BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Panjat tebing merupakan salah satu cabang olahraga yang saat ini mulai
digemari oleh masyarakat Indonesia khususnya para pemuda dan orang yang
berjiwa muda. Hal ini terlihat dari bertambah banyaknya perkumpulan
olahraga panjat tebing baik di kota mupun didaerah, yang tergabung dalam
suatu perkumpulan Federasi Panjat Tebing Indonesia yang biasa disingkat
dengan FPTI, komunitas pencinta alam, klub panjat tebing, dan lain-lain.
Sejalan dengan perkembangan olahraga di indonesia salah satunya
adalah olahraga panjat. Olahraga panjat terbagi menjadi dua macam yakni
panjat tebing yang dilaksanakan di tebing yang sesungguhnya dan panjat
dinding yang di laksanakan di dinding buatan. Sebagai mana di ketahui
olahraga panjat dinding termasuk jenis kategori olahraga populer di kalangan
remaja pada akhir-akhir ini, hal ini terbukti dengan seringnya di laksanakan
kejuaraan-kejuaraan panjat dinding dari sekala daerah, nasional, bahkan
sampai tingkat nasional. Olahraga panjat dinding tersebut telah di gemari dan
di jadikan olahraga tantangan bagi para generasi muda, di samping itu
olahraga yang penuh tantangan dan harus di lakukan dengan keberanian dan
keterampilan ini merupakan salah satu olahraga kompetitif (prestasi) sehingga
pembinaannya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tujuan akhir
Sejarah panjat tebing dunia yaitu pada tahun 1492 sekelompok orang
Perancis dibawah pimpinan Anthoine De Ville mencoba memanjat tebing
Mont Aiguille (2097m) dikawasan Vercors Massif . Pada tahun 1976 Harry
Sulistiarto mulai memanjat tebing Citatah yang kemudian dijadikan patok
pertama kali panjat tebing modern di Indonesia.
Dinding panjat pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun
1988 oleh 4 atlet pemanjat Perancis yang diundang atas kerjasama kantor
MENPORA dengan KEDUBES Perancis di Jakarta, dan sekaligus
memberikan kursus singkat. Menjelang akhir acara, terbentuk federasi panjat
gunung dan tebing Indonesia (FPTGI) yang selanjutnya lebih dikenal dengan
nama Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI).
Pada abad ke 20 kegiatan panjat dinding bukan hanya merupakan
olahraga kompetitif, melainkan olahraga petualangan, pendidikan, rekreasi
dan rehabilitasi.Pengertian panjat menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah menaiki (pohon dsb) dengan kaki dan tangan. Menurut DEPDIKBUD
(1997:6) menjelaskan bahwa panjat tebing adalah:
aktivitas yang menumbuhkan kemampuan fisik untuk dapat memanjat lebih tinggi, kemampuan tekhnik untuk menempatkan kaki dan tangan pada permukaan dinding, kemampuan untuk mengatur strategi dan menentukan jalur dan kemampuan berfikir untuk mengambil keputusan yang cepat, guna mencapai tempat yang lebih tinggi.
Olahraga panjat tebing merupakan olahraga yang memiliki tingkat
kesulitan tinggi dan penuh dengan tantangan sehingga pada saat memanjat
orang tersebut harus memiliki fisik yang kuat, pematangan teknik untuk dapat
agar tidak salah mengambil poin yang mengakibatkan kesulitan memanjat
lebih tinggi dan berfikir untuk mengambil keputusan cepat guna lebih
memperkecil waktu tempuh.
Pada olahraga panjat tebing, terutama pada pada olahraga tebing buatan
(dinding) dipertandingkan tiga nomer pertandingan yaitu kategori rintisan
(kesulitan/difficult), kategori kecepatan (speed) dan jalur pendek atau sering
disebut dengan boulder. Setiap nomer yag dipertandingkan dalam olahraga
panjat tebing buatan memiliki tingkat kesulitan berbeda. Pada kategori
rintisan, pemanjatan harus pandai membaca jalur pemanjatan untuk dapat
mencapai puncak tertinggi tebing buatan.Pada kategori kecepatan (speed)
pemanjatan dilakukan secara top roop (tali sudah dikaitkan di top agar
pemanjat sudah berada dalam posisi aman) jadi apabila pemanjat terjatuh, tali
pengaman yang sudah dikaitkan di top sebagai pengaman utamanya. Untuk
katgori rintisan dan speed pemanjat diatur atau dijaga oleh belayer (rekan
pemanjat yang berada dibawah yang mengatur turunya pemanjat. Pada
kategori jalur pendek atau boulder, pemanjat harus pandai membaca jalur dan
harus memiliki keberanian untuk melompat, atlet tidak menggunakan
pengaman tubuh, pengaman hanya diberikan dengan cara menyimpan matras
dibawah tebing /papan untuk pengamanan bila atlet terjatuh.
Dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti kategori rintisan.
Dalam olahraga panjat tebing kategori rintisan, yang dinilai adalah puncak
tertinggi pemanjatan. Pemanjat yang paling tinggi memanjat adalah
memiliki lengan yang kuat, flexsibilitas panggul dan pemanjat juga harus
pandai membaca jalur pemanjatan atau disebut orientasi medan yang
dilaksanakan sebelum pemanjatan dimulai.
Pemanjatan harus pandai membaca jalur pemanjatan untuk dapat
mencapai puncak tertinggi tebing buatan dan pemanjat diatur oleh belayer.
FPTI (2006:7) menyatakan sebagai berikut:
Kompetisi rintisan atau lead merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan cara merintis (leading), atlet diamankan (di belay) dari bawah, setiap cincin kait dikaitkan dilakukan secara berurutan sesuai peraturan, dan ketinggian yang dicapai (atau dalam hal terdapat pemanjatan menyamping (traverse) atau lelangit (roof), jarak terpanjang sepanjang sumbu pemanjatan) menentukan posisi atlet pada satu babak kompetisi.
Dari kutipan diatas di tarik kesimpulan bahwa rintisan (lead)
merupakan kompetisi dimana pemanjat melakukan pemanjatan di dinding dan
di-belay oleh teman satu team, setiap pemanjat memasang pengaman secara
berurutan sesuai peraturan dan ketinggian yang di capai. Seorang pemanjat
untuk mencapai garis finish tersebut tidak mudah di perlukan keterampilan
dan kondisi fisik yang baik, dikarenakan dalam cabang olahraga panjat
dinding khususnya kategori rintisan sangat sulit karena dalam pertandingan
ini pemanjat harus memiliki kondisi fisik yang ekstra atau lebih pemanjat pun
harus pandai memilih pegangan dan pijakan untuk bisa melangkah ke atas
hingga menyelesaikan pertandingan dengan sempurna, untuk itu seorang
pemanjat memerlukan kekuatan otot lengan dan flexsibilitas panggul yang
baik maka kedua komponen di atas mesti di latih sehingga bisa mendukung
menurut Satriya dkk (2007:61) menjelaskan “kekuatan adalah kemampuan
otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap
suatu tahanan”.
Fleksibilitas menurut Satriya dkk (2007:72) adalah “kemampuan gerak
dalam ruang gerak sendi yang seluas-luasnya. Ruang gerak sendi pada setiap
tubuh tergantung pada struktur sendi, elastisitas otot, dan ligamen”.
Fleksibilitas tubuh diperlukan atlet untuk bergerak bebas karena dalam
kategori rintisan ini banyak jalur-jalur yang memerlukan fleksibilitas panggul
supaya dalam pergerakan menuju atas (finish) pergerakannya bisa luwes dan
tidak kaku sehingga akan memaksimalkan hasil panjat untuk mencapai finish.
kekuatan lengan dan fleksibilitas panggul merupakan salah satu faktor
penunjang yang berpengaruh terhadap gerakan pemanjat untuk mencapai titik
terakhir (keatas). Oleh karena itu penulis ingin mengetahui sejauh mana
kontribusi dari kekuatan otot lengan dan fleksibilitas panggul terhadap hasil
panjat dinding kategori rintisan pada cabang olahraga panjat.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui seberapa
besar kotribusi yag diberikan oleh kekuatan otot lengan dan flexsibilitas
panggul terhadap hasil pemanjatan dalam ketegori rintisan (lead) maka
terdapat suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul yang penulis
kemukakan.
1. Apakah terdapat kontribusi yang cukup besar dari koefisiensi
korelasi kekuatan otot lengan terhadap hasil panjat dinding
dalam kategori rintisan?
2. Apakah terdapat kontribusi yang cukup besar dari koefisiensi
korelasi fleksibilitas panggul terhadap hasil panjat dinding
dalam kategori rintisan?
3. Apakah terdapat kontribusi yang cukup besar dari koefisiensi
korelasi signifikan antara kekuatan otot lengan dan flexsibilitas
panggul secara bersama-sama terhadap hasil panjat dinding
kategori rintisn pada cabang olahraga panjat dinding?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ingin memperoleh gambaran serta
penjelasan mengenai kontribusi kekuatan otot lengan dan flexibilitas panggul
terhadap hasil panjat dinding kategori rintisan (lead) pada cabang olahraga
panjat dinding.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui besarnya kontribusi koefisiensi korelasi kekuatan
ototlengan terhadap hasil panjat dinding dalam kategori rintisan
2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi koefisiensi korelasi
fleksibilitas panggul terhadap hasil panjat dinding dalam kategori
3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi koefisiensi korelasi antara
kekuatan otot lengan dan fleksibilitas panggul secara bersamaan
terhadaphasil panjat dinding dalam kategori rintisan
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang
membaca, adapun keinginan penulis dalam pembuatan penelitian ini yaitu :
1. Secara teoretis
a) Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti bagi dunia
pendidikan, khususnya bagi disiplin ilmu pendidikan kepelatihan
olahraga
b) Sebagai informasi dan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya
bagi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan sebagai lembaga
yang mencetak calon pelatih Olahraga dan tenaga pengajar atau guru
mata pelajaran pendidikan jasmani.
c) Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk menentukan latihan
kondisi fisik yang dibutuhkan oleh atlet panjat tebing.
2. Secara praktis
a) Dapat digunakan sebagai acuan bagi para pelatihan terkait dengan
pelatihan olahraga.
b) Sebagai bahan pertimbangan bagi para pelatih olahraga dalam
c) Para atlet dan pelatih dapat mengetahui kondisi fisik apa saja yang
paling dominan dalam melakukan pemanjatan terutama dalam
kategori rintisan.
E. Batasan Penelitian
Pembatasan masalah ditujukan agar lebih terarah dan tidak melebar
supaya dapat kesepahaman penafsiran, seperti dijelaskan oleh Surakhmad
(1990 : 36) sebagai berikut: “Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk
memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyidik tetapi juga dapat
menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk
pemecahannya : tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lainnya yang timbul
dari rencana tersebut”. Dalam hal ini kontribusi kekuatan otot lengan dan
flexsibilitas tubuh terhadap hasil panjat dinding dalam kategori rintisan, maka
dalam penelitian ini aspek yang di teliti terbatas :
1. Penelitian ini adalah kekuatan otot lengan dan fleksibilitas panggul
terhadap hasil panjat dinding kategori rintisan (lead) pada cabang
olahraga panjat dinding.
2. Sumber data atau populasi adalah mahasiswa pencinta alam UKM
PAMOR FPOK UPI Bandung.
3. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif.
F. Definisi Operasional
1. Kekuatan otot lengan menurut Harsono (1988:177) memaparkan
yang sangat pentig guna meningkatkan kondisi fisik secara
keseluruhan, mengapa?
a. Oleh karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas
fisik.
b. Kekuatan memegang peranan yang penting dalam menlindungi
otot/orang dari kemungkinan cedera.
c. Dengan kekuatan, atlet akan dapat lebih cepat memukul lebih
keras, melempar, dan membanting lebih efesien, membantu
memperkuat fleksibilitas sendi-sendi.
kekuatan otot lengan dalam panjat dinding digunakan untuk
memegang point agar tubuh tidak terjatuh pada saat melakukan
pemanjatan.
2. Fleksibilitas menurut Satriya dkk (2007:72) adalah kemampuan gerak
dalam ruang gerak sendi yang seluas-luasnya. Ruang gerak sendi pada
setiap tubuh tergantung pada struktur sendi, elastisitas otot, dan ligamen.
Fleksibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fleksibilitas tubuh
bagian panggul dalam panjat dinding flexibilitas tubuh khususnya bagian
panggul digunakan untuk menggapai point-point atau jalur yang telah
disediakan oleh panitia penyelenggara.
3. Kategori rintisan menurut FPTI (2006:7) Kompetisi rintisan atau lead
merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan cara merintis
(leading), atlet diamankan (di belay) dari bawah, setiap cincin kait
yang dicapai (atau dalam hal terdapat pemanjatan menyamping (traverse)
atau lelangit (roof), jarak terpanjang sepanjang sumbu pemanjatan)
menentukan posisi atlet pada satu babak kompetisi dalam konteks
penelitian ini yang dimaksud dengan kategori rintisan berhubungan