Analisis Tahap Perkembangan Objek Wisata Pantai Unggulan di
Kecamatan Pujut, Lombok Tengah
Qorina Putri Tsani 1
1 Mahasiswi Departemen Geografi, Universitas Indonesia, 2012; NPM 1206242704; orina12@gmail.com
Abstrak. Kecamatan Pujut memiliki berbagai potensi wisata mulai dari wisata alam, wisata
budaya, maupun wisata ekonomi kreatif. Objek wisata yang berada di Kecamatan Pujut lebih didominasi oleh wisata pantai sehingga dalam publikasi “Identifikasi dan Kajian Pengelolaan
Objek Wisata Unggulan” yang diterbitkan oleh Bidang Pembangunan Dinas Pariwisata
Kabupaten Lombok Tengah ditetapkan beberapa wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut yang meliputi Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan, Pantai Mawun, dan Pantai Gerupuk. Penelitian ini dilakukan melalui observasi lapang dan wawancara yang dilanjutkan dengan pengelompokan tahap perkembangan objek wisata menurut teori Burton. Kemudian dilakukan analisis keruangan dengan metode komparatif antar objek wisata. Hasil analisis menunjukkan bahwa tahap perkembangan objek wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut berada pada tahap 3 atau tahap development. Dimana pada tahap ini jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata mulai melonjak dengan skala besar dan tersedianya akses yang memadai menuju objek wisata sehingga investasi dari luar sudah mulai masuk.
Kata Kunci : pariwisata, perkembangan objek wisata, wisata pantai, teori Burton, analisis keruangan
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sektor pariwisata memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB dan lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung. Sektor pariwisata memberikan kontribusi 11,8% terhadap PDB Indonesia dan 14,66% terhadap total lapangan kerja (Kompas News 2012). Berbagai macam jenis wisata ditampilkan di Indonesia seperti, objek wisata alam, wisata bahari, agrowisata, wisata seni dan budaya, serta jenis wisata lainnya yang bisa dinikmati.
Salah satu daerah yang memiliki prospek perkembangan pariwisata di Indonesia yaitu Lombok-Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada tahun 2010, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok sampai bulan November mencapai angka 662.717 orang dan sebanyak 91,5 persen dari jumlah tersebut mengatakan akan kembali ke Lombok. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa sektor pariwisata telah berhasil membantu perekonomian daerah Lombok (lomboknews.com/2010). Jumlah kunjungan wisatawan pada lima tahun terakhir memberikan dampak terhadap perkembangan pariwisata di Pulau Lombok. Pesatnya pertumbuhan pariwisata Lombok dengan daya tarik wisata yang
beragam, membuat jumlah kunjungan wisatawan di Lombok terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Kecamatan Pujut merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah yang mengalami pertumbuhan cukup pesat, hal ini dikarenakan Kaecamatan Pujut memiliki berbagai macam pilihan pariwisata yang beragam dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Beberapa pariwisata yang ditawarkan di Kecamatan Pujut diantaranya Wisata Bahari, Wisata Alam, Wisata Budaya, dan Wisata Industri. Jenis-jenis wisata tersebut tersebar di seluruh desa yang ada di Kecamatan Pujut. Namun sektor unggulan yang menyumbang peranan besar dalam pendapatan daerah di Kecamatan Pujut adalah wisata pantai. Untuk mempertahankan dan menambah jumlah kunjungan wisatawan pada tahun berikutnya, diperlukan adanya perencanaan pariwisata. Perancanaan pariwisata ini sangat dipengaruhi oleh tahap perkembangan dari objek wisata di suatu tempat. Oleh karena itu, mengetahui tahap perkembangan dari tiap objek wisata dan mengetahui seberapa jauh perkembangan fasilitas-fasilias yang dipengaruhi oleh suatu objek wisata sangat penting, karena dalam menangani objek wisata di suatu tempat tidak bisa disamakan dengan tempat lainnya.Dengan mengetahui tahap perkembangan dari suatu objek wisata dan pengaruh pariwisata terhadap perkembangan fasilitas-fasilitas di lingkungan sekitar objek wisata, perencanaan pariwisata dapat disusun dengan lebih terarah.
Penelitian mengenai tahap perkembangan objek wisata ini dilakukan di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah dan objek wisata yang akan diteliti adalah objek wisata pantai unggulan Kecamatan Pujut, yaitu Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan, dan Pantai Gerupuk.
1.2 Rumusan Masalah
Setiap objek wisata memiliki karakteristik yang berbeda yang disebabkan oleh perbedaan faktor fisik dan faktor non fisik dari lokasi objek tersebut. Hal ini akan berpengaruh pada fasilitas-fasilitas yang diberikan dan tentunya akan berpengaruh pula terhadap perkembangan objek wisata. Tahap perkembangan yang berbeda ini harus dianalisa lebih dalam segingga objek wisata tersebut dapat lebih dikembangkan dengan perencanaan pariwisata yang lebih terarah. Oleh karena itu muncul pertanyaan :
- Sudah sampai tahap mana perkembangan objek wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah?
- Sejauh mana fasilitas-fasilitas pariwisata berkembang akibat objek wisata tersebut?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahap perkembangan objek wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah dan mengetahui seberapa jauh fasilitas pariwisata yang berkembang akibat objek wisata tersebut.
1.4 Batasan Wilayah
Tahap perkembangan objek wisata adalah tahapan pertumbuhan suatu objek wisata yang diukur melalui jumlah pengunjung, fasilitas, dan pengelola objek wisata
Site attraction merupakan kondisi alam yang dimiliki suatu tempat yang menjadi daya tarik untuk kegiatan wisata
Event attraction adalah kegiatan yang diagendakan oleh pengelola objek wisata secara berkala atau setiap hari dengan tujuan menarik perhatian wisatawan
Jumlah pengunjung atau jumlah wisatawan adalah jumlah keseluruhan orang yang datang ke objek wisata unggulan di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2014
Aksesibilitas adalah saran dan prasaran yang memudahkan wisatawan untuk mencapai suatu objek wisata. Sarananya adalah ketersediaan angkutan umum menuju lokasi wisata dan prasarananya adalah kelas jalan.
Fasilitas Sekunder adalah bangunan yang bukan merupakan daya tarik utama wisata, akan tetapi digunkan untuk memenuhi kebutuhan utama wisatawan seperti makan, menginap dan membeli cinderamata (Jansen dalam Burton, 1995)
Fasilitas kondisional adalah bangunan dan kelengkapan fasilitas yang digunakan oleh pengunjung untuk memenuhi kebutuhan tambahan dalam melakukan kegiatan wisata
Kelembagaan merupakan pihak pengelola objek wisata di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Kelembagaan ini dapat berupa lembaga yang dijalankan oleh instansi pemerintah, swasta, atau masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi objek wisata di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah
2. Tinjauan Pustaka a. Pariwisata
Istilah Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali, berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan ataubepergian yang dalam hal ini sinonim
dengan kata “travel” dalambahasa Inggris (Oka. A Yoeti, 1982: 103). Pariwisata merupakankegiatan yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan (Sujali : 1989: 21).
Menurut Soekadijo pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Semuakegiatan pembangunan hotel, pemugaran cagar budaya, pembuatanpusat rekreasi, penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaanangkutan dan sebagainya semua itu dapat disebut kegiatan pariwisatasepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan parawisatawan akan datang (Soekadijo, 1997: 2).
UU Kepariwisataan No.10 Tahun 2009 menyebutkan,Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.. Pariwisata sering dipersepsikan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan, terutama meningkatkan pendapatan pemerintah, khusunya perolehan devisa, sehingga pembangunan lebih bersifat ekonomi sentris dan berorientasi terhadap pertumbuhan. Karena jumlah perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan, pengeluaran, dan lama kunjungan wisatawan mancanegara maupun lokal.
Kegiatan pariwisata tidak lepas dengan produk wisata. Produk wisata adalah keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya dan sampai kembali ke rumah dimana ia berangkat semula (Suswantoro, 2007:75).
b. Produk Pariwisata
Produk wisata merupakan salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata. Produk pariwisata memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) :
1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan
2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain.
3. Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.
Mason (2000:46) dan Poerwanto (1998:53) telah membuat rumusan tentang komponen-komponen produk wisata yaitu :
A. Atraksi
Atraksi atau objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut
Undang-Undang nomor 9 tahun 1990 pasal 1, objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
B. Aksesbilitas
Aksesibilitas adalah kemudahan bergerak dari suatu tempay ke tempat lain dalam suatu wilayah. Aksesibilitas dapat mempengaruhi biaya, kelancaran dan kenyamanan seorang wisatawan dalam menempuh suatu araksi. Dalam pariwisata, aksesibilitas dapat diukur melalui :
1. Infrastruktur
2. Kondisi dan kelas jalan
3. Jangkauan dari sarana transportasi umum 4. Waktu tempuh dari pusat kota ke suatu atraksi C. Amenities/Fasilitas
Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan. Fasilitas memberikan kemudahan bagi wisatawan dalam menikmati kegiatan wisata yang dilakukan. Dalam pariwisata, fasilitas dapat berupa :
1. Akomodasi meliputi hotel, homestay, villa, dan sebagainya 2. Tempat makan, dapat berupa restoran atau makanan cepat saji
3. Transportasi di suatu atraksi, dapat berupa penyewaan kendaraan atau transportasi umum di sekitar atraksi
4. Retail outlet, dapat berupa toko, agen perjalanan, atau toko souvenir 5. Kantor informasi wisata
6. Fasilitas keamanan 7. Fasilitas kesehatan
c. Geografi Pariwisata
Dalam perspektif spasial, pariwisata merupakan sesuatu yang berhubungan dengan fenomena yang terdapat di atas permukaan bumi, yaitu perjalanan (bersifat dinamis) dan lokasi tujuan perjalanan dan yang bukan tempat tinggal wisatawan (bersifat statis). Dua fenomena yang terdapat di atas permukaan bumi tersebut dapat ditampilkan dalam suatu model atau wujud ruang permukaan bumi yang disederhanaka, dan menggambarkan suatu sistem kegiatan perjalanan wisata (sistem spasial wisata) seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini :
Environments : Human, Social, Cultural, Economic, Environmental, etc.
d. Tahap Perkembangan Objek Wisata
Menurut Butler 1980 (dalam Novriani 2013) terdapat lima tahapan perkembangan pariwisata, dan kelimanya dipengaruhi oleh keberadaan atraksi, fasilitas, dan aksesibilitas. Lima tahapan tersebut adalah :
1. Tahap Exploration
Sebagai tahapan awal exploration (penemuan), daerah tujuan wisata baru ditemukan oleh wisatawan petualang dan dikunjungi secara terbatas. Wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar dan sepi. Wisatawan dibatasi oleh aksesibilitas serta fasilitas yang tersedia. Tahap ini memiliki ciri-ciri jumlah kunjungan relatif masih rendah, volume pasar berkembang lambat, produk yang ditawarkan masih sangat murah, dan promosi masih sangat rendah.
2. Tahap Involvement
Tahap ini menunjukkan meningkatnya jumlah wisatawan dan munculnya fasilitas-fasilitas sekunder. Pada taham involvement, kontak antara wisatawan dengan masyarakat sudah cukup tinggi dan masyarakat sudah mulai mengubah pola-pola sosial yang ada untuk merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Di tahap inilah suatu daerah mulai menjadi destinasi wisara yang ditandai dengan mulai adanya promosi.
3. Tahap Development
Pada tahap development, jumlah pengunjung yang datang mulai dalam skala besar, hal ini dikarenakan sudah tersedianya akses yang memadai. Tahap ini ditandai dengan melonjaknya jumlah wisatawan ke daerah tujuan wisata dengan cepat, karena produk yang telah diminta dan diterima oleh pasar. Investasi dari luar sudah mulai masuk, selain itu fasilitas lokal tergantikan dengan adanya peningkatan standar fasilitas.
4. Tahap Consolidation Generating Region Departing Transit Region Returning Destination Region
Pada tahap consolidation, jumlah kunjungan wisatawan masih meningkat, namun dengan pertumbuhan yang semakin menurun. Sebagian besar pasar telah dijangkau, karena daerah tujuan wisata telah dikunjungi oleh mayoritas wisatawan. Situasi ini menyebabkan daerah tujuan wisata mulai memperbaharui produknya agar dapat mempertahankan jumlah kunjungan wisatawaanya.
5. Tahap Stagnation
Tahap stagnation ditandai dengan tercapainya titik tertinggi dalam jumlah kunjungan wisatawan. Normalnya tahap ini merupakan tahap terlama dalam siklus hidup produk daerah tujuan wisata. Hal ini disebabkan pada tahap ini inti kebutuhan oleh daerah tujuan wisata yang bersangkutan tetap ada. Berbagai terobosan dilakukan oleh pelaku pariwisara serta adanya diversifikasi dan modifikasi fasilitas. Strategi pemasaran kreatif digunakan pada tahap ini dengan tujuan memperpanjang daur hidup suatu daerah tujuan wisata.
6. Decline atau Rejuvenation
Pada tahap decline, suatu daerah wisata mengalami penurunan jumlah pengunjung dan beralih ke destinasi pesaing. Tahap ini juga ditandai dengan mulai tidak terawatnya dan penurunan kualitas dari fasilitas-fasilitas penunjang objek wisata.
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi dan literature penunjang yang berkaitan dengan topik penelitian. Untuk menunjang analisis yang dilakukan, penelitian ini akan diperkuat dengan melakukan observasi lapangan di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
a. Variabel Penelitian
• Jumlah Pengunjung, merupakan data jumlah wisatawan yang datang di tiap objek wisata. Data jumlah wisarawan yang digunakan ini merupakan data time series dari tahun 2010 sampai tahun 2014
• Fasilitas Primer, meliputi jenis (site attraction dan event attraction) dan jumlah atraksi tersebut di tiap objek wisata
• Fasilitas Sekunder, meliputi rumah makan, penginapan dan toko souvenir
• Fasilitas Kondisional, meliputi lahan parkir, toilet umum, dan aksesibilitas (kondisi dan kelas jalan)
b. Alur Pikir
Kecamatan Pujut
Objek Wisata Pantai Unggulan
Jumlah Pengunjung Fasilistas Pengelola
Primer Sekunder Kondisional
Site Attraction Event Attraction 1. Rumah Makan 2. Penginapan 3. Toko Souvenir 1. Toilet Umum 2. Kondisi dan Kelas Jalan 3. Lahan Parkir
Tahap Perkembangan Wisata & Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Fasilitas-Fasilitas Wisata di Sekitar
c. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari survey lapangan sedangkan dara sekunder didapatkan dari instansi terkait
d. Pengolahan Data
Keseluruhan data yang diperoleh kemudian dibuat databasenya dan disusun berdasarkan sistem informasi geografis dengan bantuan software Microsoft Excel dan ArcGIS 10. Pengolahan data dilakukan dalam dua tahap yaitu data sekunder dan data primer.
Pengolahan data sekunder dilakukan sebelum survey lapang, dengan melakukan pembuatan peta administrasi yang telah didapat dari Badan Informasi Geospasial serta melakukan digitasi titik objek wisata Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan, dan Pantai Grupuk serta digitasi bagunan yang diduga merupakan fasilitas-fasilitas sekunder di sekitar objek wisata dengan menggunakan acuan dari data Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah dan citra Google Earth untuk kemudian diolah menjadi peta dasar.
Pengolahan data primer dilakukan setelah survey lapang dengan cara menginput data hasil pengamatan di lapangan mengenai ketersediaan berbagai fasilitas wisata seperti site attraction, evemt attraction, penginapan, rumah makan, toko souvenir, toilet umum, lahan parkir dan aksesibilitas. Selanjutnya dilakukan klasifikasi penentuan tahap perkembangan yang dicapai oleh tiap objek wisata yang diteliti. Klasifikasi yang digunakan sebagai parameter adalah klasifikasi teori Burton, 1995.
No Jenis Data Jenis Data Cara Memperoleh Data
1 Lokasi Objek Wisata Sekunder & Primer
Primer : Survey lapang Sekunder : Citra Google Earth 2 Data Jumlah Pengunjung Sekunder Diperoleh dari Dinas Budaya dan
Pariwisata & Pengelola Objek Wisata 3 Data Kelas dan Status Jalan Sekunder Dinas Pekerjaan Umum 4 Fasilitas Sekunder Primer &
Sekunder
Primer : Survey lapang Sekunder : Citra Google Earth 5 Fasilitas Kondisional Primer Survey lapang
Variabel Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 Tahap 6 Jumlah Pengunjung (orang/bulan) 51-500 orang (naik turun tiap tahunnya) 500 - 950 orang (meningkat tiap tahunnya) 951-1400 orang (meningkat drastis tiap tahunnya) 1401-18500 orang (relatif stabil) 18500-25000 orang (naik turun tidak signifikan) >25000 orang (turun signifikan tiap tahunnya) Atraksi & Event 1 atraksi & tidak ada event >1 atraksi & tidak ada event >1 atraksi & event tingkat daerah >1 atraksi & event tingkat nasional atraksi beragam & event tingkat internasional Atraksi beragam & event tingkat internasional Fasilitas Sekunder Tidak ada fasilitas 1-4 rumah makan, 1 tempat menginap, ada toko souvenir Ada, 6-10 rumah makan, 4 tempat menginap, ada toko souvenir Ada, 11-15 rumah makan, 6 tempat menginap, ada toko souvenir Ada, >15 rumah makan, >6 tempat menginap, >2 toko souvenir Ada, >15 rumah makan, >6 tempat menginap, >5 toko souvenir Fasilitas
Kondisional Tidak ada
Terdapat 1 toilet umum kondisi rusak, tempat parkir untuk kendaraan roda dua Terdapat 2 toilet umum, kondisi baik namun kotor, tempat parkir untuk kendaraan roda dua dan mobil pribadi Terdapat 3 toilet umum kondisi baik, tempat parkir untuk kendaraan roda 2, mobil pribadi, dan pariwisata Terdapat 4 toilet umum kondisi tidak baik, tempat parkir untuk kendaraan roda 2, mobil pribadi, dan pariwisata serta tersedianya angkutan umum Terdapat 4 toilet umum kondisi baik, tempat parkir untuk kendaraan roda 2, mobil pribadi, dan pariwisata serta tersedianya angkutan umum
Kelembagaan Tidak ada
Dikelola masyarakat / kaum adat Dikelola Dinas Pariwisata Dikelola Dinas Pariwisata dan Swasta Dikelola oleh Dinas Pariwisata, Swasta, Serta Pihak Kabupaten Dikelola oleh Dinas Pariwisata, Swasta, Serta Pihak Kabupaten
Kemudian data yang telah diklasifikasi diolah lagi menggunakan aplikasi ArcGIS 10 untuk menghasilkan :
1. Peta lokasi absolut objek wisata pantai.
2. Peta kuantitatif fasilitas wisata primer, sekunder, dan kondisional 3. Peta tahap perkembangan objek wisata pantai.
4. Peta perkembangan fasilitas akibat dari pengaruh objek wisata pantai.
e. Analisis Data
Unit analisisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah objek wisata pantai unggulan di Kabupaten Lombok Tengah, yaitu Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan, dan Pantai Gerupuk. Penelitian ini dianalisis berdasarkan klasifikasi tahap perkembangan teori Burton. Kemudian dilakukan analisis keruangan dengan metode analisis spasial deskriptif untuk membandingkan objek wisata pantai unggulan di Kecamatan pujut, Lombok Tengah. Analisis dilakukan dengan bantuan peta yang telah dibuat dan berdasarkan tahap perkembangan objek wisata serta kaitaanya dengan variabel yang berhubungan, yaitu fasilitas primer, sekunder, dan kondisional serta aksesibilitas menuju wisata pantai. Setelah itu akan dilihat pula seberapa jauh objek wisata tersebut mempengaruhi perkembangan fasilitas-fasilitas wisata.
4. Gambaran Umum Wilyah
4.1 Administratif Kecamatan Pujut
Pujut merupakan salah satu daerah dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Letak geografis Kecamatan Pujut berada di antara 116o23.5’00”-116o24’00” BT dan 8o56’00” – 8o57’00” LS. Kecamatan Pujut merupakan kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah dengan luas wilayah paling luas yaitu sekitar 23.355 ha atau menempati sekitar 19,33 persen dari luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Batas-batas wilayah Kecamatan Pujut adalah :
Sebelah Utara : Kecamatan Praya Tengah Sebelah Timur : Kecamatan Praya Timur Sebelah Barat : Kecamatan Praya Barat Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Kecamatan Pujut dibagi menjadi 15 desa, yaitu Desa Pengembur, Desa Mertak, Desa Kuta, Desa Pengengat, Desa Rembitan, Desa Gapura, Desa Sengkol, Desa Tumpak, Desa Truwai, Desa Segale Anyar, Desa Kawo 14. Desa Sukadana, Desa Ketara, Desa Prabu, dan Desa Tanak Awu.
4.2 Kondisi Fisik
Sebagai daerah yang beriklim tropis, kecamatan Pujut memiliki 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pada tahun 2010 dimulai pada bulan Desember sampai dengan bulan Agustus. Hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari diikuti bulan Februari, Maret dan April dengan hari hujan masing-masing 21 hari, 19 hari 16 hari dan 9 hari. Sementara hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Agustus yaitu 1 hari.
Seperti halnya hari hujan demikian pula dengan curah hujan, dimana curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Februari yang mencapai angka 171 mm, kemudian pada bulan Januari dengan curah hujan mencapai 135 mm. Curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Agustus sebesar 7 mm.
4.3 Kondisi Jalan dan Transportasi
Jalan sebagai bagian dari sarana transportasi juga memiliki peran penting. Panjang jalan yang ada di Kecamatan Pujut tercatat sepanjang 794 km. Panjang jalan yang ada tersebut dianggap masih belum memadai dibandingkan dengan luasnya wilayah. Dari sisi kualitas jalan terutama menurut jenis permukaan, panjang jalan tanah lebih dominan dibandingkan jalan aspal dan diperkeras. Menurut data BPS tahun 2013, di Kecamatan Pujut terdapat jalan beraspal sepanjang 119 km atau sekitar 15 persen dari total panjang jalan yang ada. Jalan yang diperkeras hanya sepanjang 92 km atau sekitar 12 persen. Yang menempati jenis jalan terpanjang
adalah jalan tanah dengan persentase sebesar 73 persen dari total jalan yang ada di Kecamatan Pujut atau sepanjang 583 km.
Untuk transportasi di Kecamatan Pujut, Sepeda Motor lebih mendominasi dengan persentase sebesar 63 persen atau sebanyak 4.360 unit (data BPS 2013). Hal tersebut dikarenakan sepeda motor sangat sesuai dengan medan atau kondisi jalan yang ada di daerah ini. Urutan kedua ditempati oleh sepeda sebanyak1.988 unit. Sisanya Colt/Bus/Truk sebanyak 508 unit dan cidomo 141 unit. Jika dipisahkan menurut kendaraan yang bermotor dan tidak bermotor maka jumlah kendaraan bermotor lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan tidak bermotor.
4.4 Pariwisata di Kecamatan Pujut
Pariwisata di Kecamatan Pujut cukup bervariasi mulai dari wisata budaya, wisata industri kreatif, wisata bahari, dan agrowisata. Pariwisata di Kecamatan Pujut didominasi oleh wisata pantai. Letak Kecamatan Pujut yang berbatasan dengan Samudra Indonesia menjadi salah satu alasan banyaknya objek wisata pantai dengan keindahan panorama dan keunikan ombak masing-masing objek wisata. Bagian selatan Kecamatan Pujut ini merupakan kawasan yang dibentuk oleh Dinas Pariwisata Lombok Tengah dan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) PT Pembangunan Pariwisata Indonesia, yaitu Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika (KEK Mandalika).
5. Hasil & Pembahasan
5.1 Objek Wisata Pantai Unggulan
Kecamatan Pujut merupakan salah satu wilayah yang ditetapkan menjadi wilayah tujuan wisata Kabupaten Lombok Tengah. Hal ini dikarenakan karakteristik wilayah kecamatan Pujut yang dikelilingi garis pantai di bagian selataanya. Kecamatan Pujut juga memiliki objek wisata yang cukup beragam seperti objek wisata bahari, wisata budaya, wisata industri kreatif dan wisata pantai. Objek wisata yang berada di Kecamatan Pujut lebih didominasi oleh wisata pantai sehingga dalam publikasi “Identifikasi dan Kajian Pengelolaan Objek Wisata Unggulan” yang diterbitkan oleh Bidang Pembangunan Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah ditetapkan beberapa wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut yang meliputi Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan, Pantai Mawun, dan Pantai Gerupuk.
5.2 Jumlah Pengunjung
Dalam tahapan perkembangan objek wisata, salah satu faktor yang menjadi kunci dalam tahapan perkembangan adalah jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut. Dalam variabel ini, jumlah pengunjung yang didapatkan dari
penelitian merupakan perkiraan yang dihitung berdasarkan wawancara dengan penjaga parkir di lokasi wisata terkait jumlah motor dan mobil yang datang setiap harinya dan wawancara dengan pedagang makanan yang selalu berada di lokasi objek wisata. Perkiraan jumlah pengunjung tiap objek wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah Pengunjung
Sumber : Survey Lapang 2015
Perbedaan jumlah pengunjung di masing-masing pantai unggulan Kecamatan Pujut tidak berbeda secara signifikan, rata-rata dari keempat pantai tersebut memiliki jumlah pengunjung yang banyak pada waktu high season, yaitu kisaran bulan Juli sampai September. Pantai Kuta memiliki jumlah pengunjung paling tinggi baik saat low season maupun high season. Pantai Gerupuk memiliki jumlah pengunjung pada urutan kedua setelah Pantai Kuta. Sementara Pantai Tanjung Aan dan Pantai Mawun memiliki perkiraan jumlah pengunjung yang relatif sama.
5.3 Fasilitas Objek Wisata a. Fasilitas Primer
Fasilitas primer pada tiap objek wisata adalah keunikan yang disebabkan oleh proses alami secara fisik maupun karena tindakan manusia. Begitu pula dengan wisata pantai yang berada di Kecamatan Pujut, masing-masing dari objek wisata memiliki kekhasan unsur alam (site attraction) dan kekhasan kegiatan yang dilaksanakan di objek wisata tersebut (event attraction).
1) Pantai Kuta
Pantai Kuta merupakan salah satu objek wisata dengan penawaran site attraction dan event atrraction yang beragam. Pada Pantai Kuta terdapat batu karang yang hanya bisa disinggahi mulai sore hari sekitar pukul 16.00 WITA pada saat pantai mulai surut. Karang ini berukuran tidak terlalu besar dan sering dijadikan spot untuk berfoto wisatawan. Selain itu, bagian timur Pantai
Objek Wisata Jumlah Pengunjung (orang/hari)
Low Season High Season
Pantai Kuta 100 500
Pantai Tanjung Aan 50 300
Pantai Gerupuk 50 400
Kuta memiliki daratan yang landai sehingga sering dimanfaatkan wisatawan mancanegara untuk berjemur (sunbathing).
Ketika memasuki high season, sekitar bulan Juni sampai September, akan banyak bermunculan jasa sekolah surfing. Hal ini dikarenakan pada high season bertepatan dengan musim liburan dan arus ombak yang sangat sesuai untuk surfing sehingga Pantai Kuta akan semakin ramai oleh wisatawan baik wisatawan lokal atau mancanegara. Selain itu, terdapat event attraction lain di Pantai Kuta yang menarik banyak wisatawan, yaitu festival Bau Nyale. Festival Bau Nyale merupakan tradisi dari masyarakat suku Sasak dimana pada periode waktu ini masyarakat lokal maupun wisatawan akan turun ke pantai untuk mencari cacing yang keluar dari pantai. Festival ini merupakan festival berskala nasional yang dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Februari.
Gambar 3. Pantai Kuta 2) Pantai Tanjung Aan
Pantai Tanjung Aan memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan Pantai Kuta. Keberadaan Pantai Tanjung Aan yang berada dekat dengan muara sungai luas dan cukup lebar membuat ombak laut di Pantai Tanjung Aan tidak sebesar pantai lain.Pantai Tanjung Aan memiliki dataran pantai yang luas dengan variasi pasir yang berbeda yaitu pasir yang menyerupai merica pada bagian bibir pantai dan semakin keatas pasir yang terdapat di Pantai Tanjung Aan semakin halus menyerupai bubuk tepung. Pantai Tanjung Aan memiliki dartaran pantai yang luas dan landai sehingga banyak dimanfaatkan wisatawan mancanegara untuk berjemur (sunbathing), selain itu Pantai Tanjung Aan juga memiliki spot untuk snorkeling. Spot tersebut berada dekat dengan bukit batu payung.
Seperti Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan juga memiliki event attraction berupa festival tahunan yang diadakan setahun sekali setiap bulan Februari,
yaitu festival Bau Nyale. Namun festival Bau Nyale yang diselenggarakan di Pantai Tanjung Aan tidak seramai festival yang diselenggarakan di Pantai Kuta.
Gambar 4. Pantai Tanjung Aan Gambar 5. Pantai Tanjung Aan 3) Pantai Gerupuk
Pantai Gerupuk merupakan salah satu pantai di sepanjang lombok bagian selatan yang memiliki ombak yang konsisten, hal ini menyebabkan Pantai Gerupuk memiliki daya tarik tersendiri sebagai lokasi surfing, sehingga banyak wisatawan yang menyebut Pantai Gerupuk sebagai “Gerupuk Surf”. Ombak pantai Gerupuk bertipe reef-coral dengan arah ombak kanan. Berdasarkan ketinggian ombak, kombinasi ombak dan angin, Pantai Gerupuk memiliki 5 spot surfing. Ombak di Pantai Gerupuk memiliki dinding tinggi dan panjang. Ombak yang berada di spot-spot surfing di Pantai Gerupuk ketinggaanya bisa mencapai hingga 10 kaki, sementara pada bulan Oktober hingga April, ketinggian ombak akan mencapai 4-6 kaki.
Event attraction yang terdapat di Pantai Gerupuk adalah surfing school
dan perlombaan surfing skala internasional. Berbeda dengan surfing school yang berada di Pantai Kuta yang banyak bermunculan di musim tertentu,
surfing school di Pantai Gerupuk ini merupakan jasa yang bisa dinikmati setiap
saat. Namun tidak sedikit juga surfing school yang berasal dari Pantai Kuta menggunakan Pantai Gerupuk sebagai lokasinya. Sementara perlombaan
surfing diadakan sekitar bulan agustus untuk peselancar dari Amerika Serikat,
Australia, dan Eropa. Selain terkenal karena menjadi lokasi tujuan para surfer, Pantai Gerupuk juga memiliki spot untuk memancing di Teluk Gerupuk dan tempat untuk budidaya rumput laut. Keberadaan budidaya rumput laut di Pantai Gerupuk ini bisa dikatakan sebagai salah satu event attraction yang menarik wisatawan untuk berkunjung karena tidak hanya bisa melihat budidaya rumput lautnya, namun wisatawan juga dapat mencicipi secara langsung hasil budidaya rumput laut tersebut.
Gambar 6.Pantai gerupuk Gambar 7. Budidaya rumput laut 4) Pantai Mawun
Seperti ketiga pantai unggulan lain di Kecamatan Pujut, Pantai Mawun juga beralaskan pasir putih yang sangat bersih. Pasir di Pantai Mawun bagian tengah bertekstur sangat lembut, sementara di bagian sisi barat, pasir pantainya bertekstur agak sedikit kasar dengan pecahan kerang. Gradasi warna Pantai Mawun sangat jelas dengan warna hijau di tepian dan semakin ke tengah warnanya semakin biru. Pantai Mawun diapit oleh dua bukit hijau yang saling berhadapan. Ombak di Pantai Mawun cenderung tenang dan tidak terlalu besar, hal ini dikarenakan Pantai Mawun berada di sebuah teluk yang membuat ombak besar tak sampai pada tepi pantai sehingga pantainya banyak dimanfaatkan wisatawan untuk berenang.
Gambar 8. Pantai Mawun Gambar 9. Pantai Mawun
b. Fasilitas Sekunder
Fasilitas Sekunder adalah bangunan yang bukan merupakan daya tarik utama wisata, akan tetapi digunkan untuk memenuhi kebutuhan utama wisatawan (Jansen dalam Burton, 1995). Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan fasilitas sekunder yang tersedia di setiap objek wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut.
Tabel 2. Ketersediaan Fasilitas Sekunder
Objek Wisata Warung Makan Penginapan Toko
Souvenir Jumlah Menu
Pantai Kuta 24 Lokal dan
Western 16 22
Pantai Tanjung
Aan 2
Lokal dan
Western 0 0
Pantai Gerupuk 7 Lokal dan
Western 2 0
Pantai Mawun 2 Lokal 0 0
Sumber : Survey Lapang dan Pengolahan Data 2015 1) Pantai Kuta
Pantai Kuta merupakan objek wisata yang paling lengkap, sangat berbeda jauh dengan pantai-pantai lainnya. Di pinggir pantainya terdapat penyewaan alat-alat untuk berjemur dan olahraga air. Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, terdapat pula banyak saung-saung kecil yang menyediakan makanan dan minuman. Pada tempat makan yang berada di dekat pantai, makanan dan minuman yang ditawarkan adalah makanan dan minuman lokal. Sedangkan yang berada di luar kawasan wisata, terdapat banyak sekali pilihan tempat makan yang menyediakan menu beragam mulai dari makanan lokal sampai western food.
Dilihat dari fasilitas yang berada di sekitarnya, Pantai Kuta merupakan objek wisata yang memili fasilitas terlengkap, terbukti dengan adanya 7 tempat makan di lokasi objek wisata, sementawa di sekitar kawasan objek wisata terdapat 16 penginapan (homestay), 24 rumah makan, dan 22 toko souvenir yang beberapa diantaranya juga menyediakan jasa travel. Selain itu terdapat juga Pasar Seni di sebelah utara Pantai Kuta yang biasanya dimanfaatkan sebagai pameran-pameran dan bazaar pada waktu tertentu.
2) Pantai Tanjung Aan
Pantai Tanjung Aan memiliki fasilitas yang terbatas. Tempat makan yang ada di lokasi objek wisata ini hanya ada 2, tempat makan pertama merupakan tempat makan dengan harga yang cukup tinggi dan menu yang mayoritas merupakan makanan luar, sementara tempat makan yang lainnya merupakan warung kecil yang menyediakan snack dan makanan lokal. Pantai Tanjung Aan tidak memiliki toko souvenir, namun dapat ditemukan beberapa warga lokal yang menawarkan souvenir khas Lombok.
3) Pantai Gerupuk
Jika dibandingkan dengan Pantai Tanjung Aan dan Pantai Mawun, fasilitas sekunder di Pantai Gerupuk dapat dikatakan lebih unggul. Di sekitar lokasi objek wisata terdapat 7 tempat makan, tiga diantaranya merupakan kios-kios kecil yang menyediakan makanan ringan, sementara empat lainnya merupakan rumah makan yang berupa café dan menu yang ditawarkan cukup beragam mulai dari makanan lokal hingga makanan western. Keempat rumah makan ini juga menyediakan alkohol yang biasanya dipesan oleh wisatawan mancanegara. Tidak jauh dari lokasi objek wisata ini juga terdapat dua buah homestay yang mayoritas dihuni oleh wisatawan mancanegara.
4) Pantai Mawun
Dilihat dari fasilitasnya, Pantai Mawun tidak jauh berbeda dengan Pantai Tanjung Aan. Fasilitas sekunder yang terdapat di Pantai Mawun hanya tempat makan yang berjumlah 2 dan hanya berupa kios-kios yang menyediakan makanan ringan dan es kelapa. Di sekitar Pantai Mawun tidak terdapat penginapan.
c. Fasilitas Kondisional
Fasilitas kondisional adalah bangunan dan kelengkapan fasilitas beserta kondisinya yang digunakan oleh pengunjung untuk memenuhi kebutuhan tambahan dalam melakukan kegiatan wisata. Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan fasilitas kondisional yang tersedia di setiap objek wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut.
Objek wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut umumnya sudah memiliki fasilitas kondisional yang cukup memadai. Baik Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan, Pantai Gerupuk, dan Pantai Mawun memiliki toilet umum dan lahan parkir, yang membedakan hanya jumlah dan kondisinya saja, dimana toilet umum di Pantai Kuta lebih banyak dan lahan parkirnya lebih luas dibanding ketiga pantai lainnya. Kelas jalan yang berada di sekitar lokasi objek wisata Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan, Pantai Gerupuk, dna Pantai Mawun merupakan jalan lokal, namun pada pantai Tanjung Aan dan Gerupuk kondisi jalaanya rusak dan cenderung lebih sempit.
Tabel 3. Ketersediaan Fasilitas Kondisional
Sumber : BPS Kab Lapang dan Pengolahan Data 2015 5.4 Kelembagaan Objek Wisata
Kelembagaan suatu objek wisata dapat dilihat dari pihak yang mengelola objek wisata tersebut. Pihak yang mengelola dapat berupa masyarakat setempat, swasta, pemerintah daerah, perhutani, dan sebagainya. Objek wisata pantai di Kecamatan Lombok Tengah umumnya berada di bawah pengelolaan yang sama, yaitu oleh Dinas Pariwisata Lombok Tengah dan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) PT Pembangunan Pariwisata Indonesia sebagai bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika (KEK Mandalika).
Pada Pantai Kuta, yang berada di akses utama jalan, pengelolaan lebih beragam, dimana terdapat pihak swasta lain yang ikut mengelola objek wisata ini, yaitu . Sementara di Pantai Mawun, walaupun berada dalam pengelolaan Dinas Pariwisata, namun terdapat pengelolaan lain yang dilakukan oleh lembaga yang dibentuk secara mandiri oleh masyarakat setempat.
5.5 Tahap Perkembangan Objek Wisata Pantai Unggulan di Kecamatan Pujut
Tahapan perkembagan objek wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut dapat diketahui dari jumlah pengunjung objek wisata, fasilitas primer berupa site attraction dan event attraction pada objek wisata, fasilitas sekunder dan fasilitas kondisional di sekitar objek wisata, serta lembaga yang mengelola objek wisata.
Suatu objek wisata dapat dikatakan berkembang jika banyak dikunjungi oleh wisatawan. Sebaik dan semenarik apapun objek wisata, jika tidak ada yang mengunjungi tentu tidak akan berkembang. Hasil suvey lapang mendapati perkiraan jumlah pengunjung dari tiap objek wisata per-harinya, dari data tersebut dapat ditentukan jumlah pengunjung per bulannya untuk kemudian diklasifikasikan di tahap mana saja masing-masing objek wisata tersebut berada jika dilihat dari jumlah pengunjungnya.
Objek Wisata Toilet / Kamar Mandi
Tempat
Parkir Kelas Jalan
Kondisi Jalan
Pantai Kuta Ada Ada Jalan lokal Baik
Pantai Tanjung
Aan Ada Ada Jalan lokal Rusak
Pantai Gerupuk Ada Ada Jalan lokal Rusak
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 Pantai Kuta Pantai Tanjung Aan Pantai Gerupuk Pantai Mawun Low Season High Season
Gambar 10. Jumlah Pengunjung Per Bulan
Berdasarkan variabel fasilitas primer yang berupa site attraction dan event attraction Pantai Gerupuk merupakan objek wisata yang paling maju, yaitu berada pada tahap 5, hal ini dikarenakan site attraction di Pantai Gerupuk lebih beragam dan terdapat event attraction yang berskala internasional, sementara Pantai Kuta dan Pantai Tanjung Aan berada pada tahap 3, dan Pantai Mawun berada di tahap 2.
Untuk fasilitas sekunder dan fasilitas kondisional Pantai Kuta berada pada tahap yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahap lainnya, yaitu tahap 5, Pantai Gerupuk berada pada tahap 3 untuk fasilitas sekunder dan tahap 4 untuk fasilitas kondisional, sementara Pantai Tanjung Aan dan Pantai Mawun berada pada tahap yang sama yaitu tahap 2 untuk fasilitas sekunder, dan tahap 3 untuk fasilitas kondisional.
Tahap perkembangan untuk variabel kelembagaan pada keempat pantai ini sama sama, yaitu pada tahap 4 karena masing-masing dari objek wisata pantai ini berada dalam pengelolaan yang sama, yaitu Dinas Pariwisata Lombok Tengah dan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) PT Pembangunan Pariwisata Indonesia.
Masing-masing variabel memiliki bobot yang berbeda. Variabel fasilitas primer (site attraction dan event attraction), fasilitas sekunder, dan jumlah pengunjung memiliki bobot penilaian sebesar 25%, fasilitas kondisional memiliki bobot 15%, dan kelembagaan memiliki bobot 10%. Setelah dihitung berdasarkan masing-masing bobot pada variabel. Pantai Kuta berada pada tahap 4, yaitu consolidation, dimana jumlah kunjungan terus meningkat dan objek wisata telah menjadi lokasi tujuan wisata oleh mayoritas wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Sementara Pantai Tanjung Aan, Pantai Gerupuk, dan Pantai Mawun berada
pada tahap 3, yaitu tahap development, dimana mulai terjadi jumlah kunjungan dalam skala besar dan telah terbuka dan tersedianya akses menuju lokasi objek wisata yang memadai.
Tabel 4. Tahap Perkembangan Objek Wisata
Variabel Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 Tahap 6 Jumlah Pengunjung (orang/tahun) Pantai Kuta, Pantai Tanjung Ann, Pantai Gerupuk, Pantai Mawun Atraksi & Event Pantai Mawun Pantai Tanjung Aan, Pantai Kuta Pantai Gerupuk Fasilitas Sekunder Pantai Tanjung Aan, Pantai Mawun Pantai Gerupuk Pantai Kuta Fasilitas Kondisional Pantai Tanjung Aan, Pantai Mawun Pantai Gerupuk Pantai Kuta Kelembagaan Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan, Pantai Gerupuk, Pantai Mawun
Gambar 11. Peta Tahap Perkembangan Objek Wisata Pantai Unggulan Kecamatan Pujut
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa tahapan perkembangan objek wisata pantai unggulan di Kecamatan Pujut pada umumnya berada pada tahap 3, atau tahap development. Dimana pada tahap ini jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata mulai melonjak dengan skala besar dan tersedianya akses yang memadai menuju objek wisata sehingga investasi dari luar sudah mulai masuk. Selain itu, fasilitas lokal tergantikan dengan adanya peningkatan standar fasilitas objek wisata. Pada tahap ini objek wisata harus bisa mencari inovasi untuk mengelola dan menarik perhatian wisatawan sehingga pengunjung yang datang akan semakin meningkat dan makin banyaknya investor yang datang untuk membantu perkembangan dari objek wisata.
Pada umumnya perkembangan fasilitas objek wisata sangat dipengaruhi oleh lokasi dan aksesibilitasnya, objek wisata yang berada di akses jalan utama dan mendekati pusat pemerintahan lebih berkembang dibandingkan dengan objek wisata yang berada pada daerah-daerah yang sulit diakses dan jauh dari pusat pemerintahan, contohnya pada Pantai Kuta. Fasilitas-fasilitas sekunder di sekitar objek wisata sudah
sangat memadai. Selain itu, objek wisata dengan tahap yang lebih tinggi memiliki kecenderungan site attraction yang beragam dan terdapatnya event attraction. Sedangkan objek wisata dengan tingkat daya tarik rendah mempunyai kecenderungan
site attraction yang tidak beragam, tidak adanya event attraction, dan ketersediaan
fasilitas sekunder dan konsisional yang tidak memadai.
Untuk mencapai objek wisata yang sustainable, pemerintah harus mempertegas peran masyarakat sekitar objek wisata sebagai pendamping keberlangsungan pariwisata serta pengelola objek wisata dan fasilitas di sekitarnya. Selain itu, daerah tujuan wisata harus mencari inovasi untuk mulai memperbaharui produknya, baik dari segi atraksi maupun fasilitas pendukung agar dapat mempertahankan jumlah kunjungan wisatawaanya.
REFERENSI
Demartoto, Argyo. 2008. Skripsi : Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pedesaan Oleh
Pelaku Wisata Di Kabupaten Boyolali. Surakarta. Universitas Sebelas Maret
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2011. Identifikasi Dan Kajian Pengelolaan Objek Wisata
Unggulan. Kabupaten Lombok Tengah
Novriani. 2013. Tahap Perkembangan Objek Wisata di Kabupaten Kerinci. Depok. Jurusan Geografi Universitas Indonesia
Restuti, Ratri Chandra. 2008. Skripsi : Tingkat Daya Tarik Objek Wisata Alam di Kecamatan
Kebumen. Depok. Jurusan Geografi Universitas Indonesia
Kurniasti, Niki. 2011. Skripsi : Tahap Perkembangan Objek Wisata di Kabupaten Banyumas,
Propinsi Jawa Tengah. Depok. Jurusan Geografi Universitas Indonesia
Dhamayanti, A. 2009. Skripsi : Pola Tourism Business District (Tbd) di Kota Solo. Depok. Depok. Jurusan Geografi Universitas Indonesia
Burton, Rosemary. 1995. Travel Geography. New York. Prentice House
Yoeti, Oka. 1994. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung. Angkasa
Badan Pusat Statistik Kab. Lombok Tengah. 2013. Kecamatan Pujut dalam Angka. Kabupaten Lombok Tengah
Hadinoto, K. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Depok : Universitas Indonesia Press
Undang-Undang No.9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan
http://www.antarantb.com/berita/28016/pariwisata-lombok-tengah-untuk-indonesia-wow
(diakeses pada tanggal 5 April 2015, pukul 20.08 WIB)