• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagaimana Membuat Film Dokumenter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bagaimana Membuat Film Dokumenter"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Bagaimana Membuat Film Dokumenter

Diposkan oleh KHOIRUL NASIHIN

oleh Jennifer Steinberg

Sebagai kurator sebuah festival film dokumenter, saya sering ditanya tentang bagaimana

seharusnya seseorang membuat atau memproduksi film dokumenter. Sekarang ini, dengan

peralatan yang murah, setiap orang dapat membuat film. Bisa saja benar demikian, namun,

seberapa baik hasilnya? Adakah yang bersedia membayar untuk menontonnya?

Berikut adalah beberapa langkah penting yang sangat mendasar dalam membuat film

dokumenter:

1) Pastikan bahwa kita mempunyai ide yang orisinil. Telusuri daftar-daftar film di festival

internasional (khususnya Hot Docs, Silver Docs, Full Frame dan festival film dokumenter

lainnya), Internet Movie Database, Indiewire dan wadah film-film lainnya, untuk memastikan

bahwa belum ada film dengan topik yang sama pernah dibuat. Hampir semua film yang dibuat

oleh para pemula dapat menarik perhatian para distributor film dari keikutsertaanya dalam

festival film. Programer festival biasanya hanya mempunyai sedikit tempat untuk film

dokumenter. Pastikan bahwa film kita berbeda dari yang lain. Film-film tentang 9/11, Iraq, dan

AIDS adalah film-film yang sudah sangat umum.

2) Baca. Jika belum pernah sama sekali membuat film maka kita harus banyak belajar. Jangan

membuat kesalahan-kesalahan yang tidak penting dan akhirnya membuang-buang uang.

Luangkan waktu untuk membaca atau mencari cara untuk mendapatkan masukan dari para

profesional.

3) Tonton. Carilah tempat-tempat di mana kita bisa menyewa atau menonton film-film

dokumenter. Jika menggunakan TV kabel, beberapa saluran (channel) juga dapat menjadi

sumber yang baik. Diskusikan film dokumenter favorit bersama teman yang juga menyukai film.

Catat hasil diskusi yang penting.

4) Riset. Kita harus tahu bagaimana caranya membuat si subyek benar-benar 'hidup' dalam film.

Pikirkan itu pada saat membuat treatment? hingga ke tampilannya. Pastikan kita sudah

(2)

mendapatkan kesediaan dari para nara sumber juga izin lokasi di mana kita akan merekam

gambar.

5) Jika hal-hal yang dibutuhkan sudah terkumpul, mulailah menulis treatment. Ikuti format yang

sudah ditetapkan dalam menulis treatment?. Cari buku panduan jika membutuhkan bantuan.

Ingatlah bahwa karya kita bermula dari treatment.

6) Hitung dan kumpulkan anggaran. Perkirakan berapa wawancara yang akan dilakukan dalam

pembuatan film ini, berapa hari yang diperlukan, berapa tim yang akan ikut dalam produksi ini

(penata suara, penata kamera, sutradara, editor), perlu tidaknya menyewa alat. Belakangan ini,

kebanyakan film dokumenter berformat DVD or DigiBeta. Jangan lupa, izin atau biaya hak cipta

dari musik yang akan kita pakai dapat menambah biaya yang cukup lumayan.

7) Tambahkan 30% di rencana anggaran kita, sebagai anggaran tidak terduga.

8) Cari investor atau pen-donor. Para pemula biasanya mengajak teman atau keluarganya untuk

ambil bagian dalam filmnya. Kita bisa mengajukan proposal ke bermacam-macam yayasan yang

memberikan bantuan dana bagi pembuatan film dokumenter. Pada umumnya kita harus

menunggu 3-6 bulan dari awal pengajuan proposal untuk mendapatkan jawabannya. Jangan

memaksakan diri meminjam uang atau menggunakan kartu kredit untuk membuat film.

9) Atau kita bisa juga mempresentasikan treatment kita ke stasiun-stasiun TV yang mempunyai

program dokumenter.

10) Produksi film.

11) Putar film kita di kalangan yang mengapresiasi film dokumenter atau kelompok-kelompok

yang merupakan target penonton film kita. Evaluasi film kita melalui angket yang disebarkan

saat itu, yaitu meminta penonton untuk menuliskan pendapat mereka tentang film kita. Apakah

mereka mengerti, bagaimana suasananya dan pertanyan-pertanyaan lain yang kita anggap

penting.

12) Tilik kembali evaluasi-evaluasi yang kita dapatkan dan kemudian pikirkan kembali apakah

ada yang perlu diubah atau ditambahkan.

13) Ajukan film kita ke festival-festival film yang ada. Bisa dimulai dari festival-festival lokal

(daerah) dan nasional.

Sumber : http://paradiza.blogspot.com/2010/03/bagaimana-membuat-film-dokumenter.html diakses tgl 3 maret 2011

PENYUTRADARAAN

(3)

Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Ibarat tubuh manusia, sutradara adalah otaknya, dan yang lain adalah seluruh anggota badan. Otak memerlukan anggota badan untuk mewujudkan gagasan, badan memerlukan otak untuk mengendalikan.

1. Tugas Sutradara

Menurut sutradara berbakat, Harry Suharyadi, tugas seorang sutradara adalah menerjemahkan atau menginterpretasikan sebuah skenario dalam bentuk

imaji/gambar hidup dan suara. Pada umumnya, seorang sutradara tidak merangkap sebagai produser, meskipun di Amerika cukup banyak sutradara yang merangkap produser seperti beberapa kali Kevin Costner merangkap sutradara sekaligus produser.

Pada umumnya, apa pun bentuk produksi audio visual selalu terbagi menjadi tiga tahap, yakni:

1) praproduksi,

2) produksi atau shooting, 3) pascaproduksi.

Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan mencegah sikap arogan dan tutuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabene merupakan tugas tim praproduksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pascaproduksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau enggel yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor.

2. Rumus 5-C

Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5 –C, yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar) (Hartoko 1997: 17). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnya nanti di lapangan.

Close Up

Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting

(4)

script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up, dia harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya. Gejolak emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam shot-shot close up. Bagi seorang kritikus film, sering unsur menjadi poin tersendiri ketika menilai sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus menjadi perhatian sutradara.

Camera Angle

Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle dan close up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot d a n close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan gambar dengan camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik dan memaksa penonton untuk mengikutinya terus.

Composition

Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan penilaian terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi pertaruhan mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton. Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional berdasarkan asas komposisi.

Cutting

Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor.

Continuity

Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar. Sejak awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita. Sering penonton merasa film yang ditontonnya loncat ke sana atau ke mari tidak karuan sehingga membuat bingung. Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan aspek kontinuitas dari film yang

(5)

digarapnya.

3. Unsur Visual (visual element)

Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual (visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, sikap pose (posture), gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang (eye contact) (Hartoko, 1997:25).

Sikap/Pose

Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda buat, hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Sebelum pose sesuai dengan tuntutan skenario usahakan sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah main sama sekali (tetapi gratis).

Gerakan Anggota Badan

Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan

kejanggalan.

Perpindahan Tempat

Seorang Sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan

pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Perpindahan pemain harus alami sesuai dengan jalan cerita yang telah tersusun. Improvisasi bagi pemain memang tidak jadi masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraannya dan juga sering memberikan penilaian terhadap akting pemain dalam sebuah film dapat memperkaya kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tantangan bagi pustakawan PUGB dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses pengujian kendaraan bermotor dalam pelaksanaanya dipahami telah efektif dilaksanakan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui kondisi perusahaan perkebunan teh Kemuning pada masa revolusi sosial di Surakarta tahun 1945-1946.. Penelitian ini menggunakan

Dalam mengimplementasikan metode Simple Additive Weighting dalam menentukan penilaian penginapan dikota Subang ini maka hal pertama yang harus dilakukan yaitu menghitung bobot

Tanah vertisol dan mineral zeolit yang memiliki kelengasan sesuai dengan ekologi nematoda entomopatogen Steinernema carpocapsae sehingga dapat hidup pada jangka

Beberapa kendala dalam upaya peningkatan investasi di Kabupaten Lebak antara lain masih lemahnya sistem dan manajemen transportasi, lemahnya perlindungan terhadap tenaga

Dari jurnal penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purnami dkk dengan judul penelitian Pengaruh kompensasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada UD Mente

Padahal syarat untuk dapat menghisap menurut Shelley adalah adanya penutupan celah bibir dan langit-langit oleh prosthetic feeding aids sehingga bayi dapat menekan dot botol