• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima 20 September 2010 / Direvisi 12 Oktober 2010 / Disetujui 10 November 2010 1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas insektisida Monosultap 400 SL terhadap hama di lapangan. Penelitian dilaksanakan pada populasi hama di Desa Moronge, Kecamatan Moronge, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara sejak bulan Juni 2010 sampai Agustus 2010. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Insektisida yang diuji adalah insektisida Monosultap 400 SL dengan dosis 5, 10, 15, 20 ml/pohon dan kontrol. Insektisida diaplikasikan melalui injeksi batang sedangkan pada kontrol tanaman dibiarkan tanpa aplikasi insektisida. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi insektisida Monosultap 400 SL efektif mengendalikan hama di lapangan. Mortalitas nimfa dan imago mulai terjadi 1 hari setelah perlakuan (hsp) dan meningkat mencapai 100% pada 5-6 hsp. Dosis yang dianjurkan untuk mengendalikan hama

dengan insektisida Monosultap 400 SL adalah 5 ml/pohon.

The objective of this research was to study the effectiviness of Monosultap 400 SL insecticide on coconut pest, . The research was done on attacked area of in Moronge Village, Moronge Sub District, Talaud District, North Sulawesi from June 2010 to August 2010. The research was done by using Randomized Block Design with five treatments and five replications. The treatments were Monosultap 400 SL with doses 5, 10, 15, 20 ml/palm and control (untreated). Insecticides were applicated by trunk injection. Observation was done every day for ten days. The results showed that the application of insecticide Monosultap 400 SL effectively controlled in the field. Mortality of nymph and adult started 1 day after treatment and the mortality increase up to 100% at 5-6 days after treatment. Recomended dose of insectiside Monosultap 400 SL to control is 5 ml/palm.

Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa

MELDY L.A. HOSANG1, JELFINA C. ALOUW1DAN I WAYAN LABA2

Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001 2

Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor

ABSTRAK ABSTRACT S. nubila S. nubila S. nubila S. nubila S. nubila Kata kunci : Sexava, Insektisida, Monosultap, Cocos nucifera L.

Sexava nubila S. nubila

S. nubila S. nubila S. nubila Keywords : Sexava, Insecticide, Monosultap, Cocos nucifera L.

Field testing of Monosultap 400 SL insecticide to Sexava nubila

on coconut Palm

(2)

Hama Stal banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman kelapa yang ada di Kabupaten Talaud Sulawesi Utara, Maluku, Papua dan Papua Barat. Dua spesies lainnya yang sudah diketahui merusak tanaman kelapa di Indonesia bagian Timur adalah

dan ( Lever, 1969;

Kalshoven, 1981).

Kenyataan di lapangan, hanya dua

spesies ( dan ) yang

lebih banyak menyebabkan kerusakan pada tanaman kelapa. Hama ini selain menyerang daun dapat juga merusak bunga dan buah muda sehingga secara langsung dapat menurunkan produksi kelapa, pada serangan berat dapat me-nyebabkan kematian tanaman (Zelazny dan Hosang, 1991).

Hasil penelitian di Kepulauan Sangihe Talaud dan Maluku, memperli-hatkan bahwa tingkat kerusakan tana-man dapat mempengaruhi produksi kelapa, makin tinggi kerusakan tanaman, makin rendah produksi kelapa. Pada tingkat kerusakan berat (62.5%) perkira-an produksi/pohon/tahun hperkira-anya 5.68 butir, hal ini tentunya sangat merugikan petani atau pengusaha kelapa (Zelazny dan Hosang, 1988).

Tanaman kelapa dengan tingkat serangan berat kondisinya sangat mem-prihatinkan karena produksinya sangat rendah, dan sebagian besar tidak

berpro-duksi. Serangan hama di Sulawesi

Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua pada tahun 2004 sekitar 27.983,97 ha dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 29 miliar (Departemen Pertanian, 2004).

Usaha pengendalian hama sudah dilakukan dalam waktu cukup

lama, baik secara mekanis, kultur teknis, hayati dan secara kimia dengan insek-tisida, namun belum diperoleh hasil yang memuaskan karena diaplikasikan secara parsial. Penggunaan insektisida secara terus menerus mempunyai efek samping yang merugikan terhadap ling-kungan hidup. Penggunaan insektisida disarankan sebagai alternatif terakhir

dalam pengendalian hama di

lapangan.

Di daerah serangan hama di Kepulauan Talaud, petani kelapa dalam mengendalian hama tersebut sangat tergantung pada penggunaan insektisida. Pengggunaan insektisida sistemik sudah terbukti keampuhannya baik melalui akar maupun batang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian pada

hama di Maluku Utara dan

pada di Sangihe Talaud.

Pengendalian hama dengan

insektisida sistemik seperti Tamaron, Demicron, dan Diazinon melalui injeksi batang dan infus akar sudah dimulai sejak tahun 1973 (Warouw, 1981). Pada tahun 1989, telah dilakukan injeksi batang dengan menggunakan insektisida Gusadrin sebanyak 15 ml/pohon, ter-nyata efektif menekan populasi nimfa

dan imago (Soekarjoto .,

1990; Hosang dan Zelazny, 1989).

Pengujian beberapa jenis insek-tisida sistemik antara lain Bisultap 400 SL dan Montaf, bahan aktif Bisultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon efektif mengendalikan hama

(Sabbatoellah ., 2006). Insektisida Bisultap 400 WSC melalui injeksi batang dengan dosis 10 ml/pohon, efektif untuk

mengendalikan hama di

la-pangan (Hosang dan Laba, 2008).

Insektisida Bisultap 400 WSC telah digunakan untuk pengendalian hama belalang, wereng coklat

PENDAHULUAN Sexava nubila S. coriacea S. karnyi S. nubila S. coriacea Sexava Sexava Sexava Sexava S. coreacea S. nubila Sexava S. coriacea et al Sexava nubila et al S. nubila Nilaparvata

(3)

No. Perlakuan Dosis formulasi (ml/pohon) Injeksi melalui batang

1. Monosultap 400 SL 5

2. Monosultap 400 SL 10

3. Monosultap 400 SL 15

4. Monosultap 400 SL 20

5. Kontrol

Tabel 1. Perlakuan dosis insektisida Monosultap 400 SL yang diuji. , penggerek padi putih, penggerek

padi kuning, lalat bibit kedelai sp., penggulung daun kedelai

, pengorok daun kentang

spp., ulat kantong .

Insektisida ini dapat juga digunakan

untuk mengendalikan hama pada

tanaman tebu dan kubis.

Insektisida Monosultap 400 SL banyak digunakan untuk pengendalikan

hama penggrek batang pada tanaman padi (He , 2007). Insektisida Mono-sultap 400 SL belum pernah diuji pada tanaman kelapa untuk pengendalian

hama sehingga perlu dilakukan

pengujian agar petani mempunyai beberapa pilihan insektisida yang efektif untuk hama tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi insektisida Monosultap 400 SL terhadap

hama .

Pengujian lapangan insektisida Monosultap 400 SL dilakukan di Desa Moronge, Kecamatan Moronge, Kabu-paten Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Pengujian dilakukan mulai bulan Juni sampai Agustus 2010.

Pengujian insektisida dilakukan pada tanaman kelapa Dalam lokal yang berumur ± 20 tahun yang ditanam dengan jarak tanam 10 x 10 m. Dalam

percobaan ini digunakan nimfa dan

imago yang dikoleksi dari

daerah serangannya di Kabupaten Talaud.

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Susunan perlakuan yang diuji seperti tertera pada Tabel 1.

Pada setiap pohon contoh, ditentukan lima pelepah daun sebagai ulangan, dan dipilih pelepah daun dengan posisi datar hingga 30º. Pelepah daun tersebut dipotong separuh, yang tersisa dibersihkan dari hama (nimfa dan

imago) , kemudian disungkup

dengan kain jaring (kelambu). Ke dalam setiap pelepah daun yang sudah tersung-kup dimasukkan 20 individu hama

yeng terdiri dari masing-masing 10 nimfa dan 10 imago.

Pohon contoh dengan perlakuan insektisida, batangnya pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah dilubangi sedalam 10 cm dengan menggunakan bor. Lubang dibuat pada bagian batang yang tidak ditakik, mengarah ke bawah dengan kemiringan 45º. Sebaiknya lubang dibuat mengarah ke pusat batang dan tidak menyamping. Insektisida sesuai dosis yang telah disiapkan di-masukkan ke dalam lubang yang baru dibor dengan memakai syringe. Lubang lugens Agromyza Lamprosema indica Liriomyza Mahasena corbetti et al. Sexava, . S. nubila S. nubila S. nubila S. nubila

(4)

yang telah diisi dengan insektisida ditutup dengan penutup yang terbuat dari potongan kayu atau pelepah daun kelapa.

Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 hari setelah insektisida di-injeksikan melalui batang. Diamati jumlah nimfa dan imago hama

yang mati, selanjutnya dihitung persentase mortalitas nimfa dan imago

Pengolahan data dengan analisis keragaman dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji beda rata-rata

(DMRT) 5%.

Suatu formulasi insektisida di-katakan efektif bila pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI) = 50%.

Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, maka efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan rumus Abbott (Ciba - Geigy, 1981) :

EI = x 100%

EI = efikasi insektisida yang diuji (%) Ta = Populasi hama sasaran atau

per-sentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida yang diuji setelah aplikasi insektisida Ca = Populasi hama sasaran atau

per-sentase kerusakan tanaman pada kontrol setelah aplikasi insektisida

Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran berbeda nyata antar petak perlakuan, maka efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan

rumus Henderson dan Tilton (Ciba -Geigy, 1981) :

EI = x 100%

EI = Efikasi insektisida yang diuji (%) Tb = Populasi hama sasaran atau

per-sentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida yang diuji sebelum aplikasi insektisida Ta = Populasi hama sasaran atau

per-sentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida yang diuji setelah aplikasi insektisida Cb = Populasi hama sasaran atau

per-sentase kerusakan tanaman pada kontrol sebelum aplikasi insek-tisida

Ca = Populasi hama sasaran atau per-sentase kerusakan tanaman pada kontrol setelah aplikasi insektisida.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas nimfa mulai terjadi setelah satu hari setelah aplikasi dengan insektisida Sanming (b.a. Monosultap 400 g/l) pada semua dosis yang diuji mulai dari 5 – 20 ml/pohon. Mortalitas 100% mulai terjadi pada hari kelima setelah perlakuan untuk dosis 10 ml dan 20 ml/pohon dan pada enam hari setelah perlakuan mortalitas 100% terjadi pada semua taraf dosis (5, 10, 15 dan 20 ml/ pohon) sedangkan pada kontrol mor-talitas hanya mencapai 2%. Data ini membuktikan bahwa insektisida Mono-sultap 400 SL yang diaplikasikan melalui injeksi batang, dapat membunuh 100%

nimfa di lapangan (Gambar 1).

S. nubila S. nubila.

Duncan Multiple Range Test

S. nubila

 −

Ca Ta Ca

Tb

Cb

x

Ca

Ta

1

HASIL DAN PEMBAHSAN

(5)

Hasil analisis keragaman terhadap

mortalitas nimfa pada 1 hsp

(hari setelah perlakuan) menunjukkan bahwa dalam perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (p = 0.028). Pada pengamatan 2 hsp sampai dengan 10 hsp, ternyata dalam perlakuan terdapat perbedaan sangat nyata (p = 0.00). Hal ini menunjukkan bahwa insektisida

Monosultap 400 SL berpe-ngaruh

terhadap mortalitas nimfa .

Dari hasil

(DMRT), pada pengamatan 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10 hsp ternyata mortalitas nimfa

pada perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5 - 20 ml/pohon ber-beda nyata dengan kontrol tetapi antar perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5, 10, 15 dan 20 ml/pohon tidak terdapat perbedaan yang nyata. Mor-talitas pada perlakuan insektisida lebih tinggi dari kontrol. Hal ini membuktikan bahwa insektisida ini efektif membunuh

nimfa . Disini terlihat bahwa

dosis terendah dari insektisida Mono-sultap 400 SL yang dapat menyebabkan

mortalitas nimfa tertinggi adalah per-lakuan 5 ml/pohon dan pada pengmatan 6 hsp, mortalitas nimfa sudah mencapai 100% (Tabel 2).

Berdasarkan hasil penelitian

ternyata mortalitas imago mulai

terjadi setelah satu hari diijeksi dengan insektisida Monosultap 400 SL pada semua dosis yang diuji mulai dari 5 – 20 ml/pohon. Perkembangan mortalitas imago terjadi setiap hari, dan mortalitas 100% mulai terjadi pada hari kelima setelah perlakuan untuk dosis 10 ml dan 20 ml/pohon dan pada enam hari setelah perlakuan mortalitas 100% terjadi pada semua taraf dosis (5, 10, 15 dan 20 ml/ pohon) sedangkan pada kontrol mor-talitas hanya mencapai 2%. Data ini membuktikan bahwa insektisida Mono-sultap 400 SL yang diaplikasikan melalui injeksi batang, dapat membunuh 100%

imago di lapangan (Gambar 2).

Gambar 1. Perkembangan persentase mortalitas nimfa untuk setiap perlakuan insektisida Monosultap 400 SL pada 1-10 hari setelah perlakuan

S. nubila

S. nubila Duncan Multiple Range Test S. nubila S. nubila S. nubila S. nubila S. nubila

Figure 1. Development of percentage of mortality S. nubila nymph for each treatment of Monosultap 400 SL insecticide on 1-10 day after treatment

Mortalitas imago

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hari setelah perlakuan

(6)

Pengamatan Persentase mortalitas pada perlakuan A B C D E 1 hsp 22 b 20 b 20 b 24 b 0 a 2 hsp 46 b 48 b 52 b 44 b 0 a 3 hsp 52 b 80 c 66 bc 66 bc 0 a 4 hsp 64 b 88 c 90 c 86 c 0 a 5 hsp 88 b 100 c 98 c 100 c 0 a 6 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 0 a 7 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 0 a 8 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 2 a 9 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 2 a 10 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 2 a

observation percentage of mortality on treatment

Gambar 2. Perkembangan persentase mortalitas imago untuk setiap

perlakuan insektisida Monosultap 400 SL pada 1-10 hari setelah perlakuan .

Tabel 2. Persentase mortalitas nimfa pada 1 – 10 hsp untuk masing masing perlakuan. 0 20 40 60 80 100

I II III IV V VI VII VIII IX X

5 ml 10 ml 15 ml 20 ml Kontrol

Hari setelah perlakukan

Persentase

mortalitas

imago

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

S. nubila

Figure 2. Development of percentage of mortality S. nubila adult for each treatment of Monosultap 400 SL insecticide on 1-10 day after treatment.

S. nubila

Tabel 2. Percentage of mortality S. nubila nymph on 1 – 10 day after treatment for each treatment.

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 %. Note : Number followed by same letter is not significantly different at DMRT 5%.

hsp = hari setelah perlakuan (day after treatment)

A = Monosultap 400SL dengan dosis 5 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 5 ml/palm) B = Monosultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 10 ml/palm) C = Monosultap 400 SL dengan dosis 15 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 15 ml/palm) D = Monosultap 400 SL dengan dosis 20 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 20 ml/palm) E = Kontrol (untreated)

(7)

Observation percentage of mortality on treatment

Pengamatan Persentase mortalitas pada perlakuan

A B C D E 1 hsp 38 b 26 b 24 b 44 b 4 a 2 hsp 48 b 64 bc 54 bc 74 c 8 a 3 hsp 58 b 86 c 64 bc 86 c 8 a 4 hsp 76 b 94 b 76 b 96 b 8 a 5 hsp 88 b 100 b 92 b 100 b 10 a 6 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 7 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 8 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 9 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 10 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a

Hasil analisis keragaman terhadap

mortalitas imago pada 1-10 hsp

menunjukkan bahwa dalam perlakuan terdapat perbedaan yang sangat nyata (p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa insektisida Monosultap 400 SL berpe-ngaruh terhadap mortalitas nimfa

.

Dari hasil

(DMRT), pada pengamatan 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 hsp ternyata mortalitas imago pada perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5 - 20 ml/pohon ber-beda nyata dengan kontrol tetapi antar perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5 - 20 ml/pohon tidak dapat perbedaan yang nyata. Jelas ter-lihat perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5 - 20 ml/pohon dapat menyebabkan mortalitas lebih tinggi dari kontrol. Selain itu terlihat bahwa dosis terendah dari insektisida Monosultap 400

SL yang dapat menyebabkan mortalitas tertinggi adalah 5 ml/pohon (Tabel 3).

Berdasarkan hasil penelitian ter-nyata mortalitas nimfa dan imago

mulai terjadi setelah satu hari diijeksi dengan insektisida Sanming (b.a. Monosultap 400 g/l) pada semua dosis yang diuji mulai dari 5 – 20 ml/pohon. Mortalitas 100% mulai terjadi pada hari kelima setelah perlakuan untuk dosis 10 ml dan 20 ml/pohon dan pada enam hari setelah perlakuan mortalitas 100% terjadi pada semua taraf dosis (5, 10, 15 dan 20 ml/pohon) sedangkan pada kontrol mortalitas hanya mencapai 2%. Data ini membuktikan bahwa insektisida Mono-sultap 400 SL yang diaplikasikan melalui injeksi batang, dapat membunuh 100%

nimfa di lapangan (Gambar 3).

Tabel 3. Persentase mortalitas nimfa pada 1 – 10 hsp untuk masing masing perlakuan.

S. nubila

S. nubila

Duncan Multiple Range Test S. nubila S. nubila S. nubila S. nubila

Tabel 3. Mortality percentage of S. nubila adult on 1 – 10 day after treatment for each treatment

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 %. Note : Number followed by same letter is not significantly different at DMRT 5 %.

hsp = hari setelah perlakuan (day after treatment)

A = Monosultap 400SL dengan dosis 5 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 5 ml/palm) B = Monosultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 10 ml/palm) C = Monosultap 400 SL dengan dosis 15 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 15 ml/palm) D = Monosultap 400 SL dengan dosis 20 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 20 ml/palm) E = Kontrol (untreated)

(8)

Pengamatan Persentase mortalitas pada perlakuan A B C D E 1 hsp 30 b 23 b 22 b 34 b 2 a 2 hsp 47 b 56 b 53 b 59 b 4 a 3 hsp 55 b 83 d 65 bc 76 cd 4 a 4 hsp 70 b 91 c 83 c 91 c 4 a 5 hsp 88 b 100 c 95 c 100 c 5 a 6 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 7 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 8 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 9 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 10 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a

Observation Percentage of mortality on treatment

Hasil analisis keragaman terhadap mortalitas nimfa dan imago

pada 1-10 hsp menunjukkan bahwa dalam perlakuan terdapat perbedaan yang sangat nyata (p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa insektisida Mono-sultap 400 SL berpengaruh terhadap

mortalitas nimfa .

Dari hasil

(DMRT), pada pengamatan 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10 hsp ternyata mortalitas nimfa dan

imago pada perlakuan

Mono-sultap 400 SL dengan dosis 5 - 20 ml/ pohon berbeda nyata dengan kontrol tetapi antar perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5, 10, 15 dan 20 ml/ pohon tidak terdapat perbedaan yang nyata. Pada pengamatan 3 hsp, ternyata mortalitas nimfa dan imago

pada perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5 - 20 ml/pohon ber-beda nyata dengan kontrol, antara perlakuan 5

ml/pohon beda dengan 10 dan 20 ml/pohon, sedangkan antara perlakuan 10 dan 20 ml/pohon tidak berbeda nyata. Pada pengamatan 4 dan 5 hsp, terlihat mortalitas nimfa dan imago

pada perlakuan Mono-sultap 400 SL dengan dosis 5 - 20 ml/ pohon berbeda nyata dengan kontrol, antara perlakuan 5 ml/pohon berbeda dengan 10, 15 dan 20 ml/pohon, sedang-kan antara perlakuan 10, 15 dan 20 ml/ pohon tidak terdapat perbedaan yang nyata. Pada pengamatan 6 hsp ternyata dosis 5 ml/pohon dapat menyebabkan mortalitas nimfa dan imago sudah mencapai 100% (Tabel 4). Hal ini mem-buktikan bahwa dosis terendah dari insektisida Monosultap 400 SL yang dapat menyebabkan mortalitas tertinggi adalah 5 ml/pohon. Hasil ini didukung oleh Sabbatoellah (2006) yang menyatakan bahwa dosis terendah yang dapat menyebabkan mortalitas Tabel 4. Persentase mortalitas nimfa dan imago pada 1 – 10 hsp untuk

masing masing perlakuan. S. nubila

S. nubila

Duncan Multiple Range Test S. nubila S. nubila S. nubila et al. S. nubila

Tabel 4. Percentage of mortality S. nubila nymph and adult on 1 – 10 day after treatment for each treatment.

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 %. Note : Number followed by same letter is not significantly different at DMRT 5 %.

hsp = hari setelah perlakuan (day after treatment)

A = Monosultap 400SL dengan dosis 5 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 5 ml/palm) B = Monosultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 10 ml/palm) C = Monosultap 400 SL dengan dosis 15 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 15 ml/palm) D = Monosultap 400 SL dengan dosis 20 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 20 ml/palm) E = Kontrol (untreated)

(9)

Observation Percentage of mortality on treatment

Pengamatan Persentase mortalitas pada perlakuan

A B C D 1 hsp 28,57 21,43 20,41 32,65 2 hsp 44,79 54,17 51,04 57,29 3 hsp 53,13 82,29 63,54 75,00 4 hsp 68,75 90,63 82,29 90,63 5 hsp 87,37 100,00 94,74 100,00 6 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00 7 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00 8 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00 9 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00 10 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00

tertinggi dari insektisida Bisultap 400 SL adalah 10 ml/pohon, demikian juga Hosang dan Laba (2008) melaporkan bahwa dosis anjuran untuk insektisida Bisultap 400 WSC dan Bisultap 400 SL adalah 10 ml/ pohon.

Insektisida uji dianggap efektif apabila (½ n + 1) pengamatan nilai EI = 50% atau dari 10 kali pengamatan, minimal 6 kali nilai EI = 50%. Berda-sarkan hasil perhitungan nilai EI (efek-tivitas insektisida uji), dari 10 kali peng-amatan untuk semua dosis insektisida yang diuji ternyata terdapat 8 - 9 kali yang nilai EI = 50%. Injeksi batang dengan insektisida sistemik Monosultap 400 SL dosis 5, nilai EI = 50% sebanyak 8 kali, dan dosis 10, 15 dan 20 ml/pohonn sebanyak 9 kali (Tabel 5). Hal ini membuktikan bahwa injeksi batang insektisida Monosultap 400 SL dengan dosis 5, 10, 15, 20 ml/pohon efektif untuk

mengendalikan nimfa dan imago di lapangan sehingga dosis terendah yang dapat menyebabkan mortalitas tertinggi, yaitu 5 ml/pohon yang dianjurkan untuk digunakan dalam

pengendlian hama dilapangan

Injeksi batang dengan insektisida Monosultap 400 SL efektif

mengen-dalikan hama di lapangan

dengan mortalitas nimfa dan imago dapat mencapai 100%. Dosis insektisida Monosultap 400 SL yang dianjurkan untuk mengendalikan hama

adalah 5 ml/pohon.

Tabel 5. Nilai EI nimfa dan imago pada 1 – 10 hsp untuk masing masing perlakuan. . S. nubila S. nubila . S. nubila S. nubila S. nubila

Table 5. EI value of nymph and adult S. nubila on 1 – 10 hsp for each insectiside treatment

Keterangan (Note):

hsp = hari setelah perlakuan (day after treatment)

A = Monosultap 400SL dengan dosis 5 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 5 ml/palm) B = Monosultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 10 ml/palm) C = Monosultap 400 SL dengan dosis 15 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 15 ml/palm) D = Monosultap 400 SL dengan dosis 20 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 20 ml/palm) E = Kontrol (untreated)

(10)

Penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang baik dari sdr. David Sumuru dan sdr. Jantje Larumpaa. Terima kasih juga disampaikan kepada pemilik kebun yang sudah memberi izin untuk melaksanakan penelitian ini di lahannya.

Departemen Pertanian. 2004. Direktorat

Jenderal Bina Produksi

Perkebunan. Jakarta.

Balitka. 1990. Pedoman pengendalian hama dan penyakit kelapa. Badan Litbang, FAO/UNDP, Dirjenbun, Direktorat Perlintan. 100pp.

He Y, Cao M, Gao C, Chen W, Huang L, Zhou W, Liu X, Shen J, Zhu Y. 2007. Survey of Susceptibilites to Monosultap, Triazophos, Fipronil, and Abamectin in

(Lepidoptera: Crambidae). Journal

of Economic Entomology.

100:1854-1861.

Hosang MLA dan I Wayan Laba. 2008. Efektivitas Insektisida Bisultap

Terhadap di

Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Buletin Balitka.

Hosang MLA and Zelazny B. 1989.

Control of with

systemic insecticide. In: UNDP/ FAO Integrated Coconut Pest Control Project, Annual Report. Balai Penelitian Kelapa, Manado, North Sulawesi. 128-131.

Kalshoven LGE. 1981. The pests of crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. Van der Laan.

PT. Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta. 701 pp.

Lever RJAW. 1969. Pest of the Coconut Palm. No. 18. FAO. Rome, Italy. 190pp.

Rejesus RB and Rejesus RS. 2001. Biology

and Management of stored

product and posharvest insect pest. Dept. of Entomology, College of Agriculture, UPLB. Philippines. 248pp.

Sabbatoellah S, Mawikere J dan Hosang MLA. 2006. Pengujian insektisida sistemik terhadap hama

di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Buletin Palma. 32. Soekarjoto, Mawikere J dan Hosang

MLA. 1990. Pengujian insekti-sida sistemik melalui infus akar dan daun untuk mengendalikan

di Sangihe Talaud. Buletin Balitka. 12: 101-104.

Warouw J. 1981. Dinamika Populasi (Stal) (Orthopthera: Tettigonidae) di Sangihe Talaud

dalam Hubungannya Dengan

Kerusakan Tanaman Kelapa.

Disertasi Doctor. IPB. 152pp. Zelazny B and Hosang MLA. 1988.

Ecological studies spp

and disscussion on control with

pesticides. In: UNDP/FAO

Integrated Coconut Pest Control Project, Annual Report. Balai Penelitian Kelapa, Manado, North Sulawesi. 69-78.

Zelazny B and Hosang MLA. 1991. Estimating defoliation of coconut palms by insect pest. Tropical Pest Management. 37(1): 63-65.

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR PUSTAKA Chilo suppressalis Sexava nubila Sexava coriacea Sexava nubila Sexava nubila Sexava nubila on Sexava

Gambar

Gambar 1. Perkembangan  persentase  mortalitas  nimfa  untuk  setiap  perlakuan  insektisida  Monosultap  400  SL  pada  1-10  hari  setelah  perlakuan
Gambar 2. Perkembangan  persentase  mortalitas  imago  untuk  setiap  perlakuan  insektisida  Monosultap  400  SL  pada  1-10  hari  setelah  perlakuan .

Referensi

Dokumen terkait

“Uji Efektifitas Insektisida Biologi terhadap Hama Penggerek Polong ( Maruca testulalis Geyer.) pada Tanaman Kacang Panjang di Lapangan”.. Di bawah bimbingan Yuswani

EFEKTIFITAS APLIKASI INSEKTISIDA ALFAMETRIN 15 g/l TERHADAP HAMA PENGGEREK POLONG ( Maruca testualis Geyer ) PADA TANAMAN KACANG HIJAU ( Phaseolus radiatus L ).

Skripsi berjudul : EFEKTIFITAS APLIKASI INSEKTISIDA ALFAMETRIN 15 g/l TERHADAP HAMA PENGGEREK POLONG ( Maruca testualis Geyer ) PADA TANAMAN KACANG HIJAU ( Phaseolus

Skripsi berjudul : EFEKTIFITAS APLIKASI INSEKTISIDA ALFAMETRIN 15 g/l TERHADAP HAMA PENGGEREK POLONG ( Maruca testualis Geyer ) PADA TANAMAN KACANG HIJAU ( Phaseolus

Pengaruh insektisida terhadap hama dan musuh alami tanaman cabai rawit , Metha Lestari Rafiyaningtyas, 081510501103.. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan insektisida biologi yang efektif terhadap hama penggerek polong pada tanaman kacang panjang di lapangan.. Hasil penelitian menunjukkan

Dosis subletal insektisida dapat menimbulkan resurjensi serangga melalui pengaruhnya terhadap peningkatan pertumbuhan dan kandungan nutrisi tanaman (sebagai pakan serangga hama)

Hasil pengkajian menunjukan bahwa Insektisida botani dapat disimpan selama 2 minggu pada suhu kamar dan cukup efektif mengendalikan serangan hama dengan tingkat