BUDAYA
ANTI
KORUPSI
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………Korupsi Masalah Bersama
SHOW
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi Sultra
3
KORUPSI
ASAL KATA
CORRUPTIO
,corruptus(latin)
CORRUPTION,
destroy, spoil,
bribe (Inggris) berarti:
menghancurkan, mengganggu,
merusak dan menyogok
KORUPTIE
SEMPITARTI
KORUPSI
SUAP,
SESUATU YANG BURUK,
BUSUK, JAHAT, TDK JUJUR,
TDK BERMORAL,
PENGERTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI
(UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN 1999 – Pasal 2)
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
(UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN 1999 – Pasal 3)
Setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
HOME
5
Korupsi
Arti harfiah dari kata tersebut adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian,
serta kata-kata atau ucapan yang
menghina atau memfitnah.
Korupsi juga bermakna kriminal,
sehingga setiap praktik korupsi
Tindakan meminta atau memberi
imbalan atas layanan, yang sudah
seharusnya diteima tau diberi, serta
menggunakan
kewenangan
untuk
mencapai tujuan yang tidak sesuai
dengan peraturan demi kpentingan
pribadi/kelompok.
Prilaku Korupsi
PELAKU KORUPSI
Pelaku korupsi bukan hanya PNS atau Pegawai
Instansi Pemerintah
Sesuai dengan UU TPK No. 20 Tahun 2001 pasal 2
ayat 1
Setiap
orang ►
melakukan perbuatan pidana
yang memenuhi unsur-unsur
pidana korupsi.
secara melawan hukum ,
memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi ,
merugikan keuangan negara atau
Tindakan menolak segala prilaku
korupsi maupun prilaku yang menjadi
akar atau kebiasaan pelanggaran
perilaku di masyarakat.
BUDAYA ANTI KORUPSI ?
Prilaku Anti Korupsi
KORUPSI
UU NO 31 TH 1999
JO
UU NO 20 TH 2001
Melawan Hukum/ Penyalaghgunaan kewenangan Ps 2 & 3 SUAP MENYUAP Ps 5,6,11, Ps12 hrf a PENGGELAPAN DLM JABATAN Ps 8, 9, Ps 10.a,b c PERBUATAN PEMERASAN Ps 12, e, f, g PERBUATAN CURANG Ps 7 ayat (1) a,b,C,d Ps 7 (2) Ps 12 hrf h Benturan Kepentingan Ps 12 hrf i Gratifikasi Ps 12 hrf b Ps 12BTPK UU No 31 th 1999 Jo UU No 20 Th 2001
AKIBAT
Korupsi merupakan tindakan
yang
dapat
mengakibatkan
sebuah
negara
menjadi
bangkrut dengan efek yang
luar biasa seperti hancurnya
perekonomian, rusaknya sistem
pendidikan
dan
pelayanan
kesehatan yang tidak memadai.
Korupsi merupakan tindakan
yang
dapat
mengakibatkan
sebuah
negara
menjadi
bangkrut dengan efek yang
luar biasa seperti hancurnya
perekonomian, rusaknya sistem
pendidikan
dan
pelayanan
kesehatan yang tidak memadai.
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………
Mencari Untung dengan Cara yang
Melawan Hukum dan Merugikan Negara
PASAL 2 AYAT 1
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
PASAL 2 AYAT 2
Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan
Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" dalam ketentuan ini adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………
Menyalahgunakan Jabatan / Wewenang
PASAL 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………
Suap Menyuap
PASAL 5
1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga dengan kewajibannya; atau
b) memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
2. Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………
Suap Menyuap (lanjutan)
PASAL 6
1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)
setiap orang yang:
a) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan
maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
b) memberi sesuatu sesuatu kepada seseorang yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
2. Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………
Suap Menyuap (lanjutan)
PASAL 6
1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)
setiap orang yang:
a) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan
maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
b) memberi sesuatu sesuatu kepada seseorang yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
2. Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………
Suap Menyuap (lanjutan)
PASAL 11
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………
Suap Menyuap (lanjutan)
PASAL 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
a) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
Penggelapan dalam Jabatan
PASAL 8
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai
negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut
PASAL 9
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.
Penggelapan dalam Jabatan (lanjutan)
PASAL 10
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja:
a) menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar
yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau
b) membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat, atau daftar tersebut; atau
c) membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,
Perbuatan Curang
PASAL 7 AYAT 1
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
a) pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu
menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang; b) setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c) setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang; atau
d) setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
Perbuatan Curang (lanjutan)
PASAL 7 AYAT 2
Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
PASAL 12 huruf h
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan
GRATIFIKASI
PASAL 12 huruf b
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya
PASAL 12B
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b) yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
Benturan Kepentingan (Conflict of
Interest)
PASAL 12 huruf i
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya
PEMERASAN
PASAL 12 huruf e
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri
PASAL 12 huruf f
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut
mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang
PASAL 12 huruf g
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan
Tanda-Tanda Korupsi
(Fraud Warning Signs/Red
Flags)
http://signnet.blogspot.com
HOME
• Perubahan perilaku (mendadak
introvert)
• Gaya hidup mewah/berfoya-foya
• Banyak memberi sumbangan
(menutupi/kompensasi rasa bersalah)
• Hubungan yang tidak wajar dengan
RUMUS KORUPSI
Menurut Klitgaard:
C = M + D – A
C = Corruption / Korupsi
M= Monopoly / Monopoli
D = Discretion / Diskresi / Keleluasaan
A = Accountability / Akuntabilitas
C
C
Corruptio
n
Power
Accountabili
ty
A
P
P
=
CPA FORMULA
Konflik Kepenting an Suap Gratifika si Ekonomi Biaya TinggiFormula ini disarikan dari
EXECUTIVE ROADMAP TO FRAUD PREVENTION AND INTERNAL CONTROL, by Martin T. Biegelman and Joel T. Bartow (John Willey 2006)
Kewenangan Desentralisas iDiskresi Kebijakan Penggunaan Sumber Daya Pertanggungjawa ban Amanah Transparan Akuntab el Partisipatif Taat Hukum
Power (Kekuasaan) yang tidak disertai dengan Sistem
Akuntabilitas yang andal, cenderung Korupsi
“GONE” Theory – Jack
Boulogne
G – Greed (Keserakahan)
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG
TERJADINYA FRAUD/KORUPSI
E – Exposure (Pengungkapan) O – Opportunity (Kesempatan)
N – Need (Kebutuhan) HOME
PENYEBAB KORUPSI
•
Manusia
→ Sifat tamak → Gaya hidup
konsumtif
→ Tidak tahan godaan → Pemalas
→ Penghasilan rendah → Pemahaman
agama krg
→ Kebutuhan mendesak
•
Institusi/Lembaga
→ Krg teladan Pimpinan → tdk ada kultur
orgs yg baik
(kode etik)
→ Akuntabilitas lemah → SPM lemah
www.bpkp.go.id Fraud Triangle Perceived Opportunity Pressure Rationalization
Donald R. Cressey, others people money, A study in the social psychology of Embezzlement.
Individu atau organisasi
Ketiadaan kendali untuk mencegah/mendeteksi fraud; Kesenjangan akses informasi; Ketiadaan jejak audit.
Organisasi berhutang kepada saya;
Saya hanya meminjam uang itu Tidak ada orang yang saya rugikan;
Itu untuk maksud yang baik;
FRAUD TRIANGLE THEORY -- Donald R. Cressey
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG
TERJADINYA FRAUD/KORUPSI
www.bpkp.go.id
31
Penyebab Korupsi
Aspek Institusi/Administrasi
Aspek Manusia
Aspek Sosial Budaya
Termanifestasi dalam bentuk :
Kesempatan (Opportunity)
Tekanan (Pressure)
Pembenaran (Rationalize)
www.bpkp.go.id
DAMPAK KORUPSI
Merusak sistem tatanan masyarakat
Penderitaan sebagian besar masyarakat dalam
berbagai sektor
Ekonomi biaya tinggi
Munculnya berbagai masalah sosial dalam
masyarakat
Sikap frustasi, ketidakpercayaan, dan apatis
terhadap pemerintah
www.bpkp.go.id
INVESTIGATIF
(REPRESIF)
EDUKATIF
P R EV E NT IFUPAYA PEMBERANTASAN
KORUPSI
HOMEwww.bpkp.go.id
Gambaran Intensitas
Kegiatan Memerangi Korupsi
Periode
In
te
n
sit
as
RepressivePreventif dan Pre-emptive HOME
CONTOH KASUS YANG
PERNAH DITANGANI BPKP
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………
REPRESIF :
Audit PKKN Dugaan TPK Pengadaan Buku DAK
Pendidikan
Audit PKKN Dugaan TPK Penyalahgunaan Dana BKMM,
BOP, BOMM, dan SSN
PREVENTIF :
Diagnostic Assesment Fraud Control Plan
EDUKATIF :
www.bpkp.go.id
3.Memberd
ayakan
Pelanggan
dan
Masyarakat
.
1.Mencega
h dan
menangkal
sebelum
terjadi
2.Mengung
kapkan dan
Menindakla
njuti
(Pendekata
n
Investigatif)
KONSEPSI MEMERANGI KORUPSI
www.bpkp.go.id
KONSEPSI MEMERANGI KORUPSI
KONSEPSI MEMERANGI KORUPSI
1.Mencegah dan menangkal sebelum
terjadi.
2.Mengungkapkan dan menindaklanjuti
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
(Pendekatan Investigatif).
3. Memberdayakan Pelanggan dan
Masyarakat.
1.Mencegah dan menangkal sebelum
terjadi.
2.Mengungkapkan dan menindaklanjuti
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
(Pendekatan Investigatif).
3. Memberdayakan Pelanggan dan
Masyarakat.
www.bpkp.go.id
MENGAPA PREVENTIF ? MENGAPA PREVENTIF ?
Apabila telah terjadi, korupsi mengakibatkan kerugian
keuangan yang cukup besar;
Hasil recovery atas uang negara yang dikorupsi sangat
kecil;
Kasus korupsi, merusak reputasi baik institusi maupun
individu;
Proses litigasi menyita waktu dan biaya yang cukup
banyak baik bagi aparat penegak hukum maupun calon
tersangka;
Semakin lama kejadian korupsi tidak terungkap, semakin
memberi peluang pelaku korupsi untuk menutupi
tindakannya dengan kecurangan yang lain.
www.bpkp.go.id
BAGAIMANA MENCEGAHNYA
BAGAIMANA MENCEGAHNYA
© 2008 BPKP www.bpkp.go.id
Membangun
Budaya
Anti
Korupsi
MENGGERAKKAN
BUDAYA ANTI KORUPSI
www.bpkp.go.id
MENGGERAKKAN
BUDAYA
ANTI
KORUPSI
SIAPA YANG HARUS DIGERAKKAN
Pegawai
Formal
Diri
sendiri
&
keluarg
a
Unsur
Pndidika
n
Linkungan
sekitar dan
Non Formal
www.bpkp.go.id
NILAI-NILAI ANTI
KORUPSI
NILAI-NILAI ANTI
KORUPSI
MELALUI APA
© 2008 BPKP
www.bpkp.go.id
Corruption Perception Index (CPI) 2015.
www.bpkp.go.id
Indonesia menunjukkan kenaikan konsisten dalam
pemberantasan korupsi, namun terhambat oleh masih
tingginya korupsi di sektor penegakan hukum dan politik.
Tanpa kepastian hukum dan pengurangan penyalahgunaan
kewenangan
politik,
kepercayaan
publik
terhadap
pemerintah akan turun dan memicu memburuknya iklim
usaha di Indonesia. Demikian temuan Transparency
International (TI) dalam Corruption Perception Index (CPI)
2015.
Kondisi korupsi yang masih tinggi tersebut menyebabkan
pemerintah Indonesia melakukan perbaikan-perbaikan
dalam tata kelola pelayanan publik dan ternyata mampu
menaikkan skor Indonesia menjadi 36 dan menempati
urutan 88 dari 168 negara yang diukur. Skor Indonesia
secara pelan naik 2 poin, dan naik cukup tinggi 19
peringkat dari tahun sebelumnya. Skor CPI berada pada
rentang 0-100. 0 berarti negara dipersepsikan sangat
korup, sementara skor 100 berarti dipersepsikan sangat
bersih.
www.bpkp.go.id
Kenaikan tersebut belum mampu menandingi skor dan
peringkat yang dimiliki oleh Malaysia (50), dan Singapura
(85), dan sedikit di bawah Thailand (38). Indonesia lebih
baik dari Filipina (35), Vietnam (31), dan jauh di atas
Myanmar (22) (Transparency internasional Indonesia,
2015)
Corruption Perception Index (CPI) merupakan indeks
komposit yang mengukur persepsi pelaku usaha dan
pakar terhadap korupsi di sektor publik, yaitu korupsi yang
dilakukan oleh pegawai negeri, penyelenggara negara dan
politisi. Sejak diluncurkan pada tahun 1995, CPI telah
digunakan oleh banyak negara sebagai rujukan tentang
situasi korupsi dalam negeri dibandingkan dengan negara
lain.
www.bpkp.go.id
IPK 2017
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi
(KPK)
Saut Situmorang mengatakan saat ini
indeks persepsi korupsi
atau
Corruption
Perseption
Index (CPI) Indonesia masih jauh tertinggal dari negara
tetangga Malaysia. Indeks ini memetakan risiko korupsi
di tiap negara.
Mengutip dari hasil rilis Harvard Bussiness Review per
Oktober 2017 ini, Saut menuturkan indeks persepsi
korupsi Indonesia saat ini berada di angka 37 dari
rentang 0-100. Sedangkan negara tertangga seperti
Malaysia lebih tinggi atau berada di angka 50. "Kita harus
selesaikan banyak hal untuk setidaknya menyamai
Malaysia," kata Saut di Yogyakarta, Selasa 24 Oktober
2017.
www.bpkp.go.id
Jumlah Kerugian Negara2001-2015
Jumlah Kerugian Negara2001-2015
https://beritagar.id/.../kerugian-negara-akibat-korupsi-di-indonesia-...Translate this page
Apr 5, 2016 - Usia 25 tahun saatnya bikin
pilihan sembarangan ... Nilai kerugian negara
akibat tindak pidana korupsi di Indonesia
selama 2001-2015 mencapai Rp203,9 triliun. ...
UGM dalam analisa database korupsi yang
diterbitkan Selasa (5/4/2016). ... Rimawan
mengatakan, jumlah terpidana kasus korupsi di
pulau ...
https://beritagar.id/.../kerugian-negara-akibat-korupsi-di-indonesia-...
Translate this page
Apr 5, 2016 - Usia 25 tahun saatnya bikin
pilihan sembarangan ... Nilai kerugian negara
akibat tindak pidana korupsi di Indonesia
selama 2001-2015 mencapai Rp203,9 triliun. ...
UGM dalam analisa database korupsi yang
diterbitkan Selasa (5/4/2016). ... Rimawan
mengatakan, jumlah terpidana kasus korupsi di
pulau ...
www.bpkp.go.id
www.antikorupsi.org/.../kerugian-negara-akibat-korupsi-2015-sebe...
Translate this page
Feb 25, 2016 - Dinyatakan bahwa Kerugian
Negara akibat kasus korupsi mencapai Rp.
3,1 triliun. ... kasus korupsi yang terjadi
sepanjang tahun 2015, “Jumlahnya ada ...
ICW terhadap tren korupsi di Hotel Akmani,
Rabu 24 Februari 2016.
Jumlah Kerugian Selama2015
www.bpkp.go.id
Kepala Daerah Terjerat Korupsi
Jakarta, HanTer - Tingkat korupsi di Indonesia masih tetap
tinggi. Buktinya Komisi Pemberantasan (KPK), telah
mengungkap adanya
18 gubernur dan 343 bupati/wali
kota
yang terjerat kasus korupsi..
Hal ini diungkapkan Deputi Pengawasan Internal dan
Pengaduan KPK, Ranu Wiharja dalam acara Koordinasi
dan Supervisi (Korsup) KPK bertema Desiminasi Praktik
Tata Kelola Pemda Berbasis Elektronik di Pemda Provinsi
Bengkulu, Rabu (3/8/2016).
www.bpkp.go.id
Sulawesi Selatan
TEMPO.CO, Makassar - Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) menyebutkan Sulawesi Selatan
berada di urutan ke-7 dalam hal kasus korupsi di
Indonesia. Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan
mengatakan Sulawesi Selatan menjadi urutan ke-7
di antara semua provinsi di Indonesia.
"Tapi kasus itu tidak hanya ditangani KPK,
melainkan penegak hukum lain juga," ucap
Basaria di Makassar, Kamis, 2 Februari 2017.
www.bpkp.go.id
Kasus Korupsi di Sulawesi Selatan 2017
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Lembaga Anti Corruption
Commitee (ACC) Sulawesi menyebut kasus tindak pidana
korupsi di Sulawesi selatan sepanjang 2017 didominasi sektor
Infrastruktur.
"Sektor yang menjadi sarang koruptor dari 136 perkara yang
masuk di Pengadilan Tipikor Makassar paling banyak
infrastruktur dengan 43 perkara," kata Wakil Direktur
ACC Sulawesi
, Kadir Wokanubun.
Kemudian disusul sektor pemberdayaan masyarakat 38
perkara. Pelayanan publik 12 perkara, dana desa 11 perkara,
pengadaan barang dan jasa 11 perkara dan aset negara 8
perkara.
www.bpkp.go.id
Kasus Korupsi di Sulawesi Selatan 2017
Setelah itu sektor perbankan tujuh perkara, pendidikan enam
perkara dan kesehatan satu perkara.
Kadir menambahkan sepanjang tahun 2017 praktik korupsi di
Sulawesi Selatan semakin marak.
Tren korupsi itu terindikasi dari perkembangan jumlah kasus
di daerah ini yang terus mengalami peningkatan dibanding
tahun sebelumnya
www.bpkp.go.id
HOME
Ikut mengawasi penggunaan dana ,
Ikut mempertanggungjawabkan bukti
dengan benar
Mengkritisi laporan pertanggungjawaban
kegiatan organisasi
Mempraktekkan etika & moral yang jujur,
berani, dan kritis
Mengelola admintrasi dengan tertib dan
benar
www.bpkp.go.id
Santun
Berbudi pekerti
Bermoral
Bertanggungjawab
SETIAP MENYAMPAIKAN
ASPIRASI
HOMEwww.bpkp.go.id
SIMPULAN
Usaha memerangi korupsi harus dilakukan bersama-sama,
baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat, secara
komprehensif dengan menggunakan tiga strategi:
investigatif/represif, preventif, dan edukatif
Gerakan moral perlu
dilakukan mulai dari diri
sendiri, mulai dari hal-hal
yang kecil, mulai dari
sekarang juga
MARI BERSAMA2 MEMERANGI
KORUPSI
Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi Sultra