• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tropika) namun dikenal luas sejak dahulu oleh orang-orang yang tinggal di sekitar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tropika) namun dikenal luas sejak dahulu oleh orang-orang yang tinggal di sekitar"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prospek dan Arah Pengembangan Pisang

Pisang berasal dari daerah Malesia (Asia Tenggara dan Australia tropika) namun dikenal luas sejak dahulu oleh orang-orang yang tinggal di sekitar Samudra Hindia. Tumbuhan ini hidup di daerah tropis yang lembab, terutama di dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim (Departemen Pertanian, 2007)

Pisang merupakanbuah yang tumbuh berkelompok di daerahtropis. Ada beberapa jenis pisang yang warnanya berbeda-beda, tetapi hampir semua yang dijual di pasar atau supermarket berwarna kuning ketika sudah matang dan berbentuk melengkung. Pisang banyak mengandung kalium. Selain memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat menyediakan cadangan energi yang tinggi. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang relatif populer antara lain Kripik Pisang asal Lampung, Sale pisang (Bandung),

Pisang Molen (Bogor), danepe (Makassar).

Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan diharapkan dapat meningkatkan konsumsi buah pisang secara nasional. Volume produksi dan luas panen yang relatif besar di Indonesia dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan buah pisang merupakan tanaman unggulan di Indonesia. Namun demikian pengelolaan pisang masih sebatas tanaman pekarangan atau perkebunan rakyat yang kurang dikelola secara intensif. Penanaman pisang berskala besar telah dilakukan di beberapa tempat antara lain di pulau Halmahera (Maluku Utara), Lampung, Mojokerto

(2)

(Jawa Timur), dan beberapa tempat lainnya, sehingga Indonesia pernah pengekspor pisang dengan volume mencapai lebih dari 100.000 ton pada tahun 1996, tetapi pada tahun-tahun berikutnya volume ekspor tersebut terus menurun dan mencapai titik terendah pada tahun 2004 yaitu hanya 27 ton (Departemen Pertanian, 2007)

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk meningkatkan ekspor buah pisang. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan lahan yang cukup luas di Kalimantan, Papua, kepulauan Maluku, Sulawesi dan Sumatera; iklim yang mendukung; keragaman varietas yang cukup tinggi; sumber daya manusia serta inovasi teknologi untuk pengelolaan tanaman pisang.

Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.

Pengembangan pisang di Indonesia membutuhkan adanya investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu juga diperlukan adanya didukung pemerintah berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan kemudahan dan jaminan keamanan berinvestasi serta perbaikan sarana pendukung seperti sistem pengairan, transportasi, komunikasi dan sarana pasar komoditas agribisnis pisang.

(3)

2.2. Keripik Pisang

Pisang dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1) Pisang yang dimakan dalam bentuk segar, misalnya : pisang ambon, raja sere, raja bulu, susu, seribu, dan emas. 2) Pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya: pisang kepok, nangka, raja siam, raja bandung, kapas, rotan, gajah, dan tanduk. Pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi daripada buah-buahan lainnya, namun buah pisang mudah busuk. Untuk mencegah pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk keripik, dodol, sale, anggur, dan lain-lain. Keripik pisang sudah sejak lama diproduksi masyarakat. Hasil olahan keripik pisang mempunyai rasa yang berbeda-beda, yaitu : asin, manis, manis pedas, dan lain-lain. Pembuatan keripik pisang sangat sederhana dan membutuhkan modal yang tidak terlalu besar. Pisang yang baik dibuat keripik adalah pisang ambon, kapas, tanduk, dan kepok.

Peralatan yang dibutuhkan dalam pengolahan pisang menjadi kripik pisang antara lain: 1) Pisang tua (mengkal) 20 kg; 2) Minyak goreng 1 kg; 3) Garam secukupnya. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan keripik pisang : 1) Baskom; 2) Alas perajang (talenan) 3) Pisau; 4) Ember plastik; 5) Penggorengan (Wajan); 6) Lilin (untuk kantong plastik); 7) Tungku atau kompor; 8) Tampah (nyiru); 9) Keranjang bambu; 10) Kantong plastik (sebagai pembungkus). Cara pembuatan keripik pisang menurut Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tahun 2006, antara lain:

1. Jemur pisang selama 57 jam, lalu kupas;

(4)

3. Siapkan minyak yang telah dibubuhi garam kemudian panaskan. Goreng, irisan pisang tersebut sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu dengan yang lainnya. Penggorengan dilakukan selama 57 menit tergantung jumlah minyak dan besar kecilnya api kompor;

4. Angkat keripik setelah berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan; 5. Saring minyak setelah lima kali penggorengan, kemudian tambahkan minyak

baru dan garam;

6. Masukkan dalam kantong plastik atau stoples setelah keripik pisang cukup dingin.

Berikut ini disajikan diagram alur pembuatan keripik pisang :

Gambar 1. Diagram Alur Pembuatan Keripik Pisang

Sumber: Deputi Menristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Tahun 2006

Pisang

Di kupas

Di iris tipis-tipis (± 1- 2 mm)

Di goreng Minyak dan Garam

Keripik Pisang Di jemur (± 5-7 jam)

(5)

2.3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.3.1. Batasan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Berbagai literatur yang menjabarkan kategori usaha didasarkan pada aset, jumlah pekerja, dan omset. Terdapat lima sumber yang dapat dipakai sebagai acuan, yaitu, UU. No 9095 Tentang Usaha Kecil, BPS, Menteri Negara Koperasi dan UKM, bank Indonesia, dan Bank Dunia.

Pada UU No. 9/1995 terdapat defenisi untuk usaha kecil dan cenderung mengabaikan usaha mikro dan usaha menengah. Undang-Undang tersebut membuat klasifikasi sederhana dengan mengelompokkan dua dunia usaha, yaitu, usaha kecil dan usaha besar. Bank Indonesia membuat definisi yang lebih kualitatif untuk usaha mikro. Lebih jelas mengenai menjabaran kategori usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

(6)

Tabel 3 Penjabaran Kategori Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah

Lembaga Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah

UU No 9 Tahun 1995

 Aset = Rp. 200 juta di luat tanah dan bangunan  Omset = Rp. 1

milyar setahun BPS Pekerja < 5 orang,

termasuk tenaga kerja keluarga

Pekerja 5-9 orang Pekerja 20-99 orang

Menteri Negara Koperasi dan UKM

 Aset < Rp. 200 juta di luat tanah dan bangunan  Omset < Rp. 1 milyar/tahun  Independen  Aset > Rp. 200 juta  Omset antara Rp. 1 milyar-Rp. 10 milyar/ tahun Bank Indonesia Dijalankan oleh rakyat

miskin atau mendekati miskin, bersifat usaha keluarag, menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri

 Aset< Rp. 200 juta

 Omset< Rp. 1 milyar  Untuk kegiatanindustri, aset <Rp. 5 milyar, untuk lainnya (termasuk jasa) aset<Rp. 600 juta di luar

 tanah dan bangunan Omset < Rp. 3 milyar per tahun Bank Dunia  Pekerja, <10 orang

 Aset<$ 100 Ribu  Omset< $. 100 ribu

per tahun

 Pekerja, <50 orang  Aset<$ 3 juta  Omset< $. 3 juta per

tahun  Pekerja, <300 Orang  Aset<$ 15 juta  Omset< $. 15 juta per tahun Sumber: Husen, 2005

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah batasan katgori usaha kecil menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan kategori BPS tersebut usaha keripik pisang ”Kondang Jaya” termasuk ke dalam usaha kecil.

2.3.2 Perkembangan, Prospek, dan Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Berdasarkan berbagai studi diketahui bahwa dalam mengembangkan usahanya UMKM menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: 1)

(7)

manajemen, 2) permodalan, 3) teknologi, 4) bahan baku, 5) informasi danpemasaran, 6) infrastruktur, 7) birokrasi dan pungutan, 8) kemitraan. Dari beragamnya permasalahan yang dihadapi UMKM, nampaknya permodalan tetap menjadi salah satu kebutuhan penting guna menjalankan usahanya, baik kebutuhan modal kerja maupun investasi.

Pengembangan sektor UMKM bertumpu pada mekanisme pasar yang sehat dan adil. Langkah strategis yang perlu ditempuh demi keunggulan UMKM adalah sebagai berikut: Pertama, sumberdaya lokal (local resources) harus dijadikan basis utama, karena salah satu karakter UMKM adalah melakukan proses efisiensi dengan mendekatkan sumber bahan baku. Kedua, pembentukan infrastruktur pendamping yang dapat membantu pelaku UMKM menghadapi embaga pembiayaan, mengadopsi teknologi, dan mengakses pasar luas. Pusat inkubasi bisnis dapat dimulai masyarakat, tapi harus didukung penuh pemerintah.

Ketiga, hadirnya lembaga penjamin kredit merupakan pilihan tepat, karena rendahnya aksesibilitas UMKM terhadap lembaga pembiayaan berpangkal dari ketiadaan agunan. Keempat, penggunaan teknologi yang berbasis pengetahuan lokal (indigenous knowledge) dilakukan pemerintah bekerjasama dengan perguruan tinggi. Ketergantungan terhadap teknologi asing yang berbiaya tinggi harus segera diakhiri. Kelima, penyediaan informasi bagi pelaku UMKM terkait dengan peluang pasar dan pemanfaatan teknologi. Keenam, meningkatkan promosi produk dalam negeri di arena perdagangan lintas negara. Pelaku UMKM yang terdiri dari kelompok pengrajin, pengusaha tekstil, pengolah bahan pangan, pedagang eceran sampai asongan telah membuktikan diri mampu bertahan di masa krisis.

(8)

2.3.3. Ciri Umum Usaha Kecil Menengah (UKM)

Ada beberapa hal yang merupakan ciri UKM dan usaha mikro. Menurut Mintzberg dalam Husen (2005) bahwa sektor usaha UKM sebagai organisasi ekonomi/bisnis mempunyai beberapa karakter seperti : 1) Struktur organisasi yang sangat sederhana; 2) Mempunyai kekhasan; 3) Tidak mempunyai staf yang berlebihan; 4) Pembagian kerja yang lentur; 5) Memiliki hierarki manajemen yang sederhana; 6) Tidak terlalu formal 7) Proses perencanaan sederhana; 8) Jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan; 9) Jumlah karyawannya sedikit; 10) Tidak ada pembedaan aset pribadi dan aset perusahaan; 11) Sistem akuntansi kurang baik (bahkan biasanya tidak punya).

Menurut Prawirokusumo (1999), jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja, UKM secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Fleksibel, dalam arti jika menghadapi hambatan dalam menjalankan usaha akan mudah berpindah ke usaha lain.

2. Dari sisi permodalan, tidak selalu tergantung pada modal dari luar, UKM bisa berkembang dengan kekuatan modal sendiri.

3. Dari sisi pinjaman (terutama pengusaha kecil sektor tertentu seperti pedagang) sanggup mengembalikan pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi.

4. UKM tersebar di seluruh Indonesia dengan kegiatan usaha di berbagai sektor, merupakan sarana distributor barang dan jasa dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan penjabaran di atas UKM merupakan suatu unit organisasi yang sederhana. Karena lingkup usahanya terbatas maka UKM tidak mengunakan

(9)

tenaga kerja secara berlebihan. Tenaga yang ada sering dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini bisa dilihat bahwa tenaga di UKM dapat mengerjakan beberapa jenis pekerjaan yang berlainan. Dengan demikian mereka dapat menekan biaya tenaga kerja. Biasanya tenaga kerja yang terlibat di UKM bisa bertahan lama karena hubungan yang dikembangkan di sana adalah pola kekeluargaan. Ini menjadi karakteristik UKM di mana hubungan antara pengusaha dan pekerja bersifat tidak formal.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Prihatin (2006), meneliti tentang Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Perusahaan Suseno di Bandar Lampung. Tujuan dari penelitiannya yaitu : (1) mengidentifikasi sikap konsumen terhadap atribut keripik pisang (2)mengidentifikasi dan menganalisi faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran keripik pisang di perusahaan Suseno, (3) menyusun alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis sikap konsumen, lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang dihadapi, (4) memilih strategi yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan. Metode analisis yang digunakan yaitu identifikasi ikap konsumen terhadap keripik pisang dengan menggunakan analisis multiatribut Fishbein, matriks IFE dan EFE, kemudian merumuskan strategi dengan menggunakan matriks SWOT serta merekomendasikan strategi terbaik bagi perusahaan dengan menggunakan QSPM.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen keripik pisang berdasarkan jenis kelamin adalah wanita, usia antara 26-35 tahun, pendidikan terakhir sarjana, pekerjaan swasta dan berpendapatan antara 1,5 – 2 juta. Hasil analisis evaluasi, sikap konsumen menunjukkan bahwa atribut

(10)

kerenyahan merupakan atribut yang paling penting bagi responden dalam mempertimbangkan pembelian keripik pisang. Berdasarkan matriks IFE diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah letak perusahaan yang strategis, perusahaan merupakan pionir dan pemimpin pasar pada industri keripik pisang, kualitas keripik pisang baik, citra merek perusahaan kuat, hubungan dengan pelanggan terjalin baik, dan keadaan keuangan perusahaan tidak tergantung pihak luar.

Kelemahan perusahaan keripik pisang Suseno yaitu labelisasi kemasan belum lengkap, distribusi produk hanya di daerah tertentu, harga produk lebih mahal dibanding pesaing, kegiatan promosi masih terbatas, serta kelebihan produksi. Kekuatan utama adalah perusahaan merupakan pionir dan pemimpin pasar pada industri keripik pisang. Sedangkan kelemahan utama adalah distribusi produk hanya di daerah tertentu. Berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa peluang utama perusahaan adalah konsumsi keripik pisang yang terus meningkat. Sedangkan ancaman terbesar bagi perusahaan adalah kenaikan biaya produksi akibat naiknya harga BBM dan elpiji. Hasil alternatif strategi pemasaran yang diprioritaskan oleh perusahaan untuk diimplementasikan adalah meningkatkan kerjasama dengan toko makanan, swalayan, atau distributor yang adadi dalam maupun di luar Propinsi Lampung untuk meningkatkan penjualan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Iriana (2004), melakukan

penelitian yang berjudul ”Strategi Pengembangan Bisnis Teh, Studi Kasus di

Perkebunan Gedeh PTPN VIII, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”, penelitian tersebut bertujuan untuk memformulasikan strategi bisnis yang tepat bagi perusahaan supaya dapat meningkatkan daya saing perusahaan melalui

(11)

identifikasi faktor internal dan eksternal dan memformulasikan suatu strategi komprehensif bagi Perkebunan Gedeh. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif sesuai analisi lingkungan internal dan eksternal. Alat analisis yang digunakan Matriks IFE dan EFE, selanjutnya penyusunan strategi dilakukan dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, sedangkan untuk pemilihan strategi digunakan matriks QSP sebagai rumusan terakhir.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa fator internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan menunjukkan bahwa kekuatan terbesar dalam perumusan strategi pengembangan bisnis perkebunan Gedeh adalah iklim kerja yang kondusif, sedangkan kelemahan utamanya adalah pemeliharaan kebun yang belum optimal. Faktor eksternal dapat digolongkan menjadi peluang dan ancaman. Peluang utama perkebunan Gedeh adalah perkembangan teknologi mekanisasi dan pengolahan. Ancaman utamanya yaitu kelangkaan pasokan pupuk. Berdasarkan analsis matriks IE diketahui bahwa Perkebunan Gedeh berada dalam kondisi interal rata-rata dan respon Perkebunan Gedeh terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang. Strategi yang sebaiknya diambil adalah mempertahankan dan memelihara. Alternatif strategi yang disarankan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Penelitian yang dilakukan Sinurat (2004), mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Sari Buah mengkudu (Morinda Citrifolia L) pada CV Morinda House, Bogor, bertujuan untuk menganalisi lingkungan eksternal sehingga teridentifikasi peluang dan ancaman pasar, menganalisis kondisi lingkungan internal agar teridentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh CV Morinda House Bogor. Dalam penelitian tersebut dilakukan analisis data

(12)

secara deskriptif dan kualitatif menggunakan analisis strategi pemasaran, lingkungan pemasaran, matriks IFE dan EFE, matriks IE dan analisis SWOT.

Hasil dari penelitian tersebut, dari lingkungan eksternal teridentifikasi bahwa tingkat inflasi yang rendah merupakan peluang terbesar sedangkan faktor ancaman terbesar adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga tahun belakangan ini masih rendah. Berdasarkan analisis lingkungan internal teridentifikasi bahwa kuatnya motivasi pimpinan untuk memajukan perusahaan merupakan kekuatan terbesar dan aspek pemasaran yang belum terkelola dengan baik merupakan faktor kelemahan terbesar. Startegi yang tepat untuk dijalankan oleh CV Morinda House, dalam mengembangkan usahanya adalah peningkatan kegiatan promosi, penetapan pasar sasaran yang terfokus, pemanfaatan jasa perbankan, tetap mempertahankan mutu, evaluasi proses dan metode produksi, merekrut ahli pemasaran, mengurangiketergantungan dengan litbang dan menaikkan gaji karyawan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Astono (2004) menganalisis strategi pengembangan bisnis jagung Manis (Zea Mays Saccharata, Sturth) pada CV. Bintang Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk 1) Mengidentifikasi dan menganalisis peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki CV. Bintang Tani dalam menjalankan bisnis jagung manis; 2) Merumuskan formulasi strategi bagi CV Bintang Tani berdasarkan faktor eksternal dan internal perusahaan; 3) Menentukan prioritas strategi pengembangan bisnis jagung manis yang tepat bagi CV. Bintang Tani dalam pengembagan bisnis jagung manis. Penelitian ini

(13)

menggunakan teknik analisis berupa matriks IFE, EFE dengan menggunakan metode PEST, Matriks SWOT dan QSPM.

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal didapatkan peluang utama perusahaan brupa munculnya swaslayan-swalayan baru, sedangkan ancaman terbesar adalah kekuatan tawar menawar pembeli. Hasil skor matriks EFE diperoleh sebesar 2,678 dan skor matriks IFE sebesar 2,783, sehingga didapat posisi perusahaan pada kuadran V. Pada posisi tersebut, strategi yang terbaik dilakukan oleh perusahaan yaitu hold and maintain atau strategi stabilitas dengan alternatif pilihan strategi adalah penetrasi pasar dan pengembangan pasar.

Ginardi (2002) melakukan analisis strategi pengembangan komoditas teh PTPN VIII Goalpara Sukabumi, yang bertujuan untuk menganalisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan ancaman dan menganalisis strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan agribisnis teh pada perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis berupa matriks IFE, EFE, Matriks SWOT dan QSPM serta diagram Fishbone. Hasil penelitian penunjukkan bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi perkembangan PTPN VIII Goalpara terdiri dari kekuatan terbesar adalah kualitas dan merek produk yang dikenal, kelemahan terbesar adalah tanah yang kurang subur dan topografi berbukit. Sedangkan berdasarkan analisis faktor eksternal diperoleh peluang terbesar adalah pelanggan dan konsumen yang loyal dan ancaman terbesar adalah UMR dan harga bahan baku meningkat.

Berdasarkan analisis matriks IE dapat disimpulkan bahwa posisi divisi produksi teh PTPN VIII Goalpara berada pada sel V yang brarti mampu

(14)

menerapkan strategi mempertahankan dan memelihara dengan penerapan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Alternatif strstegi yang dihasilkan dalam matrik SWOT dianalisis lebih lanjut dengan Matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi unggul mutu merupakan startegi yang diprioritaskan. Sebagai penunjang strategi yang akan diimplementasikan diberikan suatu teknik pengendalian mutu di PTPN VIII Goalpara yang dianalisis dengan diagram Fishbone untuk mendukung proses pencapaian strategi unggul mutu yang akan diterapkan dengan menganalisis faktor bidang operasional yang saling mendukung dan merupakan suatu kesatuan sistem di perkebunan agribisnis teh.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian lainnya yang telah dilakukan antara lain 1) Meneliti produk pertanian dalam arti luas; 2) Menggunakan analisis matriks IFE dan EFE, Matriks IE dan matrikis SWOT, sehingga dari persamaan tersebut dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing penelitiain tersebut untuk memperkaya pembahasan dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa pada penelitian ini digunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan prioritas alternatif strategi dalam pengembangan usaha, sedangkan penelitian-penelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan di atas menggunakan matriks QSPM.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alur Pembuatan Keripik Pisang
Tabel  3  Penjabaran  Kategori  Usaha  Mikro,  Usaha  Kecil,  dan  Usaha Menengah

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan air dari mata air Cipager yang digunakan untuk daerah layanan Dusun Palutungan, Dusun Malaraman dan Dusun Cisantana, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur

Tidak hanya itu, sekolah juga menetapkan indikator ketuntasan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 70 (nilai rata-rata kelas). Berdasarkan indikator keberhasilan yang

Metode penelitian yang dilakukan pada riset ini menggunakan metode analisis-deskriptif, dengan pendekatan linguistik.Penulis melacak dan menghimpun ayat-ayat

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data curah hujan yang diperlukan kemudian mencari hujan maksimum setiap tahunnya, melakukan analisis

Kata DAFTAR LAMPIRAN pada halaman ini ditulis dengan huruf Times New Roman dengan huruf kapital yang diletakan di tengah dengan ukuran huruf 14 pt yang dicetak

infrastruktur jaringan irigasi yang telah dibangun serta fasilitas pendukungnya dalam Kabupaten Sidenreng Rappang dengan pencapaian indikator kinerja program

Hal ini disebabkan oleh nilai fitur iris pada bagian real yang merupakan hasil konvolusi dengan tapis Gabor 2-D lebih dominan menghasilkan nilai lebih besar