• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA ANTI KORUPSI. Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDAYA ANTI KORUPSI. Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA

ANTI

KORUPSI

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………

(2)

Korupsi Masalah Bersama

SHOW

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi Sultra

(3)

3

KORUPSI

ASAL KATA

CORRUPTIO

,corruptus(latin)

CORRUPTION,

destroy, spoil,

bribe (Inggris) berarti:

menghancurkan, mengganggu,

merusak dan menyogok

KORUPTIE

SEMPITARTI

KORUPSI

SUAP,

SESUATU YANG BURUK,

BUSUK, JAHAT, TDK JUJUR,

TDK BERMORAL,

(4)

PENGERTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI

(UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN 1999 – Pasal 2)

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

(UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN 1999 – Pasal 3)

Setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

HOME

(5)

5

Korupsi

Arti harfiah dari kata tersebut adalah

kebusukan, keburukan, kebejatan,

ketidakjujuran, dapat disuap, tidak

bermoral, penyimpangan dari kesucian,

serta kata-kata atau ucapan yang

menghina atau memfitnah.

Korupsi juga bermakna kriminal,

sehingga setiap praktik korupsi

(6)

Tindakan meminta atau memberi

imbalan atas layanan, yang sudah

seharusnya diteima tau diberi, serta

menggunakan

kewenangan

untuk

mencapai tujuan yang tidak sesuai

dengan peraturan demi kpentingan

pribadi/kelompok.

Prilaku Korupsi

(7)

PELAKU KORUPSI

Pelaku korupsi bukan hanya PNS atau Pegawai

Instansi Pemerintah

Sesuai dengan UU TPK No. 20 Tahun 2001 pasal 2

ayat 1

Setiap

orang ►

melakukan perbuatan pidana

yang memenuhi unsur-unsur

pidana korupsi.

secara melawan hukum ,

memperkaya diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi ,

merugikan keuangan negara atau

(8)

Tindakan menolak segala prilaku

korupsi maupun prilaku yang menjadi

akar atau kebiasaan pelanggaran

perilaku di masyarakat.

BUDAYA ANTI KORUPSI ?

Prilaku Anti Korupsi

(9)

KORUPSI

UU NO 31 TH 1999

JO

UU NO 20 TH 2001

Melawan Hukum/ Penyalaghgunaan kewenangan Ps 2 & 3 SUAP MENYUAP Ps 5,6,11, Ps12 hrf a PENGGELAPAN DLM JABATAN Ps 8, 9, Ps 10.a,b c PERBUATAN PEMERASAN Ps 12, e, f, g PERBUATAN CURANG Ps 7 ayat (1) a,b,C,d Ps 7 (2) Ps 12 hrf h Benturan Kepentingan Ps 12 hrf i Gratifikasi Ps 12 hrf b Ps 12B

TPK UU No 31 th 1999 Jo UU No 20 Th 2001

(10)

AKIBAT

Korupsi merupakan tindakan

yang

dapat

mengakibatkan

sebuah

negara

menjadi

bangkrut dengan efek yang

luar biasa seperti hancurnya

perekonomian, rusaknya sistem

pendidikan

dan

pelayanan

kesehatan yang tidak memadai.

Korupsi merupakan tindakan

yang

dapat

mengakibatkan

sebuah

negara

menjadi

bangkrut dengan efek yang

luar biasa seperti hancurnya

perekonomian, rusaknya sistem

pendidikan

dan

pelayanan

kesehatan yang tidak memadai.

(11)

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………

Mencari Untung dengan Cara yang

Melawan Hukum dan Merugikan Negara

PASAL 2 AYAT 1

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur

hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

PASAL 2 AYAT 2

Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan

Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" dalam ketentuan ini adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi

(12)

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………

Menyalahgunakan Jabatan / Wewenang

PASAL 3

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

(13)

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………

Suap Menyuap

PASAL 5

1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:

a) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga dengan kewajibannya; atau

b) memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

2. Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

(14)

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………

Suap Menyuap (lanjutan)

PASAL 6

1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)

setiap orang yang:

a) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan

maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang

diserahkan kepadanya untuk diadili; atau

b) memberi sesuatu sesuatu kepada seseorang yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi

advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

2. Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima

pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

(15)

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………

Suap Menyuap (lanjutan)

PASAL 6

1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)

setiap orang yang:

a) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan

maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang

diserahkan kepadanya untuk diadili; atau

b) memberi sesuatu sesuatu kepada seseorang yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi

advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

2. Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima

pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

(16)

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………

Suap Menyuap (lanjutan)

PASAL 11

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri

atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji

padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang

berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya

(17)

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………

Suap Menyuap (lanjutan)

PASAL 12

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):

a) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa

hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar

melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;

(18)

Penggelapan dalam Jabatan

PASAL 8

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai

negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut

PASAL 9

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri

atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

(19)

Penggelapan dalam Jabatan (lanjutan)

PASAL 10

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri

atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja:

a) menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar

yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau

b) membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,

akta, surat, atau daftar tersebut; atau

c) membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,

(20)

Perbuatan Curang

PASAL 7 AYAT 1

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):

a) pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat

bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu

menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang; b) setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau

penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

c) setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang

yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam

keadaan perang; atau

d) setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.

(21)

Perbuatan Curang (lanjutan)

PASAL 7 AYAT 2

Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

PASAL 12 huruf h

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan

(22)

GRATIFIKASI

PASAL 12 huruf b

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya

PASAL 12B

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a) yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;

b) yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

(23)

Benturan Kepentingan (Conflict of

Interest)

PASAL 12 huruf i

Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya

(24)

PEMERASAN

PASAL 12 huruf e

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan

maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri

PASAL 12 huruf f

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai

negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut

mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang

PASAL 12 huruf g

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan

(25)

Tanda-Tanda Korupsi

(Fraud Warning Signs/Red

Flags)

http://signnet.blogspot.com

HOME

• Perubahan perilaku (mendadak

introvert)

• Gaya hidup mewah/berfoya-foya

• Banyak memberi sumbangan

(menutupi/kompensasi rasa bersalah)

• Hubungan yang tidak wajar dengan

(26)

RUMUS KORUPSI

Menurut Klitgaard:

C = M + D – A

C = Corruption / Korupsi

M= Monopoly / Monopoli

D = Discretion / Diskresi / Keleluasaan

A = Accountability / Akuntabilitas

(27)

C

C

Corruptio

n

Power

Accountabili

ty

A

P

P

=

CPA FORMULA

Konflik Kepenting an Suap Gratifika si Ekonomi Biaya Tinggi

Formula ini disarikan dari

EXECUTIVE ROADMAP TO FRAUD PREVENTION AND INTERNAL CONTROL, by Martin T. Biegelman and Joel T. Bartow (John Willey 2006)

Kewenangan Desentralisas iDiskresi Kebijakan Penggunaan Sumber Daya Pertanggungjawa ban Amanah Transparan Akuntab el Partisipatif Taat Hukum

Power (Kekuasaan) yang tidak disertai dengan Sistem

Akuntabilitas yang andal, cenderung Korupsi

(28)

“GONE” Theory – Jack

Boulogne

G – Greed (Keserakahan)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG

TERJADINYA FRAUD/KORUPSI

E – Exposure (Pengungkapan) O – Opportunity (Kesempatan)

N – Need (Kebutuhan) HOME

(29)

PENYEBAB KORUPSI

Manusia

→ Sifat tamak → Gaya hidup

konsumtif

→ Tidak tahan godaan → Pemalas

→ Penghasilan rendah → Pemahaman

agama krg

→ Kebutuhan mendesak

Institusi/Lembaga

→ Krg teladan Pimpinan → tdk ada kultur

orgs yg baik

(kode etik)

→ Akuntabilitas lemah → SPM lemah

(30)

www.bpkp.go.id Fraud Triangle Perceived Opportunity Pressure Rationalization

Donald R. Cressey, others people money, A study in the social psychology of Embezzlement.

Individu atau organisasi

Ketiadaan kendali untuk mencegah/mendeteksi fraud; Kesenjangan akses informasi; Ketiadaan jejak audit.

Organisasi berhutang kepada saya;

Saya hanya meminjam uang itu Tidak ada orang yang saya rugikan;

Itu untuk maksud yang baik;

FRAUD TRIANGLE THEORY -- Donald R. Cressey

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG

TERJADINYA FRAUD/KORUPSI

(31)

www.bpkp.go.id

31

Penyebab Korupsi

Aspek Institusi/Administrasi

Aspek Manusia

Aspek Sosial Budaya

Termanifestasi dalam bentuk :

Kesempatan (Opportunity)

Tekanan (Pressure)

Pembenaran (Rationalize)

(32)

www.bpkp.go.id

DAMPAK KORUPSI

Merusak sistem tatanan masyarakat

Penderitaan sebagian besar masyarakat dalam

berbagai sektor

Ekonomi biaya tinggi

Munculnya berbagai masalah sosial dalam

masyarakat

Sikap frustasi, ketidakpercayaan, dan apatis

terhadap pemerintah

(33)

www.bpkp.go.id

INVESTIGATIF

(REPRESIF)

EDUKATIF

P R EV E NT IF

UPAYA PEMBERANTASAN

KORUPSI

HOME

(34)

www.bpkp.go.id

Gambaran Intensitas

Kegiatan Memerangi Korupsi

Periode

In

te

n

sit

as

Repressive

Preventif dan Pre-emptive HOME

(35)

CONTOH KASUS YANG

PERNAH DITANGANI BPKP

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi………

REPRESIF :

Audit PKKN Dugaan TPK Pengadaan Buku DAK

Pendidikan

Audit PKKN Dugaan TPK Penyalahgunaan Dana BKMM,

BOP, BOMM, dan SSN

PREVENTIF :

Diagnostic Assesment Fraud Control Plan

EDUKATIF :

(36)

www.bpkp.go.id

3.Memberd

ayakan

Pelanggan

dan

Masyarakat

.

1.Mencega

h dan

menangkal

sebelum

terjadi

2.Mengung

kapkan dan

Menindakla

njuti

(Pendekata

n

Investigatif)

KONSEPSI MEMERANGI KORUPSI

(37)

www.bpkp.go.id

KONSEPSI MEMERANGI KORUPSI

KONSEPSI MEMERANGI KORUPSI

1.Mencegah dan menangkal sebelum

terjadi.

2.Mengungkapkan dan menindaklanjuti

sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

(Pendekatan Investigatif).

3. Memberdayakan Pelanggan dan

Masyarakat.

1.Mencegah dan menangkal sebelum

terjadi.

2.Mengungkapkan dan menindaklanjuti

sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

(Pendekatan Investigatif).

3. Memberdayakan Pelanggan dan

Masyarakat.

(38)

www.bpkp.go.id

MENGAPA PREVENTIF ? MENGAPA PREVENTIF ?

Apabila telah terjadi, korupsi mengakibatkan kerugian

keuangan yang cukup besar;

Hasil recovery atas uang negara yang dikorupsi sangat

kecil;

Kasus korupsi, merusak reputasi baik institusi maupun

individu;

Proses litigasi menyita waktu dan biaya yang cukup

banyak baik bagi aparat penegak hukum maupun calon

tersangka;

Semakin lama kejadian korupsi tidak terungkap, semakin

memberi peluang pelaku korupsi untuk menutupi

tindakannya dengan kecurangan yang lain.

(39)

www.bpkp.go.id

BAGAIMANA MENCEGAHNYA

BAGAIMANA MENCEGAHNYA

(40)

© 2008 BPKP www.bpkp.go.id

Membangun

Budaya

Anti

Korupsi

MENGGERAKKAN 

BUDAYA ANTI KORUPSI

(41)

www.bpkp.go.id

MENGGERAKKAN

BUDAYA

ANTI

KORUPSI

SIAPA YANG HARUS DIGERAKKAN

Pegawai

Formal

Diri

sendiri

&

keluarg

a

Unsur

Pndidika

n

Linkungan

sekitar dan

Non Formal

(42)

www.bpkp.go.id

NILAI-NILAI ANTI

KORUPSI

NILAI-NILAI ANTI

KORUPSI

MELALUI APA

(43)

© 2008 BPKP

(44)
(45)
(46)

www.bpkp.go.id

Corruption Perception Index (CPI) 2015.

(47)

www.bpkp.go.id

Indonesia menunjukkan kenaikan konsisten dalam

pemberantasan korupsi, namun terhambat oleh masih

tingginya korupsi di sektor penegakan hukum dan politik.

Tanpa kepastian hukum dan pengurangan penyalahgunaan

kewenangan

politik,

kepercayaan

publik

terhadap

pemerintah akan turun dan memicu memburuknya iklim

usaha di Indonesia. Demikian temuan Transparency

International (TI) dalam Corruption Perception Index (CPI)

2015.

Kondisi korupsi yang masih tinggi tersebut menyebabkan

pemerintah Indonesia melakukan perbaikan-perbaikan

dalam tata kelola pelayanan publik dan ternyata mampu

menaikkan skor Indonesia menjadi 36 dan menempati

urutan 88 dari 168 negara yang diukur. Skor Indonesia

secara pelan naik 2 poin, dan naik cukup tinggi 19

peringkat dari tahun sebelumnya. Skor CPI berada pada

rentang 0-100. 0 berarti negara dipersepsikan sangat

korup, sementara skor 100 berarti dipersepsikan sangat

bersih.

(48)

www.bpkp.go.id

Kenaikan tersebut belum mampu menandingi skor dan

peringkat yang dimiliki oleh Malaysia (50), dan Singapura

(85), dan sedikit di bawah Thailand (38). Indonesia lebih

baik dari Filipina (35), Vietnam (31), dan jauh di atas

Myanmar (22) (Transparency internasional Indonesia,

2015)

Corruption Perception Index (CPI) merupakan indeks

komposit yang mengukur persepsi pelaku usaha dan

pakar terhadap korupsi di sektor publik, yaitu korupsi yang

dilakukan oleh pegawai negeri, penyelenggara negara dan

politisi. Sejak diluncurkan pada tahun 1995, CPI telah

digunakan oleh banyak negara sebagai rujukan tentang

situasi korupsi dalam negeri dibandingkan dengan negara

lain.

(49)

www.bpkp.go.id

IPK 2017

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan

Korupsi

(KPK)

Saut Situmorang mengatakan saat ini

indeks persepsi korupsi

atau

Corruption

Perseption

Index (CPI) Indonesia masih jauh tertinggal dari negara

tetangga Malaysia. Indeks ini memetakan risiko korupsi

di tiap negara.

Mengutip dari hasil rilis Harvard Bussiness Review per

Oktober 2017 ini, Saut menuturkan indeks persepsi

korupsi Indonesia saat ini berada di angka 37 dari

rentang 0-100. Sedangkan negara tertangga seperti

Malaysia lebih tinggi atau berada di angka 50. "Kita harus

selesaikan banyak hal untuk setidaknya menyamai

Malaysia," kata Saut di Yogyakarta, Selasa 24 Oktober

2017.

(50)

www.bpkp.go.id

Jumlah Kerugian Negara2001-2015

Jumlah Kerugian Negara2001-2015

https://beritagar.id/.../kerugian-negara-akibat-korupsi-di-indonesia-...Translate this page

Apr 5, 2016 - Usia 25 tahun saatnya bikin

pilihan sembarangan ... Nilai kerugian negara

akibat tindak pidana korupsi di Indonesia

selama 2001-2015 mencapai Rp203,9 triliun. ...

UGM dalam analisa database korupsi yang

diterbitkan Selasa (5/4/2016). ... Rimawan

mengatakan, jumlah terpidana kasus korupsi di

pulau ...

https://beritagar.id/.../kerugian-negara-akibat-korupsi-di-indonesia-...

Translate this page

Apr 5, 2016 - Usia 25 tahun saatnya bikin

pilihan sembarangan ... Nilai kerugian negara

akibat tindak pidana korupsi di Indonesia

selama 2001-2015 mencapai Rp203,9 triliun. ...

UGM dalam analisa database korupsi yang

diterbitkan Selasa (5/4/2016). ... Rimawan

mengatakan, jumlah terpidana kasus korupsi di

pulau ...

(51)

www.bpkp.go.id

www.antikorupsi.org/.../kerugian-negara-akibat-korupsi-2015-sebe...

Translate this page

Feb 25, 2016 - Dinyatakan bahwa Kerugian

Negara akibat kasus korupsi mencapai Rp.

3,1 triliun. ... kasus korupsi yang terjadi

sepanjang tahun 2015, “Jumlahnya ada ...

ICW terhadap tren korupsi di Hotel Akmani,

Rabu 24 Februari 2016.

Jumlah Kerugian Selama2015

(52)

www.bpkp.go.id

Kepala Daerah Terjerat Korupsi

Jakarta, HanTer - Tingkat korupsi di Indonesia masih tetap

tinggi. Buktinya Komisi Pemberantasan (KPK), telah

mengungkap adanya

18 gubernur dan 343 bupati/wali

kota

yang terjerat kasus korupsi..

Hal ini diungkapkan Deputi Pengawasan Internal dan

Pengaduan KPK, Ranu Wiharja dalam acara Koordinasi

dan Supervisi (Korsup) KPK bertema Desiminasi Praktik

Tata Kelola Pemda Berbasis Elektronik di Pemda Provinsi

Bengkulu, Rabu (3/8/2016).

(53)

www.bpkp.go.id

Sulawesi Selatan

TEMPO.CO, Makassar - Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) menyebutkan Sulawesi Selatan

berada di urutan ke-7 dalam hal kasus korupsi di

Indonesia. Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan

mengatakan Sulawesi Selatan menjadi urutan ke-7

di antara semua provinsi di Indonesia.

"Tapi kasus itu tidak hanya ditangani KPK,

melainkan penegak hukum lain juga," ucap

Basaria di Makassar, Kamis, 2 Februari 2017.

(54)

www.bpkp.go.id

Kasus Korupsi di Sulawesi Selatan 2017

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Lembaga Anti Corruption

Commitee (ACC) Sulawesi menyebut kasus tindak pidana

korupsi di Sulawesi selatan sepanjang 2017 didominasi sektor

Infrastruktur.

"Sektor yang menjadi sarang koruptor dari 136 perkara yang

masuk di Pengadilan Tipikor Makassar paling banyak

infrastruktur dengan 43 perkara," kata Wakil Direktur

ACC Sulawesi

, Kadir Wokanubun.

Kemudian disusul sektor pemberdayaan masyarakat 38

perkara. Pelayanan publik 12 perkara, dana desa 11 perkara,

pengadaan barang dan jasa 11 perkara dan aset negara 8

perkara.

(55)

www.bpkp.go.id

Kasus Korupsi di Sulawesi Selatan 2017

Setelah itu sektor perbankan tujuh perkara, pendidikan enam

perkara dan kesehatan satu perkara.

Kadir menambahkan sepanjang tahun 2017 praktik korupsi di

Sulawesi Selatan semakin marak.

Tren korupsi itu terindikasi dari perkembangan jumlah kasus

di daerah ini yang terus mengalami peningkatan dibanding

tahun sebelumnya

(56)

www.bpkp.go.id

HOME

Ikut mengawasi penggunaan dana ,

Ikut mempertanggungjawabkan bukti

dengan benar

Mengkritisi laporan pertanggungjawaban

kegiatan organisasi

Mempraktekkan etika & moral yang jujur,

berani, dan kritis

Mengelola admintrasi dengan tertib dan

benar

(57)

www.bpkp.go.id

Santun

Berbudi pekerti

Bermoral

Bertanggungjawab

SETIAP MENYAMPAIKAN

ASPIRASI

HOME

(58)

www.bpkp.go.id

SIMPULAN

Usaha memerangi korupsi harus dilakukan bersama-sama,

baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat, secara

komprehensif dengan menggunakan tiga strategi:

investigatif/represif, preventif, dan edukatif

Gerakan moral perlu

dilakukan mulai dari diri

sendiri, mulai dari hal-hal

yang kecil, mulai dari

sekarang juga

(59)

MARI BERSAMA2 MEMERANGI

KORUPSI

Tim Sospak Perwakilan BPKP Provinsi Sultra

TERIMA

KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pakar adalah cabang dari kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), yaitu dengan menyimpan kepakaran dari pakar manusia ke dalam komputer dan meyimpan basis pengetahuan

Hasil analisis dengan korelasi didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu hamil primigravida dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi

I am happy to see this great work as part of collaborations among Universitas Ahmad Dahlan and Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas

Penelitian ini mengolah 1860 data yang berasal dari 155 perusahaan yang memnuhi kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa revaluasi aset tetap tidak memiliki pengaruh

Balai Perbibitan Ternak Unggul (BPTU) sapi Bali Pulukan selama ini mendapatkan pasokan sapi Bali calon bibit dari wilayah Instalasi Populasi Dasar (IPD), oleh

Muhidin Ruko Graha Cakra Kencana Blok G Gudang Hitam (Dekat Bank BRI Sungai Liat) 0717-93765.. 117 Pangkalpinang-JNE

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkah dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun Buku Panduan dan

Bedanya dengan gerhana bulan penumbral adalah bahwa saat bodi bulan masuk dalam bayangan semu bumi (penumbra) piringan bulan terlihat dari muka bumi utuh dan bulat, hanya saja