• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dari unsur-unsur keislaman. Adapun menurut Taufik Idris, Seni Islam lebih mengacu pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dari unsur-unsur keislaman. Adapun menurut Taufik Idris, Seni Islam lebih mengacu pada"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Seni Islam merupakan karya yang memiliki nilai keindahan dengan adanya perpaduan dari unsur-unsur keIslaman. Adapun menurut Taufik Idris, Seni Islam lebih mengacu pada suatu penjelmaan daripada rasa keindahan keterharuan untuk kesejahteraan hidup. Rasa yang disusun dan dinyatakan oleh pikiran sehingga ia menjadi bentuk yang dapat disalurkan dan

dimiliki.1 Seni secara konvensional dikategorikan berdasarkan manfaat yang ditimbulkan atau

bentuk yang dihasilkan, kategori tersebut di antaranya: lukisan, patung, film, tari-tarian, dan

beberapa hasil karya yang merupakan ekspresi keindahan, termasuk hasil kerajinan.2

Di Indonesia Seni Islam memiliki perkembangan yang sangat pesat, adanya fenomena tersebut mendorong Seni Islam menjadi salah satu unsur yang bernilai bagi Negara Indonesia. Wilayah Indonesia yang terdiri atas berbagai kepulauan dari Sabang sampai Merauke, setiap daerahnya memiliki karakter yang berbeda-beda sesuai dengan ciri khasnya. Hal tersebut

menjadi faktor pendorong terhadap tumbuh dan berkembangnya berbagai kebudayaan3

termasuk Budaya Seni Islam. Adapun Seni Islam yang ada di Indonesia tergolongkan kepada beberapa bentuk seperti: seni rupa, seni pertunjukan, seni arsitektur, seni tari, dan lain-lain.

Di wilayah Pantura khususnya Cirebon dan Brebes terdapat Seni Islam yang sangat unik dan menarik. Seni itu dikenal dengan nama Seni Burok, kesenian tersebut telah melekat di masyarakat muslim wilayah Cirebon dan Brebes. Seni Burok umumnya diartikan sebagai

1 Taufik Idris, Mengenal Kebudayaan Islam, (Surabaya: Pt Bina Ilmu,1983), hlm. 90. 2 Karya Umum, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: Pemeritah RI, 2004), hlm. 252. 3 Kebudayaan sebagai keseluruhan dari gagasan dan karya manusia yang diperoleh dengan proses belajar dan selalu berkembang merupakan bagian dari hidup manusia. Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas

(2)

representasi dari peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. yang dilakukan dalam kegiatan

Khitan seorang anak laki-laki di masyarakat Cirebon dan Brebes.

Berdasarkan sumber yang ada, Seni Burok yang berkembang di masyarakat Brebes awalnya berasal dari wilayah Cirebon. Hal itu berdasarkan pada adanya beberapa pendapat seperti: adanya Islamisasi yang dilakukan Sunan Gunung Djati dengan sarana kesenian dan adanya kreatifitas dari seorang Seniman Cirebon yang bernama Toal. Akan tetapi, berdasarkan sumber tertulis kelahiran kesenian tersebut lebih mengacu pada faktor kedua yang secara jelas disebutkan kesenian itu lahir pada tahun 1920an. Berasal dari sebuah karya seni seseorang yang bernama Toal dengan terinspirasi dari lukisan kaca bergambar Burok kemudian Toal membuatnya menjadi karya yang lebih nyata yaitu membuat karya seni berbentuk Boneka Burok yang dapat diperagakan dan dimainkan.

Dalam perkembanganya Seni Burok yang ada di Cirebon masuk ke wilayah Brebes dilatarbelakangi oleh adanya faktor seperti: geografis, hubungan budaya, dan interaksi masyarakat. Sebagaimana Laurer, mengungkapkan bahwa secara antropologis pola penyebaran kebudayaan termasuk di dalamnya kesenian melibatkan tiga proses, yaitu evolusi, difusi dan akulturasi. Evolusi menunjukan sebuah perkembangan masyarakat secara lambat dari yang awalnya memiliki kebudayaan yang sederhana menjadi kompleks. Kemudian difusi merupakan penyebaran kebudayaan ke daerah lain (biasanya penemuan baru) sehingga diketahui oleh masyarakat lainnya dan menimbulkan proses adaptasi budaya. Dan akulturasi mengandung arti

sebagai proses saling mempengaruhi antara dua kebudayaan yang berbeda.4

Sebelum masa revolusi Seni Burok telah dikenal oleh masyarakat Brebes, tetapi ketika masuk masa revolusi kesenian tersebut hampir tidak terdengar hingga tahun 1950an. Tetapi, pada tahun 1960 Seni Burok kembali muncul di Kecamatan Tanjung yang saat itu dianggap

(3)

sebagai kesenian tradisional yang memiliki nilai sakral oleh masyarakat. Seiring perkembangannya Seni Burok kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Brebes dengan daerah persebaran Seni Burok meliputi beberapa wilayah kecamatan seperti: Losari, Bulakamba, Banjarharjo, dan Kersana.

Seni Burok di Brebes dapat dikatakan mengalami perkembangan cukup signifikan, karena kesenian tersebut dapat menyebar keberbagai kecamatan dan bertahan hingga sekarang. Perkembangan yang terjadi pada kesenian tersebut tidak lepas dari adanya peran masyarakat sebagai pelaku utama dalam lahir dan berekmbangnya Seni Burok. Dari berbagai kecamatan yang menjadi wilayah persebaran Seni Burok, Kecamatan Banjarhajo merupakan salah satu kecamatan yang berpotensi baik bagi perkembangan Seni Burok, hal demikian diperlihatkan oleh adanya beberapa Grup Seni Burok.

Grup Seni Burok Irama Nada yang lahir pada tahun 1982 merupakan salah satu kelompok Seni Burok tertua di Kecamatan Banjarharjo. Di samping itu, Grup Seni Burok Irama Nada menjadi sebuah representasi dari grup Seni Burok lainnya di kecamatan tersebut. Grup Seni Burok Irama Nada memiliki perjalanan yang menarik, serta sebagai sebuah kelompok kesenian, Grup tersebut memiliki sifat yang berpengaruh di masyarakat.

Seni Burok yang ada di masyarakat Kecamatan Banjarharjo awalnya merupakan seni tradisional yang sangat sederhana dan kaya akan nilai. Akan tetapi, adanya perkembangan zaman membuat seni tersebut mengalami perubahan yang signifikan mulai dari bentuk dan sifatnya. Seni Burok yang awalnya bersifat sakral dan bernilai tergerus oleh pola perkembangan yang terjadi di masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan Seni Burok pada akhirnya hanya bersifat sebagai hiburan semata.

Adanya penelitian terhadap Grup Seni Burok Irama Nada merupakan langkah untuk menunjukan perjalanan suatu kelompok kesenian dalam menghadapi pesatnya perkembangan

(4)

zaman, serta mengungkap bagaimana terjadinya proses interaksi antara Grup Seni Burok dengan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, penelitian ini termasuk kedalam lingkup Sejarah Kebudayaan yang mencakup kehidupan suatu kelompok dengan lingkungan sosial di suatu wilayah.

Perlu dipahami bahwa lingkungan sosial memiliki peran besar terhadap perkembangan suatu kelompok termasuk kelompok kesenian. Di antara dua pihak tersebut akan terjadi suatu interaksi yang memberikan dampak bagi masing-masing pihak, sehingga untuk memahami semua itu harus dilakukan pendekatan sosial terhadap suatu kelompok dan lingkungan masyarakatnya.

Penelitian yang dilakukan penulis terhadap Grup Seni Burok Irama Nada ialah dengan menemui para pelaku yang menjadi sumber utama dalam grup tersebut. Selain hal tersebut, penulis juga melakukan pengamatan terhadap sikap dari masyarakat terhadap Seni Burok karena masyarakat menjadi sentral bagi perkembangan Seni tersebut.

Dari beberapa pendekatan di atas akan ditemukan sebuah benang merah yang pada akhirnya menunjukan bahwa Grup Seni Burok memiliki pengaruh terhadap bidang politik, ekonomi, dan sosial di masyarakat Banjarharjo. Di samping, itu adanya nilai-nilai positif yang terkesan tidak terlihat di masyarakat juga menjadi suatu hal yang dilematik bagi Seni Burok karena, jika fungsi Seni Burok saat ini hanya sebagai bentuk hiburan di masyarakat semua itu tidak akan memberikan hal positif bagi masyarakat yang menikmati Seni Burok.

Berdasarkan latarbelakang di atas penulis berusaha mengangkat fenomena tersebut dalam sebuah judul skripsi yaitu “Sejarah Grup Seni Burok Irama Nada di Desa Tegalreja Kecamatan Banjarharjo Sejak Tahun 1982-2013.”

Dengan diangkatnya judul tersebut oleh penulis, diharapkan dapat menunjukan pentingnya sebuah budaya kesenian sehingga menjadi bernilai. Seni Burok yang saat ini hanya

(5)

dikenal di wilayah-wilayah tertentu juga diharapkan dapat terpublikasi di masyarakat luas. Selain itu, Seni Burok sebagai kebudayaan masa lalu juga dapat mejadi pelajaran bagi para generasi penerus ataupun para pelaku yang masih hidup sehingga dapat membawa kepada masa depan yang lebih baik.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, muncul suatu permasalahan yang dirimuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Seni Burok?

2. Bagaimana asal usul Seni Burok yang berkembang di Brebes?

3. Bagaimana perkembangan yang terjadi pada Grup Seni Burok Irama Nada di Desa Tegalreja Kecamatan Banjarharjo sejak 1982-2013?

C. TUJUAN

Dengan adanya penelitian ini bertujuan untuk menjawab beberapa permasalah sebagaimana di atas, dan tujuan yang ada di antaranya sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui makna dari Seni Burok yang ada.

2. Untuk mengetahui asal usul Seni Burok yang berkembang di Brebes.

3. Untuk mengetahui perkembangan Grup Seni Burok Irama Nada di Desa Tegalreja Kecamatan Banjarharjo sejak tahun 1982 sampai 2013.

D. METODE PENELITIAN

Langkan-langkah atau metode penelitian pada umunya dimiliki semua bidang ke ilmuan, begitupun dalam ilmu sejarah. Untuk meneliti sejarah peneliti juga membutuhkan

(6)

metode guna mempermudah serta memberikan hasil yang baik pada penelitiannya.5 Metode penelitian sejarah menurut Louis Gottschalk adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Dengan mempergunakan metode sejarah sejarawan berusaha untuk merekonstruksi sebanyak-banyaknya berbagai peristiwa masa

lampau.6 Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian sejarah yaitu : Heuristik, Kritik,

Interpretasi dan Historiografi. Dari berbagai uraian di atas maka yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Heuristik

Heuristik sebagai tahap awal merupakan suatu kegiatan mengumpulkan sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, baik yang berasal dari sumber-sumber lisan, tulisan, atau pun

benda yang berhubungan dengan penelitian yang akan dikaji.7 Dalam tahap ini, penulis mencari

data-data atau sumber yang berkaitan dengan Sejarah Seni Burok secara umum.

Pertama sebelum mencari sumber-sumber dilapangan, yang penulis lakukan ialah membuat persiapan dengan cara : 1. Mempersiapkan surat-surat untuk penelitian; 2. Mempersiapkan berbagai alat tulis, rekam, dan yang lainnya; 3. Mempersiapkan draf wawancara. Ketika semua tahap tersebut telah selesai yang harus penulis siapkan selanjutnya adalah mental ketika berhadapan dengan para informan dan narasumber yang akan penulis kunjungi. Setelah itu, penulis masuk ke dalam tahap studi lapangan dengan mendatangi lembaga maupun institusi dan para informan serta narasumber yang dapat memberikan arahan serta informasi-informasi yang kita butuhkan.

Berikut adalah tahapan penulis dalam studi lapangan. Pertama, studi pustaka ke beberapa perpustakaan seperti : 1) BAPUSIPDA (Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah)

5 G. J. Garraghan, A Guide to Historycal Method, (Fordham University Press, 1946), hlm. 33. 6 Nugroho Notosusanto, Louis Gootschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI-Press, 2008), hlm. 39. 7 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah,(Bentang; Yogyakarta,1995), hlm 95.

(7)

Provinsi Jawa Barat; 2) Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung; 3) Perpustakaan Pribadi Tolib Rohmatillah; 4) Perpustakaan Umum Kabupaten Brebes. Kedua, mencari informan dan narasumber yang ada dilingkungan daerah Brebes. Ketiga, pencarian lewat internet untuk lebih mempermudah mencari tempat yang dapat menjadi pusat-pusat informasi yang penulis butuhkan. Setelah melakukan hal tersebut penulis kemudian menentukan tempat maupun orang-orang yang akan dikunjungi guna memperoleh infomasi.

Adapun tempat-tempat yang telah ditentukan karena memiliki hubungan dengan sumber atau informasi yang penulis cari diantaranya ialah: 1. Kantor Pemerintah Kabupaten Brebes, 2. Kantor Dinas Pariwisata, Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Brebes, 3. Dewan Pendidikan Kabupaten Brebes, 4. Grup Burok Irama Nada Desa Tegalreja Kecamatan Banjarharjo.

Dari berbagai tempat diatas penulis telah bertemu dengan orang-orang yang memiliki informasi serta dapat menjadi sumber bagi penelitian yang sedang dikaji. Orang-orang yang dimaksud di antaranya yaitu: 1) Drs. Atmo Tan Sidik sebagai Kabid Humas Pemerintah Kab. Brebes dan juga Budayawan Brebes; 2) Wijanarto, S. Pd, sebagai Staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Brebes serta anggota Dewan Pendidikan Kab. Brebes; 3) Sri Rubiyatun sebagai pensiunan Staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Brebes; 4) Bapak Hadi Wijaya sebagai Ketua Grup Seni Burok Irama Nada; 5) Bapak Nuri sebagai Sekretaris Grup Seni Burok Irama Nada. Penulis kemudian berdialog serta melakukan wanwacara terhadap narasumber ataupun informan sebagaimana disebutkan di atas. Dengan adanya beberapa kegiatan tersebut dihasilkanlah sumber-sumber yang didapatkan penulis.

Kemudian hasilnya telah didapatkan baik dalam bentuk sumber tertulis, lisan, dan visual. Sumber-sumber yang ada kemudian dikelompokan ke dalam pembagian sumber sejarah. Adapun hasil yang telah susun oleh penulis di antaranya ialah sebagai berikut:

(8)

1. Sumber Lisan

a. Hadi Wijaya, Laki-laki, Usia 45 tahun, Ketua Grup Seni Burok Irama Nada,

Banjarharjo Brebes: Rumah Kediaman, 17 Mei 2013.

b. Drs. Atmo Tansidik, Laki-laki, Usia 52 tahun, Budayawan Brebes, Lokasi

wawancara Kantor Kabid Humas PEMDA Brebes, 17-20 Mei 2013.

c. Wijanarto, S. Pd, Laki-laki, Usia 42 tahun, staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kab.Brebes, Lokasi wawancara Kantor Dewan Pendidikan Kab. Brebes, 20 Mei 2013.

d. Nuri B Kulsum, Laki-laki, Usia 38 tahun, Sekretaris Grup Seni Burok Irama

Nada, Banjarharjo Brebes: Rumah Kediaman, 15 Agustus 2013.

2. Sumber Tulisan

a. Naskah, Profil Seni Burok Dangdut Irama Nada Desa Tegalreja Kec. Banjarharjo. b. Piagam Pengesahan Seni Burok Irama Nada oleh Pemerintah Kabupaten Brebes

tahun 2013.

c. Bukti Transaksi Pembayaran Pentas Seni Burok Irama NadaDesa Tegalreja Kec. Banjarharjo 2012.

d. A. Sugiarto, dkk, Deskripsi Kesenian Burok, (Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997).

e. Pudjo, Rahayu, dkk, Ragam Budaya Jawa Tengah, (Semarang: DPRD Prov Jateng, 2006).

f. Bambang, Lelono, dkk, 2011, Pengembangan Potensi Budaya Berbasis Kearifan Lokan di Kabupaten Brebes, Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto.

(9)

g. Nano, Riantiarno, Cirebon Terbuka Cirebon Terluka, (Yogyakarta: Pusat Studi Kebudayaan UGM, 2003).

h. Sinta Gusfiyani, Kesenian Genjering Burok di Desa Pakusamben Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon, (Bandung: STSI, 1999).

i. Turyati, Fungsi dan Makna Kesenian Burok Bagi Masyarakat Desa Sindangheula Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes,Tesis (Surakarta: STSI, 2006).

j. Soedarmo, dkk, Sejarah Kabupaten Brebes,(Brebes: PEMDA Kabupaten Brebes,

2012).

k. Atmo, Tansidik, et al., Pengkajian Tradisi Dokumentasi Seni dan Folklore di Kabupaten Brebes, (Brebes: Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, 2010). l. Zulkarnain, “Buraq Menurut Hadis Nabi Muhammad SAW,” Artikel,

(http://atjehlink.com/buraq-menurut-hadis-nabi-muhammad-saw/), diakses tanggal

28 Juni 2013.

3. Sumber Visual (Benda)

a. Foto tercetak, Perlengkapan Seni Burok 1994, koleksi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

b. Foto tercetak Pentas Seni Burok tahun 1997, koleksi Cahyanto. c. Foto tercetak Pentas Seni Burok tahun 2005, koleksi Cahyanto. d. Foto tercetak Pentas Seni Burok tahun 2004, koleksi Turyati. e. Foto tercetak Pentas Seni Burok tahun 2013, koleksi Cahyanto. f. Audio visual, Kegiatan Pentas Seni Burok 2012, koleksi Cahyanto. b. Kritik

(10)

Setelah dilakukannya tahapan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber yang ada. Penulis kemudian melakukan tahap kritik yang merupakan tahap penyeleksian sumber untuk menentukan keaslian serta kebenaran atas sumber-sumber yang ada. Seperti pada umumnya

bahwa kritik sumber terkait pada dua aspek yaitu ekstern dan intern.8 Sehingga Kritik terbagai

kedalam dua tahap yaitu: 1. Kritik Ekstern

Kritik ekstern adalah tahap penyeleksian sumber guna mengkaji keaslian sumber-sumber yang ada dengan meninjau terhadap unsur-unsur seperti: waktu

pembuatan, penulis, jenis huruf, dan unsur yang lainnya.9 Berkaitan dengan hal

tersebut, maka penulis melakukan kritik sumber terhadap sumber-sumber tertulis, lisan, dan visual berikut hasl dari kritik ekstern :

a. Kritik Sumber Tulisan

1. Arsip Profil Seni Burok, Dangdut Irama Nada Desa Tegalreja Kec. Banjarharjo, 2010. Naskah tersebut merupakan bagian dari proposal Seni Burok yang diajukan kepada pemerintah Kab. Brebes oleh sekretasi Grup Seni Burok Irama Nada tahun 2010.

2. Piagam Pengesahan Pemerintah Kabupaten Brebes tahun 2013. Piagam tersebut adalah piagam dari pemerintah sebagai bukti pengakuan terhadap Grup Seni Burok Irama Nada. Piagam yang penulis dapatkan berupa foto copy yang telah dilegalkan oleh pemerintah Kabupaten Brebes serta foto asli dari piagam tersebut.

3. Surat Transaksi Pembayaran, Pentas Seni Burok Irama Nada Desa Tegalreja Kec. Banjarharjo 2012. Surat tersebut adalah bukti transaksi yang dibuat untuk

8 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu …., hlm. 100.

(11)

masyarakat yang menggunakan jasa Grup Seni Burok untuk mengadakan pentas. Surat yang penulis dapatkan merupakan dokumen yang asil dari Sekretaris Grup tersebut.

4. Buku, “Deskripsi Kesenian Burok” adalah buku yang dibuat pada tahun 1997 dan disusun oleh sebuah kelompok penelitian yang terdiri dari A. Sugiarto, Rofiq, Tri Mursitowati, dan Slamet Wirono. Buku tersebut penulis dapatkan dari seorang Budayawan yang bernama Atmo Tansidik. Buku tersebut merupakan fotokopi dari buku asli yang di dalamnya tidak ada perubahan.

5. Buku, “Tradisi, Dokumentasi Seni dan Folklore Di Kabupaten Brebes Jawa Tengah” adalah buku yang dibuat pada tahun 2010 dan disusun oleh kelompok penelitian yang terdiri dari Drs. Atmo Tansidik, Sri Rubiatun, Daryono, Sarwidi, dan Wijanarto. Buku tersebut penulis dapatkan dari seorang Budayawan yang bernama Atmo Tansidik. Buku tersebut merupakan fotokopi dari buku asli yang di dalamnya tidak ada perubahan.

6. Makalah, Pengembangan Potensi Budaya Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Brebes yang dibuat oleh Bambang, Lelono, dkk, tahun 2011. Makalah tersebut penulis dapatkan dari seorang Budayawan yang bernama Atmo Tansidik. Makalah tersebut merupakan fotokopi dari buku asli yang di dalamnya tidak ada perubahan. 7. Buku, “Sejarah Kabupaten Brebes” ,yang dibuat pada tahun 2012 oleh Soedarmo, dkk. Buku tersebut penulis dapatkan dari Disparbudpora (Dinas Pariwisata Budaya dan Olahraga Kabupaten Brebes. Buku tersebut adalah buku asli yang diberikan oleh Kabid Pariwisata dan Budaya.

8. Makalah, “Cirebon Terbuka Cirebon Terluka”, adalah makalah yang dibuat dalam kegiatan Seminar Sehari, Kebudayaan Cirebon dan Pertunjukan Tarling pada

(12)

tahun 2003 oleh Nano Riantiarno. Makalah tersebut penulis dapatkan dari seorang Budayawan yang bernama Atmo Tansidik. Makalah tersebut merupakan fotokopi dari buku asli yang di dalamnya tidak ada perubahan.

9. Zulkarnain, “Buraq Menurut Hadis Nabi Muhammad SAW,” Artikel,

(http://atjehlink.com/buraq-menurut-hadis-nabimuhammad-saw/), diakses tanggal

28 Juni 2013. Artikel yang dibuat oleh Dr. Zulkarnain, M.A ini menjadi salah satu sumber rujukan mengenai definisi seni Burok yang berkembang pada masa sekarang.

10. Buku, “Ragam Budaya Jawa Tengah”, adalah makalah yang dibuat pada tahun 2006 oleh Drs, Pudjo Rahayu, dkk. Buku tersebut penulis dapatkan dari seorang Budayawan yang bernama Atmo Tansidik. Makalah tersebut merupakan fotokopi dari buku asli yang di dalamnya terdapat coretan-coretan karena fotokopi kurang sempurna namun tidak menghilangkan isi asli dari buku yang ada.

b. Kritik Sumber Lisan

1. Bapak Hadi Wijaya adalah Ketua Grup Burok Irama Nada di Desa Tegalreja. Beliau lahir pada tahun 1968, beliau adalah salah seorang yang menjadi pelaku dalam pendirian Grup Seni Burok Irama Nada yang didirikan pada tahun 1982. 2. Bapak Nuri B Kulsum, adalah Sekretaris Grup Burok Irama Nada di Desa

Tegalreja. Beliau lahir pada tahun 1968, beliau adalah salah seorang yang menjadi menjadi pelaku dalam sejarah perkembangan Grup Seni Burok Irama Nada. 3. Bapak Drs. Atmo Tansidik adalah salah seorang Budayawan Brebes yang sekarang

menjabat sebagai Kabid Humas di kantor PEMDA (Pemerintah Daerah) Kabupaten Brebes. Beliau lahir pada tahun 1961. Sebagai budayawa beliau

(13)

memiliki banyak koleksi buku mengenai ragam budaya di Brebes termasuk di antaranya buku-buku Seni Burok. Beliau telah menjadi anggota penelitian mengenai beragam budaya Brebes bahakan beliau juga menjadi salah satu ketua penelitian Budaya Brebes.

4. Bapak Wijanarto, S.Pd adalah salah seorang staf di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Brebes serta menjabat sebagai anggota di Dewan Pendidikan Kabupaten Brebes. Beliau lahir pada tahun 1971. Beliau telah mengikuti berbagai penelitian tentang kebudayaan di Brebes.

c. Kritik Sumber Visual

Sumber tersebut berupa benda-benda dan kegiatan yang terdokumentasikan ke dalam bentuk foto dalam buku Deskripsi Seni Burok adapun dokumentasi-dokumentasi foto-foto tersebut ialah:

1. Foto Digital, Perlengkapan Seni Burok tahun 1994, foto tersebut merupaka foto yang penulit dapatkan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang kemudian penulis foto ulang.

2. Dokumen Pribadi, Kegiatan Pentas Seni Burok 1998, Foto tercetak. Foto tersebut merupakan koleksi yang penulis miliki karena kegiatan tersebut berlangsung di acara hajat dari saudara penulis.

3. Dokumen Pribadi, Kegiatan Pentas Seni Burok 2003, Foto tercetak. Foto tersebut merupakan koleksi yang penulis miliki karena dalam kegiatan tersebut penulis menjadi pelaku (pihak) yang menggunakan jasa Seni Burok dalam acara hajatan.

(14)

4. Foto Digital, Kegiatan Pentas Seni Burok 2013, koleksi Pribadi. Foto tersebut merupakan dokumentasi penullis untuk menunjukan perkembangan kesenian tersebut pada tahun 2013.

2. Kritik Intern

Setelah dilakukan kritik ekstern yang penulis lakukan berikutnya ialah kritik Intern yang merupakan penyeleksian sumber-sumber yang ada guna menguji kredibilitas atau

kebenaran isi dari sumber tersebut.10 Adapun sumber yang ada, menurut pandangan penulis

dengan mempertimbangkan berbagai hal, yaitu:

1. Sumber-sumber yang penulis miliki serta telah melalui kritik ekstern merupakan sumber yang detail karena memiliki identitas jelas.

2. Isi dari sumber yang ada antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan sehingga dapat menunjang serta memperkuat dari sumber satu kepada sumber yang lainnya. 3. Antara sumber-sumber di atas juga mendapat legalisasi pemerintah baik pemerintah

provinsi maupun kabupaten seperti di antaranya buku-buku hasil dari penelitian. 4. Untuk sumber-sumber lisan yang penulis lihat dari cara penyampaian narasumber

semuanya dapat dipercaya dan bisa digunakan bagi penunjang penelitian karena semua narasumber telah memiliki kriterian seperti: perannya sebagai pelaku, saksi, peneliti, dan lain-lain.

5. Dari banyak sumber yang telah melalui berbagai proses yang ada penulis memandang bahwa semua sumber-sumber tersebut layak untuk digunakan dalam menunjang

(15)

penelitian penulis karena dari isinya semuanya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.

c. Interpretasi

Tahap yang perlu dilakukan oleh penulis selanjutnya adalah interpretasi, dimana pada tahap tersebut merupakan tahap penafsiran yang menuntut penulis untuk menguraikan

fakta-fakta sejarah yang telah kita dapatkan secara jelas.11 Dengan dilakukannya tahap tersebut

bertujuan untuk menguak informasinya lebih dalam sehingga terurai jelas dan memiliki keterkaitan yang pada akhirnya dapat direkonstruksi sebagaimana peristiwa sejarah pada umumnya. Pada tahap ini langkah-langkah yang penulis lakukan adalah:

1. Analisis

Analisis berarti menguaraikan.12 Data-data yang ada dalam setiap sumber baik

tulisan, lisan, dan benda harus penulis analisis (uraikan) ke dalam bentuk narasi. Missal salah satunya, yaitu: foto, dari foto yang ada penulis uraikan ke dalam bentuk narasi yang kemudian dituliskan. Penulis harus menguraikan poin-poin dari isi foto seperti: 1. Apa maksud dari foto tersebut? 2. Kapan peristiwa dalam foto tersebut berlangsung? 3. Apa saja yang ada di dalamnya? Dan lain sebagainya. Dari semua data yang telah dianalisi tersebut kini berubahlah menjadi fakta.

2. Sintesis

11 Kuntowijoyo,Pengantar Ilmu….,

(16)

Sintesis berarti menyatukan.13 Setelah dihasilkannya fakta sejarah semua fakta yang berasal dari sumber-sumber yang ada dipastikan akan berbeda antara satu sama lain dalam segi bahasannya. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan konsep seperti apa saja yang akan penulis bahas. Dari poin-poin yang akan masuk dalam pembahasan penulis misalnnya: 1. Pengertian Seni Burok, 2. Pekembangan Seni Burok. Dari kedua pembahasan tersebut fakta-fakta yang ada dikelompokan terlebih dahulu fakta yang berkaitan dengan pengertian disatukan antara fakta dengan pembahasan yang terkait begitupun sebaliknya. Dengan demikian, sejarah yang akan penulis ungkap memiliki urutan-urutan yang akan dibahas sehingga semua itu menjadi suatu kesatuan.

d. Historiografi

Setelah dilaluinya berbagai tahap seperti, heuristik, kritik, dan interpretasi dalam tahapan penelitian sejarah penulis akan menemui tahap terakhir yaitu historiografi. Historiografi sebagai tahap akhir dalam penelitian sejarah memiliki posisi penting dalam penelitian ini karena disinilah sejarah sebagai hasil penelitian dituliskan sehingga menjadi perantara antara peneliti dan pembaca bisa terhubung, peneliti. Maka, penulis harus sebaik

mungkin dalam mengemas hasil penelitiannya dalam suatu karya yang berupa tulisan.14 Atas

dasar tersebut yang hal-hal yang harus dilakukan penulis diantaranya ialah : 1) memperhatikan EYD yang baik dan benar dalam penulisan; 2) memperhatikan sistematika penulisan; 3) menggunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.

13 Kuntowijoyo,Pengantar Ilmu…., hlm.103. 14 Kuntowijoyo,Pengantar Ilmu…., hlm 104

(17)

Tahapan Historiografi adalah tahap penulisan yang berdasarkan pada hasil dari tahap sebelumnya yaitu interpretasi. Hasil interpretasi itulah yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Adapun untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai nomor satu dan tiga akan lebih terlihat dalam bab-bab pembahasan karena untuk Bab I (proposal) mengenai historiografi akan dipaparkan hanya mengenai sistematika penulisannya yaitu seperti:

BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi, latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan, dan langkah-langkah penelitian.

BAB II merupakan bab yang berisi pembahasan mengenai gambaran umum

kabupaten Brebes, dan asal usul Seni Burok.

BAB III merupakan bab yang berisi pembahasan mengenai latar belakang

lahirnya Grup Seni Burok Irama Nada, perkembangan grup Seni Burok Irama Nada, dan kontinuitas serta pengaruh pertunjukan Seni Burok di masyarakat Banjarharjo.

BAB IV merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari berbagai

Referensi

Dokumen terkait

Organisasi merupakan alat manajemen pada praktek penyelenggara tugas dan kewajiban untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan. Terkaitdengan hal tesebut, dlam menjalankan

berorientasi kepada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non- exclusive Royalty –

Berdasarkan hasil penelitian manajemen strategi peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 5 Medan sudah berjalan dengan baik, jika dilihat dari kerja sama tim yang

Berdasarkan data tabel tersebut, maka produk pengembangan akan berakhir saat skor penilaian terhadap media pembelajaran ini telah memenuhi syarat kelayakan dengan tingkat kesesuaian

Logika fuzzy dapat digunakan untuk menggambarkan suatu sistem dinamika yang kacau, dan logika fuzzy dapat berguna untuk sistem yang bersifat dinamis yang kompleks

Mumu Komaro, M.T., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Sekretaris Departemen Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas

Sebagai daerah otonom, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam menjalankan otonominya, didukung dengan Organisasi Perangkat Daerah yang ditetapkan dengan