MANAJEMEN PEMBANGUNAN JEMBATAN JENIS BOX
GIRDER UNTUK MEMINIMALISASI KESALAHAN
PEKERJAAN GUNA MENDAPATKAN PROFIT PADA
PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN
Rachmad BonavintoAlumni 93 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Jl. Diponegoro V no 8/III Pekanbaru
0812 769 8789bonavinto@gmail.com / jembatanriau@gmail.com
Abstract
The bridges construction will be very expensive, because made that bridges used high technology, specific work of box girder method. Work will performed on the construction of the box girder is divided into three, among others: traveler form, post tensioning, concrete. The three work respective is dependence. If one work errors, other work must wait until the job that is suspended repaired. We need a good construction management, planning, actuating, controlling, so that the errors in the work can be avoided, it will expected to be profitible in the construction. It is no less important than the construction of the bridge, is the bridge treatment it self. With good maintenance, it will extend the bridge live’s spand, than the calculated age of the bridge. Many other Indonesia’s islands still need bridges for transportation. We are biggest country, I sure and confidence because the Indonesian engineers can made the biggest bridges than Suramadu bridges if opportunity and believed, didn’t help the other countries. We can to do that.
PENDAHULUAN
Pembagunan jembatan di wilayah Indonesia membutuhkan biaya yang sangat besar. Khususnya jembatan bentang panjang (long span), baru terlaksana adalah jembatan Suramadu merupakan jembatan yang dibanguan dengan investasi negara China. Sedangkan peran perusahaan milik negara, tergabung dalam CIC (Consortium Indonesia Contractors) mengerjakan Bentang Tengah (approach) dari pier 36 sampai Pier 44 sisi Surabaya. Untuk pekerjaan pylon dan cable stay dikerjakan oleh CCC (Consortium China Contractors) dari pier 48 sampai pier 57 sisi Madura, dengan panjang bentang jembatan keseluruhan 5438 m yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia untuk saat ini.
Gambar 1 Elevasi Jembatan Suramadu APPROACH BRIDGE
672 M 818 M
APPROACH BRIDGE
672 M
CABLE STAY BRIDGE
Pekerjaan jembatan Suramadu dilaksanakan oleh CIC memperoleh porsi pekerjaan yang tidak terlalu besar, karena kontraktor utama adalah CCC, meskipun demikian merupakan pembelajaran bagi ahli konstruksi jembatan di negeri ini untuk berbuat yang terbaik dalam pembangunan jembatan yang lain, khususnya jembatan bentang panjang. Masih banyak wilayah di Indonesia memerlukan jembatan sebagai sarana transportasi, sebagai contoh : Sumatera–Jawa, Bali–Lombok, tidak tertutup kemungkinan Indonesia–Malaysia. Jembatan jenis ini padat akan teknologi dan system manajemen konstruksi yang baik dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat terlaksana.
Penguasaan teknologi jembatan sangat penting, karena dengan penguasaan teknologi ini, kita dapat berkompetisi dengan negara lain dalam pekerjaan jembatan khususnya jenis box girder. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang teknik pembuatan jembatan jenis bax girder, secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian antara lain :
1. Pekerjaan Traveler Form 2. Pekerjaan Post Tensioning 3. Pekerjaan Concrete
Ketiga pekerjaan ini saling ketergantungan dalam pekerjaan pembuatan box girder. Jika terjadi kesalahan dalam salah satu pekerjaan, maka box girder tidak dapat buat sesuai dengan time schedule dan menunggu sampai kesalahan pekerjaan diperbaiki, baru pekerjaan lain dapat dilaksanakan.
PEMBAHASAN
Untuk lebih memahami teknik pekerjaan jembatan jenis box girder maka terlebih dahulu harus mengetahui urutan pekerjaan pembuatan box girder. Adapun urutan pekerjaan adalah sebagai berikut ini.
Pekerjaan Traveler Form
Traveler merupakan kotak cetak untuk pembuatan box girder yang dikendalikan secara mekanis dan secara manual. Jenis traveler yang pernah digunakan pada pembangunan jembatan Suramadu adalah traveler Borris dan traveler China. Kedua traveler ini mempunyai prinsip kerja yang berbeda. Traveler borris lebih unggul dari teknologi jika dibandingkan dengan traveler China. Adapun perbedaan kedua traveler dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Perbedaan Traveler Borris Dengan Traveler China
NO PERIHAL TRAVELER BORRIS TRAVELER CHINA
1 Model Framework berbentuk belah ketupat
Framework berbentuk segitiga sama kaki
2 Pemasangan join Pemasangan join lebih banyak karena pin berukuran kecil, berat pin ringan
Pemasangan join lebih sedikit karena ukuran pin lebih besar dan sangat berat
3 Launching Menggunakan hydraulic pump. Menggunakan tenaga manusia yang menarik traveler.
4 Lowering Menggunakan jack 60 ton yang dipasang pada stress bar
Mengandalkan chain block dan tenaga manusia.
5 Sledding rail Menggunakan pompa hidrolik untuk sledding
Menggunakan tenaga manusia yang menarik rel.
6 Listrik Membutuhkan arus listrik untuk menggerakan mesin
Tidak membutuhkan arus listrik.
7 Berat Traveler Berat 72 ton Berat 65 ton
8 Kedudukan hole sebagai tahanan traveler
Kedudukan hole lebih banyak Kedudukan hole sedikit
Dari tabel 1 diatas, dengan alat yang sama, tujuan yang sama tapi prinsip kerja yang berbeda. Kedua traveler ini mempunyai kelebihan dan mempunyai kekurangan masing-masing. Untuk lebih jelasnya tentang bentuk traveler ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3 Traveler China
Adapun pabrikasi untuk pembuatan traveler Borris ini dapat dikerjakan pada pabrikan dalam negeri. Sedangkan traveler China dibuat di pabrikasi negara China. Makalah ini hanya membahas traveler Borris karena lebih unggul dari segi teknologi. Untuk dapat mengoperasikan traveler borris maka terlebih dahulu harus mengetahui prinsip kerja dan bagian-bagian traveler. Bagian traveler secara garis besar dibagi menjadi tiga bahagian antara lain frame work, inner from, outer from.
Frame Work
Merupakan alat pengerak utama dari traveler yang dilengkapi dengan rel, roda, roda penarik, jack, stress bar 36, 32, 28, plate, nut.
Gambar 4 Frame Work
Alat bantu yang sangat penting adalah chain block, level block yang mempunyai kemampuan beban 10 ton, 5 ton, 3 ton, 1,5 ton, dan sling. Peralatan utama dari engine adalah main jack 250 ton yang dipasang pada titik berat frame work untuk menahan beban traveler serta mesin hydraulic pump sebagai tenaga penggerak traveler. Bantalan diperlukan sebagai kedudukan rel berupa kayu balok balok ukuran 8 cm x 14 cm. Rel ini mempunyai kedudukan berupa hole dengan jarak tertentu, untuk pemasangan stess bar yang berfungsi menahan traveler. Gambar 4 setting traveler di lapangan. Kesalahan pemilihan dan pemasangan stess bar, mengakibatkan bar akan putus dan traveler bisa terjugkal.
Inner From
Merupakan bagian dalam dari traveler yang berfungsi sebagai bekesting bagian dalam jembatan terdiri dari top inner, dinding inner, dan rail inner. Rail inner merupakan penggerak inner. Jika terjadi pekerjaan launching, inner from dapat dimajukan setelah pekerjaan bagian bawah dikerjakan selesai dengan sempurna. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan pembesian lantai jembatan, pembesian pada dinding box girder, pemasangan dackting dan pemasangan hole yang terbuat dari pipa paralon sebagai kedudukan stess bar. Jika terjadi kesalahan pemasangan hole, maka traveler tidak dapat launching. Oleh karena itu perlu diperhatikan pemasangan hole dengan jarak yang benar secara tepat.
Gambar 5 Pekerjaan Pada Inner
Outer From
Outer dilengkapi dengan plate foam work (lantai kerja) berfungsi melakukan pekerjaan yang terdapat di bagian luar pada sisi kiri dan kanan outer, lantai kerja dapat dipergunakan untuk pekerjaan finishing. Perlengkapan lainnya terdiri dari rail H beam yang berfungsi untuk memajukan outer dan H beam penjepit yang terletak di dinding outer yang berfungsi penahan concrete sewaktu pekerjaan pengecoran. Gambar 5 memperlihatkan dalam persiapan launching yang mana bottom dan outer dalam keadaan lowering, sedangkan inner menunggu persiapan lowering selesai dikerjakan. Bagian bawah yang disebut dengan bottom yang dilengkapi dengan stress bar 36 sebanyak 2 buah, dipasang pada kiri dan kanan dari box girder pada bagian dalam dengan jarak tertentu. Apabila launching dilaksanakan semua bottom diturunkan. Setelah launching dilaksanakan dengan sempurna maka stess bar 36 dipasang kembali pada kedudukan yang baru, sebelumnya telah dipersiapkan.
Gambar 6 Pekerjaan Launching
Pekerjaan Post Tensioning
Beton yang dihasikan mempunyai kekuatan dua kali lebih kuat dan sambungan antara segmen box girder kokoh, maka strand telah diinstall harus di stressing. Adapun langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada pekerjaan ini meliputi pekerjaan instalasi, pekerjaan stressing dan pekerjaan grouting.
Pekerjaan Instalasi
Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi adalah pemasangan duckting dengan jarak tertentu sesuai dengan gambar rencana, bersamaan dengan pembesian sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran. Untuk mengetahui jarak ducting pada setiap segmen terdapat pada shop drawing.
Gambar 7 Pemasangan Ducting
Pekerjaan Stressing
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pengecoran selesai, beton berumur minimal tiga hari. Stressing dibagi menjadi dua bagian yakni penarikan balance dan penarikan transversal. Penarikan balance ini lebih dikenal dengan penarikan angkur hidup. Sedangkan penarikan transversal lebih dikenal dengan penarikan dengan angkur mati. Pekerjaan stressing ini dicatat pada formulir yang telah ditentukan.
Gambar 8 Pengukuran Perpanjangan Piston Angkur yang digunakan pada pekerjaan ini dalalah :
1. Angkur hidup : 7 S, 12 S, 19S
2. Angkur mati : 7 H/U, 12 H/U, 19 H/U
Gambar 9 Perhitungan Stressing
Hasil dari penarikan strad ini dicatat dan dihitung tingkat keamananya sehingga box girder yang dibuat pempunyai mutu dan kekuatan konstruksi sesuai dengan rencana. Adapun tahapan yang digunakan pekerjaan strassing sebagai berikut ini.
Tahap pertama diberikan gaya dengan pembacaan manometer sebesar 5 Mpa dan selanjutnya diukur perpanjangan strand yang terjadi, dan dicatat pada formulir stressing. Tahap berikutnya dicatat tiap kelipatan 5 Mpa sampai pembacaan maksimum yang ditentukan. Sebagai contoh hasil pencatatan data :
Tabel 2 Stressing Pertama NO PRESSURE MANOMETER (Mpa) ELONGATION (mm) DIFFERENCE (mm) 1 5 23 2 10 36 3 15 49 4 20 63 5 25 76 6 30 90 67 7 30 21 8 35 33 9 40 47 10 45 61 11 50 74 12 52 79 58 TOTAL 125
Max pressure manometer = 52 Mpa
Summary = 125 x 52 = 138.3 mm
( 52 – 5 )
Tabel 3 Stressing Kedua (Balance) NO PRESSURE MANOMETER (Mpa) ELONGATION (mm) DIFFERENCE (mm) 1 5 45 0 2 10 45 0 3 15 46 1 4 20 46 1 5 25 47 2 6 30 47 2 7 35 48 3 8 40 51 6 9 45 58 13 10 50 66 21 11 52 73 28
L = 28 - 3 = 25
Elongation strand kedua = 25 mm
Total Elongation = 138.3 + 25 = 163.3 mm
Calculation = 170 mm
Deviation = ( 163.3 – 170 ) x 100% = -3.94% < 7% Oke
170
Pekerjaan Grouting
Pekerjaan grouting dilaksanakan setelah semua strand ditarik. Untuk memenuhi kekuatan yang direncanakan maka komposisi perbandingan semen : air : additive harus memenuhi perbandingan barikut ini.
Semen : 50 kg ( 1 zak )
Air : ( 40 – 44 ) % dari berat semen
20 – 22 liter per zak semen
Additive : Cebex – 100
0.45 % dari berat semen 225 gram per zak semen
Pekerjaan Concrete
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah semua pekerjaan pembesian dan pemasangan ducting selesai. Untuk itu semua peralatan seperti batching plan dalam keadaan baik di lokasi pekerjaan. Mutu beton yang dipakai pada pekerjaan box girder adalah beton mutu tinggi, maka pengujian beton untuk mengetahui mutu beton yang dipergunakan perlu dilaksanakan.
Kesalahan Pekerjaan Lapangan
Beberapa kesalahan pekerjaan dilapangan dapat terjadi akibat pengawasan yang kurang baik. Akibat dari kesalahan pekerjaan di lapangan menjadi schedule pekerjaan menjadi mundur. Untuk itu harus diadakan perbaikan lebih dahulu. Adapun kesalahan yang pernah terjadi pada pekerjaan box girder di jembatan Suramadu antara lain:
1. Tersumbatnya ducting akibat tekanan vibrator sewaktu pekerjaan pengecoran dilaksanakan. Akibatnya strand tidak dapat distressing. Untuk itu diadakan pekerjaan perbaikan.
Gambar 10 Duckting Tersumbat
2. Jatuhnya bottom sewaktu penurunan pada segmen clousere. Adapun salah satu penyebab jatuhnya bottom ini adalah putusnya sling yang dipergunakan dilapangan. Sling yang sering dipakai berulang kali mengalami gesekan, akibatnya dapat mengurangi kekuatan sling. Untuk itu perlu dipemeriksaan keadaan sling sebelum pekerjaan dilaksanakan.
Gambar 11 Bottom Jatuh
KESIMPULAN
Pekerjaan jembatan jenis box girder harus menguasai tiga hal yakni pekerjaan traveler, pekerjaan post tenstiong dan pekerjaan concrete, karena ketiga pekerjaan ini saling ketergantungan. Agar tidak terjadi kesalahan diperlukan manajemen proyek yang baik. Mengingat biaya untuk pekerjaan jembatan jenis ini menghabiskan biaya yang sangat besar. Jika terjadi kesalahan dalam pekerjaan dapat diminimalis, dengan demikian terjadi penghematan anggaran dan profit pekerjaan dapat diperoleh. Dalam pekerjaan proyek besar, penguasaan teknologi sangat penting. Jembatan merupakan salah satu sarana transportasi yang sangat penting. Dengan menguasai teknologi khususnya teknologi jembatan maka dapat mengurangi peran perusahaan asing yang bergerak di bidang konstruksi, khususnya konstruksi jembatan di negeri ini, karena kemampuan kita tidak kalah dari bangsa lain yang lebih dahulu maju. Selain pembagunan jembatan ada hal lain yang tidak kalah penting yakni perawatan jembatan yang telah dibanguan dengan kerja keras dan biaya yang sangat besar. Untuk itu diperlukan perawatan jembatan secara
berkala dan terarah, maka umur pelayan jembatan dapat ditingkatkan dari umur rencana. Hal ini perlu diperhatikan mengingat masih banyak wilayah di negeri ini membutuhkan konstruksi jembatan bentang panjang sebagai sarana transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
CIC. 2006. Indoneisan Suramadu Bridge Free Cantilever Construction From Traveler Design (type A 36 -180). Consortium Indonesian Contactors (CIC).
CIC. 2004. Presentation Bridge. ADHI-HUTAMA-WASKITA-WIJAYA JO SURAMADU PROJECT APPROACH BRIDGE.
VLM Engineering, 2000. VLM Prestressing Anchorage System. Liuzhou VLM Prestressing Co. Ltd