• Tidak ada hasil yang ditemukan

Djohan, Robby Leaders and Social Capital: Lead to Togetherness. Jakarta: FUND ASIA EDUCATION. Hamzah Faktor-faktor yang mempengaruhi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Djohan, Robby Leaders and Social Capital: Lead to Togetherness. Jakarta: FUND ASIA EDUCATION. Hamzah Faktor-faktor yang mempengaruhi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

dikarenakan tahapan pengambilan keputusan merupakan tahapan penting dalam keberhasilan program. Sementara itu, kemandirian dalam hal manajemen dan pengembangan modal swadaya masyarakat perlu ditingkatkan agar terjadi keberlanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas (Dari Pemikiran Menuju Penerapan). Jakarta: FISIP UI PRESS.

Alfiasari. 2004. Analisis Modal Sosial pada Kelompok Usaha Berbasis Komunitas. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

(2)

Djohan, Robby. 2007. Leaders and Social Capital: Lead to Togetherness. Jakarta: FUND ASIA EDUCATION.

Hamzah. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anggota kelompok pada program pemberdayaan masyarakat mandiri di Desa Rancabuluh dan Legok Kecamatan Kemiri Kabupaten Tangerang. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Http://www.indonesiaontime.comatauekonomidanbisnisataumakroatau39makroat au3005-tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009).

Kusmuljono. 2009. Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha. Bogor: IPB Press Makmur, Setia. 2005. Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan

Prasarana Pedesaan (P2D). Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Modul Khusus Komunitas (Relawan/BKM/Lurah/UP). Mengembangkan dan memelihara KSM. PNPM Mandiri Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Modul Khusus Komunitas (Unit Pengelola Lingkungan). Operasionalisasi dan Pemeliharaan (O&P) Prasarana Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Informasi dasar untuk masyarakat umum. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Bogor (tidak dipublikasikan).

Sitorus, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif “Suatu Perkenalan”. Kelompok dokumentasi Ilmu-Ilmu Sosial untuk laboratorium Sosiologi, Antropologi dan Kependudukan Jurusan Ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.

Wahyuni, Ekawati Sri. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(3)

Wahyuni, Ekawati Sri dan Pudji Mulyono. 2007. Bahan Kuliah Metode Penelitian Sosial. Bogor: Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Jakarta: PT. Refika Aditama.

Sumodiningrat, Gunawan. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa: Menanggulangi Kemiskinan dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Suyono, Haryono. 2006. Pemberdayaan Masyarakat: mengantar manusia mandiri, demokratis, dan berbudaya. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Yufridawati. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Lokal dan Pengembangan Jaringan Pendidikan dalam Pengelolaan Pendidikan Sekolah. Tesis. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Tim koordinasi penanggulangan kemiskinan republik Indonesia (TKPKRI). 2008. Memahami Kebijakan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Perluasan Kesempatan Kerja. Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Zulkarnain, Muhammad. 2002. Hubungan karakteristik anggota kelompok masyarakat dengan keterlibatannya dalam jaringan komunikasi pembinaan teknis serta partisipasi dalam program industri tepung tapioka rakyat (ITTARA) di Lampung Tengah. Tesis. Program PascaSarjana Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 1

PANDUAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI DAN SUBYEK KASUS

Analisis Peranan Modal Sosial

dalam Pemberdayaan Kelompok Swadaya Masyarakat Petunjuk:

(4)

 Panduan wawancara “Analisis Peranan Modal Sosial dalam Pemberdayaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)” dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai karakteristik serta kelembagaan KSM. Disamping itu juga mengkaji modal sosial diantara pelaku-pelaku program serta upaya pemberdayaan terhadap KSM.

 Teknik utama pengumpulan data meliputi: (a) wawancara dengan informan utama (fasilitator kelurahan), (b) penelusuran dokumenatau arsip dan literatur yang terkait.

 Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara mendalam dan bersifat informal dengan menerapkan pinsip penggalian informasi (probing).  Informan utama atau informan kunci adalah fasilitator kelurahan.

Disamping itu terdapat informan-informan lainnya seperti BKM dan Relawan.

 Subyek kasus adalah pengurus Kelompok Swadaya Masyarakat

 Karakteristik dan upaya pemberdayaan KSM (ditujukan kepada pengurus KSM)

1. Apakah yang melatarbelakangi dibentuknya KSM?

2. Bagaimanakah sejarah KSM dari awal terbentuk hingga saat ini?

3. Secara umum, seperti apakah karakteristik anggota KSM di Kelurahan Situ Gede ini?

4. Bagaimana proses terbentuknya kelembagaan KSM? Apakah dalam proses pembentukkannya diadakan suatu pertemuan khusus?

5. Bagaimanakah kriteria atau syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota KSM?

6. Apakah KSM yang sudah terbentuk diberikan pelatihan-pelatihan?

7. Bagaimana proses atau upaya pemberdayaan KSM melalui program RTLH ini? Dilihat dari perekrutannya sampai pendampingan?

8. Bagaimanakah peran anda dalam pemberdayaan masyarakat melalui program RTLH ini?

(5)

9. Menurut anda bagaimanakah peran KSM dalam setiap pelaksanaan kegiatan dalam program RTLH?

 Karakteristik dan upaya pemberdayaan KSM (ditujukan kepada subyek kasus) 1. Dapatkah anda menceritakan keadaan sosial ekonomi anda?

2. Apakah anda mengetahui peran anda dalam setiap pelaksanaan program RTLH?

3. Mengapa anda tertarik untuk ikut bergabung ke dalam komunitas kelompok swadaya masyarakat (KSM)?

4. Bagaimanakah proses pembentukkan KSM oleh BKM?

5. Hal-hal apa saja yang anda dapatkan selama menjadi anggota KSM? 6. Apakah program renovasi RTLH menurut anda memberikan manfaat

bagi anda selaku pelaksana program? 7. Bagaimanakah struktur organisasi KSM?

8. Apakah anda terlibat di setiap kegiatan program renovasi RTLH? 9. Seperti apakah bentuk keterlibatan anda selaku anggota KSM dalam

program renovasi RTLH?

10. Bagaimanakah upaya pemberdayaan KSM dilihat dari perekrutannya sampai pendampingan oleh Faskel maupun tim Relawan?

 Mengkaji modal sosial antar anggota KSM

1. Menurut anda sebagai anggota KSM, apakah dalam pelaksanaan program renovasi RTLH tersebut, BKM, Fasilitator Kelurahan, Relawan serta KSM saling memiliki kepercayaan satu sama lain? 2. Bagaimanakah bentuk kepercayaan yang dijalankan antar anggota

KSM dalam pelaksanaan program RTLH?

3. Seperti apakah bentuk nilai dan norma masyarakat setempat?

4. Apakah dalam pelaksanaan program renovasi RTLH, antar anggota KSM menjalankan nilai dan norma sesuai dengan adat istiadat masyarakat setempat?

5. Menurut anda, bagaimanakah peran anggota-anggota KSM dalam pelaksanaan program renovasi RTLH?

(6)

6. Bagaimanakah bentuk kerjasama yang terbentuk antara anggota KSM dalam pelaksanaan program renovasi RTLH?

7. Apakah program renovasi RTLH ini sudah dapat mewujudkan partisipasi dan kemandirian, khususnya bagi anggota KSM?

8. Seperti apakah bentuk partisipasi anggota KSM dalam program renovasi RTLH?

9. Seperti apakah bentuk kemandirian anggota KSM dalam program renovasi RTLH?

 Mengkaji modal sosial antar anggota KSM dan pihak-pihak lain (BKM atau Relawan atau Faskel)

1. Bagaimanakah peran anda selaku FaskelatauBKMatauRelawan dalam program renovasi RTLH?

2. Menurut anda, apakah dalam pelaksanaan program renovasi RTLH tersebut, BKM, Fasilitator Kelurahan, Relawan serta KSM saling memiliki kepercayaan satu sama lain?

3. Bagaimanakah bentuk kepercayaan yang dijalankan antar pihak-pihak yang terlibat tersebut dalam pelaksanaan program RTLH?

4. Seperti apakah bentuk nilai dan norma yang ada dalam pelaksanaan program RTLH?

5. Menurut anda, bagaimanakah peran masing-masing pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program renovasi RTLH?

6. Bagaimanakah bentuk kerjasama yang terbentuk antara anggota KSM dengan BKM, Faskel, serta Relawan dalam pelaksanaan program renovasi RTLH?

 Mengkaji modal sosial antar anggota KSM dan pihak-pihak lain (BKM atau Relawan atau Faskel)

1. Bagaimana peran anda selaku BKM/Faskel/Relawan dalam upaya pemberdayaan anggota KSM melalui program RTLH?

(7)

3. Bagaimanakah pelaksanaan program RTLH sejauh ini?

4. Bagaimanakah proses pendampingan yang dilakukan oleh BKMatauFaskelatauRelawan dalam pelaksanaan program RTLH?

5. Apakah program renovasi RTLH ini sudah dapat mewujudkan partisipasi dan kemandirian, khususnya bagi anggota KSM?

6. Seperti apakah bentuk partisipasi anggota KSM dalam program renovasi RTLH?

7. Seperti apakah bentuk kemandirian anggota KSM dalam program renovasi RTLH?

(8)

Lampiran 2

Rencana Kegiatan Penelitian

Kegiatan Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I. Proposal dan Kolokium

1. Penyusunan draft dan revisi 2. Konsultasi proposal

3. Kolokium

II. Studi Lapangan

1. Pengumpulan data 2. Analisis data

III. Penulisan Laporan

1. Analisis lanjutan

2. Penyusunan draft dan revisi 3. Konsultasi laporan

IV. Ujian Skripsi

1. Ujian

(9)

Lampiran 3

Hasil Reduksi Data Kualitatif

Tempat: Sekretariat Fasilitator Kelurahan Tim1 Narasumber: Pak AS (Faskel)

Relawan kelurahan Situ Gede merupakan bapak atau ibu-ibu (masyarakat) yang umumnya memiliki kepentingan di kelurahan maupun kepentingan terhadap program-program kelurahan. Hal tersebut dijelaskan secara rinci oleh bapak AS sebagai berikut:

“….Relawan itu merupakan masyarakat asli Kelurahan Situ Gede. Tidak ada yang berasal dari luar, dan umumnya memiliki kepentingan terhadap berbagai program kelurahan, misalnya ibu-ibu kader PKK, Karang Taruna, dan perkumpulan-perkumpulan seperti perkumpulan pengajian maupun pemuda-pemudi.”

Relawan Kelurahan Situ Gede merupakan salah satu relawan dengan jumlah terbanyak di Kota Bogor, yaitu mencapai 40 orang. Jumlah tersebut dapat dikatakan besar, mengingat jumlah relawan dari kelurahan lain tidak lebih dari 10 orang saja. Akan tetapi berdasarkan peraturan PNPM Mandiri Perkotaan, jumlah relawan dibatasi hanya 25 orang saja. Hal tersebut disesuaikan dengan anggaran yang diterima dari pusat bila ada kegiatan khusus relawan seperti adanya pelatihan relawan.

“…. Mengenai peran relawan, relawan di Kelurahan Situ Gede bisa dikatakan paling aktif di Tim 1 (Kelurahan Bogor Barat). Alasan mereka tergabung ke dalam komunitas relawan semata-mata karena kepedulian mereka yang besar terhadap pembangunan kelurahannya serta eksistensinya di masyarakat.”

“…Karena banyaknya jumlah relawan yang aktif, kami selaku fasilitator kelurahan kadangkala mengalami kendala karena setiap pertemuan atau pelatihan khusus relawan selalu dihadiri secara aktif oleh relawan, sehingga dengan dana dan tempat yang terbatas harus disesuaikan.”

Relawan di Kelurahan Situ Gede sudah sangat teruji. Hal tersebut terbukti dari adanya keterlibatan aktif relawan di setiap kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan meskipun tidak mendapatkan biaya operasional (BOP) atau dengan kata lain bekerja secara sukarela. Relawan Kelurahan Situ Gede dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik dengan kepedulian terhadap wilayahnya yang besar.

“…. Peran relawan terlihat pada saat identifikasi kebutuhan masyarakat, pembentukkan KSM, sampai dengan review atau monitoring dan

(10)

evaluasi (monev). Review tersebut meliputi review program dan kelembagaan.”

Faskel bukan merupakan masyarakat Situ Gede. Faskel dibentuk oleh Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) di tingkat provinsi Jawa Barat. Faskel akan memfasilitasi dibentukknya Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). BKM merupakan lembaga yang membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Pembentukan BKM sendiri memerlukan waktu yang cukup lama, mengingat pembentukannya dimulai dari tingkat basis, yaitu RT.

“…. BKM dipilih langsung oleh masyarakat melalui pemilu BKM yang diadakan tiga tahun sekali. Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi BKM, hanya yang terpenting memiliki jiwa sosial yang tinggi terhadap pembangunan wilayahnya, jujur, dan dapat dipercaya.”

“…. BKM dibentuk dari tingkatan basis, yaitu RT dan RW. Masing-masing RT dan RW mengirimkan perwakilannya. Kemudian perwakilan tersebut akan diseleksi kembali di tingkat kelurahan. Koordinator dan pimpinan kolektif BKM dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat sendiri.”

KSM dibentuk oleh BKM, dimana BKM berkoordinasi dengan UP untuk menentukkan siapa yang dapat dipercaya untuk melaksanakan program. Pemilihan pengurus dan anggota KSM ditentukan melalui suatu forum BKM dan UP. Selain itu juga ada pembagian tugas yang nyata, dimana KSM yang terbentuk terdiri dari pengurus, tim pelaksana kegiatan, tim monitoring dan evaluasi partisipatif serta tim operasi dan pemeliharaan.

“…. Pemilihan pengurus dan anggota KSM umumnya diutamakan yang memiliki keahlian atau kemampuan di bidangnya, disesuaikan dengan Berita Acara Penentuan Prioritas Usulan Kegiatan (BAPPUK) oleh BKM. Misal program RTLH, KSM dikhususkan memiliki keahlian dalam pembangunan prasarana atau bangunan.”

Pelaksanaan setiap program dan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan tidak terlepas dari adanya komunitas belajar kelurahan (KBK). KBK merupakan suatu forum dimana KSM, BKM, maupun relawan secara bersama-sama “sharing” mengenai setiap permasalahan atau kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Siklus PNPM-MP dimulai pada tahapan sosialisasi. Pada tahapan tersebut juga diumumkan penerimaan relawan sebagai perpanjangan

(11)

tangan dari faskel untuk ikut memfasilitasi berjalannya program. Pernyataan Pak AS sebagai berikut:

“….sosialisasi awal dilakukan kepada masyarakat melalui pemerintah desa atau kelurahan. Kemudian diadakan pertemuan yang disebut RKM atau Rembuk Kesiapan Masyarakat. Dalam RKM, masyarakat akan diberikan pilihan untuk menolak atau menerima program.”

“….pada tahapan sosialisasi program, diumumkan pula penerimaan relawan sebagai perpanjangan tangan dari faskel untuk ikut memfasilitasi berjalannya program.”

“….RKM difasilitasi oleh faskel. dihadiri oleh pihak desa atau kelurahan dan masyarakatn yang diwakilkan oleh tokoh masyarakat, para pemuda, ibu kader, dan sebagainya.”

Melalui kegiatan RKM ini, akan dibahas pengenalan program kepada masyarakat mengenai tata aturan, pencairan dana, dan lain sebagainya. Selain itu juga dibentuk relawan masyarakat yang akan memfasilitasi siklus program lainnya. tahapan selanjutnya yaitu Refleksi Kemiskinan (RK).

“….melalui RK ini, pihak kelurahan, faskel, relawan, serta masyarakat yang diwakilkan oleh tokoh masyarakat, pemuda, maupun ibu kader menyepakati kriteria kemiskinan. RK ini juga di fasilitasi oleh relawan.”

Relawan kemudian melakukan pendataan terhadap Kepala Keluarga (KK) miskin setelah disepakati kriteria kemiskinan. Setiap tahapan pelaksanaan kegiatan perlu adanya dukungan modal sosial, diantaranya adalah kepercayaan, norma sosial, serta jaringan sosial. Di awal pelaksanaan program masih ada kecurigaan terhadap KSM sebagai pelaksana program, seperti pernyataan berikut:

“….setelah menyepakati kriteria kemiskinan, kemudian relawan melakukan pendataan terhadap KK miskin.”

“….saya merasa sepertinya KSM di Kelurahan Situ Gede itu ditunggangi oleh BKMnya. Jadi seperti ada kepentingan-kepentingan terselubung di dalamnya. Tidak murni kepentingan dari KSM nya sendiri.”

Namun saat ini kepercayaan antara faskel dan KSM semakin terjalin dengan baik. tidak ada lagi prasangka maupun kecurigaan. Hal tersebut dikarenakan faskel percaya bahwa KSM merupakan kumpulan orang-orang yang peduli dengan lingkungan tempat tinggalnya.

“….faskel memiliki kepercayaan terhadap KSM dalam hal penyusunan dan pelaksanaan program. Faskel mempercayai kinerja yang dilakukan

(12)

oleh KSM akan baik dan berjalan lancar karena anggota-anggota KSM merupakan individu-individu yang dengan sukarela ingin membantu dan membangun kelurahannya kearah yang lebih baik.”

“….selama ini, dalam penyusunan proposal kegiatan sampai dengan pelaksanaan program tidak ditemukan kendala-kendala yang cukup berarti yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan PNPM.”

KSM Kelurahan Situ Gede dibentuk oleh BKM. Tidak ada kriteria yang diwajibkan untuk menjadi anggota KSM. Namun umumnya disesuaikan dengan jenis kegiatannya. Setiap anggota menerapkan nilai-nilai luhur kemanusiaan (N2LK). Seperti yang diungkapkan berikut ini:

“….setiap anggota KSM menjunjung nilai-nilai luhur kemanusiaan (N2LK) yang ada. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah jujur, adil, amanah, bersifat sosial dan sukarela. Demikian pula untuk kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan PNPM.”

Kerjasama yang baik ditunjukan dalam setiap tahapan pelaksanaan program. Keswadayaan masyarakat adalah salah satu diantaranya, seperti pernyataan berikut ini:

“….sebagai contoh yaitu dalam kegiatan renovasi RTLH, dimana dana maksimal yang akan didapatkan penerima manfaat adalah delapan juta rupiah. Akan tetapi apabila pada kenyataannya biaya renovasi melebihi anggaran maka KSM harus bersedia untuk menswadayakan masyarakat lainnya untuk menutupi kekurangan dana yang ada agar kegiatan dapat selesai tepat pada waktunya.”

Tim Fasilitator Kelurahan Situ Gede terdiri dari 5 orang dengan spesifikasi tugas yang berbeda. Failitator kelurahan tersebut terdiri dari satu orang koordinator tim, seorang fasilitator pemberdayaan masyarakat, 2 orang fasilitator infrastruktur, serta seorang fasilitator ekonomi. Adapun menurut Pak AS, spesifikasi tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Koordinator Tim

Bertugas untuk mengkoordinasikan semua tugas dan kewajiban fasilitator serta melaporkannya ke tingkat kota (koordinator kota). Umumnya koordinator tim melaporkan setiap satu bulan sekali atau sesuai dengan kondisi di lapangan.

2. Fasilitator pemberdayaan masyarakat.

Memfasilitasi tahapan siklus koordinasi program sampai dengan pelaksanaan penyusunan proposal.

(13)

3. Fasilitator infrastruktur

Memfasilitasi kelompok swadaya masyarakat di dalam penyusunan proposal sampai dengan pelaksanaan kegiatan PNPM di bidang infrastruktur, seperti renovasi rumah tidak layak huni (RTLH), pengaspalan jalan, serta pembuatan drainase.

4. Fasilitator ekonomi

Memfasilitasi kelompok swadaya masyarakat di dalam penyusunan proposal sampai dengan pelaksanaan kegiatan PNPM di bidang ekonomi. Namun karena di Kelurahan Situ Gede tidak ada kegiatan ekonomi yang sesuai untuk didanai oleh PNPM, sehingga fasilitator ekonomi digantikan dengan fasilitator sosial. Fasilitator sosial akan memfasilitasi kelompok swadaya masyarakat dalam kegiatan sosial, seperti renovasi posyandu, pembelian keperluan untuk sekolah dan perlengkapan posyandu.

Fasilitator kelurahan memiliki kepercayan terhadap pelaku-pelaku kegiatan, baik itu kepada kelompok swadaya masyarakat, badan keswadayaan masyarakat, dan relawan. Fasilitator kelurahan juga memiliki kepercayaan terhadap Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).

“….bentuk kepercayaan kepada BKM yaitu dalam hal BKM yang terpilih yang dibentuk oleh masyarakat merupakan orang-orang terbaik yang diharapkan mampu untuk meimpin dan membangun kelurahannya melalui berbagai kegiatan PNPM. BKM yang terbentuk merupakan anggota masyarakat setempat yang menjunjung N2LK di setiap kegiatan.”

“….Kepercayaan faskel terhadap relawan dapat dikatakan cukup tinggi. Faskel percaya terhadap kinerja relawan yang dengan sukarela membantu tugas faskel. Tugas tersebut meliputi pendataan terhadap warga miskin di Kelurahan Situ Gede agar setiap kegiatan PNPM MP tepat sasaran bagi yang benar-benar membutuhkan. Bentuk kerjasama lainnya yaitu dalam hal sosialisasi serta koordinasi serta pelaksanaan kegiatan dengan pihak kelurahan dan BKM, seperti penyediaan surat undangan dan MC untuk acara.”

Penyusunan proposal oleh KSM akan disahkan dan dibuatkan berita acara administrasi. Relawan juga membantu tim monitoring dan evaluasi BKM di setiap pelaksanaan program. Sedangkan partisipasi KSM terlihat dalam penentuan proposal, pembelian barang, pengepakkan, pendistribusian, memberikan laporan,

(14)

dan meminta bimbingan. Selain itu juga di setiap pertemuan kegiatan rutin terlihat partisipasi aktif dari para peserta (KSM) yang berani mengajukan pertanyaan kepada BKM apabila ada hal yang tidak maupun kurang dimengerti oleh anggota KSM. Seperti yang diungkapkan sebagai berikut:

“….tim faskel sering kerjasama dengan KSM. Apalagi kalau mau nyusun proposal, pasti kita fasilitasi. Dalam pelaksanaan kegiatannya pun kita dampingi. Sebisa mungkin kita mengupayakan hubungan yang setara sama KSM nya.”

“….jika ada kendala atau permasalahan di lapangan, biasanya KSM melaporkan terlebih dahulu ke BKM nya. Baru dari BKM memfasilitasi ke tim faskelnya. Ini juga untuk melatih KSM dalam berorganisasi. Akan tetapi jika ada hal-hal yang mendesak dan harus cepat diselesaikan, KSM bisa langsung berkordinasi dengan tim faskel.”

(15)

Hasil Reduksi Data Kualitatif

Tempat: Sekretariat Fasilitator Kelurahan Tim1 Narasumber: Pak RD (Faskel)

Pertemuan BKM tim 1 dengan peserta antara lain perwakilan dari BKM Kelurahan Situ Gede, Margajaya, Bubulak, Curug Mekar, Cilendek Timur, Cilendek Barat, Balumbang Jaya, dan Curug. Materi yang disampaikan dalam pertemuan meliputi penjelasan mengenai pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), Lokakarya PJM, Tinjauan Partisipatif, Base Line atau penilaian kinerja BKM, Pemilu BKM, dan Pelatihan dasar BKM dan UP.

Pengaksesan dana BLM 50% diperkirakan bulan Juni dan pemanfaatannya maksimal sampai dengan bulan Juli 2010. Lokakarya PJM bagi kelurahan yang belum mengadakan lokakarya. Tinjauan partisipatif direncanakan akan dilakukan pada bulan September di setiap kelurahan. Tinjauan partisipatif meliputi kegiatan review program, kelembagaan, maupun keuangan. Dalam kegiatan tinjauan partisipatif akan dilibatkan relawanataukader serta BKM dan KSM.

Base line BKM yaitu penilaian kinerja BKM selama satu tahun kepengurusan, apakah BKM masing-masing kelurahan dapat dikatakan tidak berdayaatauberdayaataumandiriataumadani berdasarkan kriteria tertentu yang dibuat langsung oleh pusat. Penilaian tersebut akan dilangsungkan dalam bulan Juni. Penilaian yang dilakukan yaitu berupa kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang memiliki score tertentu. Penilaian akan dilakukan oleh fasilitator kelurahan.

Pelatihan dasar (Pelatihan Dasar) masyarakat merupakan pelatihan oleh tim faskel yang diperuntukkan bagi BKM, UP, KSM dan Relawan. Umumnya pelatdas akan dipandu oleh Dinas Cipta Karya dan Koordinator Kota. Pelatdas akan berlangsung dalam bulan Juni 2010. Selain itu, diinformasikan pula mengenai keharusan BKM masing-masing kelurahan untuk membuat berita acara setiap kegiatan PNPM MP. Informasi yang disampaikan terkait dengan program dan pelaksanaan kegiatan dan dilakukan maksimal tanggal 5 setiap bulannya terhitung bulan Juni 2010. Pemilu BKM diperuntukkan bagi kelurahan yang belum mengadakan pemilu. Dilakukan sebulan sebelum masa akhiratau masa bakti jabatan dan diperkirakan bulan Juli dapat selesai.

(16)

Pertemuan ini juga menginformasikan kepada BKM dimana seluruh kegiatan PNPM-MP akan selesai di tahun 2015. Pernyataan Pak RD sebagai berikut:

“….PNPM-MP selesai di tahun 2015. Jadi tidak ada lagi BLM. Diharapkan setelah berakhirnya program tersebut, masyarakat semakin mandiri. jika masyarakat ingin ada proyek pembangunan dan sebagainya setelah tahun 2015, mereka harus mengusahakan dana dari luar, seperti pemerintah kota atau mungkin dengan menjalin kerja sama dengan link atau jaringan yang masyarakat punya.”

(17)

Hasil Reduksi Data Kualitatif Tempat: Kelurahan Situ Gede

Narasumber: Bapak UT dan SA (BKM)

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kelurahan Situ Gede merupakan kelompok yang di bentuk untuk melaksanakan setiap kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. KSM Lingkungan di Kelurahan Situ Gede untuk pencairan dana dari tahun 2008-2010 berjumlah 4 KSM. Adapun nama KSM khusus program RTLH tersebut adalah Rubah I, Rubah II, Rubah III, dan Rubah IV.

Sosialisasi program dilakukan pada tahapan pertama dan merupakan tahapan yang cukup penting. Sosialisasi dilakukan oleh tim faskel kepada pihak kelurahan. Kemudian disampaikan kepada masyarakat melalui tokoh masyarakat setempat seperti ketua RTatau RW. Seperti pernyataan Pak SA sebagai berikut:

“….di awal program ini masuk ke kelurahan, faskel sosialisasi ke masyarakat melalui aparatur kelurahan kemudian disampaikan kepada RW dan RT di seluruh wilayah kelurahan Situ Gede.”

“….masyarakat ikut berpartisipasi sebagai KSM umumnya timbul dari hati nurani. Karena mereka bekerjanya cukup berat, maka dibantu oleh para pimpinan kolektif BKM beserta UP-UP nya. Istilahnya, mereka pegang uang banyak, terus yang mengerjakan pembangunan juga. Kalo BKM kan cuma sebagai transit aja.”

KSM dibentuk dan di sahkan oleh BKM. BKM dibentuk oleh masyarakat setempat melalui proses pencalonan di tingkat terkecil, yaitu RT kemudian berlanjut di tingkat RW dan akhirnya pada tingkat kelurahan. Pemilihan koordinator BKM beserta pimpinan kolektif BKM umumnya dilakukan dengan mengadakan suatu pertemuan yang diadakan di kelurahan dengan peserta adalah anggota masyarakat, pemuda, relawan, pihak kelurahan dan tokoh masyarakat. Pertemuan tersebut menghasilkan struktur organisasi BKM yang baru. Seperti pernyataan Pak UT sebagai berikut:

“….perwakilan RT maupun RW tersebut kemudian diseleksi oleh pihak kelurahan dan perwakilan masyarakat melalui presentasi visi dan misi masing-masing calon sehingga terpilihlah satu orang koordinator. Koordinator inilah yang kemudian menentukan siapa-siapa yang menduduki jabatan sebagai pimpinan kolektif. Tentunya melalui persetujuan masyarakat lainnya.”

(18)

Awal pembentukkan KSM adalah adanya proses perekrutan dimana anggota masyarakat yang berminat dan berniat secara sukarela untuk tergabung ke dalam komunitas KSM mendaftarkan dirinya ke kelurahan melalui Unit Pengelola (UP) di kelurahan. Daftar calon-calon anggota KSM baru, akan di rembukan oleh BKM dan nantinya akan dibentuk struktur organisasi dan pembagian tugasnya di dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Seperti pernyataan Pak UT sebagai berikut:

“….anggota masyarakat yang berminat tergabung ke dalam KSM mendaftarkan dirinya melalui UP. Misalnya KSM program RTLH mendaftarkan dirinya melalui UP lingkungan (UPL).”

Adapun pembagian tugasnya meliputi pengurus KSM yang terdiri dari tiga orang, tim pelaksana, tim monitoring dan evaluasi partisipatif serta tim operasi dan pemeliharaan. Seperti pernyataan Pak UT sebagai berikut:

“…BKM yang menentukan siapa-siapa pengurus KSM, termasuk tugas dan kewajibannya, tentunya melalui persetujuan KSM tersebut. Biasanya BKM mengadakan rapat atau pertemuan yang membicarakan tentang keorganisasian KSM. Kita percaya KSM merupakan orang-orang terpilih yang dengan sukarela ingin membangun kelurahannya.” “….misal dalam program RTLH, kita memilihkan orang-orang yang memang memiliki kemampuan di bidang infrastruktur. Jadi kerjanya bisa saling membantu satu sama lain.”

Pernyataan Pak UT tersebut ditegaskan kembali oleh Pak SA selaku koordinator BKM Kelurahan Situ Gede sebagai berikut:

“….masyarakat ikut berpartisipasi sebagai KSM umumnya timbul dari hati nurani. Karena mereka bekerjanya cukup berat, maka dibantu oleh para pimpinan kolektif BKM beserta UP. Istilahnya, mereka pegang uang banyak terus yang mengerjakan pembangunan juga. Kalo BKM kan Cuma sebagai transit aja.”

“….KSM Situ Gede belum bisa dibilang mandiri. masih banyak kekurangannya untuk bisa dibilang mandiri. Tapi kita semua udah usaha kesana. Biar KSM mandiri perlu juga ada kerjasama yang lebih erat dengan masyarakatnya.”

Pelaksanaan setiap kegiatan perlu mendapat dukungan dari semua pihak, tak terkecuali pihak kelurahan serta masyarakat itu sendiri sebagai subyek pembangunan. Awal pelaksanaan program diawali dengan kegiatan yang disebut dengan RKM atau Rembuk Kesiapan Masyarakat.

(19)

“….pihak kelurahan beserta masyarakat diawalnya sama-sama berpartisipasi dalam suatu pertemuan yang namanya RKM. Disitu kita musyawarahin untuk nerima atau nolak program.”

“….setelah RKM kita juga ada kegiatan yang namanya RK atau Refleksi Kemiskinan. Disitu kita musyawarahin kriteria kemiskinan itu seperti apa.”

Kegiatan selanjutnya yaitu penyusunan PJM atau Program Jangka Menengah. Berdasarkan PJM yang telah disusun BKM dengan rembukkan dengan masyarakat lainnya termasuk relawan. Diketahui bahwa program yang dibutuhkan warga didominasi oleh program renovasi RTLH. Program tersebut dibutuhkan karena warga Kelurahan Situ Gede banyak yang termasuk warga miskin. Seperti pernyataan Pak SA sebagai berikut:

“….PJM disusun oleh BKM untuk tiga tahun kedepan, sesuai dengan masa jabatan BKM. Akan tetapi setiap tahunnya direvisi. Ibaratnya, kan kita udah melaksanakan program. Gak mungkin kan kalau PJM nya tetap atau justru bertambah. Pasti berkurang karena ada kegiatan yang udah terlaksana di tahun sebelumnya.”

(20)

Hasil Reduksi Data Kualitatif Tempat: Danau Situ Gede

Narasumber: Bapak MY, MR, EM, EL, SR (KSM)

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan salah satu program yang digalakkan oleh pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kelompok. KSM Kelurahan Situ Gede menyadari betul telah diberdayakan melalui program ini. Mereka yang ingin tergabung dan berpartisipasi dalam komunitas tersebut mendaftarkan diri ke kelurahan menemui Unit Pengelola (UP). Seperti yang diungkapkan oleh Pak EL sebagai berikut:

“….setelah ada sosialisasi dari pendampingataufasilitator dan pihak kelurahan. Masyarakat yang ingin mendaftar, langsung datang ke kelurahan menemui UP. Untuk struktur dan pembagian tugasnya ditetapkan oleh BKM dan UP melalui pertemuan yang dihadiri pula oleh KSM.”

Mereka yang tergabung ke dalam komunitas kelompok umumnya sudah saling kenal karena adanya hubungan pertemanan yang terjalin, jauh sebelum program ini masuk dan diterima oleh masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EL dan Pak MR sebagai berikut:

“….disini mah kita tetangga semua. Meski awalnya gak terlalu akrab, tapi sekarang mah udah pada kenal semua mba. Pengurus KSM yang disini aja ada yang dari RW 06, RW 09, sama RW 04.”

“….sebelum PNPM masuk, kita semua sudah saling kenal. Nah, sekarang kerja sama bareng, jadi semakin akrab. Udah kaya keluarga sendiri aja mba. Hubungan internal kita selama ini baik-baik aja. Itu yang buat kerja kita juga jadi semangat.”

Pelaksanaan PNPM-MP oleh KSM Rubah di Kelurahan Situ Gede dapat dikatakan sudah baik. Anggota KSM berjumlah antara 10-15 orang. Anggota KSM mengetahui fungsi dan peranannya masing-masing dalam kepengurusan. Seperti apa yang diungkapkan oleh pak MR sebagai berikut:

“….KSM punya kepengurusan. Ada pengurus inti yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Terus juga ada tim monitoring dan evaluasi partisipatif, tim pelaksana, dan tim operasi dan pemeliharaan. Biasanya sih jumlah anggotanya antara 10-15 orang.”

(21)

KSM diatur oleh suatu aturan tertulis. Peraturan ini menyangkut hak dan kewajiban dari masing-masing anggota KSM. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EL dan Pak MY sebagai berikut:

“….KSM punya aturan tertulis yang menyangkut hak dan kewajiban masing-masing anggota KSM.”

“….KSM punya tata aturan tertulis. Aturan-aturan itu terkait dengan ADatauART dan program kerja. Terus juga mengatur hak dan kewajiban seluruh anggota KSM.”

KSM bekerja sama dengan pihak-pihak lain dalam pelaksanaan program, baik dengan BKM, Relawan maupun Tim Faskelnya. Setiap tahapan atau siklus PNPM-MP, mereka merencanakan dengan baik setiap kegiatan. Mereka pun melakukan survey langsung ke lapang. Seperti pernyataan Pak MR sebagai berikut:

“….proposal disusun oleh seluruh anggota KSM. Makanya perincian anggaran dana juga disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Jadi kita sering survey tempat sama-sama.”

“….dalam tahapan perencanaan, kita difasilitasi oleh BKM dan faskel dalam menyusun proposal. sebelumnya kita harus survei untuk dapat mengetahui apa-apa saja yang akan dibutuhin.”

Pernyataan Pak MR tersebut ditegaskan kembali oleh Pak EL yang menyebutkan setiap anggota memiliki tanggung jawab dimulai dari tahapan perencanaan sampai evaluasinya. Adapun pernyataan Pak EL sebagai berikut:

“….tanggung jawab pengurus inti dimulai dari tahapan perencanaan, seperti pembuatan proposal dan survei-survei. Dilanjutkan dengan pelaksanaan program RTLH yang umumnya dikejar dateline, sampe monitoring dan evaluasinya oleh tim relawan dan lainnya.”

“….setiap KSM tau masalah yang dihadapi, jadi harus tau juga solusinya gimana. Mulai dari perencanaan sampai evaluasi kegiatan, kita menghadapi berbagai kendala. Tapi kita sih anggapnya udah lumrah aja. Udah biasa…”

“….untuk survei aja kita bisa sampe semingguan mba. Tergantung, kadang kita ke lapang ternyata pemiliknya ga ada. Atau malah tokoh setempat seperti RT dan RW nya yang gak ada. Kita harus pastiin keperluan apa aja untuk renov. Jangan sampe ada yang kurang.”

Kerja sama diantara pihak-pihak yang terlibat dalam PNPM-MP ini didasari karena adanya kepercayaan satu sama lain. Hubungan antar anggota

(22)

KSM dan antara KSM dengan BKM, Relawan, dan Faskel harus didasari oleh kesamaan visi untuk bersama-sama mengurangi kemiskinan di kelurahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pak MR dibawah ini:

“….kita cukup sering kerjasama langsung sama tim faskelnya. Palingan klo lagi nyusun proposal, sering ke basecamp. Kadang kita suka banyak salah pas nyusun proposalnya. Waktu pelaksanaan juga di dampingi sama faskel.”

“….kita percaya satu sama lain. Percaya kalo seseorang itu dikasih tugas pasti terlaksana dengan baik. kita saling bantu aja sih kalo ada kesulitan. Apalagi kalo orang itu baru jadi anggota KSM.”

Kepercayaan KSM terhadap faskel juga dibenarkan oleh Pak SR selaku unit pengelola lingkungan sebagai berikut:

“….selama ini kita percaya sama faskel. Soalnya kita ngerasa tujuannya baik untuk kita dan masyarakat lainnya. Kita yakin dan percaya faskel bisa memfasilitasi semua kegiatan pemberdayaan.”

Upaya pemberdayaan kelompok juga difasilitasi oleh BKM selaku perpanjangan tangan dari faskel. BKM banyak membantu dan memfasilitasi KSM dalam siklus PNPM-MP. Seperti pernyataan Pak EL dan Pak EM sebagai berikut:

“…BKM banyak bantu KSM nya. Terutama soal administrasi. Pembuatan proposal dan LPJ kita sering dibantu. Kerja sama antara KSM sama BKM juga dalam penginformasian kepada masyarakat.” “….hubungan KSM sama BKM mah mba, gak bisa dipisahin. Dua-dua nya saling ngebutuhin. Tiap ada apa-apa keduanya saling koordinasi. Biar kedepannya ga ada masalah.”

Pernyataan Pak EL dan Pak EM diatas ditegaskan kembali oleh Pak MY sebagai berikut:

“….kita mah terbuka dan bebas aja mba. Disini kita sama-sama punya tujuan untuk membangun kelurahan ini biar maju. Biar masyarakatnya juga sejahtera. Yaa.. mungkin melalui PNPM inilah salah satu caranya.”

KSM mengetahui tugas dan peranannya dalam menumbuhkan partisipasi dan kemandirian masyarakat. Tugas dan kewajiban tersebut diatur dalam sebuah kesepakatan yang disebut community contracting. Seperti pernyataan Pak EM sebagai berikut:

(23)

“….tugas dan tanggung jawab KSM diatur dalam community contracting. Jadi kalo urusannya belum slesai sementara waktunya udah mepet, kita sebagai KSM yang turun tangan langsung ke lokasi.”

“…tidak ada yang melanggar setiap kesepakatan dalam community contracting. Kalaupun ada, orang tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang ada.”

“….ketua KSM menandatangani kesepakatan atau perjanjian untuk menyelesaikan pekerjaan (renovasi RTLH), termasuk kesediaan untuk swadaya masyarakat. Penandatanganan tersebut disaksikan oleh faskel, BKM juga KSM.”

Setiap KSM mengetahui peran dan fungsinya masing-masing dalam kepengurusan. Kepercayaan diantara anggota KSM terjalin dengan baik. inilah yang mendasari kerja sama yang baik pula diantara mereka. Anggota KSM memahami peran dan tugasnya masing-masing. Setiap ada permalahan diselesaikan dengan musyawarah. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EL berikut ini:

“….tanggung jawab pengurus inti dimulai dari tahapan perencanaan, seperti pembuatan proposal dan survei-survei. Dilanjutkan dengan pelaksanaan program RTLH yang umumnya dikejar dateline, sampe monitoring dan evaluasinya oleh tim relawan dan lainnya.”

“….untuk survei aja kita bisa sampe semingguan mba. Tergantung, kadang kita ke lapang ternyata pemiliknya ga ada. Atau malah tokoh setempat seperti RT dan RW nya yang gak ada. Kita harus pastiin keperluan apa aja untuk renov. Jangan sampe ada yang kurang.”

Kepercayaan diantara sesama anggota KSM mendasari hubungan yang baik diantara mereka. Hal ini didasarkan pada adanya hubungan pertemananan dan kedekatan tempat tinggal (tetangga). Seperti pernyataan Pak MY sebagai berikut:

“….kita saling percaya satu sama lain. Jadi udah gak ada yang namanya saling curiga. Kita punya peraturan yang mengatur hak dan kewajiban KSM secara tertulis.”

Anggota KSM merasakan banyak manfaat dari keikutsertaannya dalam kelompok. Umumnya mereka tergerak untuk tergabung dalam program pemberdayaan ini karena semat-mata ingin membantu warga miskin di Kelurahan Situ Gede. Manfaat yang mereka salah satunya adalah mengetahui cara berorganisasi yang baik. mereka juga setuju bahwa program ini tidak hanya bermanfaat begi mereka selaku KSM akan tetapi juga masyarakat lain. pernyataan ini disampaikan oleh Pak EL sebagai berikut:

(24)

“….sekarang mah bukan cuma penerima manfaat aja yang ngerasain manfaat program ini. Tapi juga masyarakat lainnya. Misal kayak pembangunan jalan, awalnya gerobak bakso gak bisa masuk. Tapi setelah ada program perbaikan jalan jadi bisa berjualan.”

“….manfaat lain yang kita peroleh sebagai KSM adalah kita jadi tau dan paham mengenai gimana cara berorganisasi. Secara gak langsung kita diajarin berorganisasi, menyampaikan pendapat ke orang lain.”

Pernyataan Pak EL tersebut ditegaskan kembali oleh Pernyataan Pak MY dan Pak EM sebagai berikut:

“….kita dapet banyak sekali manfaat saat tergabung dalam KSM ini. Sekarang mah kalo jalan kemana-mana kita dikenal sama masyarakat. Awalnya mah enggak. Terus kita juga dapet pengetahuan sama pengalaman gimana caranya berorganisasi.”

“….kita ngerasain betul kalo kita ini sedang “diberdayain”. Mulai dari buat proposal, kegiatannya, sampe evaluasinya. Cuma modal ikhlas aja. Kita seneng klo bisa bantuin orang. Syukur-syukur klo yang dibantu juga seneng sama hasil kerja kita semua.”

“….kita dapet banyak manfaat dari KSM. Kita jadi tau gimana caranya organisasi, cara nyelesein masalah-masalah yang timbul, sebagai wadah aspirasi masyarakat, dan lain-lain.”

KSM menjalankan fungsi dan peranannya dengan baik. Anggota memiliki hak berpendapat dan mengambil keputusan dalam musyawarah atau pertemuan kelompok maupun pertemuan lainnya.

(25)

Hasil Reduksi Data Kualitatif Tempat: Rumah Bu RE

Narasumber: Ibu RE (Relawan)

Relawan di Kelurahan Situ Gede berjumlah sekitar 35 orang. Namun saat ini yang aktif ada 30 orang. Tim relawan tersebar di setiap wilayah di Kelurahan Situ Gede. Umumnya 1 RW ada tiga sampai 4 relawan. Sosialisasi program dilakukan di awal program ini diinisiasi oleh pemerintah desaatau kelurahan. Kemudian pihak kelurahan menyampaikan kepada RW dan masyarakat. Relawan memiliki fungsi dan peranan yang cukkup berat, yaitu memfasilitasi pemberdayaan kelompok swadaya masyarakat.

Pembentukan tim relawan kelurahan ini dilakukan oleh pemerintah kelurahan. Perekrutan relawan setelah penyampaian informasi (sosialisasi program) oleh tim faskel. Semenjak awal pembentukkannya, relawan rutin mengadakan pertemuan. Seperti yang diungkapkan oleh Bu RE sebagai berikut:

“…waktu awal kita (tim relawan) rutin kumpul-kumpul. Umumnya satu kali dalam satu minggu. Pertemuannya bicarain rencana kegiatan, kegiatan survey, sampai evaluasi kegiatan.”

Tim relawan tergerak untuk ikut bergabung semata-mata murni dari ketulusan hati nurani mereka untuk turut berpartisipasi dalam memajukan wilayah tempat tinggalnya. Selain itu juga untuk menambah pengetahuan dan informasi serta kenalan baru antar sesama relawan dari kelurahan lain. hal ini disampaikan oleh Bu RE melalui pernyataan berikut:

“…kita turut bergabung menjadi relawan murni dari hati nurani kita untuk membangun kelurahan ini. Kita dapet manfaat banyak saat menjadi relawan seperti mengetahui informasi dan memperoleh pengetahuan, juga kenalan baru dengan sesama relawan di kelurahan lain.”

“….banyak banget mba manfaat yang dirasain dari adanya PNPM ini. Dari nambah informasi dan pengetahuan, banyak teman dan kenalan, sampai kepuasan diri bisa bantu warmis (warga miskin).”

Relawan berperan sebagai perpanjangan tangan dari BKM melakukan kerja sama dengan KSM sebagai penggerak utama program. Relawan percaya dengan kinerja KSM Rubah yang menurutnya sudah cukup baik. Meskipun di awal ada rasa curiga dan tidak percaya pada KSM Rubah. Seperti yang diungkapkan oleh Bu Re sebagai berikut:

(26)

“…ada ketidakpercayaan pada KSM Rubah di awal program ini masuk. Mungkin juga karena kordinasi dan kerjasama yang kurang lancar antara relawan sama KSM nya. Tapi sekarang mah udah baik soalnya KSM mulai transparan, terlebih mengenai penggunaan dana.”

“….relawan percaya sama KSM. Selama ini kinerja KSM juga baik sama tim relawan. Kita sama-sama saling bantu. Saling sharing-sharing aja. Biasanya sering koordinasi saat survei lapang.”

Mengenai keuangan, kinerja KSM menurut relawan sudah cukup baik. adanya transparansi mengenai anggaran belanja serta penyusunan proposal, LPJ, dan laporan-laporan lainnya. Bu RE menyatakan bahwa intensitas pertemuan antara KSM Rubah dengan relawan jarang dilakukan. KSM Rubah jarang berkoordinasi dengan tim relawannya. Umumnya mereka lebih dekat kepada BKM nya seperti pernyataan berikut ini:

“…Hubungan antara relawan sama KSM dapat dikatakan baik mba. Tapi untuk intensitasnya agak kurang. KSM lebih sering koordinasi dan kerja sama dengan BKM dan faskel. Kalau dengan KSM lainnya (selain KSM Rubah) kita sering kerja sama bareng. Kemungkinan juga karena ada unsur “segan”. KSM Rubah kan hampir semuanya laki-laki sedangkan relawannya perempuan semua mba.”

Hubungan baik yang terjalin diantara keduanya dapat terlaksana karena adanya nilai dan aturan yang mengatur hubungan keduanya. Seperti pernyataan berikut ini:

“….ada nilai-nilai dan aturan yang mengatur hubungan KSM sama relawan. Biasanya yang urus proposal sampe pelaksanaan itu tugasnya KSM. Kalo Relawan biasanya pasca pelaksanaan atau evaluasinya.”

(27)

Lampiran 4

Karakteristik Anggota KSM Rubah I

Nama JK Umur Jenis Pekerjaan Pendapatan/ bulan

Pendidikan Keterangan

M. Royani L 33 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SLTA Pengurus (ketua)

Asep Saman L 34 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SMA Pengurus (sekretaris) merangkap anggota tim pelaksana Egi L 26 Wiraswasta Rp. 600.000 SLTA Pengurus (bendahara) merangkap ketua tim monitoring dan

evaluasi partisipatif Enday L 39 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SMP Ketua tim pelaksana Sukandar L 40 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SMP Anggota tim pelaksana

Maman L 36 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Anggota tim pelaksana

Rahmat L 38 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SD Anggota tim pelaksana

Bahrudin L 37 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif Uteng L 39 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SLTA Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif Warta L 39 Wiraswasta Rp. 600.000 SLTA Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif Mahmud L 41 Wiraswasta Rp. 600.000 SLTA Ketua tim operasi dan pemeliharaan

Udjang L 40 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SMP Anggota tim operasi dan pemeliharaan Kosasih L 42 Jasa (Guru SD) Rp. 2.000.000 S1 Anggota tim operasi dan pemeliharaan Salam L 46 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Anggota tim operasi dan pemeliharaan

(28)

Lampiran 5

Karakteristik Anggota KSM Rubah II

Nama JK Umur Jenis Pekerjaan Pendapatan/ bulan

Pendidikan Keterangan

M. Royani L 33 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SLTA Pengurus (ketua)

Suherman L 34 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SMP Pengurus (skretaris) merangkap anggota tim pelaksana Kardi L 35 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Pengurus (bendahara) merangkap ketua tim monitoring dan

evaluasi partisipatif

Emed L 51 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SD Ketua tim pelaksana

Sukria L 49 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Anggota tim pelaksana

Anding L 51 Jasa (supir taxi) Rp. 800.000 SD Anggota tim pelaksana H. Roni L 49 Jasa (showroom

mobil)

Rp. 700.000 SLTA Anggota tim pelaksana

Salam L 46 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif Suryana L 46 Jasa (tukang parkir) Rp. 1.000.000 SMP Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif Atmaja L 47 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SD Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif Eman L 36 Wiraswasta Rp. 600.000 SLTA Ketua tim operasi dan pemeliharaan

Subarma L 41 Buruh tani Rp. 400.000 SD Anggota tim operasi dan pemeliharaan Rahmat L 40 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SMP Anggota tim operasi dan pemeliharaan Atu L 48 Jasa (supir angkot) Rp. 600.000 SD Anggota tim operasi dan pemeliharaan

(29)

Karakteristik Anggota KSM Rubah III

Nama JK Umur Jenis Pekerjaan Pendapatan/ bulan

Pendidikan Keterangan

Elly Sukoco L 36 Jasa (tukang ojek) Rp.600.000 SMP Pengurus (ketua) merangkap ketua tim pelaksana Mad. Yusuf L 45 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Pengurus (skretaris) merangkap anggota tim pelaksana M. Royani L 33 Buruh Bangunan RP. 750.000 SLTA Pengurus (bendahara) merangkap anggota tim pelaksana Suryana L 46 Jasa (tukang parkir) Rp.1.000.000 SMP Ketua tim monitoring dan evaluasi partisipatif

Zaenal L 27 Wiraswasta Rp. 500.000 SMA Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif Eman L 36 Wiraswasta Rp. 600.000 SMA Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif

Nyai P 67 Ibu Rumah Tangga - - Anggota tim operasi dan pemeliharaan

Tuti P 50 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Anggota tim operasi dan pemeliharaan Usman L 31 Jasa (tukang ojek) Rp. 600.000 SD Anggota tim operasi dan pemeliharaan Rohman L 55 Buruh Bangunan RP. 750.000 STM Anggota tim operasi dan pemeliharaan

(30)

Lampiran 7

Karakteristik Anggota KSM Rubah IV

Nama JK Umur Jenis Pekerjaan Pendapatan/ bulan

Pendidikan Keterangan

Mad. Yusup L 45 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Pengurus (ketua) KSM merangkap ketua tim pelaksana M.Royani L 33 Buruh Bangunan RP. 750.000 SLTA Pengurus (skretaris) KSM merangkap anggota tim pelaksana Elly Sukoco L 36 Jasa (tukang ojek) Rp.600.000 SMP Pengurus (bendahara) merangkap anggota tim pelaksana

Liana L 40 Wiraswasta Rp. 600.000 - Anggota tim pelaksana

Suryana L 46 Jasa (tukang parkir) Rp.1.000.000 SMP Ketua tim monitoring dan evaluasi partisipatif Zaenal L 27 Wiraswasta Rp. 500.000 SMA Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif Eman L 36 Wiraswasta Rp. 600.000 SMA Anggota tim monitoring dan evaluasi partisipatif Salikan L 41 Jasa (Guru) Rp. 1.500.000 S1 Ketua tim operasi dan pemeliharaan

Kosasih L 42 Jasa (Guru SD) Rp. 2.000.000 S1 Anggota tim operasi dan pemeliharaan Uteng L 39 Buruh Bangunan Rp. 750.000 SLTA Anggota tim operasi dan pemeliharaan Salam L 46 Wiraswasta Rp. 600.000 SD Anggota tim operasi dan pemeliharaan

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahapan wawancara ini, wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan tanya jawab dengan pihak terkait atau pakar penyakit dalam secara langsung

Kawasan lain yang tersusun oleh material batuan jenis lain yang ada di Kabupaten Merauke dimungkinkan mempunyai potensi untuk pengembangan lahan sawah yang

Hasil pendugaan model terhadap output daerah (Tabel 3), diperoleh bahwa produk domestik regional sektor pertanian hanya dipengaruhi secara positif dan nyata oleh produk

luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusa kerusakan pembuluh darah, kan pembuluh darah, dan dan luka organ$organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Dewasa ini, pola dan cara pembangunan dan pemanfaatan potensi sungai negara- negara berkembang termasuk Indonesia, meniru cara-cara tahapan awal yang dilakukan oleh negara-negara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan yang disajikan pada upacara perkawinan adat Jawa Tengah di desa sungai jambu, ada tiga macam yaitu makanan yang disajikan