• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bulletin Warta NTT 10-11

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bulletin Warta NTT 10-11"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

TRIWULAN II/TAHUN 2014

TRIWULAN II/TAHUN 2014

11

10

BANGUN SINERGI DI WILAYAH

EKOREGION

Denpasar, Selasa (13/5),

Dewan Konservasi Perairan Provinsi (DKPP) NTT, dalam pengelolaan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu seluas 3.352.170 hektar sebagai kawasan konservasi perairan, penetapannya digelar di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta bertepatan dengan Rapat Koordinasi (Rakor) Kementerian Kelautan dan Perikanan RI pada 28 Januari 2014. Penetapan TNP Laut Sawu ditandai dengan launching dan penandatanganan prasasti oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Syarif Cicip Sutardjo, dihadiri Wakil Gubernur NTT, Benny

Litelnoni. SebelumnyaTNP Laut Sawu telah dideklarasikan melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, Nomor, KEP.38/ MEN/2009 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Parairan Nasional Laut Sawu dan sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Deklarasi pencadangan bertepatan dengan Konferensi Kelautan se-Dunia pada 14 Mei 2009 di Manado,dengan tujuan untuk menata wilayah pesisir dan perairan Laut Sawu bagi sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat 10 kabupaten yang berada di seputar Laut Sawu.Sedangkan alasan utama Menteri KP, Syarif Cicip Sutardjo,

menetapkan Laut Sawusebagai TNP mengingat Laut Sawu memiliki banyak potensi hayati laut yang perlu mendapat penanganan dan penataan agar mampu memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir khususnya dan umumnya masyarakat NTT.

“Prinsip pengelolaan perairan laut dan perikanan secara berkelanjutan merupakan tanggungjawab

semua pihak, baik pemerintah pusat, pemprov maupun pemkab dan pemkot. Sehingga melalui Rakor Regional ini dimaksudkan untuk membangun sinergi antar program dan memiliki pandangan yang sama soal pengelolaan laut

di wilayah ekoregion, terutama berkaitan dengan aktivitas penangkapan ikan menggunakan alat tangkap harus memperhatikan aspek ramah lingkungan. Sebab, kawasan konservasi perairan laut di NTT harus diupayakan untuk menigkatkan produksi ikan secara berkelanjutan. Keberadaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan akan menjadi tantangan besar bagi pengelolaan TNP Laut Sawu,” kata Wakil Gubernur NTT, Drs. Benny Litelnoni,SH, ketika menyampaikan materi pada Rapat Koordinasi (Rakor) Regional Pusat Pengelolaan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara, di Paradise Plaza Hotel, Denpasar (Bali), Selasa

(13/5).

Rakor yang dibuka Menteri Lingkungan Hiidup RI, Prof. Dr. Balthasar.Kambuaya,MBA, Senin,12 Mei 2014 itudiikuti 400 orang peserta berasal dari Dinas/Badan Lingkungan Hidup, LSM dan pemerhati lingkungan se-wilayah Nusa Tenggara, membahas soal pengelolaan dan kelestarian lingkungan laut di wilayah ekoregion Sunda Kecil (Bali, NTB dan NTT) terutama dalam mensinergikan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan perairan laut dan sumber hayatinya. Hal ini, tutur Wagub Benny Litelnoni,yang juga selaku Ketua Umum Dewan Konservasi Perairan Provinsi (DKPP) NTT, Laut sawu merupakan bagian dari eko-region Sunda Kecil, tercatat memiliki jumlah karang sebanyak 532 spesies dan terdapat 11 spesies endemik dan sub

endemik menjadi tempat hidup bagi 350 jenis ikan karang. Hasil kajian The Nature Conservancy (TNC) 2011 menunjukan bahwa terumbu karang di TNP Laut Sawu dengan luas 63.339,32 hektar. Hasil analisis citra satelit resolusi tinggi tahun 2011 yang dilakukan TNC juga mencatat luas mangrove didalam kawasan TNP Laut Sawu yaitu 5.019,53 hektar dengan daerah yanng memiliki luasan mangrove paling besar yaitu di Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Rote Ndao.

TNP Laut Sawu mempunyai koridor-koridor penting bagi perlintasan mamalia laut. Perlintasan tersebut penting artinya terkait dengan upaya pengelolaan wilayah TNP Laut Sawu itu sendiri. Mamalia laut sebanyak 22 spesies terdapat di TNP Laut Sawu yang terdiri dari 14 spesies paus, tujuh spesies lumba-lumba dan satu spesies dugong. Kemudian kawasan Laut Sawu juga menjadi urat nadi jalur pelayaran lokal, nasional dan internasional. Keberadaan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) III di kawasan ini merupakan komitmen Indonesia

dalam menyediakan jalur lintas damai bagi kapal-kapal asing yang melewati perairan Indonesia. Dijelaskan Wagub,Luas perairan laut Provinsi Nusa Tengara Timur (NTT) 200.000 kilo meter persegi lebih besar dari luas darat 47.000 kilometer persegi,memiliki sumber daya ikan yang sangat melimpah diharapkan dapat dikelola dengan baik dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan daerah yang berkelanjutan. Kebergantungan masyarakat pesisir terhadap keberadaan sumber daya ikan cukup mendukung aktivitas perekonomian dan sosial budaya masyarakat. Untuk itu kebijakan pemerintah provinsi (pemprov) NTT dalam mengembangkan usaha kelautan dan perikanan melalui tekad keenam,dapat memberikan manfaatkan bagi sumber

pendapatan masyarakat. Bupati Badung (Provinsi Bali), Ana Agung Gde Agung, melalui ceramahnya menyampaikan program unggulan pemerintah Kabupaten Badung

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, Biro Humas berencana untuk kembali membentuk PPID Pembantu pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi NTT dan kabupaten/Kota se-NTT

Pada sela-sela acara tersebut Gubernur Frans Lebu Raya juga menyerahkan penghargaan kepada Pengelola Lingkungan Hidup Tingkat Provinsi NTT dan Tingkat Kabupaten Sumba