• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus sensori (Dorland, 2002). Definisi lain persepsi adalah stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterprestasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera.

Proses terbentuknya persepsi didahului adanya penginderaan yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun Proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, Melainkan stimulus tersebut diteruskan ke pusat susunan syaraf pusat yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan pendahulu dari persepsi (Walgito, 1994). Menurut Maramis (1999) persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan dan perbedaan antara lain melalui proses mengamati, mengetahui atau mengartikan setelah panca indera mendapat rangsang.

(2)

Sedangkan menurut Sunaryo (2004) persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera dengan didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun didalam dari individu.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengertian persepsi adalah proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus yang dapat menggambarkan sebagai pandangan pribadi seseorang terhadap kejadian atau peristiwa yang dapat diorganisasikan, diinterprestasikan terhadap rangsang melalui proses mengamati, mengetahui atau mengartikan setelah panca indera mendapat rangsang sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun didalam diri individu.

2. Macam-macam persepsi

Ada dua macam persepsi menurut Sunaryo (2004) yaitu :

a. External perseption yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang yang datang dari luar individu.

b. Self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek adalah dirinya sendiri.

(3)

3. Syarat Terjadinya Persepsi

Agar individu dapat mengadakan persepsi diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu : (Walgito, 1994 dan Sunaryo, 2004). a. Adanya obyek yang dipersepsi, obyek menimbulkan stimulus yang

mengenai alat indera atau reseptor.

b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. c. Adanya alat indera atau reseptor sebagai penerima stimulus.

d. Saraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak kemudian dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respon.

4. Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito (1994) proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu :

a. Proses fisik : obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

b. Proses fisiologis : stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak.

c. Proses psikologis : proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari stimulus yang diterima.

5. Gangguan Persepsi (dispersepsi)

Persepsi individu dapat mengalami gangguan, hal ini dapat disebabkan karena adanya gangguan otak (kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik), gangguan jiwa (emosi yang menyebabkan ilusi) dan

(4)

pengaruh lingkungan sosial budaya (Sunaryo, 2004).

Adapun macam dan gangguan persepsi menurut Maramis (1999) dikutip oleh Sunaryo (2004) terdapat tujuh macam gangguan persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan psikologik dan agnosia.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Menurut Krech dan Richard (1992) dalam Walgito (1994) persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan struktural

a. Faktor fungsional

Merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman, masalah dan hal-hal yang termasuk faktor-faktor personal yang menentukan persepsi, bukan jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.

b. Faktor Struktural

Faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada saraf individu.

Menurut Walgito (1994) faktor lain yang mempengaruhi persepsi yakni perhatian, didalam pengertiannya perhatian adalah proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Hal ini ketika perhatian seseorang berdasarkan pada salah satu indera saja dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera lainnya.

(5)

Sama seperti persepsi, perhatian juga dipengaruhi faktor situasional dari personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarikan perhatian ( attention getter ).

7. Faktor-faktor Personal yang mempengaruhi Persepsi Interpersonal a. Pengalaman

Seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-hak tertentu akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam memperbaiki persepsi.

b. Motivasi

Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil, artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.

c. Kepribadian

Dalam psikoanalisis dikenal sebagai proyeksi, yaitu usaha untuk mengeksternalisasi pengalaman subyektif secara tidak sadar, orang mengeluarkan perasaan kepada orang lain Melvin (1990) dalam Walgito (1994).

(6)

B. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segala sesuatu yang dikatakan atau dikerjakan seseorang dan perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto, 1999).

Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus, respon ini berbentuk dua macam yaitu pasif dan aktif. Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalya berfikir, tanggapan atau sikap batin dari pengetahuan. Sedang bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung (Sarwono, 1993).

2. Macam-macam Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi:

a. Perilaku tertutup

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert) respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

(7)

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Sedangkan menurut Purwanto (1999), perilaku manusia dibedakan :

a. Perilaku refleks

Perilaku refleks terjadi secara otomatis, tanpa dipikir oleh keinginan, tanpa disadari. Secara umum perilaku ini bertujuan untuk menghindari ancaman yang merusak keberadaan individu, sehingga individu tersebut dapat berperilaku dan berkembang secara normal. b. Perilaku reflek bersyarat

Perilaku ini merupakan perilaku yang muncul karena adanya perangsang tertentu. Reaksi ini wajar dan merupakan pembawaan manusia serta bisa dipelajari atau didapat dari pengalaman.

c. Perilaku yang mempunyai tujuan/perilaku naluri.

Gejala yang menyertainya adalah pengenalan, perasaan/emosi, dorongan, keinginan/motif.

(8)

3. Klasifikasi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit (iIIness behaviour)

Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit Perilaku ini meliputi:

1) tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

2) mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan / penyembuhan penyakit yang layak.

3) mengetahui hak (misalnya hak untuk memperoleh perawatan,memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakit kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan,tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya.

(9)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya:tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang sering mewarnai perilaku seseorang.

Sedangkan Menurut Purwanto (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut:

a. Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.Teori Mendel merupakan teori tentang keturunan yang dikenal dengan hipotesa genetika yang menjelaskan tentang sifat-sifat mahluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunan.tiap pasangan merupakan penentu alternative bagi keturunanya dan pada waktu pembentukan sel kelamin; pasangan keturunan memisah dan menerima pasangan pasangan faktor keturunan.

b. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala sesuatu yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku.individu mulai mengalami dan mengecap alam dan sekitarnya.

(10)

5. Penyebab Berperilaku

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya enam alasan pokok, yaitu:

1. Pengetahuan 2. Kepercayaan 3. Sikap

4. Orang penting sebagai referensi

5. Sumber-sumber daya meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga, dll.

6. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber dalam masyarakat (budaya) (Notoatmodjo, 2003).

6. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan Skiner (1990) dalam Notoatmodjo (2003).

(11)

C. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainya yang dihasilkan dari tanaman Nicotania Tobacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP RI No.19 Tahun 2003) dalam Frans (2004) Secara umum, bahan-bahan dalam rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel, sedang komponen padat atau partikel dibagi menjadi nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. racun utama dalam rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (Atmanta, 2005).

2. Kandungan Rokok a. Nikotin

Nikotin adalah zat,bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan, Zat ini mempenggaruhi syaraf dan peredaran darah. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25 persen. Walau demikian

(12)

jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.

Nikotin di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergic. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa tenang, daya pikir serasa cemerlang, dan mampu menahan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin. Meningkatkan serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi.

Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang (Mu’tadin, 2002).

b. Tar

Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat Skarsinogenik (PP No. 19 Tahun 2003). Tar adalah kumpulan dari ratusan bahkan ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok setelah dikurangi nikotin dan air, tar dan asap rokok juga dapat merangsang jalan nafas dan tar tersebut tertimbun disaluran itu sehingga menyebabkan batuk-batuk atau sesak nafas.

(13)

c. Karbon monoksida

Karbon monoksida adalah zat yang mengikat Hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak mampu untuk mengikat oksigen dan Gas CO juga berpengaruh negatif terhadap jalan nafas dari pembuluh darah.

3. Rokok dan Kesehatan

Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi sayangnya masih banyak orang yang menikmatinya.efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, perasaan, pikiran, tngkah laku. Jika dibandingkan dengan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat.

Penyakit yang ditimbul: a. Jantung

Menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah, kenaikan penggunaan O2 serta peningkatan denyut jantung.

b. Otak

Menyebabkan terjadinya stroke dan lumpuh. c. Paru-paru

Menyebabkan terjadinya batuk berdahak, bronchitis, paru-paru, kanker.

(14)

4. Bahaya Merokok

Laporan WHO (2003) dalam Utama (2004) juga menyebutkan beberapa penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok, yaitu kanker paru, bronchitis kronik, penyakit jantung iskemik, penyakit kardiovaskuler, kangker mulut, kangker tenggorok, penyakit pembuluh darah otak dan dan gangguan janin dalam kandungan.

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003). menambahkan tiga sub tipe dampak dari merokok yaitu:

a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya menambah atau meningkatkaan kenikmatan yang sudah didapat, misal merokok setelah minum kopi atau makan

b. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c. Pleasure of headling the cigaretee. Kenikmatan yang peroleh dengan rokok sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedang untuk menghisapnya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang memainkan dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

5. Perilaku Merokok

a. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh ”perasaan negatife”. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia sedang marah, cemas, gelisah,

(15)

rokok di anggap sebagai penyelamat.

b. Perilaku merokok yang “adiktif” oleh green disebut sebagai psychological addiction mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

c. Perilaku merokok sudah menjadi “kebiasaan”. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari.

6. Tempat Merokok

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok,maka dapat digolongkan atas :

a. Merokok di tempat-tempat umum

1) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaanya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

2) Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak rokok) mereka yang berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang

(16)

etis, kurang sopan, dan tidak punya tata krama. b. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:

1) Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat seperti ini sebagai tempat yang digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.

2) Di toilet. Perokok ini dapat di golongkan sebagai orang yang suka berfantasi, Sepertiga jumlah perokok dunia adalah remaja.

Menurut Kim Farley (1990) dalam Notoatmodjo (2003) dewasa ini anak-anak dan remaja menjadi ancaman utama bahaya meningkatnya penggunaan tembakau di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berbagai penelitian menunjukkan usia untuk memulai merokok ternyata lebih muda. Kebanyakan perokok memulainya ketika masih remaja. Padahal, jika seseorang tidak mulai merokok sampai umur 20 tahun, kemungkinannya kecil untuk menjadi perokok setelah dewasa. 7. Manfaat Merokok

Dibedakan menjadi 2 yaitu sisi negatif dan sisi positif yaitu : Bila dilihat dari sisi negative merokok dapat merusak kesehatan seperti stroke. Sedangkan dilihat dari sisi positif dapat membantu ribuan buruh yang bekerja pada industri rokok Indonesia untuk tetap bertahan hidup (Atmanta, 2005).

(17)

8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Merokok a. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja merokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak perhatian pada anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih muda untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dengan keluarga yang perfisif dengan penekanan falsafah ”kerjakan urusanmu sendiri” dan yang paling kuat adalah bila orang tua menjadi figur yaitu contoh sebagai perokok berat, maka anak cenderung meniru kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua.

b. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan , makin banyak teman-teman kita yang sudah pada merokok, makin besar kemungkinan kita jadi perokok juga.

c. Faktor kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat Kepribadian yang bersifat

(18)

hanya mencoba-coba pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) seperti ini justru mangarahkan kepada hal-hal yang negatif.

b. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media cetak dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, sering kali membuat seseorang terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam halaman iklan tersebut. 9. Waktu Merokok

Biasanya waktu yang digunakan seseorang dapat menikmati rokok adalah sehabis makan dan setelah minum kopi, sehabis kerja, perasaan lagi kalut, frustasi dan tidak memperdulikan waktu entah pagi, siang, sore ataupun malam Green (1990) dalam Notoatmodjo (2003).

10. Upaya Pencegahan a. Upaya Kampanye

Memang susah menghentikan/menghilangkan kebiasaan merokok. Tahap pertama Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri remaja untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa, atau kebiasaan keluarga/orang tua.

Suatu program kampanye anti merokok buat para remaja yang dilakukan oleh Evans (1990) dalam Notoatmodjo (2003) dapat

(19)

dijadikan contoh untuk melakukan upaya pencegahan agar remaja tidak merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster, film, dan diskusi-diskusi tentang berbagai macam aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televisi atau radio.

b. Pesan-pesan dalam Kampanye meliputi:

1) Meskipun orang tuamu merokok, kamu tudak perlu harus meniru, karena kamu mempunyai akal yang dapat kamu pakai untuk membuat keputusan sendiri.

2) Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang. Sebaiknya kamu mulai belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu.

3) Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu merokok. Kamu bisa menolak ajakan mereka untuk ikut merokok.

4) Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka pendek maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak hanya sajaoleh diri kamu sendiri tetapi juga akan membebani orang (misal:orang tua).

(20)

c. Pelatihan Pemahaman Terhadap Pesan

Agar remaja dapat memahami pesan-pesan tersebut maka dalam kampanye anti merokok perlu disertai dengan beberapa pelatihan seperti:

1) Ketrampilan berkomunikasi

2) Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri

3) Kemampuan untuk menyesuaiakan diri dengan rasa cemas/ansietas 4) Kemampuan untuk menghadapi tekanan dari kelompok sebaya, dll.

Dengan cara-cara diatas remaja akan diajak untuk dapat memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menolak berbagai godaan untuk merokok, baik yang datang dari media massa, teman sebaya maupun dari keluarga. Melarang, menghukum, atau pun memaksa remaja untuk tidak merokok hanya akan memberikan dampak yang relatif singkat karena tidak disadari oleh motivasi internal remaja (Mu’tadin, 2002).

(21)

Kerangka Teori

Bagan I : Kerangka Teori modifikasi dari : (Walgito, 1994; Purwanto, 1999; Notoatmodjo, 2003)

Faktor-faktor yang mempengaruhi merokok: a. Orang tua b. Teman c. Kepribadian d. Iklan Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi interpersonal: a. Pengalaman b. Motivasi c. Kepribadian Persepsi Prilaku Merokok Masyarakat Perilaku dipengaruhi: a. Internal

Karakteristik bawaan, seperti: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dll. b. Eksternal

Lingkungan: fisik, social, budaya dan politik

Referensi

Dokumen terkait

Namun penelitian Vu yang dilakukan di Vietnam menemukan hal lain, yaitu wanita yang mempunyai pekerjaaan cenderung untuk menikah lebih lambat dibandingkan wanita

faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar mengajar. Hasil uji menunjukkan pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotor adalah p-value > 0,05; maka Ho

Peta Pendidikan Islam Paket A, Paket B, Wajar Dikdas Salafiyah Ula dan Wustha Pendidikan Umum.. Berciri

1216 SMA Islam Terpadu Al Kafi Cigedug Kab... 1287 SMA Bina Bhakti

Tahun 2003 menjadi awal titik balik dari perkembangan BMT Ki Ageng Pandanaran, dibawah pengurus baru ini BMT dapat berkembang dengan baik, karena pengurus dan anggota koperasi

Perlakuan interaksi antara asam sitrat dan gula berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar antosianin, total gula, total padatan terlarut, perlakuan konsentrasi

Biro Cuaca Amerika Serikat memberikan definisi bahwa kekeringan adalah berkurangnya curah hujan yang cukup besar dan berlangsung lama yang dapat mempengaruhi kehidupan tanaman

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian kompos pada tanah bekas tambang emas dan mengetahui jenis kompos mana yang terbaik terhadap pertumbuhan awal