Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 1 Efektivitas Pelaksanaan E-Procurement dalam Mendukung Good Governance
di Provinsi Riau Oleh : SUHENDRI (suhenndri@gmail.com)
Pembimbing: Dadang Mashur, S.Sos, M.Si
Jurusan Ilmu Administrasi ± Prodi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293- Telp/Fax. 0761-63277
ABSTRACT
Suhendri. 1201135082. The Effectiveness of the Implementation of E-Procurement in Support of Good Governance in Riau Province. Supervisor : Dada Mashur. S.Sos. M.Sc.
The study was based on the phenomenon still often the practice of corruption, collusion and nepotism (KKN) of goods and services by government. So with the e-procurement can be an instrument to prevent and reduce corruption, collusion and nepotism (KKN) because through e-procurement, procurement of goods and services can further enhance transparency and accountability, improve market access and fair competition, improve the level of efficiency of the procurement process, to support the process of monitoring and auditing, and meet the needs of real-time information access. So the purpose of this study was to examine the effectiveness of the implementation of e-procurement in support of good governance in the province of Riau and to determine the factors that influence the effectiveness of the implementation of e-procurement in support of good governance in the province of Riau.
Theoretical concepts used are effectiveness, proposed by Mahmudi. This study uses qualitative research methods to study descriptive data. In collecting the data the researcher used interview, observation, and documentation. By using key informants as a source of information and as a source triangulation techniques in testing the validity of the data.
Results of this study by using e-procuremen program in the procurement of goods and services within the Riau provincial government has implemented a very effective compared to conventional systems for the perpetrators of the auction services. This is evident from the information regarding the procurement of goods and services can be obtained via internet whenever such information is required, and no need to wait for a later date. The factors that are affecting the success of e-procurement program is a human resources (HR), facilities and infrastructure and sources of funding. Which all of these factors are influential for the achievement of effective implementation of e-procurement in support of good governance in the province of Riau.
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 2 PENDAHULUAN
Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) merupakan cita-cita dan harapan bangsa Indonesia. Upaya Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan
good governance adalah dengan cara
melakukan reformasi dalam segala kegiatan pemerintahan melalui pemanfaatan teknologi informasi atau biasa disebut dengan e-government. Pelaksanaan
e-government di Indonesia, baru dimulai dan
diperkenalkan pada tanggal 24 April Tahun 2001 melalui Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan Informatika), yang menjelaskan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika dalam mewujudkan good governance dan mempercepat proses demokrasi.
Salah satu bentuk penyelenggaraan
e-government untuk mencapai good
governance adalah pengadaan barang/jasa
pemerintah secara elektronik. Hal tersebut merupakan wujud dari perubahan yang dilakukan karena banyaknya permasalahan yang terjadi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah secara konvensional. Salah satu perilaku yang melanggar norma dan etika pada pengadaan barang dan jasa adalah korupsi pada pengadaan barang dan jasa.
Berdasarkan Keppres No 30 Tahun 1997 tentang pembentukan Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI), dan disusul dengan Keppres No 50 Tahun 2000 dimana didalamnya disusun kerangka Kebijakan Pengembangan dan Pendayagunaan Teknologi Telematika di Indonesia. Keppres ini yang kemudian mendasari munculnya Inpres No 6 Tahun 2001 yang didalamnya menyatakan bahwa aplikasi e-government yang diterapkan diseluruh organisasi pemerintahan baik pusat dan daerah selain memberikan pelayanan dalam bentuk informasi namun juga agar dikembangkan guna pelayanan interaktif, sehingga masyarakat dapat mengakses pelayanan
melalui internet sebagai bentuk mewujudkan pemerintah yang bersih.
Tujuan pengembangan e-government ini yaitu merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif. Maka dalam mengatur setiap proses pengadaan barang dan jasa pemerintah termasuk mengatur setiap individu yang terlibat didalamnya, pemerintah mengeluarkan Keppres No. 80 Tahun 2003. Peraturan tersebut mengatur tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Tujuan dari dikeluarkannya peraturan tersebut adalah untuk mengurangi segala bentuk penyimpangan yang terjadi dan meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Walaupun telah dikeluarkan Keppres untuk mengatur pengadaan barang dan jasa pemerintah, tetap saja jumlah korupsi dalam pengadaan tidak dapat dikurangi jumlahnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 sebagai revisi dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 dan Keppres Nomor 80 Tahun 2003. Menindaklanjuti Perpres tersebut, pemerintah bersamaan dengan LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah) membuat suatu sistem baru untuk melaksanakan pengadaan barang dan jasa pemerintah yaitu pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement). Adapun LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) sebagai pihak yang menjadi mediator antara penyedia barang dan jasa (vendor) dan pihak pengguna (instansi pemerintah), serta sebagai pengelola sistem
e-procurement. Selain itu dalam Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 juga mengatur mengenai Layanan Pengadaan Secara Elektronik LPSE sebagai unit kerja K/L/D/I untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 3 elektronik yang ketentuan teknis
operasionalnya diatur oleh Peraturan Kepala LKPP No. 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik. LPSE dalam menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik wajib memenuhi ketentuan sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Secara umum, sistem e-procurement menuntut penyedia barang/jasa untuk berlomba dalam melakukan efisiensi dan efektivitas, sementara di sisi lain juga dituntut untuk menghasilkan output yang berkualitas. Kondisi semacam ini merupakan ciri yang coba diterapkan pada persaingan sehat (fair
market competition) dan akan mendukung
iklim investasi yang kondusif bila
e-procurement dapat diterapkan secara
konsisten di tingkat nasional.
Pelaksanaan pembelanjaan anggaran belanja daerah sangat dimungkinkan terjadinya penyalahgunaan anggaran dalam proses tender proyek-proyek pemerintahan. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa (pelelangan) dari kebutuhan pemerintah daerah yang didanai oleh APBD disadari memang sering terjadi penyalahgunaan anggaran.
Kebocoran dana pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat mencapai 10% sampai 50% karena sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah di Indonesia sangat rawan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dari asumsi dasar tersebut peneliti menemukan dan mencoba akan mengkaji sebuah bentuk penerapan teknologi informasi yang berbentuk
e-procurement sebagai upaya menciptakan
tatanan pemerintahan yang baik atau good
governance yang ada di Pemerintah Provinsi
Riau guna meminimalisir terjadinya penyelewengan atau terjadinya tindak korupsi, kolusi dan nepotisme dalam penyelenggaraan pemerintahan. Fenomena
tersebut berasal dari proses pengadaan barang dan jasa pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Riau kepada masyarakat umum dalam hal ini pihak swasta.
Penerapan e-procurement ini disosialisasikan di seluruh daerah di Indonesia pada tahun 2009. Pemerintah mewajibkan seluruh Instansi Pemerintahan di Indonesia menggunakan e-procurement tahun 2011 tanpa terkecuali untuk proses pengadaan barang dan jasa. Berkaitan dengan hal tersebut, Provinsi Riau yang juga merupakan Provinsi besar di Indonesia, menindaklanjuti kebijakan tersebut demi pembangunan Provinsi Riau melalui Pergub Nomor 22 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (e-procurement) Dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Bahwa pada dasarnya tujuan melaksanakan barang/jasa secara elektronik ini adalah dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, transparansi, adil dan non-diskrminatif, terbuka dan persaingan sehat, interoperabilitas, jaminan keamanan data dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
E-procurement di Provinsi Riau
sudah diterapkan semenjak tahun 2011 hingga saat ini banyak memberikan dampak yang positif untuk pemerintah Provinsi Riau, baik dari segi penghematan maupun kecanggihan teknologi.
Adapun tugas dan fungsi LPSE Provinsi Riau adalah :
1. Memfasilitasi Unit Layanan Pengadaan (ULP) menayangkan pengumuman pelaksanaan pengadaan;
2. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan K/L/D/I;
3. Memfasilitasi penyedia barang atau jasa dan pihak-pihak yang berkepentingan menjadi pengguna sistem pengadaan secara elektronik (SPSE).
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 4 Fungsi LPSE adalah :
1. Penyiapan regulasi atau bidang pengadaan barang atau jasa pemerintah secara elektronik;
2. Pelayanaan pengadaan secara elektronik
kepada panitia
pengadaan/ULP/Lembaga/Komisi; 3. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
pengadaan secara elektronik;
4. Pelaksanaan pelayanan pelatihan dan dukungan teknis pengoperasian Sistem pengadaan secara elektronik.
Berdasarkan tugas dan fungsi dari LPSE Provinsi Riau dapat dilihat sebagaimana upaya pemerintah dalam penerapannya e-procurement untuk mengurangi tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme karena melalui e-procurement lelang menjadi terbuka sehingga akan muncul tawaran-tawaran yang lebih rasional. Bahkan mereka juga yang tidak berada dalam jaringan pun bisa terlibat. LPSE di Provinsi Riau juga saat ini sedang berupaya untuk terus memperbarui proses pelelangan melalui website lpse.riau.go.id.
Terdapat beberapa mekanisme dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Gubernur No. 22 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (e-procurement) Dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau yaitu :
1. Proses e-procurement di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau akan dilakukan melalui aplikasi berbasis IT dengan sub domaind lpse.riau.go.id;
2. User ID dan Password seluruh pengguna
sistem e-procurement dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau merupakan representasi dari pengguna dan terasosiasi terhadap seluruh aktivitas dalam e-procurement;
3. User ID dan Password yang dimaksud
dalam ayat (2) terasosiasi terhadap seluruh dokumen elektronik yang dikirim
ke sistem e-procurement, sehingga diakui sebagai salah satu komponen yang mengesahkan dokumen tersebut;
4. Autentikasi dokumen elektronik dalam sistem e-procurement menggunakan metodologi MD5 yang menghasilkan sidik jari atau hash key yang unik bagi tiap-tiap dokumen elektronik. Bila penyedia barang/jasa telah memberikan persetujuan dan memberikan pernyataan bahwa dokumen elektronik yang dikirimkan sesuai dengan dokumen yang diterima oleh sistem e-procurement berdasarkan hash key yang dihasilkan dari metodologi MD5, maka penyedia barang/jasa dianggap telah menandatangani dokumen tersebut secara elektronik;
5. Seluruh dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) dapat diberlakukan sama dengan dokumen tertulis, kecuali dokumen yang harus dibuat secara tertulis mengacu pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Hal ini sesuai dengan tujuan
e-procurement sebagaimana yang tertuang
dalam Perpres No. 54/2010 pasal 107 yang menyebutkan bahwaPengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara elektronik bertujuan untuk :
a. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;
b. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;
c. Memperbaiki tingkat efisiensi proses Pengadaan;
d. Mendukung proses monitoring dan audit; dan
e. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.
Harapan dari penerapan
e-procurement ini adalah terciptanya efisiensi
dan efektivitas dalam proses pengadaan. Hal ini akan tercapai apabila proses pengadaan
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 5 barang/jasa berlangsung secara transparan
dan diikuti oleh sejumlah peserta pengadaan yang cukup banyak serta mengedepankan proses persaingan yang sehat.
E-procurement akan meningkatkan
transparansi, sehingga persaingan sehat antar pelaku usaha dapat lebih cepat terdorong. Dengan demikian optimalisasi dan efisiensi belanja daerah segera dapat diwujudkan. Oleh karena itu, untuk mengetahui penerapan e-procurement yang ada di Provinsi Riau dapat dinyatakan berjalan dengan efektif atau tidak, maka diperlukan kajian sejauh mana efektivitas
e-procurement di Provinsi Riau.
Efektivitas ini berkaitan dengan pencapaian tujuan dari e-procurement, yaitu suatu organisasi, program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut dengan mengangkat suatu judul penelitian yaitu : EFEKTIVITAS PELAKSANAAN
E-PROCUREMENT DALAM
MENDUKUNG GOOD GOVERNANCE DI PROVINSI RIAU.
A.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui efektivitas
pelaksanaan e-procurement dalam mendukung good governance di Provinsi Riau?
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan
e-procurement dalam mendukung good
governance di Provinsi Riau?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam ilmu administrasi publik mengenai efektivitas
e-procurement khususnya. Informasi dan
referensi yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan informasi atau sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan lelang di kantor LPSE Provinsi Riau.
METODE
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan metode triangulasi untuk mengecek keabsahan data. Dalam menganalisis data yaitu melakukan observasi, wawancara dengan sejumlah informan yang mengetahui tentang bagaimana efektivitas pelaksanaan
e-procurement dalam mendukung good
governance di Provinsi Riau, dan
melengkapi dokumen yang dibutuhkan untuk membandingkan atau mengecek tingkat kepercayaan terhadap informasi yang diperoleh.
HASIL
A.Efektifitas pelaksanaan e-procurement dalam mendukung good governance di Provinsi Riau
1. Input
Terbentuknya bentuk pemerintahan yang baik seperti diatas membutuhkan komitmen yang besar, mulai dari sikap moral sampai pada sarana penunjang terciptanya good governance. Salah satu sarana penunjang yang dapat mendukung terselenggaranya good governance adalah pemanfaatan teknologi informasi. Yang menjadi input dalam penelitian ini adalah diawali dengan adanya : a. Pergub No. 22 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik; b. Sumber daya manusia (SDM); c. Sumber dana; dan d. Infrastruktur penunjang.
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 6 2. Proses
Proses dalam pengadaan barang dan jasa ini membangun suatu sistem antara masyarakat dan pemerintahan yang dikenal dengan sebutan e-procurement. Adapun tata cara para penyedia barang dan jasa melakukan proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement) adalah sebagai berikut :
1. Mengenal aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE);
2. Pengumuman pelelangan;
3. Pendaftaran aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE); 4. Pengisian data perusahaan;
5. Pengambilan dokumen
6. Penjelasan dokumen lelang (aanwijzing);
7. Pemasukan penawaran; 8. Pembukaan dokumen; 9. Pengumuman pemenang; 10.Masa sanggah atau banding; 11.Penunjukkan pemenang; 12.Penandatanganan kontrak; 3. Output
Output merupakan segala sesuatu
yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud
(tangible) maupun tidak berwujud
(intangibel). Kajian dalam penelitian ini
yaitu bagaimana efektivitas pelaksanaan
e-procurement dalam mendukung good
governance di Provinsi Riau.
Pengukuran efektif atau tidak penerapan sistem e-procurement di Provinsi Riau dapat dilihat dari ukuran indikator tujuan yang tercantum pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 pada pasal 107, yaitu terdiri: a. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas; b. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat; c. Memperbaiki tingkat efisiensi proses
Pengadaan; d. Mendukung proses monitoring dan audit; dan e. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.
a. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas
Pada dasarnya, penerapan
e-procurement dalam pengadaan barang dan
jasa di Provinsi Riau telah menunjukkan transparansi. Hal ini ditunjukkan bahwa dengan melalui elektronik, informasi terkait proses pengadaan barang dan jasa dapat diperoleh secara terbuka dan mudah oleh pihak yang berkepentingan, yaitu ULP, LPSE, auditor, PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dan masyarakat atau kalangan umum melalui website lpse.riau.go.id.
Prinsip Good Governance yang kedua yang diterapkan oleh e-procurement di Provinsi Riau adalah akuntabilitas. Akuntabilitas adalah sebuah pertanggungjawaban dari pemerintah itu sendiri kepada msayarakat dan sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja suatu organisasi. Dalam penerapan e-procurement di Provinsi Riau sudah menerapkan prinsip akuntabilitas dimana adanya evaluasi dari setiap proses pengadaan barang/jasa secara elektronik.
b. Meningkatkan Akses Pasar dan Persaingan Usaha yang Sehat
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Riau dalam meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat dengan e-procurement adalah mengikuti Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang diciptakan oleh Pemerintah Pusat agar tidak terjadi persekongkolan dan mempengaruhi panitia pengadaan. Hasil lain dari e-procurement adalah dapat minimalisasi/terhindarnya peluang tatap muka antara penyedia barang dan jasa dengan panitia pengadaan maupun pengelola sistem e-procurement dan dapat membuka akses pasar yang luas. Sistem
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 7 dalam e-procurement memang diciptakan
untuk menghindari peluang tatap muka antara calon penyedia barang dan jasa dengan panitia pengadaan, karena tatap muka tersebutlah yang merupakan faktor utama terjadinya penyimpangan dalam proses pengadaan barang dan jasa. Dengan sistem e-procurement ini maka peluang untuk meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat sangat besar. c. Memperbaiki Tingkat Efisiensi Proses Pengadaan
Pada dasarnya, penerapan
e-procurement dalam pengadaan barang dan
jasa di Provinsi Riau telah mendapatkan manfaat mengenai efisiensi proses pengadaan. Hal ini dikarenakan bahwa dengan e-procurement, panitia maupun calon penyedia barang dan jasa dapat menghemat biaya. Selain itu juga,
e-procurement telah mempersingkat proses
pengadaan, yaitu tidak dapat dilakukan tatap muka antara panitia dengan calon penyedia barang dan jasa dalam proses pengadaan barang dan jasa.
d. Mendukung Proses Monitoring dan Audit
Berdasarkan hasil penelitian di Provinsi Riau, tujuan e-procurement untuk mendukung proses monitoring dan audit adalah tercapai. Hal ini ditandai bahwa semua data mengenai pengadaan barang dan jasa atau biasa disebut lelang, akan tersimpan terus dalam Sistem Pengadaan Barang dan Jasa (SPSE) dan website
lpse.riau.go.id, sehingga memudahkan KPK,
BPK, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), BPKP dan Inspektorat untuk mengawasi dan memeriksa pengadaan barang dan jasa atau lelang. Dengan sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik, hasil yang diperoleh diantaranya adalah terjaminnya keamanan data penawaran barang dan jasa.
e. Memenuhi Kebutuhan Akses Informasi yang Real Time
Sesuai hasil penelitian di Provinsi Riau, tujuan e-procurement untuk memenuhi kebutuhan akses informasi yang
real time adalah telah tercapai. Hal ini
ditunjukkan bahwa dengan e-procurement, informasi mengenai pengadaan barang dan jasa dapat diperoleh kapanpun informasi tersebut diperlukan, dan tidak perlu untuk menunggu untuk kemudian hari. Pihak manapun tersebut, dengan mudah dapat mengakses kapanpun dengan melalui media internet.
3. Outcome
Outcome adalah hasil yang
diberikan oleh produk suatu program atau bisa juga disebut sebagai hasil lanjutan dari output. Outcome yang diperoleh dari pelaksanaan e-procurement di Provinsi Riau adalah sebagai berikut :
a. Untuk Pemerintah :
1.Optimalisasi waktu dan biaya atau penghematan anggaran dalam proses pengadaan barang dan jasa;
2.Keakuratan kredibilitas penyedia barang dan jasa;
3.Terhindarnya peluang korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) antara panitia, penyedia dan pengguna layanan;
b. Untuk Peserta Lelang :
1.Terciptanya kompetisi yang adil bagi penyedia barang dan jasa yang mengikuti proses pelelangan barang dan jasa;
2.Penekanan biaya pengadaan baik dari pengguna barang dan jasa, satuan kerja maupun penyedia barang dan jasa; c. Untuk Masyarakat :
1.Masyarakat luas dapat dengan mudah untuk mengetahui/mengawasi langsung proses pengadaan barang dan jasa dengan pemanfaatan teknologi informasi (internet).
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 8 a. Untuk Pemerintah
1. Optimalisasi waktu dan biaya atau penghematan anggaran dalam proses pengadaan barang dan jasa;
Penerapan sistem e-procurement bagi penyedia barang dan jasa, untuk optimalisasi waktu dan biaya atau penghematan anggaran dalam proses pengadaan barang dan jasa bisa dinilai bahwa penggunaan sistem ini lebih efektif daripada pengadaan barang dan jasa secara konvensional, karena dengan penggunaan sistem e-procurement dapat menekan pada biaya dan waktu.
2. Keakuratan Kredibilitas Penyedia Barang dan Jasa
Proses e-procurement Provinsi Riau, nama-nama calon penyedia barang dan jasa yang akan mengikuti proses tender harus terdaftar dalam database sistem e-procurement. Dengan demikian sebelum mengikuti tender, masing-masing calon penyedia barang dan jasa harus mendaftarkan diri secara online.
Pada proses pendaftaran tersebut, calon peserta juga memasukkan persyaratan-persyaratan yang diminta oleh sistem LPSE Provinsi Riau dalam bentuk softcopy. Sebagai bukti bahwa perusahaan yang bersangkutan sudah terdaftar dalam database calon peserta tender e-procurement Provinsi Riau, panitia pengadaan e-procurement akan memberikan kode akses (User ID dan Password).
3. Terhindarnya peluang korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) antara panitia, penyedia dan pengguna layanan;
Outcome dalam sistem LPSE juga
mampu mencegah tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) antara panitia, peserta dan pengelola pengadaan barang dan jasa. Terjaminnya keamanan
data penawaran dari calon penyedia barang dan jasa juga merupakan upaya yang dilakukan supaya tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) tidak terjadi antara peserta dengan panitia dan pengelola pengadaan barang dan jasa ataupun antara peserta dengan peserta lain.
b. Untuk Peserta Lelang :
1. Terciptanya kompetisi yang adil bagi penyedia barang dan jasa yang mengikuti proses pelelangan barang dan jasa.
Sistem e-procurement yang diterapkan oleh Provinsi Riau dalam proses pengadaan barang dan jasa membuka peluang yang sama kepada setiap calon penyedia barang dan jasa untuk ikut serta dalam proses pengadaan. Sistem arisan (bagi-bagi proyek antara SHUXVDKDDQ µODQJJDQDQ¶ SHPHULQWDK daerah) yang biasa terjadi pada sistem pengadaan barang dan jasa sebelumnya menjadi tidak berlaku dengan penerapan
e-procurement ini.
Perusahaan kecil dan non kecil memiliki kesempatan yang sama dalam mengikuti proses tender. Sistem ini mampu menciptakan kompetisi yang adil antar peserta tender dan persaingan sehat dilakukan antar peserta. Kompetisi yang berjalan secara adil antara perusahaan kecil dan non kecil pada akhirnya membuka kesempatan bagi perusahaan-perusahaan kecil untuk memenangkan tender di lingkungan Provinsi Riau. 2. Penekanan Biaya Pengadaan baik dari
pengguna barang dan jasa, satuan kerja maupun penyedia barang dan jasa
Penekanan biaya pada proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik juga sangat dirasakan oleh calon penyedia barang dan jasa. Dengan sistem e-procurement terjadi
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 9 penghematan-penghematan yang cukup
signifikan. Pada proses pengadaan barang dan jasa secara konvensional, biaya-biaya yang cukup besar dikeluarkan untuk pembelian dokumen/fotokopi. Penghematan biaya administrasi dalam bentuk kebutuhan kertas yang kemudian beralih menjadi soft file mencapai 80% jika dibandingkan dengan menggunakan cara manual. Disamping itu biaya-biaya lobi atau entertain kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses pengadaan barang dan jasa, kolusi dengan sesama peserta lelang dalam rangka memenangkan tender, biaya transportasi yang umumnya berkali-kali dilakukan untuk mengikuti tahapan lelang, sampai dengan biaya siluman (dalam bentuk pemerasan atau biaya lain) yang biasanya dilakukan pada saat penyedia barang dan jasa tersebut memenangkan tender juga dapat ditekan.
c. Untuk Masyarakat :
1. Masyarakat luas dapat dengan mudah untuk mengetahui/mengawasi langsung proses pengadaan barang dan jasa dengan pemanfaatan teknologi informasi (internet).
LPSE Provinsi Riau berlangsung terbuka dan bisa diakses oleh semua pihak yang mengerti informasi teknologi dalam bentuk internet. Dengan kemudahan akses tersebut sekaligus menunjukkan bahwa seluruh proses pengadaan barang dan jasa dilakukan secara transparan. Transparansi tersebut membuat masyarakat luas dapat mengikuti proses lelang mulai awal sampai dengan nama pemenang lelang diumumkan.
B.Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan e-procurement dalam mendukung good governance di Provinsi Riau
Adapun dalam penelitian ini juga terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari efektivitas pelaksanaan e-procurement dalam mendukung good governance di Provinsi Riau. Efektivitas pelaksanaan program e-procurement di Provinsi Riau sudah dibilang efektif. Dalam hal ini penulis akan membahas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan e-procurement dalam mendukung good governance di Provinsi Riau. Adapun faktor-faktor dalam penelitian ini mengacu pada tiga aspek yaitu sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, dan sumber pendanaan.
1. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia adalah suatu potensi yang ada pada individu. Dalam suatu organisasi, sumber daya manusia sangat berpengaruh terdapat hasil yang diperoleh suatu organisasi. Begitu juga dengan sumber daya manusia terhadap Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Provinsi Riau. Keberhasilan dalam melaksanakan program e-procurement dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap individu dari setiap pelaksana tersebut. Dalam pelaksanaan mengenai sumber daya manusia ini para informan mempunyai tanggapan yang beragam, namun mereka sepakat perlu adanya peningkatan sumber daya manusia. 2. Sarana dan Prasarana
proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik juga memiliki kelebihan karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Apalagi penggunaan komputer dan internet sangat sensitif serta dapat mengalami gangguan kapan saja
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 10 apabila tidak disertai dengan
perangkat yang memadai. Terkait dengan kendala yang dihadapi dalam penerapan e-procurement dilingkungan LPSE Provinsi Riau. 3. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghimpun dana digunakan sebagai biaya operasi dan pengelolaan proses pengadaan barang dan jasa. Dana yang dihimpun disini adalah dana dari APBD. Sumber pendanaan yang memadai untuk mengoperasionalkan layanan LPSE yang berbasis komputerisasi dan internet. Untuk mengetahui dukungan pendanaan dalam pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi secara elektronik di LPSE Provinsi Riau. Kesimpulan
1. Pengadaan barang/jasa secara elektronik
(e-procurement) adalah proses pengadaan
barang/jasa pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik. Adapun e-procurement di Provinsi Riau ini sudah dapat dikatakan efektif karena sudah dapat mencapai indikator tujuan yang tercantum pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 pada pasal 107, yaitu terdiri: 1). Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas; 2). Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat; 3). Memperbaiki tingkat efisiensi proses Pengadaan; 4). Mendukung proses monitoring dan audit; dan 5). Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time. Dan untuk outcome/pencapaiannya juga sudah dikatakan efektif karena dengan e-procurement sudah memberi
manfaat sebagai berikut : a. Untuk Pemerintah : 1) Optimalisasi waktu dan biaya atau penghematan anggaran dalam proses pengadaan barang dan jasa; 2) Keakuratan kredibilitas penyedia barang dan jasa; 3) Terhindarnya peluang korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) antara panitia, penyedia dan pengguna layanan; b. Untuk Peserta Lelang : 1) Terciptanya kompetisi yang adil bagi penyedia barang dan jasa yang mengikuti proses pelelangan barang dan jasa; 2) Penekanan biaya pengadaan baik dari pengguna barang dan jasa, satuan kerja maupun penyedia barang dan jasa; c. Untuk Masyarakat : 1) Masyarakat luas dapat
dengan mudah untuk
mengetahui/mengawasi langsung proses pengadaan barang dan jasa dengan pemanfaatan teknologi informasi (internet).
2. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan
e-procurement dalam mendukung good
governance di Provinsi Riau, antara lain
adalah dukungan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, dan sumber pendanaan untuk mendukung kelancaran LPSE. Faktor-faktor tersebutlah yang menunjang keberhasilan e-procurement di Provinsi Riau sehingga dapat dikatakan sudah efektif karena untuk sumber daya manusianya terus mendapat pelatihan tertentu agar ahli pada bidang yang mereka kerjakan, dan untuk kelengkapan sarananya sendiri sudah cukup memadai dimana ketersediaan komputer untuk pelatihan peserta lelang sudah dapat dimaksimalkan dalam penggunaannya, secara sarana juga adanya fasilitas internet gratis untuk mengupload data lelang karena adanya ketersediaan warnet gratis beserta alat scan dokumennya di kantor LPSE Provinsi Riau. Jika dilihat dari faktor sumber pendanaan pemerintah Provinsi
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 11 Riau juga sudah menganggarkan khusus
pertiap tahunnya melalui APBD untuk LPSE Provinsi Riau.
Saran
1. Sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik melalui LPSE Provinsi Riau, perlu didukung oleh semua pihak termasuk para Pimpinan Daerah. Komitmen itu juga dapat dilakukan dengan melakukan kontrol langsung terhadap proses lelang secara elektronik termasuk mau menerima informasi dari masyarakat untuk ditindaklanjuti, manakala masih ditemukan prosedur yang janggal dalam proses lelang.
2. Untuk menciptakan efektivitas pelaksanaan e-procurement dalam mendukung good governance di Provinsi Riau proses lelang maka perlu didukung oleh pemerintah dengan mempersiapkan sumber daya baik, petugas yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai serta dukungan sumber pendanaan untuk kelancaran akses layanan LPSE.
DAFTAR PUSTAKA
Akadun, 2009, Teknologi Informasi
Administrasi (cetakan ke-1),
Bandung, Alfabeta.
Andrianto, Nico. 2007. Good
e-Government: Transparansi dan
Akuntabilitas Publik Melalui
e-Government. Malang, Banyumedia
Publishing.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta, Rineka Cipta.
Atmosoeprapto, Kisdarto, 2002. Menuju
SDM Berdaya Dengan
Kepemimpinan Efektif dan
Manajemen Efisien, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Bastian, I. 2010. Akuntansi Sektor Publik
Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Chaffey, 2009. E-Bussiness and E-commerce Management. Prentice
hall united kingdom issued.
Davila, A., Gupta, M., Palmer, R. J. 2003. Moving procurement systems to the internet: The adoption and use of
e-procurement technology models.
Stanford GSB Research Paper No. 1742.
Indrajit, R.E.O. 2006. Electronic Government Strategi Pembangunan
dan Pengembangan Sistem
Pelayanan Publik Berbasis
Teknologi Digital. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Krina. P. 2003. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi,
& Partisipasi. Sekretariat Good
Public Government Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta
LKPP 2010. Implementasi E-Procurement
sebagai Inovasi Pelayanan Publik.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor
Publik. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran
Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta.
Mochammad Jasin. dkk. 2007. Mencegah
Korupsi melalui e-Procurement.
Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta. Desember 2007
Moleong, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung. Remaja.
Rosdakarya.
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi
Publik. Bandung: Alfabeta.
Prasojo, Eko, Teguh Kurniawan, dan Defny Holidin 2007. State Reform in
Indonesia. Depok: Administrative
Science Department, Universityof Indonesia.
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 12 Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi
Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan:
Mewujudkan Pelayanan prima dan
Kepemerintahan yang baik.
Bandung, Refika Aditama.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian
Administrasi. Alfabeta : Bandung.
, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D. Bandung,
Alfabeta.
, 2007. Statistika Untuk Penelitian,
Cetakan Keduabelas. Alfabeta,
Bandung.
Sutedi, Adrian. 2012. Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan
Berbagai Permasalahannya. Ed. 2.
Jakarta, Sinar Grafika.
Tika, P. 2008. Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Turban, E. 2004. Electronic commerce 2004: A managerial perspective,
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Ulum, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik
Suatu Pengantar. Ed. 1, Cet 2.
Jakarta, Bumi Aksara.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2004. Metode Penelitian
Sosial. Bumi Aksara: Jakarta.
Wahyudi, S, et al. 2007. Revolusi
Administrasi Pubik (Aneka
Pendekatan dan Teori Dasar).
Malang, Banyumedia Publishing. Winardi, 1992. Motivasi, Pemotivasian
dalam Manajemen Ed.1. Jakarta :
Rajawali Press. Jurnal :
Arindra Rossita Arum Nurchana, Bambang Santoso Haryono, Romula Adiono. Tentang Efektivitas E-Procurement
Dalam Pengadaan Barang/Jasa
(Studi terhadap Penerapan
E-Procurement dalam Pengadaan
Barang/Jasa di Kabupaten
Bojonegoro). Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal. 355 -359.
Edy Mulyono, Martoyo, Endang Indri Listiani. 2013. Implementasi
Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 (Studi Pada Dinas Pekerjaan Umum
Kota Pontianak). Jurnal Tesis
PMIS-UNTAN-PSIAN-2013.
Purwaningsih, Asykaria. 2010. Efektifitas Sistem Layanan Seluler Di UPT Perpustakaan dan Informasi di
Universitas Muhammadiyah Malang.
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Surabaya.
Skripsi :
Retno Wulan Angraeni. 2013. Efektivitas dan Efisiensi E-procurement dalam Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa
di Pemerintah Kota Surabaya.
Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Universitas Pembangunan 1DVLRQDO ³9(7(5$1´ -DZD 7LPXU Kadek Lori Pramasari. 2010. Penerapan
Sistem e-Procurement Dalam Tata Kelola Pengadaan Barang dan Jasa. Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Udayana.
Satries, W. I. 2011. Efektivitas Program
Pemberdayaan Pemuda pada
Organisasi Kepemudaan Al Fatih
Ibadurrohman Kota Bekasi.
Universitas Indonesia, Jakarta: Tesis yang dipublikasikan. Internet : http://lpse.riau.go.id. http://en.wikipedia.org/wiki/E-procurement. http://www.x-solutions.poet.com/eu/newsevents/glossar. http://www.setneg.go.id.
Jom FISIP Vol. 2 No. 2 - Oktober 2015 Page 13 Dokumen-Dokumen :
Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik.
Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik (E-Procurement) Dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.