• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK NPK MUTIARA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa var aggregatum L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK NPK MUTIARA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa var aggregatum L."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK NPK

MUTIARA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH

(Allium cepa var aggregatum L.)

Irawaty Rosalyne1, Warlinson Girsang2,Andri Novaldi Damanik3 1,2Dosen Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian USI 3Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian USI

Abstrak

Penelitian dilaksanakan di Desa Sirube-Rube, Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun dengan ketinggian tempat 1000 meter diatas permukaan laut, penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hinggaDesember 2015.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Mikoriza dan pupuk NPK Mutiara serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: bibit bawang merah, pupuk Mikoriza, pupuk NPK Mutiara, insektisida dan fungisida. Alat yang digunakan adalah: cangkul, garpu, sprayer, ember, timbangan, gembor, papan nama dan kalkulator, Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor, pertama Dosis pupuk Mikoriza, C0 (tanpa pupuk

Mikoriza), C1 (25 g/plot, C2 (50 g/plot), C3 (75 g /plot). Faktor kedua: Dosis

pupuk NPK Mutiara, D0 (tanpa pupuk NPK Mutiara), D1(15 g/plot), D2 (25

g/plot), D3 (35 g/plot), diperoleh 16 kombinasi dan diulang 3 kali. Parameter yang

diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah siung (buah), produksi siung segar tanaman sampel (g), dan produksi siung per plot (Kg).Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian Mikoriza dan pupuk NPK Mutiara berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (cm) Umur 4 dan 6 MST dan tidak berpengaruh nyata untuk kombinasi serta pada parameter jumlah siung per rumpun (buah), berat siung per tanaman (g), dan berat siung basah per plot (kg).

Kata Kunci: Mikoriza, jumlah suing, pertumbuhan, produksi Pendahuluan

Bawang merah diduga berasal dari daerah Asia tengah, yaitu di sekitar India, Pakistan sampai Palestina, dan bahkan daerah Pegunungan Iran,Mesir, dan Turki.Meskipun pada zaman perunggu atau sekitar 5.000 SM bawang merah mulai disebut-sebut, tetapi tidak ada catatan resmi sejak kapan bawang merah mulai dikenal dan digunakan.Diduga, bawang merah sudah dikenal sejak 3,200-2700 SM (Soedirdjo M,D,S,1985).

Bawang merah merupakan sayuran rempah yang cukup populer di kalangan masyarakat, khususnya di Sumatera Utara.Hampir pada setiap masakan, sayuran ini selalu ditambahkan karena berfungsi sebagai bumbu penyedap rasa. Selain itu,

(2)

masih banyak manfaat lain yang bisa didapat dari bawang merah, seperti untuk obat tradisional (Tim Prima Tani Balitsa, 2007).

Usaha pertanian yang mengandalkan bahan kimia seperti pupuk anorganik dan pestisida kimiawi yang telah banyak dilakukan pada masa lalu dan berlanjut hingga sekarang telah banyak menimbulkan dampak negatif, tidak hanya terhadap manusia tetapi juga terhadap lingkungan. Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh pertanian kimiawi adalah tercemarnya produk pertanian oleh bahan kimia yang selanjutnya akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Menyadari akan hal tersebut maka diperlukan usaha untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi cemaran bahan kimia ke dalam tubuh manusia dan lingkungan (Sutanto, 2002).

Sistem bertani secara alami pada keadaan penduduk yang padat dan kepemilikan lahan yang sempit sangatlah sulit,oleh sebab itu diperlukan sistem pertanian alternatif yang bersifat berkelanjutan dan akrab lingkungan.Salah satu alternatif tersebut adalah sistem pertanian organik yang mengacu pada sistem alam, tetapi memerlukan bantuan bioteknologi (Murbandono, 2000).

Pemupukan sangat menentukan dalam peningkatkan produktivitas tanaman.Petani sayuran dalam teknik pemupukan saat ini sering kali melebihi dosis anjuran.Hal ini dikhawatirkan dalam jangka panjang dapat merusak sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Prihmantoro, 2001).

Pupuk Hayati Mikoriza adalah cendawan yang mampu masuk kedalam akar tanaman dan meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur hara. Lebih dari 80% tanaman dapat bersimbiosis dengan mikoriza (CMA).Mikoriza terdapat pada sebagian besar ekosistem alam dan pertanian serta memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan produktifitas tanaman (Pupuk Cantik, 2010).

Pupuk NPKmerupakan pupuk anorganik yang memiliki kandungan unsur-unsur nitrogen, posfor, dan kalium.Kekurangan nitrogen, posfor, dan kalium dalam tanah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu dan hasil tanaman menurun karena pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintetis terganggu.

(3)

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Mikoriza dan pupuk NPK Mutiara serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sirube-Rube, Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun dengan ketinggian tempat ± 1000 meter diatas permukaan laut, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hinggaDesember 2015.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: bibit bawang merah, pupuk Mikoriza, pupuk NPK Mutiara, insektisida dan fungisida. Alat yang digunakan adalah: cangkul, garpu, sprayer, ember, timbangan, gembor, papan nama dan kalkulator,

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor, pertama Dosis pupuk Mikoriza, C0 (tanpa pupuk Mikoriza), C1 (25 g/plot,

C2 (50 g/plot), C3 (75 g /plot).Faktor kedua: Dosis pupuk NPK Mutiara, D0 (tanpa

pupuk NPK Mutiara), D1 (15 g/plot), D2 (25 g/plot), D3 (35 g/plot), diperoleh 16

kombinasi dan diulang 3 kali.Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah siung (buah), produksi siungsegartanaman sampel (g), dan produksi siung per plot (Kg).

Hasil dan Pembahasan Tinggi Tanaman (cm)

Hasilanalisis sidik ragam tinggi tanamanmenunjukkanbahwa pemberian pupuk mikoriza dan pupuk NPK mempengaruhitinggi tanaman bawang merah, tetapi interaksi pemberian Mikoriza dan NPK tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman bawang merah.Perbedaan antara perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Hasil UJi Beda Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Bawang

MerahAkibatPemberian Mikoriza dan Pupuk NPK Mutiara. Perlakuan Rata-Rata Tinggi TanamanPada Umur

4 MST 6 MST C0 21.08d 27.59d C1 21.84c 28.61c C2 22.13bc 29.45bc C3 22.87a 29.80ab D0 19.39 d 24.96 d D1 21.17 c 27.23 c

(4)

D2 22.88 b 29.50 b D3 24.48a 33.77 a C0D0 17.87 23.57 C1D0 19.72 24.20 C2D0 19.78 25.88 C3D0 20.17 26.17 C0D1 20.40 26.67 C1D1 20.92 27.02 C2D1 21.34 27.43 C3D1 22.03 27.79 C0D2 22.23 27.82 C1D2 22.52 29.28 C2D2 23.17 30.06 C3D2 23.59 30.82 C0D3 23.81 32.30 C1D3 24.18 33.93 C2D3 24.23 34.41 C3D3 25.70 34.43

Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5%.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa umur 4 MST perlakuan C3 berbeda nyata

dengan perlakuan C0, C1 dan C2,sedangkan umur 6 MST perlakuanC3berbeda

nyata dengan C0 dan C1, tetapi tidak berbeda nyata dengan C2. Hal ini disebabkan

karena fungsi mikoriza adalah sebagai senyawa yg dapat meningkatkan luas permukaan serapan air dan unsur hara pada akar tanaman, meningkatnya volume akar menyebabkan penyerapan air dan unsur hara menjadi lebih baik pada tanaman, kekurangan mikoriza menyebabkan berkurangnya fungsi akar untuk menyerap air dan unsur hara, dan fungsi dari pupuk NPKsebagai salah satu sumber zat hara yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi (Normahani 2015). Kekurangan pupuk NPK dapat menyebabkan fase pertumbuhan menjadi lambat dan tanaman kerdil, pertumbuhan daunnya kerdil, tapi daun tanaman menjadi menguning dan daun mudah layu. Sedangkan kelebihan pupuk NPKmenyebabkan penyerapan unsurlain terganggu namun gejalanya pada tanaman tidak terlihat secara fisik.Pengaruh pemberian Mikoriza dan NPK Mutiara terhadap tinggi tanaman bawang merah pada umur 4 dan 6 MST dapat di lihat pada Gambar 1dan Gambar 2.

(5)

4 MST 6 MST 0 5 10 15 20 25 30 35 C0 C1 C2 C3 Perlakuan T in gg i T an am an ( cm )

Gambar 1. Histogram Hubungan Perlakuan MikorizaTerhadap Tinggi Tanaman (cm) Umur 4MST dan 6MST 4 MST 6 MST 0 5 10 15 20 25 30 35 40 D0 D1 D2 D3 Perlakuan T in gg i T an am an ( cm )

Gambar 2. Histogram Hubungan Perlakuan NPK Mutiara Terhadap Tinggi Tanaman (cm) Umur 4 MST dan 6 MST

Gambar 2memperlihatkan bahwa umur 4 MST perlakuan D3berbeda nyata

dengan perlakuan D2, D1 dan D0, sertaumur 6 MST perlakuan D3berbeda nyata

dengan perlakuan D2, D1 dan D0, Meningkatnya pertumbuhan dan produksi

bawang merah akibat pemberian NPK yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Engelstad (1997) mengatakan bahwa pemberian NPK yang optimal dapat membantu pertumbuhan vegetatif terutama daun, membantu pertumbuhan akar dan tunas, dan membantu pembuahan.Oleh karena itu

(6)

pemberian NPK yang optimal dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan produksi tanaman.

Kombinasi pupuk mikoriza dan NPKterhadap tinggi tanaman berpengaruh tidak nyata.Hal ini diduga spora mikoriza yangtumbuh melakukan interaksi dengan akar tanaman bawang merah sehingga hifa-hifa eksternal yang tumbuh dari akar membantu memperluas jangkauan akar dalam menyerap air dan unsur hara yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Suherman et al. (2007) menyatakan bahwa fungsi mikoriza untuk meningkatkan serapan hara terutama unsur hara N, P dan K melalui hifa eksternalnya sehingga akan meningkatkan laju tumbuh relatif tanaman bawang merah.interaksi tidak terjadi apabila salah satu faktor yang lebih dominan dari pada faktor lainnya atau kedua faktor yang tidak saling mendukung untuk pertumbuhan dan produksi suatu tanaman.

Jumlah SiungPer Rumpun (buah)

Analisis ragam jumlah siung per rumpun menunjukan bahwa pemberian mikoriza dan pupuk NPKberpengaruh tidaknyata terhadap jumlah siung per rumpun. Perbedaan antara perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2.Rata-Rata Jumlah Siung Per Rumpun Bawang MerahAkibatPemberian Mikoriza dan Pupuk NPK Mutiara (buah).

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Siung

C0 3.66 C1 3.63 C2 3.62 C3 3.41 D0 3.51 D1 3.62 D2 3.64 D3 3.54 C0D0 3.44 C1D0 3.39 C2D0 3.56 C3D0 3.66 C0D1 3.38 C1D1 3.99 C2D1 3.96 C3D1 3.16 C0D2 4.24

(7)

C1D2 3.78 C2D2 3.04 C3D2 3.48 C0D3 3.57 C1D3 3.34 C2D3 3.92 C3D3 3.32

Tabel 2 memperlihatkan bahwa perlakuan C0 menghasilkan jumlah siung

tertinggi (3.66 buah) yang diikuti dengan perlakuan C1 dan C2.Sedangkan jumlah

siung terendah terdapat pada perlakuan C3 (3.41 buah).Hal ini diduga karena

fungsi mikoriza yang tidak bekerja secara efektif karena faktor cuaca yang tidak menguntungkan apabila fungsi mikoriza tidak dapat berjalan dengan baik mikoriza dapat menjadi parasit bagi tanaman dan faktor latar belakang tanah yang kurang bagus juga mempengaruhi hasil tanaman, selain itu intesitas cahaya yang tidak stabil juga mempengaruhi hasil tanaman.Suherman et al (2007) menyatakan bahwa fungsi mikoriza untuk meningkatkan serapan hara terutama unsur hara N, P dan K melalui hifa eksternalnya sehingga akanmeningkatkan laju tumbuh relatif tanaman bawang merah.

Perlakuan D2 menghasilkan jumlah siung tertinggi (3,64 buah) yang diikuti

dengan perlakukan D1, D3 dan D0. Sedangkan jumlah siung terendah terdapat

pada perlakuan D0 (3.51 buah).Sri Handayani (2001), bahwa tanaman bawang

merah akan aktif membelah membentuk anakan setelah fase pertumbuhan vegetatif yang dicapai, serta pendapat Sumadi (2003), bahwa kemampuan bawang merah untuk membentuk anakan sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor teknik bercocok tanam. (seperti pemupukan). Dengan demikian, untuk menghasilkan anakan/jumlah siung yang banyak maka digunakan bibit unggul yang mempunyai genetis dengan keturunan jumlah siung yang banyak seperti varietas Mentes dengan pemupukan nitrogen yang sesuai.

Pada perlakuan kombinasi yaitu C0D2menghasilkan jumlah siung tertinggi

(4.24 buah) yang diikuti dengan C3D3, C3D2, C3D1, C3D0, C2D3, C2D2, C2D1,C2D0,

C1D3, C1D2, C1D1, C0D3, C0D1 dan C0D0. Dari penelitian yang telah dilaksanakan

perlakuan pemberian mikoriza tidak mempengaruhi pertumbuhan jumlah siung hal ini dikarenakan senyawa mikoriza tidak cocok untuk tanaman semusim

(8)

artinya semakin banyak pengaplikasian mikoriza semakin tidak bagus untuk tanaman, karena sejatinya senyawa mikoriza adalah untuk tanaman tahunan.

Hal ini diduga karena pada pertumbuhan vegetatif bawang merah lebih dipengaruhi oleh ketersediaan unsur N pada tanaman.Unsur N pada tanaman berfungsi membentuk asam amino dan protein yang dimanfaatkan dalam memacu pertumbuhan fase vegetatif (Novizan, 2002). Selain itu, faktor lingkungan terutama cahaya diduga menjadi penyebabnya. Intensitas cahaya pada penelitian ini relatif sama sehingga pertumbuhan tinggi tanaman berpengaruh tidak nyata, sebagaimana dikatakan oleh Filter dan Hay (1994) bahwa pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya dan suhu, dimana kedua faktor ini berperan penting dalam produksi dan transportasi bahan makanan sehingga dengan intensitas cahaya yang sama maka pertumbuhan tanaman yang dihasilkan juga relatif sama.

Widastuti dan Kramadibtrata (1993) menyatakan bahwa tingkat infeksi mikoriza yang rendah atau tinggi sangat ditentukan oleh kecocokan mikoriza dengan tanaman, faktor lingkungan beserta interaksi serta senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan tanaman.

Berat Siung Basah Per Rumpun (g)

Analisis ragam berat siung per tanaman menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza dan pupuk NPK berpengaruh tidaknyata terhadap berat siung per tanaman.Perbedaan antara perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Rata-Rata Berat Siung Basah Per Rumpun Bawang MerahAkibat Pemberian Mikoriza dan Pupuk NPK Mutiara (g).

Perlakuan Rata-Rata Berat Siung Basah Per Rumpun (g)

C0 48.26 C1 47.96 C2 44.06 C3 46.62 D0 44.29 D1 48.87 D2 47.82 D3 45.93 C0D0 47.37 C1D0 44.73 C2D0 44.64

(9)

C3D0 40.40 C0D1 47.43 C1D1 49.29 C2D1 50.81 C3D1 47.93 C0D2 52.09 C1D2 47.00 C2D2 43.43 C3D2 48.74 C0D3 46.13 C1D3 50.81 C2D3 37.35 C3D3 49.41

Tabel 3 memperlihatkan bahwa perlakuan C0menghasilkan berat siung per

tanaman terberat tertinggi (48.26 g) yang diikuti dengan perlakuan C1, C2 dan

C3.Sedangkan berat siung per tanaman terendah terdapat pada perlakuan C2

(46.62 g).

Perlakuan D1 menghasilkan berat siung per tanaman terberat (48.87 g) yang

diikuti dengan perlakuan D2, D3 dan D0.Sedangkan berat siung per tanaman

terendah pada perlakuan D0 (44.29 g).Hal ini sejalan dengan Sudjijo,(1994) yang

menyatakan bahwa tanaman selama hidupnya sangat membutuhkan unsur hara. Tanaman akan tumbuh subur dan memperoleh hasil yang baik apabila unsur hara tersebut terpenuhi. Palungkun dan Budiarti (2004) menyatakan penggunaan pupuk organik dimaksudkan untuk menambah kandungan bahan organik tanah, memperbaiki sifat fisik tanah, agar jumlah hara yang di butuhkan oleh tanaman lebih banyak lagi.

Perlakuan kombinasi yaitu C0D2 menghasilkan berat siung per tanaman

terberat (52.09buah) yang diikuti dengan C3D3, C3D2, C3D1, C3D0, C2D3, C2D2,

C2D1, C2D0, C1D3, C1D2, C1D1, C1D0,C0D3, C0D1dan C0D0.Penelitian yang telah

dilaksanakan perlakuan pemberian mikoriza tidak mempengaruhi pertumbuhan berat siung hal ini dikarenakan senyawa mikoriza tidak cocok untuk tanaman semusim artinya semakin banyak pengaplikasian mikoriza semakin tidak bagus untuk tanaman, karena sejatinya senyawa mikoriza adalah untuk tanaman tahunan.Hal ini mungkin karena pemberian mikoriza dan NPK pada dosis tinggi mengandung zat hara yang berlebihan untuk menaikkan bobot siungbasah.Bobot

(10)

siung basah yang rendah kemungkinan berhubungan dengan sedikitnya atau banyaknya pupuk mikoriza dan pupuk NPK yang diperlukan tanaman sehingga pertambahan bobot siung basah lambat.

Berat SiungBasahPerPlot (kg)

Analisis ragam berat siung basah per plot menunjukan bahwa pemberianmikoriza dan pupuk NPK berpengaruh tidaknyata terhadap berat siung basah per plot.Perbedaan antara perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Rata-Rata Berat Siung Basah PerPlotBawang MerahAkibatPemberian Mikoriza dan Pupuk NPK Mutiara (kg).

Perlakuan Rata-Rata Berat Siung Basah Per Plot (kg)

C0 0.52 C1 0.53 C2 0.47 C3 0.44 D0 0.46 D1 0.61 D2 0.42 D3 0.46 C0D0 0.50 C1D0 0.47 C2D0 0.44 C3D0 0.42 C0D1 0.64 C1D1 0.60 C2D1 0.62 C3D1 0.58 C0D2 0.67 C1D2 0.43 C2D2 0.31 C3D2 0.28 C0D3 0.25 C1D3 0.61 C2D3 0.49 C3D3 0.47

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan C1 menghasilkan berat siung basah

per tanaman terberat tertinggi (0.53 kg) yang diikuti perlakuan C0, C2 dan

C3.Sedangkan berat siung basah per tanaman terendah terdapat pada perlakuan C2

(11)

Data semua parameter pengamatan kecuali pengamatan jumlah siung bawang merah menunjukkan bahwa pemberian mikoriza 15 g/plot tidak nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah dibandingkan dengan tanpa diberi mikoriza.Hal ini diduga bahwa miselium mikoriza tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik disebabkan oleh faktor suhu yang tidak menguntungkan sehingga miselium mikoriza tidak dapat berinteraksi dengan akar tanaman bawang merah untuk membantu meningkatkan penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah dan memacu pertumbuhan tanaman.

Perlakuan D1 menghasilkan berat siung basah per plot terberat (0.57 kg)

yang diikuti dengan perlakuan D2 dan D0.Sedangkan berat siung basah per plot

terendah terdapat pada D0 dan D3 (0.46 kg).Hal ini disebabkan karena kandungan

pupuk N selain mengandung unsur hara juga mengandung zat pengatur tumbuh dan juga dapat meningkatkan bobot basah menjadi lebih baik. Novizan (2002) menyatakan bahwa pemupukan akan dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman, semakin baik pertumbuhan vegetatif maka semakin baik pula pertumbuhan generatif tanaman dalam proses pembentukan bunga, buah dan biji menjadi lebih baik. Tetapi kalau kebanyakan memberikan pupuk tersebut akan mengakibatkan tanaman akan mengering dengan cepat sebelum panen.

Sudjijo (1994) menyatakan pengolahan tanah yang baik menyebabkan unsur hara yang ada di dalam tanah, seperti pupuk nitrogen, pupuk kandang ataupun unsur hara lain akan bercampur sedemikian rupa dalam mengisi keseluruhan tanah, sehingga akan berpengaruh pada perkembangan siung, begitu juga sebaliknya.

Perlakuan kombnasi yaitu C0D2 menghasilkan berat siung basah per

tanaman terberat (0.67 kg) yang diikuti dengan C3D3, C3D2, C3D1, C3D0,

C2D3,C2D2, C2D1, C2D0, C1D3, C1D2, C1D1, C0D3, C0D1 dan C0D0.Penambahan

bahan organik berupa pupuk mikoriza dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara seperti unsur N yang membantu dalam meningkatkan klorofil daun sehingga meningkatkan laju fotosintesis dan menghasilkan fotosintat yang lebih banyak untuk ditranslokasikan ke organ penyimpan termasuk siung dan akhirnya berpengaruh terhadap pembentukan siung bawang merah. Napitupulu dan Winarto (2009) menyatakan bahwa Nitrogen, Posfor, dan Kalium berperan dalam

(12)

meningkatkan sintesis protein dan pembentukan klorofil daun serta meningkatkan laju fotosintesis dan hasil fotosintat. Tapi pemberiannya kebanyakan akan mengakibatkan tanaman tidak menghasilkan buah sempurna.

Kesimpulan

a Pemberian Mikoriza dan pupuk NPK Mutiara mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah(Allium cepa var aggregatum L.). Pertumbuhan tinggi tanaman yang terbaik dihasilkan oleh perlakuan C3pemberian Mikoriza

75 g/plot (750 kg/ha) dan perlakuan D3 pemberian pupuk NPK Mutiara 35

g/plot(350 kg/ha).

b Pemberian Mikoriza dan pupuk NPK Mutiara tidak mempengaruhi produksi jumlah siung, berat siung basah bawang merah per rumpun dan jumlah siung basah bawang merah per plot.

c Pengaruh interaksi pemberian Mikoriza dan pupuk NPK Mutiara tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah dan produksi tanaman bawang merah(Allium cepa var aggregatum L.).

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika Pressindo.

Hartono, A. 2000. Pengaruh Pupuk Fsfor, Bahan Organik dan Kapur Terhadap Pertumbuhan Jerapan P pada Tanah Masam latosol Darmaga.Gakuryoku 6 (1): 73-78.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_NPK diakses pada tanggal 12/08/2013.

Kasno, A. 2009. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah. Balai Penelitian Tanah Deptan, Jakarta.

Label Pupuk Cantik, 2010. Kandungan Zat Hara Pupuk MIkoriza. PT Santani Sejahtera, Medan.

Lingga P, Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murbandono. 2000. Manfaat Bahan Organik Bagi Tanaman. Puslit Biologi LIPI, Bogor.

Napitupulu, D dan L. Winarto. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk N Dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah. Balai Pengkajian

(13)

Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Jurnal Hortikutura. Volume 20 (1): 22-35.

Normahani.2015. Mengenal Pupuk Fosfat dan Fungsinya Bagi Tanaman. http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=1573&Itemid=5. Diakses 2 Juni 2018.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka, Tanggerang.

Palungkun, R dan A. Budiarti. 1992. pupuk organik. Cetakan ke VIII.PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Prihmantoro. 2001. Pupuk Organik. Balitnak, Bogor.

Rismunandar.1986. Mengenal Tanaman Buah-buahan. Penerbit Sinar Baru. Bandung

Rosmarkam Dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanius. Yogyakarta.

Samadi, B. dan Bambang C. 2003. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisius, Yogyakarta.

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.

Setiawati, W., dkk. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.

Sri Handayani. 2001. Cara Bertanam Bawang Sumenep. Trubus No. 46 Tahun ke-4. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudjijo. 1994. Pengaruh beberapa Jenis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan HAsil Wortel. J. hort. 4(2): 38-4

Suherman, Erman, dkk. 2003. mikoriza untuk tanaman. Bandung: Jica-imstep project

Sumarni dan Hidayat, A. 2005. Panduan Teknis Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.

Sutanto, R. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius, Jakarta.

Sunarjono, A., & Soedomo. 1983. Budidaya Bawang Merah. Sinar Baru. Bandung.

(14)

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Penggunaan. Jakarta :Rineka Cipta. Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Tanaman Kacang Tanah. Bandung : Lubuk

Agung.

Tim Orima tani Balista. 2007. Petunjuk Tenis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Wibowo, 2007. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya, Jakarta

Widastuti dan Kramadibtrata.1993 Metodologi Penelitian kecocokan Mikoriza. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yulyatin A. 2007. Pengaruh NPK (15-15-15) dan campuran media tanah dan kompos terhadap pertumbuhan bibit salam (Eugenia polyantha Wight) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel   1.Hasil   UJi   Beda   Rata-Rata  Tinggi   Tanaman   (cm)   Bawang MerahAkibatPemberian Mikoriza dan Pupuk NPK Mutiara.
Tabel 1 memperlihatkan bahwa umur  4 MST perlakuan C 3  berbeda nyata dengan   perlakuan   C 0 ,   C 1   dan   C 2 ,sedangkan   umur   6  MST  perlakuanC 3 berbeda nyata dengan C 0  dan C 1 , tetapi tidak berbeda nyata dengan C 2
Gambar 1. Histogram Hubungan Perlakuan MikorizaTerhadap Tinggi Tanaman (cm) Umur 4MST dan 6MST 4 MST 6 MST0510152025303540 D0D1D2D3 PerlakuanTinggi Tanaman (cm)
Tabel 2.Rata-Rata  Jumlah Siung Per Rumpun Bawang MerahAkibatPemberian Mikoriza dan Pupuk NPK Mutiara (buah).
+5

Referensi

Dokumen terkait

Semua tanda-tanda alam tersebut, oleh para nelayan dijadikannya sebagai petunjuk atau pedoman dalam menentukan posisi dan arah perahu disaat sedang berlayar atau berada di

Dari penjelasan tentang manajemen kurikulum yang dilaksanakan di MDNU ini sebenarnya sudah mencapai pada manajemen kurikulum yang cukup maju dan tidak seperti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Pendidikan kewirausahaan di Universitas Bina Nusantara melalui kurikulum dan faktor pendukung, metode pengajaran,

Senam pagi yang rutin diadakan tiap bulan, dengan bergilir pada masing-masing fakultas di UNAIR tersebut, kali ini mengusung konsep yang berbeda dari acara-acara

Tabel 2.3.6 Banyaknya Perolehan Suara Sah Menurut Kecamatan Table Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Blora, Tahun 2005. Number of Voice Result by District in Blora Regency, on

pengaruh variabel brand trust dan kualitas pelayanan terhadap keputusan menggunakan jasa JNE bersifat positif, sehingga semakin baik brand trust JNE dan semakin baik

Apabila pengeluaran pemerintah sektor industri pengolahan meningkat 1 persen (semula Rp 60.062 juta menjadi Rp 60.662 juta), pembentukan modal tetap sektor industri

Respon anak terhadap strategi yang dilakukan guru dalam dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik pada aspek kelenturan di Kelompok B2 Taman Kanak-kanak Bina