• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKEmA BARU PENDANAAN BIoDIESEL BERBASIS SAWIT,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKEmA BARU PENDANAAN BIoDIESEL BERBASIS SAWIT,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Topik Utama

Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan oleh PT PLN (Persero);

PT PLN (Persero), 2015, Laporan Keuangan Tahun 2014, http://www.pln.co.id/blog/la-por an-keuangan/ , diakses 8 Maret 2016; PT PLN (Persero), 2015, Laporan Keuangan

Triwulan iii Tahun 2015, http://www.pln. co.id/blog/laporan-keuangan/, diakses 8 Maret 2016;

PT PLN (Persero), 2015, Penetapan Penye-suaian Tarif Tenaga Listrik (Tariff adjus-ment) Januari 2015 –Februari 2016, http:// www.pln.co.id/blog/tarif-tenaga-listrik/, diakses 8 Maret 2016;

yang cenderung turun ini, membuat pelanggan membayar tarif lebih murah, diharapkan dapat merangsang pertumbuhan konsumsi listrik terutama konsumsi listrik pelanggan indus-tri/bisnis yang bersifat usaha produktif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kemen-terian ESDM, 2016, Laporan Penjualan Tenaga Listrik Tahun 2015 PT PLN (Per-sero);

Direktorat Jenderal anggaran Kementeri-an KeuKementeri-angKementeri-an, 2016, Realisasi asum-si Dasar Ekonomi Makro aPBNP 2015, http://www.anggaran.depkeu.go.id/con- tent/Publikasi/Kajian%20dan%20ar-tikel/realisasi%20asumsi%20makro%20 apbnp%202015.pdf, diakses 8 Maret 2016; Direktorat Jenderal anggaran, Kementerian

Ke uangan, 2015, Nota Keuangan dan ang garan Pendapatan dan Belanja Nega-ra Ta 2016, http://www.anggaNega-ran.depkeu. go.id/dja/edef-konten-view.asp?id=1139, diakses 8 Maret 2016;

Topik Utama

SKEMA BARU PENDANAAN BIoDIESEL BERBASIS SAWIT,

MENUJU KEMANDIRIAN ENERgI DI TENgAh MELEMAhNyA

hARgA MINyAK DUNIA

yunita Ariyani, Muhammad Ferian, Dadan Kusdiana, Bayu Krisnamurthi

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)

yunita.ariyani@bpdp.or.id

SARI

Perkembangan industri biodiesel yang terus menunjukkan tren positif sejak 2006, telah menem-patkan biodiesel sebagai salah satu komoditas energi terbarukan yang diandalkan dapat me-menuhi target pada bauran energi nasional sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Pada Mei 2015, pemerintah meluncurkan skema baru pendanaan biodiesel berbasis sawit. Kebijakan ini dibuat sebagai upaya meningkatkan realisasi pemanfaatan biodiesel sekaligus mendorong industri sawit yang berkelanjutan sebagai bahan baku utama biodiesel.

Kata Kunci: Biodiesel, sawit, dana perkebunan sawit, energi

1. PENDAhULUAN

Kebijakan Energi Nasional sebagaimana ter-tuang dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 mengamanatkan persentase pe-manfaatan energi terbarukan dalam bauran energi nasional minimal sebesar 23% pada 2025 dan menjadi 31% pada 2050. Penetapan target ini tentunya didasari kondisi keenergian indonesia saat ini yang sangat bergantung pada energi fosil. Sebanyak 96% dari suplai energi primer masih didominasi oleh bahan bakar berbasis fosil yang jumlahnya terbatas. Di sisi lain, indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang demikian besar namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Dalam upaya mendorong pemenuhan kebu-tuhan energi secara mandiri sekaligus mening-katkan persentase energi terbarukan pada bauran energi nasional, pemerintah telah meng-ambil langkah penting melalui penyu sun an ke-bijakan terkait energi terbarukan, salah satunya yaitu regulasi terkait bahan bakar nabati (bio-fuel). Biofuel diyakini sebagai salah satu solusi

permasalahan defisit energi khususnya di sek-tor transportasi, industri, dan pembangkit listrik berbasis minyak diesel. Di sisi lain, keberadaan biofuel juga mendukung rencana jangka pan-jang pemerintah dalam pelaksanaan pemba-ngunan berkelanjutan berbasis green energy. Kebijakan Bahan Bakar Nabati (BBN) mulai populer dan diimplementasikan di indonesia pada 2006. Namun dalam perjalanannya, baru BBN jenis biodiesel yang mampu berkembang secara komersial hingga saat ini. Dilihat dari aspek kebijakan dan teknologi, industri bio-diesel dapat dikatakan telah siap. Namun de-mikian, aspek ekonomi masih menjadi pertim-bangan beberapa pihak dalam pelaksanaan mandatori mengingat nilai keekonomian bio-diesel yang masih berada di atas harga mi nyak solar, ditambah kondisi harga minyak dunia yang meng alami penurunan selama periode satu tahun terakhir.

Sejak dicanangkan pertama kali hingga 2014, pemerintah menggulirkan dana subsidi untuk biodiesel yang dicampurkan ke dalam BBM

(2)

Topik Utama

satu objek pendanaan Dana Perkebunan Sa-wit. Kebijakan ini diharapkan dapat membuka pasar baru yang dapat menyerap suplai CPO domestik. Selain itu, tentunya dimaksudkan untuk penyediaan pendanaan biodiesel yang lebih stabil sehingga dapat meningkatkan konsumsi biodiesel dan pada akhirnya dapat mendukung kemandirian energi.

2. review Implementasi Biodiesel

a. Dukungan Regulasi dan Realisasi Pe-manfaatan

Kebijakan terkait BBN diawali dengan diter-bitkannya instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006. Sejak 2009, Pemerintah telah mem-berlakukan kebijakan mandatori pemanfaatan BBN pada sektor transportasi, industri dan pembangkit listrik melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penye-diaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015. Berkat dukungan regulasi manda-tori ini, indonesia mengalami lompatan kema-juan dalam industri biodiesel, mulai dari pen-campuran sebesar 2,5% pada 2006 melesat 8 (delapan) kali lipat menjadi 20% pada 2016 seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Target PSO (Public Service Obligation) atau saat

ini dikenal dengan istilah Jenis BBM Tertentu (JBT). Dana ini bersumber dari aPBN yang diberikan dalam rangka mendorong peman-faatan biodiesel. Pada dasarnya subsidi ini ditujukan kepada masyarakat untuk menutup disparitas harga antara biodiesel dan minyak solar. Namun pada 2015 pemerintah meng-ubah kebijakan, yaitu subsidi BBN tidak lagi dianggarkan di dalam aPBN. Maka pada akhir agustus 2015, dimulai fase baru bagi industri biodiesel. Pemerintah menerapkan kebijakan dukungan pembiayaan biodiesel yang semu la bersumber dari dana aPBN be-ralih menjadi bersumber dari dana perkebu-nan kelapa sawit.

Sawit adalah bahan baku utama biodiesel dan merupakan komoditas utama perkebunan yang telah memberikan kontribusi besar bagi negeri ini. Pada 2014, industri sawit mam-pu menyumbang devisa negara dengan nilai ekspor mencapai 175 triliun rupiah. Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menja-min pengembangan industri sawit, maka di-luncurkanlah strategi nasional pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan melalui pem-bentukan Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Skemanya dapat dilihat pada Gambar 1. Pe-merintah menetapkan biodiesel sebagai salah

(3)

Topik Utama

satu objek pendanaan Dana Perkebunan Sa-wit. Kebijakan ini diharapkan dapat membuka pasar baru yang dapat menyerap suplai CPO domestik. Selain itu, tentunya dimaksudkan untuk penyediaan pendanaan biodiesel yang lebih stabil sehingga dapat meningkatkan konsumsi biodiesel dan pada akhirnya dapat mendukung kemandirian energi.

2. review Implementasi Biodiesel

a. Dukungan Regulasi dan Realisasi Pe-manfaatan

Kebijakan terkait BBN diawali dengan diter-bitkannya instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006. Sejak 2009, Pemerintah telah mem-berlakukan kebijakan mandatori pemanfaatan BBN pada sektor transportasi, industri dan pembangkit listrik melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penye-diaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015. Berkat dukungan regulasi manda-tori ini, indonesia mengalami lompatan kema-juan dalam industri biodiesel, mulai dari pen-campuran sebesar 2,5% pada 2006 melesat 8 (delapan) kali lipat menjadi 20% pada 2016 seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Target PSO (Public Service Obligation) atau saat

ini dikenal dengan istilah Jenis BBM Tertentu (JBT). Dana ini bersumber dari aPBN yang diberikan dalam rangka mendorong peman-faatan biodiesel. Pada dasarnya subsidi ini ditujukan kepada masyarakat untuk menutup disparitas harga antara biodiesel dan minyak solar. Namun pada 2015 pemerintah meng-ubah kebijakan, yaitu subsidi BBN tidak lagi dianggarkan di dalam aPBN. Maka pada akhir agustus 2015, dimulai fase baru bagi industri biodiesel. Pemerintah menerapkan kebijakan dukungan pembiayaan biodiesel yang semu la bersumber dari dana aPBN be-ralih menjadi bersumber dari dana perkebu-nan kelapa sawit.

Sawit adalah bahan baku utama biodiesel dan merupakan komoditas utama perkebunan yang telah memberikan kontribusi besar bagi negeri ini. Pada 2014, industri sawit mam-pu menyumbang devisa negara dengan nilai ekspor mencapai 175 triliun rupiah. Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menja-min pengembangan industri sawit, maka di-luncurkanlah strategi nasional pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan melalui pem-bentukan Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Skemanya dapat dilihat pada Gambar 1. Pe-merintah menetapkan biodiesel sebagai salah

gambar 1. Peranan Dana Perkebunan Sawit dalam Mendukung Program Mandatori Biodiesel

Topik Utama

terpasang biodiesel sejak 2009 sampai 2015 menunjukkan tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini, kapasitas industri bio-diesel telah mencapai 7,3 juta kL/tahun dari 17 produsen biodiesel yang aktif berproduksi (Gambar 3).

Pemanfaatan biodiesel domestik juga terus meningkat setiap tahunnya, sebesar 669 ribu yang disusun pemerintah dalam penetapan

mandatori mencerminkan optimisme bahwa pengembangan biodiesel akan terus berlanjut, bahkan pada 2020 pencampuran biodiesel di-targetkan sebesar 30% (B30).

Biodiesel merupakan salah satu komoditas stra-te gis yang diharapkan stra-terus berkembang untuk menyokong ketahanan energi. Data kapa sitas

gambar 2. Historis Perkembangan Biodiesel

(4)

Topik Utama

yang dicampurkan ke dalam Jenis BBM Ter-tentu/PSO. Sedangkan untuk biodiesel yang dicampurkan ke dalam BBM Non PSO, harga biodiesel mengikuti harga keekonomiannya melalui mekanisme business to business (B to B) antara Badan Usaha BBN dengan Badan Usaha BBM. Namun demikian, HiP BBN yang ditetapkan pemerintah setiap bulan ini umum-nya menjadi referensi harga di kalangan pelaku industri.

Pada perkembangannya, HiP biodiesel meng-alami beberapa kali perubahan seperti dapat dilihat pada Gambar 5. Hal ini sebagai salah satu bentuk pendekatan yang dilakukan pe-merintah agar bisnis ini dapat berjalan. Sejak 2015, formula HiP biodiesel mulai didasarkan pada harga bahan bakunya yakni CPO. Formu-la harga ini diharapkan dapat mendorong pen-KL pada 2012 meningkat menjadi 1,05 juta pen-KL

pada 2013, kemudian pada 2014 menjadi 1,85 juta KL atau meningkat sebesar 76% diban-dingkan tahun sebelumnya. Hanya pada 2015 selama periode Januari hingga agustus terjadi anomali penurunan konsumsi domestik akibat turunnya harga minyak dunia secara drastis sehingga menyebabkan melebarnya dispari-tas harga antara solar dan biodiesel, ditambah dengan tidak adanya alokasi subsidi khusus BBN pada aPBNP 2015 (Gambar 4).

b. harga Indeks Pasar Biodiesel

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, implementasi biodiesel di indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh isu ekonomi yakni har-ga jual biodiesel itu sendiri. Dalam penhar-gaturan harga biodiesel, pemerintah menyusun regula-si terkait Harga indeks Pasar (HiP) biodiesel

gambar 5. Historis Harga indeks Pasar Biodiesel gambar 4. Perkembangan Konsumsi Domestik Biodiesel

(5)

Topik Utama

yang dicampurkan ke dalam Jenis BBM Ter-tentu/PSO. Sedangkan untuk biodiesel yang dicampurkan ke dalam BBM Non PSO, harga biodiesel mengikuti harga keekonomiannya melalui mekanisme business to business (B to B) antara Badan Usaha BBN dengan Badan Usaha BBM. Namun demikian, HiP BBN yang ditetapkan pemerintah setiap bulan ini umum-nya menjadi referensi harga di kalangan pelaku industri.

Pada perkembangannya, HiP biodiesel meng-alami beberapa kali perubahan seperti dapat dilihat pada Gambar 5. Hal ini sebagai salah satu bentuk pendekatan yang dilakukan pe-merintah agar bisnis ini dapat berjalan. Sejak 2015, formula HiP biodiesel mulai didasarkan pada harga bahan bakunya yakni CPO. Formu-la harga ini diharapkan dapat mendorong pen-KL pada 2012 meningkat menjadi 1,05 juta pen-KL

pada 2013, kemudian pada 2014 menjadi 1,85 juta KL atau meningkat sebesar 76% diban-dingkan tahun sebelumnya. Hanya pada 2015 selama periode Januari hingga agustus terjadi anomali penurunan konsumsi domestik akibat turunnya harga minyak dunia secara drastis sehingga menyebabkan melebarnya dispari-tas harga antara solar dan biodiesel, ditambah dengan tidak adanya alokasi subsidi khusus BBN pada aPBNP 2015 (Gambar 4).

b. harga Indeks Pasar Biodiesel

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, implementasi biodiesel di indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh isu ekonomi yakni har-ga jual biodiesel itu sendiri. Dalam penhar-gaturan harga biodiesel, pemerintah menyusun regula-si terkait Harga indeks Pasar (HiP) biodiesel

gambar 5. Historis Harga indeks Pasar Biodiesel gambar 4. Perkembangan Konsumsi Domestik Biodiesel

Topik Utama

negeri demikian besar mengingat indonesia merupakan produsen sekaligus eksportir sawit terbesar di dunia. Tidak berjalannya mandatori biodiesel sebagai salah satu industri hilir sawit mengakibatkan over supply CPO yang diyaki-ni sebagai salah satu penyebab turunnya har-ga CPO. Sebahar-gai langkah konkret, pemerin-tah bersama stakeholder terkait bekerjasama merancang kebijakan yang mampu melejitkan kembali kedua industri strategis ini sekaligus, baik biodiesel maupun CPO.

Pada Mei 2015, terbit kebijakan terkait Dana Perkebunan Kelapa Sawit melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24/2015 dan Peraturan Presiden Nomor 61/2015 yang pelaksanaan-nya diserahkan kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). BPDPKS bertugas mengumpulkan dan mengelola pung-utan ekspor CPO dan produk turunannya yang besarannya berkisar antara 10-50 USD/ton. Dana pungutan ekspor ini akan digunakan un-tuk sejumlah program, salah satunya unun-tuk pen-danaan biodiesel. Dana pembiayaan biodiesel ditujukan untuk menjembatani kesenjangan antara harga biodiesel dan solar dengan jalan menutup disparitas harganya. Dengan adanya tambahan dana on-top dari dana subsidi pe-merintah, diharapkan sasaran pemanfaatan biodiesel dapat tercapai dan juga memberikan implikasi yang signifikan bagi industri sawit. Prinsip objek pendanaan biodiesel dari dana perkebunan sawit pada dasarnya sama de-ngan subsidi biodiesel dari aPBN yakni diberi-ciptaan pasar karena mencerminkan kondisi

riil industri biodiesel, yaitu 80% struktur biaya produksinya dipengaruhi oleh harga bahan baku. Pada Juni 2015, HiP biodiesel diubah dengan pertimbangan efisiensi dan tambahan komponen ongkos angkut untuk mengakomo-dir jangkauan penyaluran agar dapat merata di seluruh wilayah indonesia.

3. SKEMA PENDANAAN BIoDIESEL DARI DANA PERKEBUNAN SAWIT

Merosotnya konsumsi domestik biodiesel pada awal 2015 akibat turunnya harga minyak men-tah dan belum adanya kebijakan untuk menu-tup disparitas harga biodiesel dengan solar ternyata cukup memberikan dampak pada industri hulu yakni CPO sebagai bahan baku utama biodiesel. Respon pasar CPO terhadap pelaksanaan implementasi biodiesel di dalam

Tabel 1. Besaran Pungutan Ekspor CPO dan

Produk Turunannya

gambar 6. Mekanisme Penyaluran Dana Pembiayaan Biodiesel

(6)

Topik Utama

lan terakhir juga menunjukkan angka realisasi yang baik dengan volume rata-rata per bulan sebesar 200 ribu KL. Pada 2016, pemerintah merencanakan perluasan objek pendanaan biodiesel ke sektor pembangkit listrik sehing-ga total target penyaluran menjadi sebesar 3,7 juta KL dengan proyeksi kebutuhan dana seki-tar 9-13 triliun rupiah, tergantung pada selisih harga antara biodiesel dan solar. Dana perke-bunan sawit yang diperoleh melalui pungutan ekspor produk CPO dan turunannya juga diproyeksikan cukup untuk mendukung pem-biayaan implementasi B20.

kan kepada masyarakat sehingga harga jual solar yang telah dicampurkan dengan biodie-sel tetap sama dengan harga jual solar murni. Perbedaannya terdapat pada mekanisme pe-nyaluran dana. Pada subsidi yang bersumber dari aPBN, dana diberikan lewat Badan Pe-nyalur Jenis BBM Tertentu yang ditunjuk oleh pemerintah (Pertamina/aKR). Sedangkan un-tuk dana pembiayaan biodiesel dari dukung-an ddukung-ana perkebundukung-an sawit, ddukung-ana disalurkdukung-an langsung kepada Badan Usaha BBN yang berkontrak dengan BU BBM Penyalur JBT. Se-lanjutnya BU BBM Penyalur JBT akan membe-li biodiesel seharga HiP minyak solar. adapun besaran dana yang diberikan adalah sebesar selisih harga antara HiP minyak solar/MOPS dengan HiP biodiesel dengan formula saat ini yakni CPO+125 USD/ton+ ongkos angkut (Gambar 6 dan 7).

Realisasi penyaluran biodiesel melalui dukung-an ddukung-ana perkebundukung-an sawit pada agustus – Desember 2015 tercatat sebesar 428 ribu KL dengan total kebutuhan dana sebesar 852 mi-liar rupiah. implementasi mandatori biodiesel 20% (B20) yang telah berjalan selama 2

bu-gambar 7. Model Pembiayaan

Biodiesel dari Dana Perkebunan Sawit

(7)

Topik Utama

lan terakhir juga menunjukkan angka realisasi yang baik dengan volume rata-rata per bulan sebesar 200 ribu KL. Pada 2016, pemerintah merencanakan perluasan objek pendanaan biodiesel ke sektor pembangkit listrik sehing-ga total target penyaluran menjadi sebesar 3,7 juta KL dengan proyeksi kebutuhan dana seki-tar 9-13 triliun rupiah, tergantung pada selisih harga antara biodiesel dan solar. Dana perke-bunan sawit yang diperoleh melalui pungutan ekspor produk CPO dan turunannya juga diproyeksikan cukup untuk mendukung pem-biayaan implementasi B20.

kan kepada masyarakat sehingga harga jual solar yang telah dicampurkan dengan biodie-sel tetap sama dengan harga jual solar murni. Perbedaannya terdapat pada mekanisme pe-nyaluran dana. Pada subsidi yang bersumber dari aPBN, dana diberikan lewat Badan Pe-nyalur Jenis BBM Tertentu yang ditunjuk oleh pemerintah (Pertamina/aKR). Sedangkan un-tuk dana pembiayaan biodiesel dari dukung-an ddukung-ana perkebundukung-an sawit, ddukung-ana disalurkdukung-an langsung kepada Badan Usaha BBN yang berkontrak dengan BU BBM Penyalur JBT. Se-lanjutnya BU BBM Penyalur JBT akan membe-li biodiesel seharga HiP minyak solar. adapun besaran dana yang diberikan adalah sebesar selisih harga antara HiP minyak solar/MOPS dengan HiP biodiesel dengan formula saat ini yakni CPO+125 USD/ton+ ongkos angkut (Gambar 6 dan 7).

Realisasi penyaluran biodiesel melalui dukung-an ddukung-ana perkebundukung-an sawit pada agustus – Desember 2015 tercatat sebesar 428 ribu KL dengan total kebutuhan dana sebesar 852 mi-liar rupiah. implementasi mandatori biodiesel 20% (B20) yang telah berjalan selama 2

bu-gambar 7. Model Pembiayaan

Biodiesel dari Dana Perkebunan Sawit

Tabel 2. Realisasi Mandatori Biodiesel

Topik Utama

menurun, maka hanya ada dua pilihan bagi indonesia, bergantung pada negara lain de-ngan mengimpor sumber daya energi secara terus menerus, atau mandiri dengan mulai memberikan porsi lebih pada pengembangan energi terbarukan.

Dari kedua pilihan tersebut, tentunya pilihan untuk mendukung pengembangan energi ter-barukan lebih layak untuk dipilih. Sangat beri-siko bagi sebuah negara yang bercita-cita mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik na-mun menggantungkan sumber energinya pada negara lain. Di lain sisi, indonesia memiliki po-tensi bahan baku untuk memproduksi biofuel dalam jumlah besar. Sangat disayangkan bila potensi ini tidak dimanfaatkan sebesar-besar-nya untuk mencapai kemandirian energi. Pemanfaatan biodiesel terbukti telah mam-pu menekan angka impor solar yang secara langsung akan memberikan penghematan pada devisa negara. Tahun 2014 tercatat pe-manfaatan biodiesel memberikan dampak positif terhadap penghematan devisa negara sebesar 1,23 miliar USD. Pelaksanaan B20 tahun 2016 ditargetkan mampu mengurangi Di samping pendanaan biodiesel, BPDPKS

juga mendukung program mandatori biodie-sel melalui pendanaan riset di bidang biofuel dan promosi. Untuk rencana jangka panjang, du kungan dari sisi riset mutlak diperlukan baik untuk meningkatkan efisiensi produksi; persiap an mandatori biodiesel 30% (B30); stu-di penerapan biofuel generasi ketiga, dan ke-butuhan lainnya yang terus berkembang. Se-mentara promosi biofuel dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan biofuel untuk menyokong kemandirian energi.

4. PERSPEKTIF MANDAToRI BIoDIESEL, MENgAPA TETAP hARUS BERJALAN DI TENgAh MELEMAhNyA hARgA MI-NyAK DUNIA

Konsumsi energi final di Indonesia mening-kat dari 931 juta BOE pada 2013 menjadi 983 juta BOE pada 2014 atau tumbuh sebesar 6% per tahun. Kebutuhan energi nasional akan terus meningkat sesuai dengan per-ekonomian yang terus berkembang. Dengan kenyataan kondisi lifting minyak yang terus

(8)

Topik Utama

meningkatkan nilai tambah produk CPO se-besar Rp 9 triliun serta menambah lapangan kerja on-farm maupun off-farm sebanyak 830 ribu orang.

Dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan mandatori biodiesel, sesung-guhnya tidak ada alasan untuk melemahkan program ini meskipun di tengah menurunnya harga minyak dunia. Kondisi saat ini merupakan tantangan yang harus dilalui untuk mencapai kemandirian energi. Jika sudah berhasil pada tingkat harga minyak yang rendah, maka kede-pan biodiesel seharusnya dapat bertahan pada kondisi harga minyak dunia yang lebih baik.

5. oPTIMISME MASA DEPAN DAN LANg-KAh STRATEgIS yANg DIBUTUhKAN

Sebuah fakta bahwa saat ini indonesia adalah produsen sawit terbesar di dunia dengan luas area perkebunan mencapai 11.4 juta Ha dan produksi CPO sebesar 31 juta ton. Dari total produksi tersebut, konsumsi domestik hanya berada pada kisaran 8 juta ton sedangkan si-sanya diekspor. Tersedia ruang yang sangat besar untuk memanfaatkan produksi CPO tersebut. Bahkan untuk mencapai target B30 pada tahun 2020, indonesia diproyeksikan hanya membutuhkan 26% dari total produksi CPO yang ada (Tabel 3).

impor BBM hingga 6,9 juta KL yang setara de-ngan penghematan devisa 2 miliar USD. Jauh lebih penting bahwa penerapan B20 biodiesel akan membe rikan manfaat pada peningkatan diversifikasi energi untuk peningkatan keta-hanan energi.

Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RaN GRK) mengamanatkan pelaksa-naan pembangunan yang berwawasan ling-kungan. impelementasi mandatori biodie sel akan memberikan dampak positf terhadap pe ngurangan emisi CO2e dibandingkan

peng-gunaan fossil-fuel. Emisi CO2e yang bisa

diku-r angi jika ditediku-rapkan B20 mencapai 9-18 juta ton CO2e per tahun.

Skema pendanaan biodiesel melalui dukung-an ddukung-ana perkebundukung-an sawit didasari semdukung-angat untuk menciptakan industri sawit yang berke-lanjutan. Pelaksanaan pencampuran biodie-sel tidak hanya bermanfaat bagi sektor energi, namun juga industri sawit sebagai bahan baku utamanya. Berjalannya mandatori biodie sel akan meningkatkan permintaan CPO yang dapat menstabilkan harga CPO. Hal ini telah dibuktikan pada pelaksanaan penyaluran dana yang telah dimulai sejak agustus 2015 hingga saat ini memberikan pengaruh positif pada ke-stabilan harga CPO (Gambar 8). Di samping itu, pemanfaatan CPO menjadi biodiesel dapat

(9)

Topik Utama

meningkatkan nilai tambah produk CPO se-besar Rp 9 triliun serta menambah lapangan kerja on-farm maupun off-farm sebanyak 830 ribu orang.

Dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan mandatori biodiesel, sesung-guhnya tidak ada alasan untuk melemahkan program ini meskipun di tengah menurunnya harga minyak dunia. Kondisi saat ini merupakan tantangan yang harus dilalui untuk mencapai kemandirian energi. Jika sudah berhasil pada tingkat harga minyak yang rendah, maka kede-pan biodiesel seharusnya dapat bertahan pada kondisi harga minyak dunia yang lebih baik.

5. oPTIMISME MASA DEPAN DAN LANg-KAh STRATEgIS yANg DIBUTUhKAN

Sebuah fakta bahwa saat ini indonesia adalah produsen sawit terbesar di dunia dengan luas area perkebunan mencapai 11.4 juta Ha dan produksi CPO sebesar 31 juta ton. Dari total produksi tersebut, konsumsi domestik hanya berada pada kisaran 8 juta ton sedangkan si-sanya diekspor. Tersedia ruang yang sangat besar untuk memanfaatkan produksi CPO tersebut. Bahkan untuk mencapai target B30 pada tahun 2020, indonesia diproyeksikan hanya membutuhkan 26% dari total produksi CPO yang ada (Tabel 3).

impor BBM hingga 6,9 juta KL yang setara de-ngan penghematan devisa 2 miliar USD. Jauh lebih penting bahwa penerapan B20 biodiesel akan membe rikan manfaat pada peningkatan diversifikasi energi untuk peningkatan keta-hanan energi.

Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RaN GRK) mengamanatkan pelaksa-naan pembangunan yang berwawasan ling-kungan. impelementasi mandatori biodie sel akan memberikan dampak positf terhadap pe ngurangan emisi CO2e dibandingkan

peng-gunaan fossil-fuel. Emisi CO2e yang bisa

diku-r angi jika ditediku-rapkan B20 mencapai 9-18 juta ton CO2e per tahun.

Skema pendanaan biodiesel melalui dukung-an ddukung-ana perkebundukung-an sawit didasari semdukung-angat untuk menciptakan industri sawit yang berke-lanjutan. Pelaksanaan pencampuran biodie-sel tidak hanya bermanfaat bagi sektor energi, namun juga industri sawit sebagai bahan baku utamanya. Berjalannya mandatori biodie sel akan meningkatkan permintaan CPO yang dapat menstabilkan harga CPO. Hal ini telah dibuktikan pada pelaksanaan penyaluran dana yang telah dimulai sejak agustus 2015 hingga saat ini memberikan pengaruh positif pada ke-stabilan harga CPO (Gambar 8). Di samping itu, pemanfaatan CPO menjadi biodiesel dapat

Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Biodiesel dan CPO sebagai Bahan Baku

Topik Utama

serta pemera taan pembangunan pabrik baru yang mampu menjangkau ketersediaan di seluruh wilayah, terutama untuk indonesia Ba-gian Timur membutuhkan kerjasama semua pihak baik pemerintah, BUMN maupun pihak swasta. Lebih jauh, pemerintah juga perlu mendorong penciptaan industri metanol di da-lam negeri yang merupakan bahan baku pen-dukung biodiesel. Peningkatan produksi bio-diesel tentunya akan meningkatkan kebutuhan akan metanol yang saat ini 90% masih diimpor dari negara lain.

6. PENUTUP

Peran biodiesel menyentuh hampir semua aspek pendorong ekonomi berkelanjutan se-suai amanat undang-undang, baik itu aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dukung-an terhadap biodiesel merupakDukung-an dukungDukung-an terhadap energi yang berkelanjutan, diversifi-kasi energi, dan ketahanan energi.

Geliat industri biodiesel kembali terlihat sejak diluncurkannya kebijakan pendanaan biodie-sel berbasis sawit. Data Kementerian ESDM mencatat saat ini terdapat 2,92 juta KL ren-cana pembangunan pabrik baru dan penam-bahan kapasitas pabrik eksisting. Peningkatan kapasitas terpasang, sumber bahan baku yang berlimpah, dan teknologi yang sudah mature adalah modal yang cukup bagi indonesia menuju B30.

Pelaksanaan mandatori biodiesel masih dido-minasi oleh sektor PSO. Pengawasan dan penerapan sanksi pada sektor Non PSO men-jadi kunci utama keberhasilan program man-datori ini.

industri biodiesel di tahun mendatang harus memainkan peran yang lebih besar terhadap porsi baur an energi nasio nal. Untuk itu, perlu upaya yang intensif untuk terus mendorong industri ini. Efisiensi produksi, peningkatan in-frastruktur blending dan tangki penyimpanan,

(10)

Topik Utama

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mine-ral, 2015, Handbook of Energy & Econo-mic Statistics of Indonesia, Kementerian Ener gi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta. PT. Kharisma Pemasaran Bersama, 2016,

www.kpbptpn.co.id/about-0.html

Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi, 2015, Outlook Energi Indonesia 2015, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

The Business Watch indonesia, Biofuel Indus-try In Indonesia: Some Critical Issues Wright Thom; arif Rahmanulloh, 2015,

Indo-nesia Biofuels Annual Report 2015, USDa Foreign agricultural Service.

Biodiesel telah berjalan dengan baik melalui skema dukungan dana perkebunan sawit. in-donesia akan menikmati keuntungan ganda pe-manfaatan biodiesel yakni untuk mensubtitusi solar dan menciptakan pasar baru bagi industri sawit yang dapat meningkatkan nilai ekonomi. implementasi dana perkebunan sawit merupa-kan salah satu bentuk sinergi kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (public-private partnership) untuk mewujudkan pengembang-an industri biodiesel dpengembang-an sawit ypengembang-ang berkelpengembang-an- berkelan-jutan (Gambar 9).

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014, Statis-tik Perkebunan Indonesia 2013-2015, Di-rektorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. indonesia Commodity & Derivatives

Ex-change, 2016, www.icdx.co.id/marketdata/ quotes?product=cpotr

Gambar

gambar 1. Peranan Dana Perkebunan Sawit dalam Mendukung Program Mandatori Biodiesel
gambar 1. Peranan Dana Perkebunan Sawit dalam Mendukung Program Mandatori Biodiesel
gambar 5. Historis Harga indeks Pasar Biodiesel gambar 4. Perkembangan Konsumsi Domestik Biodiesel
Tabel 1. Besaran Pungutan Ekspor CPO dan  Produk Turunannya
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel tersebut merepresentasikan Islam dengan tema pernikahan dan poligami, karakter tokoh, dan cara tokoh bertindak dalam alur

Beberapa keuntungan dari open ended problem diantaranya: (1) partisipasi siswa dalam pembelajaran lebih aktif dan gagasan yang mereka kemukakan lebih baik, (2)

Maka penulis memilih judul skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kelapa Sawit dengan Sistem Kebersamaan (Studi Kasus di Kelompok Tani

Hasil dari penelitian dalam keadaan utuh alat pemadat APRS pada lintasan awal yaitu 15 lintasan menghasilkan VIM 8,92 % sedangkan alat pemadat Marshall Hammer untuk 2

Antara tujuan peradilan (perlindungan hak asasi, kebebasan individu, dan lain sebagainya) dengan independensi adalah satu kesatuan tujuan. Berbicara mengenai tujuan

Hal ini berarti bahwa kebanyakan pasien CKD untuk mempertahankan kualitas hidup di RSUD Pandan Arang sebelum diberikan pendidikan kesehatan mempunyai kepatuhan

Persaingan pasar sepatu kulit Korea Selatan didominasi oleh tiga ekspotir utama dimana Cina menduduki posisi pertama dengan nilai impor sebesar US$ 262.739

Asuransi Jasindo yang telah memberikan dukungan moril maupun strukturil, fasilitas waktu, tenaga dan biaya dalam mengikuti Program Studi Administrasi Bisnis Internasional