• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUNGA RAMPAI MARITIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUNGA RAMPAI MARITIM"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

relief di Candi borobudur

(4)

ii

Judul : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia Menyongsong Abad

Asia-Pasifik

PENYUSUN

Noir Primadona Purba

Yusuf A. Nurrahman

Lantun P. Dewanti

Izza M. Apriliani

Rekomendasi cara mensitasi terhadap buku ini:

(5)

iii

Copyright @2017

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang mengutip atau meperbanyak sebagian

atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan 1, Februari 2017

Diterbitkan oleh Unpad Press

Grha Kandaga, Perpustakaan Unpad Lt 1

Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Bandung 45363

e-mail : press@unpad.ac.id /pressunpad@gmail.com

http://press.unpad.ac.id

Anggota IKAPI dan APPTI

Editor :

Tata Letak : Noir Primadona Purba, Achmad Rizal, Trianda Surbakti, Lantun P.

Dewanti, Izza M. Apriliani

Desainer Sampul : Zaenal Mutaqien

(6)

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Editor mengucapkan terima kasih kepada para Pemikir yang telah menuliskan ide dan konsep nya tentang isu dan permasalahan maritim Indonesia pada buku ini. Beberapa Penulis dalam buku ini merupakan penulis dari dalam dan luar negri. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dari beberapa lembaga yang telah mensupport buku ini seperti maritimnews, Komitmen Research Group, LFMT. Rekan rekan yang telah membantu dalam mereview Bahasa dan tata letak yang menjadikan buku ini lebih baik.

Salam hangat maritim.

(7)

v

PRAKATA

Indonesia sebagai negara maritim adalah fakta. Bahwa kita belum

mendapatkan hasil sebagai negara maritim adalah data. Kebanggaan sebagai

negara maritim tercermin sebelum Indonesia merdeka dengan adanya relief di

candi Borobudur. Semangat kemaritiman ini kemudian, pada 13 Desember 1957

adalah menjadi momentum bagi Republik Indonesia yang mengiringi lahirnya

sebuah gagasan revolusioner dan mampu merombak struktur dan tatanan

lautan Republik Indonesia maupun global. Tanggal itu dianggap sebagai

proklamasi kedua setelah 17 Agustus 1945, yang melahirkan Deklarasi Djuanda,

yang menitik beratkan pada

archipelagic principal state

(asas archipelago).

Deklarasi Djuanda tentu menjadi alasan mengapa Indonesia disebut sebagai

kembalinya Indonesia sebagai negara maritim. Luasnya laut Indonesia dan

berbagai permasalahan di dalamnya dianggap sebagai proses alamiah menuju

Indonesia yang berdaulat atas lautnya sendiri. Indonesia sebagai poros maritim

dunia adalah satu kesatuan (bersinergi) dalam menyongsong abad asia pasifik

dewasa ini. Dalam perjalanannya untuk membentuk kembali negara maritim,

diperlukan pemahaman yang lebih detail, konsep yang menyeluruh dari segala

aspek sekaligus integratif atas aspek-aspek tersebut. Jika dilihat dari

perkembangannya dari tahun ke tahun, model yang tepat pada pengelolaan

laut ini masih terus berkembang. Rendahnya pendapatan nelayan, illegal

fishing, sampah laut, isu perbatasan, dan pencemaran laut merupakan isu yang

tengah hangat pada saat ini dan setidak nya hingga 50 tahun mendatang.

Presiden Susilo Bambang Yudhono menekankan bahwa abad 21 sebagai abad

Asia-Pasifik dalam pidato pada forum APEC CEO Summit 2011 di Waikiki,

Honolulu-Hawai. Beliau menegaskan bahwa kawasan ini akan menjadi poros

dunia yang strategis. Sejalan dengan hal tersebut, Presiden selanjutnya, Joko

Widodo memprakarsai nawacita yang membangun kembali poros kemaritiman

dunia akan beralih ke Indonesia.

(8)

vi

ilmiah yang dikumpulkan dari pemikir-pemikir bangsa dan menjadi sumbangsih

pemikiran bagi seluruh rakyat Indonesia terutama bagi

stakeholders

terkait.

Diharapkan, buku ini dapat lebih memberikan alasan kepada masyarakat

Indonesia bahwa kekuatan Indonesia berada di laut, memberikan masukan

kepada pemerintah untuk lebih memahami kerangka kelautan Indonesia secara

holistik.

Untuk itu, walaupun tidak lengkap membahas tentang kemaritiman dalam

konteks global, diharapkan buku ini dapat memacu para pemikir pemikir muda

untuk lebih memberikan sumbangsing positif bagi kemaritiman Indonesia. Buku

diharapkan juga sebagai awal dari buku buku lainnya yang berisi kumpulan

pemikiran rekan-rekan di dalam maupun di luar negri yang dapat melihat sisi

lain dari kemaritiman.

Buku ini berisi tentang bagaimana perikanan membangun kemaritiman di

Indonesia. Pada awal buku ini, peran pulau pulau terluar untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan TNI adalah dua hal yang sangat krusial.

Kemudian, pada bagian lain, peran muda sangat penting untuk pengembangan

kemaritiman Indonesia. Diharapkan juga bahwa peran-peran dalam

membangun kemaritiman ini didasarkan pada konsep Pancasila. Penulis lain

dalam buku ini memperhatikan tentang capaian poros maritim saat ini dan

bagaimana tantangan pemerintah pada saat ini dalam meneruskan cita cita

perjuangan bangsa. Kemudian, penulis lainnya mengemukaan bahwa dalam

kedaulatan kemaritiman, ada isu global yakni tentang sampah laut. Hal ini

sangat penting karena Indonesia, sebagai daerah “

trapping

” sampah di dunia.

Pada bagian lain, hukum internasional dan penataan kebijakan untuk sumber

daya alam hayati dan non hayati sangat penting. Selain itu, transportasi di laut

dan konektivitas antar pulau, memegang peranan penting untuk

menyeimbangkan perkembangan antar pulau di Indonesia.

(9)

vii

DAFTAR ISI

PENYUSUN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

PRAKATA ... v

PERANAN PERIKANAN TANGKAP DALAM MENDUKUNG PERTAHANAN KEAMANAN SEMESTA BERSAMA TENTARA NASIONAL INDONESIA ... 1

Dulmiad Iriana, Izza M. Apriliani, Lantun P. Dewanti

MARITIM INDONESIA UNTUK PERADABAN DUNIA ... 10

Yudi N. Ihsan

TEKNOLOGI KESEHATAN PERAIRAN DALAM MENDUKUNG KEMARITIMAN : MODEL PURWARUPA PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN SECARA PRESISI: ASPEK

TEKNOLOGI DAN MEDIA SOSIAL ... 24

Handy Chandra, Romy Ardianto

BUDAYA MARITIM DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA ... 37

Kirana Agustina

PANCASILA DALAM TINJAUAN KONSEP PENDIDIKAN MARITIM INDONESIA ... 43

Adit Nugroho

LAUT TULANG PUNGGUNG KETAHANAN NASIONAL PADA MASA MENDATANG ... 54

Martono

PERANAN JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN RISET DALAM PEMBANGUNAN INKLUSIF WILAYAH PESISIR DAN LAUT ... 60

Zuzy Anna

PROTOTYPE REGIONALISME ABAD PASIFIK: BY DESIGN ATAU ALAMIAH? ... 78

Ziyad Falahi

PROBLEM DASAR DAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA ... 89

Rayla P.B. Kusrorong

GELIAT LOGISTIK DAN KONEKTIVITAS MARITIM DI NUSANTARA ... 105

Hafida Fahmiasari

(10)

viii

TELAAH SAMPAH LAUT (MARINE DEBRIS): TANTANGAN INDONESIA SEBAGAI

BANGSA MARITIM ... 119

Noir P. Purba

REVITALISASI POLITIK BEBAS AKTIF DALAM MENYONGSONG ABAD PASIFIK ... 125

Aulia Rahman

BIOPROSPEKSI DI LAUT: KAYA POTENSI, MISKIN REGULASI ... 131

A. Gusman Siswandi

PENGUATAN PEMUDA UNTUK PENGELOLAAN KELAUTAN INDONESIA

BERKELANJUTAN MENUJU POROS MARITIM DUNIA ... 141

Renaldi B. Tambunan, Kaisar Akhir

EKSPLORASI MINERAL LAUT DALAM; SALAH SATU UPAYA PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN BANGSA ... 149

Noor C.D. Aryanto

TANTANGAN PENCAPAIAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA ... 159

Ardinanda Sinulingga

WAWASAN KEMARITIMAN BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL ... 181

Achmad Rizal

SISTEM TRANSPORTASI IKAN HIDUP DI INDONESIA MENYONGSONG POROS

MARITIM DUNIA ... 189

Yopi Novita, Budhi H. Iskandar

(11)

ix

Indonesiaku, negeri maritim!

Ribuan pulau terhampar

Lautan luas menyebar

Jutaan sungai alirkan merdunya gemercik air ke samudra nan luas

Wah lihat!

Ikan-ikan menari berbalutkan indahnya terumbu

Hembusan angin turut senandungkan keindahan

Para nelayan pun ikut mengalun dalam hembusan

Berjuang berletih lelah demi anak istri

Indonesiaku, negeri maritim?

Kukira itu hanyalah dongeng nenek tua

Kini bukan lagi air yang bermuara

Lalu apa? Sampah!

Kini ikan-ikan pergi, bahkan mati

Karena apa? Limbah!

Kini bukan nelayan yang berlayar

Lalu apa? Kumpulan penjarah yang serakah!

Kini gelombang sedang bergelora,

bagaikan perang yang sedang membara

Ya! Perang terhadap kedursilaan manusia

Indonesiaku, negeri maritim!

Mari Indonesiaku

Mari bangun poros maritim kita

Jangan biarkan sampah dan limbah menumpah

Jangan biarkan terumbu hancur tercacah

Jangan biarkan laut kita terjajah

Jangan biarkan para serakah menjarah

Wujudkan kemaritiman kita!

Ya! Indonesiaku, negeri maritim!

(12)
(13)

1

PERANAN PERIKANAN TANGKAP DALAM

MENDUKUNG PERTAHANAN KEAMANAN

SEMESTA BERSAMA TENTARA NASIONAL

INDONESIA

1Dulmi’ad IRIANA, 2Izza M. APRILIANI, 2Lantun P. DEWANTI 1 Guru Besar Bidang Penangkapan Ikan

2 Staff di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Padjadjaran, Bandung

Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jawa Barat 40600

Keywords

Perikanan Tangkap, Pertahanan, dan Keamanan Nasional

Abstrak

(14)

2

TNI sejak tahun 1980-an telah melakukan operasi bakti yang diberi nama Operasi bakti Surya Bhaskara Jaya (SBJ). Operasi ini juga dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk di pulau terpencil dan pulau-pulau terluar Indonesia. Para anggota TNI dalam kesehariannya dapat bekerjasama dengan nelayan setempat yang jumlahnya terbatas untuk bekerja bersama-sama menangkap ikan, sepanjang tidak bertentangan dengan perundang-undangan TNI yang berlaku.

Peran Strategis Pemerintah

Beberapa upaya untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah dilakukan oleh bangsa ini. Bangsa Indonesia telah menyiapkan perangkat hukum untuk mempertahankan pulau terluar kita, dan dalam rangka mengantisipasi ke depan dari kemungkinan munculnya konflik perbatasan.

Indonesia telah menjabarkan HUKLA 1982 ke dalam beberapa ketentuan hukum dan perundang-undangan. Beberapa undang-undang telah dihasilkan di antaranya UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, PP No. 61 Tahun 1998 tentang Perubahan Titik Dasar dan Garis Dasar di sekitar Kepulauan Natuna, dan PP No. 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, termasuk pengelolaan wilayah laut dengan tujuan

pemerintah daerah punya tanggung jawab bagi pengembangan potensi kelautan. Tahun 2005 didukung oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar dengan tujuan untuk menjaga keutuhan wilayah serta memanfaatkan sumber daya alam, di

samping memberdayakan

masyarakat.

(15)

3

dengan aspek legalitas. Dalam aspek program nasional, Indonesia akan melanjutkan dan menyelesaikan penegasan batas-batas wilayah darat dan wilayah laut dengan negara tetangga. Termasuk juga didalamnya melakukan pendataan dan pembakuan nama pulau serta disusun pedoman teknis yang memenuhi standar nasional dan internasional untuk mendukung pekerjaan tersebut.

Salah satu tim koordinasi pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yaitu TNI. TNI sejak tahun 1980-an telah melakukan operasi bakti yang diberi nama Operasi bakti Surya Bhaskara Jaya (SBJ). Pada hakekatnya, operasi bakti SBJ merupakan peran serta wujud kepedulian TNI AL untuk pembangunan daerah terpencil, khususnya pulau-pulau kecil dan terluar yang tidak terjangkau oleh transportasi darat dan udara. Operasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk di pulau-pulau terpencil dan pulau-pulau terluar Indonesia yang sampai saat ini masih membutuhkan penanganan khusus.

Sebagaimana pengaman batas laut, TNI AL memiliki tiga peran utama yaitu peran militer, peran diplomasi dan peran polisionil. Ketiga peran

tersebut dipraktekkan oleh TNI AL dalam mengamankan Perairan Indonesia, termasuk di dalamnya pulau-pulau terluar dan terpencil. TNI AL harus melakukan Patroli Keamanan Laut melalui dukungan kapal-kapal perang RI di seluruh perairan Indonesia serta menjangkau pulau-pulau terpencil dan terluar Indonesia. Hal tersebut bertujuan untuk melaksanakan patroli rutin dalam rangka penegakan keamanan di laut. Di samping melakukan patroli rutin juga dimaksudkan untuk menunjukkan kesungguhan negara dalam mempertahankan Indonesia sebagai negara yang startegis di Asia dan Pasifik serta gangguan dari pihak asing (deterrence effect).

Pengawasan Laut

(16)

4

dulu dikenal dengan istilah “Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (HANKAMRATA)”. Dengan kata lain masyarakat dan TNI saling membantu dalam meringankan tanggung jawab pengamanan Wilayah NKRI dari rongrongan luar yang merugikan kita baik dari segi keamanan maupun pelestarian sumberdaya laut. Peran ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah, karena tugas TNI tersebut selain mengamankan perairan Indonesia juga turut meningkatkan produksi perikanan di pulau-pulau terluar Indonesia.

Untuk menjamin kenyamanan tinggal di daerah yang terpencil seperti itu, penugasan TNI tersebut harus diimbangi dengan tunjangan imbangan sosial dan ekonomi yang memadai serta sarana dan prasarana yang dapat meningkatkan kinerja anggota TNI serta nelayan yang ada. Kurangnya perlindungan pulau-pulau terluar dikarenakan masih mengalami keterbatasan sarana transportasi serta keterbatasan sarana prasarana telekomunikasi yang menghubungkan antara pulau induk dengan pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus mengenai pengadaan sarana prasarana baik untuk TNI maupun

nelayan demi menunjang keamanan di pulau-pulau terluar.

(17)

5

ikan yang potensial di daerah terluar adalah jenis-jenis yang bernili ekonomis tinggi dengan populasi yang jauh lebih baik dari pada di perairan laut pedalaman, seperti tuna, cakalang, kakap, kerapu, berbagai jenis ikan, dan fauna habitat karang.

Selain penyiapan nelayan yang tangguh serta alat dan kapal yang sesuai dan produktif, maka untuk meningkatkan pendapatannya, para anggota TNI harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap yang direkomendasikan. Para anggota TNI dalam kesehariannya dapat bekerjasama dengan nelayan setempat yang jumlahnya terbatas untuk bekerja besama-sama menangkap ikan, sepanjang tidak bertentangan dengan perundang-undangan TNI yang berlaku. Dengan cara tersebut para anggota TNI selain menjaga negara, juga dapat mengisi kekosongan waktu dengan menangkap ikan sambil bertugas di laut yang secara tidak lansung menambah income mereka di luar gajinya yang reguler. Pada saat gilir pasukan sesuai penugasan mereka, selain menerima gaji, juga mereka mendapat oleh-oleh tambahan dari hasil kerjasama dengan nelayan dari kegiatan perikanan.

Pemanfaatan sumberdaya ikan di pulau-pulau terluar yang didampingi oleh TNI sebagai perangkat negara diharapkan dapat menjadi garda pertahanan yang kuat dari segi keamanan negara dan produktif dari segi pemberdayaan wilayah dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 40/PERMEN/2014 tentang Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil bahwa “Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut PWP-3-K adalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antarsektor, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat”. Artinya, semua pihak seyogyanya bekerjasama demi terciptanya pengelolaan yang masif.

(18)

6

Perikanan (KKP) di beberapa pulau terluar (Simeulue, Natuna, Saumlaki, Sangihe, Merauke, Mentawai, Nunukan, Rote Ndao, Maluku Barat Daya, Tual, Timika, Biak, Sarmi, Morotai dan Talaud) merupakan salah satu upaya membangun simpul-simpul ekonomi baru berbasis sumberdaya perikanan. Progam ini merupakan upaya mengintegrasikan aktivitas bisnis perikanan rakyat berbasis pulau-pulau kecil serta mengakselerasi perekonomian regional yang bertumpu pada kekuatan sektor kelautan dan perikanan. Melalui program Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu ini memperkuat peran masyarakat nelayan dan pemangku kepentingan lokal dimana skenario pelaku utama program ini adalah nelayan yang berdiam di pulau-pulau kecil.

Idealnya, pemberdayaan nelayan harus berbasis sumberdaya yang ada dan tetap mengedepankan pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Artinya proses pemanfaatan sumberdaya perikanan memegang prinsip-prinsip keberlanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, penggunaan alat tangkap yang selektif dan ramah lingkungan baik dari segi ukuran maupun jenis ikan yang ditangkap, memaksimalkan

potensi sumberdaya ikan di laut lepas, menjaga kawasan-kawasan penting sebagai penyumbang produktivitas perairan seperti kawasan terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove, serta pengelolaan limbah di kawasan pesisir. Hal ini dapat terwujud apabila aparat pemerintah dan masayarakat saling berdampingan mengelola kesadaran bersama dalam upaya pengembangan kawasan pulau terluar yang memiliki orientasi peningkatan produksi sumberdaya yang bertanggungjawab.

Dengan program terpadu seperti ini berarti TNI memiliki tanggung jawab ke dalam dan ke luar. Tanggung jawab ke dalam adalah upaya mengawal masyarakat untuk melakukan pengelolaan yang berprinsip pada pengelolaan sumberdaya yang lestari. Tanggung jawab ke luar adalah pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya illegal fishing, seperti yang terjadi di Natuna yang masih terjadi praktek illegal fishing oleh KM Kway Fey 10078, pada hari Sabtu (19/3/2016) pukul 14.15 yang masuk ke perairan Indonesia secara ilegal dan menangkap ikan di wilayah perairan Indonesia.

(19)

7

pelabuhan sebagai sarana penggerak utama berjalannya geliat roda ekonomi wilayah yang berbasis sumberdaya ikan, karena berbagai aktivitas seperti pendaratan, pendistribusian, dan perdagangan hasil tangkapan dilakukan di lokasi tersebut. Pelabuhan perikanan adalah suatu kawasan perikanan yang berfungsi sebagai tempat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan data tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan dan tempat untuk memperlancar operasional kapal perikanan (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2005). Eksistensi sebuah pelabuhan akan berimbas pada kuantitas dan kualitas produk perikanan yang dihasilkan. Kondisi pelabuhan di Indonesia secara umum dalam upaya mengejar kualitas ekspor sangat jauh dari standar yang ada. Indonesia memiliki 5 Pelabuhan Perikanan Samudera, 12 Pelabuhan Perikanan Nusantara, 46 Pelabuhan Perikanan Pantai dan Sejumlah PPI (PIPP KKP, 2016). Apabila pelabuhan di Indonesia tidak ditingkatkan kualitasnya maka mustahil produksi perikanan memiliki daya saing di kancah internasional.

Dibangunnya pelabuhan dan berbagai fasilitas pendukungnya adalah langkah awal geliat pertumbuhan ekonomi. Misalnya saja Investasi KKP melalui program PSKPT di Simeulue sejak 2015 hingga kini telah mencapai sekitar Rp. 59 miliar yang tersebar pada berbagai kegiatan dan lokasi di Simeulue. Harapannya adalah investasi tersebut bermanfaat langsung untuk masyarakat. Untuk pembangunan infrastruktur di PPI Lugu misalnya, telah dihabiskan sekitar Rp. 14 miliar yang meliputi renovasi cold storage, pembangunan Pabrik Es dan Air Blast Freezer (ABF) serta prasarana lainnya. Investasi yang telah ditanamkan akan mempunyai dampak langsung pada masyarakat Simeulue, jika dilengkapi dengan kajian inovasi. Selain itu contoh lain di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara merupakan salah satu dari 15 pulau terluar dan kawasan perbatasan yang diprioritaskan pembangunannya sebagai sentra kelautan dan perikanan terpadu pada tahun 2016, serta menjadi salah satu gerbang utama untuk ekspor produk perikanan di kawasan timur Indonesia.

(20)

8

(PSKPT), yang dipusatkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dagho. Dari daerah tersebut telah berhasil mengekspor tuna froze ke Jepang yang merupakan kerjasama antara KKP dan Perindo. Jalur ekspor ini merupakan pengembangan dari tol Laut Indonesia menduduki ranking ke 75 dalam logistic ferformance index setelah Singapura (2), Malaysia (29), Thailand (35) dan

Vietnam (53). Dengan

pengembangan tol laut diharapkan logistic cost yang semula sebesar 24 persn dari GDP akan menurun menjadi 18 persen (Korea 16,3%, Jepang 10,6% dan USA 10,1% dari GDP) (Satria, 2014). Untuk itu pengadaan prasarana dan sarana angkutan dari sentra produksi perikanan Indonesia ke lokasi pasar domestik maupun ekspor melalui laut harus terbentuk secara baik.

Dengan pertimbangan bahwa potensi sumberdaya ikan yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal berada di wilayah perbatasan NKRI terluar, serta pembentukan “Prosperity Belt” yang sekaligus berfungsi sebagai “Security Belt” dalam rangka menegakan Kedaulatan NKRI yang kokoh maka pengembangan di wilayah outer ring road, dipandang sangat perlu untuk mendapat prioritas yang tinggi. Komoditi perikanan yang akan

dihasilkan dari daerah tersebut sudah dapat dipastikan akan memiliki nilai yang yangat tinggi baik sebagai komoditi ekspor maupun untuk pasar dalam negeri.

Integrasi Pemantauan

(21)

9

pulau-pulau terluar akan betah karena terjamin kesejahteraannya, sumberdaya alam dapat terpelihara, serta keutuhan NKRI dapat termanin dengan baik. Dengan kata lain kerjasama petugas keamanan (dalam hal ini TNI) dengan para nelayan di pulau-pulau terluar dalam menjaga

keutuhan negara dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan laut oleh bangsa sendiri untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat, menjadi mutlak dan harus mendapat dukungan pemerintah dan semua pihak yang terkait.

Referensi

Markas Besar TNI AL. 2002. Doktrin TNI AL “Eka Sasana Jaya” dan Pokok-pokok Pikiran TNI Angkatan Laut tentang Keamanan di Laut, Jakarta : Markas Besar TNI AL

Sondakh, B.K. 2003. Peranan TNI AL dalam Pengamanan dan Pemberdayaan Pulau Terluar RI”, Makalah dalam Diskusi Ilmiah “Kasus Sipadan-Ligitan : Masalah Pengisian Konsep Negara Kepulauan”

(22)

10

MARITIM INDONESIA UNTUK

PERADABAN DUNIA

Yudi N. IHSAN

Program Studi Sains Kemaritiman SPS Universitas Padjadjaran

Jl. Dipati Ukur No. 35, Bandung-Jawa Barat

Keywords

Restorasi, maritim, geostrategic, pendidikan

Abstrak

(23)

11

Pada abad ke-14, Majapahit berhasil menguasai wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Indonesia. Bukan hanya Majapahit, tetapi kerajaan lain juga memantapkan kekuasaannya dengan menaklukkan laut. Untuk itu, dari sejarah kekuatan maritim di Indonesia, maka bangsa Indonesia sudah seharusnya melakukan restorasi dalam bidang kemaritiman yang dahulu sempat jaya. Restorasi ini dianggap sebagai bentuk perubahan yang sangat penting dan mendasar dalam membangun kembali peradaban maritim Indonesia. Cita-cita pemerintah ini tertuang dalam nawacita dan diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat maritim dunia terutama di kawasan Asia-Pasifik dan berdampak bagi peradaban dunia.

Jaman Kemaritiman

Sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, Indonesia mengalami kejayaan masa keemasan dalam kekuatan maritim. Armada laut kerajaan yang kuat dalam invasi dan perdagangan sangat disegani dan menyebar ke berbagai belahan negara terutama di benua Asia Tenggara. Sektor perdagangan internasional melalui laut dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya pada periode tahun 900-1300. Pada masanya, perdagangan melalui laut di nusantara berkembang lebih pesat apabila dibandingkan dengan perdagangan laut yang dilakukan oleh Jepang. Kejayaan perdagangan melalui laut ini dilanjutkan oleh kekuatan Kerajaan Majapahit. Tidak hanya wilayah Nusantara, pada abad ke-14 Majapahit berhasil menaklukan dan menguasai negara-negara asing yang menjadi tetangganya.

Berangkat dari sejarah maritim di Indonesia, maka sudah seharusnya melakukan suatu restorasi di bidang kemaritiman. Restorasi merupakan suatu bentuk perubahan penting dan mendasar dalam membangun kembali kepada peradaban maritim Indonesia yang jaya. Gagasan Indonesia sebagai salah satu kekuatan maritim dunia terutama di wilayah Asia dan Pasifik adalah aktualisasi jati diri bangsa yang sudah tertuang dalam konsep wawasan nusantara sebagai pola pikir, sikap, dan tindakan bangsa Indonesia dalam bersikap pro aktif dalam gugusan kemaritiman.

(24)

12

History

” dengan teori bahwa

sea

power

merupakan salah satu unsur

penting bagi negara untuk lebih maju dan jaya, dimana apabila kekuatan-kekuatan laut tersebut disinergikan, maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara masiv dan tentunya keamanan suatu negara. Anti tesisnya, jika kekuatan tersebut diabaikan atau menjadi nomor dua, maka akan berakibat kerugian bagi suatu negara atau bahkan dapat membuat negara tersebut kolaps.

Secara geopolitik, posisi Indonesia sangat strategis di kawasan Asia Pasifik dan Selat Malaka. Dan secara ekonomi, Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumberdaya alam dan mineral lautnya. Potensi kekayaan alam Indonesia ini jelas sangat menggoda negara-negara industri dikawasan ini seperti Tiongkok dan Amerika untuk memanfaatkannya baik langsung ataupun tidak langsung. Potensi lainnya adalah dengan jumlah penduduk lebih dari 243 juta jiwa, Indonesia adalah pasar potensial bagi produk-produk negara industri yang menumbuhkan kembali “jalur sutra laut”.

Negara Kepulauan

Puncak peringatan hari nusantara 2015 pada tanggal 13 Desember 2015

yang digelar di Pelabuhan Lampulo kota Banda Aceh menguatkan kembali bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Pengakuan Indonesia sebagai negara kepulauan di mata internasional tentu bukan hal mudah. Butuh perjuangan dan upaya gigih dalam menyamakan persepsi mengenai negara kepulauan. Deklarasi Djoeanda yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 1957 pernah mengalami penolakan dari berbagai negara disebabkan pada masa itu wilayah perairan Indonesia dijadikan rute utama untuk kepentingan jalur trasnportasi laut sebagai lalu lintas perdagangan dunia. Padahal, hal ini sudah jelas tertuang di dalam Deklarasi Djoeanda bahwa Indonesia merupakan Negara Kesatuan beserta perairan nusantara, wilayah laut, zona tambahan, ZEE, dan landas kontinennya disebut sebagai negara maritim.

(25)

13

memandang laut bukanlah alat pemisah, melainkan sebagai alat yang menyatukan pulau yang satu dan pulau yang lainnya.

Kini 33 tahun pasca UNCLOS 1982, Indonesia melalui Presiden Jokowi mencanangkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Sebagai negara yang 2/3 wilayahnya merupakan lautan, Indonesia menyimpan potensi yang cukup besar jika mampu mengelola sektor ini untuk kesejahteraan masyarakat. Dua aspek yang perlu diperhatikan di dalam pembangunan maritim adalah aspek ekonomi dan aspek pendidikan.

Dalam bidang ekonomi, laut Indonesia menyimpan SDA baik yang dapat diperbaharui seperti ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang serta berbagai biota yang berasosiasi dengan ekosistem tersebut, maupun sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman serta kekayaan sumberdaya perairannya. Bukan hal yang mustahil pembangunan kelautan (blue economy) ditempatkan sebagai arus utama dalam pembangunan ekonomi nasional untuk mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai negara maritim seperti yang disampaikan oleh Presiden Jokowi ketika terpilih

sebagai pemimpin bangsa ini. Beliau merencanakan menjadikan maritim sebagai kekuatan ekonomi masa depan, bahkan akan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Visi Jokowi tersebut telah

merubah cara pandang

pembangunan nasional dari orientasi daratan (continental oriented) menjadi orientasi lautan (ocean oriented). Hal ini dibuktikan oleh kabinet kerja Presiden Jokowi yang menjadikan sektor Maritim dan Perikanan sebagai dua sektor prioritas pembangunan nasional. Menurut Dahuri (2014) potensi laut Indonesia memiliki nilai ekonomi sebesar 1,2 triliun dollar Amerika.

Nawacita dan kerja pemerintah

(26)

14

Melihat potensi yang cukup besar tersebut maka alangkah tepatnya ketika Jokowi menjadi Presiden beliau mencanangkan Indonesai sebagai poros maritim dunia. Berbagai macam program telah digagas oleh Presiden

Jokwi untuk membangun

Kemaritiman Indonesia, diantaranya tertuang di dalam semangat Nawacita. Tidak tanggung-tanggung, Presiden Jokowi pun membentuk khusus Kementerian Koordinator Kemaritiman untuk mewujudkan kekuatan Maritim Indonesia di masa yang akan datang.

Beberapa poin dalam nawacita yang terkait langsung dengan kemaritiman adalah sebagai berikut:

a. Menghadirkan kembali negara

untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

Untuk bidang kemaritiman, poin ini selalu dikaitkan dengan kedaulatan negara di wilayah perbatasan laut (maritime delimitation). Saat ini, masih banyak perjanjian batas laut dengan negara tetangga yang belum terselesaikan. Pemerintah dapat merencanakan untuk mempercepat proses perundingan sehingga di akhir masa pemerintahan sebagian besar delimitasi maritim telah memiliki status hukum yang pasti untuk memudahkan usaha pengelolaan

wilayah tersebut dan penegakan kedaulatan.

Perundingan damai merupakan metode utama dalam menyelesaikan permasalahan delimitasi maritim. Diperlukan studi literatur (teks-teks sejarah, putusan-putusan hakim international court of justice untuk kepentingan yurisprudensi, perkembangan teori delimitasi maritim kontemporer) yang mendalam untuk membantu pembuktian atas kepemilikan pulau dan wilayah perairan (laut teritorial, zona ekonomi eksklusif, dan landas kontinen). Maka, kerja sama antara Kementrian Luar Negeri, pendidikan tinggi, dan lembaga penelitian milik negara sangat diperlukan untuk penguatan wacana dalam menyusun argumen kepemilikian wilayah, diseminasi opini hukum atas sebuah sengketa batas maritim kepada kalangan akademik, penjelasan kepada masyarakat.

(27)

15

kepemilikan, kemudian melakukan publikasi atas hasil penelitian tersebut sebagai upaya pendidikan bagi masyarakat dan kesiap-siagaan menghadapi tuntutan negara tetangga. Karena suatu keniscayaan, penelitian-penelitian tentang kepemilikan pulau maupun perairan startegis yang belum mendapatkan keputusan final kepemilikan akan dilakukan oleh ilmuwan lain yang dimilki negara tetangga.

Patroli di wilayah perbatasan laut juga wajib dilakukan untuk menyatakan kehadiran negara dalam hal memberikan rasa aman bagi warga negara khususnya nelayan yang mencari ikan di perairan perbatasan. Patroli dilakukan setiap hari dalam satu tahun. Perahu beserta peralatan pendukungnya senantiasa diperiksa untuk maksimalisasi fungsi perahu, kualitas pengamanan perahu, dan tindakan penangkapan ikan yang ramah lingkungan.

b. Membangun Indonesia dari pinggiran

Konsep membangun dari pinggiran tidak hanya dipahami dalam konteks geografis tetapi juga konteks yang lain yaitu ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Data sebaran populasi Indonesia menyatakan ± 60% penduduk tinggal di wilayah pesisir dan mayoritas masyarakat pesisir tergolong miskin. Oleh karena itu,

pembangunan untuk mengatasi ketimpangan ekonomi politik di wilayah pesisir perlu dilakukan terutama wilayah pesisir yang rentan di bidang sosial-ekonomi. Perlu peta tentang kerentanan sosial-ekonomi seluruh wilayah pesisir Indonesia. Sehingga, lokasi pembangunan memiliki dasar argumen yang tepat yang pada akhirnya mampu mengurangi kerentanan sosial-ekonomi wilayah pesisir yang terukur dari tingkat kesejahteraan penduduk pesisir terutama nelayan miskin dan buruh nelayan. Hal ini merupakan kritik terhadap Rencana Kerja Pemerintah 2016 (RKP) yang selalu menuliskan target pembangunan wilayah pesisir dalam bentuk angka tanpa ada keterangan dimana wilayah sasaran dan bagaimana kondisi wilayah tersebut. Penulis berpendapat, hal ini dapat

mengakibatkan program

pembangunan wilayah pesisir salah sasaran dalam arti pembangunan tidak fokus pada wilayah pesisir yang paling membutuhkan bantuan melainkan dilakukan hanya untuk memenuhi target tanpa dasar

argumen yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(28)

16

adalah wilayah pesisir yang terletak di pulau-pulau terluar mengalami kesulitan mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok setiap pergantian tahun karena kontrak kapal perintis milik swasta belum diperpanjang oleh pemerintah terkait kendala administrasi. Tidak adanya kapal perintis menyebabkan harga barang kebutuhan pokok melonjak tajam karena kelangkaan. Kejadian ini selalu saja berulang. Hal ini harus mendapatkan perhatian khusus dengan target tidak ada lagi kekosongan waktu kapal perintis tidak dapat melayani penduduk pulau-pulau terluar akibat belum ada izin dari pemerintah. Pemerintah memiliki program pengadaan ± 3.500 kapal untuk nelayan. Seharusnya program ini juga dilengkapi dengan program pengadaan kapal perintis yang dioperasikan langsung oleh pemerintah untuk melayani kebutuhan masyarakat pulau-pulau terluar. Bukankah salah satu program bapak presiden adalah menekan kesenjangan harga barang antar pulau.

Sebelum memikirkan konektivitas untuk memperlancar perdagangan barang dan jasa dalam skala industri, terlebih dahulu harus dipikirkan memberi kemudahan bagi masyarakat untuk mencukupi kebutuhan dasar hidupnya. Inilah perwujudan dari konsep negara hadir

untuk rakyat dalam arti khusus dan kedaulatan maritim dalam arti luas.

c. Penegakan hukum yang bebas

korupsi, bermartabat dan terpercaya

Pemberantasan penangkapan ikan ilegal tetap menjadi fokus utama. Bila negara menunjukan ketegasannya, niscaya tingkat penangkapan ikan ilegal akan menurun drastis sehingga memberi keadilan bagi nelayan dalam bentuk meningkatnya tangkapan ikan. Menurunnya kegiatan penangkapan ikan ilegal juga mencegah penangkapan ikan berlebih sehingga keseimbangan ekosistem dapat terjaga. Walau demikian, kejahatan lain yang mungkin terjadi di laut juga menjadi perhatian seperti perompakan, perdagangan manusia, perdangan narkotika dan obat-obatan terlarang, serta kejahatan lainnya.

Contoh kasus:

(29)

17

wilayah Selat Malaka dimana tidak ada perairan bebas di keseluruhan wilayah Selat Malaka. Kehadiran pihak ketiga dipandang sebagai gangguan terhadap kedaulatan. Perhatian tidak hanya di Selat Malaka melainkan merata di semua alur laut kepulauan Indonesia. Ancaman terhadap internasionalisasi selalu mengintip di pintu.

Selain itu, pengawasan terhadap penerbitan izin untuk: usaha penangkapan ikan, kapal penangkapan ikan, usaha budidaya ikan, usaha pengolahan ikan dan hasil laut lainnya tidak boleh diabaikan. Perizinan bagi nelayan miskin, buruh nelayan, dan pelaku budidaya kecil mendapatkan prioritas utama. Pendampingan pemerintah terhadap kelompok ini sangat diperlukan untuk memperlancar pengurusan izin. Masih saja ada keluhan nelayan mengenani sulitnya pengurusan izin penangkapan ikan terutama disampaikan oleh nelayan kecil atau buruh nelayan.

Pengawasan terhadap alat tangkap ikan juga menjadi prioritas untuk menjaga ketersediaan ikan dari masa ke masa juga menjaga kelestarian ekosistem laut dan pesisir. Pencemaran akibat tumpahan minyak di laut (akibat tabrakan kapal atau kebocoran lambung kapal) dan

pelabuhan, buangan sampah di pelabuhan harus senantiasa diawasi di seluruh wilayah perairan terutama lalu lintas kapal yang ramai, tidak hanya terpaku pada beberapa kawasan. Juga risiko tumpahan minyak di tambang lepas pantai harus mendapat perhatian karana berdampak sangat buruk, contoh kasus: tumpahan minyak di Teluk Meksiko, Amerika Serikat, 2010.

Penyelesaian kasus kejahatan di laut dan pelanggaran berbagai izin di bidang kelautan dan perikanan harus dilakukan dengan cepat dan tegas untuk memberi efek jera sehingga menurunkan tingkat pelanggaran. Target yang dapat ditetapkan adalah terselesainya 100% kasus pada tahun yang sama dengan tahun pelaporan.

d. Meningkatkan kualitas hidup

manusia Indonesia

Peningkatan kualitas hidup sangat terkait dengan sistem pendidikan. Pengenalan indonesia sebagai negara maritim harus dilakukan sejak pendidikan dasar. Dan puncaknya pada perguruan tinggi dengan memfasilitasi berbagai penelitian di bidang kelautan dan perikanan.

(30)

18

dipengaruhi oleh interaksi laut dengan atmosfer di atasnya. Penelitian ini sangat kurang. Dampaknya, Indonesia selalu gamang menghadapi variabilitas iklim yang selalu terjadi walaupun dalam periode yang tidak selalu sama.

Contoh kasus:

El Nino yang selalu terjadi berulang. Dengan penggunaan teknologi kelautan yang telah ada saat ini, pemerintah seharusnya mampu memberikan peringatan dini bagi seluruh rakyat 6 bulan sebelum El Nino terjadi sehingga langkah siap sedia dapat dilakukan. Sehingga dampak buruk El Nino yang dirasakan sepanjang 2015 dapat diminamalisir tidak seperti yang telah terjadi: kebakaran hutan yang menimbulkan korban jiwa akibat asap, kekeringan yang menyebabkan petani gagal panen sehingga petani kecil dan buruh tani semakin terperosok di jurang kemiskinan. Walaupun El Nino tahun 2015 merupakan El Nino terparah sejak akhir abad 19 tetapi dengan tata kelola pemerintahan yang baik, El Nino menjadi sebuah fenomena alam yang biasa dan tidak pernah dipersalahkan sebagai sumber bencana.

Penelitian di bidang kelautan dan perikanan memerlukan dana besar. Kerja sama internasional bidang ini dapat ditempuh sebagai solusinya.

Tentunya kepentingan Indonesia harus terpenuhi dalam kerja sama tersebut. Dalam RKP 2016 disebutkan sasaran dari kegiatan penelitian oseanografi adalah pembangunan stasiun penelitian di pantai barat Sumatera. Saat ini telah ada stasiun pemantau cuaca hasil kerja sama penelitian Indonesia – Tiongkok di Sumatera Barat. Bentuk kerja sama penelitian seperti ini dapat ditingkatkan mengingat Tiongkok bersedia membiayai sebagian besar biaya penelitian.

(31)

19

menekan risiko yang ditimbulkan, dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat melalui inovasi kegiatan produksi, inilah wujud nyata negara hadir di tengah masyarakat.

Pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sangat diperlukan bagi birokrasi. Pendampingan pemerintah dalam bentuk pelatihan sangat diperlukan bagi para petani kecil, buruh tani, nelayan kecil, buruh nelayan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi demi meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Telah ada contoh nyata pendampingan pemerintah mampu meningkatkan kualitas produksi garam kelompok petani garam di Buleleng, Bali. Penekanan pelatihan pada materi yang disampaikan bukan pada seremoni sehingga dapat menghemat biaya dan dialokasikan ke bagian lain.

Kegiatan penelitian di bidang eksakta maupun non eksakta hendaknya dilakukan melalui kerjasama intitusi pemerintah dan pendidikan tinggi. Hasil penelitian dijadakan dasar pembangunan sosial, ekonomi politik, dan budaya. Tanpa adanya penelitian ilmiah maka pembangunan dilaksanakan di atas dasar yang rapuh sehingga tujuannya untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat tidak pernah tercapai.

e. Meningkatkan produktivitas

rakyat dan daya saing di pasar

internasional dalam rangka

mewujudkan kemandirian ekonomi

(32)

20

suku cadang adalah produk dalam negeri. Tahap selanjutnya dapat dipikirkan meningkatkan kualitas kapal untuk meningkatkan jaminan keselamatan nelayan saat melaut. Bila nelayan membutuhkan kapal beserta instrumen kelengkapannya untuk menangkap ikan maka petani budidaya ikan dan garam membutuhkan lahan untuk berproduksi. Pemerintah harus memperhatikan ketersediaan lahan ini. Distribusi lahan bagi petani yang belum memiliki lahan adalah program utama. Tidak ada cara lain. Distribusi alat produksi adalah syarat mutlak untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani sekaligus memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Program pemerintah untuk membangun 10 pelabuhan baru dan merenovasi yang lama seharusnya didasarkan pada penilaian apakah pelabuhan yang ada sudah cukup memfasilitasi nelayan kecil dan buruh nelayan menjual hasil tangkapannya? Bukankah sebaiknya hal ini yang menjadi fokus utama apalagi pemerintah ingin menekan ketimpangan harga barang pokok antar pulau. Pelabuhan perintis dan pasar lelang perikanan adalah fokus utama pembangunan dibarengi kesiapan penduduk lokal menghadapi pembangunan melalui keadilan distribusi alat produksi dan modal.

Pembangunan wilayah pesisir untuk menciptakan kawasan ekonomi baru harus melalui penelitian yang disiplin tentang dampaknya pada ekosistem (lingkungan hidup dan manusia). Dua rencana pembangunan pesisir yang ada saat ini yaitu reklamasi Teluk Benoa di Bali dan reklamasi Teluk Jakarta mendapat tantangan yang keras dari masyarakat karena alih-alih ingin memperbaiki kondisi lingkungan justru merusak lingkungan hidup dan kehidupan serta penghidupan masyarakat pesisir terutama masyarakat miskin. Reklamasi tersebut hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat kaya dan merugikan sebagian masyarakat miskin. Apakah model pembangunan ekonomi politik seperti ini yang akan dilaksanakan oleh pemerintah yang mencita-citakan Indonesia berdaulat maritim? Tentunya tidak, karena Indonesia yang berdaulat maritim mensyaratkan kelestarian ekosistem untuk menjaga keadilan distribusi manfaat antar generasi, singkatnya pemanfaatan yang berkelanjutan.

(33)

21

menunjang kehidupan termasuk di dalamnya hasil kelautan dan perikanan. Maka target utama pemerintah adalah terpenuhinya kebutuhan dalam negeri. Pasar luar negeri merupakan target sekunder. Dengan terpenuhinya kebutuhan dalam negeri maka kemandirian ekonomi terwujud. Meningkatnya kesejahteraan rakyat linier dengan meningkatnya kebutuhan dalam negeri. Ketergantungan pada pasar ekspor merupakan bom waktu, saat pasar luar negeri lesu karena hantaman krisis ekonomi maka pasar dalam negeri pun menghadapi kehancurannya dalam hitungan waktu. Inilah pentingnya kemandirian

ekonomi untuk menjaga

kelangsungan hidup rakyat yang sejahtera.

Pendidikan Maritim

Melihat posisi strategis serta potensi Indonesia sebagai kekuatan Maritim, maka dalam bidang pendidikan, bukan tidak mungkin Indonesia dijadikan sebagai pusat Pendidikan Kelautan serta tujuan riset dunia untuk mengeksplorasi sumberdaya perikanan dan kelautan. Sebagai negara tropis yang terletak di garis khatulistiwa, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki megabiodiversity. Oleh sebab itu, setidaknya ada 10 potensi yang

tersebar di wilayah pesisir (Coastal Zone) Indonesia, yaitu (1) Perikanan tangkap, (2) Perikanan budidaya, (3) Industri pengolahan, (4) Industri bioteknologi kelautan, (5) Ekowisata, (6) Pertambangan dan energi, (7) Perhubungan laut, (8) Industri dan jasa maritim, (9) Pulau-pulau kecil, dan (10) Sumberdaya konvensional, meliputi harta karun, industri bawah laut dan hydrothermal vents (Dahuri, 2004).

Melihat begitu banyaknya potensi yang dimiliki laut Indonesia, sudah jelas sumberdaya laut perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah baik pusat maupun daerah dalam mengembangkan apa saja yang menjadi potensi lokal laut tersebut. Perhatian tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan cara penataan sistem pendidikan kemaritiman dalam rangka menghasilkan SDM yang berkualitas. Dengan dukungan infrastruktur dan sistem pendidikan yang memiliki standar baik, Pemerintah harus berani menjadikan Indonesia sebagai pusat pendidikan maritim dunia.

(34)

22

memberikan isyarat kepada semua pelaksana pendidikan, utamanya di sektor kelautan dan perikanan, agar terus meningkatkan kompetensi yang dimiliki sehingga tidak tertinggal jauh dalam hal pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan sektor lain dan menjadi ujung tombak yang siap mengelola potensi kelautan Indonesia.

Pendidikan maritim sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan kemandirian bangsa seutuhnya. Aspek ini dirasa perlu disebabkan memiliki fungsi vital, yaitu : (1) Fungsi vital bagi penyatuan wilayah NKRI; (2) Fungsi vital bagi pengelolaan sumberdaya alam; (3) Fungsi vital bagi peningkatan kesehjateraan masyarakati; dan (4) Fungsi vital bagi pertahanan dan keamanan wilayah NKRI.

Sebagai landasan bergerak bagi segenap pelaku pendidikan kemaritiman, institusi pendidikan ini perlu memiliki semangat MARITEAM, yaitu Mashlahat, Amanah, Respect, Intelektual dan TEAM work yang solid di dalam mewujudkan cita-cita pendidikan nasional, yang tercantum di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Nasional Pasal 3: Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Penutup

(35)

23

tercapai dan sebagai kekuatan maritim, Indonesia siap berperan mewujudkan peradaban dunia baru

.

Referensi

Direktorat Penyusuanan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Informasi APBN 2016 – Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Memperkuat Pondasi Pembangunan yang Berkualitas.

Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 Tema Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan yang Berkualitas

Matrik Rencana Kerja Pemerintah 2016.

(36)

24

TEKNOLOGI KESEHATAN PERAIRAN

DALAM MENDUKUNG KEMARITIMAN

: MODEL PURWARUPA

PENGELOLAAN EKOSISTEM

PERAIRAN SECARA PRESISI: ASPEK

TEKNOLOGI DAN MEDIA SOSIAL

Handy CHANDRA & Romy ARDIANTO, Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan

Kompleks Bina Samudra, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430

Keywords

Ekologi perairan, pengelolaan, teknologi, media sosial

Abstrak

(37)

25

Dalam melindungi dan memelihara karakteristik ekologi suatu perairan, cuma dua (2) hal penting yang perlu perhatian: pertama, faktor eksternal/eksogenik (exogenic) yang sifatnya random dan tak dapat dipastikan/diatur. Kedua, faktor internal/endogenik (endogenic) yang dapat dikelola/diatur. Meskipun telah terjadi degradasi lingkungan perairan – baik daratan maupun laut – justru di sisi teknologi terjadi peningkatan kapasitas dan kemampuan, untuk membantu mengelola perairan.

Pendahuluan

Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan wilayah perairan menekankan hanya satu hal, bahwa kita harus melindungi dan memelihara karakteristik ekologi alaminya (Elliot, 2011). Dalam melindungi dan memelihara karakteristik ekologi suatu perairan, cuma dua (2) hal penting yang perlu perhatian: pertama, faktor eksternal/eksogenik (exogenic) yang sifatnya random dan tak dapat dipastikan/diatur. Kedua, faktor internal/endogenik (endogenic) yang dapat dikelola/diatur. Faktor-faktor eksogenik – dari suatu wilayah perairan – antara lain: input nutrisi pertanian, polusi industri, polusi rumah tangga, sedimentasi, bencana alam dan proyek infrastruktur yang melewati wilayah perairan. Faktor-faktor endogenik (sifatnya dapat diatur) antara lain: jumlah tangkapan ikan, jumlah pelabuhan, jumlah kapal, masa moratorium penangkapan, dan sejenisnya.

(38)

26

Peristiwa Hipoksia di delta sungai Mississippi, teluk Meksiko, USA tahun 2005 (Rabalais et al., 2009).

Peristiwa Algal bloom (ledakan algae) adalah suatu fenomena di perairan karena percepatan pertumbuhan satu atau lebih jenis fitoplankton yang dapat mengakibatkan kematian massal biota laut. Algal bloom di perairan teluk jakarta hampir setiap tahun terjadi dan telah mengakibatkan kematian massal (Sidabutar, 2012). Kejadian pemutihan karang (coral bleaching) juga sudah banyak terjadi di Indonesia.

(39)

27

Kejadian KMI di danau Maninjau (http://www.beritasatu.com/nasional/ 237201-ikan-mati-di-maninjau-jadi-220-ton. Rabu, 31 Desember 2014).

Meskipun telah terjadi degradasi lingkungan perairan – baik daratan maupun laut – justru di sisi teknologi terjadi peningkatan kapasitas dan kemampuan, untuk membantu mengelola perairan. Teknologi kelautan yang jamak dipergunakan adalah teknologi buoy (pelampung). Teknologi ini memiliki kemampuan mengukur kualitas perairan dan telemetri (Chandra et al., 2014). Teknologi buoy ini diperkaya dengan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), sehingga memudahkan pemantauan kondisi

(40)

28

Teknologi buoy PLUTO sudah dilengkapi sistem telemetri dan monitoring online berbasis web.

Makalah ini diharapkan dapat menambah dan memberikan wawasan kepada para pembaca sekalian tentang pemanfaatan teknologi dan media sosial dalam mengelola ekosistem dan sumberdaya kelautan (SDK) secara presisi dan berdampak besar.

Pengelolaan Ekosistem Perairan yang Eksis

Ekosistem merupakan singkatan dari kata ekologi (ecology) dan sistem (Ecological System). Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup (biotik) dan lingkungannya (biotik & abiotik) (Mitsch and Jorgensen, 2004). Jadi ekosistem adalah suatu sistem dari ekologi (baik di lingkungan darat, pesisir atau laut).

Sampai saat ini, pengelolaan ekosistem perairan laut, danau dan waduk masih bersifat parsial dan

tidak terintegrasi. Sebagai contoh, pengelolaan wilayah penangkapan perikanan (WPP) yang ada di Indonesia, hanya dari atas badan air sampai di dasar perairan. Sedangkan di bawah dasar laut, tidak dikelola institusi yang sama. Untuk pengelolaan badan air, ada di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Untuk mineral dibawah dasar laut, wewenang pengelolaan ada di Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (K-ESDM). Untuk pemanfaatan transportasi laut ada di Kementerian Perhubungan (Kemen-Hub).

(41)

29

penempatan keramba jaring apung (KJA) untuk budidaya ikan, berada di Dinas Perikanan Kabupaten Purwakarta. Sementara pemantauan kualitas perairan, penelitian dan pembinaan petani ikan ada di KKP. Dengan model wewenang yang terdistribusi secara lebar, maka pengelolaan wilayah perairan akan sangat sulit mencapai hasil optimal. Kita ambil contoh pengelolaan danau Erie di Kanada & Amerika Serikat. Walaupun danau ini terbagi dua antara Kanada dan Amerika Serikat, standar pengaturan kualitas perairan disepakati secara bersamaan.

Pengelolaan kualitas air di danau Erie, mengacu kepada aturan standar dari Environmental Protection Agency (EPA). Sehingga semua outlet dari kota sekitar danau dan pabrik yang masuk ke danau harus memenuhi syarat dari EPA (Rucinski et al., 2014). Sehingga, target-target kualitas perairan untuk jangka pendek, menengah dan panjang dapat diatur dalam satu wewenang lembaga resmi. Sebagai contoh, buangan Total Phospor harus lebih rendah dari 800 metric ton per tahun di danau Erie (Ohio EPA, 2013 dalam Rucinski et al., 2014).

Sistem peringatan kondisi hipoksik (Hypoxia), dimana kandungan oksigen di perairan lebih rendah dari 2mg/L, di danau Erie (Ruberg et

al., 2008)

Selain memiliki standar kualitas perairan dari EPA, perairan danau Erie juga dimonitor menggunakan buoy milik National Oceanographic & Atmospheric Agency (NOAA)

(42)

30

2008). Hasil pemantauan perairan dapat dilihat pada laman web oleh semua pihak.

Model Pengelolaan Ekosistem Presisi

Pengelolaan presisi (memakai teknologi) untuk perairan laut, waduk dan danau sudah merupakan keniscayaan dalam menghadapi kondisi degradasi ekosistem dan perubahan iklim. Kasus KMI di perairan pesisir Ancol, Jakarta pada 30 November 2015 merupakan contoh degradasi ekosistem perairan laut. Kejadian ini berulang setiap tahun dan semakin lama semakin besar jumlah ikan yang mati secara massal.

Presisi (precision) adalah kata kunci pengelolaan perairan di masa kini. Hal ini disebabkan kondisi air tidak dapat diketahui hanya dengan menggunakan mata jasmani manusia, tetapi harus menggunakan teknologi elektronika (sensor), TIK dan kelautan (buoy dan sistem tambat). Dan hal ini (pengelolaan presisi) perlu dilakukan secara menerus (time series) untuk mengetahui kecenderungan dan penyebab utama kerusakan ekosistem perairan, sehingga keputusan yang diambil adalah logis, bukan asumsi dan praduga-praduga. Aplikasi pengelolaan presisi (menggunakan buoy PLUTO) telah

diujikan di pelabuhan perikanan Pekalongan tahun 2013 (Chandra et al., 2014). Hasilnya sangat positif untuk pengelolaan ekosistem perairan, dari aspek pencemaran. Contoh pemahaman ekosistem pesisir dari dua (2) parameter – pasang surut dan kandungan oksigen (DO) – di pelabuhan perikanan Pekalongan dapat dilihat pada gambar. Hasilnya menunjukkan korelasi positif antara pasang naik air laut dan kenaikan DO.

(43)

31

Penjelasan naiknya nilai kandungan oksigen (DO) perairan pelabuhan perikanan Pekalongan (Chandra et al., 2014)

Pemanfaatan Teknologi dan Media Sosial untuk Pengelolaan Presisi Ekosistem Perairan

Teknologi Informasi dan Komunikasi

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh besar terhadap cara penyebaran informasi. Di era modern saat ini, kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat dan akurat sangat diperlukan dalam berbagai bidang untuk berbagai kepentingan. Dalam aspek pengelolaan ekosistem perairan, informasi presisi tentang kondisi ekosistem perairan sangat dibutuhkan dalam rangka pengelolaan dan peringatan dini pencemaran perairan. Namun, terkadang kita menemui kendala sehubungan dengan faktor geografis pada saat pengukuruan langsung untuk mendapatkan informasi

tersebut. Lokasi perairan yang sulit terjangkau dan jarak tempuh menuju ke lokasi yang sangat jauh dapat menjadi hambatan diperolehnya informasi presisi tentang kondisi perairan.

(44)

32

server penerima dalam periode waktu tertentu melalui perangkat komunikasi data (lewat jaringan GSM/satelit). Kemudian, server penerima akan mengolah data

tersebut sehingga user dapat dengan mudah untuk mengakses dan memantau kondisi perairan melalui website secara online, baik melalui jaringan intranet atau internet.

Sistem telemetri Bouy PLUTO untuk pemantauan kualitas perairan dan peringatan dini pencemaran (Chandra et al., 2014)

(45)

33

Pemanfaatan Media Sosial

Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan salah satu penetrasi pasar internet terbesar di Asia Pasifik. Berdasarkan hasil riset pada awal 2016, Indonesia merupakan negara pengguna internet terbesar ke-4 di kawasan Asia Pasifik dengan jumlah pengguna sekitar 88.1 juta orang (Statista, 2016). We Are Social (2016) mengestimasi bahwa 34% dari jumlah penduduk Indonesia adalah pengguna internet aktif dan 30% dari populasi tersebut adalah pengguna aktif media sosial. Dengan melihat statistik tersebut, terlihat bahwa internet dan media sosial memegang peranan penting di Indonesia sebagai media saling berbagi data dan informasi antar sesama pengguna di dunia maya.

Pemanfaatan dari media sosial melalui internet sebagai media penanggulangan bencana, telah terbukti efektif dan efisien. Kongthon, et al. (2012) menyatakan bahwa ketika dalam situasi banjir besar di Thailand tahun 2011, media sosial seperti twitter telah menjadi alat yang efektif bagi warga untuk mendapatkan dan menyebarkan informasi terkini tentang kondisi banjir. Athanasia, N., and Stavros, P.T. (2015) mengungkapkan bahwa dalam situasi bencana Topan Haiyan yang terjadi di Filipina tahun 2013, twitter

dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kewaspadaan warga dan menjadi alat yang berguna ketika respon cepat penanganan bencana dibutuhkan. Pemanfaatan media sosial untuk mitigasi bencana di Indonesia juga telah dilakukan oleh BMKG. Melalui akun twitternya, BMKG menyampaikan informasi terkini terkait kondisi perkiraan dan peringatan dini cuaca serta gempa bumi.

(46)

34

Infografis tentang pengguna internet dan media sosial di Indonesia (We Are Social, 2016)

Infografis tentang penggunaan media sosial di Indonesia (We Are Social, 2016)

Kesimpulan

i. Pengelolaan presisi ekosistem perairan adalah keniscayaan dari kondisi degradasi lingkungan dan perubahan iklim.

ii. Teknologi kelautan, informasi dan komunikasi terbukti dapat

mendukung purwarupa

(47)

35

iii. Kementerian Kelautan dan

Perikanan sudah mengkaji dan menguji teknologi Buoy PLUTO di pesisir pantai, pelabuhan perikanan, danau dan waduk dengan hasil positif.

iv. Media sosial terbukti sebagai alat yang yang efektif untuk membantu dalam berbagi

informasi terkini dan penanganan cepat ketika terjadi bencana (Thailand, Filipina, dan BMKG). v. Penting untuk memanfaatkan

media sosial yang tepat (untuk Indonesia) dalam rangka pengelolaan presisi ekosistem perairan.

Referensi

Elliot, M. 2011. Marine science and management means tackling exogenic unmanaged pressures and endogenic managed pressures – A numbered guide. Marine Pollution Bulletin 62 (2011) 651-655. Elsevier.

Sidabutar, T. 2012. Kajian Eutrofikasi Dan “Harmful Algal Blooms” Di Perairan Teluk Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 13-14 November 2012, STP, Jakarta. Hal 481-490.

Rabalais, NN; Turner, RE; Diaz, RJ; Justic, D. 2009. Global change and eutrophication of coastal waters. ICES Journal of Marine Science, 66: 1528 – 1537.

http://www.beritasatu.com/ nasional/237201-ikan-mati-di-maninjau-jadi-220-ton. Rabu, 31 Desember 2014.

http://news.liputan6.com/read/2378663/ini-penyebab-jutaan-ikan-mati-misterius-di-laut-ancol. 30 Nov, 2015.

Chandra, H., Daud S.A. Sianturi, Firdaus, Y. 2014. Uji Performansi Buoy Pluto Untuk Peringatan Dini Pencemaran Perairan. Jurnal Kelautan Nasional. Vol.9, no.3, Desember 2014. Hal. 151-160

Mitsch, WJ and Jorgensen SE. 2004. Ecological Engineering and Ecosystem Restoration. John Wiley & Sons, New Jersey, USA.

(48)

36

Ruberg, S.A. Guasp, E., Hawley, N., Muzzi, R.W., Brandt, S.B., Vanderploeg, H.A., Lane, J.C., Miller, T., Constant, S.A. 2008. Societal Benefits of the Real-Time Coastal Observation Network (ReCON): Implications for Municipal Drinking Water Quality. Marine Technology Society Journal, Fall 2008, Vol 42, Number 3.

Statista. 2016. Retrieved from Number of internet users in the Asia Pacific region as of January 2016, by country | Statistic: http://www.statista.com/statistics/265153/ number-of-internet-users-in-the-asia-pacific-region/)

We Are Social 2016, Digital in 2016 report. At: http://wearesocial.com/sg/special-reports/digital-2016.

Kongthon, A., Haruechaiyasak, C., Pailai, J., & Kongyoung, S. 2012.. The role of Twitter during a natural disaster: Case study of 2011 Thai Flood. In 2012 Proceedings of PICMET'12: Technology Management for Emerging Technologies (pp. 2227-2232). IEEE.

(49)

37

BUDAYA MARITIM DALAM

MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI

POROS MARITIM DUNIA

Kirana AGUSTINA

Asisstant to Head of Working Group, Coordinator at Regional Secretariat CTI CFF

Manado, Sulawesi Utara

Keywords

Budaya, generasi bangsa, peradaban maritim

Abstrak

(50)

38

Sejarah mencatat, bahwa Indonesia memiliki peradaban maritim yang kuat. Dimulai dari masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Indonesia adalah negara kuat yang sangat disegani di kawasan Asia. Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah menanamkan konsep kemaritiman di perairan Asia dan Pasifik pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan, serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan laut.

Masa Kejayaan Bangsa Bahari

Tentu masih sering terngiang semboyan terkenal Presiden Pertama Republik Indonesia, Presiden Soekarno untuk “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” atau disingkat "Jasmerah". Hal ini tentunya untuk menggemakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya yang merupakan jati diri suatu bangsa.

Sejarah mencatat, bahwa Indonesia memiliki peradaban maritim yang kuat. Dimulai dari masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Indonesia merupakan negara kuat yang disegani di kawasan Asia. Sebagai kerajaan maritim yang kuat, Sriwijaya menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan laut. Bahkan, Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan Indonesia. Pengaruh kerajaan tersebut sampai ke Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, dan China.

Ironis, dalam perjalanannya, budaya maritim bangsa Indonesia justru

memasuki masa suram semenjak masa kolonial Belanda abad ke -18, yang berhasil menjajah dan mengikis kekuatan visi maritim bangsa dan menjadikannya bangsa daratan di negeri bahari. Kondisi ini kemudian berlanjut dengan minimnya keberpihakan rezim Orde Baru untuk membangun kembali Indonesia sebagai bangsa maritim.

Karakter bangsa sebagai bangsa bahari seakan terkikis oleh masa penjajahan hingga 12 generasi dan saat ini hanya sekitar 1 persen atau 2.313.006 jiwa yang memiliki pekerjaan di bidang kemaritiman. Kondisi ini seakan menyampaikan pesan bahwa bangsa Indonesia lupa akan jati dirinya sebagai bangsa bahari, padahal terdapat beberapa data faktual yang membuat kita perlu bangga menjadi bangsa bahari, diantaranya :

(51)

39

Amazon, Amerika Latin dan Kongo Basin di Afrika- dan mencakup lebih dari 13.466 pulau. Hal ini tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar, tetapi pusat keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia dan memegang keragaman budaya yang luar biasa.

2. Tiga dari enam pulau terbesar di dunia ada di Indonesia yaitu Kalimantan, Sumatera, dan Papua.

3. Selain sebagai negara kepulauan (archipelagic state), yang dideklarasikan pada 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Ir. Djoeanda, Indonesia juga dikenal sebagai negara maritim terbesar di dunia. Luas perairan Indonesia mencapai 93.000 km dan memiliki panjang pantai terpanjang kedua di dunia (setelah Kanada) sekitar 81 ribu km² atau hampir 25% panjang pantai di dunia.

4. Tidak hanya itu, lokasi Indonesia yang berada di wilayah geografis yang menguntungkan, yaitu di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Jalur yang menghubungkan dua samudera itu disebut-sebut sebagai jalur yang penting bagi lalu lintas perdagangan dunia.

5. Indonesia memiliki ragam budaya maritim yang terbentang dari sabang hingga merauke. Terdapat 756 suku bangsa yang ada di dalamnya, dan laut yang begitu luas yang mengelilinginya dibingkai dengan aneka rupa budaya dan kearifan lokal khasanah tiap daerah.

Terlihat dengan jelas bahwa negara kita merupakan sebuah negara bahari. Ungkapan “Di Laut Kita Jaya” dan “nenek moyangku orang pelaut”, seharusnya menjadi pengingat dan semangat bangsa untuk mengelola laut Nusantara sebagai sumber penghidupan bagi anak bangsa.

Mengutip Prof. Otto Soemarwotto, Guru Besar (Emeritus) Lingkungan, Universitas Padjadjaran “Bangsa Indonesia dapat kembali menjadi bangsa yang berjaya kalau orientasi pembangunan diarahkan pada laut” ini tampaknya sebuah bentuk keresahan akan realitas yang terjadi dimana masyarakat Indonesia dan dunia belum sepenuhnya menyadari potensi bahari Indonesia. Bahkan, tidak banyak pula orang Indonesia yang terjun ke dalam dunia kelautan.

Budaya Bahari dalam memperkuat visi Poros Maritim Dunia

Gambar

tabel di bawah ini.

Referensi

Dokumen terkait

Powered by

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi karakteristik parkir pada pusat perbelanjaan di Jalan Kalimantan Kota Lubuklinggau dan menganalisis standar

Kendala yang Dihadapi Mahasiswa dalam Proses Akulturasi Budaya dalam Pergaulan Sosial di Kampus UPP Tegal UNNES adalah (1) Asal daerah, Diferensiasi asal daerah

Umpan balik terhadap kegiatan pengabdian diperoleh dari hasil wawancara satu arah dengan quisioner pada 30 rumah tangga masyarakat pesisir di sekitar Desa

Pada hasil implementasi sistem pendukung keputusan dalam Sistem Informasi Lowongan Kerja ini menunjukkan bahwa sistem berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan

Kadar Bahan Organik (%) Silase Rumput Kolonjono ( Brachiaria mutica ) Pada Berbagai Macam Akselerator .... Nilai pH Silase Rumput Kolonjono ( Brachiaria Mutica ) Pada

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam semester

Note that model averaging in the case of end-to-end trained deep networks is in some sense a “stronger” ensemble than if one av- erages conventional classifiers such as decision