BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia anak merupakan dunia bermain sehingga antara anak dan bermain
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, bermain bagi anak
diibaratkan sebagai bekerjanya bagi orang dewasa (Solehuddin, 2000: 87;
Kurniati, 2008:1).
Sugianto (Kurniati, 2008:2) menyatakan bahwa bermain merupakan
kegiatan yang terjadi secara ilmiah pada anak. Pendapat lainnya mengenai
bermain yaitu menjelaskan bahwa bermain merupakan kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan melalui cara yang menyenangkan dan untuk mendapatkan
kesenangan (Hurlock, 1995:320; Docket dan Fleer, 2000:14).
Ada banyak hal yang diperoleh anak melalui bermain seperti yang
diungkapkan oleh Tedjasaputra (2001:38) bahwa bermain dapat memberikan
pengalaman bagi anak untuk bersosialisasi dengan orang lain, memperluas
kosakata bahasa anak, juga untuk membantu anak dalam menyalurkan
perasaan-perasaan tertekan dan mengurangi rasa trauma atau konflik yang dialami anak.
Selain itu, melalui bermain tuntutan dan kebutuhan perkembangan anak dalam
dimensi sosial, motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, nilai, dan sikap hidup
anak akan terpenuhi(Hurlock, 1995:323).
Manfaat bermain yang sangat besar bagi perkembangan anak seperti yang
telah diuraikan di atas menjadikan bermain sebagai alat belajar utama dan
merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan diri anak
(Solehuddin, 2000: 87; Kurniati, 2008: 1-2). Hal tersebut memberikan penekanan
bahwa dalam pemberian stimulasi pada anak usia dini sebaiknya menggunakan
pendekatan bermain.
Pemberian stimulasi pada anak, termasuk melalui pendekatan bermain,
seyogyanya dapat diberikan sejak dini karena menurut beberapa ahli 80% potensi
Pemberian stimulasi pada anak tersebut merupakan tugas bagi orang dewasa
terutama orang tua, karena orang tua merupakan pendidik pertama bagi anak
(Bloom dalam Noorlaila, 2010: 25). Senada dengan pernyataan Bloom, Docket,
dan Fleer (1999:169) menyatakan bahwa orang tua menempati posisi yang kuat
dalam interaksi dengan anak. Peran serta orang tua dalam kehidupan anak
memberikan pengaruh besar bagi kehidupan anak, salah satunya adalah peran
orang tua terhadap bermain anak.
Salah satu penelitian tentang peran orang tua terhadap bermain anak
adalah penelitian yang dilakukan Suharjo terhadap 28 responden yang
menunjukkan bahwa sebanyak 45,62% responden (orang tua) telah memiliki
pengetahuan mengenai konsep bermain, sebanyak 51,69% memiliki pengetahuan
mengenai pengertian konsep bermain, 45,08% mengetahui mengenai fungsi
bermain, dan sebanyak 41,96% memiliki pengetahuan berkenaan tumbuh
kembang anak (Suharjo, 2002).Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Herentina
dan Yusiana menunjukkan kurangnya pengetahuan ibu mengenai konsep dan
fungsi bermain dapat mempengaruhi peran serta orang tua dalam kegiatan
bermain anak. Hasil penelitian Herentina dan Yusiana yang terdiri dari 25
kuisioner pendahuluan menunjukkan hanya 31,05% orang tua pernah menemani
anaknya dalam bermain, 31,9% orang tua yang memotivasi anaknya untuk
bermain, dan 28,9% orang tua mengawasi anak dalam bermain (Herentina dan
Yusiana, 2002).
Peran orang tua yang dirasakan masih kurang terhadap aktivitas bermain
anak, salah satunya disebabkan karena adanya pemisahan konsep antara bermain
dan belajar pada anak, sehingga orang tua beranggapan bahwa bermain
merupakan kegiatan yang akan membuat anak malas belajar dan hanya
menghabiskan waktu (Cendekiakids, 2011). Sebagai contoh, sebuah penelitian di
Indonesia menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia sebagian besar waktunya
digunakan untuk belajar dan melakukan kegiatan non fisik seperti menonton
televisi dan games (Setiawan, 2009). Penelitian tersebut menggambarkan masih
Faktor lain yang diasumsikan dapat mempengaruhi peran orang tua
terhadap bermain anak yaitu pekerjaan orang tua. Menurut American Academy of
Pediatric (2013) ketika kedua orang tua bekerja selama delapan jam atau lebih
dalam sehari, akan menimbulkan pengaruh yang nyata pada keluarga. Di satu sisi
mereka akan mendapatkan pemasukan lebih, namun di sisi lain adanya dilema
yang dirasakan orang tua ketika bekerja. Tidak lagi bisa mengawasi anak secara
sepenuhnya merupakan hal yang membuat dilema bagi seorang ibu untuk bekerja
(The Asian Parent, 2013).
Kurangnya peran orang tua terhadap bermain anak seperti yang telah
diuraikan sebelumnya memberikan dampak tersendiri bagi aktivitas bermain anak,
salah satunya adalah seperti yang ditunjukan oleh penelitian di Indonesia bahwa
anak-anak Indonesia sebagian besar menggunakan waktunya untuk belajar dan
melakukan kegiatan non fisik seperti menonton televisi dan games (Setiawan,
2009).
Menonton televisi dan bermain games pada dasarnya merupakan kegiatan
yang termasuk dalam kategori bermain pasif ataupun hiburan, namun sayangnya,
terlalu banyak melakukan kegiatan bermain pasif dapat mempengaruhi beberapa
aspek perkembangan pada anak, seperti dalam aspek fisik yaitu dapat
mengganggu jadwal makan dan tidur, anak menjadi kurang bergerak dan aspek
sosial menjadikan kurang terjadinya interaksi dengan orang lain (Hurlock,
1995:345).
Terkait dengan proses bermain pasif yang dilakukan oleh anak tersebut di
atas, Febrida (2014) menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi orangtua
bertambah banyak, dimana anak-anak sekarang terekspos lebih awal dengan
alat-alat teknologi seperti internet, ponsel, dan tablet. Jadi bayangkan bagaimana
tantangan pasangan orangtua yang bekerja sambil mengurus anak-anaknya di saat
yang sama. Dari sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2006 diketahui bahwa
87% anak di negara maju memiliki komputer di rumah, 62% memiliki televisi
digital, dan 82% memiliki konsol permainan elektronik. Sebuah penelitian juga
menyatakan terjadinya penurunan waktu bermain sebanyak 25%, dan sebanyak
ini menimbulkan kontra karena penggunaan teknologi pada anak menjadikan anak
menjadi kurang aktif, kreatif, dan imajinatif (Anna, 2013).
Fenomena di atas tidak hanya memberikan gambaran tetang dampak
negatif dari bermain pasif seperti menonton dan bermain games, tapi juga
memberikan gambaran tentang semakin sedikitnya anak-anak yang melakukan
permainan aktif, seperti halnya permainan tradisional. Kurniati (2006)
mengungkapkan bahwa permainan tradisional merupakan salah satu unsur
kebudayaan bangsa yang tersebar di berbagai penjuru nusantara. Globalisasi yang
sedang marak saat ini dapat mempengaruhi pemilihan baik jenis permainan atau
pun alat bermain pada anak, sehingga kini anak-anak dihadapkan dengan hal-hal
yang berbau modern dan digital, bahkan beberapa pakar mengasumsikan bahwa
permainan tradisional akan berangsur-angsur mengalami kepunahan (Munib,
Parikesit, dan Ibipurwo, 2013; Kurniati, 2006).
Meskipun permainan teknologi modern menimbulkan kontra seperti yang
diungkapkan sebelumnya, namun sebuah penelitian menyatakan bahwa teknologi
modern juga memiliki dampak positif, yakni dijadikan sebagai hiburan yang
menimbulkan efek pada perkembangan sosial, emosi dan kognitif (Dormann and
Biddle, 2009). Hal ini senada dengan yang diungkapkan Mariani (2011) bahwa
terdapat beberapa nilai positif yang diberikan dari komputer atau games,
diantaranya yaitu mengembangkan koordinasi tangan, mata, kemampuan berpikir
cepat, karena anak dirangsang untuk melihat dan langsung bereaksi dengan
menekan tombol-tombol yang tepat. Selain itu beberapa orang percaya bahwa alat
permainan ini bisa meningkatkan rentang konsentrasi anak, namun tentunya
dengan keterlibatan aktif dari orang tua terutama ketika anak melakukan aktivitas
bermain.
Beberapa pemaparan di atas menunjukkan bahwa peran orang tua
sangatlah penting dalam aktivitas bermain anak, namun pengetahuan orang tua
tentang pentingnya bemain bagi anak usia dini masih terbatas, dilihat dari segi
konsep bermain, penggunaan alat permainan, serta waktu bermain pada anak usia
dini, sehingga berdasarkan permasalahan tersebut penulis merasa tertarik untuk
karena itu, dari penelitian ini, peneliti mengangkat judul: PERSEPSI ORANG
TUA TERHADAP AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA DINI.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman orang tua terhadap konsep aktivitas bermain bagi
anak usia dini?
2. Bagaimana peran orang tua dalam aktivitas bermain anak usia dini?
3. Bagaimana tantangan yang dihadapi orang tua dalam aktivitas bermain
anak?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai persepsi orang tua anak usia dini Kota Bandung. Adapun tujuan khusus
dari penelitian ini adalah untuk memperoleh:
1. Untuk mengetahui mengenai pemahaman orang tua terhadap aktivitas
bermain anak usia dini.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam aktivitas bermain
anak usia dini.
3. Untuk mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi orang tua dalam
bermain anak.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak,
antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dilakukan dalam rangka menambah wawasan penulis dan
melatih diri untuk dapat mengembangkan pemahaman atau cara berpikir
tentang penjabaran fenomena yang tengah terjadi di masyarakat, yakni
persepsi orang tua terhadap aktivitas bemain pada Anak Usia Dini ditinjau
2. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para praktisi yang
berkecimpung di dunia anak usia dini mengenai kegiatan bermain pada
anak usia dini.
3. Bagi Orangtua
Hasil dari penjabaran dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang jelas dan lengkap tentang aktivitas bermain pada Anak
Usia Dini. Dengan demikian orangtua akan memiliki wawasan tentang
aktivitas bermain pada anak usia dini.
E. Struktur Organisasi Penulisan
Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB
yang rangkuman pembahasannya adalah sebagai berikut: (1) BAB I Pendahuluan,
(2) BAB II Kajian Teori, (3) BAB III Metodologi Penelitian, (4) BAB IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan, dan (5) BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi.
Adapun pada BAB I akan membahas mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi penulisan.
Pada BAB II akan membahas mengenai kajian-kajian pustaka mengenai
konsep persepsi dan bermain. Selain dari itu, terdapat pula hasil penelitian yang
relevan.
BAB III akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan
untuk melakukan penelitian, yakni metode penelitian analisis kasus yang terdiri
atas metode penelitian yang digunakan, prosedur penelitian, teknik pengumpulan
data, instrumen penelitian dan analisis data.
BAB IV membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang
pertanyaan-pertanyaan di rumusan masalah yang didapatkan dari penelitian yang
dilakukan Penulis selama berada di tempat penelitian.
BAB V membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan
Penulis dan rekomendasi sebagai sumbangan pemikiran dan bahan penelitian