• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Compressor Free Version

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PDF Compressor Free Version"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

I

I

I

S

S

S

I

I

I

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iv BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1.LATAR BELAKANG ... 1 1.2.TUJUAN ... 1 1.3.RUANG LINGKUP ... 2 1.4.LANDASAN HUKUM ... 2 1.5.PENGERTIAN ... 2 1.6.SISTEMATIKA PENULISAN ... 3

BAB II KONDISI KEBENCANAAN ... 5

2.1.GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 5

2.2.SEJARAH KEJADIAN BENCANA KABUPATEN SLEMAN ... 6

2.3.POTENSI BENCANA KABUPATEN SLEMAN ... 7

BAB III PENGKAJIAN RISIKO BENCANA ... 8

3.1.INDEKS PENGKAJIAN RISIKO BENCANA ... 8

3.1.1.Bahaya ... 8

3.1.2.Kerentanan ... 12

3.1.3.Kapasitas ... 19

3.2.PETA RISIKO BENCANA ... 24

3.3.KAJIAN RISIKO BENCANA ... 34

3.3.1.Penentuan Tingkat Bahaya... 34

3.3.2.Penentuan Tingkat Kerentanan ... 34

3.3.3.Penentuan Tingkat Kapasitas ... 34

3.3.4.Penentuan Tingkat Risiko ... 35

BAB IV REKOMENDASI ... 36

4.1.PENGUATAN KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN ... 36

4.1.1.Kondisi Umum ... 36

4.1.2.Rekomendasi Pilihan Tindak ... 37

4.2.PENGKAJIAN RISIKO DAN PERENCANAAN TERPADU ... 38

4.2.1.Kondisi Umum ... 38

4.2.2.Rekomendasi Pilihan Tindak ... 38

4.3.PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI, DIKLAT, DAN LOGISTIK ... 39

4.3.1.Kondisi Umum ... 39

4.3.2.Rekomendasi Pilihan Tindak ... 39

4.4.PENANGANAN TEMATIK KAWASAN RAWAN BENCANA ... 41

4.4.1.Kondisi Umum ... 41

4.4.2.Rekomendasi Pilihan Tindak ... 41

4.5.PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENCEGAHAN DAN MITIGASI BENCANA ... 42

4.5.1.Kondisi Umum ... 42

4.5.2.Rekomendasi Pilihan Tindak ... 42

4.6.PENGUATAN KESIAPSIAGAAN DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA ... 43

4.6.1.Kondisi Umum ... 43

4.6.2.Rekomendasi Pilihan Tindak ... 44

4.7.PENGEMBANGAN SISTEM PEMULIHAN BENCANA ... 46

4.7.1.Kondisi Umum ... 46

4.7.2.Rekomendasi Pilihan Tindak ... 46

BAB V PENUTUP ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(2)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

G

G

G

A

A

A

M

M

M

B

B

B

A

A

A

R

R

R

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Sleman ... 5

Gambar 2. Persentase Kejadian Bencana di Kabupaten Sleman Tahun 1976-2016 ... 7

Gambar 3. Metode Pengkajian Risiko Bencana ... 8

Gambar 4. Metode Pemetaan Risiko Bencana ... 25

Gambar 5. Peta Risiko Bencana Banjir di Kabupaten Sleman... 26

Gambar 6. Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim di Kabupaten Sleman ... 27

Gambar 7. Peta Risiko Bencana Gempabumi di Kabupaten Sleman ... 28

Gambar 8. Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Sleman ... 29

Gambar 9. Peta Risiko Bencana Kekeringan di Kabupaten Sleman ... 30

Gambar 10. Peta Risiko Bencana Letusan Gunungapi di Kabupaten Sleman ... 31

Gambar 11. Peta Risiko Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Sleman ... 32

Gambar 12. Peta Risiko Multi Bahaya di Kabupaten Sleman ... 33

(3)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

T

T

T

A

A

A

B

B

B

E

E

E

L

L

L

Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Sleman ... 5

Tabel 2. Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 6

Tabel 3. Sejarah Kejadian Bencana Kabupaten Sleman Tahun 1976-2016 ... 6

Tabel 4. Potensi Bencana di Kabupaten Sleman ... 7

Tabel 5. Potensi Bahaya di Kabupaten Sleman ... 8

Tabel 6. Parameter Bahaya Banjir ... 9

Tabel 7. Potensi Bahaya Banjir Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 9

Tabel 8. Parameter Bahaya Cuaca Ekstrim ... 9

Tabel 9. Potensi Bahaya Cuaca Ekstrim Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 9

Tabel 10. Parameter Bahaya Gempabumi ... 10

Tabel 11. Potensi Bahaya Gempabumi Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 10

Tabel 12. Parameter Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan ... 10

Tabel 13. Potensi Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 10

Tabel 14. Potensi Bahaya Kekeringan Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 11

Tabel 15. Parameter Bahaya Letusan Gunungapi ... 11

Tabel 16. Potensi Bahaya Letusan Gunungapi Merapi Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 11

Tabel 17. Parameter Bahaya Tanah Longsor ... 12

Tabel 18. Potensi Bahaya Tanah Longsor Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 12

Tabel 19. Parameter Kerentanan Sosial... 12

Tabel 20. Parameter Kerentanan Fisik ... 13

Tabel 21. Parameter Kerentanan Ekonomi ... 13

Tabel 22. Parameter Kerentanan Lingkungan ... 13

Tabel 23. Potensi Penduduk Terpapar Bencana di Kabupaten Sleman ... 14

Tabel 24. Potensi Kerugian Bencana di Kabupaten Sleman ... 14

Tabel 25. Potensi Penduduk Terpapar Bencana Banjir Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 14

Tabel 26. Potensi Kerugian Bencana Banjir Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 15

Tabel 27. Potensi Penduduk Terpapar Bencana Cuaca Ekstrim Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 15

Tabel 28. Potensi Kerugian Bencana Cuaca Ekstrim Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 15

Tabel 29. Potensi Penduduk Terpapar Bencana Gempabumi Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 16

Tabel 30. Potensi Kerugian Bencana Gempabumi Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 16

Tabel 31. Potensi Kerugian Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 16

Tabel 32. Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kekeringan Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 17

Tabel 33. Potensi Kerugian Bencana Kekeringan Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 17

Tabel 34. Potensi Penduduk Terpapar Bencana Letusan Gunungapi Merapi Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 18

Tabel 35. Potensi Kerugian Bencana Letusan Gunungapi Merapi Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 18

Tabel 36. Potensi Penduduk Terpapar Bencana Tanah Longsor Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 18

Tabel 37. Potensi Kerugian Bencana Tanah Longsor Per Kecamatan di Kabupaten Sleman ... 19

Tabel 38. Hasil Kajian Ketahanan Kabupaten Sleman ... 20

Tabel 39. Hasil Kajian Kesiapsiagaan Desa di Kabupaten Sleman ... 21

Tabel 40. Parameter Kapasitas Daerah ... 21

Tabel 41. Hasil Kajian Kapasitas Kabupaten Sleman ... 22

Tabel 42. Kapasitas Kabupaten Sleman dalam menghadapi Bencana Banjir Per Kecamatan ... 22

Tabel 43. Kapasitas Kabupaten Sleman dalam menghadapi Bencana Cuaca Ekstrim Per Kecamatan ... 22

Tabel 44. Kapasitas Kabupaten Sleman dalam menghadapi Bencana Gempabumi Per Kecamatan ... 23

Tabel 45. Kapasitas Kabupaten Sleman dalam menghadapi Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Per Kecamatan ... 23

Tabel 46. Kapasitas Kabupaten Sleman dalam menghadapi Bencana Kekeringan Per Kecamatan ... 23

Tabel 47. Kapasitas Kabupaten Sleman dalam menghadapi Bencana Letusan Gunungapi Merapi Per Kecamatan ... 24

Tabel 48. Kapasitas Kabupaten Sleman dalam menghadapi Bencana Tanah Longsor Per Kecamatan ... 24

Tabel 49. Tingkat Bahaya di Kabupaten Sleman ... 34

Tabel 50. Tingkat Kerentanan Bencana di Kabupaten Sleman ... 34

Tabel 51. Tingkat Kapasitas Kabupaten Sleman ... 34

Tabel 52. Tingkat Risiko Bencana di Kabupaten Sleman ... 35

(4)

R

R

R

I

I

I

N

N

N

G

G

G

K

K

K

A

A

A

S

S

S

A

A

A

N

N

N

E

E

E

K

K

K

S

S

S

E

E

E

K

K

K

U

U

U

T

T

T

I

I

I

F

F

F

Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki potensi bencana cukup tinggi. Hal ini terbukti dari catatan kejadian bencana. Dalam rentang tahun 1976 sampai 2016, tercatat 6 (enam) jenis bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Sleman. Bencana tersebut adalah banjir, tanah longsor, letusan gunungapi, gempabumi, cuaca ekstrim, dan kekeringan. Kejadian bencana yang pernah terjadi tersebut memberikan dampak, baik korban jiwa kerugian harta benda maupun kerusakan lingkungan.

Belajar dari sejarah maka Pemerintah Kabupaten Sleman perlu membuat perencanaan yang dilandasi oleh kajian yang komprehensif dalam mengurangi dampak buruk dari bencana tersebut. Untuk menjawab hal tersebut Pemerintah Kabupaten Sleman bersama dengan BNPB telah melakukan kajian risiko bencana khusus untuk Kabupaten Sleman. Kajian Risiko Bencana (KRB) merupakan mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat bahaya, tingkat kerentanan, dan tingkat kapasitas daerah. Proses analisa tingkat tersebut mengikuti pedoman umum pengkajian risiko bencana yang telah ditetapkan oleh BNPB. Hasil kajian yang dimuat dalam sebuah dokumen ini menjadi dasar dalam penyusunan perencanaan terkait upaya penanggulangan bencana.

Perencanaan penanggulangan bencana di Kabupaten Sleman perlu mempertimbangkan tingkat risiko yang didapatkan dari hasil pengkajian risiko. Berdasarkan kajian risiko bencana, 7 (tujuh) potensi bencana di Kabupaten Sleman memiliki tingkat risiko sedang dan tinggi. Tingkat risiko sedang berpotensi terhadap bencana kekeringan, sedangkan tingkat risiko tinggi berpotensi terhadap bencana banjir, cuaca ekstrim, gempabumi, kebakaran hutan dan lahan, letusan Gunungapi Merapi, dan tanah longsor. Dengan diketahuinya tingkat risiko di Kabupaten Sleman untuk semua jenis bahaya yang berpotensi maka diperlukan sebuah kebijakan dan tindakan yang dapat menjamin upaya pengurangan risiko bencana di Kabupaten Sleman dapat mengurangi dampak risiko yang ada.

Dalam kajian risiko yang disusun ini telah dikeluarkan rekomendasi kebijakan dan tindakan yang didasarkan pada kajian kapasitas Kabupaten Sleman. Dari kajian kapasitas tersebut telah dihasilkan beberapa rekomendasi kebijakan dan tindakan dalam efektifitas upaya pengurangan risiko bencana. Rekomendasi tersebut juga telah terintegrasi dengan kebijakan nasional yang tertuang dalam Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2015-2019. Adapun rekomendasi kebijakan dan tindakan pengurangan risiko bencana di Kabupaten Sleman secara jelas dapat dilihat pada bagian Bab IV.

Dari pengkajian risiko dan rekomendasi tindakan penanggulangan bencana yang telah disusun, Pemerintah Kabupaten Sleman maupun pihak terkait perlu melanjutkan upaya tersebut dengan menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten Sleman sesuai dengan kondisi terbaru daerah. Perencanaan tersebut terkait dengan hasil pengkajian yang telah dilakukan untuk masa perencanaan lima tahunan.

(5)

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

P

P

P

E

E

E

N

N

N

D

D

D

A

A

A

H

H

H

U

U

U

L

L

L

U

U

U

A

A

A

N

N

N

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sangat kaya akan keindahan alam serta lokasi tujuan wisata. Meskipun Sleman tidak memiliki potensi wisata alam seperti pantai, tapi keindahan alam seperti pemandangan di beberapa objek wisata alam lainnya tidak kalah indahnya. Bahkan, Sleman memiliki banyak sekali bangunan candi peninggalan beberapa kerajaan yang berbeda. Hal inilah yang menjadi nilai lebih dari berwisata di Kabupaten Sleman.

Ibarat dua sisi mata uang, dibalik kekayaan dan keanekaragaman yang luar biasa, Kabupaten Sleman juga memiliki keragaman ancaman bencana yang tinggi baik yang disebabkan oleh faktor hidro-meteorologi, geologi ataupun sosial. Kabupaten Sleman termasuk dalam kabupaten yang rawan bencana karena letak geografisnya sebelah utara berbatasan dengan gunungapi. Selain bahaya letusan gunungapi, Kabupaten Sleman juga tersimpan potensi kejadian bencana lainnya seperti banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, gempabumi, dan bencana lainnya. Oleh sebab itu, perlu kiranya perhatian dari pemerintah untuk menganalisis dampak dan besarnya risiko yang akan disebabkan oleh ancaman bencana.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah pengkajian risiko bencana. Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana yang dikeluarkan oleh BNPB merupakan acuan dalam melakukan pengkajian risiko bencana. Kajian risiko ini dilakukan untuk menilai potensi bahaya, kerentanan dan kapasitas daerah hingga menghasilkan tingkat risiko untuk setiap potensi bencana. Selain tingkat risiko, kajian ini juga menghasilkan rekomendasi kebijakan penanggulangan bencana daerah.

1.1.

LATAR BELAKANG

Kajian Risiko Bencana (KRB) disusun berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 yang dijadikan landasan untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana Kabupaten Sleman. Pentingnya pengkajian risiko bencana disebabkan Kabupaten Sleman memiliki kerentanan terhadap bencana yang diperkuat oleh catatan sejarah kejadian bencana di Kabupaten Sleman. Sejarah kejadian bencana di Kabupaten Sleman dilihat berdasarkan catatan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang dikeluarkan oleh BNPB. Salah satu kejadian yang cukup berdampak terjadi di Kabupaten Sleman adalah letusan gunungapi. Kejadian letusan gunungapi pernah terjadi pada bulan Oktober 2010. Kejadian tersebut menyebabkan 277 orang meninggal, 186 orang luka-luka, 160 orang mengungsi. Kejadian letusan gunungapi juga mengakibatkan kerusakan bangunan dan lingkungan. Selain bencana letusan gunungapi, Kabupaten Sleman juga pernah merasakan dampak buruk dari bencana

gempabumi. Bencana gempabumi pada bulan Mei 2006 merupakan salah satu bencana dengan dampak terparah di Kabupaten Sleman. Dampak yang ditimbulkan yaitu 243 orang meninggal, 4.679 orang luka-luka, dan 204.562 orang mengungsi. Kejadian gempabumi juga mengakibatkan kerusakan bangunan dan lingkungan.

Timbulnya risiko-risiko bencana membutuhkan langkah sistematis untuk dapat meminimalisir risiko-risiko yang mungkin muncul. Upaya tersebut dimulai dengan pelaksanaan pengkajian risiko bencana sehingga dapat ditentukan potensi-potensi kerugian serta risiko yang terjadi. Kajian risiko bencana dilakukan agar upaya pelaksanaan penanggulangan bencana lebih mendasar sesuai dengan perhitungan yang telah ditetapkan. Perlunya perhitungan yang jelas terkait risiko bencana yang berpotensi agar dapat mengarahkan langkah kebijakan dalam penanggulangan bencana khususnya di Kabupaten Sleman. Dari kajian risiko yang dilakukan, diharapkan tercipta perubahan paradigma pemerintah dalam penanggulangan bencana agar lebih terstruktur dan berlandaskan sebuah kajian.

Kajian risiko digunakan sebagai dasar dalam upaya penanggulangan bencana. Hal ini dikarenakan dalam kajian risiko mencakup hal mendasar dalam penataan dan perencanaan penanggulangan bencana yang matang agar bencana dapat ditangani secara terarah. Selain itu, kajian risiko bencana juga merupakan dasar untuk dalam efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu daerah.

Bentuk kongkrit pengkajian ini dibuat dalam sebuah Dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) Kabupaten Sleman Tahun 2017-2021. Dokumen ini memuat hasil pengkajian setiap komponen bahaya, kerentanan, kapasitas, dan risiko dari seluruh potensi bencana di Kabupaten Sleman. Selain tingkat risiko, kajian ini juga menghasilkan rekomendasi kebijakan penanggulangan bencana di Kabupaten Sleman untuk masa lima tahun.

1.2.

TUJUAN

Tujuan penulisan Dokumen KRB Kabupaten Sleman Tahun 2017-2021 adalah sebagai berikut:

1. Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana pembangunan.

2. Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan dengan berkoordinasi dan tersinkronisasi terlebih dahulu dengan program pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

3. Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya.

(6)

1.3.

RUANG LINGKUP

Dokumen KRB Kabupaten Sleman disusun berdasarkan Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana dan referensi pedoman lainnya yang ada di kementerian/lembaga terkait di tingkat nasional. Adapun batasan umum kajian risiko bencana ini meliputi:

1. Pengkajian tingkat bahaya;

2. Pengkajian tingkat kerentanan bencana;

3. Pengkajian tingkat kapasitas dalam menghadapi bencana; 4. Pengkajian tingkat risiko bencana;

5. Rekomendasi kebijakan penanggulangan bencana berdasarkan hasil kajian dan peta risiko bencana.

1.4.

LANDASAN HUKUM

Penyusunan Dokumen KRB Kabupaten Sleman berlandaskan pada aturan-aturan dari nasional hingga daerah terkait kebencanaan di Kabupaten Sleman, yaitu sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2015 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

10. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana;

11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana;

14. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2012 tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana;

15. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Bencana;

16. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 7 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Bencana;

18. Peraturan Bupati Sleman Nomor 62 Tahun 2015 tentang Pembentukan Unit Operasional dan Unit Pelaksana Penanggulangan Bencana.

1.5.

PENGERTIAN

Berikut ini diberikan pengertian kata atau kelompok kata untuk mempermudah pemahaman terhadap Dokumen KRB Kabupaten Sleman.

1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan BNPB adalah

lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan BPBD adalah badan

pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.

PDF Compressor Free Version

(7)

3. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

4. Cek Lapangan (Ground Check) adalah mekanisme revisi garis maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya.

5. Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.

6. Indeks Kerugian Daerah adalah jumlah infrastruktur yang berada dalam wilayah bencana.

7. Indeks Penduduk Terpapar adalah jumlah penduduk yang berada dalam wilayah diperkirakan

terkena dampak bencana.

8. Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh

terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat bahaya, tingkat kerentanan dan kapasitas daerah.

9. Kapasitas Daerah adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan

pengurangan tingkat bahaya dan tingkat kerentanan daerah akibat bencana.

10. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau

menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.

11. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan

dan/atau mengurangi ancaman bencana.

12. Korban Bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat

bencana.

13. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan

negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

14. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan

kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

15. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh lokasinya

dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non spasialnya.

16. Peta Risiko Bencana adalah peta yang menggambarkan tingkat risiko bencana suatu daerah secara

visual berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah.

17. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis,

geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

18. Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana penyelenggaraan penanggulangan bencana

suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan daerah.

19. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan

kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

20. Skala Peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau teknik

tertentu.

21. Tingkat Kerugian Daerah adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat kehancuran fasilitas

kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana.

22. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara tingkat kerentanan daerah dengan kapasitas daerah

untuk memperkecil tingkat kerentanan dan tingkat bahaya akibat bencana.

1.6.

SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penyusunan Dokumen KRB Kabupaten Sleman ini adalah sebagai berikut: Ringkasan Eksekutif

Ringkasan eksekutif memaparkan seluruh hasil pengkajian dalam bentuk tingkat risiko bencana di Kabupaten Sleman. Selain itu, ringkasan ini juga memberikan gambaran umum berbagai rekomendasi tindakan dalam penanggulangan bencana yang perlu diambil untuk menekan risiko bencana di Kabupaten Sleman.

Bab I Pendahuluan

Bab ini menekankan arti strategis dan pentingnya pengkajian risiko bencana Kabupaten Sleman. Penekanan perlu pengkajian risiko bencana merupakan dasar untuk penataan dan perencanaan penanggulangan bencana yang matang, terarah dan terpadu dalam pelaksanaan di Kabupaten Sleman.

Bab II Kondisi Kebencanaan

Kondisi kebencanaan memaparkan gambaran secara umum kondisi wilayah Kabupaten Sleman dan keterkaitannya dengan setiap bencana yang mungkin terjadi. Paparan tersebut terdiri dari gambaran umum wilayah, sejarah kebencanaan, dan potensi bencana di Kabupaten Sleman.

PDF Compressor Free Version

(8)

Bab III Pengkajian Risiko Bencana

Berisi hasil pengkajian risiko bencana untuk setiap bencana yang berpotensi di Kabupaten Sleman, serta memaparkan kelas dan tingkat bahaya, kerentanan, kapasitas dan risiko untuk setiap potensi bencana di Kabupaten Sleman.

Bab IV Rekomendasi

Bagian ini menguraikan rekomendasi tindak penanggulangan bencana daerah sesuai dengan kajian kapasitas daerah, yaitu berdasarkan Indikator Ketahanan Daerah (IKD) dan kesiapsiagaan masyarakat desa di Kabupaten Sleman.

Bab V Penutup

Bagian penutup menjelaskan hasil dan kesimpulan dalam Dokumen KRB. Di samping itu, penutup juga memaparkan tindak lanjut setelah penyusunan Dokumen KRB Kabupaten Sleman.

(9)

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

I

I

I

K

K

K

O

O

O

N

N

N

D

D

D

I

I

I

S

S

S

I

I

I

K

K

K

E

E

E

B

B

B

E

E

E

N

N

N

C

C

C

A

A

A

N

N

N

A

A

A

A

A

A

N

N

N

Penyusunan pengkajian risiko bencana didasari pada kondisi kebencanaan suatu daerah. Kondisi kebencanaan tersebut meliputi kejadian bencana yang pernah terjadi dengan melihat kondisi daerah yang rentan terhadap bencana. Gambaran kondisi daerah tersebut terdiri dari geografis, demografi, topografi, dan iklim di daerah. Masing-masing aspek tersebut dirinci untuk diketahui potensi-potensi bencana yang dapat terjadi. Pada dasarnya potensi bencana dapat terjadi karena tingginya kerentanan daerah terhadap bencana, sedangkan kapasitas yang dimiliki belum mencukupi terkait upaya penanggulangan bencana ataupun pengurangan risiko bencana. Gambaran tentang potensi bencana dengan pengaruh berbagai aspek, baik alam, non alam, maupun ulah manusia terlihat dari sejarah kejadian bencana. Pemaparan terkait gambaran wilayah, sejarah bencana yang memberikan andil pada munculnya potensi bencana di Kabupaten Sleman dilihat pada sub bab berikutnya.

2.1.

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada koordinat 110⁰13’00"-110⁰33’00" Bujur Timur dan 7⁰34’51”-7⁰47’03" Lintang Selatan. Dilihat dari batas wilayah Kabupaten Sleman, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bayolali dan Provinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kalaten dan Provinsi Jawa Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kota Yogyakarta, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Magelang, dan Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sleman tahun 2015, luas wilayah secara keseluruhan sebesar 57.387 Ha yang terbagi dalam 17 kecamatan dan 86 desa. Gambaran wilayah Kabupaten Sleman secara umum dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Sleman

KECAMATAN LUAS WILAYAH (Ha) 1. BERBAH 2.299 2. CANGKRINGAN 4.799 3. DEPOK 3.555 4. GAMPING 2.925 5. GODEAN 2.684 6. KALASAN 3.584 7. MINGGIR 2.727 KECAMATAN LUAS WILAYAH (Ha) 8. MLATI 2.852 9. MOYUDAN 2.762 10. NGAGLIK 3.852 11. NGEMPLAK 3.571 12. PAKEM 4.384 13. PRAMBANAN 4.128 14. SEYEGAN 2.663 15. SLEMAN 3.044 16. TEMPEL 3.249 17. TURI 4.309 KABUPATEN SLEMAN 57.387

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2015

Luas wilayah berkaitan dengan analisa wilayah terpapar suatu bencana dalam pengkajian risiko bencana. Beberapa bencana terjadi dapat berkemungkinan memberikan dampak atau dirasakan pada hampir seluruh wilayah pada satu kecamatan. Namun demikian untuk bencana yang terjadi pada suatu daerah tertentu juga akan terlihat sesuai dengan kondisi dan parameter yang dikaji.

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Sleman

(10)

Setiap kejadian bencana memberikan dampak berupa jiwa terpapar bencana. Jiwa terpapar dilihat berdasarkan jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah rentan terhadap bencana. Kajian terhadap jiwa terpapar digunakan berdasarkan data penduduk Kabupaten Sleman. Jumlah penduduk secara keseluruhan di Kabupaten Sleman menurut data BPS tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Sleman

KECAMATAN PENDUDUK (Jiwa)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. BERBAH 24.708 25.588 50.296 2. CANGKRINGAN 15.327 14.371 29.698 3. DEPOK 65.900 61.059 126.959 4. GAMPING 44.945 45.526 90.471 5. GODEAN 33.266 32.558 65.824 6. KALASAN 42.563 40.340 82.903 7. MINGGIR 17.184 13.785 30.969 8. MLATI 46.574 44.524 91.098 9. MOYUDAN 18.361 19.084 37.445 10. NGAGLIK 57.648 55.361 113.009 11. NGEMPLAK 29.294 29.659 58.953 12. PAKEM 18.570 18.615 37.185 13. PRAMBANAN 25.412 23.748 49.160 14. SEYEGAN 23.271 24.051 47.322 15. SLEMAN 33.873 33.808 67.681 16. TEMPEL 25.164 26.112 51.276 17. TURI 17.961 16.936 34.897 KABUPATEN SLEMAN 540.021 525.125 1.065.146

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2015

Dari data jumlah penduduk tersebut, terlihat besaran potensi jiwa terpapar karena melihat wilayah rentan. Kerentanan wilayah yang tinggi membuat semakin besar potensi terhadap jiwa terpapar akibat terjadinya bencana. Selain itu, kependudukan berperan penting dalam potensi kejadian bencana. Hal ini dapat dipicu karena pola hidup yang menyimpang dari kelestarian alam. Perilaku-perilaku menyimpang tersebut dapat memicu potensi bencana banjir, kebakaran hutan lahan, serta tanah longsor. Pada dasarnya setiap bencana yang terjadi disebabkan oleh kondisi daerah yang rentan. Selain kondisi manusia, faktor pemicu terjadinya bencana adalah kondisi alam.

Dari segi topografi, wilayah Kabupaten Sleman terletak mulai dari 100 meter sampai 2.500 meter dari permukaan air laut. Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi dari keberadaan gunungapi. Formasi geologi dibedakan menjadi endapan vulkanik, sendimen, dan batuan terobosan, dengan endapan vulkanik mewakili lebih dari 90% luas wilayah. Melihat keadaan wilayah Kabupaten Sleman yang didominasi oleh keberadaan gunungapi yang aktif, maka Kabupaten Sleman mempunyai potensi kejadian bencana letusan gunungapi.

Selain didominasi keberadaan gunungapi, wilayah Kabupaten Sleman juga memiliki 4 (empat) jalur mata air (springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng, jalur mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan

jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air maupun irigasi. Selain itu di Kabupaten Sleman juga terdapat 154 sumber mata air, yang airnya mengalir ke arah selatan dan bermuara di Samudera Indonesia.

Jika dilihat dari kondisi tanah dan ketinggian permukaan tanah Kabupaten Sleman yang bervariasi, memberikan pengaruh terhadap bencana tanah longsor, banjir, dan banjir bandang. Potensi bencana tersebut dapat terjadi jika didukung oleh curah hujan yang tinggi. Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, hari hujan terbanyak dalam satu bulan selama tahun 2014 adalah 20 hari. Rata-rata curah hujan tertinggi 449,5 mm. Kecepatan angin maksimum 15,0 m/s, sementara rata-rata kelembaban nisbi udara tertinggi 100,0 % dan terendah 37,0 %. Temperatur udara, tertinggi 36,0 0C dan terendah 21,0 0C.

2.2.

SEJARAH KEJADIAN BENCANA KABUPATEN SLEMAN

Catatan sejarah kejadian bencana Kabupaten Sleman berdasarkan sumber Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) dengan batasan pada 10 lingkup bencana. Kejadian bencana yang tercatat pada DIBi merupakan kejadian dalam tentang tahun 1976 sampai 2016. Dalam rentang tahun kejadian tersebut, tercatat 6 (enam) jenis bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Sleman. Bencana tersebut adalah banjir, tanah longsor, letusan gunungapi, gempabumi, cuaca ekstrim, dan kekeringan. Kejadian bencana yang pernah terjadi tersebut memberikan dampak, baik korban jiwa kerugian harta benda maupun kerusakan lingkungan. Rincian jumlah kejadian bencana di Kabupaten Sleman dengan dampak yang ditimbulkan dari tahun 1976-2016 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Sejarah Kejadian Bencana Kabupaten Sleman Tahun 1976-2016

JENIS BENCANA JUMLAH

KEJADIAN MENINGGAL HILANG

LUKA-LUKA MENGUNGSI RUMAH RUSAK BERAT RUMAH RUSAK RINGAN KERUSAKAN LAHAN (Ha) 1. BANJIR 15 2 - 8 830 39 9 98,5 2. TANAH LONGSOR 8 2 - 2 23 17 14 - 3. CUACA EKSTRIM 47 7 - 36 20 894 2.241 - 4. LETUSAN GUNUNGAPI 5 280 - 186 11.459 2.346 - - 5. GEMPABUMI 1 243 - 4.679 204.562 6.186 16.065 - 6. KEKERINGAN 6 - - - 1.405 TOTAL 82 534 - 4.911 216.894 9.482 18.329 1.503,5

Sumber: Data dan Informasi Bencana Indonesia Tahun 2016

Dari catatan kejadian bencana di atas diketahui bencana yang paling memberikan dampak besar adalah letusan gunungapi dan gempabumi, namun kejadian bencana yang paling sering terjadi adalah cuaca ekstrim. Secara umum, Kabupaten Sleman memiliki kejadian bencana yang beragam dengan tingkat kerugian dan kerusakan lingkungan. Hal ini membuktikan bahwa dibutuhkannya upaya penanggulangan bencana yang lebih terarah dan sistematis sehingga dapat meminimalkan risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Selain itu, bencana yang pernah terjadi tidak menutup kemungkinan terjadi kembali jika didukung oleh kondisi alam yang rentan atau pun kondisi manusia yang belum memadai untuk mendukung pelaksanaan upaya penanggulangan bencana.

(11)

Banyaknya jumlah kejadian per bencana disebabkan oleh tingginya potensi bahaya yang berbeda untuk setiap bencananya. Dari jumlah keseluruhan, persentase kejadian bencana dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2 memperlihatkan persentase catatan kejadian bencana di Kabupaten Sleman dari tahun 1976

sampai 2016. Persentase tersebut didapatkan dengan menghitung besaran kejadian setiap bencana yang berdampak dari total kejadian bencana secara keseluruhan di Kabupaten Sleman. Kejadian tersebut didominasi oleh cuaca ekstrim dengan 57,32%. Persentase terbanyak kedua adalah banjir dengan 18,29%, tanah longsor dengan persentase 9,76%, kekeringan dengan persentase 7,32%, letusan gunungapi dengan persentase 6,10%. Sedangkan bencana lainnya memiliki persentase kejadian dibawah 5%.

2.3.

POTENSI BENCANA KABUPATEN SLEMAN

Setiap potensi bencana di Kabupaten Sleman diketahui berdasarkan sejarah kejadian bencana dan kemungkinan kejadian bencana berdasarkan hasil analisa pengkajian risiko bencana. Dari catatan kejadian, bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, letusan gunungapi, gempabumi, cuaca ekstrim, dan kekeringan pernah terjadi. Selain dari catatan kejadian bencana, potensi bencana diketahui berdasarkan analisa perhitungan pengkajian risiko bencana dari parameter-parameter dasar terkait kondisi daerah. Hasil pengkajian berupa potensi-potensi bencana disepakati dengan pihak-pihak terkait di Kabupaten Sleman. Hasil kesepakatan tersebut menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh) potensi bencana di Kabupaten Sleman. Potensi-potensi bencana tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Potensi Bencana di Kabupaten Sleman

POTENSI BENCANA DI KABUPATEN SLEMAN 1. BANJIR 2. TANAH LONGSOR 3. CUACA EKSTRIM 4. LETUSAN GUNUNGAPI 5. GEMPABUMI 6. KEKERINGAN

7. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Sumber: DIBI dan Hasil Analisa Tahun 2016

Masing-masing bencana dapat terjadi disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Bencana yang dipengaruhi oleh faktor alam adalah kekeringan, cuaca ekstrim, tanah longsor, gempabumi, banjir bandang, serta letusan gunungapi. Sementara itu, bencana banjir dan kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi karena pengaruh alam dan ulah manusia. Setiap bencana-bencana yang berpotensi, dikaji lebih dalam melalui pengkajian risiko bencana dengan dasar parameter-parameter yang jelas. Pengkajian setiap potensi bencana di Kabupaten Sleman tersebut dijabarkan pada bab selanjutnya.

Gambar 2. Persentase Kejadian Bencana di Kabupaten Sleman Tahun 1976-2016

(12)

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

I

I

I

I

I

I

P

P

P

E

E

E

N

N

N

G

G

G

K

K

K

A

A

A

J

J

J

I

I

I

A

A

A

N

N

N

R

R

R

I

I

I

S

S

S

I

I

I

K

K

K

O

O

O

B

B

B

E

E

E

N

N

N

C

C

C

A

A

A

N

N

N

A

A

A

Pengkajian risiko bencana disusun berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana dan referensi pedoman lainnya yang ada di kementerian/lembaga terkait lainnya di tingkat nasional. Hasil pengkajian setiap komponen bahaya, kerentanan, dan kapasitas setiap bencana menentukan risiko masing-masing bencana. Adapun metode pengkajian risiko bencana seperti terlihat pada gambar berikut.

Metode pengkajian risiko bencana didasarkan pada perhitungan setiap komponen-komponen kajian (bahaya, kerentanan, dan kapasitas). Setiap komponen menghasilkan peta bahaya, peta kerentanan, dan peta kapasitas. Komponen bahaya disusun berdasarkan parameter intensitas dan probabilitas kejadian. Komponen kerentanan disusun berdasarkan parameter sosial budaya, ekonomi, fisik dan lingkungan. Komponen kapasitas disusun berdasarkan parameter kapasitas regulasi, kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan pelatihan keterampilan, mitigasi dan sistem kesiapsiagaan. Selain masing-masing peta, pengkajian risiko bencana dapat memperlihatkan potensi dampak negatif yang ditimbulkan oleh bencana. Dampak negatif tersebut antara lain jumlah jiwa terpapar, harta benda yang hilang, dan lingkungan yang rusak.

3.1.

INDEKS PENGKAJIAN RISIKO BENCANA

Pengkajian risiko bencana disusun berdasarkan nilai indeks masing-masing perhitungan, bahaya, kerentanan, kapasitas, dan risiko untuk setiap potensi bencana. Indeks yang dihasilkan tersebut adalah indeks bahaya, indeks kerentanan, dan indeks kapasitas yang merupakan dasar penentuan tingkat bahaya, tingkat kerentanan, dan tingkat kapasitas.

Penilaian indeks kajian risiko bencana terdiri atas tiga kelas, yaitu kelas rendah, sedang, dan tinggi. Kelas rendah adalah nilai 0-0,333, kelas sedang adalah >0,333-0,666, dan tinggi >0,666-1. Hasil penilaian terhadap masing-masing indeks berbeda untuk seluruh bencana di Kabupaten Sleman.

3.1.1.Bahaya

Pengkajian bahaya didasarkan pada intensitas kejadian dan kemungkinan kejadian bencana. Bahaya dapat menjadi bencana jika memberikan dampak. Dampak tersebut seperti korban jiwa, kerugian, atau kerusakan. Pengkajian terhadap bahaya disesuaikan dengan standar pengkajian risiko bencana yang nantinya menghasilkan potensi wilayah terpapar bencana dengan melihat besaran luas wilayah terpapar di suatu daerah. Untuk kesamaan proses analisis kajian risiko bencana di seluruh wilayah, maka digunakan data luas wilayah dengan sumber data dari Kecamatan Dalam Angka Tahun 2015. Adapun hasil pengkajian bahaya untuk seluruh bencana berpotensi di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Potensi Bahaya di Kabupaten Sleman

JENIS BAHAYA BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

1. BANJIR 49.044 TINGGI

2. CUACA EKSTRIM 55.291 TINGGI

3. GEMPABUMI 57.202 SEDANG

4. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN 9.189 TINGGI 5. KEKERINGAN 57.202 SEDANG 6. LETUSAN GUNUNGAPI MERAPI 8.780 TINGGI 7. TANAH LONGSOR 4.859 TINGGI Sumber: Hasil Analisa Tahun 2016

Sumber: Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012

Gambar 3. Metode Pengkajian Risiko Bencana

(13)

Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa potensi luas bahaya untuk seluruh bencana di Kabupaten Sleman dikategorikan pada kelas bahaya sedang dan tinggi. Hasil pengkajian bahaya setiap bencana tersebut diperoleh dari rekapitulasi kajian bahaya tingkat kecamatan. Penentuan kelas bahaya untuk Kabupaten Sleman menggunakan kelas bahaya maksimal dari kajian bahaya per kecamatan.

Pengkajian bahaya untuk seluruh potensi bencana dilakukan hingga tingkat desa di Kabupaten Sleman. Detail hasil kajian bahaya tingkat desa dan peta bahaya seluruh potensi bencana dapat dilihat pada Album

Peta Risiko Bencana Kabupaten Sleman. Rekapitulasi kajian bahaya tingkat desa menghasilkan kajian

bahaya tingkat kecamatan. Penentuan kelas bahaya tingkat kecamatan menggunakan kelas bahaya maksimal dari kelas bahaya tingkat desa. Dalam Dokumen KRB Kabupaten Sleman ini, kajian bahaya yang dipaparkan merupakan kajian bahaya per kecamatan terdampak.

1. Banjir

Penentuan terhadap potensi bahaya banjir diketahui berdasarkan parameter pengkajian risiko bencana. Adapun parameter bahaya banjir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Parameter Bahaya Banjir

PARAMETER DATA YANG DIGUNAKAN SUMBER DATA TAHUN

1. DAERAH RAWAN BANJIR

DEM SRTM 30 USGS 2000

2. KEMIRINGAN LERENG

3. JARAK DARI SUNGAI JARINGAN SUNGAI BIG 2013 4. CURAH HUJAN CURAH HUJAN WILAYAH NOAA 1998-2015 Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Berdasarkan perhitungan parameter tersebut dengan melihat kondisi daerah, maka diperoleh potensi luas bahaya dan kelas bahaya banjir. Potensi luas bahaya banjir per kecamatan di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Potensi Bahaya Banjir Per Kecamatan di

Kabupaten Sleman

NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

1. BERBAH 2.256 RENDAH 2. CANGKRINGAN 2.605 TINGGI 3. DEPOK 3.472 RENDAH 4. GAMPING 2.726 SEDANG 5. GODEAN 2.535 TINGGI 6. KALASAN 3.529 SEDANG 7. MINGGIR 2.597 SEDANG 8. MLATI 2.815 SEDANG 9. MOYUDAN 2.661 TINGGI 10. NGAGLIK 3.773 TINGGI 11. NGEMPLAK 3.572 SEDANG 12. PAKEM 2.803 TINGGI 13. PRAMBANAN 1.828 RENDAH NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

14. SEYEGAN 2.606 RENDAH 15. SLEMAN 3.039 SEDANG 16. TEMPEL 3.173 TINGGI

17. TURI 3.054 TINGGI

KABUPATEN SLEMAN 49.044 TINGGI

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas, terlihat besaran luas bahaya per kecamatan terpapar bahaya banjir di Kabupaten Sleman. Besarnya luas bahaya dipengaruhi kondisi wilayah yang rentan dilihat dari parameter kajian. Secara keseluruhan, Kabupaten Sleman memiliki potensi luas bahaya banjir dengan total 49.044 Ha yang berada pada kelas tinggi. Kelas bahaya Kabupaten Sleman ditentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal per kecamatan terpapar bahaya banjir.

2. Cuaca Ekstrim

Penentuan terhadap potensi bahaya cuaca ekstrim diketahui berdasarkan parameter pengkajian risiko bencana. Adapun parameter bahaya cuaca ekstrim dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Parameter Bahaya Cuaca Ekstrim

PARAMETER DATA YANG DIGUNAKAN SUMBER DATA TAHUN

1. KETERBUKAAN LAHAN PETA PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN KEMENLHK 2015

2. KEMIRINGAN LERENG DEM SRTM 30 USGS 2000

3. CURAH HUJAN TAHUNAN PETA CURAH HUJAN TAHUNAN NOAA 1998-2015 Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Berdasarkan perhitungan parameter tersebut dengan melihat kondisi daerah, maka diperoleh potensi luas bahaya dan kelas bahaya cuaca ekstrim. Potensi luas bahaya cuaca ekstrim per kecamatan di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Potensi Bahaya Cuaca Ekstrim Per Kecamatan di

Kabupaten Sleman

NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

1. BERBAH 2.275 TINGGI 2. CANGKRINGAN 4.389 TINGGI 3. DEPOK 3.434 TINGGI 4. GAMPING 2.831 TINGGI 5. GODEAN 2.609 TINGGI 6. KALASAN 3.464 TINGGI 7. MINGGIR 2.646 TINGGI 8. MLATI 2.795 TINGGI 9. MOYUDAN 2.670 TINGGI 10. NGAGLIK 3.729 TINGGI 11. NGEMPLAK 3.568 TINGGI 12. PAKEM 4.205 TINGGI

PDF Compressor Free Version

(14)

NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

13. PRAMBANAN 3.966 TINGGI 14. SEYEGAN 2.636 TINGGI 15. SLEMAN 3.032 TINGGI 16. TEMPEL 3.187 TINGGI

17. TURI 3.855 TINGGI

KABUPATEN SLEMAN 55.291 TINGGI

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas, terlihat besaran luas bahaya per kecamatan terpapar bahaya cuaca ekstrim di Kabupaten Sleman. Besarnya luas bahaya dipengaruhi kondisi wilayah yang rentan dilihat dari parameter kajian. Secara keseluruhan, Kabupaten Sleman memiliki potensi luas bahaya cuaca ekstrim dengan total 55.291 Ha yang berada pada kelas tinggi. Kelas bahaya Kabupaten Sleman ditentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal per kecamatan terpapar bahaya cuaca ekstrim.

3. Gempabumi

Penentuan terhadap potensi bahaya gempabumi diketahui berdasarkan parameter pengkajian risiko bencana. Adapun parameter bahaya gempabumi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Parameter Bahaya Gempabumi

PARAMETER DATA YANG DIGUNAKAN SUMBER DATA TAHUN

1. KELAS TOPOGRAFI DEM SRTM 30 USGS 2000

2. INTENSITAS GUNCANGAN DI BATUAN

DASAR PETA ZONA GEMPABUMI (S1 1.0” DI SB UNTUK PROBABILITAS TERLAMPAUI 10% DALAM 50 TAHUN (REDAMAN 5%)

JICA 2015

3. INTENSITAS GUNCANGAN DI PERMUKAAN

Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Berdasarkan perhitungan parameter tersebut dengan melihat kondisi daerah, maka diperoleh potensi luas bahaya dan kelas bahaya gempabumi. Potensi luas bahaya gempabumi per kecamatan di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11. Potensi Bahaya Gempabumi Per Kecamatan di

Kabupaten Sleman

NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

1. BERBAH 2.286 SEDANG 2. CANGKRINGAN 4.758 RENDAH 3. DEPOK 3.554 SEDANG 4. GAMPING 2.919 SEDANG 5. GODEAN 2.682 SEDANG 6. KALASAN 3.574 SEDANG 7. MINGGIR 2.677 SEDANG 8. MLATI 2.847 SEDANG 9. MOYUDAN 2.725 SEDANG 10. NGAGLIK 3.852 SEDANG NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

11. NGEMPLAK 3.571 SEDANG 12. PAKEM 4.384 RENDAH 13. PRAMBANAN 4.111 SEDANG 14. SEYEGAN 2.663 SEDANG 15. SLEMAN 3.043 SEDANG 16. TEMPEL 3.248 RENDAH 17. TURI 4.308 RENDAH

KABUPATEN SLEMAN 57.202 SEDANG

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas, terlihat besaran luas bahaya per kecamatan terpapar bahaya gempabumi di Kabupaten Sleman. Besarnya luas bahaya dipengaruhi kondisi wilayah yang rentan dilihat dari parameter kajian. Secara keseluruhan, Kabupaten Sleman memiliki potensi luas bahaya gempabumi dengan total 57.202 Ha yang berada pada kelas sedang. Kelas bahaya Kabupaten Sleman ditentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal per kecamatan terpapar bahaya gempabumi.

4. Kebakaran Hutan dan Lahan

Penentuan terhadap potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan diketahui berdasarkan parameter pengkajian risiko bencana. Adapun parameter bahaya kebakaran hutan dan lahan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Parameter Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan

PARAMETER DATA YANG DIGUNAKAN SUMBER DATA TAHUN

1. JENIS HUTAN DAN LAHAN PETA PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN KEMENLHK 2015 2. IKLIM PETA CURAH HUJAN TAHUNAN NOAA 1998-2015

3. JENIS TANAH PETA JENIS TANAH BBSDLP 1998

Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Berdasarkan perhitungan parameter tersebut dengan melihat kondisi daerah, maka diperoleh potensi luas bahaya dan kelas bahaya kebakaran hutan dan lahan. Potensi luas bahaya kebakaran hutan dan lahan per kecamatan di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Potensi Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan Per

Kecamatan di Kabupaten Sleman

NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

1. BERBAH 348 TINGGI 2. CANGKRINGAN 2.009 TINGGI 3. DEPOK 351 TINGGI 4. GAMPING 297 TINGGI 5. GODEAN 133 SEDANG 6. KALASAN 180 TINGGI 7. MINGGIR 86 TINGGI 8. MLATI 85 TINGGI

(15)

NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

9. MOYUDAN 190 TINGGI 10. NGAGLIK 114 TINGGI 11. NGEMPLAK 204 TINGGI 12. PAKEM 1.952 TINGGI 13. PRAMBANAN 1.730 TINGGI 14. SEYEGAN 95 SEDANG 15. SLEMAN 45 SEDANG 16. TEMPEL 163 TINGGI 17. TURI 1.207 TINGGI

KABUPATEN SLEMAN 9.189 TINGGI

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas, terlihat besaran luas bahaya per kecamatan terpapar bahaya kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sleman. Besarnya luas bahaya dipengaruhi kondisi wilayah yang rentan dilihat dari parameter kajian. Secara keseluruhan, Kabupaten Sleman memiliki potensi luas bahaya kebakaran hutan dan lahan dengan total 9.189 Ha yang berada pada kelas tinggi. Kelas bahaya Kabupaten Sleman ditentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal per kecamatan terpapar bahaya kebakaran hutan dan lahan.

5. Kekeringan

Penentuan terhadap potensi bahaya kekeringan diketahui berdasarkan parameter kekeringan meteorologi dengan menggunakan data curah hujan bulanan (TRMM periode 1998–2014) dari sumber data NOAA tahun 1998-2015. Berdasarkan perhitungan parameter tersebut dengan melihat kondisi daerah, maka diperoleh potensi luas bahaya dan kelas bahaya kekeringan. Potensi luas bahaya kekeringan per kecamatan di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Potensi Bahaya Kekeringan Per Kecamatan di

Kabupaten Sleman

NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

1. BERBAH 2.286 SEDANG 2. CANGKRINGAN 4.758 TINGGI 3. DEPOK 3.554 SEDANG 4. GAMPING 2.919 SEDANG 5. GODEAN 2.682 TINGGI 6. KALASAN 3.574 SEDANG 7. MINGGIR 2.677 TINGGI 8. MLATI 2.847 SEDANG 9. MOYUDAN 2.725 TINGGI 10. NGAGLIK 3.852 SEDANG 11. NGEMPLAK 3.571 SEDANG 12. PAKEM 4.384 SEDANG 13. PRAMBANAN 4.111 SEDANG 14. SEYEGAN 2.663 TINGGI NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

15. SLEMAN 3.043 SEDANG 16. TEMPEL 3.248 TINGGI

17. TURI 4.308 SEDANG

KABUPATEN SLEMAN 57.202 TINGGI

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas, terlihat besaran luas bahaya per kecamatan terpapar bahaya kekeringan di Kabupaten Sleman. Besarnya luas bahaya dipengaruhi kondisi wilayah yang rentan dilihat dari parameter kajian. Secara keseluruhan, Kabupaten Sleman memiliki potensi luas bahaya kekeringan dengan total 57.202 Ha yang berada pada kelas tinggi. Kelas bahaya Kabupaten Sleman ditentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal per kecamatan terpapar bahaya kekeringan.

6. Letusan Gunungapi

Kejadian bencana letusan gunungapi dapat dipetakan melalui beberapa komponen seperti yang dijelaskan dalam pedoman umum pengkajian risiko bencana. Parameter yang dilihat untuk menghitung kajian bahaya letusan gunungapi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Parameter Bahaya Letusan Gunungapi

PARAMETER DATA YANG DIGUNAKAN SUMBER DATA TAHUN

1. ZONAL ALIRAN PETA KRB I, II DAN III (LETUSAN

GUNUNGAPI) PVMBG 2010

2. ZONAL JATUHAN

Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Pengkajian bahaya letusan gunungapi di Kabupaten Sleman dilakukan terhadap Gunung Merapi. Berdasarkan parameter tersebut dihasilkan luas bahaya dan kelas bahaya letusan Gunungapi Merapi. Potensi luas bahaya letusan Gunungapi Merapi per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16. Potensi Bahaya Letusan Gunungapi Merapi Per

Kecamatan di Kabupaten Sleman

NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

1. BERBAH 17 RENDAH 2. CANGKRINGAN 3.515 TINGGI 3. DEPOK 46 RENDAH 4. KALASAN 170 RENDAH 5. MLATI 37 RENDAH 6. NGAGLIK 143 RENDAH 7. NGEMPLAK 583 RENDAH 8. PAKEM 2.459 TINGGI 9. PRAMBANAN 74 RENDAH 10. TEMPEL 255 RENDAH 11. TURI 1.481 SEDANG

KABUPATEN SLEMAN 8.780 TINGGI

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016

PDF Compressor Free Version

(16)

Berdasarkan tabel 16, terlihat besaran luas bahaya per kecamatan terpapar bahaya letusan Gunungapi Merapi di Kabupaten Sleman. Besarnya luas bahaya dipengaruhi kondisi wilayah yang rentan dilihat dari parameter kajian. Secara keseluruhan, Kabupaten Sleman memiliki potensi luas bahaya letusan Gunungapi Merapi dengan total 8.780 Ha yang berada pada kelas tinggi. Kelas bahaya Kabupaten Sleman ditentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal per kecamatan terpapar bahaya letusan Gunungapi Merapi.

7. Tanah Longsor

Penentuan terhadap potensi bahaya tanah longsor diketahui berdasarkan parameter pengkajian risiko bencana. Adapun parameter bahaya tanah longsor dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Parameter Bahaya Tanah Longsor

PARAMETER DATA YANG DIGUNAKAN SUMBER DATA TAHUN

1. KEMIRINGAN LERENG DEM SRTM 30 USGS 2000

2. ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH PETA-PETA ZONA KERENTANAN

GERAKAN TANAH PVMBG 2010

Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Berdasarkan perhitungan parameter tersebut dengan melihat kondisi daerah Kabupaten Sleman, maka diperoleh potensi luas bahaya dan kelas bahaya tanah longsor. Potensi luas bahaya tanah longsor per kecamatan di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 18. Potensi Bahaya Tanah Longsor Per Kecamatan di

Kabupaten Sleman

NO KECAMATAN BAHAYA

LUAS (Ha) KELAS

1. BERBAH 24 SEDANG 2. CANGKRINGAN 701 TINGGI 3. DEPOK 8 SEDANG 4. GAMPING 39 SEDANG 5. GODEAN 102 SEDANG 6. MINGGIR 89 SEDANG 7. MLATI 4 SEDANG 8. MOYUDAN 37 SEDANG 9. PAKEM 1.633 TINGGI 10. PRAMBANAN 1.800 TINGGI 11. SEYEGAN 71 SEDANG 12. TEMPEL 23 RENDAH 13. TURI 328 TINGGI

KABUPATEN SLEMAN 4.859 TINGGI

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas, terlihat besaran luas bahaya per kecamatan terpapar bahaya tanah longsor di Kabupaten Sleman. Besarnya luas bahaya dipengaruhi kondisi wilayah yang rentan dilihat dari parameter kajian. Secara keseluruhan, kabupaten Sleman memiliki potensi luas bahaya tanah longsor

dengan total 4.859 Ha yang berada pada kelas tinggi. Kelas bahaya Kabupaten Sleman ditentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal per kecamatan terpapar bahaya tanah longsor.

3.1.2.Kerentanan

Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian berdasarkan komponen kerentanan. Komponen kerentanan terdiri dari sosial, fisik, ekonomi dan lingkungan. Parameter ukur yang digunakan untuk mengkaji komponen kerentanan berpedoman pada pedoman umum pengkajian risiko bencana.

1. Parameter kerentanan sosial dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Parameter Kerentanan Sosial

PARAMETER KERENTANAN SOSIAL BOBOT

(%)

KELAS

RENDAH SEDANG TINGGI

KEPADATAN PENDUDUK 60 < 5 Jiwa/Ha 5 – 10 Jiwa/Ha > 10 Jiwa/Ha KELOMPOK RENTAN

RASIO JENIS KELAMIN (10%)

40

> 40 20-40 < 20 RASIO KELOMPOK UMUR RENTAN (10%)

< 20 20-40 > 40 RASIO PENDUDUK MISKIN (10%)

RASIO PENDUDUK CACAT (10%)

Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kajian kerentanan sosial dihitung berdasarkan kepadatan penduduk dan penduduk kelompok rentan (umur rentan, miskin dan cacat). Adapun sumber data yang digunakan dalam perhitungan tersebut adalah sebagai berikut.

 Jumlah penduduk, menggunakan data dari Kecamatan Dalam Angka Tahun 2015.  Kelompok umur, menggunakan data dari Kecamatan Dalam Angka Tahun 2015.  Penduduk cacat, menggunakan data dari Podes Tahun 2014.

 Penduduk miskin, menggunakan data dari TNP2K Tahun 2011.

Parameter kerentanan sosial berlaku sama untuk seluruh potensi bencana, kecuali untuk bencana kebakaran hutan dan lahan, karena kejadian bencana ini berada diluar wilayah pemukiman penduduk.

PDF Compressor Free Version

(17)

2. Parameter kerentanan fisik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20. Parameter Kerentanan Fisik

PARAMETER KERENTANAN FISIK

BOBOT (%)

KELAS

RENDAH SEDANG TINGGI

RUMAH 40 <400 Juta 400 – 800 Juta >800 Juta FASILITAS UMUM 30 <500 Juta 500 JUTA – 1 M >1 M FASILITAS KRITIS 30 <500 Juta 500 JUTA – 1 M >1 M

KERENTANAN FISIK = (0,4 * SKOR RUMAH) + (0,3 * SKOR FASUM) + (0,3 * SKOR FASKRIS)

Perhitungan nilai setiap parameter dilakukan berdasarkan:  Pada kelas bahaya Rendah memiliki pengaruh 0%  Pada Kelas Bahaya Sedang memiliki pengaruh 50%  Pada kelas bahaya Tinggi memiliki pengaruh 100% Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kajian kerentanan fisik dihitung berdasarkan jumlah rumah, fasilitas umum (fasilitas pendidikan dan kesehatan) dan fasilitas kritis (bandara, pelabuhan dan pembangkit listrik). Adapun sumber data yang digunakan dalam perhitungan tersebut adalah sebagai berikut.

 Jumlah rumah, menggunakan data dari Podes Tahun 2015.

 Fasilitas Umum (fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan), menggunakan data dari Podes Tahun 2014.

 Fasilitas kritis, menggunakan data dari Kementerian Perhubungan Tahun 2015 untuk data jumlah bandara dan pelabuhan, sedangkan untuk pembangkit listrik menggunakan data dari ESDM/PLN Tahun 2015.

Parameter kerentanan fisik hampir sama untuk seluruh potensi bencana, kecuali untuk bencana kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan, karena kejadian bencana ini tidak merusak bangunan maupun infrastruktur di wilayah terdampak bencana.

3. Parameter kerentanan ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Parameter Kerentanan Ekonomi

PARAMETER KERENTANAN EKONOMI

BOBOT (%)

KELAS

RENDAH SEDANG TINGGI

LAHAN PRODUKTIF 60 <50 Juta 50 – 200 Juta >200 Juta PDRB 40 <100 Juta 100 - 300 Juta >300 Juta

KERENTANAN EKONOMI = (0,6 * SKOR LAHAN PRODUKTIF) + (0,4 * SKOR PDRB)

Perhitungan nilai setiap parameter dilakukan berdasarkan:  Pada kelas bahaya Rendah memiliki pengaruh 0%  Pada kelas bahaya Sedang memiliki pengaruh 50%  Pada kelas bahaya Tinggi memiliki pengaruh 100% Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Berdasarkan tabel 21, terlihat bahwa kajian kerentanan ekonomi dihitung berdasarkan lahan produktif dan PDRB. Parameter ekonomi berlaku sama untuk seluruh potensi bencana. Adapun sumber data yang digunakan dalam perhitungan tersebut adalah sebagai berikut.

 Lahan produktif, menggunakan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014.

 PDRB, menggunakan data dari Kabupaten Sleman Dalam Angka Tahun 2015. 4. Parameter kerentanan lingkungan, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Parameter Kerentanan Lingkungan

PARAMETER KERENTANAN LINGKUNGAN

KELAS

SKOR

RENDAH SEDANG TINGGI

HUTAN LINDUNG a,b,c,d,e,f,g,h <20 HA 20 – 50 HA >50 HA

KELAS / NILAI MAKS. KELAS HUTAN ALAM a,b,c,d,e,f,g,h <25 HA 25 – 75 HA >75 HA

HUTAN BAKAU/MANGROVE a,b,c,d,e,f,g,h <10 HA 10 – 30 HA >30 HA SEMAK BELUKAR a,b,c,d,e,f,g <10 HA 10 – 30 HA >30 HA RAWA e,f,g <5 HA 5 – 20 HA >20 HA a. Tanah Longsor

b. Letusan Gunungapi c. Kekeringan

d. Kebakaran Hutan dan Lahan

e. Banjir f. Banjir Bandang

g. Gelombang Ekstrim dan Abrasi h. Tsunami

Perhitungan nilai setiap parameter dilakukan berdasarkan:  Pada kelas bahaya Rendah memiliki pengaruh 0%  Pada kelas bahaya Sedang memiliki pengaruh 50%  Pada kelas bahaya Tinggi memiliki pengaruh 100% Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kajian kerentanan lingkungan dihitung berdasarkan status kawasan hutan dan penggunaan lahan. Adapun sumber data yang digunakan dalam perhitungan tersebut adalah sebagai berikut.

 Status kawasan hutan (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove) menggunakan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014.

 Penutupan lahan (semak belukar dan rawa) menggunakan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014.

Parameter kerentanan lingkungan berbeda untuk setiap potensi bencana. Khusus untuk bencana gempabumi dan cuaca ekstrim tidak memiliki parameter ini, dikarenakan 2 (dua) bencana tersebut tidak merusak fungsi lahan maupun lingkungan.

Komponen kerentanan dikelompokkan kedalam 2 (dua) indeks pendukung dalam pengkajian kerentanan, yaitu indeks penduduk terpapar dan indeks kerugian. Indeks penduduk terpapar dihitung berdasarkan komponen sosial. Indeks kerugian dikelompokkan lagi kedalam 2 (dua) indeks yaitu indeks kerugian rupiah dan indeks kerusakan lingkungan. Pengelompokkan ini dilakukan karena kerusakan lingkungan tidak bisa

PDF Compressor Free Version

Referensi

Dokumen terkait

Model Gelombang Gempa Bumi Peta Zoning Guna Tanah Peta Geologi Peta Garis Sesar Gempa Bumi Peta Bahaya dan Risiko Cerun Peta Kerentanan Peta Risiko Bencana Untuk Pembangunan

Dari hasil overlay antara Peta Potensi Bahaya Tanah Longsor dan Peta Penggunaan Lahan di Dusun Guyon, Desa Tengklik, didapatkan risiko bencana tanah longsor

Dari analisis yang dilakukan maka diperoleh hasil dalam bentuk peta ancaman/bahaya gempa bumi, peta kerentanan dan peta kapasitas yang setelah dilakukan proses tumpang

Dalam penelitian ini menempatkan tiga parameter utama yang menentukan besarnya risiko bencana kekeringan yaitu lokasi persebaran dan besarnya ancaman bahaya

Kegiatan kajian potensi kerusakan ini mempertimbangkan kondisi wilayah Kabupaten Lebak Pengkajian risiko bencana meliputi luas bahaya, kerentanan daerah, kapasitas pemerintah dan

PDF Compressor Free Version... PDF Compressor Free

PDF Compressor Free Version... PDF Compressor Free

PDF Compressor Free Version... PDF Compressor Free