“
CATATAN
MENJELANG
DOKTER MUDA”
Banu Aji Dibyasakti
06/192791/KU/11755
FK UGM
INTERPRETASI VITAL SIGN
TEKANAN DARAH (JEC 7)
Normal <120 dan atau <80 pre hipertensi 120 – 139 / 80-89 hipertensi tahap 1 140 – 159 / 90-99 hipertensi tahap 2 160-179 / 100-109 hipertensi tahap 3 180-209 / 110-119 hipertensi tahap 4 >210
o Emergensi (hipertensi tahap 4)
turunkan tekanan darah 25% dalam 2 jam pertama. 2-6 jam berikutnya target sampai 160/100. Setelah itu the lower, the better
o Pulsus paradoksus TD tek. sistol saat inspirasi dan ekspirasi berbeda > 10 mmHg
NADI
Kecepatan
o “Normal “ 60-100 x/menit
o Takikardi Laju denyut jantung > normal o Bradikardi Laju denyut jantung < normal
o Bradikardi relative Kondisi kenaikan suhu tidak diimbangi dengan kenaikan denyut jantung. Khas demam tifoid
o Pulsus deficit denyut nadi < denyut jantung Irama
o “Teratur”
o Aritmia atau Disritmia sinus denyut nadi lebih cepat saat inspirasi dan lebih lambat saat ekspirasi
o Ireguler
o Pulsus bigeminus nadi teraba sepasang-sepasang (kelompok dua) o Pulsus trigeminus nadi teraba sebagai kelompok tiga
Kekuatan / Kualitas o “Cukup”
o Pulsus seler nadi teraba sangat kuat dan turun dengan sangat cepat o Pulsus parvus et tardus nadi teraba lemah dan lambat naik
o Pulsus alternans nadi selang-seling kuat & lemah
o Pulsus paradoksus nadi lemah saat inspirasi dan kuat / normal saat ekspirasi Ekualitas
RESPIRASI
Kecepatan
o “Normal “ 12-24 x/menit
o Takipnea kecepatan nafas > normal o Bradipnea kecepatan nafas < normal Irama & Pola
o “Teratur”
o Kussmaul cepat & dalam
o Cheyne-Stoke cepat & dalam, diikuti lambat & dangkal o Biot irama tidak teratur sama sekali
Kedalaman o “Eupnea”
o Hiperpnea kedalaman nafas > normal o Hipopnea kedalaman nafas < normal
SUHU
Normal 36,5-37,5 Low grade 38-39 Medium grade 39-40 High grade 40-41
KELUHAN
ABDOMEN
MALARIA
Riwayat khas pergi ke daerah endemic Trias Malaria (1 periode gejala)
o Demam menggigil singkat - panas tinggi - berkeringat o Asimtomatis
Interval hari ke 3 (tertiana) falciparum (maligna), vivax dan ovale (benigna) Interval hari ke 4 (quartana) malariae
Diare (berkaitan dengan kegagalan fungsi enzim hepar) Keluhan sesek perut
Terjadi ANEMIA HEMOLITIK
Pemeriksaan fisik conjungtiva anemic, sclera ikterik, hepato-splenomegally, extremitas kuku ikterik, urin gelap
Warning !! waspada tanda-tanda penurunan kesadaran curiga cerebral malaria Lab
o Apusan darah tebal (ada tidaknya plasmodium) dan tipis (identifikasi jenis plasmodium)
Tropozoit falciparum
o Rapid test malaria
o CBC (anemia, leukositosis atau leukopeni) Tx
o Artemicin (ACT) belum resisten. Syarat utama, diagnosis malaria harus tegak. Artesunat + Amodiaquin (AS+AQ)
Artesunat + Mefloquin (AS+MQ)
Artesunat + Sulfadoxin- Pirimetamin (AS+SP)
Artemether-lumefantrine (AL)
o Non ACT :
Amodiaquin + Sulfadoxin- Pirimetamin (AQ+SP)
Kina / Quinin 600 mg tiap 8 jam selama 7 hari
TIFOID FEVER
Demam meningkat pada sore hari berkaitan dengan ritme bakteremia. Serta demam meningkat bertahap dalam 2 minggu.
Bisa diare (anak-anak), bisa konstipasi (dewasa) berkaitan dengan iritasi epitel GIT oleh
S.typhi
Keluhan sesek perut (terbatas di RLQ atau bisa juga difus) Batuk kering
Sakit kepala, malaise, gak nafsu makan
Pemeriksaan fisik sclera ikterik, lidah kotor (tengah pucat, tepi hiperemis) + bergetar, rose
spot / exanthem (titik merah di dada), hepato-splenomegally (terkait dengan deposisi bakteri di
hepar dan lien sehingga merusak sel hepar dan lien)
Pada tifoid fever yang berat, bisa muncul tanda perforasi intestinal & peritonitis o BP turun & nadi naik (tanda perdarahan)
o Nyeri perut dan perut kencang / rigidity Lab
o Kultur bakteri GOLD STANDARD
o Widal test walaupun postif palsu nya tinggi o Feses 10-20% pasien ada darah
Tx ________________________________________________________________________
o Fully sensitive Utama
Floroquinolon (Ciprofloxacin, ofloxacin) : 15 mg/kg BB selama 5-7 hari
Alternatif
Chloramfenicol 50 mg/kg BB selama 14-21 hari Amoxicillin 100 mg/kg BB selama 14 hari TMP-SMX 40 mg/kg BB selama 14 hari
________________________________________________________________________ o Resisten terhadap Floroquinolon
Utama
Azitromicin 10 mg/kg BB selama 7 hari Ceftriaxon 75 mg/kg BB selama 10-14 hari Alternatif
Cefixim 20 mg/kg BB selama 7-14 hari o Resisten terhadap Multidrug
Utama
Floroquinolon (Ciprofloxacin, ofloxacin) : 15 mg/kg BB selama 5-7 hari Alternatif
Azitromicin 10 mg/kg BB selama 7 hari Cefixim 20 mg/kg BB selama 7-14 hari
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
Demam tinggi >39oC selama 2-7 hari. Biasanya polanya bifasik (hari 1-3 demam, 3-4 turun
normal, 4-7 demam lagi)
Perdarahan petechiae, echymosis, purpura (sudah muncul saat awal fase febril), epistaksis, gusi berdarah, hematemesis-melena
Trombocytopeni
Tanda kebocoran plasma hemokonsentrasi, efusi pleura
Hepatomegally tanpa jaundice (muncul saat fase febril). Splenomegally jarang terjadi. Mual, muntah, sakit kepala, konstipasi
Fase-fase DHF
Fase febril 2-7 hari tanda-tanda di atas
Fase afebril 2-3 hari setelah febril suhu turun, sirkulasi (BP & HR) belum stabil. Hati-hati terjadi shock!!
Fase konvalesen 7-10 hari setelah afebril Kondisi umum mulai membaik, bradicardi Periode kritis DHF adalah saat pergantian dari febril jadi afebril. Sering terjadi gangguan
sirkulasi
Pemeriksaan Fisik nyeri retro-orbital, conjungtiva memerah, hidung mimisan, gusi berdarah,
leher limfadenopati, dada terdapat tanda efusi pleura, perut asites, GIT hematemesis atau
melena, extremitas tedapat petechiae (terutama kaki), nyeri sendi & otot, tourniquet test positif o Tourniquet test Tensimeter, tekanannya diatur di tengah-tengah antara sistol &
diastole. Tahan selama 5 menit.
Hasil positif : 10 atau lebih petechiae / 2,5 cm2(1 inchi)
Lab
o Trombocytopeni PC < 100.000/mm3
o Hemokonsentrasi HCT naik 20% (berkaitan dengan kebocoran plasma di darah) o Hipoproteinemia (berkaitan dengan kebocoran plasma di darah)
o Leukosit bisa leukopeni (lebih sering), bisa leukositosis o Level AST naik
o Urin hematuria Radiologi
o X-ray dada terdapat tanda efusi pleura (berkaitan dengan kebocoran plasma), biasanya sering di dada kanan
Tx
o Terapi cairan & elektrolit minuman isotonic, jus buah, oralit o Antipiretik paracetamol
Salisilat (Aspirin) dilarang !! karena SE : perdarahan & Reye syndrom
o Ingat periode kritis DHF adalah saat pergantian dari febril jadi afebril rawan dehidrasi o IV fluid untuk pasien DHF sudah dengan tanda-tanda dehidrasi (Takikardi, BP turun)
DHF bisa disertai dengan gejala SHOCK “Dengue Shock Syndrome” o Gagal sirkulasi : Nadi cepat & lemah, BP turun, kulit dingin & pucat
o EMERGENY!! Durasi shock : 12-24 jam pasien bisa meninggal, atau selamat jika segera diberi terapi cairan IV
Berdasarkan DHF & DSS, diperoleh derajat untuk DHF
Derajat 1 Demam tinggi + gejala non spesifik
Torniquet test positif DHF
Derajat 2 Derajat 1 + manifest perdarahan spontan DHF
Derajat 3 Tanda Gagal Sirkulasi DSS
Derajat 4 Shock berat BP & nadi sudah tidak terdeteksi DSS DD :
o Demam dengue
gejalanya relatif sama dengan DHF, namun tanpa trombositopeni dan
hemokonsentrasi
Manifest perdarahannya lebih sedikit
o Demam chikungunya
durasi demam cuma 2-4 hari
tourniquet test positif dan petechiae juga ada, tapi tidak ada manifest perdarahan lain
Nyeri otot & sendi sangat terlihat
hepatomegally juga bisa ada
HEPATITIS A
Fase-fase hepatitis AFase pre-klinis
(inkubasi) 10 – 50 hari Asimtomatis Cuma terjadi replikasi virus di dalam tubuh dan viremia
Saat-saat paling bisa menularkan via fecal
Fase pre-ikterik
(prodromal) Beberapa hari -> 1 minggu
setelah fase inkubasi
Sesek perut, anorexia Malaise, mual, muntah
Demam & gejala mirip flu (faringitis, batuk, pilek, pusing)
Diare atau konstipasi, feses pucat, urin
gelap
Fase ikterik Mengikuti fase
pre-ikterik (10 hari setelah gejala muncul)
Jaundice (bilirubin > 20-40 mg/l) di sclera, kulit, kuku
Demam mulai turun, dan gejala lain mulai hilang
Hepatomegally Feses masih infeksius
WARNING !!dapat berkembang menjadi
“Fulminant hepatitis” !! Demam tinggi
Nyeri perut masih berlangsung Encephalopathy penurunan kesadaran (koma dan kejang) Jaundice
Muntah Fase konvalesen Setelah ikterik
selesai Recovery kondisi umum sampai bener-bener sehat Pemeriksaan fisik sclera ikterik, perut hepatomegally, splenomegally (5-10%), extremitas
kuku ikterik, kulit ikterik Lab
o AST dan atau ALT naik o Bilirubin total dan direct naik
o Urin bilirubin dan urobilinogen positif o IgM anti HAV tes spesifik
Jika fasilitas tes lab tidak memadai, diagnosis ditegakkan melalui fakta epidemiologi (misal daerah itu sedang endemic HAV)
Tx
o Tidak ada treatment spesifik untuk HAV o Bedrest full (kurangi aktivitas)
o HP-pro untuk meningkatkan fungsi hati o Kurkuma
o Tidak ada rekomendasi diet yang spesifik Prevensi Imunoprofilaksis
o Pre-exposure Imunoprofilaksis : Vaksin HAV inaktif
Dewasa : 2 dosis (1440 Elisa Unit) 0 dan 6-12 bulan Anak : 3 dosis (360 Elisa Unit) 0, 1, dan 6-12 bulan
2 dosis (720 Elisa Unit) 0 dan 6-12 bulan o Post-exposure Imunoprofilaksis : Imunoglobulin
Dosis : 0,02 ml/kg BB. Injeksi deltoid, secepat mungkin setelah paparan HAV
HEPATITIS B
Rata-rata pasien sembuh spontan. Namun untuk orang tua, manifest HBV akut bisa berubah jadi fulminant hepatitis. Untuk anak-anak jarang muncul gejala klinis (cuma sebagai carrier)
Transmisi
o VERTICAL mother to child o Aktivitas seksual
o Jarum suntik
o Kontak fisik dengan cairan tubuh yang terinfeksi Fase-fase Hepatitis B
Fase pre-klinis
(inkubasi) 45 – 120 hari Asimtomatis Cuma terjadi replikasi virus di dalam tubuh dan viremia
Fase pre-ikterik
(prodromal) Muncul perlahan Sesek perut, anorexia Malaise, mual, muntah Demam ringan
Fase ikterik Mengikuti fase
pre-ikterik (10 hari setelah gejala muncul)
Jaundice (bilirubin > 20-40 mg/l) di konjungtiva, sclera, kulit, kuku Feses pucat, urin gelap
Hepatomegally & splenomegally
WARNING !!dapat berkembang menjadi
“Fulminant hepatitis” !! Demam tinggi
Nyeri perut masih berlangsung Encephalopathy penurunan kesadaran (koma dan kejang) Jaundice
Muntah Fase konvalesen Setelah ikterik
Pemeriksaan fisik sclera & konjungtiva ikterik, perut hepatomegally, splenomegally (5-10%),
extremitas kuku ikterik, kulit ikterik
Lab
o AST dan atau ALT naik o Bilirubin total dan direct naik
o Urin bilirubin dan urobilinogen positif o IgM anti HBV tes spesifik
Tx
o Tidak ada treatment spesifik untuk HAV o Pasien juga tidak perlu bedrest total o HP-pro untuk meningkatkan fungsi hati o Kurkuma
o Tidak ada rekomendasi diet yang spesifik 5-10 % pasien berkembang jadi
o Carrier asimtomatis
o Hepatitis B kronis, yang dapat menyebabkan sirosi hepatis dan Hepatocellular carcinoma
DIARE
BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan feses yang encer atau cair. Konsistensi lebih diutamakan ketimbang frekuensi.
Akut < 14 hari terjadi secara mendadak berlangsung beberapa hari
Persistent 14 hari atau lebih disebabkan karena infeksi
Kronik > 14 hari disebabkan bukan karena infeksi Osmotic
o Aliran cairan dari tekanan osmotic rendah (CES) ke tinggi (lumen).
o Di dalam lumen ada materi yang tidak tercerna, sehingga bikin tekanan osmotic nya tinggi, sehingga cairan pindah kesitu.
o Cenderung kelainan pada GIT, misalnya kurang enzim-enzim pencernaan. o Bentuk feses fesesnya mblenyek-mblenyek
Sekretorik
o Hipersekresi cairan karena misalnya toksin bakteri o Bentuk feses fesesnya cair
2 masalah pada diare adalah DEHIDRASI & MALNUTRISI
DIARE VIRUS AKUT
Etiologi Rotavirus
Patofisiologi merusak brush border dan juga RV menghasilkan enterotoksin Tidak dipengaruhi oleh lingkungan yang bersih dan higienis
S & S : Diare akut, MUNTAH dominan
Oral rehydration solution jadi tidak efektif karena muntah yang frekuentif Tx
o Vaksin Rotavirus (Rotarix & Rotateq)
Rotarix : 1ml/dosis. 2 dosis pada 2 & 4 bulan
Rotateq : 2 ml/dosis. 3 dosis pada 2, 4, dan 6 bulan (lebih efektif) DIARE BAKTERI AKUT
Etiologi 1 Shigella
Manifest khas DYSENTRY : diare yang fesesnya mengandung darah Berkaitan dengan kebersihan sanitasi. Transmisi fecal-oral
S & S : DEMAM TINGGI, sakit perut tiba-tiba, diare watery, banyak, dan ada DARAHnya,
Tx :
o Ciprofloxacin (10-15 mg/kg BB, diberikan 2x sehari)
o Trimetoprim-sulfametoxazol (di Indonesia masih sensitive, tapi di luar dikatakan sudah resisten)
Etiologi 2 V. cholera
Berkaitan dengan kebersihan sanitasi (khas di area dengan kerusakan infratruktur, contohnya seperti pasca bencana alam, perang). Transmisi fecal-oral
Masa inkubasi 2 jam – 5 hari (sangat cepat). Sering menimbulkan wabah KOLERA di daerah itu.
S & S : diare watery & banyak (akut dan berat) Tx
o ORS untuk yang manifestasinya ringan dan sedang (80% pasien) o Infus untuk yang manifestasinya berat
o Antibiotik segera setelah tidak muntah-muntah lagi o Zinc
o Vaksin
WC/rBS : vaksin pembunuh. Aman untuk ibu hamil dan menyusui.
CVD 103 – HgR : V.cholera yang dilemahkan. Aman untuk bayi
DIARE PARASIT AKUT
Etiologi Entamoeba hystolitica Transmisi fecal-oral (ingesti cyst-nya)
S & S : demam, sakit perut tiba-tiba, diare watery, banyak, dan ada darahnya, biasanya juga
berMUKUS fesesnya, tenesmus.
Lab
o Feses ditemukan tropozoit atau cyst-nya
o Tes serologis mengecek amebiasis ekstraintestinal Tx
o Untuk carrier asimtomatis
Paromomycin ONLY (luminal amoebicide) 500 mg, 3x sehari selama 7 hari
o Untuk yang bermainfest
Metronidazole 750 mg 3x sehari selama 6-10 hari
Tinidazole 2g 1x sehari selama 2-3 hari + Paromomycin 500 mg, 3x sehari
MANAJEMEN UMUM DIARE
Perhatikan DERAJAT DEHIDRASI
No dehydration Sehat, tidak
termasuk some atau severe dehydration
Tx diare PLAN A
Some dehydration Gelisah Mata cekung Tampak kehausan Cubit kulit, baliknya
lambat (< 2 detik)
Tx diare PLAN B Lanjut Tx rumah Follow up 5 hari
Severe dehydration Lethargy s/d tidak
sadar
Mata cekung Tidak bisa minum Cubit kulit, baliknya
sangat lambat (> 2 detik)
Tx diare PLAN C
Manajemen diare PALING BARU 4 komponen o Low osmolarity ORS dan lanjutkan ASI o Suplemen Zinc
o Antibiotik yang selektif, No anti muntah dan anti diare o Patient safety (komunikasi dokter-pasien)
Tx diare PLAN A
o Cairan ekstra (sebisa di intake oleh anak). Termasuk pemberian ORS
Jika sedang ASI ekslusif Berikan ASI lebih sering dan lama. ORS sebagai tambahan
Jika ASI tidak ekslusif ORS + makanan cair o Suplemen Zinc
< 6 bulan : 0,5 tablet (10 mg) / hari selama 10-14 hari
> 6 bulan : 1 tablet (20 mg) / hari selama 10-14 hari
o Lanjutkan makanan (tempe) o Jelaskan kapan kembali Tx diare PLAN B
< 4 bulan 4-12 bulan 12 bulan – 2 tahun > 2 tahun < 6 kg 6-9kg 10-11kg 12-19kg
200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml Semua ORS di atas diberikan per periode 4 jam
Tx diare PLAN C
o Tersedia infuse IV (YES) INFUS segera& berikan ORS jika memungkinkan (NO)
Infus tersedia dalam 30 menit (YES) RUJUK segera & informasi ibu untuk beri ORS selama di perjalanan
(NO)
Nasogastric tube (YES) REHIDRASI via NGT segera
(NO)
Rujuk segera
Prevensi
o Probiotik : mikroorganisme yang dimasukkan ke dalam makanan. Ketika dimakan, akan mencegah atau mengobati kondisi patologis yang ada
o Prebiotik : komponen makanan yang tak tercerna, yang berfungsi menstimulasi pertumbuhan flora normal di colon
o Keduanya memiliki keuntungan
Meningkatkan imunitas GIT (menguatkan barrier terhadap infeksi) Mengurangi kemungkinan terjadinya alergi (dengan mengurangi absorpsi
alergen sehingga tidak terjadi inisiasi alergen) o Keuntungan melanjutkan ASI
Proteksi terhadap infeksi GIT(ASI mengandung IgA, limfosit, makrofag,
antiinflamasi)
Menyehatkan mikro flora di GIT
Mengandung NUTRISI TINGGI (sehingga dijadikan ASI ekslusif 6 bulan) Meningkatkan toleransi terhadap laktosa (karena di ASI mengandung 7g
laktosa/100g)
APPENDICITIS AKUT
Gejalao Nyeri migrasi dari sentral (periumbilikus) ke RLQ (fossa iliaca dextra) o Anorexia
o Mual dan muntah Tanda
o Nyeri tekan di RLQ (McBurney sign)
o Nyeri di RLQ saat batuk, diperkusi, dan melompat o Demam
Tanda-tanda lain :
o Rovsing sign : nyeri di RLQ, ketika dilakukan palpasi dalam di fossa iliaca sinistra o Psoas sign : nyeri di RLQ, ketika dilakukan flexi hip joint
o Obturator sign : nyeri di hipogastric, ketika dilakuka fleksi dan rotasi medial hip joint. Pemeriksaan fisik palpasi perut ada nyeri tekan di titik McBurney, Rovsing sign, Psoas sign,
Obturator sign
Lab
o CBC (neutrofil naik tanda inflamasi)
o Tes kehamilan untuk exclude DD kehamilan ektopik Radiologi
o USG
o CT scan tidak boleh untuk ibu hamil dan anak-anak Skoring untuk appendicitis “ALVARADO SCORE”
Nyeri yang bermigrasi ke fossa iliaca dextra 1
Anoreksia 1
Mual dan muntah 1
Nyeri tekan di RLQ (McBurney sign) 2 Nyeri di RLQ saat batuk, diperkusi, atau melompat 2
Demam 1
Leukositosis 1
Neutrofil naik (shift to the left) 1
TOTAL 10
< 5 : negatif
5 & 6 : butuh konfirmasi CT scan >7 : positif appendicitis akut Tx
o Cefotetan & cefoxitin (antibiotik profilaksis via IV) o Appendectomy
ANEMIA
Lemah, letih, lesu Susah konsentrasi Tampak pucat
dyspnea dan nafas pendek Anamnesis spesifik ADB
o Pica riwayat makan selain makanan normal o Riwayat koilonochia, angular cheilitis, sariawan o Intelektualitas turun
o Restless leg sign o Faktor risiko ADB :
Diet besi kurang (pada kualitas nutrisi yang buruk, social-ekonomi kurang)
Gangguan absorpsi besi di duodenum (pada diare kronik)
Kehilangan banyak darah (menstruasi, donor darah, dan perdarahan lain)
Kehamilan (peningkatan kebutuhan besi)
Gangguan transport besi di darah Inflamasi (peningkatan kebutuhan besi) Anamnesis spesifik Anemia Megaloblastik
o Anemia terjadi secara lambat (Def vit B12 3-5 tahun ; As.Folat 4-6 bulan) o Faktor risiko def.Vit B12 :
Diet vit B12 kurang (pada malnutrisi, social-ekonomi kurang)
Kehamilan
Kurangnya factor intrinsic di gaster (anemia pernisiosa)
Gastritis
Gangguan absorpsi vit B12 di ileum
Pengambilan ileum o Faktor risiko def.As.Folat :
Diet as.folat kurang
Kehamilan
Gangguan absorpsi as.folat di jejunum
Alkoholism
Pemasakan makanan yang terlalu panas
Anamnesis spesifik Anemia Aplastic
o Riwayat trombocytopeni (perdarahan terus-menerus, luka sukar sembuh) o Riwayat neutropeni (sering infeksi)
o Faktor risiko Anemia Aplastic : Riwayat keluarga fanconi
Autoimun
Anamnesis spesifik Anemia Hemolitik
o Riwayat anemia terjadi berulang (genetik)
Anemia Def G6PD (dipicu oleh obat oksidan seperti obat malaria) Thalassemia
o Riwayat anemia tidak berulang (non-genetik)
Anemia karena Malaria (ada demam khas malaria) Anemia Drug-induced (setelah minum obat) Reaksi transfusi hemolitik (Saat transfusi)
Anemia hemolitik autoimun / AIHA (Setelah menerima berkali-kali transfusi)
Pemeriksaan fisik
o Vital sign : BP turun, nadi naik, RR turun, suhu normal o Conjungtiva anemis / pucat
o Jantung palpitasi, HR naik o Nafas pendek
o Kulit pucat, dingin o WPK naik
o Khas ADB
Koilonochia, angular cheilitis, sariawan
Restless leg sign: kaki gak bisa diam
o Khas Anemia Megaloblastik
Kulit warna kuning jeruk nipis / jaundice ringan
Abnormalitas saraf parestesi jari, gangguan vibrasi & keseimbangan,
o Khas Anemia Aplastic
Tanda Pancytopenia (anemia + neutropenia + trombocitopenia) luka sukar
sembuh, infeksi, perdarahan terus-menerus, mukosa pucat
o Khas Anemia Hemolitik Sclera ikterik
Hepato-splenomegally
Kulit Jaundice
Urin pekat dan gelap
Lab
o Kadar Hb
Dewasa pria 13,5 g/dl
wanita 11,5 g/dl
Bayi baru lahir 15 – 21 g/dl 3 bulan 9,5 – 12,5 g/dl 1 tahun – puber 11 – 13,5 g/dl o Reticulocyte count (kinetik)
o MCV, MCH, MCHC (morfologi)
Anemia makrositik
Anemia def. vit B 12 Anemia def. as folat
Anemia pernisiosa def.faktor intrinsic untuk absorpsi vit. B12 ANEMIA Reticulocyte Count turun Hemolisis Perdarahan MCV > 100 Anemia Makrositik MCV 80-100 Anemia Aplastik MCV < 80 Anemia Mikrositik Reticulocyte Count naik
Anemia normositik Anemia aplastik Acute blood loss Anemia mikrositik
Anemia def. besi Anemia penyakit kronis Anemia sideroblastik Thalassemia
o Lab spesifik ADB
Serum iron SI turun, curiga ADB
TIBC (Total Iron Binding Capacity) TIBC naik, curiga ADB o Lab spesifik Anemia megaloblastik
Vit. B12 darah
As.Folat darah
o Lab spesifik Anemia Aplastik Trombocytopenia
Neutropenia
o Lab spesifik Anemia hemolitik
Bilirubin darah Bilirubin naik, curiga AH
Urin urobilinogen Urobilinogen urin naik, curiga AH LDH LDH naik, curiga AH
Tx
o ADB
Tangani penyebab
Besi oral (150-200 mg / hari 1 jam sebelum makan) selama 12 bulan
Makanan daging, ikan, ayam
Suplemen besi side effect : mual, heartburn, diare Non enteric coated form (slow release) minim side effect o Anemia Megaloblastik
Tangani penyebab
Administrasi vit B12 dan as.folat o Anemia Aplastic
Transplantasi bone marrow
Terapi imunosupresi
Kortikosteroid dosis tinggi Cyclophosphamide dosis tinggi Rujuk ke spesialis
o Anemia Hemolitik Transfusi darah
GASTRITIS AKUT
Nyeri di upper abdomen (epigastric). Bisa menjalar ke punggung. Nyerinya bisa tumpul, bisa tajam
Mual dan gak nafsu makan Sendawa dan cegukan
Muntah bisa jernih, hijau kekuningan, atau bisa berdarah. Tergantung dari keparahan derajat inflamasi
Melena Anamnesis :
o Riwayat alcohol penyebab paling sering untuk gastritis akut o Riwayat NSAIDs secara rutin
o Riwayat makan ikan mentah banyak mengandung H.pylori o Riwayat peradangan mukosa lambung sebelumnya
Perasaan lambung ter-stretch dan full curiga sudah gastritis moderate
Pucat, heartburn, keringat, takikardi, muntah darah yang banyak, kesadaran menurun
gastritis berat
Pemeriksaan fisik hampir semua normal, hanya terdapat nyeri tekan epigastric. Konjungtiva
anemis bisa terjadi pada gastritis berat.
Lab
o Hb turun (anemia hemoragik) o Feses cek melena
o Tes kehamilan untuk exclude mual karena hamil
o Tes fungsi pancreas, gallbladder, hepar untuk exclude nyeri epigastric pada pancreatitis dan cholestititis
Gastroscopy cari erosi gaster Tx
o Antacid
o H2-antagonist (ranitidine, cimetidin) o PPI (omeprazol, lansoprazol)
o Sucralfat & bismuth chelate proteksi mukosa lambung
KELUHAN
AIRWAY
COMMON COLD (ACUTE INFECTIVE RHINITIS)
Diawali sakit tenggorokan Hidung mampet, discharge encer, bersin-bersin, batuk Discharge yang tadinya encer berubah jadi kentel & purulent Demam
Malaise, myalgia, sakit kepala Anamnesis tambahan :
o Riwayat ASMA 80% eksaserbasi ASMA disertai gejala common cold. Penelitian menunjukkan ASMA meningkatkan frekuensi dan keparahan dari common cold. o Gejala Otitis media akut komplikasi common cold tersering di anak. Gejala otitis
muncul 3-4 hari sejak gejala common cold muncul o Gejala Sinusitis komplikasi common cold
Penyebab tersering adalah ROTAVIRUS (30-50%), CORONAVIRUS (10-15%), INFLUENZA (5-15%) Pemeriksaan fisik
o Palpasi sinus paranasal (untuk explore sinusitis)
o Explore corpus alineum intranasal (jika discharge muncul unilateral) o Selain itu hampir semua normal
Tx
o Nasal decongestan (pseudoefedrin) untuk hidung mampet
o Anti Histamin Gen 1 (chlorfeniramin) dominan aktivitas anticholinergic (mengurangi bersin dan rhinorrhea)
o NSAID (prefer ibuprofen) mengobati demam, sakit tenggorokan dan batuk o NEW Influenza antivirus zanamivir, oseltamivir (early treatment obat ini dapat
mengurangi insidensi komplikasi otitis media pada anak sebesar 40%). Pemberian obat ini dalam 48 jam setelah gejala akan mengurangi durasi penyakit sebesar 1-2 hari o NEW Rhinovirus antivirus pleconaril, ruprintivir. Pemberian obat ini dalam 24 jam
PHARYNGITIS
Harus dibedakan antara karena virus atau bakteri Viral Pharyngitis (Adenovirus 40-60 %)o Pembesaran limfo nodi cervical posterior o Batuk (khas virus)
o Malaise
o Disertai conjungtivitis (adenovirus) dan rhinorhea (rotavirus) Bacterial Pharyngitis (Strepcoccus beta hemoliticus grup A 15-30 %)
o Pembesaran limfo nodi cervical anterior o Mukosa pharynx tampak hyperemia o Nyeri berat pharynx
o Demam o Sakit kepala
o Myalgia dan arthralgia
o Batuk jarang muncul, tapi jika muncul, kemungkinan curiga ko infeksi virus o Riwayat DEMAM REMATIK komplikasi
Poliartritis yang bermigrasi (nyeri sendi, mulai di sendi lutut lalu menjalar ke sendi besar tubuh bagian atas)
Nodul subkutan di pergelangan tangan, siku, dengkul
Eritem di tubuh
o Riwayat RHEUMATIC HEART DISEASE komplikasi Sesek nafas
Terdengan rub pericarditis Terdengar mur-mur
o Riwayat GLOMERULONEFITIR AKUT komplikasi DD
o Epiglotitis : khas ada dyspnea (obstruksi airway). EMERGENSI!!
o Laryngitis : khas ada stridor inspirasi (onstruksi airway di bawah glottis) dan suara
serak/parau
Pemeriksaan fisik
o Vital sign : suhu naik (jika bakteri) o conjungtivitis dan rhinorhea (jika virus) o Pharynx tampak hiperemi
o Pembesaran limfo nodi cervical (lihat atas) Tx
o Parasetamol mengurangi nyeri o NSAIDs mengurangi nyeri
o Deksamethason untuk pharyngitis berat o Penicillin G khusus untuk bacterial pharyngitis
BRONKITIS AKUT
Batuk dengan sputum purulent (>5 hari) Dyspnea ringan
TIDAK ADA demam, takikardi, dan takipnea vital sign normal Biasanya tidak ada riwayat gangguan saluran nafas sebelumnya Tidak ada riwayat kontak dengan orang sakit saluran nafas Disebabkan 90% oleh virus (INFLUENZA, parainfluenza, RSV) DD
o ASMA & bronkiolitis batuk disertai wheezing, takipnea, dan hipoksemia o Bronkiektasis pelebaran permanen dari bronkus dan batuk kronik
o Pneumonia demam, takikardi, tachipnea, ada infiltrate, ada egofoni, taktil fremitus
meningkat
Pemeriksaan fisik
o Kondisi umum tidak menurun (tidak ada tanda-tanda distress respirasi) o Vital sign normal
o Auskultasi dada : Ronchi (nafas kasar ringan, karena sekresi berlebihan mucus atau cairan di airway). Wheezing ada tapi jarang. Crackles (keretak2, lebih kasar dari ronchi, biasanya saat inhalasi) & Egofoni tidak ada.
Spirometri FEV menurun 80%
Radiologi tidak ada infiltrate ataupun konsolidasi Tx
o NSAIDs dengan atau tanpa Antihistamin o Antitusif simtomatis batuknya
o NEW Influenza antivirus zanamivir, oseltamivir
PNEUMONIA
Batuk yang meningkat dengan sputum purulent Dyspnea hingga tampak retraksi otot bantu nafas Nyeri dada Demam Takipnea
o Untuk anak
< 2 bulan 60x /menit 2 bulan – 1 tahun 50x /menit 1 – 5 tahun 40x /menit
Paling sering karena bakteri (S. PNEUMONI, Mycoplasma pneumoni, H.influenzae) beda umur beda etiologi, tapi intinya cuma 3 itu yang tersering
Pemeriksaan fisik
o Vital sign : suhu meningkat, takipnea, takikardi
o Inspeksi dada : Penggunaan otot bantu pernafasan (Leher, epigatrsic, intrecosta) o Palpasi dada : taktil fremitus meningkat (karena ada infiltrasi), pengembangan paru
menurun
o Perkusi dada : redup
o Auskultasi dada : ronchi (nafas kasar, karena sekresi berlebihan mucus atau cairan di airway), crackles (keretak2, lebih kasar dari ronchi, biasanya saat inhalasi), egofoni. Lab
o Leukositosis (WBC count > 10 x 109/L) o Kultur bakteri dari sputum
o Kultur bakteri dari darah Radiologi
o Infiltrate dan konsolidasi pada x-ray thorax Tx
o Penicillin
o Amoxicillin / as.klavulanat o Cephalosporin generasi 2 atau 3
ASMA BRONKIALE
Episode rekuren Wheezing Diserta batuk yang mengganggu saat malam Riwayat wheezing atau batuk setelah olahraga
Riwayat wheezing, batuk, dada nyesek setelah terpapar oleh allergen tertentu Riwayat Flu yang manifest-nya sampai sesak nafas atau perlu 10 hari untuk sembuh Saat gejala terjadi, jika diberi bronkodilator, menunjukkan respon positif (gejala mereda) Pemeriksaan fisik
o Inspeksi dada : terlihat dyspnea. Penggunaan otot bantu pernafasan o Auskultasi dada : Wheezing
o Tidak adanya gejala saat pemeriksaan fisik tidak meng-exclude diagnosis ASMA Spirometry (GOLD STANDARD)
o FEV1menurun, tapi akan meningkat setelah pemberian bronkodilator
o FVC menurun
o FEV1/ FVC % normal atau meningkat
Tx
NEW STEP UP & STEP DOWN THERAPY OF ASTHMA
RELIEVER / Pelega CONTROLLER / Pengontrol
Tingkat 1
(intermiten) 1x seminggu /simtomatis
Rapid acting Beta 2
agonis inhalasi (saat
serangan)
Naikan dosis jika tidak terkontrol Turunkan dosis ketika terkontrol Penyesuaian dosis setelah 3 bulan terkontrol. Tetap dievaluasi !! Tidak perlu Tingkat 2 (persisten ringan) >1x /minggu, namun tidak setiap hari Terapi harian Kortikostroid inhalasi (ICS) Tingkat 3 (persisten sedang) Kejadian harian & tidak
terlalu mengganggu aktivitas harian Terapi harian Kortikosteroid inhalasi (ICS)
Long acting Beta 2 agonist (LABA) Tingkat 4 (persisten berat) Kejadian harian & mengganggu aktivitas harian Terapi harian Kortikosteroid inhalasi (ICS)
Long acting Beta 2 agonist(LABA)
COPD
Dyspnea yang terus menerus dan makin memburuk (biasanya makin buruk lagi saat execise) Batuk kronis dengan sputum (namun terkadang bisa tanpa sputum)
Riwayat paparan terhadap faktor risiko o ASAP ROKOK
o Debu dan bahan kimia terkait pekerjaan o Asap dari dapur
Anoreksia dan penurunan berat badan Riwayat kelainan nafas sebelumnya Riwayat keluarga COPD
Wheezing dan dada nyesek tanda non spesifik. Biasanya muncul setelah stage 3 dan 4 Pemeriksaan fisik
o Vital sign : takipnea, takikardi
o Cyanosis pada merman mukosa (bibir)
o Inspeksi dada : dada barrel (dada tong / hiperinflasi), penggunaan otot-otot aksesoris
pernafasan
o Palpasi dada : apex jantung sulit ditemukan (karena hiperinflasi) o Perkusi dada : hipersonor
o Auskultasi dada : wheezing Spirometry (GOLD STANDARD)
o Dilakukan setelah pemberian bronkodilator inhalasi Salbutamol 400 µg o Diperoleh tingkatan COPD
Stage 1
(Ringan) FEV1> 80% prediksi
FEV1/ FVC < 0,7 Stage 2 (Sedang) 50% < FEV1< 80% Stage 3 (Berat) 30% < FEV1< 50% Stage 4
(Sangat Berat) FEV1< 30%
o Stage 0 (At risk COPD : batuk kronis dan ada sputum, dengan spirometri normal) sekarang sudah tidak dipakai lagi alasannya adalah tidak ada bukti yang komplit yang menunjukkan bahwa orang dengan “at risk COPD” dapat berlanjut menjadi Stage 1-COPD ringan.
Tx
o Kombinasi Short-acting Beta 2 agonist dan Antikolinergik Short-acting Beta 2 agonist (salbutamol)
Antikolinergik (ipratropium tidak menyebabkan mucus kering) o Derivat xanthin (Teofilin)
o Kortikosterois inhalasi (bisa dikombinasikan dengan beta 2 agonist) o Kortikosteroid oral
Batuk kronis dengan sputum Nyeri dada
Penurunan berat badan
Demam, menggigil dan keringat saat malam > 1 bulan
Disebabkan oleh MYCOBACTERIUM TB. Menular melalui droplet menyanyi
Indonesia no 1 di dunia untuk TB Anamnesis terkait TB :
o Riwayat kontak o Usia tua
o Riwayat gizi buruk o Penghasilan keluarga o Riwayat perjalanan o Riwayat HIV Pemeriksaan fisik
o Vital sign : suhu naik
o Inspeksi dada : sesak nafas relatif o Palpasi dada : nyeri dada
pengembangan paru menurun
o Perkusi dada : redup o Auskultasi dada : Lab
o Kultur sputum atau pus
Radiologi
o X-ray dada
X-ray dada saja tidak cukup reliable
karena
TUBERCULOSIS
sputum yang mengandung darah > 3 minggu Penurunan berat badan
keringat saat malam > 1 bulan
Disebabkan oleh MYCOBACTERIUM TB. Menular melalui droplet saat batuk, bersin, bicara, Indonesia no 1 di dunia untuk TB
Riwayat kontak atau dekat dengan orang terinfeksi TB (Faktor risiko terbesar) gizi buruk, ROKOK, konsumsi alcohol kronis
Penghasilan keluarga rendah (kemiskinan) dan kondisi lingkungan
perjalanan dan migrasi
suhu naik, takipnea
Inspeksi dada : sesak nafas relatif
nyeri dada, taktil fremitus meningkat (terutama di paru bagian atas), pengembangan paru menurun
redup (terutama di paru bagian atas)
Auskultasi dada : crackle atau ronchi di apex paru
Kultur sputum atau pus melihat M. tb (Bakteri Tahan Asam) (GOLD STANDARD)
ray dada saja tidak cukup reliable untuk mendiagnosis TB. Hal ini disebabkan
Hasilnya bisa menunjukkan kemiripan dengan penyakit lain Hasilnya juga sangat bervariasi antar pasien
Subjektivitas yang tinggi terhadap penampakan X
saat batuk, bersin, bicara,
atau dekat dengan orang terinfeksi TB (Faktor risiko terbesar)
kondisi lingkungan yang tidak higienis
di paru bagian atas),
melihat M. tb (Bakteri Tahan Asam) (GOLD STANDARD)
untuk mendiagnosis TB. Hal ini disebabkan dengan penyakit lain
Penampakan x-ray dada pada TB :
Cavitasi DD pneumonia, abses paru
Infiltrasi unilateral DD Pneumonia Infiltrasi bilateral DD Pneumonia Limfadenopati mediastinum DD Limfoma
Tx
o OAT – FDC (Obat Anti Tuberkulosis – Fixed Dose Combination) R : Rifampicin 150 mg H : INH (Isoniazid) 75 mg Z : Pirazinamid 400 mg E : Ethambutol 275 mg S : Streptomycin injeksi 2ml Kategori 1
TB paru baru. BTA positif
TB paru baru. BTA negative. Rontgen positif TB ekstra paru berat
DOSIS = 2 RHZE INTENSIF : RHZE setiap hari selama 2 bulan
4 H3R3 LANJUTAN : HR 3x seminggu selama 4 bulan
BB 2 RHZE 4 H3R3
30 – 37 kg 2 tablet 2 tablet
38 – 54 kg 3 tablet 3 tablet
55 – 70 kg 4 tablet 4 tablet
Kategori 2
BTA positif dengan riwayat kambuh atau gagal treatment DOSIS = 2 RHZES INTENSIF : RHZES setiap hari selama 2 bulan
RHZE INTENSIF : RHZE setiap hari selama 1 bulan 5 H3R3E3 LANJUTAN : HRE 3x seminggu selama 5 bulan
BB 2 RHZES RHZE 5 H3R3E3
30 – 37 kg 2 tablet 2 tablet 2 tablet (HR) 2 tablet (E)
38 – 54 kg 3 tablet 3 tablet 3 tablet (HR) 2 tablet (E)
55 – 70 kg 4 tablet 4 tablet 4 tablet (HR) 2 tablet (E)
>70 kg 5 tablet 5 tablet 5 tablet (HR) 2 tablet (E)
Kategori 3
TB paru baru. BTA negative. Rontgen positif. Sakit ringan TB Ekstra Paru
DOSIS : 2 RHZ INTENSIF : RHZE setiap hari selama 2 bulan
4 H3R3 LANJUTAN : HR 3x seminggu selama 4 bulan
BB 2 RHZ 4 H3R3
30 – 37 kg 2 tablet 2 tablet
38 – 54 kg 3 tablet 3 tablet
55 – 70 kg 4 tablet 4 tablet
OTITIS MEDIA AKUT
Otalgia Pendengaran berkurang Telinga terasa penuh Demam
Otorrhea (cairan purulent)
Gelisah dan tidak bisa tidur (untuk anak-anak) Riwayat batuk dan rhinorhea (infeksi saluran nafas) Harus dibedakan dengan OTITIS MEDIA EFFUSION
o OME : inflamasi telinga tengah, namun tanpa muncul tanda-tanda inflamasi akut
(ASIMTOMATIS). Gejala utama OME adalah berkurangnya pendengaran.
o Pada pemeriksaan otoskop, hasilnya cenderung mirip antara OME dengan OMA. Yang
beda adalah asimtomatisnya itu.
o Tx nya adalah observasi sambil dipantau terus perkembangan dari pendengarannya (serta perkembangan bicara dan bahasanya kalo di anak).
Pemeriksaan fisik
o Pneumatic otoscope
Bulging membran timpani
Mobilitas membran timpani berkurang (tertarik)
Warna membran timpani berubah (hiperemi atau kuning)
Air fluid level di belakang membran timpani
Otorrhea
Semuanya terjadi secara cepat dan tiba-tiba Tx
o Tx paling awal adalah analgesik Paracetamol, Ibuprofen (analgesik utama untuk OMA)
o untuk OMA non-berat (Demam <39oC) Initial tx dengan observasi (wait & see)
Jika gagal dalam 48-72 jam, berikan Amoxicillin 80-90 mg/kg BB Jika demam masih ada, berikan ceftriaxon 1-3 hari
o untuk OMA berat (demam >39oC)
Initial tx dengan Amoxicillin 80-90 mg/kg BB
Jika gagal dalam 48-72 jam, ganti antibiotic dengan
Amoxicillin-as.clavulanat 90 mg/kg BB
Jika demam masih ada, berikan ceftriaxon 1-3 hari o Dekongestan dan Anti histamine sudah tidak boleh diberikan
KELUHAN
JANTUNG &
HIPERTENSI
JEC 7Klasifikasi SBP / DBP Modifikasi gaya
hidup Terapi Inisial
Normal <120 / <80 Dipicu untuk menjaga
TIDAK PERLU Pre hipertensi 120 – 139 / 80-89 Harus
Hipertensi tahap 1 140 – 159 / 90-99 Harus
Diuretik Thiazid yang utama.
Alternatif : ACEI, ARB, BB, CCB, atau kombinasi
Hipertensi tahap 2 > 160 / >100 Harus
Kombinasi 2 obat
Diuretik Thiazide + ACEI atau ARB atau BB
atau CCB
Target terapi
o Rata-rata pada pasien tua, DBP lebih sulit mencapai target terapi disbanding SPB o Target utama < 140 / 90. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
penyakit cardiovaskuler
o Pasien hipertensi dan DM atau renal disease, targetnya < 130 / 80 o Modifikasi gaya hidup
Mengurangi berat badan
Perencanaan makanan kaya K dan Ca Mengurangi diet yang mengandung Na Melakukan aktivitas fisik
o Obat – obat penurun tekanan darah (PRINSIP = DOSIS RENDAH untuk setiap obat & KOMBINASI jika belum mencapai target terapi)
Diuretik Thiazid (Chlorothiazid) UTAMA BB / Beta blocker (Propanolol)
AB / Alpha blocker (clonidin)
AA / Aldosteron antagonist (Spironolactone) ACE Inhibitor (Captopril)
Angiotensin II antagonist / Angiotensin II Receptor Blocker / ARB (Losartan) CCB / Ca channel blocker (Amlodipin, verapamil)
ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)
Khas nyeri jantung iskemik (Angina Tipikal)o Nyeri dada atau nyeri epigastric berat yang tiba-tiba, saat istirahat, nyerinya diperpanjang (nyeri lebih parah saat olah raga)
o Dada merasa ditekan, kencang, seperti terjepit o Nyeri epigastric + sendawa yang sulit dijelaskan
o Nyeri menjalar ke leher, dagu, bahu, punggung, salah satu tangan o Meningkatknya keparahan nyeri dari sebelumnya
o Bisa disertai dyspnea, mual, muntah, berkeringat banyak EKG
o ST depressed – T inverted Unstable Angina
NON STEMI (dominan Non Q patologis)
o ST elevasi STEMI (dominan Q patologis)
Cardiac marker (CM)
Muncul di darah Bertahan sampai Keterangan
Myoglobin 2 jam CM tercepat yang muncul
CK-MB 4-6 jam 3 hari
Troponin I 4-6 jam 7 hari
AST 6-8 jam 7 hari
Tx
1. Manajemen PRE-HOSPITAL & HOSPITAL
a. Monitor ABC dan persiapan CPR dan defibrilasi (diperlukan jika ada potensi Sudden Death. 4 tanda EKG Sudden Death = ventricular takikardi, ventricular fibrilasi, PEA, asistol)
b. Bedakan Angina tipikal atau atipikal
Angina atipikal : kurang dari 3 menit saat aktivitas fisik dan sembuh dengan istirahat curiga STABLE ANGINA. Cukup terapi maintenance dengan Aspirin dan Nitroglycerin Sublingual
Angina tipikal : lebih dari 20 menit dan terjadi saat istirahat. Harus diberi tindakan curiga ACS. Penanganan lanjut ke-c
c. Berikan MONACO (terutama untuk angina tipikal)
MONACO (Morphine-Oksigen-Nitrogliserin-Aspirin-Clopidogrel) Hubungi RS terdekat
d. EKG untuk membedakan ST Elevasi atau Non ST Elevasi STE : oklusi total arteri koroner
Langsung RUJUK Treatment STEMI
Reperfusi
Clopidogrel, beta blocker, heparin PCI
Fibrinolitik
NSTE : oklusi parsial + kolateral ke poin “e” e. Troponin I (muncul di darah 4-6 jam post infarc)
Jika turun UNSTABLE ANGINA Treatment Unstable Angina
Tangani HIPRETENSI Stop ROKOK
Tangani gangguan LIPID OLAHRAGA teratur Kurangi ALKOHOL Jika naik NSTEMI RUJUK
Treatment NSTEMI
Clopidogrel, Nitroglycerin, Beta blocker, Heparin, Glycoprotein IIb/IIIa inhibitor
Opname / “monitoring bed”
2. Manajemen non emergensi tujuan : Mencegah serangan berikutnya a. Koreksi faktor risiko
Hipertensi Gagal jantung
Takikardi Rokok Kurang olahraga Hiperkolesterolemia (LDL) Hiperglikemia (DM) Hiperlipidemia (Obesitas) Suhu dingin Emosi b. Nitrat
Sublingual : sebelum olahraga
Long acting (isosorbid dinitrat) 10 – 40 mg 3x sehari c. Obat hipertensi (BB, CCB)
CONGESTIVE HEART FAILURE
Penyebab : Iskemik jantung 62%, Rokok 16%, Hipertensi 10%, Obesitas 8%, Diabetes 3%, Valvular Heart Disease 2%
Gagal jantung kiri dominan keluhan nafas
o Dyspnea (saat olahraga. Jika sudah parah, saat istirahat juga bisa terjadi) o Orthopnea (dyspnea saat berbaring)
o Paroxysmal nocturnal dyspnea (serangan dyspnea mendadak saat malam)
o Mudah lelah dan fatigue saat olahraga (karena kekurangan supply oksigen ke perifer) o Pusing, linglung
o Tampak cyanosis & ekstremitas dingin
Gagal jantung kanan dominan keluhan edema perifer o Edema di kaki dan ankle saat berdiri
o Edema di sacral saat berbaring o Distensi VJI
o Ascites
o Kongesti vena-vena hepar (hepatomegally, jaundice, coaguloathy)
o Nocturia (biasanya saat malam). Berhubungan dengan kembalinya cairan dari kaki ke peredaran darah ketika berbaring / tidur.
Pemeriksaan fisik : o Gagal jantung kiri
Vital sign : RR naik, BP naik, HR naik
Inspeksi dada : dyspnea, penggunaan otot bantu pernafasan
Palpasi dada : tactil fremitus meningkat (karena edem pulmo), pengembangan dada berkurang, apex beat bergeser ke lateral (pembesaran jantung)
Perkusi dada : redup terutama di paru basal (Efusi pleura)
Auskultasi dada : crackles (edem pulmo), Gallop rhythm (tanda peningkatan tekanan intra jantung), Murmur (tanda kelainan katup jantung, , regurgitasi mitral, atau stenosis aorta)
Ekstremitas : cyanosis (muncul saat sudah parah gagal jantungnya) o Gagal jantung kanan
Vital sign : BP naik Inspeksi
Leher : distensi VJI
Perut : asites & heptomegally
Sacral : edema sacral (saat berbaring) Kaki : edema ankle (saat pasien berdiri)
Palpasi Perkusi
Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA)
Kelas 1 Tidak ada keterbatasan aktivitas
Kelas 2 Keterbatasan ringan aktivitas
Kelas 3 Keterbatasan sedang aktivitas
Kelas 4 Keterbatasan berat aktivitas
American College of Cardiology / American Heart Association (ACC / AHA)
Stage A Stage B Stage C Stage D EKG o Q patologis
Kaki : pitting edema (muncul cekungan saat ditekan dengan jari, kemudian cekungan tersebut bertahan sampai beberapa menit) Dada : redup terutama di paru basal (efusi pleura)
New York Heart Association (NYHA)
Tidak ada keterbatasan aktivitas
Gejala tidak muncul saat istirahat dan aktivitas sehari (baik ringan maupun berat)
Keterbatasan ringan aktivitas
Gejala tidak muncul saat istirahat dan aktivitas sehari yang ringan
Keterbatasan sedang aktivitas
Gejala tidak muncul hanya saat istirahat Keterbatasan berat aktivitas
Gejala muncul saat istirahat dan memburuk saat aktivitas fisik American College of Cardiology / American Heart Association (ACC / AHA)
Pasien risiko tinggi HF di masa depan. Tanda & gejala , serta abnormalitas fungsi & anatomi jantung belum muncul
Tidak masuk
Sudah muncul abnormalitas structural(LVH, Valvular HD, riwayat AMI) Tanda & gejala belum muncul
Sudah muncul abnormalitas structural (LVH, Valvular HD, riwayat AMI) Tanda & gejala sudah muncul Sembuh dengan tx medis HF tahap lanjut
Tanda & gejala sudah muncul saat istirahat Butuh rawat inap, transplantasi jantung, dan terapi paliatif
Kaki : pitting edema (muncul cekungan saat ditekan dengan jari, udian cekungan tersebut bertahan sampai beberapa menit) Dada : redup terutama di paru basal (efusi pleura)
Gejala tidak muncul saat istirahat dan aktivitas sehari-hari Gejala tidak muncul saat istirahat dan aktivitas sehari-hari
Gejala muncul saat istirahat dan memburuk saat aktivitas fisik American College of Cardiology / American Heart Association (ACC / AHA)
Tidak masuk
NYHA
Kelas 1
NYHA
Kelas 2 & 3
NYHA
Kelas 4
NYHA
o Left bundle branch block
o Left Ventricular Hypertrophy
o Atrial fibrilasi
o ST elevasi atau depressed (gambar lihat bagian AMI) BNP dan NT-proBNP
o BNP : Brain Natriuretic Peptide o NT-proBNP : N terminal pro BNP
o Keudanya adalah peptide hormone yang dihasilkan oleh penghancuran protein prekusor pro BNP.
o Pada HF, BNP dan NT-pro BNP naik di darah Echocardiography
o Indikasi : hasil abnormalitas EKG dan peningkatan BNP dan NT-pro BNP di darah o Memberikan gambaran mengenai
Abnormalitas fungsi sistol & diastol Kelainan katup
Abnormalitas dinding jantung Tekanan sistolik a.pulmonalis
Radilogi
o Rontgen dada untuk mengexclude kemungkinan selain jantung Tx
Stage A
Tangani HIPRETENSI Stop ROKOK
Tangani gangguan LIPID OLAHRAGA teratur Kurangi ALKOHOL Stage B (NYHA 1) Intervensi Stage A ACE Inhibitor
Intolerant ganti dengan ARB (candesartan) Beta Blocker Stage C (NYHA 2 & 3) Intervensi Stage A, B Digitalis (Digoxin) Hydralazine Oral nitrat Kurangi diet Na Stage D (NYHA 4) Intervensi Stage A, B, C Rawat Inap
Mechanical Assist Device Transplantasi Jantung Inotropic IV
STROKE
Penurunan kesadaran tiba-tiba Numbness di wajah, tangan, kaki hanya pada satu sisi tubuh (Hemiparesis, Hemiplegi) Kesulitan bicara (Dysartria, Aphasia ) dan mencerna pembicaraan
Pengurangan atau hilangnya penglihatan (Hemianopia) disertai blurred (Nystagmus ) atau double vision (Diplopia)
Kesulitan berjalan (Ataxia) dan Keseimbangan (Vertigo) Pusing, sakit kepala berat, linglung, mual, muntah, kejang Perubahan mental & personalitas, termasuk hilang ingatan Riwayat faktor risiko stroke
o Usia tua
o Laki-Laki lebih sering
o Riwayat keluarga stroke / TIA o Hipertensi
o DM
o Hiperlipidemi, obesitas o ROKOK
o Atrial Fibrilasi, valvular disease, endocarditis (menyebabkan emboli di aliran darah) o Gaya hidup sedentary
o Kontrasepsi oral & estrogen replacement therapy Klasifikasi stroke
o Stroke ISKEMIK
80% pasien stroke
Disebabkan oleh 2 hal TROMBUS & EMBOLI
TROMBUS : Terjadi oklusi karena thrombosis / blood clot di pembuluh darah otak. Onsetnya Gradual
EMBOLI : Terjadi oklusi karena emboli (mayoritas berasal dari jantung). Onsetnya Tiba-Tiba
o Stroke HEMORAGIK 15% pasien stroke
Disebabkan oleh PERDARAHAN bisa INTRASEREBRAL atau SUBARACNOID INTRASEREBRAL : Perdarahan pembuluh darah kecil di dalam otak.
Seringnya karena Hipertensi
SUBARACHNOID : Perdarahan pembuluh darah sekitar otak. Seringnya karena Ruptur Aneurisma. Bisa juga karena Trauma Kepala
Transient Ischemic Attack : “Mini Stroke”
o Tanda & gejala stroke di atas yang berlangsung < 24 jam (biasanya 10 – 15 menit) o Disebabkan karena terhentinya aliran darah ke otak secara singkat
o Merupakan EMERGENSI
o Merupakan tanda atau faktro risiko terjadinya stroke yang lebih besar Manajemen Umum Stroke
o Pasien datang dengan kecurigaan stroke (penurunan kesadaran & deficit neurologis) Safety
ABC
Segera rujuk ke Central Penanganan Stroke Tangani setiap injury yang ada
o Anamnesis (explore tanda, gejala, riwayat di atas) o Tes neurologis Orientasi Memory Sensoris : Sensasi taktil Penglihatan Kemampuan membaca Pendengaran Fungsi motoris Fungsi otot-otot Kemampuan menulis Kemampuan berbicara o Pemeriksaan umum
Cari kemungkinan Hipertensi, Coronary Heart Disease, atau penyakit vascular yang lain
o Berdasarkan Anamnesis, Tes Neurologis, dan Pemeriksaan Umum, dokter diharapkan dapat membuat hipotesis mengenai lokasi dan tipe stroke. Baru setelah itu butuh konfirmasi dari Uji Lab dan Radiologi
o Lab
Menggunakan materi Darah, Urin, CSF
Tujuannya adalah untuk mengexclude kondisi selain stroke yang menyerupai stroke. Contoh : Hipoglikemi, Infeksi
Cari juga kemungkinan factor risiko stroke & penyakit-penyakit jantung . Misal : Hiperkolesterolemia, Gangguan perdarahan, Abnormalitas protein darah o Radiologi (untuk membedakan stroke iskemik atau stroke hemoragik)
CT scan bagus untuk menilai stroke perdarahan MRI bagus untuk menilai stroke iskemik
o Evaluasi Fungsi Jantung
Electrocardiogram (EKG) : langkah pertama dalam mengevaluasi fungsi jantung Echocardogram (ECG) : dapat mengetahui sumber emboli jika terjadi stroke
kaena emboli. o Angiography
Menginjeksikan medium kontras ke arteri, lalu difoto x-ray/
Tujuannya adalah untuk mengetahui abnormalitas vaskuler (penyempitan pembuluh darah, oklusi, emboli, aterosklerosis, aneurisma, dll)
Merupakan metode yang invasive, sehingga dapat terjadi kemungkinan komplikasi (semakin memburuknya stroke & reaksi alergi terhadap medium kontras)
o USG
Carotid Ultrasound (mengukur aliran a.carotid)
Doppler Transcranial Ultrasound (mengukur aliran pada arteri intracranial) Tidak invasive, sehingga sering dilakukan untuk screening pasien stroke sebelum
dilakukan tindakan yang invasive
o PET (Positron Emission Tomography) & SPECT (Single-Photon-Emission Computed Tomography)
Menunjukkan perubahan aliran darah otak secara cepat setelah onset stroke, dimana dengan CT-scan atau MRI mungkin masih menunjukkan hasil negative dalam hitungan jam atau hari.
Tx TIA
o Evaluasi 1 jam setelah gejala
o CT scan perlu dilakukan terhadap seluruh pasien TIA o Aspirin 50-325 mg/hari
o Intoleransi Aspirin clopidogrel, ticlopidin, atau aspirin dipryidamol (lebih efektif disbanding aspirin sendirian)
o Pencegahan sekunder stroke
Manajemen tekanan darah < 140 / 85 Manajemen gula darah < 126 mg/dL Tx STROKE ISKEMIK AKUT
o Trombolytic systemic
Rt-PA (Recombinant Tissue Plasminogen Activator) dalam 3 jam setelah onset Dosis 0,9 mg/kg BB, max 90 mg
o Antiplatelet
Apirin dalam 24-48 jam setelah onset Dosis 160-300 mg
o Trombolytic intra-cranial
Untuk pasien stroke iskemik dengan durasi < 6 jam o Antikoagulan
TIDAK RECOMMENDED untuk Tx sroke iskemik akut
RECOMMENDED pada kasus terdapat atrial fibrilasi, risiko AMI, katup prosthesis, coagulopathy
o Manajemen Tekanan Darah
Dijaga pada kondisi tinggi namun masih tetap aman, untuk menjaga perfusi tetap berjalan dengan baik (karena hipotensi dapat memicu kegagalan perfusi) Target Tekanan darah < 220 / 120, setelah diberi t-PA < 185 / 110
Obat Antihipertensi diberikan jika MAP > 130 (S+2D / 3) atau tekanan systole > 220
o Manajemen Gula darah
Maintain gula darah pada level normal 60 - 180
Karena kenaikan gula darah akan dapat meningkatkan injuri neuron otak o Manajemen Demam
Meningkatnya temperature akan meningkatkan konsumsi oksigen di otak, sehingga akan memperburuk outcome stroke
Tangani dengan Antipiretik o Manajemen Operasi
Balloon angioplasty / stenting carotid Endarterectomy / Bypass
Decompressive surgery Tx STROKE HEMORAGIK
o Optimalisasi Cardiopulmoner
Airway, Breathing, Circulation, Skin, Seizure o Kontrol Tekanan Darah
SBP > 230 atau DBP > 140 pada 2 kali pengukuran (dalam 5 menit) Nitroprusside 0,5 – 1 µg/kg BB/menit
SBP 180 -230 atau DBP 105-140 atau MAP > 130 pada 2 kali pembacaan (dalam 20 menit)
Labetolol : 5-100 mg/ hari
Esmolol : 500 µg/kg BB (loading), lanjut maintenance 50-200 µg/kg BB/menit
Enalapril : 0,625 – 1,2 mg tiap 6 jam
SBP < 180 atau DBP < 105 tunda terapi antihipertensif Tekanan perfusi cerebral dijaga pada level > 70 mmHg o Kontrol Tekanan Intra Cranial
Osmoterapi
Mannitol 20% : 0,2-o,5 g/kg BB tiap 4 jam untuk 5 hari Furosemide : 10mg tiap 2-8 jam bersamaan dengan mannitol No Kortikosteroid
Meningkatkan ventilation rate pada tekanan tidal yang konstan (12-14 ml/kg BB) sehingga menurunkan tekanan CO2hingga 35 – 30 mmHg
dapat menurunkan ICP 25 – 30% Terapi relaksan otot
Vecuronium, pancuronium Terapi ultra-early hemostatik
As. Tranexamic Aprotinin
Activated recombinant factor VII Terapi analgesic-antianxiety
Morphine sulphate Hidrasi
KELUHAN
SINDROM METABOLIK
Sindrom metabolic / Sindrom X merupakan kumpulan dari kondisi yang menjadi faktor risiko
penyakit cardiovaskular, diantaranya :
o DM o Obesitas o Dyslipidemia o Hipertensi
o Mikroalbuminuria Kriteria Sindrom Metabolik
WHO NCEP ATP III
Hiperinsulinemia atau GDP > 110 mg/dL + > 2 kriteria Hiperinsulinemia atau GDP > 110 mg/dL + > 3 kriteria BMI > 30 atau
WHR (Waist-Hip Ratio) > 0.9 WC > 90cm (pria) & 80cm (wanita) ASIA TG > 150 mg/dL
HDL < 35 mg/dL (pria) & < 39 mg/dL (wanita TG > 150 mg/dLHDL < 40 mg/dL (pria) & < 50 mg/dL (wanita BP > 140 / 90 BP > 130 / 85
-DIABETES MELLITUS
Tanda Klasik DMo Poliuri (Di dalam urin mengandung glukosa sehingga membuat tekanan osmotic urin tinggi. Hal ini menyebabkan cairan tidak bisa di reabsorpsi di ginjal, sehingga produksi urin meningkat dan menyebabkan dehidrasi)
o Polidipsi (Merasa dehidrasi terus. Efek dari poliuri)
o Polifagi (Glukosa yang diserap dari makanan tidak terpakai, sehingga pasien akan terus merasa lapar)
Penurunan Berat Badan
Luka sukar sembuh. Luka bisa sampai tidak terasa Riwayat hipertensi, riwayat life style sedentary Disertai komplikasi
o DKA EMERGENSI (Ketonnya berasal dari pemecahan as.lemak di hepar) Bau keton / aseton (bau manis buah)
Nafas Kussmaul (cepat-dalam) >35 x / menit Mual, muntah
Sakit perut
Kesadaran menurun (bingung, mengigau) hingga COMA Biasanya pada DM tipe 1
SEGERA !!
Rehidrasi dengan IV Line
Injeksi Insulin (0,15 unit/kg BB dalam bolus) dicampur glukosa (untuk menghentikan produksi keton)
Turunkan gula darah secara gradual, jangan secara cepat. Jika secara cepat, akan menyebabkan pembengkakan otak
o HHS EMERGENSI (Hiperosmolarity nya berasal dari hiperglikemi berat (>600 ng/dL)) Dehidrasi berat (pasien merasa kehausan yang amat sangat) / Polidipsi
Poliuri Lemah Kram kaki
Takikardi (efek dehidrasi)
Kesadaran menurun (bingung) hingga COMA Kejang
Biasanya pada DM tipe 2, khususnya yang tidak bisa menjaga gula darahnya atau tidak tahu kalo punya DM
SEGERA !!
Cek gula darah (>600 mg/dL) Rehidrasi dengan IV Line
o HIPOGLIKEMI
Bisa disebabkan karena :
Pasien DM takut untuk makan banyak sehingga kekurangan glukosa Olahraga berlebihan sehingga kadar glukosa menurun hingga rendah Terlalu banyak insulin yang diberikan
Glukosa darah <60 mg/dL Lemas, pusing, merasa lapar
Gemeteran, berkeringat, kulit dingin Takikardi
SEGERA !!
Berikan yang manis-manis (permen, jus buah, tablet gula) Onset
o DM tipe 1 anak kecil, remaja. Paling tua sekitar umur 30 tahun o DM tipe 2 > 35 tahun
Pemeriksaan fisik
o Vital sign RR naik (DKA), BP naik (hipertensi), Nadi naik, Suhu naik (infeksi) o Pemeriksaan neurologis ekstremitas (motoris, sensoris)
o Pemeriksaan mata
o Cek pulsasi nadi a.poplitea (belakang lutut) & a. dorsalis pedis (depan maleolus medial). Jika terjadi defisit nadi (pulse distal teraba lebih lemah dibanding proksimal), akan lebih mudah terjadi gangrene
o Pemeriksaan luka ada pustule, atau ada cellulitis, atau jenis lain Lab
o Gula darah PUASA
o Gula darah 2 JAM PP (post ingesti 75 g glukosa oral)
o Hb (anemia) o Leukositosis o Urin keton
110 126
140 200
NORMAL IFG / IGT DM
Tx
o Target penurunan gula darah (PERKENI)
A1c <6,5 %
Preprandial 80-110
Postprandial 2H 80-145
o Perawatan luka
Cek sensibilitas antibiotic dulu
o Edukasi
Patofisiologi DM
Target penurunan gula darah dengan SMBG (Self Monitoring Blood Glucose) Manajemen nutrisi dan diet
Aspek psikososial Manajemen stress o Olah Raga (exercise)
Minimal sehari 30 menit dan seminggu 150 menit “CRIPE”
Continous = berkelanjutan
Rhytmic = olahraga nya macam-macam Interval = penaikkan kecepatan
Progressive = peningkatan tingkat olahraga Endurance = Nadi maksimal : 80% (220 – umur) o Nutrisi & Diet
50 - 60% Karbohidrat <30% Lemak 15-20% Protein BB ideal BMI 18,5 – 23 o Obat Metformin
1stline untuk pasien DM tipe 2 Obese
Bekerja meningkatkan sensitivitas insulin Glibenclamide
1stline untuk pasien DM tipe 2 non Obese
Bekerja meningkatkan sekresi insulin Glitazon
Bekerja meningkatkan sensitivitas insulin Acarbose
Bekerja menginhibisi disakaridase di usus halus, sehingga menurunkan absorpsi karbohidrat
Sitagliptin & vildagliptin
Bekerja setelah 4-6 minggu
DPP IV inhibitor normalnya menginaktivasi GLP 1. GLP 1 ini adalah competitor untuk glucagon.
Karena obat ini menghambat DPP IV tersebut, maka GLP 1 yang aktif akan meningkat, menyebabkan kadar glucagon menurun dan insulin meningkat.
Insulin
Mekanisme kerja insulin (natural) BIPHASIC
o Fase awal : 2-4 menit setelah pemberian glukosa 20 g.
Berlangsung selama 6-10 menit. Merupakan fase paling efektif
dalam menurunkan glukosa darah. Pada DM tipe 2, fase awal
ini hilang atau tumpul
o Fase kedua : Onsetnya berjam-jam setelah pemberian glukosa. Berlangsung lama dan berakhir sampai glukosa di dara bersih Obat insulin diinjeksikan secara Subkutan
Tipe-tipe sediaan insulin
Pasien diminta control setelah 3 hari (karena efek obat DM baru muncul)
40-60% dosis insulin, digunakan untuk memenuhi kebutuhan basal insulin. Sisanya baru digunakan untuk makanan.
Cara pemberian : o 2 kali sehari
Insulin mixed diberikan bersama-sama sebelum sarapan
dan sebelum makan malam
Onset Durasi
HUMAN INSULIN
Short acting
Actrapid, Humulin R 15-30 mnt 6-8hr
Premixed
Humulin 30/70, Mixtard 30/70 15-30mnt 14-15 jam
Intermediate acting
Humulin N, Insulatard 2-4jam 14-15 jam
ANALOG INSULIN
Rapid action
Lyspro (Humalog) Aspart (Novo Rapid) Gluisine (Apidra) 5-15 mnt 4-6jam Premixed Humalog 25/75 Novomix 30/70 5-15mnt 12-14 jam Long acting Lantus Levemir No 24 jam