PENINGKATAN SIKAP SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SABILUL IHSAN
TEJA TIMUR PAMEKASAN
MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SKRIPSI
Oleh SAIFULLAH NIM. 18201001040716
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN JURUSAN TARBIYAH
PENINGKATAN SIKAP SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SABILUL IHSAN
TEJA TIMUR PAMEKASAN
MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SKRIPSI Diajukan kepada
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh SAIFULLAH NIM. 18201001040716
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN JURUSAN TARBIYAH
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi berjudul Peningkatan Sikap Sosial Siswa Sekolah Mengengah Atas Sabilul Ihsan
Teja Timur Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam, yang disusun oleh Saifullah telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Pamekasan, 23 April 2014
Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi berjudul Peningkatan Sikap Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas Sabilul Ihsan
Teja Timur Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam, yang disusun oleh Saifullah telah diuji pada tanggal 20 Mei 2014
Dewan Penguji
1. Ketua : Dr. H. Nor Hasan, M. Ag. ( )
2. Penguji I : Dr. H. Mohammad Kosim, M. Ag ( )
3. Penguji II : Dr. Edi Susanto, M.Fil.I ( )
Mengesahkan,
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan
ABSTRAK
Saifullah, 2014, Peningkatan Sikap Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam,Skripsi, Program Studi PAI, Jurusan Tarbiyah, Pembimbing : Dr. Nor Hasan, M. Ag.
Kata kunci :Pendidikan Agama Islam, Sikap Sosial
Agama Islam dan pendidikan adalah dua hal yang satu sama lain saling berhubungan. Melalui agama, manusia diarahkan menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Proses pengembangannya adalah melalui pendidikan. Karena dengan pendidikan orang akan menjadi lebih memahami dan lebih mampu baik dari segi kecerdasan maupun sikap mentalnya. Akan tetapi pada kenyataannya, Pendidikan Agama Islam di sekolah masih dianggap kurang memberikan kontribusi kearah tersebut. Kelemahan pendidikan agama Islam masih terfokus pada ranah kognitif dan masih kurang menyentuh ranah afektif
serta ranah psikomotorik. Padahal untuk tercapainya insan kamil pendidikan agama Islam harus bisa menyetuh seluruhnya, baik ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Kondisi semacam ini juga terjadi di SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan. Realitas yang terjadi, siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan dapat memahami dan berfikir pentingnya sikap sosial, namun dalam mengaplikasikan sikap sosial tersebut mereka cenderung melihat faktor situasional dan faktor siapa orang yang akan menerima efek sikap sosial tersebut.
Ada tiga permasalahan yang menjadi fokus dalam penlitian ini. Pertama,
bagaimanakah kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial. Kedua, bagaimanakah interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan. Ketiga,
bagaimanakah peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA Sabilul Ihsan Pamekasan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma deskriptif-kualitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Informannya adalah Kepala Sekolah, Guru, Staf TU dan siswa. Sedangkan pengecekan keabsahan data dilakukan melalui ketekunan pengamatan, triangulasi dan kecukupan referensi.
Hasil Penelitian yang didapat dari penelitian ini adalah : Pertama,
berpusat pada guru(teacher centris), pola pembelajaran yang berpusat pada murid
(student centris) dan pola pembelajaran yang mamadukan antara keduanya. Pola tersebut tergantung materi yang sedang dipelajari. Pola-pola interaksi tersebut diperkuat dengan hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan siswa melalui pendekatan yang dilakukan oleh guru meliputi pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, dan pendekatan edukatif. Ketiga,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan
rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan Penelitian ini. Sholawat dan
salam semoga tetap tercurah keharibaan Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Sarjana Pendidikan Agama Islam di STAIN Pamekasan. Terselesaikannya
penulisan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu ucapan
terima kasih penulis haturkan kepada :
1. Ketua STAIN Pamekasan
2. Seluruh Dosen STAIN Pamekasan atas ilmu yang diberikan
3. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan
4. Dr. H. Nor Hasan M.Ag selaku dosen pembimbing
5. Kepala Sekolah SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan, atas ijin
penelitiannya.
6. Rekan-rekan se-angkatan di STAIN Pamekasan atas dukungan dan sharing
ilmunya.
7. Istriku dan anak-anakku tercinta yang selalu memotivasiku
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna, untuk itu
saran yang membangun untuk sempurnanya proposal penelitian ini sangat
diharapkan.
Pamekasan, April 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Konteks Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Definisi Istilah ... 6
F. Penelitian Terdahulu ... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
1. Pendidikan Agama Islam ... 8
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 24
B. Kehadiran Peneliti ... 26
C. Lokasi Penelitian ... 26
D. Sumber Data ... 27
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 28
F. Analisis Data ... 30
G. Pengecekan Keabsahan Data ... 32
H. Tahap-tahap Penelitian ... 35
BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN ... 36
BAB V PENUTUP ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Siswa SMA Sabilul Ihsan Tahun Pelajaran 2013-2014 37
Tabel 2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMA Sabilul Ihsan
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks penelitian
Manusia dengan segala keunikan dan keanekaragamannya tidak akan
mampu hidup sendiri tanpa kebersamaan, karena pada dasarnya ia memiliki
ketergantungan dengan orang lain. Ketergantungan inilah yang menjadikan
manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia
bukan terletak pada "akunya", tetapi pada "kitanya" atau pada kebersamaannya dan sebagai wujud dari kebersamaan dimaksud maka
manusia membutuhkan sikap sosial yang merupakan respon terhadap
stimulus sosial yang ada. Sikap yang ditunjukkan ini juga merupakan evaluasi
terhadap aspek dalam dunia sosial1
Sikap sosial pada dasarnya berkaitan erat dengan beberapa konsep
ilmu jiwa sosial atau psikologi sosial lainnya seperti komitmen dan pelibatan
diri, baik pada sistem norma atau nilai tertentu, atau kelompok tertentu, atau
mungkin pelibatan pribadi ke pribadi lain diluar dirinya2
Sistem norma atau nilai yang berkembang dalam kelompok yang
berbeda ini mengakibatkan anak (individu) berbeda-beda dalam bakat atau
pembawaannya, hal ini karena adanya perbedaan pengalaman, pengetahuan
dan proses pendidikan. Proses pendidikan menyebabkan anak berbeda dalam
cara bersikap karena pendidikan merupakan proses pengendalian secara sadar
dimana perubahan-perubahan didalam tingkah laku dihasilkan di dalam diri
orang itu melalui kelompok.
Pendidikan itu sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang
terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru atau
pendidik harus berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi,
mengenai hubungan antar manusia dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat
(dengan sistem sosialnya).3
Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang bukan hanya berkaitan dengan
ranah kognitif orang tersebut. Namun, yang sangat memegang peranan
penting dalam didalam sikap adalah faktor perasaan atau emosi (afeksi) dan
faktor kedua adalah reaksi/respon, atau kecenderungan untuk bereaksi. Dalam
beberapa hal, sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku
manusia4
Agama Islam dan pendidikan adalah dua hal yang satu sama lain
saling berhubungan. Melalui agama, manusia diarahkan menjadi manusia
seutuhnya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Proses pengembangannya
adalah melalui pendidikan. Karena dengan pendidikan orang akan menjadi
lebih memahami dan lebih mampu baik dari segi kecerdasan maupun sikap
mentalnya.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah memerlukan
interaksi yang mendalam antara guru dan siswa, baik secara lahir dan batin.
3Ary H. Gunawan.Sosiologi Pendidikan.(Jakarta: Rineke Cipta, 2010) hlm. 46-47
Guru agama bukan sekadar "penyampai" materi pelajaran, tetapi lebih dari itu
adalah sebagai "sumber spiritual" dan sekaligus sebagai "pembimbing."
Sehingga dapat terjalin hubungan yang sangat erat antara guru dan siswa serta
mampu melahirkan keterpaduan bimbingan ruhani dan akhlak dengan materi
pengajarannya. Karena itu, fungsi dan peran guru agama tidak cukup hanya
bermodal "profesional" semata, tetapi perlu pula didukung oleh kekuatan
"moral." Begitu pula tentang mutu pendidikan agama dan pencapaian prestasi
siswa tidak dapat begitu saja diukur lewat tabel-tabel statistik. Mutu dan
keberhasilan pendidikan agama mestinya diukur dengan totalitas siswa
sebagai pribadi dan sosial.
Penguatan mutu Pendidikan Agama Islam ini memang pantas untuk
diperhatikan secara serius, mengingat dengan pendidikan agama Islam
diharapkan terciptanya kepribadian seseorang menjadi “insan kamil”,
manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan
gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan
dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat
yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di
dunia kini dan di akhirat nanti5
Akan tetapi pada kenyataannya, Pendidikan Agama Islam di sekolah
masih dianggap kurang memberikan kontribusi kearah tersebut. Kelemahan
pendidikan agama Islam masih terfokus pada ranahkognitifdan masih kurang menyentuh ranah afektifserta ranah psikomotorik. Padahal untuk tercapainya
insan kamil pendidikan agama Islam harus bisa menyetuh seluruhnya, baik
ranahkognitif, afektifdanpsikomotorik.
Kondisi semacam ini juga terjadi di SMA Sabilul Ihsan Teja Timur
Pamekasan. Realitas yang terjadi, siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur
Pamekasan dapat memahami dan berfikir pentingnya sikap sosial, namun
dalam mengaplikasikan sikap sosial tersebut mereka cenderung melihat faktor
situasional dan faktor siapa orang yang akan menerima efek sikap sosial
tersebut. Untuk itu peneliti tertarik meneliti lebih dalam bagaimanakah
peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA
Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan.
B. Fokus penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul
Ihsan yang terkait dengan sikap sosial?
2. Bagaimanakah interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama
Islam di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan?
3. Bagaimanakah peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama
C. Tujuan peneltian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA
Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial.
2. Mendeskripsikan interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam
di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan.
3. Mengetahui peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam
pada siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan.
D. Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian ini terdiri adalah
1. Kegunaan Ilmiah
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam.
b. Sebagai bahan masukan dalam memberikan ide atau gagasan pada
pendidik agar memperhatikan kemampuan sikap sosial siswa
dalam belajar.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran,
karena mutu sekolah disebabkan oleh kemampuan guru dalam
b. Bagi guru, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola
proses pembelajaran, melakukan refleksi untuk memahami kendala
dan permasalahan serta pemecahan masalah dalam pembelajaran.
c. Bagi siswa dapat memberikan gambaran pentingnya memiliki
sikap sosial.
d. Bagi penulis sendiri untuk memperoleh pengalaman secara
langsung dalam bidang penelitian terutama dengan meneliti
peningkatan sikap sosial siswa melalui Pendidikan Agama Islam.
E. Definisi istilah
a. Sikap sosial adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain,
saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan
masyarakat.
b. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami
dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai
pandangan hidup.
F. Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain yang memiliki
keterkaitan dan relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan ini.
1)Penelitian dengan judulPengaruh pembelajaran kooperatif terhadap sikap sosial siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI MA Nurul Hidayah Temoran Omben Sampang. Yang diteliti oleh Kholifah, 2010 (STAIN Pamekasan). Dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pembelajaran
kooperatif terhadap sikap sosial siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di kelas XI MA Nurul Hidayah Temoran Omben Sampang.
Dari penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan perbedaan dan
persamaan dengan penelitian ini. Perbedaan penelitian diatas menggunakan
metode kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Sedangkan persamaan penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian ini
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis terlebih
dahulu akan mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan
berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini
semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.6
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, dijelaskan bahwa
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan,
proses, perbuatan dan cara mendidik7
Sedangkan Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap
6Ramayulis.Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, hlm. 1
7Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.8
Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang
dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada
anak didik, demi terciptanya insan kamil.
Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan
agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan
sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam.
Untuk memperoleh gambaran yang mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini
beberapa defenisi mengenai pendidikan Agama Islam.
Menurut Ahmad Marimba, pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.9 Sedangkan
Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidikan Agama Islam adalah pendidikan
dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai
suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan di akhirat kelak.10
8Ahmad D. Marimba.Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif. 1981) cet
ke-5, hlm. 19
9Ibid, hlm. 23
Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang
berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan secara sadar untuk mengembangkan
potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk
kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.
b. Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dasar dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi
sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Demikian juga
halnya dengan dasar suatu pendidikan yaitu menjamin "bangunan" pendidikan itu
teguh berdirinya. Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari
beberapa segi, yaitu:
1. Dasar Religius
Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah
dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam Al-Qur'an
maupun Al-hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan
agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah
kepada-Nya.11
Dalam Al-Quran dan Al-Hadits banyak sekali ayat yang menunjukkan
adanya perintah tersebut. Salah satu ayat Al Quran yang memerintahkan
11 Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf,Metodik Khusus Pendidikan Agama(Surabaya:
biro Ilmiah fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel), Cet ke-8, hlm. 23
manusia untuk melaksanakan pendidikan adalah dalam Surat Al-Alaq ayat
1 - 5 :12
. ُمَﺮْﻛﻷا َﻚﱡﺑَرَو ْأَﺮْﻗا .ٍﻖَﻠَﻋ ْﻦِﻣ َنﺎَﺴْﻧﻹا َﻖَﻠَﺧ .َﻖَﻠَﺧ يِﺬﱠﻟا َﻚِّﺑَر ِﻢْﺳﺎِﺑ ْأَﺮْﻗا
.ْﻢَﻠْﻌَﯾ ْﻢَﻟ ﺎَﻣ َنﺎَﺴْﻧﻹا َﻢﱠﻠَﻋ. ِﻢَﻠَﻘْﻟﺎِﺑ َﻢﱠﻠَﻋ يِﺬﱠﻟا
Artinya :Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan dalam surat ini terdapat
peringatan bahwa pada mulanya manusia diciptakan dari segumpal darah. Di
antara karunia Allah SWT adalah mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya., lalu Dia memuliakan dan mengangkat derajatnya dengan ilmu, dan
itulah keistimewaan yang dimiliki oleh bapak manusia, yaitu Adam, dibanding
dengan para malaikat. Terkadang ilmu itu terdapat pada akal pikiran, terkadang
pada ucapan, dan terkadang terdapat pada tulisan tangan. Sehingga ada ilmu yang
sifatnya akal pikiran, ucapan dan ada yang berupa tulisan. Di dalam tulisan
terkandung unsur akal pikiran dan ucapan, tapi tidak berarti sebaliknya.13
Al-Quran sebagai dasar pendidikan agama Islam, memiliki
perbendaharaan yang luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat
manusia. Al Quran meurpakan sumber pendidikan yang lengkap, baik pendidikan
masyarakat (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (rohani), serta jasmani dan
12Mujamma’ Al Malik Fahd li thiba’at al mush-haf. Al Qur’an dan Terjemahnya.(Medinah
Almunawwarah : 1971 ) Hlm. 1079
13Salim Bahreisy dan Said Bahreisy.Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir.(Surabaya : PT. Bina Ilmu.
atau semesta alam. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus senantiasa
mengacu pada sumber yang termuat dalam Al Quran.
2. Dasar Yuridis Formal
Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal
pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan
yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolah-sekolah ataupun di
lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. Adapun dasar yuridis
formal ini terbagi tiga bagian, sebagai berikut:
a. Dasar Ideal
Dasar ideal yakni dasar dari falsafah Negara: Pancasila, dimana sila yang
pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian,
bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atau tegasnya harus beragama14
b. Dasar Konsitusional/Struktural
Dasar konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2,
yang berbunyi sebagai berikut:
a) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa
Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya15
Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia
harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia
adalah orang-orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama
khususnya umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam,
maka diperlukan adanya pendidikan agama Islam.
3. Dasar Operasional
Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur
pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia.
Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973. Tap MPR nomor IV/MPR/1978
dan Tap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN," yang pada pokontya
dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung
dimasukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar
sampai dengan universitas-universitas negeri.16
Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki
status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta
peraturan perundang-undangan yang ada.
4. Dasar Psikologis
Dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.17
Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan
hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada sutu
16Ibid, hlm. 23
17Abdul majid, Dian Andayani.Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT
perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat untuk
berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan. Mereka
akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan
dirinya kepada Yang Maha Kuasa.
Dari uaraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan
tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Berbicara
pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu
kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika
sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka
menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan
mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan,
tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa.
Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk
mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis.
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.18
Menurut Zakiah Daradjat Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai
setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu
benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan
dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya,
yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan
pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup
berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allh SWT.19
Imam Al-Ghazali sebagaimana dikutip Ramayulis mengatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.20
Muhammad Athiyah Al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan
akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa
mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka
dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu
kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan
terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan
jiwa.21
Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu
19Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 29
20Ramayulis.Ilmu Pendidikan Islam. hlm. 71-72
21Muhammad Athiyyah al-Abrasy,Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terjemahan Bustami
sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang
melaksanakan pendidikan Islam.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia
menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan
berakhlak terpuji. Jadi, tujuan pendidikan agama Islam adalah berkisar
kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi
spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan social. Atau lebih jelas lagi, ia
berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang prcaya pada
Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak
mulia, sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu berbicara pendidikan agama
Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman
nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas
sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan
hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak.
Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengamalan nilai-nilai
Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir
yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman,
bertakwa dan berilmu pengetahuan.
Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan mendidik itu sendiri
Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dari
sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau
dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing,
memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju
kepada tujuan pendidikan Islam.
2. Anak didik
Anak didik merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini
disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa
anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita-citakan.
3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan
pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak didik menjadi
manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan kepribadian muslim.
4. Pendidik
Pendidik merupakan subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik
ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau
tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam.
Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilm agama Islam yang
disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.
6. Metode Pendidikan Islam
Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan
bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode di sini
mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi
tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.
7. Evaluasi Pendidikan
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian
terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam umumnya tidak
dapat dicapai sekaligus, melainkan melaui proses atau pentahapan tertentu.
Apabila tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat
dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya
kepribadian muslim.
8. Alat-alat Pendidikan Islam
Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam
agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
9. Lingkungan
Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil
pendidikan Islam.22
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan
Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang menyangkut
penyelenggaraan pendidikan Islam.
2. Sikap Sosial
a. Pengertian Sikap Sosial
Gerungan berpendapat attitude sosial adalah suatu sikap sosial yang dilakukan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap
objek sosial. Attitude sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya attitude
sosial dinyatakan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang
sekelompok atau semasyarakat.23
Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan
manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai
kehidupan masyarakat. Sedangkan pendapat lain mengatakan Interaksi di
kalangan manusia; interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan
yang menimbulkan perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan individu
dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong
menolong, saling memberi dan menerima, simpati, rasa setia kawan, dan
sebagainya.24
Sedangkan menurut Bimo Walgito sikap sosial merupakan organisasi
pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang
23Gerungan.Psikologi Sosial.(Bandung: Refika Aditama, 2010) hlm. 161
disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut
untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang
dipilihnya.25
Dari beberapa pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap sosial
adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan individu secara sadar dan
nyata, dilakukan secara berulang-ulang yang ditujukan pada objek sosial.
b. Ciri-ciri Sikap Sosial
Gerungan menyebutkan ciri-ciri sikap sosial sebagi berikut :
1. Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi
dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan
orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis
seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan
lain-lain penggerak kegiatan manusia yang menjadi
pembawaan baginya, dan yang terdapat padanya sejak
dilahirkan.
2. Attitude dapat berubah-ubah karena attitude dapat
dipelajari orang atau sebaliknya, attitude-attitude dapat
dipelajari sehingga attitude dapat berubah pada seseorang
bila terdapat keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah berubahnya attitude pada orang itu.
3. Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa
mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan
kata lain, attitude terbentuk, dipelajari, atau berubah
senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang
dapat dirumuskan dengan jelas.
4. Objek attitude dapat merupakan suatu hal tertentu,
tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal
tersebut. Jadi, attitude dapat berkaitan dengan satu objek
saja tetapi juga berkaitan dengan sederet objek yang
5. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi
perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan attitude
dari kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.26
c. Struktur Sikap Sosial
Bimo Walgito berpendapat bahwa sikap mengandung tiga komponen
yang membentuk struktur sikap, yaitu :
1. Komponen kognitif (komponenperceptual)
Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana
orang mempersepsi terhadap objek sikap
2. Komponen afektif (komponen emosional)
Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang
atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang
positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. komponen
ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atauaction component)
Komponen konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan
intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak
atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.27
d. Faktor-Faktor Sikap Sosial
Gerungan menjelaskan faktor-faktor dalam sikap sosial, yaitu :
1. Faktor internal, merupakan pengamatan dan penangkapan manusia yang
senantiasa melibatkan suatu proses pilihan diantara seluruh rangsangan yang
objektif yang ada diluar kita, pada setiap saat dalam kehidupan kita, suatu pilihan
diantara berbagai rangsangan yang kemudian kita perhatikan dan tafsirkan
dengan lebih mendalam.
2. Faktor eksternal, yaitu dalam pembentukan dan perubahan attitude, selain
faktor-faktor internal terdapat pula faktor-faktor-faktor-faktor eksternal antara lain sifat, isi
pandangan baru yang ingin diberikannya itu, siapa yang mengemukakannya dan
siap yang menyokongnya pandangan baru tersebut, dengan cara bagaimana
pandangan itu diterangkan, dan dalam situasi bagaimana attitude baru itu
diperbincangkan (situasi interaksi kelompok, situasi orang sendirian, dan
lain-lain).28
e. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap
Proses pembentukan dan perubahan sikap dapat terbentuk atau berubah
melalui 4 macam cara yaitu:
1. Adopsi: Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam
diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Diferensiasi: dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada halhal yang tadinya dianggap
sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek
tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi: Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga
pada akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
4. Trauma: Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.29
Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Hal
ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti
adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas
perasaan, dan juga situasi lingkungan. Sikap anakanak terhadap orang lain dan
pengalaman sosial dan seberapa baik mereka bergaul dengan orang lain, sebagian
besar akan tergantung pada pengalaman belajar selama bertahun-tahun dalam hal
belajar bersikap sosial. Bersikap sosial berarti mampu berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial.
29Sarlito Wirawan Sarwono.Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang, 1976)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma
Deskriptif-Kualitatif, Bogdan dan Taylor sebagai mana dikutip oleh Moleong
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini
tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatau
keutuhan.30
Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap
apa yang diteliti.31
Menurut Nawawi dan Martini metode deskriptif adalah metode yang
melukiskan keadaan suatu objek atau peristiwa tertentu berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan
30Lexy J. Moeleong.Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2007) hlm.
4
upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis
tersebut.32
Jenis Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Menurut Suharsimi Arikunto penelitian studi kasus adalah suatu penelitian
yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu
organisasi, lembaga atau gejala tertentu.33Kasus sendiri didefinisikan sebagai
fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas.34 Studi kasus dipilih karena merupakan strategi yang paling cocok
untuk menjawab pertanyaan “bagaimana dan mengapa”, sehingga dapat
mengklarifikasi secara tepat hakekat pertanyaan dalam penelitian. Ia juga
dapat menguji, apakah proposisi teori yang digunakan benar, atau alternatif
penjelasannya lebih relevan.35 Selanjutnya, karena penelitian ini
dilaksanakan pada suatu tempat dengan karakteristik yang sejenis serta fokus
masalahnya pada penanaman sikap sosial dalam kaitannya dengan Pendidikan
Agama Islam dalam sikap dan perilaku siswa sudah ditentukan sebelum
peneliti memasuki lapangan, maka studi kasusnya adalah studi kasus tunggal
terpancang.
32Hadari Nawawi dan Mimi Martini.Penelitan Terapan. (Yogyakarta : Gajah Mada University
Press. 1994)
33Suharsimi Arikunto.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek : Edisi Revisi V. (Jakarta :
Rineka Cipta. 2002) hlm 120
34Poerwandari, Kristi.Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. (Jakarta LPSP3
Fakultas Psikologi UI. 2001)
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama
yaitu sebagai pelaksana, pengamat, dan sekaligus sebagai pengumpul data
tanpa atau dengan bantuan orang lain. Menurut Lexy Moleong, kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti berperan sekaligus
sebagai perencana, mengumpulkan, mengalisis, serta menafsirkan data, dan
pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti
dikatakan sebagai instrumen atau alat disini tepat karena ia menjadi segalanya
dari keseluruhan proses penelitian.36
Dengan kata lain kehadiran peneliti disamping sebagai instrumen
juga enjadi faktor penting dalam seluruh kegiatan penelitian ini. Karena
kedalaman serta ketajaman menganalisis data tergantung pada peneliti.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan, yang
terletak di Jalan Raya Jalmak 150 Teja Timur Pamekasan. Pemilihan lokasi
penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA Sabilul Ihsan
merupakan sekolah berbasis pesantren dan memiliki siswa dengan latar
belakang sosial yang cukup beragam, maka tema yang diangkat dalam
penelitian ini menjadi menarik untuk diungkapkan.
D. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini menggunakan sumber primer, dan
sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.37 Penulis memperoleh data
primer melalui wawancara dan observasi. Jenis data yang diperoleh melalui
wawancara antara lain data mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
data mengenai persepsi siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, data mengenai interaksi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di kelas, serta data mengenai penanaman sikap sosial melalui
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan data yang penulis peroleh melalui observasi di lapangan
mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam, persepsi siswa terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, interaksi siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di kelas, serta data mengenai penanaman sikap
sosial melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Disamping itu juga
data mengenai model bangunan sekolah, karakteristik siswa. Sedangkan jenis
data sekunder dapat berupa arsip yang dimiliki oleh administrasi SMA
Sabilul Ihsan Pamekasan, seperti data keadaan siswa dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Menurut Moleong responden atau informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian.38 Adapun yang menurut peneliti dapat menjadi informan dalam
penelitian ini adalah :
1. Kepada dan Wakil Kepala Sekolah SMA Sabilul Ihsan
2. Guru Pendidikan Agama Islam SMA Sabilul Ihsan
3. Siswa SMA Sabilul Ihsan
4. Staf Tata Usaha SMA Sabilul Ihsan
E. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.39
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstuktur. Wawancara terstruktur dimaksudkan untuk
menemukan informasi yang tidak baku, seperti pengecualian,
penyimpangan, dan penafsiran yang tidak lazim.
b. Observasi
Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa observasi atau yang juga
disebut pengamatan adalah suatu kegiatan yang meliputi pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang
diselidiki dengan menggunakan seluruh alat indera.40
Observasi yang diambil dalam penelitian ini adalah observasi berperan
aktif yang dilakukan oleh peneliti secara langsung. Akan tetapi pada
situasi tertentu peneliti juga menggunakan observasi lengkap, yaitu
keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang
diteliti.
c. Metode dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah salah satu
cara mencari data mengenai hal-hal atau vriabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. 41
Sedangkan menurut Sugiyono, dokumentasi adalah catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental.42
Dalam penelitian kali ini, dokumentasi yang peneliti gunakan adalah
dengan mengambil kumpulan data yang ada di kantor SMA Sabilul
Ihsan baik berupa tulisan, papan nama, dan brosus profil SMA Sabilul
Ihsan.
40Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. hlm 156 41Ibidhlm. 231
F. Analisis Data
Menurut Sugiono, analisis data adalah mencari dan menyusun data
yang diperoleh secara sistematis, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.43
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif. Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Huberman dan
Miles dalam Burhan Bungin44sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data(Data Collection)
Analisis data dapat dilakukan jika data sudah terkumpul melalui
pengumpulan data yang diuraikan pada sebelumnya. Pengumpulan data
dimaksudkan dalam tahap analisis data karena tanpa terkumpulnya data
analisis tidak dapat dilakukan.
b. Reduksi Data(Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan- catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak
pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,
43Ibid,.. hlm 335
menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya
dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.
c. Display Data
Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk
teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel
dan bagan.
d. Penegasan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclution Drawing and Verification)
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan
merupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah
disajikan.
Proses analisis data ini berbentuk siklus,
sebagaimana gambar yang diadopsi Bungin45 dari
Huberman dan Miles, sebagai berikut:
Gambar 1.Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dikembangkan Huberman dan Miles, sebagaimana dikutip
Burhan Bungin
Sesuai dengan diagram siklus analisis data di atas, menurut
Bungin46 prosesnya tidaklah ‘sekali jadi’, melainkan berinteraktif secara
bolak balik dengan perkembangan yang bersifat sekuensial dan interaktif,
yang ’melingkar’.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Moleong menyebutkan bahwa dalam penelitian diperlukan suatu
teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan
temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai
berikut :47
1. Ketekunan pengamatan, yaitu mengadakan observasi secara terus
menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala mendalam
terhadap berbagai aktifitas yang sedang berlangsung di lokasi
penelitian.
2. Triangulasi, yatu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu dari luar dara sebagai pengecek atau
pembanding data.
3. Kecukupan referensi, yaitu faktor pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Hal ini peneliti lakukan
dengan cara melengkapi data-data yang akan dikemukakan dengan
foto-foto atau dokumen autentik agar lebih dapat dipercaya.
Pada proses analisis data, dalam memeriksa keabsahan data
peneliti menggunakan teknik triangulasi. Adapaun teknik triangulasi
yang peneliti gunakan adalah :
1. Triangulasi sumber
Menurut Moleong, triangulasi dengan sumber adalah
membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh dengan beberapa sumber yang lain.48 Hal ini
dilakukan dengan cara, data yang diperoleh dari seorang informan
dicek kembali dengan bertanya kepada informan lain secara terus
menerus sampai terjadi kejenuhan data yang artinya tidak ditemukan
data baru lagi.
2. Triangulasi dengan metode
Triangulasi dengan metode menurut Patton dalam Moleong,
triangulasi dengan metode bisa dilakukan dengan dua strategi,
yaitu:49
a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
dengan beberapa teknik pengumpulan data. Misalnya, peneliti
mengecek data atau informasi yang diperoleh melalui metode
wawancara, kemudian data tersebut dicek kembali dengan
menggunakan metode observasi atau dokumentasi, begitu pula
sebaliknya.
b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
teknik pengumpulan data yang sama. Misalnya, peneliti
mengecek data yang diperoleh melalui wawancara dengan
seorang informan. Kemudian data tersebut diek pada informan
yang bersangkutan dengan menggunakan metode yang sama
yaitu wawancara pada waktu yang berbeda.
3. Triangulasi dengan teori
Sesuai pendapat Lincoln dan Guba dalam Moleong yang
menyebutkan bahwa fakta-fakta tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan salah satu teori saja, maka untuk mengecek
derajat kepercayaan data peneliti menggunakan triangulasi dengan
teori pada penelitian ini.50
H. Tahap-tahap Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Menyusun proposal penelitian. Proposal penelitian ini
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian serta untuk
meminta izin kepada lembaga yang terkait sesuai dengan sumber
data yang diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan Lapangan
a. Pengumpulan data
Pada tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Wawancara dengan informan
2) Observasi langsung dan mengambil data langsung dari
lapangan
b. Identifikasi data
Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi
diidentifikasi agar memudahkan peneliti dalam menganalisa
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Tahap Akhir Lapangan
a. Menyajikan data dalam bentuk deskriptif
b. Menganalisa data sesuai dengan yang ingin dicapai.
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
A. Paparan Data 1. Profil Sekolah
a. Sejarah SMA Sabilul Ihsan
SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan berdiri pada tahun 2008.
Sejak awal berdirinya, SMA Sabilul Ihsan yang beralamat di Jl. Raya Jalmak 150
Teja Timur Pamekasan ini dipimpin oleh Ibu Durriyatul Millah, M.Pd. sebagai
Kepala Sekolah. SMA Sabilul Ihsan berada dibawah naungan Yayasan Sosial dan
Pendidikan Islam (YASPI) Nasyrul Ulum Bagandan Pamekasan, sebagai Ketua
Yayasan yaitu KH.A.Hamid Mannan Munif, BA.
SMA Sabilul Ihsan merupakan SMA yang berada dilingkungan Pondok
Pesantren Sabilul Ihsan. Oleh sebab itulah dalam penerapan kurikulumnya SMA
Sabilul Ihsan memadukan antara kemampuan iptek dan imtak siswa. Paduan iptek
dan imtak ini dituangkan pula dalam Visi dan Misi SMA Sabilul Ihsan yaitu :
Visi :
Unggul dalam Iman dan Taqwa, Kompetitif dalam Ilmu dan Teknologi
Misi :
1. Menyiapkan siswa yang unggul dalam iman dan taqwa
2. Menyiapkan siswa yang berbudaya islami dan berakhlak mulia
b. Perkembangan SMA Sabilul Ihsan
Sampai saat ini SMA Sabilul Ihsan telah meluluskan 5 angkatan peserta
didik dari dari tahun ke tahun jumlah peserta didik di SMA Sabilul Ihsan
mengalami peningkatan. Beberapa peserta didik di SMA Sabilul Ihsan juga ada
yang mukim (menetap) di asrama Pondok Pesantren Sabilul Ihsan. Mereka yang
menetap ini sekaligus menjadi santri di Pondok Pesantren Sabilul Ihsan. Berikut
data siswa SMA Sabilul Ihsan Tahun Pelajaran 2013-2014.
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 X 10 12 22
2 XI 9 11 20
3 XII 14 10 24
Data Siswa SMA Sabilul Ihsan Tahun Pelajaran 2013-2014
Sedangkan pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Sabilul Ihsan
berasal dari latar belakang pendidikan Sarjana dan Magister. Berikut data
pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Sabilul Ihsan :
No Status
Pendidikan
Jumlah
S1 S2
1 Guru Tetap Yayasan 18 4 22
2 Guru Tidak Tetap Yayasan - -
-3 Guru PNS diperbantukan - -
-4 Staf Tata Usaha 2 - 2
5 Pustakawan 1 - 1
Jumlah Total 21 4 25
Pemamaparan data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
selama penelitian berlangsung.
1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial
Dari hasil penelitian yang didapat peneliti melalui wawancara dan
observasi tentang kepribadian siswa, didapat informasi sebagai berikut : Berbicara
tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA yang terkait dengan sikap
sosial, peneliti menanyakan tentang arti kurikulum menurut guru. Kemudian Ibu
Fatim menyampaikan sebagai berikut:
“Kurikulum menurut saya adalah rencana, petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam pendidikan. Kurikulum sebagai suatu ide/konsep, rencana yang menjadi panduan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar serta kurikulum sebagai hasil belajar yang menjadi ukuran keberhasilan pendidikan.”51
Sumber bahan pelajaran secara formal dapat dituangkan dalam bentuk
kurikulum yang hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas. Landasan
filosofis yang digunakan seyogyanya melihat kondisi nyata yang terjadi di
masyarakat. Seperti yang dikatakan Ibu Fatim, bahwa tujuan penyusunan naskah
akademik Kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah :
“Tujuan penyusunan naskah akademik kurikulum mata pelajaran PAI yang saya tahu yaitu untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi pengembang kurikulum masa depan mata pelajaran PAI, memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap pengembangan kurikulum masa depan, dan sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran PAI disatuan pendidikan dasar dan menengah. Naskah akademik ini mencakup kajian pelaksanaan Standar Isi mata pelajaran PAI satuan pendidikan dasar dan menengah dan
22Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28
permasalahannya, serta konsep pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran PAI.”52 Menurut Ibu Fatim, jika sebuah lembaga pendidikan dalam pembelajaran tidak menggunakan kurikulum, maka :53
a. Pendidikan tidak akan mampu menyesuaikan dengan lingkungan
masyarakat. Dengan kurikulum akan mampu menciptakan individu
yang bisa menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.
b. Tidak akan terpadu antara individu atau individu dengan masyarakat,
karena tanpa kurikulum tidak ada hubungan yang harmonis,
kerjasama serta pemecahan masalah cenderung diselesaikan sendiri.
Tak ada integrasi antara pendidikan dengan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat.
c. Potensi yang ada dalam peserta didik kurang dapat dikembangkan,
tanpa kurikulum keunikan peserta didik akan terabaikan. Dengan
kurikulum akan mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis
dan kreatif.
d. Peserta didik tidak akan memiliki persiapan untuk hidup ditengah
kehidupan sosial, pendidikan yang diperoleh tidak memeberikan
pengalaman-pengalaman yang digunakan untuk bekal hidup
bermasyarakat.
e. Tugas perkembangan peserta didik tidak berkembang dengan baik
dan lancar. Pelayanan terhadap kebutuhan anak tidak akan bisa tepat
52Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28
Maret 2014, pukul 10.10 WIB., di sekolah
53Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28
dan maksimal, sehingga pengembangan bakat dan minat peserta didik
kurang.
f. Pendidikan tidak akan mampu menemukan kelemahan yang dialami
lewat ujian. Tanpa kurikulum akan menyebabkan peserta didik tidak
mampu memahami dirinya, mengarahkan dirinya, mengembangkan
diri dan menyesuaikan dengan masyarakat.
Menurut Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, fungsi dari kurikulum
adalah:
“untuk menuangkan ide atau konsep dan menjabarkan dalam bentuk yang
lebih mudah dilaksanakan dan dipahami dalam proses pembelajaran.”54
Kurikulum akan membantu pendidikan lebih terprogram dengan baik
karena di dalamnya akan direncanakan dan ditentukan isi untuk memenuhi tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Sedangkan pembelajaran sendiri menjadikan
proses penentuan kurikulum yang lebih baik, karena dalam pembelajaran berarti
ada praktek langsung dari kurikulum tersebut dan bisa dideteksi kelebihan dan
kekurangannya. Dan bisa dicarikan jalan keluar untuk dapat memeperbaiki
kurikulum tersebut agar menjadi lebih sempurna.
Maka seorang guru sebelum mengajar harus mempersiapkan perencanaan
terlebih dahulu dengan baik. Mulai dari membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan silabus, membuat media
pembelajaran, dan membuat soal evaluasi. Sehingga kegiatan belajar mengajar di
54Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28
kelas akan berjalan dengan baik karena sudah di buat perencanaannya terlebih
dahulu.
Begitupun dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, ketika
peneliti bertanya apakah guru membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum
mengajar, maka Ibu Fatim menyampaikan sebagai berikut:
“Sudah menjadi kewajiban seorang guru untuk membuat RPP sebelum mengajar, karena dengan membuat RPP kegiatan belajar mengajar menjadi lebih teratur, tidak keluar jalur dengan apa yang akan diajarkan. Asalkan dalam menjelaskan materi, guru tetap berpedoman dengan perencanaan yang dibuatnya. Saya juga selalu membuat media pembelajaran, menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam mengajar agar siswa tidak bosan dalam belajar. Dan yang terakhir saya membuat soal evaluasi yang harus siswa kerjakan di akhir, dengan tujuan agar guru mengetahui seberapa siswa mengerti dan paham mengenai materi yang disampaikan guru” 55
Bentuk penilaian yang digunakan hendaknya harus sesuai dengan tuntutan
indikator dan tujuan. Pada umumnya guru melakukan penilaian lebih banyak
menggunakan alat-alat penilaian yang masih konvensional yaitu tes tertulis. Tes
yang digunakan pun masih banyak mengukur aspek kognitif. Padahal materi PAI
mencakup segala aspek baik kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian
menyeluruh dari setiap aspek ini harus dilakukan oleh guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus kreatif
mengembangkan kurikulum yang ada menjadi suatu perencanaan belajar yang
baik. Pembelajaran PAI memuat materi-materi yang membahas nilai-nilai sosial,
tinggal bagaimana seorang guru berusaha mengaitkannya dengan sikap-sikap
sosial sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
55Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28
Dalam penerapannya, pengembangan kurikulum sudah cukup efektif
untuk digunakan atau dipakai sesuai dengan kebutuhan siswa disetiap sekolah.
Namun, keberhasilannya sangat menuntut kreatifitas guru dalam menerapkannya
dan mengembangkannya kembali di dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Interaksi Guru dan Siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan
Dari hasil penelitian yang didapat oleh peneliti melalui wawancara dan
observasi tentang interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam di
SMA Sabilul Ihsan, didapat informasi sebagai berikut: Proses belajar mengajar
pada hakekatnya merupakan proses komunikasi, yaitu proses menyampaikan
pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan melalui media tertentu. Proses
komunikasi di sini bukan dalam pengertian proses komunikasi searah melainkan
proses komunikasi dua arah dalam bentuk interaksi edukatif antara guru dan siswa.
Berbicara tentang interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam
di SMA Sabilul Ihsan, peneliti bertanya kepada guru Pendidikan Agama Islam
SMA Sabilul Ihsan Ibu Fatim, mengenai arti dari interaksi, kemudian Ibu Fatim
menyampaikan sebagai berikut: “Menurut saya, interaksi adalah suatu bentuk
proses komunikasi baik verbal maupun non verbal yang menimbulkan hubungan
timbal balik.”56
Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
membelajarkan siswa. Banyak komponen-komponen yang mempengaruhi proses
belajar mengajar diantaranya penggunaan media dan metode pembelajaran. Selain
56Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28
itu faktor interaksi antara guru dan siswa juga sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa. Untuk itu perlu diciptakan interaksi antara guru dan siswa yang
kondusif.
Untuk menciptakan interaksi antara guru dan siswa dalam melakukan
proses komunikasi yang harmonis sehingga tercapai suatu hasil yang diinginkan
dapat dilakukan jam-jam bertemu antara guru dan siswa, dimana guru dapat
menanyai dan mengungkapkan keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan
persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan yang dihadapinya. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Fatim, bahwa terdapat macam-macam interaksi dalam
pembelajaran yang dapat dilakukan, menurutnya adalah:
“Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan siswa penerima pesan, interaksi dua arah antara siswa dan guru dimana guru memperoleh balikan dari siswa, interaksi dua arah antara guru dan siswa dimana guru mendapat balikan dari siswa selain itu saling berinteraksi atau saling belajar satu dengan yang lainnya, interaksi optimal antara guru, siswa dan antara siswa-siswa.”57
Guru dan siswa adalah dua sosok yang tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Di sekolah, guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Tugas dan
tanggung jawab guru adalah meluruskan tingkah laku dan perbuatan anak didik
yang kurang baik, yang di bawahnya dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
Kegiatan proses belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma
ke dalam jiwa anak didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan.
Interaksi antara guru dan anak didik terjadi karena saling membutuhkan. Anak
didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru dan guru ingin
57Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28
menimba dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada
anak didik yang membutuhkan. Sedangkan di rumah, orang tua lah yang memiliki
peranan penting dalam mendidik, membimbing anaknya. Keluarga di rumahlah
yang sangat sering melakukan interaksi dengan siswa di rumah sehingga peluang
orangtua sangat banyak untuk membimbing dan mendidik siswa.
Dalam interaksi edukatif, guru berusaha menjadi pembimbing yang baik
dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah
yang harmonis antara guru dan anak didik. Untuk terciptanya suatu hubungan
yang harmonis, guru memiliki beberapa cara salah satunya yaitu dengan
melakukan berbagai pendekatan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Fatim,
pendekatan yang Ibu Fatim lakukan adalah:
“Ada 4 pendekatan yang saya lakukan agar tercipta hubungan dua arah yang harmonis, pertama: pendekatan individual, pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual karena perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru, bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual. Kedua: pendekatan kelompok, pendekatan kelompok memang suatu waktu guru terapkan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Siswa dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Ketiga: pendekatan bervariasi, dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan satu metode saja karena permasalahan yang dicapai oleh setiap anak didik biasanya bervariasi dan yang terakhir adalah pendekatan edukatif: setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma-norma yang ada.”58
Di luar kelas interaksi antara guru dan siswa cukup terjalin dengan baik,
walaupun pada jam istirahat guru dan siswa mempunyai kesibukan
masing-masing. Dimana guru lebih memilih menhabiskan waktunya di dalam kantor
58Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28
bersama guru-guru yang lain pada waktu jam istirahat, sedangkan siswa lebih
memilih menghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman-temannya.
Namun guru dan siswa saling bertegur sapa dan bersalaman apabila bertemu di
ruang guru, di kantin atau sedang berjalan. Ketika guru membutuhkan pertolongan
untuk membelikan sesuatu di kantin siswa pun menolongnya.
3. Peningkatan Sikap Sosial Siswa SMA Sabilul Ihsan Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam
Dari hasil penelitian yang didapat peneliti melalui wawancara dan
observasi tentang Peningkatan Sikap Sosial Siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur
Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam, didapat informasi sebagai berikut:
peneliti bertanya kepada guru PAI SMA Sabilul Ihsan Ibu Fatim mengenai arti
dari sikap sosial yang guru ketahui dan contohnya seperti apa. Kemudian Ibu
Fatim menjawab sebagai berikut: “Sikap sosial adalah perilaku atau tindakan
seseorang yang menunjukan perbuatan yang baik atau positif sehingga terjalin
suatu interaksi, contohnya itu adalah sikap setia kawan, saling tolong-menolong,
saling memberi, saling menghargai dan lain-lain.”59
Sikap sosial menurut Ibu Durriyatul Millah, Kepala Sekolah SMA Sabilul
Ihsan adalah :
59Dari hasil wawancara dengan Ibu Fatim, guru PAI SMA Sabilul Ihsan, pada hari Jumat, 28