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas

sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan

hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak.

Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengamalan nilai-nilai

Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir

yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman,

bertakwa dan berilmu pengetahuan.

(28)

Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Perbuatan mendidik itu sendiri

Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dari

sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau

dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing,

memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju

kepada tujuan pendidikan Islam.

2. Anak didik

Anak didik merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini

disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa

anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita-citakan.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan

pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak didik menjadi

manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan kepribadian muslim.

4. Pendidik

Pendidik merupakan subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik

ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau

tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam.

(29)

Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilm agama Islam yang

disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.

6. Metode Pendidikan Islam

Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan

bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode di sini

mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi

tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.

7. Evaluasi Pendidikan

Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian

terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam umumnya tidak

dapat dicapai sekaligus, melainkan melaui proses atau pentahapan tertentu.

Apabila tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat

dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya

kepribadian muslim.

8. Alat-alat Pendidikan Islam

Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam

agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.

9. Lingkungan

Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil

pendidikan Islam.22

(30)

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan

Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang menyangkut

penyelenggaraan pendidikan Islam.

2. Sikap Sosial

a. Pengertian Sikap Sosial

Gerungan berpendapat attitude sosial adalah suatu sikap sosial yang dilakukan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap

objek sosial. Attitude sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya attitude

sosial dinyatakan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang

sekelompok atau semasyarakat.23

Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan

manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai

kehidupan masyarakat. Sedangkan pendapat lain mengatakan Interaksi di

kalangan manusia; interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan

yang menimbulkan perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan individu

dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong

menolong, saling memberi dan menerima, simpati, rasa setia kawan, dan

sebagainya.24

Sedangkan menurut Bimo Walgito sikap sosial merupakan organisasi

pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang

23Gerungan.Psikologi Sosial.(Bandung: Refika Aditama, 2010) hlm. 161

(31)

disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut

untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang

dipilihnya.25

Dari beberapa pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap sosial

adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan individu secara sadar dan

nyata, dilakukan secara berulang-ulang yang ditujukan pada objek sosial.

b. Ciri-ciri Sikap Sosial

Gerungan menyebutkan ciri-ciri sikap sosial sebagi berikut :

1. Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi

dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan

orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini

membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis

seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan

lain-lain penggerak kegiatan manusia yang menjadi

pembawaan baginya, dan yang terdapat padanya sejak

dilahirkan.

(32)

2. Attitude dapat berubah-ubah karena attitude dapat

dipelajari orang atau sebaliknya, attitude-attitude dapat

dipelajari sehingga attitude dapat berubah pada seseorang

bila terdapat keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah berubahnya attitude pada orang itu.

3. Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa

mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan

kata lain, attitude terbentuk, dipelajari, atau berubah

senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang

dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Objek attitude dapat merupakan suatu hal tertentu,

tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal

tersebut. Jadi, attitude dapat berkaitan dengan satu objek

saja tetapi juga berkaitan dengan sederet objek yang

(33)

5. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi

perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan attitude

dari kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.26

c. Struktur Sikap Sosial

Bimo Walgito berpendapat bahwa sikap mengandung tiga komponen

yang membentuk struktur sikap, yaitu :

1. Komponen kognitif (komponenperceptual)

Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana

orang mempersepsi terhadap objek sikap

2. Komponen afektif (komponen emosional)

Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang

atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang

positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. komponen

ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

3. Komponen konatif (komponen perilaku, atauaction component)

Komponen konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan

(34)

intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak

atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.27

d. Faktor-Faktor Sikap Sosial

Gerungan menjelaskan faktor-faktor dalam sikap sosial, yaitu :

1. Faktor internal, merupakan pengamatan dan penangkapan manusia yang

senantiasa melibatkan suatu proses pilihan diantara seluruh rangsangan yang

objektif yang ada diluar kita, pada setiap saat dalam kehidupan kita, suatu pilihan

diantara berbagai rangsangan yang kemudian kita perhatikan dan tafsirkan

dengan lebih mendalam.

2. Faktor eksternal, yaitu dalam pembentukan dan perubahan attitude, selain

faktor-faktor internal terdapat pula faktor-faktor-faktor-faktor eksternal antara lain sifat, isi

pandangan baru yang ingin diberikannya itu, siapa yang mengemukakannya dan

siap yang menyokongnya pandangan baru tersebut, dengan cara bagaimana

pandangan itu diterangkan, dan dalam situasi bagaimana attitude baru itu

diperbincangkan (situasi interaksi kelompok, situasi orang sendirian, dan

lain-lain).28

e. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap

Proses pembentukan dan perubahan sikap dapat terbentuk atau berubah

melalui 4 macam cara yaitu:

1. Adopsi: Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam

diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

(35)

2. Diferensiasi: dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada halhal yang tadinya dianggap

sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek

tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

3. Integrasi: Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga

pada akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

4. Trauma: Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan

mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.29

Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Hal

ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti

adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas

perasaan, dan juga situasi lingkungan. Sikap anakanak terhadap orang lain dan

pengalaman sosial dan seberapa baik mereka bergaul dengan orang lain, sebagian

besar akan tergantung pada pengalaman belajar selama bertahun-tahun dalam hal

belajar bersikap sosial. Bersikap sosial berarti mampu berperilaku yang sesuai

dengan tuntutan sosial.

29Sarlito Wirawan Sarwono.Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang, 1976)

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma

Deskriptif-Kualitatif, Bogdan dan Taylor sebagai mana dikutip oleh Moleong

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan

pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini

tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau

hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatau

keutuhan.30

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap

apa yang diteliti.31

Menurut Nawawi dan Martini metode deskriptif adalah metode yang

melukiskan keadaan suatu objek atau peristiwa tertentu berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan

30Lexy J. Moeleong.Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2007) hlm.

4

(37)

upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis

tersebut.32

Jenis Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Menurut Suharsimi Arikunto penelitian studi kasus adalah suatu penelitian

yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu

organisasi, lembaga atau gejala tertentu.33Kasus sendiri didefinisikan sebagai

fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas.34 Studi kasus dipilih karena merupakan strategi yang paling cocok

untuk menjawab pertanyaan “bagaimana dan mengapa”, sehingga dapat

mengklarifikasi secara tepat hakekat pertanyaan dalam penelitian. Ia juga

dapat menguji, apakah proposisi teori yang digunakan benar, atau alternatif

penjelasannya lebih relevan.35 Selanjutnya, karena penelitian ini

dilaksanakan pada suatu tempat dengan karakteristik yang sejenis serta fokus

masalahnya pada penanaman sikap sosial dalam kaitannya dengan Pendidikan

Agama Islam dalam sikap dan perilaku siswa sudah ditentukan sebelum

peneliti memasuki lapangan, maka studi kasusnya adalah studi kasus tunggal

terpancang.

32Hadari Nawawi dan Mimi Martini.Penelitan Terapan. (Yogyakarta : Gajah Mada University

Press. 1994)

33Suharsimi Arikunto.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek : Edisi Revisi V. (Jakarta :

Rineka Cipta. 2002) hlm 120

34Poerwandari, Kristi.Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. (Jakarta LPSP3

Fakultas Psikologi UI. 2001)

(38)

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama

yaitu sebagai pelaksana, pengamat, dan sekaligus sebagai pengumpul data

tanpa atau dengan bantuan orang lain. Menurut Lexy Moleong, kedudukan

peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti berperan sekaligus

sebagai perencana, mengumpulkan, mengalisis, serta menafsirkan data, dan

pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti

dikatakan sebagai instrumen atau alat disini tepat karena ia menjadi segalanya

dari keseluruhan proses penelitian.36

Dengan kata lain kehadiran peneliti disamping sebagai instrumen

juga enjadi faktor penting dalam seluruh kegiatan penelitian ini. Karena

kedalaman serta ketajaman menganalisis data tergantung pada peneliti.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan, yang

terletak di Jalan Raya Jalmak 150 Teja Timur Pamekasan. Pemilihan lokasi

penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA Sabilul Ihsan

merupakan sekolah berbasis pesantren dan memiliki siswa dengan latar

belakang sosial yang cukup beragam, maka tema yang diangkat dalam

penelitian ini menjadi menarik untuk diungkapkan.

(39)

D. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini menggunakan sumber primer, dan

sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.37 Penulis memperoleh data

primer melalui wawancara dan observasi. Jenis data yang diperoleh melalui

wawancara antara lain data mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

data mengenai persepsi siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, data mengenai interaksi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di kelas, serta data mengenai penanaman sikap sosial melalui

pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Sedangkan data yang penulis peroleh melalui observasi di lapangan

mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam, persepsi siswa terhadap

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, interaksi siswa dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di kelas, serta data mengenai penanaman sikap

sosial melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Disamping itu juga

data mengenai model bangunan sekolah, karakteristik siswa. Sedangkan jenis

data sekunder dapat berupa arsip yang dimiliki oleh administrasi SMA

Sabilul Ihsan Pamekasan, seperti data keadaan siswa dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(40)

Menurut Moleong responden atau informan adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian.38 Adapun yang menurut peneliti dapat menjadi informan dalam

penelitian ini adalah :

1. Kepada dan Wakil Kepala Sekolah SMA Sabilul Ihsan

2. Guru Pendidikan Agama Islam SMA Sabilul Ihsan

3. Siswa SMA Sabilul Ihsan

4. Staf Tata Usaha SMA Sabilul Ihsan

E. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu. Wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.39

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstuktur. Wawancara terstruktur dimaksudkan untuk

menemukan informasi yang tidak baku, seperti pengecualian,

penyimpangan, dan penafsiran yang tidak lazim.

(41)

b. Observasi

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa observasi atau yang juga

disebut pengamatan adalah suatu kegiatan yang meliputi pengamatan

dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang

diselidiki dengan menggunakan seluruh alat indera.40

Observasi yang diambil dalam penelitian ini adalah observasi berperan

aktif yang dilakukan oleh peneliti secara langsung. Akan tetapi pada

situasi tertentu peneliti juga menggunakan observasi lengkap, yaitu

keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang

diteliti.

c. Metode dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah salah satu

cara mencari data mengenai hal-hal atau vriabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. 41

Sedangkan menurut Sugiyono, dokumentasi adalah catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya monumental.42

Dalam penelitian kali ini, dokumentasi yang peneliti gunakan adalah

dengan mengambil kumpulan data yang ada di kantor SMA Sabilul

Ihsan baik berupa tulisan, papan nama, dan brosus profil SMA Sabilul

Ihsan.

40Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. hlm 156 41Ibidhlm. 231

(42)

F. Analisis Data

Menurut Sugiono, analisis data adalah mencari dan menyusun data

yang diperoleh secara sistematis, dengan cara mengorganisasikan data

kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.43

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Huberman dan

Miles dalam Burhan Bungin44sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data(Data Collection)

Analisis data dapat dilakukan jika data sudah terkumpul melalui

pengumpulan data yang diuraikan pada sebelumnya. Pengumpulan data

dimaksudkan dalam tahap analisis data karena tanpa terkumpulnya data

analisis tidak dapat dilakukan.

b. Reduksi Data(Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan- catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak

pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

43Ibid,.. hlm 335

(43)

menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya

dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

c. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk

teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel

dan bagan.

d. Penegasan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclution Drawing and Verification)

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan

merupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah

disajikan.

Proses analisis data ini berbentuk siklus,

sebagaimana gambar yang diadopsi Bungin45 dari

Huberman dan Miles, sebagai berikut:

(44)

Gambar 1.Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dikembangkan Huberman dan Miles, sebagaimana dikutip

Burhan Bungin

Sesuai dengan diagram siklus analisis data di atas, menurut

Bungin46 prosesnya tidaklah ‘sekali jadi’, melainkan berinteraktif secara

bolak balik dengan perkembangan yang bersifat sekuensial dan interaktif,

yang ’melingkar’.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Moleong menyebutkan bahwa dalam penelitian diperlukan suatu

teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan

(45)

temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai

berikut :47

1. Ketekunan pengamatan, yaitu mengadakan observasi secara terus

menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala mendalam

terhadap berbagai aktifitas yang sedang berlangsung di lokasi

penelitian.

2. Triangulasi, yatu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu dari luar dara sebagai pengecek atau

pembanding data.

3. Kecukupan referensi, yaitu faktor pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti. Hal ini peneliti lakukan

dengan cara melengkapi data-data yang akan dikemukakan dengan

foto-foto atau dokumen autentik agar lebih dapat dipercaya.

Pada proses analisis data, dalam memeriksa keabsahan data

peneliti menggunakan teknik triangulasi. Adapaun teknik triangulasi

yang peneliti gunakan adalah :

1. Triangulasi sumber

Menurut Moleong, triangulasi dengan sumber adalah

membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh dengan beberapa sumber yang lain.48 Hal ini

dilakukan dengan cara, data yang diperoleh dari seorang informan

dicek kembali dengan bertanya kepada informan lain secara terus

(46)

menerus sampai terjadi kejenuhan data yang artinya tidak ditemukan

data baru lagi.

2. Triangulasi dengan metode

Triangulasi dengan metode menurut Patton dalam Moleong,

triangulasi dengan metode bisa dilakukan dengan dua strategi,

yaitu:49

a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

dengan beberapa teknik pengumpulan data. Misalnya, peneliti

mengecek data atau informasi yang diperoleh melalui metode

wawancara, kemudian data tersebut dicek kembali dengan

menggunakan metode observasi atau dokumentasi, begitu pula

sebaliknya.

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

teknik pengumpulan data yang sama. Misalnya, peneliti

mengecek data yang diperoleh melalui wawancara dengan

seorang informan. Kemudian data tersebut diek pada informan

yang bersangkutan dengan menggunakan metode yang sama

yaitu wawancara pada waktu yang berbeda.

3. Triangulasi dengan teori

Sesuai pendapat Lincoln dan Guba dalam Moleong yang

menyebutkan bahwa fakta-fakta tidak dapat diperiksa derajat

kepercayaannya dengan salah satu teori saja, maka untuk mengecek

(47)

derajat kepercayaan data peneliti menggunakan triangulasi dengan

teori pada penelitian ini.50

H. Tahap-tahap Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

Menyusun proposal penelitian. Proposal penelitian ini

digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian serta untuk

meminta izin kepada lembaga yang terkait sesuai dengan sumber

data yang diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan Lapangan

a. Pengumpulan data

Pada tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Wawancara dengan informan

2) Observasi langsung dan mengambil data langsung dari

lapangan

b. Identifikasi data

Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi

diidentifikasi agar memudahkan peneliti dalam menganalisa

sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

3. Tahap Akhir Lapangan

a. Menyajikan data dalam bentuk deskriptif

b. Menganalisa data sesuai dengan yang ingin dicapai.

(48)

BAB IV

LAPORAN PENELITIAN

A. Paparan Data 1. Profil Sekolah

a. Sejarah SMA Sabilul Ihsan

SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan berdiri pada tahun 2008.

Sejak awal berdirinya, SMA Sabilul Ihsan yang beralamat di Jl. Raya Jalmak 150

Teja Timur Pamekasan ini dipimpin oleh Ibu Durriyatul Millah, M.Pd. sebagai

Kepala Sekolah. SMA Sabilul Ihsan berada dibawah naungan Yayasan Sosial dan

Pendidikan Islam (YASPI) Nasyrul Ulum Bagandan Pamekasan, sebagai Ketua

Yayasan yaitu KH.A.Hamid Mannan Munif, BA.

SMA Sabilul Ihsan merupakan SMA yang berada dilingkungan Pondok

Pesantren Sabilul Ihsan. Oleh sebab itulah dalam penerapan kurikulumnya SMA

Sabilul Ihsan memadukan antara kemampuan iptek dan imtak siswa. Paduan iptek

dan imtak ini dituangkan pula dalam Visi dan Misi SMA Sabilul Ihsan yaitu :

Visi :

Unggul dalam Iman dan Taqwa, Kompetitif dalam Ilmu dan Teknologi

Misi :

1. Menyiapkan siswa yang unggul dalam iman dan taqwa

2. Menyiapkan siswa yang berbudaya islami dan berakhlak mulia

(49)

b. Perkembangan SMA Sabilul Ihsan

Sampai saat ini SMA Sabilul Ihsan telah meluluskan 5 angkatan peserta

didik dari dari tahun ke tahun jumlah peserta didik di SMA Sabilul Ihsan

mengalami peningkatan. Beberapa peserta didik di SMA Sabilul Ihsan juga ada

yang mukim (menetap) di asrama Pondok Pesantren Sabilul Ihsan. Mereka yang

menetap ini sekaligus menjadi santri di Pondok Pesantren Sabilul Ihsan. Berikut

data siswa SMA Sabilul Ihsan Tahun Pelajaran 2013-2014.

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 X 10 12 22

2 XI 9 11 20

3 XII 14 10 24

Data Siswa SMA Sabilul Ihsan Tahun Pelajaran 2013-2014

Sedangkan pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Sabilul Ihsan

berasal dari latar belakang pendidikan Sarjana dan Magister. Berikut data

pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Sabilul Ihsan :

No Status

Pendidikan

Jumlah

S1 S2

1 Guru Tetap Yayasan 18 4 22

2 Guru Tidak Tetap Yayasan - -

-3 Guru PNS diperbantukan - -

-4 Staf Tata Usaha 2 - 2

5 Pustakawan 1 - 1

Jumlah Total 21 4 25

(50)

Pemamaparan data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara

selama penelitian berlangsung.

1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial

Dari hasil penelitian yang didapat peneliti melalui wawancara dan

observasi tentang kepribadian siswa, didapat informasi sebagai berikut : Berbicara

tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA yang terkait dengan sikap

sosial, peneliti menanyakan tentang arti kurikulum menurut guru. Kemudian Ibu

Fatim menyampaikan sebagai berikut:

“Kurikulum menurut saya adalah rencana, petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam pendidikan. Kurikulum sebagai suatu ide/konsep, rencana yang menjadi panduan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar serta kurikulum sebagai hasil belajar yang menjadi ukuran keberhasilan pendidikan.”51

Sumber bahan pelajaran secara formal dapat dituangkan dalam bentuk

kurikulum yang hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas. Landasan

filosofis yang digunakan seyogyanya melihat kondisi nyata yang terjadi di

masyarakat. Seperti yang dikatakan Ibu Fatim, bahwa tujuan penyusunan naskah

akademik Kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah :

“Tujuan penyusunan naskah akademik kurikulum mata pelajaran PAI yang saya tahu yaitu untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi pengembang kurikulum masa depan mata pelajaran PAI, memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap pengembangan kurikulum masa depan, dan sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran PAI disatuan pendidikan dasar dan menengah. Naskah akademik ini mencakup kajian pelaksanaan Standar Isi mata pelajaran PAI satuan pendidikan dasar dan menengah dan

22Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28

(51)

permasalahannya, serta konsep pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran PAI.”52 Menurut Ibu Fatim, jika sebuah lembaga pendidikan dalam pembelajaran tidak menggunakan kurikulum, maka :53

a. Pendidikan tidak akan mampu menyesuaikan dengan lingkungan

masyarakat. Dengan kurikulum akan mampu menciptakan individu

yang bisa menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.

b. Tidak akan terpadu antara individu atau individu dengan masyarakat,

karena tanpa kurikulum tidak ada hubungan yang harmonis,

kerjasama serta pemecahan masalah cenderung diselesaikan sendiri.

Tak ada integrasi antara pendidikan dengan norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat.

c. Potensi yang ada dalam peserta didik kurang dapat dikembangkan,

tanpa kurikulum keunikan peserta didik akan terabaikan. Dengan

kurikulum akan mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis

dan kreatif.

d. Peserta didik tidak akan memiliki persiapan untuk hidup ditengah

kehidupan sosial, pendidikan yang diperoleh tidak memeberikan

pengalaman-pengalaman yang digunakan untuk bekal hidup

bermasyarakat.

e. Tugas perkembangan peserta didik tidak berkembang dengan baik

dan lancar. Pelayanan terhadap kebutuhan anak tidak akan bisa tepat

52Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28

Maret 2014, pukul 10.10 WIB., di sekolah

53Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28

(52)

dan maksimal, sehingga pengembangan bakat dan minat peserta didik

kurang.

f. Pendidikan tidak akan mampu menemukan kelemahan yang dialami

lewat ujian. Tanpa kurikulum akan menyebabkan peserta didik tidak

mampu memahami dirinya, mengarahkan dirinya, mengembangkan

diri dan menyesuaikan dengan masyarakat.

Menurut Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, fungsi dari kurikulum

adalah:

“untuk menuangkan ide atau konsep dan menjabarkan dalam bentuk yang

lebih mudah dilaksanakan dan dipahami dalam proses pembelajaran.”54

Kurikulum akan membantu pendidikan lebih terprogram dengan baik

karena di dalamnya akan direncanakan dan ditentukan isi untuk memenuhi tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Sedangkan pembelajaran sendiri menjadikan

proses penentuan kurikulum yang lebih baik, karena dalam pembelajaran berarti

ada praktek langsung dari kurikulum tersebut dan bisa dideteksi kelebihan dan

kekurangannya. Dan bisa dicarikan jalan keluar untuk dapat memeperbaiki

kurikulum tersebut agar menjadi lebih sempurna.

Maka seorang guru sebelum mengajar harus mempersiapkan perencanaan

terlebih dahulu dengan baik. Mulai dari membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan silabus, membuat media

pembelajaran, dan membuat soal evaluasi. Sehingga kegiatan belajar mengajar di

54Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28

(53)

kelas akan berjalan dengan baik karena sudah di buat perencanaannya terlebih

dahulu.

Begitupun dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, ketika

peneliti bertanya apakah guru membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum

mengajar, maka Ibu Fatim menyampaikan sebagai berikut:

“Sudah menjadi kewajiban seorang guru untuk membuat RPP sebelum mengajar, karena dengan membuat RPP kegiatan belajar mengajar menjadi lebih teratur, tidak keluar jalur dengan apa yang akan diajarkan. Asalkan dalam menjelaskan materi, guru tetap berpedoman dengan perencanaan yang dibuatnya. Saya juga selalu membuat media pembelajaran, menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam mengajar agar siswa tidak bosan dalam belajar. Dan yang terakhir saya membuat soal evaluasi yang harus siswa kerjakan di akhir, dengan tujuan agar guru mengetahui seberapa siswa mengerti dan paham mengenai materi yang disampaikan guru” 55

Bentuk penilaian yang digunakan hendaknya harus sesuai dengan tuntutan

indikator dan tujuan. Pada umumnya guru melakukan penilaian lebih banyak

menggunakan alat-alat penilaian yang masih konvensional yaitu tes tertulis. Tes

yang digunakan pun masih banyak mengukur aspek kognitif. Padahal materi PAI

mencakup segala aspek baik kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian

menyeluruh dari setiap aspek ini harus dilakukan oleh guru.

Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus kreatif

mengembangkan kurikulum yang ada menjadi suatu perencanaan belajar yang

baik. Pembelajaran PAI memuat materi-materi yang membahas nilai-nilai sosial,

tinggal bagaimana seorang guru berusaha mengaitkannya dengan sikap-sikap

sosial sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

55Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28

(54)

Dalam penerapannya, pengembangan kurikulum sudah cukup efektif

untuk digunakan atau dipakai sesuai dengan kebutuhan siswa disetiap sekolah.

Namun, keberhasilannya sangat menuntut kreatifitas guru dalam menerapkannya

dan mengembangkannya kembali di dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Interaksi Guru dan Siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan

Dari hasil penelitian yang didapat oleh peneliti melalui wawancara dan

observasi tentang interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam di

SMA Sabilul Ihsan, didapat informasi sebagai berikut: Proses belajar mengajar

pada hakekatnya merupakan proses komunikasi, yaitu proses menyampaikan

pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan melalui media tertentu. Proses

komunikasi di sini bukan dalam pengertian proses komunikasi searah melainkan

proses komunikasi dua arah dalam bentuk interaksi edukatif antara guru dan siswa.

Berbicara tentang interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam

di SMA Sabilul Ihsan, peneliti bertanya kepada guru Pendidikan Agama Islam

SMA Sabilul Ihsan Ibu Fatim, mengenai arti dari interaksi, kemudian Ibu Fatim

menyampaikan sebagai berikut: “Menurut saya, interaksi adalah suatu bentuk

proses komunikasi baik verbal maupun non verbal yang menimbulkan hubungan

timbal balik.”56

Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk

membelajarkan siswa. Banyak komponen-komponen yang mempengaruhi proses

belajar mengajar diantaranya penggunaan media dan metode pembelajaran. Selain

56Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28

(55)

itu faktor interaksi antara guru dan siswa juga sangat mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa. Untuk itu perlu diciptakan interaksi antara guru dan siswa yang

kondusif.

Untuk menciptakan interaksi antara guru dan siswa dalam melakukan

proses komunikasi yang harmonis sehingga tercapai suatu hasil yang diinginkan

dapat dilakukan jam-jam bertemu antara guru dan siswa, dimana guru dapat

menanyai dan mengungkapkan keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan

persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan yang dihadapinya. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Fatim, bahwa terdapat macam-macam interaksi dalam

pembelajaran yang dapat dilakukan, menurutnya adalah:

“Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan siswa penerima pesan, interaksi dua arah antara siswa dan guru dimana guru memperoleh balikan dari siswa, interaksi dua arah antara guru dan siswa dimana guru mendapat balikan dari siswa selain itu saling berinteraksi atau saling belajar satu dengan yang lainnya, interaksi optimal antara guru, siswa dan antara siswa-siswa.”57

Guru dan siswa adalah dua sosok yang tidak dapat dipisahkan dari dunia

pendidikan. Di sekolah, guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Tugas dan

tanggung jawab guru adalah meluruskan tingkah laku dan perbuatan anak didik

yang kurang baik, yang di bawahnya dari lingkungan keluarga dan masyarakat.

Kegiatan proses belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma

ke dalam jiwa anak didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan.

Interaksi antara guru dan anak didik terjadi karena saling membutuhkan. Anak

didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru dan guru ingin

57Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28

(56)

menimba dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada

anak didik yang membutuhkan. Sedangkan di rumah, orang tua lah yang memiliki

peranan penting dalam mendidik, membimbing anaknya. Keluarga di rumahlah

yang sangat sering melakukan interaksi dengan siswa di rumah sehingga peluang

orangtua sangat banyak untuk membimbing dan mendidik siswa.

Dalam interaksi edukatif, guru berusaha menjadi pembimbing yang baik

dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah

yang harmonis antara guru dan anak didik. Untuk terciptanya suatu hubungan

yang harmonis, guru memiliki beberapa cara salah satunya yaitu dengan

melakukan berbagai pendekatan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Fatim,

pendekatan yang Ibu Fatim lakukan adalah:

“Ada 4 pendekatan yang saya lakukan agar tercipta hubungan dua arah yang harmonis, pertama: pendekatan individual, pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual karena perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru, bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual. Kedua: pendekatan kelompok, pendekatan kelompok memang suatu waktu guru terapkan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Siswa dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Ketiga: pendekatan bervariasi, dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan satu metode saja karena permasalahan yang dicapai oleh setiap anak didik biasanya bervariasi dan yang terakhir adalah pendekatan edukatif: setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma-norma yang ada.”58

Di luar kelas interaksi antara guru dan siswa cukup terjalin dengan baik,

walaupun pada jam istirahat guru dan siswa mempunyai kesibukan

masing-masing. Dimana guru lebih memilih menhabiskan waktunya di dalam kantor

58Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28

(57)

bersama guru-guru yang lain pada waktu jam istirahat, sedangkan siswa lebih

memilih menghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman-temannya.

Namun guru dan siswa saling bertegur sapa dan bersalaman apabila bertemu di

ruang guru, di kantin atau sedang berjalan. Ketika guru membutuhkan pertolongan

untuk membelikan sesuatu di kantin siswa pun menolongnya.

3. Peningkatan Sikap Sosial Siswa SMA Sabilul Ihsan Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam

Dari hasil penelitian yang didapat peneliti melalui wawancara dan

observasi tentang Peningkatan Sikap Sosial Siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur

Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam, didapat informasi sebagai berikut:

peneliti bertanya kepada guru PAI SMA Sabilul Ihsan Ibu Fatim mengenai arti

dari sikap sosial yang guru ketahui dan contohnya seperti apa. Kemudian Ibu

Fatim menjawab sebagai berikut: “Sikap sosial adalah perilaku atau tindakan

seseorang yang menunjukan perbuatan yang baik atau positif sehingga terjalin

suatu interaksi, contohnya itu adalah sikap setia kawan, saling tolong-menolong,

saling memberi, saling menghargai dan lain-lain.”59

Sikap sosial menurut Ibu Durriyatul Millah, Kepala Sekolah SMA Sabilul

Ihsan adalah :

59Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28

Gambar

Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

Referensi

Dokumen terkait

Surat keterangan pendamping ijazah dikeluarkan sebagai pelengkap ijazah yang menerangkan capaian pembelajaran dan prestasi dari pemegang ijazah selama masa studi. The

Jumlah Perusahaan yang mendaftar sebanyak 27 (Dua puluh Tujuh) Perusahaan. TRISAKTI MUSTIKA GRAPHIA. ROYAL STANDARD JAYA LESTARI c. Metode evaluasi yang digunakan adalah

Melalui kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan di sekolah, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap

dengan akta nomor 24 tanggal 29 Agustus 2008 dengan susunan pengurus sebagai.

Dalam kegiatan-kegiatan latihan Kesegaran Jasmani, Baris- berbaris, mengikuti Tata Upacara Sipil, mengikuti ceramah kesehatan mental untuk dapat meningkatkan kesehatan

Sistem informasi penggajian dan penilaian kinerja pada SMK Taman Siswa sangat penting untuk dikembangkan untuk memperbaiki sistem yang ada, dengan dibangunnya

Setelah melakukan penelitian observasi dan mendapatkan dokumen dokumen yang dibutuhkan terkait penggajian guru di SMK tiara bangsa, maka dihasilkan sistem

Bahwa setiap an ggota DPR walaupun dipilih secara lan gsun g oleh pem ilih n ya (kon stitu en ) di daer ah pem ilih n ya tetapi pen calon an n ya d iu su lkan oleh par tai