• Tidak ada hasil yang ditemukan

THIRD PARTIES IN ARBITRATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THIRD PARTIES IN ARBITRATION"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF DAN ARBITRASE

Third Parties in Arbitration

Oleh

Bella Anggini Putri 110110140251

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

Hukum arbitrase memiliki peraturan yang ketat dalam menentukan perjanjian arbitrase sehingga menjadi pertanyaan untuk menentukan pihak mana saja yang memenuhi persyaratan sebagai pihak yang sah. Persyaratan formal sebuah perjanjian arbitrase pada dasarnya berpedoman pada dua traktat internasional yaitu New York Convention

dan the United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL) Model Law. Tujuan utama New York Convention adalah untuk menghindari proses pengadilan di pengadilan asing1. Kedua

persyaratan ini hanya berkaitan dengan ada tidaknya perjanjian bukan ada tidaknya pihak ketiga yang akan terikat.

Perjanjian arbitrase adalah syarat yang sangat diperlukan bagi seseorang untuk berpartisipasi dalam prosedur arbitrase dan untuk terikat dalam putusan arbitrase2. Sehingga para pihak dalam proses arbitrase

ditentukan secara kontraktual namun keadaan ini mengarah pada hasil yang tidak menguntungkan terutama pada situasi hubungan komersial pihak lain, terdapat keterbatasan konsensual yang menghalangi orang yang tidak terikat untuk mengambil bagian dalam proses arbitrase. Pihak ketiga dikecualikan dalam proses arbitrase terlepas dari kepentingan hukum ataupun keuangan. SIngkatnya pihak ketiga dianggap sebagai alien3.

Ada beberapa teori untuk menentukan perluasan lingkup perjanjian arbitrase yang membenarkan bahwa pihak ketiga dapat terlibat dalam proses penyelesaian sengketa arbitrase yaitu “group of companies”

doktrin yang berarti dalam sebuah perusahaan yang menjadi bagian dari perusahaan besar bisa dinobatkan sebagai single legal identity atau “une réalité économique unique” contohnya Singapore International Arbitration

1 Pedro J Martinez Fraga, “The Dilemma of Extending International Commercial”,

Cornell International Law Journal 291.

2 Dr. Stavros Brekoulakis, “The Relevance of the Interests of Third Parties in Arbitration: Taking a Closer Look at the Elephant in the Room”, Penn State Law Review Vol 113 : 4, hlm 1166

(3)

Centre (SIAC) memperpanjang klausul perusahaan induk yang tidak menandatangani atas dasar “maksud dari pihak berdasarkan bukti sebelum”4. Berdasarkan hukum Amerika perjanjian arbitrase hanya bisa

diperluas kepada pihak ketiga yang tidak menandatangani berdasarkan doktrin veil-piercing, estoppel dan incorporation by reference. Pengadilan menganggap bahwa doktrin-doktrin ini bergantung pada "niat objektif untuk menyetujui arbitrase" oleh pihak yang tidak menandatangani. Pengadilan Inggris menganggap pihak ketiga bisa menjadi pihak atau tidak bukanlah prosedur tapi substansi. Selanjutnya yang bisa memperluas lingkup perjanjian adalah doktrin Estoppel yang berbeda dengan “group of companies” karena pihak ketiga tidak harus setuju untuk menjadi pihak arbitrase. Meskipun prinsip estoppel diakui secara luas dan bahkan dapat dicirikan sebagai lex mercatoria, hanya 31 pengadilan Amerika yang menerapkan doktrin tersebut untuk memperluas cakupan klausula arbitrase.

Transaksi bisnis saat ini terutama dalam konteks internasional sudah sangat komprehensif yang melibatkan beberapa pihak sekaligus. Pihak lain ini biasanya memiliki kontrak bilateral sendiri yang berisi penyelesaian sengketa bilateral berupa dalam bentuk arbitrase atau penyelesaian melalui jalur litigasi di pengadilan. Dengan demikian permasalahan yang timbul antara dua orang yang terikat oleh perjanjian arbitrase sehubungan dengan pihak ketiga harus diselesaikan dengan arbitrase secara ekslusif antara kedua orang itu. Pihak lain tidak dapat berpartisipasi dalam penyelesaian melalui arbitrase walaupun ia memiliki peran aktif.

Beberapa yurisdiksi memberi jalan bagi pihak ketiga melawan putusan arbitrase sehingga menggambarkan bahwa kepentingan pihak ketiga pada umumnya layak untuk dilindungi. Arbitrase komersial yang

4 Simon Brinsmead, “Extending the application of an arbitration clause to third-party non-signatories: which law should apply?”, (April 15, 2007),

(4)

mengukur para pihak terbatas pada perjanjian ternyata tidak serta merta dipakai dalam arbitrase lain karena pada arbitrase investasi terdapat perbedaan.

Arbitrase investasi melibatkan investor dengan negara biasanya menyangkut sektor pelayanan publik, seperti air, minyak dan gas, atau pengelolaan limbah. Dilihat dari sejarah permulaannya investasi secara internasional sangat populer karena kekhawatiran investor dengan tindakan sewenang-wenang dan diskriminatif oleh pemerintah negara berkembang5.

Pihak ketiga atau pihak yang tidak bersengketa sering berpartisipasi dalam mekanisme penyelesaian sengketa sebaga amicus curiae yang diterjemahkan sebagai “teman pengadilan”. Keberadaannya dibenarkan untuk memberikan pandangan atau perspektif khusus sehubungan dengan sengketa. Partisipasi amicus dalam penyelesaian sengketa biasanya berupa pengajuan tertulis kepada pengambil keputusan namun tidak sampai disitu saja keterlibatannya misalnya

European Court of Human Rights (ECHR) sebelumnya telah mengizinkan pihak ketiga untuk berpartisipasi dalam proses oral hearing6.

Jika amicus curiae telah melalui proses yang tepat akan memberi kontribusi pada kualitas pada putusan arbitrase dengan adanya perspektif yang lebih luas, argumen hukum, pengetahuan ahli. Secara mendasar telah menjembatani kesenjangan antara aspek substantive (publik) dan procedural arbitrase (privat)7.

5 Eugina Levine, Amicus Curiae In International Investment Arbitration: The Implications Of An Increase In Third-Party Participation, Berkeley J Int L 200, hlm 2

6 ibid

(5)

Adanya kontroversi terhadap issu pihak ketiga ini telah dilirik oleh UNCITRAL dengan mengusulkan perubahan UNCITRAL Model Law :

“The Swiss Rules, for instance, expressly provide, under Article 4, paragraph (2) that: “Where a third party requests to participate in arbitral proceedings already pending under these Rules or where a party to arbitral proceedings under these Rules intends to cause a third party to participate in the arbitration, the arbitral tribunal shall decide on such request, after consulting with all parties, taking into account all circumstances it deems relevant and applicable”.

Formulasi ini tidak memerlukan penerapan hukum suatu yurisdiksi untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu pemberlakuannya ke dalam undang-undang nasional tidak harus mengklarifikasi masalah masalah yang ada.

Mengutip pendapat Professor Stephen Schwebel bahwa solusi utama untuk permasalahan pihak ketiga ini dan ketidakpastian lainnya di dalam arbitrase internasional adalah menciptakan arbitrase dunia. Sampai saat itu ketidakpastian pasti akan terus berlanjut8.

(6)

KESIMPULAN

Keterlibatan pihak ketiga dalam proses arbitrase komersial tidak diterima karena sangat berpedoman terhadap perjanjian arbitrase namun diketahui pada arbitrase investasi dibenarkan adanya “teman pengadilan” yang dikenal sebagai amicus curiae Keberadaannya dibenarkan untuk memberikan pandangan atau perspektif khusus sehubungan dengan sengketa. Adanya beberapa teori yang membenarkan bolehnya pihak ketiga masuk akibat dari perluasan perjanjian arbitrase yaitu doktrin group of companies, doktrin veil-piercing, estoppel dan incorporation by reference.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Stavros Brekoulakis, “The Relevance of the Interests of Third Parties in Arbitration: Taking a Closer Look at the Elephant in the Room”, Penn State Law Review Vol 113 : 4

Eugina Levine, Amicus Curiae In International Investment Arbitration: The Implications Of An Increase In Third-Party Participation, Berkeley J Int L 200, hlm 2

Tomoko Ishikawa, “Third Party Participation In Investment Treaty Arbitration”, The International and Comparative Law Quarterly, Vol. 59, No. 2, hlm 411

Pedro J Martinez Fraga, “The Dilemma of Extending International Commercial”, Cornell International Law Journal 291.

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KOMPENSASI, LINGKUNGAN KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH IV DI TUBAN, BADUNG.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas ekstrak Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.)dengan glibenklamid sebagai antidiabetes terhadap

Sebuah proses bisnis adalah rangkaian aktivitas yang berhubungan untuk mengubah masukan bisnis menjadi sebuah keluaran bisnis yang telah ditetapkan..?.

Sehingga informasi lebih dikenal sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna bagi penerimanya, dimana informasi tersebut menggambarkan

Sedangkan resolusi kultural, untuk menyelesaikan akar-akar konflik yang bersifat keagamaan, ditempuh dengan: revitalisasi multikulturalisme dan damai oleh pendidikan tinggi

Kinerja kepala madrasah sebagai pemimpin, sebagai administrator dan sebagai mediator yang berada di lingkungan madrasah tsanawiyah negeri lebih tinggi dibandingkan

Hasil uji t-test dalam penelitian ini menunjukkan persepsi yang lebih baik mengenai sekolah pada partisipan yang belum pernah menjadi korban, saksi, maupun

4) Dalam hal perbedaan pendapat antara orang -orang yang disebut dalam ayat(2), (3), dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya