• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT OPERASIONAL FUNGSI PENJUALAN UNTUK MENILAI EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS BAGIAN PENJUALAN PT LADANGRIZKI JAYA SENTOSA SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AUDIT OPERASIONAL FUNGSI PENJUALAN UNTUK MENILAI EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS BAGIAN PENJUALAN PT LADANGRIZKI JAYA SENTOSA SURABAYA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT OPERASIONAL FUNGSI PENJUALAN UNTUK

MENILAI EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS BAGIAN PENJUALAN

PT LADANGRIZKI JAYA SENTOSA SURABAYA

Teguh Gunawan Setyabudi

teguhgunawansetyabudi@yahoo.com

Sutjipto Ngumar

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

This research is meant to find out how efficient and effective are the application of operational auditing in order to improve the function sales management performance. The operational auditing is used as a tool to evaluate the implementation of sales function by identiflying the existence of weaknesses in order to give a solution to the existence of weaknesses in order to give a solution to the problem in helping to improve the efficiency and effectiveness of sales function. Based on the research, it can be concluded that the implementation of operational auditing on sales function at PT Ladangrizki Jaya Sentosa has been working effectively but it has not been working efficiently yet. The effectiveness lies on the success in performing sales has conformed to the target which is needed by the company. However, there are some weaknesses at PT Ladangrizki Jaya Sentosa for an example only few houses have been built so it result so it result in the lack of incoming funds for completing the next development. A company is said to be inefficient since the use of sales cost percentage is higher than the sales realization percentage. As a recommendation, the marketing manager and financial manager are always authorized every bills and incoming documents before making the payment.

Keywords: operational auditing, efficiency, effectiveness, sales function.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan audit operasional dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja manajemen fungsi penjualan. Audit operasional digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi pelaksanaan fungsi penjualan dengan mengidentifikasi adanya kelemahan sehingga dapat memberikan suatu pemecahan masalah dalam membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi penjualan. Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan audit operasional atas fungsi penjualan pada PT Ladangrizki Jaya Sentosa sudah efektif namun belum efisien. Efektivitas terletak pada keberhasilan dalam melakukan penjualan sudah sesuai target yang diinginkan perusahaan. Akan tetapi, masih terdapat beberapa kelemahan yang ada pada PT Ladangrizki Jaya Sentosa diantaranya sedikitnya rumah yang direalisasi sehingga mengakibatkan kurangnya dana yang masuk untuk penyelesaian pembangunan berlanjut. Perusahaan dikatakan tidak efisien karena persentase penggunaan biaya penjualan lebih besar daripada persentase realisasi penjualan. Sebagai saran, maketing manager dan financial manager selalu mengotorisasi setiap tagihan dan dokumen yang datang sebelum melakukan pembayaran. Kata-kata Kunci: audit operasional, efisiensi, efektivitas, fungsi penjualan.

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia usaha dapat memberikan peluang yang besar namun disisi lain memberikan tantangan dan ancaman yang harus diperhatikan ataupun diwaspadai yaitu persaingan usaha. Kegagalan dalam bersaing dikarenakan perusahaan tidak mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi dimasa sekarang ataupun dimasa yang akan datang dan tidak konsisten dalam menjalankan operasi perusahaan sehingga

(2)

perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan ekonomi saat ini. Manajemen perusahaan harus mempunyai kebijakan yang tepat dalam mengantisipasi adanya berbagai penyimpangan di dalam perusahaan, hal ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana meningkatkan kekayaan perusahaan sehingga dapat memperoleh keuntungan atas pengelolaan harta kekayaan perusahaan secara efisien dan efektif sehingga dapat melindungi harta kekayaan tersebut dari tindakan kecurangan oleh pihak-pihak intern perusahaan. Perusahaan dikatakan efisien apabila dapat menggunakan sumber daya pada biaya yang minimum dalam mencapai tujuan, sedangkan perusahaan dikatakan efektivitas apabila telah memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

Kinerja masing-masing fungsi dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting dan spesifik dalam pelaksanaan kegiatan operasional intern perusahaan salah satunya yaitu fungsi penjualan. Fungsi penjualan sangat penting karena penjualan merupakan salah satu kegiatan operasional utama dalam suatu perusahaan yang kegiatannya dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan untuk membiayai kebutuhan operasional perusahaan sehingga dapat menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan juga harus dapat mendukung terciptanya kondisi dimana fungsi penjualan semaksimal mungkin pada tingkat yang realistis namun tetap memperhatikan kepentingan pelanggan. Dengan kata lain, penjualan harus dilakukan seefektif mungkin, agar laba yang diinginkan bisa mencapai titik yang optimal.

Pemeriksaan operasional merupakan suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang dilakukan oleh pemeriksa internal untuk mengukur, mengevaluasi kinerja manajemen dan untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efisien dan efektif. Pemeriksaan operasional dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi, mencegah dan meminimalkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan yang terjadi atas fungsi penjualan.

PT Ladangrizki Jaya Sentosa yang dijadikan objek penelitian merupakan perusahaan

housi

ng development (pembangunan perumahan) yang berada di Desa Keputih Kecamatan

Sukolilo, Surabaya. Aktivitas penjualan merupakan salah satu kegiatan penting perusahaan

karena dari hasil penjualan dapat diketahui tingkat keberhasilan perusahaan dalam melakukan

segala kegiatan operasinya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu

perusahaan khususnya pihak manajemen dalam meningkatkan efektivitas penjualan

perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan audit operasional fungsi penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa telah dijalankan secara efisiensi dan efektif; untuk mengetahui peranan audit operasional dapat digunakan dalam menilai efisiensi dan efektivitas penjualan yang dilakukan oleh PT Ladangrizki Jaya Sentosa.

TINJAUAN TEORITIS DAN PROPOSISI PENELITIAN Pengertian dan Tujuan Audit Operasional

Didalam audit operasional atau yang sering juga dikenal dengan audit manajemen terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengkajian ulang perusahaan untuk efektivitas dan efisiensi perusahaannya.

Agoes (2012:11) mendefinisikan audit operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.

(3)

Assauri (2007:431) mendefinisikan audit operasional adalah penilaian keberhasilan dan efisiensi manajemen dalam aspek-aspek tujuan organisasinya, fungsi-fungsi manajemen serta keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan manajemen dalam menuju pencapaian tujuan organisasi.

Selain itu, menurut Arens, Elder, dan Beasley (2009:13) “An operational audit evaluates the efficiency and effectiveness of any part of on organization’s operating procedures and methods”.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa audit operasional adalah pemeriksaan terhadap efektif, efisien, dan ekonomis suatu perusahaan yang didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan, guna membantu manajemen untuk mengadakan perbaikan dalam meningkatan tujuan operasi.

Tujuan umum dari audit operasional menurut Tunggal (2011:12) sebagai berikut : (1) Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan untuk menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan, (2) Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien, (3) Untuk mengusulkan kepada manajemen, cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang memiliki pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien, (4) Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan, (5) Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan kepada manajemen, (6) Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.

Sedangkan menurut Bayangkara (2008:3) audit operasional bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut.

Ruang Lingkup Audit Operasional

Ruang lingkup audit operasional merupakan seluruh aspek manajemen (baik seluruh atau sebagian dari program atau aktivitas yang dilakukan), tinjauan kebijaksanaan operasinya, perencanaan, praktik atau kinerja, hasil dari kegiatan dalam mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, audit dilakukan tidak terbatas hanya pada masalah akuntansinya saja, melainkan dari segala bidang yang berhubungan dengan perusahaan.

Menurut Assauri (2008:354) ruang lingkup audit operasional dalam perusahaan mencakup bidang, bagian atau fungsi yang terdapat dalam organisasi perusahaan, yang harus dapat dipertanggungjawabkan bagi alasan utama tentang adanya atau berdirinya organisasi perusahaan.

Menurut Bayangkara (2008:15) ruang lingkup audit operasional dilaksanakan untuk meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan, efisiensi pengelolaan sumber daya, serta peningkatan ekonomisasi. Oleh karena itu, audit operasional diarahkan untuk menilai secara keseluruhan pengelolaan operasional objek audit, baik fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian maupun fungsi-fungsi bisnis perusahaan secara keseluruhan ditujukan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Sedangkan menurut Tunggal (2008:72) ruang lingkup suatu audit operasional ditentukan dengan menggunakan pedoman sebagai berikut : (1) Luas lingkup suatu pemeriksaan operasional harus sesuai dengan objektif yang ingin dicapai, (2) Tujuan suatu pemeriksaan operasional harus jelas untuk memungkinkan dibuatnya rencana pemeriksan yang memadai, (3) Pemeriksaan harus dibatasi pada bidang-bidang dimana hasil-hasil yang spefisik akan dapat disusun dan dilaporkan, (4) Pemeriksaan harus dibatasi pada usaha

(4)

penilaian prestasi dari pada penilaian kapasitas individual karena hanya hal-hal yang memiliki arti ekonomis saja yang akan diperiksa dan hal-hal tersebut sangat jarang timbul sebagai usaha dari seseorang.

Jenis-Jenis Audit Operasional

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2011:457), ada tiga jenis audit operasional : (1) Audit Fungsional (functional audit), kategori aktivitas dalam suatu bisnis, misalnya fungsi penagihan atau fungsi produksi. Fungsi dapat dikategorikan dan dibagi dalam banyak cara. Misalnya, fungsi akuntansi dapat dibagi menjadi fungsi pengeluaran kas, penerimaan kas, dan penggajian. Fungsi penggajian dapat dibagi menjadi fungsi penetapan karyawan, pencatatan waktu, dan pembayaran gaji. Audit fungsional mengurusi satu atau lebih fungsi dalam suatu organisasi, misalnya mengenai efektivitas dan efisiensi fungsi penggajian untuk suatu devisi atau organisasi secara keseluruhan, (2) Audit Organisasional (organizational audit), audit operasional dalam organisasi mengurusi seluruh unit organisasi, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Audit organisasional menekankan pada efektivitas dan efisiensi dalam interaksi fungsi tersebut. Rencana organisasi dan metode untuk koordinasi aktivitas merupakan hal penting dalam audit ini, (3) Penugasan Khusus (Special Assignment), penugasan audit operasional khusus muncul atas permintaan manajemen dengan bermacam-macam jenis audit, misalnya untuk menentukan penyebab inefisiensi system TI, meneliti kemungkinan kecurangan dalam divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi.

Tahapan Pelaksanan Audit Operasional

Dalam melaksanakan audit operasional harus ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Menurut Bayangkara (2008:9) secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) Audit Pendahuluan, dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek yang diaudit, melakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit, (2) Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen, auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dengan demikian, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan, (3) Audit Terinci, Auditor mengumpulkan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan, melakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit, (4) Pelaporan, bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal terebut untuk meyakinkan pihak manajemen (objek audit) tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang dilakukan, (5) Tindak Lanjut, bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut (perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.

Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern

Pengendalian intern menurut Sugiri (2009:1) merupakan struktur organisasi, semua cara, dan alat-alat terkoordinasi yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk

(5)

mengamankan aset perusahaan, meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Menurut Diana dan Setiawati (2011:82) pengendalian intern adalah semua rencana organisasional, metode, dan pengukuran yang dipilih oleh suatu kegiatan usaha untuk mengamankan harta kekayaan, mengecek keakuratan, dan keandalan data akuntansi usaha tersebut, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendukung dipatuhinya kebijakan manajerial yang ditetapkan.

Menurut Kumaat (2011:15) pengendalian intern adalah rencana, metoda, prosedur, dan kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap aset, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah suatu prosedur dan kebijakan untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu perusahaan yang bertujuan untuk melindungi aktiva dan memberi keyakinan atas keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi operasi.

Tujuan umum pengendalian intern menurut Hall (2007:181) sebagai berikut : (1) Menjaga aktiva perusahaan, (2) Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi, (3) Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan, (4) Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen.

Menurut Mulyadi (b,2008:163) dalam buku sistem akuntansi tujuan pengendalian intern sebagai berikut : (1) Menjaga kekayaan organisasi, (2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, (3) Mendorong efisiensi, (4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2009:222) mengemukakan tujuan-tujuan pengendalian intern yaitu sebagai berikut : (1) Menjaga aset (safeguarding asset), termasuk mencegah atau mendeteksi dalam basis waktu, akuisisi yang tidak diotorisasi, terpakai atau disposisi dari aset perusahaan, (2) Menjaga catatan-catatan yang cukup terperinci secara akurat dan secara wajar menggambarkan aset perusahaan, (3) Memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya (reliable), (4) Memberikan keyakinan yang memadai dari laporan keuangan yang disajikan berdasarkan standar keuangan yang berlaku, (5) Memajukan dan meningkatkan efisiensi operasi, (6) Mendorong ketaatan dalam menentukan kebijakan manajerial, (7) Patuh pada hukum, aturan, dan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Djanegara (dalam Ranggagading, 2007:7.1) pengendalian disusun sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan adanya konsistensi dan kontinuitas didalam keseluruhan aktivitas perusahaan. Tetapi dengan sistem pengendalian yang baik belum cukup untuk memastikan bahwa kegiatan penjualan telah berjalan secara efektif, oleh karena itu perlu adanya orang atau bagian yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan intern yang disebut auditor intern.

Pengertian Efektivitas, Efisiensi, Aktivitas Penjualan

Menurut Akmal (2007:36) efektivitas adalah pencapaian usaha yang sesuai dengan rencananya doing the right things atau rencana hasil dibandingkan dengan realisasi hasil. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan perusahaan.

Efisiensi lebih menjelaskan mengenai produktivitas dari perusahaan, artinya aspek efisiensi berhubungan dengan apakah pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan dengan penggunaan sumber daya yang optima, suatu kegiatan dipandang cukup efisien apabila

(6)

dapat menghasilkan output yang maksimal dengan sumber daya yang ada, atau dengan sumber minimal dapat menghasilkan output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan antara output dan input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

Efektivitas, efisiensi, dan ekonomis merupakan tiga hal penting yang tidak dapat dipisahkan dan harus dicapai perusahaan dalam meningkatkan kemampuan bersaingnya. Operasi yang berjalan secara hemat dan berdaya guna tanpa mengabaikan pencapaian tujuan perusahaan akan mampu menghasilkan produk dengan harga pokok yang relatif lebih rendah dengan kualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Ekonomisasi merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program yang dikelola, efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan, dan efektivitas merupakan ukuran dari output (Bayangkara, 2008:12).

Aktivitas penjualan merupakan aktivitas perusahaan yang sangat penting, karena dengan adanya aktivitas penjualan maka perusahaan dapat memperoleh pendapatan dari penjualan tersebut. Aktivitas penjualan dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, dengan menciptakan suatu produk dan jasa yang sehingga dapat memberikan keuntungan baik bagi konsumen dan perusahaan. Aktivitas penjualan dapat berjalan dengan baik maka diperlukan pemisahan fungsi dan tugas dalam struktur organisasinya, adanya prosedur yang telah ditetapkan sehingga dapat dilaksanakan secara konsisten, melakukan pencatatan untuk dapat mempermudahkan dalam penyusunan laporan penjualan. Laporan penjualan merupakan informasi yang penting bagi manajemen dalam mengambil keputusan dan dapat melakukan perbaikan ketika penjualan menurun. Dalam melaksanakan aktivitas penjualan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kondisi pasar, modal, pemasaran, dan kemampuan penjual.

Menurut Gaffar (dalam Gorontalo, 2007:2.3) dalam melaksanakan kegiatan usaha harus dievaluasi kinerjanya sebagai hasil dari implementasi strategi bisnis yang dijalankannya. Manajemen perusahaan perlu mengetahui efektivitas dan efisiensi sumber daya yang digunakan pada masing-masing departemen dengan melakukan audit terhadap semua fungsi manajemen di perusahaan. Efektivitas mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan efisiensi mengacu pada sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan. Suatu contoh efektivitas adalah produksi suku cadang tanpa cacat, sedangkan efisiensi berkaitan dengan apakah suku cadang tersebut diproduksi pada biaya yang minimum.

Aktivitas penjualan merupakan aktivitas perusahaan yang sangat penting, karena dengan adanya aktivitas penjualan maka perusahaan dapat memperoleh pendapatan dari penjualan tersebut. Aktivitas penjualan dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, dengan menciptakan suatu produk dan jasa yang sehingga dapat memberikan keuntungan baik bagi konsumen dan perusahaan. Aktivitas penjualan dapat berjalan dengan baik maka diperlukan pemisahan fungsi dan tugas dalam struktur organisasinya, adanya prosedur yang telah ditetapkan sehingga dapat dilaksanakan secara konsisten, melakukan pencatatan untuk dapat mempermudahkan dalam penyusunan laporan penjualan. Laporan penjualan merupakan informasi yang penting bagi manajemen dalam mengambil keputusan dan dapat melakukan perbaikan ketika penjualan menurun. Dalam melaksanakan aktivitas penjualan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kondisi pasar, modal, pemasaran, dan kemampuan penjual.

(7)

Sistem dan Prosedur Penjualan

Menurut Baridwan (2008:182) sistem adalah suatu kerangka dan prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan.

Sistem penjualan mencakup beberapa prosedur sehingga dapat menghasilkan data atau informasi yang menggambarkan jalannya kegiatan perusahaan mengenai kegiatan penjualan, suatu perusahaan harus mempunyai sistem penjualan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan.

Menurut Suhendra (dalam Ranggagading, 2007:7.1) sebelum kredit diberikan kepada konsumen, perusahaan biasanya menerapkan sistem prosedur yang disebut 5 C yaitu Character, Capital, Capacity, Colleteral dalam penilaian konsumen dan melakukan penilaian analisis umur piutang. Dengan prosedur kebijakan kredit dan penagihan yang baik tentu saja dapat memberikan keamanan bagi perusahaan dalam melakukan penjualan.

Prosedur penjualan merupakan kumpulan proses dalam sistem penjualan yang berkaitan antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan dan target yang akan dicapai perusahaan. Menurut Mulyadi (a,2008:50) prosedur penjualan kredit adalah sebagai berikut : (1) Penerimaan Order dari Customer, penentuan bahwa customer berada dalam daftar customer yang telah disetujui, penggunaan surat order penjualan yang diotorisasi untuk setiap penjualan, (2) Otorisasi Pemberian Kredit, bagian kredit mengecek semua customer baru, pengecekan batas kredit sebelum penjualan kredit dilaksanakan, (3) Pengiriman Barang, barang dikeluarkan dari gudang hanya atas dasar surat order pengiriman yang telah diotorisasi, pengecekan barang yang dikirim dengan surat order pengiriman, pemisahan fungsi pengiriman barang dari fungsi penjualan, pembuatan dokumen pengiriman untuk setiap pengiriman barang, (4) Penagihan, setiap faktur penjualan baru dilampiri dengan surat order penjualan yang telah diotorisasi dan dokumen pengiriman, pencocokan faktur penjualan dengan dokumen pengiriman, pertanggungjawaban secara periodik dokumen pengiriman, pengecekan independen pemberian harga dalam faktur penjualan, (5) Pencatatan, setiap pencatatan baru dilandasi dokumen sumber faktur penjualan dan dokumen pendukung yang lengkap, pengecekan secara independen posting ke dalam buku pembantu piutang dengan akun control piutang dalam buku besar, pertanggungjawaban semua faktur penjualan secara periodik, panduan akun dan review pemberian kode akun, pengiriman pernyataan piutang bulanan kepada debitur.

Pencapaian Pengendalian Intern Atas Penjualan

Untuk memperoleh gambaran apakah prosedur penjualan perusahaan yang diperiksanya telah memiliki pengendalian yang memadai, pemeriksa (auditor) harus memperhatikan kondisi yang memungkinkan terjadinya pengendalian intern. Menurut Hastoni (dalam Ranggagading, 2008:8.1) cara untuk meningkatkan efektivitas pengendalian intern adalah dengan menerapkan sistem atau prosedur penjualan yang baik sehingga dapat memberikan informasi yang akurat kepada pihak manajemen dalam pengambilan keputusan guna melakukan penjualan secara tepat. Selain itu, menurut Ermayanti (2009) pengendalian dalam fungsi penjualan seharusnya menilai hal-hal sebagai berikut : (1) Tenaga penjualan dapat memberikan arah yang jelas dan support yang dibutuhkan untuk mencapai kuota yang ditetapkan, (2) Tujuan penjualan konsisten dengan tujuan operasional, (3) Manajemen memiliki kecukupan data untuk mengawasi hasil penjualan dalam hubungannya dengan perencanaan, (4) Adanya rencana singkat untuk menilai kondisi pasar dan kebutuhan pelanggan, dan bahwa hasil tersebut termasuk dalam tujuan strategis dan proses perencanaan utama.

(8)

Proposisi Penelitian

Proposisi merupakan jawaban sementara atas suatu permasalahan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan dan diuraikan oleh penulis, maka proposisi dari rumusan masalah tersebut adalah : (1) Audit operasional fungsi penjualan merupakan pengujian pengendalian terhadap kegiatan penjualan perusahaan untuk menghindari adanya salah saji dalam transaksi-transaksi yang terkait. Pengujian pengendalian fungsi penjulan dapat dilakukan dengan cara mereview kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik serta pemisahan tugas, (2) Efisiensi dan efektivitas perusahaan dapat diketahui apabila perusahaan dapat menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin dan tujuan perusahaan telah dicapai serta target di dalam anggaran perusahaan sudah terpenuhi.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa. Sampel yang diperlukan untuk penelitian adalah dokumen-dokumen anggaran penjualan dan realisasi penjualan, biaya penjualan, struktur organisasi, tugas dan wewenang karyawan. Teknik analisis data yang dilakukan penelitian adalah sebagai berikut: (1) Melakukan pengamatan secara langsung ke tempat penelitian yaitu PT Ladangrizki Jaya Sentosa pada fungsi penjualan, (2) Dari semua bukti data tersebut dilakukan pemahaman dan analisis dengan membandingkan standar dan realisasi kinerja bagian penjualan; target dan realisasi kinerja bagian penjualan, (3) Dari hasil perbandingan terdapat temuan audit yang dianalisis, sebab akibat masalah kemudian dilakukan pemecahan masalah, diikuti dengan saran atau rekomendasi atas pemecahan masalah. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian merupakan data yang mengenai segala hal dan aktivitas yang berkaitan dengan fungsi penjualan yang ada di dalam perusahaan. Sumber data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : (1) Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian dengan melakukan observasi, dan wawancara dengan Kepala Bagian Penjualan serta staf karyawan yang terlibat dalam bagian penjualan, serta bagian-bagian lain yang terkait dokumen-dokumen yang dimiliki oleh PT Ladangrizki Jaya Sentosa, khususnya dokumen-dokumen yang berkaitan dengan audit operasional perusahaan bagian penjualan, (2) Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yang berupa bukti atau dokumen-dokumen. Seperti sistem dan prosedur penjualan, target atau anggaran penjualan, realisasi penjualan, dan biaya pemasaran.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian adalah sebagai berikut :

(1) Study Pendahuluan, peneliti melakukan kunjungan awal ke PT Ladangrizki Jaya Sentosa

untuk memperoleh informasi mengenai gambaran perusahaan secara umum dan tujuan

permasalahan bagian penjualan di dalam perusahaan, (2) Survey Lapangan, metode

pengumpulan data secara langsung ke lapangan untuk mengetahui gambaran mengenai objek

yang diteliti dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut : (a) Wawancara, metode

pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan responden. Peneliti

mengajukan pertanyaan secara lisan kepada Kepala Bagian Penjualan dan staf karyawan

bagian penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa. Tujuan dari wawancara adalah untuk

mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di dalam perusahaan, (b) Dokumentasi,

(9)

metode pengumpulan data dengan cara mencatat data-data yang dimiliki PT Ladangrizki Jaya

Sentosa seperti struktur organisasi, tugas dan wewenang setiap bagian, sistem dan prosedur

penjualan, anggaran penjualan serta dokumen-dokumen yang terkait dengan penjualan.

Tujuan dari metode pengumpulan data dengan dokumentasi untuk mendapatkan informasi

secara realitas, (c) Kuesioner, metode pengumpulan data dengan cara memberikan atau

menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan

respon atas pertanyaan. Daftar pertanyaan diberikan kepada beberapa staf karyawan bagian

penjualan pada PT Ladangrizki Jaya Sentosa. Tujuan dari kuesioner adalah sebagai data

pendukung wawancara, sehingga keabsahan data cukup tinggi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Audit Operasional atas Penjualan

Dalam melaksanakan audit operasional pada PT Ladangrizki Jaya Sentosa terdiri dari tiga tahap antara lain :

1. Tahap Audit Pendahuluan, dilakukan guna memperoleh informasi mengenai keadaan perusahaan secara umum, melakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, mengidentifikasi berbagai peristiwa atau kejadian yang penting dalam kegiatan operasional perusahaan, khusunya penjualan tunai dan penjualan kredit.

a. Prosedur Pemeriksaan

1) Melakukan pengumpulan data dan informasi mengenai struktur organisasi, tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terkait dengan fungsi penjualan, biaya penjualan, target dan realisasi penjualan serta sistem dan prosedur penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa.

2) Melakukan wawancara lisan terhadap kepala bagian penjualan, karyawan bagian penjualan dan bagian akuntansi.

3) Membagi kuesioner kepada 6 karyawan bagian penjualan.

4) Mempelajari sistem dan prosedur penjualan tunai dan penjualan kredit.

5) Mengamati pelaksanaan fungsi penjualan tunai dan penjualan kredit.Menganalisis biaya penjualan, target dan realisasi penjualan.

b. Hasil Pemeriksaan

Dalam melakukan tahap audit pendahuluan, peneliti memperoleh beberapa informasi mengenai kondisi perusahaan secara fisik :

1) Kantor pemasaran PT Ladangrizki Jaya Sentosa berada di Jl. Keputih Timur No. 01 Surabaya.

2) Di dalam kantor pemasaran terdapat miniatur tipe rumah yang dilampirkan oleh peneliti.

3) Luas proyek perumahan ± 1,7 Hektar yang akan dibangun sebanyak 138 unit dan mempunyai 4 macam tipe rumah yang dijual antara lain :

a) Tipe Paris 37/72 sebanyak 72 unit, b) Tipe London 46/84 sebanyak 19 unit, c) Tipe Roma 59/96 sebanyak 34 unit, d) Tipe New York 100/108 sebanyak 13 unit.

2. Tahap Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen, auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Pihak manajemen bagian penjualan menyusun strategi-strategi pemasaran

(10)

untuk mengidentifikasi keinginan pelanggan. Strategi-strategi yang ditetapkan oleh manajemen bagian penjualan bertujuan untuk terpebuhinya target penjualan rumah. Strategi yang dimiliki oleh PT Ladangrizki Jaya Sentosa adalah sebagai berikut :

a. Strategi promosi melalui iklan

Promosi melalui iklan secara komersial telah dilakukan penjualan, penekanan aktivitas adalah untuk pengenalan produk. Dengan cara pemberian tanda atau sign board (spanduk, umbul-umbul, papan nama, penunjuk arah) pada proyek perumahan yang akan di bangun; mengikuti pameran properti baik di Surabaya maupun di luar Surabaya; penyebaran brosur ke berbagai calon konsumen yang potensial; membuat iklan di media cetak maupun elektronik; membuka kantor pemasaran dan bila diperlukan membuka counter pemasaran di perkantoran atau pertokoan yang memungkinkan.

b. Strategi promosi melalui kegiatan penjualan langsung atau personal selling

Perusahaan melakukan promosi dengan cara presentasi kepada instansi pemerintah dan swasta, sekaligus menawarkan tour proyek.

c. Strategi promosi melalui kegiatan promosi penjualan atau sales promotion

Perusahaan melakukan promosi dengan cara memberikan diskon harga bagi pembeli secara tunai maupun kredit melalui KPR, PT Ladangrizki Jaya Sentosa memberikan layanan post-realisasi dengan memberikan layanan 100 hari masa garansi jaminan kelayakan konstruksi (JKK).

Dengan melakukan review dan pengujian, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan. Peneliti melakukan wawancara dengan kepala bagian penjualan dalam menguji pengendalian intern dan jawaban dari hasil wawancara dapat menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga mengetahui lemah atau tidaknya pengendalian intern terhadap fungsi penjualan.

a. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara, pengendalian intern perusahaan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari :

1) PT Ladangrizki Jaya Sentosa memiliki pesaing di sekitar lokasi antara lain “Sukolilo Dian Regency, Sukolilo Park Regency, Diamond Regency”.

2) Pasar sasaran PT Ladangrizki Jaya Sentosa adalah masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas, karena rumah yang dibangun merupakan kawasan elite.

3) Penjualan dilakukan dengan cara mencatat pesanan dari pelanggan dengan menggunakan formulir pemesanan rumah dan mengenakan booking fee.

4) Penjualan dilakukan berdasarkan pesanan pelanggan yang telah diotorisasi oleh marketing manager dan adanya kebijakan dan prosedur penjualan tunai maupun penjualan kredit.

5) Perumahan yang telah direalisasi sebanyak 4 unit, diantaranya 2 unit tipe Roma dan 2 unit tipe New York.

6) Proyek saat ini sudah berusia 10 bulan.

7) Adanya database konsumen untuk mencatat proses pembayaran angsuran. Meskipun sistem pengendalian intern perusahaan sudah cukup baik, tetapi belum cukup untuk memastikan bahwa kegiatan penjualan telah berjalan secara efektif dan efisien. Maka perlu adanya bagian yang bertugas untuk melakukan

(11)

pemeriksaan intern, dari hasil pemeriksaan juga diperoleh kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian seperti :

1)

Marketing manager harus mengotorisasi tagihan yang datang dari biro

iklan sebelum melakukan pembayaran.

Marketing manager harus berhati-hati ketika menggunakan biro iklan,

karena semakin maraknya penyalah guna dan tindak kriminal yang

mengaku dalam menggunakan jasa tersebut.

2)

Perusahaan mengalami keterlambatan ketika melakukan pembangunan.

Target yang ditetapkan oleh perusahaan sebanyak 138 unit, ditargetkan

dapat terjual ± 80% selama waktu 4 bulan pemasaran, dan 6 bulan

pemasaran diharapkan terjual habis 100%. Target tersebut telah dipenuhi

namun dalam penyelesaian pembangunan mengalami kendala

keterlambatan dana.

b. Hasil Kuesioner

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada karyawan bagian penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa terdapat beberapa hal yang dapat diidentifikasikan, antara lain :

1) Dari 6 kuesioner menyatakan jumlah karyawan pada fungsi penjualan cukup. 2) Terdapat pemisahan tugas yang cukup baik antara bagian penjualan dengan :

bagian akuntansi, bagian keuangan, bagian legal.

3) Setiap bagian yang terkait dengan penjualan melakukan penyimpanan bukti-bukti atau dokumen.

4) Terdapat target penjualan yaitu sebanyak 138 unit ditargetkan dapat terjual ± 80% selama waktu 4 bulan pemasaran, dan 6 bulan pemasaran diharapkan terjual habis 100%.

5) Dalam melakukan pemesanan rumah harus adanya otorisasi dari marketing manager.

6) Perusahaan menggunakan daftar harga secara tertulis untuk memastikan harga yang akurat.

7) Perusahaan mempunyai pedoman potongan harga yang jelas dan tertulis. 8) Harga dapat berubah sewaktu-waktu karena berdasarkan pertimbangan,

permintaan, biaya, dan pesaing.

9) Perusahaan selalu mengadakan rapat penjualan secara rutin untuk mendiskusikan setiap masalah yang dihadapi.

10) Pencatatan transaksi menggunakan faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaian faktur tersebut dapat dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan.

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada 6 karyawan bagian penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa tidak terdapat perbedaan pendapat.

3. Tahap Pemeriksaan Terinci

Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan yang lebih rinci mengenai data keuangan yang terkait dalam kegiatan penjualan. Tahap pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh bukti-bukti yang cukup, relevan, dan kompeten untuk mendukung kesimpulan yang akan dikemukakan sesuai dengan tujuan dari pemeriksaan. Bukti-bukti pemeriksaan yang berhasil dikumpulkan tidak dapat ditampilkan secara keseluruhan, tetapi pokok-pokok yang sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan, serta diolah terlebih dahulu. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh, peneliti melakukan pemeriksaan dengan cara

(12)

menguraikan data dengan menganalisis kemudian menarik kesimpulan yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan terperinci.

a. Analisis Selisih Penjualan

Analisis selisih penjualan merupakan selisih antara target penjualan dengan realisasi penjulan. Target penjualan merupakan sasaran yang ditetapkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Realisasi penjualan merupakan penjualan yang sebenarnya. Sehingga, sebelum dilakukan kegiatan maka diperlukan suatu rencana agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Berdasarkan data yang diperoleh pada bagian penjualan selisih antara anggaran dan realisasi penjualan dapat dilihat pada tabel 1 :

Tabel 1

PT Ladangrizki Jaya Sentosa Surabaya Anggaran dan Realisasi Penjualan

Bulan Juli – Desember 2012

Bulan Target Realisasi Selisih

Juli

110 Unit 80 % 102 Unit 73,91 % -8 Unit 6,09 % Agustus

September Oktober

November 28 Unit 20 % 36 Unit 26,08 % 8 Unit 6,08 % Desember

Jumlah 138 Unit 100 % 138 Unit 100 % Sumber : Bagian Penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa

Pada tabel 1 diatas, menjelaskan tentang anggaran dan realisasi penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa pada bulan Juli sampai Desember 2012, diketahui bahwa pada bulan Juli sampai Oktober 2012 efektivitas penjualan yang dihasilkan hanya sebesar 73,91 % tidak mencapai 80%, maka volume penjualan tidak memenuhi target penjulan yang telah ditetapkan.

Pada bulan November sampai Desember 2012 efektivitas penjualan yang dihasilkan mencapai 26% sehingga dapat dikatakan efektif karena dapat melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 20%.

b.

Analisis Efisiensi

Analisis efisiensi bertujuan menilai tingkat pemakaian biaya untuk

kontribusi pendapatan. Dikatakan efisien apabila persentase realisasi lebih

tinggi daripada persentase biaya penjualan, dan sebaliknya apabila

persentase biaya penjualan lebih tinggi daripada persentase realisasi dapat

dikatakan tidak efisien. Biaya penjualan merupakan biaya yang digunakan

untuk mendukung hasil penjualan. Pada PT Ladangrizki Jaya Sentosa biaya

tersebut antara lain : biaya brosur, komisi, biaya iklan, dan biaya pameran.

Tabel 2 tentang biaya penjualan pada bulan Juli sampai Desember 2012 :

(13)

Tabel 2

PT Ladangrizki Jaya Sentosa Surabaya Biaya Penjualan

Juli – Desember 2012

Bulan Brosur Iklan Komisi Pameran Jumlah Biaya

Penjualan Persentase Juli 83.100.000 45.500.000 21.002.700 11.000.000 160.602.700 69,43% Agustus September Oktober November 32.200.000 24.551.800 9.201.300 4.768.000 70.721.100 30,57% Desember Jumlah 115.300.000 70.051.800 30.204.000 15.768.000 231.323.800 100% Sumber : Bagian Penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah biaya penjualan pada bulan Juli sampai Oktober 2012 dikatakan efisien karena persentase biaya penjualan sebesar 69,43% lebih kecil daripada persentase realisasi yaitu sebesar 73,91%.

Jumlah biaya penjualan pada bulan November sampai Desember 2012 dikatakan tidak efisien karena persentase biaya penjualan sebesar 30,57% lebih besar daripada persentase realisasi yaitu sebesar 26,08%.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan : (1) Hasil evaluasi pengendalian intern yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa struktur pengendalian intern atas fungsi penjualan PT Ladangrizki Jaya Sentosa cukup baik terlihat dari : Perusahaan memiliki struktur organisasi dan uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas; Perusahaan mempunyai pemisahan tugas dan wewenang antar bagian penjualan yang memadai serta uraian tugas yang tertulis dan jelas; Adanya otorisasi dari marketing manager dalam melakukan penjualan secara tunai maupun kredit (KPR); Perusahaan mempunyai sistem dan prosedur penjualan secara tertulis; Perusahaan mempunyai database konsumen untuk mencatat proses pembayaran angsuran; Perusahaan mempunyai daftar harga dan potongan harga (discount) secara tertulis; Penentuan harga berdasarkan pertimbangan, permintaan, biaya, dan pesaing; Perusahaan selalu mengadakan radat secara rutin untuk mendiskusikan setiap masalah yang dihadapi; Setiap pencatatan transaksi menggunakan faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaian faktur tersebut dapat dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan, (2) Target yang telah ditetapkan PT Ladangrizki Jaya Sentosa dapat dikatakan efektif karena target yang ditetapkan perusahaan telah terpenuhi hingga 100%, target yang ditetapkan perusahaan dibagi menjadi 2 yaitu sebesar 80% pada bulan Juli sampai Oktober 2012 dan 20% pada bulan November sampai bulan Desember 2012. Pada bulan Juli sampai Oktober 2012 target tidak mencapai 80%, namun target pada bulan November sampai Desember 2012 mencapai 20%. Hal ini disebabkan karena faktor ekonomi pangsa pasar yang sering berubah sehingga dapat mempengaruhi besar-kecilnya volume penjualan. Meskipun target yang telah ditetapkan tercapai tetapi PT Ladangrizki Jaya Sentosa mengalami kendala dalam pengalokasian dana. Hal tersebut disebabkan target yang ditetapkan terlalu singkat sehingga dalam

(14)

pembangunan rumah dilakukan secara bersamaan dan pada tahap penyelesaian mengalami kekurangan dana akibat sedikitnya rumah yang direalisasi yaitu sebanyak 4 unit diantaranya 2 unit tipe Roma dan 2 unit tipe New York, (3) Marketing manager kurang selektif dalam melakukan otorisasi biro jasa iklan yang digunakan. Berdasarkan analisis peneliti penggunaan biro jasa iklan pada bulan Juli sampai Oktober sebesar 28,33% dan pada bulan November sampai Desember 2012 sebesar 34,72%, penggunaan biro jasa iklan mengalami kenaikan sebesar 6,39%. Keadaan yang seperti ini dapat mengakibatkan ketidakefisienan dalam kegiatan penjualan karena biaya pada penggunaan biro jasa iklan akan membengkak, sehingga dapat menurunkan estimasi laba yang dihar

apkan oleh PT

Ladangrizki Jaya Sentosa.

Saran

Saran yang dapat peneliti berikan kepada perusahaan sehubungan dengan tujuan audit operasional dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi penjualan adalah sebagai berikut : (1) Dalam penentuan target penjualan seharusnya ada pertimbangan dana, untuk memastikan dana yang digunakan cukup. Selain itu, dalam melakukan pembangunan rumah tidak dilakukan secara bersamaan dengan cara bertahap, yaitu membangun sebagian dari jumlah pesanan pelanggan hingga dilakukannya realisasi, dari hasil realisasi dana tersebut untuk membangun tahap selanjutnya, dan seterusnya hingga semua tahap, (2) Penggunaan iklan dalam melakukan penjualan sangatlah penting, namun jika penggunaan tersebut dapat membebankan biaya penjualan pada bulan tertentu dapat dikatakan tidak efisien, dikarenakan persentase realisasi lebih kecil daripada persentase biaya penjualan. Sebaiknya marketing manager dan financial manager selalu mengotorisasi setiap tagihan dan dokumen yang datang dari biro jasa iklan sebelum melakukan pembayaran. Berdasarkan hasil analisis peneliti, biaya penjualan pada bulan Juli sampai Oktober 2012 persentase biaya penjualan sebsesar 69,43% lebih kecil daripada persentase realisasi penjualan sebesar 73,91%. Sedangkan biaya penjualan pada bulan November sampai Desember 2012 persentase biaya penjualan sebesar 30,57% lebih besar daripada persentase realisasi yaitu sebesar 26,08%. Jadi, penjualan dapat dikatakan tidak efisien pada bulan November sampai Desember. Besarnya nilai persentase biaya penjualan pada bulan November sampai Desember 2012 diakibatkan oleh besarnya biaya biro jasa iklan yaitu mengalami kenaikan sebesar 6,39%, hal tersebut dapat diminimalkan dengan cara menyeleksi dan menggunakan sebagian biro jasa iklan yang dapat memberi kontribusi lebih pada PT Ladangrizki Jaya Sentosa.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. 2012. Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid Satu. Jakarta. Salemba Empat.

Akmal. 2007. Pemeriksaan Intern (internal Audit). Cetakan kedua. Jakarta. PT Indeks.

Arens, A. A. RJ Elder dan Mark S Beasly. 2009. Auditing and Assurance Service An Integrated Approach. Twelve Edition. Jurong. Pearson Education South Asia.

_________. 2011. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terpadu. Buku Dua. Jakarta. Salemba Empat.

Assauri, S. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.

_________. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Bayangkara, IBK. 2008. Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi. Jakarta. Salemba Empat. Baridwan, Z. 2008. Intermediate Accounting. Cetakan Kedua. Yogyakarta. BPFE.

(15)

Diana, A. dan L. Setiawati. 2011. Sistem Akuntansi Informasi. Yogyakarta. C.V Andi Offset. Djanegara, H. 2007. Studi Tentang Efektivitas Pengendalian Intern Penjualan. Jurnal Ilmiah

Ranggagading, Volume 7.1: 1-7.

Dwi, E. 2009. Audit Manajemen Fungsi Pemasaran. Jurnal Ekonomi, 12 Mei 2009.

Gaffar. 2007. Audit Kinerja Sebagai Alat untuk Menilai Efisiensi dan Efektivitas Suatu Perusahaan. Jurnal Ichsan Gorontalo, Volume 2.3: Oktober.

Hall, J. A. 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Empat. Buku Satu. Jakarta. Salemba Empat. Hastoni. 2007. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Pembayaran Piutang

Sebagai Alat Keputusan Pemberian Kredit Studi Kasus pada PT JSK. Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 7.1: 14-18.

Kumaat, G. V. 2011. Internal Audit. Jakarta. Erlangga.

Mulyadi (a). 2008. Auditing. Buku Dua. Edisi Enam. Jakarta. Salemba Empat. _______ (b). 2008. Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta. Salemba Empat. __________. 2009. Auditing. Buku Satu. Edisi Enam. Jakarta. Salemba Empat.

Romney, M. dan P. Steinbart. 2009. Accounting Information System. Eleven edition. Jakarta. Salemba Empat.

Sugiri, S. 2009. Akuntansi Pengantar II. Edisi Lima. Jogjakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Suhendra. 2007. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Pembayaran Piutang Sebagai Alat Keputusan Pemberian Kredit. Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 7.1: 14-18.

Tunggal, A. W. 2008. Dasar-dasar Audit Operasional. Jakarta. Harvarindo. ________. 2011. Pengantar Internal Auditing. Jakarta. Harvarindo.

●●●

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisis ATP ( Ability to Pay ) dan WTP ( Willingness to Pay ) dari hasil survey serta analisis tarif angkutan barang berdasarkan biaya. operasional kereta api

Dari hasil analisis data dalam penelitian ini diketahui bahwa bank konvensional berada pada kategori resiko tinggi karena mempunyai nilai rata-rata Z- Score 0,7417 (0,7417 <

• Sistem adalah sekelompok bagian atau komponen yang bekerja sama sebagai suatu kesatuan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan PKL yang berjudul : MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN ALAMI (Ulva sp.) TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD ABALON (Haliotis squamata) DI

[r]

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengertian persepsi adalah proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus yang dapat menggambarkan sebagai pandangan

tikus putih ェ。ョエ。ョセ@ yang diberi karbon tetraklorida dengan.. dosis セ@ ml / kg berat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa GDP, inflasi dan nilai tukar memiliki dampak positif pada arus masuk FDI, dan model tersebut ditemukan signifikan pada tingkat 1%, maka