• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Correlation between Resiliency and Stress in Completing Thesis on College Students at Department of Psychology Sebelas Maret University

Marlyn Triyana, Tuti Hardjajani, Nugraha Arif Karyanta

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret

ABSTRAK

Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menemui berbagai hambatan yang membuat mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa yang mengalami stres perlu penanganan secepatnya, sebab mahasiswa yang mengalami stres saat menyusun skripsi berdampak pada kelulusan mahasiswa tidak tepat waktu. Di sisi lain, resiliensi merupakan salah satu faktor penting bagi mahasiswa yang mengalami stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2008 sampai 2010 di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang sedang mengerjakan skripsi dengan masa studi lebih dari empat tahun. Penelitian ini adalah studi populasi yang melibatkan seluruh populasi yang berjumlah 40 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan yaitu skala stres dalam menyusun skripsi dengan daya beda aitem 0,305 - 0,659 dan reliabilitas 0,746, skala resiliensi dengan daya beda aitem 0,300 - 0,653 dan reliabilitas 0,805.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hubungan tersebut ditunjukkan dari hasil korelasi product moment diperoleh r = -0,427 dan p = 0,006 (p < 0,05). Adanya hubungan negatif tersebut didukung hasil tingkat stres dalam menyusun skripsi responden penelitian termasuk kategori tinggi dan tingkat resiliensi responden penelitian termasuk kategori rendah. Artinya, semakin rendah resiliensi, maka semakin tinggi stres dalam menyusun skripsi. Besarnya sumbangan resiliensi terhadap stres dalam penyusunan skripsi 18,3%. Hal ini berarti masih terdapat beberapa variabel lain yang mempengaruhi stres dalam penyusunan skripsi sebesar 81,7%.

Kata kunci: Resiliensi, stres, mahasiswa.

PENDAHULUAN

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas maupun institusi atau akademi. Individu yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Monks (2007) menjelaskan bahwa mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa

awal, yaitu pada usia 18-21 dan 22-24 tahun. Pada usia tersebut mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal. Remaja akhir dan dewasa awal merupakan tahap perkembangan yang sulit dan kritis. Tugas perkembangan pada masa tersebut menuntut perubahan besar dalam bersikap dan berperilaku sehingga mampu

(2)

commit to user

2 mengarahkan diri dan mengambil keputusan

untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Saat mahasiswa telah menempuh semester akhir dan telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya, mahasiswa diwajibkan untuk membuat suatu karya ilmiah yaitu skripsi. Di setiap angkatan dapat dipastikan ada beberapa mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan perkuliahan tepat waktu. Hal ini dibuktikan penelitian yang pernah dilakukan oleh Dewi (2011) di Universitas Sebelas Maret pada Program Studi Psikologi. Mahasiswa angkatan 2004 yang telah lulus selama empat tahun (delapan semester) sebanyak 17 orang dari sejumlah 54 mahasiswa, artinya sekitar 68% mahasiswa lainnya terlambat lulus. Sedangkan pada angkatan 2005 yaitu dari 40 mahasiswa, baru terdapat 8 orang lulus, dengan kata lain 80% mahasiswa masih dalam proses skripsi. Angkatan 2006 yang telah lulus sebanyak 13 orang dari 70 mahasiswa, artinya 81,4% terlambat lulus. Pada angkatan 2007 dari 68 mahasiswa, sebanyak 12 mahasiswa yang lulus, artinya sekitar 82,4% yang tidak mencapai kelulusan selama empat tahun studi. Mahasiswa yang kelulusannya tidak tepat waktu, karena dalam pengerjaan skripsi menemui berbagai hambatan, antara lain hambatan membuat judul yang menarik dan pencarian bahan atau literatur memang tidak mudah, karena tidak semua informasi dapat dijadikan literatur dan proses pencarian membutuhkan waktu yang relatif lama. Mahasiswa kurang tekun untuk berkonsultasi dengan dosen, dengan alasan dosen sulit

ditemui, dan ketidakmampuan mahasiswa dalam membagi waktu dalam menyusun skripsi.

Berbagai hambatan seperti dijelaskan di atas berpotensi memberikan tekanan pada diri mahasiswa, cemas, sulit berkonsentrasi, malas mengerjakan skripsi, menghindar, atau bahkan meningkatnya permasalahan psikologis yang lain, misalnya frustasi, stres, atau menunda mengerjakan skripsi. Dampak mahasiswa yang tidak lulus tidak tepat waktu dapat mengurangi kualitas perkuliahan dan nilai Indeks Prestasi (IP). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Fadilah (2013) di Universitas Mulawarman menjelaskan bahwa mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami peningkatan stres yang tinggi. Semua kesulitan dapat menimbulkan stres yang akan bertambah jika ada teman-teman satu angkatan atau angkatan di bawahnya sudah mampu menyelesaikan lebih dahulu. Oleh sebab itu, mahasiswa dituntut untuk segera menyelesaikan skripsi tersebut dalam jangka waktu yang telah ditentukan, sehingga tidak timbul stres.

Stres terjadi ketika tekanan dirasa melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya Palmer (2007). Stres merupakan kondisi ketika individu berada dalam situasi yang penuh tekanan atau ketika individu merasa tidak sanggup mengatasi tuntutan yang dihadapinya. Tuntutan terhadap mahasiswa merupakan sumber stres yang potensial. Sumber stres yang potensial memicu timbulnya stres yang berhubungan dengan

(3)

commit to user

3 peristiwa akademis (academic stress) maupun

psikologis. Ketika individu mengalami stres seringkali tidak memiliki kemampuan mengatasi atau melakukan strategi dengan tepat, sehingga permasalahan yang dihadapi tidak mampu terselesaikan. Reaksi stres mahasiswa dapat muncul dalam bentuk perubahan psikologis dan fisik yang mempengaruhi motivasi rendah dan berdampak pada penundaan penyusunan skripsi. Hambatan yang bersifat psikologis biasanya menjadi penyebab yang paling berpengaruh dalam timbulnya stres (Shenoy, 2004).

Amelia, dkk. (2014) menjelaskan, bahwa stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, bersumber dari akademik maupun non akademik. Stres yang bersumber dari akademik seperti jadwal kuliah dan praktikum yang padat, tugas yang menumpuk, bahan ujian yang banyak, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rendah dan masalah akademik lainnya. Sedangkan stres yang berasal dari non akademik adalah masalah keuangan, masalah keluarga, interpersonal maupun intrapersonal. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa faktor stres yang terjadi pada mahasiswa dipengaruhi oleh faktor di luar mahasiswa, seperti tugas yang padat, jadwal kuliah padat, IPK rendah, masalah keuangan, dan keluarga.

Santrock (2003) menyebutkan, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres, yaitu: 1) beban yang terlalu berat, konflik, dan frustrasi; 2) faktor kepribadian; dan 3) faktor

kognitif. Tipe kepribadian yang dimiliki mahasiswa berpengaruh terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya. Ada tipe mahasiswa yang tetap optimis ketika menemui kesulitan, tetapi ada juga mahasiswa yang pesimis.

Mahasiswa yang memiliki kepribadian optimistis dalam menghadapi hambatan akan berusaha untuk mengatasi hambatan dan terhindar dari stres, sehingga penyusunan skripsi dapat diselesaikan. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki kepribadian pesimis kurang berusaha dalam mengatasi hambatan yang menjadi beban, sehingga mahasiswa dalam mengerjakan skripsi menjadi tidak tepat waktu. Kepribadian optimis memotivasi mahasiswa untuk memaksimalkan kemampuannya dalam menyelesaikan skripsi. Kemampuan mahasiswa untuk tetap mengerjakan skripsi walaupun mengalami kesulitan disebut resiliensi.

Mahasiswa yang memiliki resiliensi tinggi adalah mahasiswa yang berhasil keluar dari masalah-masalah yang dihadapi dan sukses dalam menjalani masa studinya serta menganggap masalah tersebut adalah bagian dari tantangan masa studinya, dan bukan hal yang harus dijadikan alasan untuk terpuruk. Widuri (2012) dalam penelitiannya dengan subjek mahasiswa di Universitas Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa mahasiswa membutuhkan resiliensi agar mampu menyesuaikan diri dan tetap dapat

(4)

commit to user

4 mengembangkan dirinya dengan baik sesuai

kompetensi yang dimiliki.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui, bahwa mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menemui berbagai hambatan yang membuat mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa yang mengalami stres perlu penanganan secepatnya, sebab mahasiswa yang mengalami stres saat menyusun skripsi berdampak pada kelulusan mahasiswa tidak tepat waktu. Mahasiswa akan menunda-nunda menyelesaikan skripsi. Resiliensi merupakan salah satu faktor penting bagi mahasiswa yang mengalami stres. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan judul: “Hubungan antara Resiliensi dengan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret”.

DASAR TEORI

1. Stres pada Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi

Stres dialami oleh setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status sosial ekonomi. Stres bisa dialami oleh bayi, anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “singere” yang berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dngan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke

waktu dari straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007).

Stres menurut Sarafino (1998), adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang. Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa memenuhi tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri. Ketegangan yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian akan berkembang menjadi stres.

Menurut Sarwono (1997), mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang statusnya terikat dengan perguruan tinggi. Ismanda dkk. (2013), mendefinisikan mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di Perguruan Tinggi dengan batas usia 18-30 tahun. Untuk mencapai kelulusan di perguruan tinggi, mahasiswa harus menyelesaikan tugas membuat skripsi. Mengerjakan sebuah skripsi menjadikan kebanyakan mahasiswa stres, takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri.

Stres pada mahasiswa dalam menyusun skripsi, yaitu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai

(5)

commit to user

5 potensial membahayakan, tidak terkendali

atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya, sehingga individu merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri saat menyusun skripsi sebagai tugas akhir dalam perkuliahan.

Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres terdiri atas: a. Beban yang terlalu berat, konflik dan

frustrasi menyebabkan perasaan tidak berdaya, kelelahan secara fisik dan emosional.

b. Faktor kepribadian, tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami stres.

c. Faktor kognitif, sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif.

Aspek-aspek stres menurut Sarafino (1998) ada dua, yaitu:

a. Biologis, individu yang mengalami stres diketahui akan menunjukkan reaksi jantung berdetak lebih cepat, bernafas lebih cepat, kemudian otot tangan dan kaki menjadi tegang. Reaksi tersebut berasal dari sistem saraf simpatik dan sistem endokrin yang berusaha mempertahankan tubuh ketika menghadapi hal-hal yang menyebabkan stres.

b. Psikososisal, yang terdiri atas:

1) Kognitif, seorang individu yang mengalami stres, perhatiannya akan

menjadi kacau dan juga fungsi otaknya berkurang, misalnya dalam proses mengingat.

2) Emosi, emosi cenderung terjadi mengiringi stres, dan seringkali orang-orang menggunakan keadaan emosinya untuk menjelaskan stres yang dialami. 3) Sistem sosial, stres dapat mengubah

perilaku individu terhadap sesamanya. Situasi yang berpotensi menimbulkan stres dapat mempengaruhi seseorang menjadi lebih perhatian dan berjiwa sosial.

2. Resiliensi

Resiliensi berasal dari bahasa latin “salire” artinya untuk musim semi dan “resilire” artinya kembali musim semi. Hal ini berarti resiliensi dianggap sebagai kapasitas untuk memulihkan atau bangkit kembali (Davidson et al., 2005, dalam Schaap dkk, 2006). Menurut Desmita (2007), resiliensi adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk menghadapi, menempuh, mengurangi, dan menghilangkan dampak-dampak negatif dari keadaan yang tidak menyenangkan.

Everall (2007) memaparkan tiga faktor yang mempengaruhi resiliensi, yaitu:

a. Faktor individual, faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki individu.

b. Faktor keluarga, faktor-faktor keluarga yang berhubungan dengan resiliensi, yaitu hubungan yang dekat dengan orangtua yang memiliki kepedulian dan perhatian,

(6)

commit to user

6 pola asuh yang hangat, teratur dan

kondusif bagi perkembangan individu. c. Faktor komunitas, faktor komunitas

meliputi kemiskinan dan keterbatasan kesempatan. Dukungan sosial yang diberikan oleh komunitas (dalam hal ini tetangga, teman, penolong) merupakan penanda kesuksesan bagi individu..

Reivich dan Shatte (2002) memaparkan tujuh aspek resiliensi, yaitu pengaturan emosi, kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian.

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2008 sampai 2010 yang sedang menyusun skripsi dengan masa studi lebih dari empat tahun di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2008 sampai 2010 yang sedang menyusun skripsi dengan masa studi lebih dari empat tahun di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan jumlah sampel penelitian ditentukan sebanyak 40 mahasiswa. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan studi populasi yang melibatkan semua individu dalam populasi sebagai responden yang sesuai dengan karakteristik responden penelitian yaitu mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan masa studi lebih dari 4 tahun.

Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala psikologi dengan jenis skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Ada dua skala psikologi yang digunakan, yaitu:

1. Stres dalam Menyusun Skripsi

Skala untuk mengukur stres dalam menyusun skripsi menggunakan skala stres dari Permana (2013) dan disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Sarafino (1998) yaitu aspek biologis atau fisik dan aspek psikososial meliputi gejala kognitif, gejala emosi, dan gejala sistem sosial atau tingkah laku.

2. Resiliensi

Skala untuk mengukur resiliensi menggunakan skala stres dari Yuniardi dan Djudiyah (2011) dan disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002) yaitu pengaturan emosi, kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian.

HASIL- HASIL

Hasil uji validitas skala stres dalam menyusun skripsi, diketahui dari 56 aitem skala terdapat 22 aitem yang gugur dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,746. Hasil uji validitas skala resiliensi, diketahui dari 60 aitem skala terdapat 20 aitem yang gugur dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,805. 1. Uji Asumsi Dasar

(7)

commit to user

7 Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov bahwa nilai

signifikansi stres dalam menyusun skripsi adalah sebesar 0,753 > 0,05. Nilai signifikansi resiliensi adalah sebesar 0,841 > 0,05. Berdasarkan hasil signifikansi kedua variabel penelitian menunjukkan nilai diatas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel penelitian telah terdistribusi secara normal.

b. Uji Linearitas

Variabel dikatakan linear jika taraf signifikansi kurang dari 0,05. Hubungan antara stres dalam menyusun skripsi dengan resiliensi menghasilkan nilai signifikansi (linearity) sebesar 0,003, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel stres dalam menyusun skripsi dengan resiliensi terdapat hubungan yang linear.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa nilai korelasi (r) antara variabel resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi sebesar -0,427 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (p < 0,05). Artinya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi.

Nilai koefisien korelasi ganda R dalam penelitian ini adalah 0,427 dan nilai determinasi R2 (R square) adalah 0,183 atau 18,3%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penghitungan analisis hasil penelitian yang telah Peneliti lakukan, didapat hasil uji korelasi product moment dari Pearson antara resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar -0,427 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (p < 0,05), artinya hubungan antara resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi adalah signifikan. Hubungan kedua variabel yang terbentuk masuk dalam kategori sedang. Arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi resiliensi maka semakin rendah tingkat stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah resiliensi maka semakin tinggi pula tingkat stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian yang pernah dilakukan oleh Vesdiawati (2008) dengan subjek yang berbeda. Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan negatif antara resiliensi dengan stres pada anggota Polri di wilayah Poltabes Yogyakarta dapat diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi

(8)

commit to user

8

product moment dari Pearson menunjukkan

koefisien korelasi (r) sebesar -0,314 dengan p = 0,002 (p < 0,05), dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara resiliensi dengan stres pada anggota Polri. Semakin tinggi resiliensi maka semakin rendah stres yang dialami anggota Polri.

Berdasarkan hasil analisis determinasi, diperoleh nilai R Square sebesar 0,183. Hasil ini menunjukkan stres dalam menyusun skripsi sebagai variabel tergantung dapat dijelaskan oleh resiliensi sebagai variabel bebas sebesar 18,3%. Dapat dikatakan pula bahwa resiliensi secara bersama-sama mampu memberikan kontribusi pengaruh terhadap stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebesar 18,3%. Sisanya 81,7% dipengaruhi variabel atau faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar diri subjek. Dijelaskan oleh Sarafino (1998), bahwa faktor dari dalam individu dapat muncul melalui penyakit. Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu, motivasi, konsep diri. Sedangkan faktor eksternal antara lain dapat muncul dari keluarga, tempat kerja, dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan fisik yang dapat menyebabkan stres antara lain kesesakan, suhu yang terlalu panas, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan sebagainya.

Hal ini juga dikuatkan dengan penelitian dari NIOSH (National Institute For Occupational

Safety and Health) (dalam Mochtar, 2004),

yang menyatakan bahwa penyebab stres dapat berasal dari dalam diri individu yaitu usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian maupun dari luar individu baik dari lingkungan keluarga, lingkungan kerja, cita-cita maupun ambisi. Setiap individu dalam menghadapi stres berbeda-beda, tergantung diri individu dalam memaknai stresnya.

Hasil analisis deskriptif stres dalam menyusun skripsi berdasarkan karakteristik demografik responden penelitian menunjukkan terdapat perbedaan skor rata-rata tingkat stres dalam menyusun skripsi pada tiap-tiap kelompok dalam setiap karakteristik demografik, yang meliputi jenis kelamin dan tahun angkatan. Skor rata-rata stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa perempuan (113,20) lebih tinggi daripada laki-laki (110,80). Ditinjau dari tahun angkatan, mahasiswa angkatan 2010 memiliki skor rata-rata lebih tinggi (115,14) dibandingkan mahasiswa angkatan 2009 (109,92) dan mahasiswa angkatan 2008 (110,80).

Berdasarkan uji Independent Samples Test dan

One-Way ANOVA diperoleh hasil bahwa

secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara stres dalam menyusun skripsi ditinjau dari karakteristik demografik yaitu jenis kelamin, sedangkan terdapat perbedaan pada tahun angkatan. Pada uji

independent samples test untuk jenis kelamin

terhadap stres dalam menyusun skripsi diperoleh bahwa nilai t hitung lebih kecil

(9)

commit to user

9 ≤ 1,6859 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan

secara statistik, tidak terdapat perbedaan tingkat stres dalam menyusun skripsi antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan sehingga mahasiswa laki-laki dan perempuan memiliki tingkat stres dalam menyusun skripsi yang sama meskipun terdapat perbedaan skor rata-rata. Kecenderungan variasi tingkat stres akademik diantara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dipengaruhi oleh respon dari masing-masing mahasiswa. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Agolla dan Ongori (2009), yang menentukan bahwa tingkat stres pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal itu disebabkan remaja laki-laki menggunakan koping yang berorientasi ego, sehingga lebih santai dalam menghadapi stresor yang berasal dari kehidupan akademik. Pada uji ANOVA, hasil yang diperoleh untuk tahun angkatan terhadap stres dalam menyusun skripsi adalah F hitung> F tabel yaitu

3,929 > 3,23 dan p < 0,05 (0,028 < 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat stres dalam menyusun skripsi antara mahasiswa angkatan 2010, 2009, dan 2008. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada output

Tukey HSDa,,byang menunjukkan nilai

rata-rata mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 tidak berbeda secara statistik karena berada pada subset yang sama yaitu subset satu, sedangkan nilai rata-rata mahasiswa angkatan 2010 terletak di subset dua sehingga secara statistik

berbeda dibandingkan dengan mahasiswa angkatan 2008 dan 2009.

Berdasarkan kategorisasi data deskriptif yang dilakukan pada skala resiliensi diperoleh hasil bahwa sebanyak 20 mahasiswa (5%) memiliki resiliensi yang sangat rendah, 20 mahasiswa (50%), memiliki resiliensi yang rendah, dan 18 mahasiswa (45%) memiliki resiliensi yang sedang. Nilai rerata empirik resiliensi sebesar 86,08. Dengan demikian, disimpulkan bahwa secara umum mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret memiliki resiliensi yang rendah. Hasil wawancara yang telah dijelaskan mengenai ketidakmamupuan mahasiswa dalam memahami penyusunan skripsi sesuai keinginan dosen merupakan faktor individual yang mempengaruhi resiliensi responden penelitian rendah. Dijelaskan oleh Everall (2007), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi yaitu faktor individual. Faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu. Keterampilan kognitif berpengaruh penting pada resiliensi individu. Inteligensi minimal rata-rata dibutuhkan bagi pertumbuhan resiliensi pada diri individu karena resiliensi sangat terkait erat dengan kemampuan untuk memahami dan menyampaikan sesuatu lewat bahasa yang tepat, kemampuan membaca, dan komunikasi non verbal.

Widuri (2012) dalam penelitiannya dengan subjek mahasiswa di Universitas Ahmad Dahlan menjelaskan, bahwa mahasiswa membutuhkan resiliensi agar mampu

(10)

commit to user

10 menyesuaikan diri dan tetap dapat

mengembangkan dirinya dengan baik sesuai kompetensi yang dimiliki. Kemampuan individu untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi sulit dapat melindungi individu dari efek negatif yang ditimbulkan dari kesulitan. Seseorang yang memiliki resiliensi dapat mengatasi berbagai permasalahan kehidupannya. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa subjek telah memiliki resiliensi yang tinggi, sehingga dapat membantu dalam menghadapi stres. Selain itu berdasarkan kategorisasi data deskriptif yang dilakukan pada skala stres dalam menyusun skripsi, diperoleh hasil bahwa 1 mahasiswa (2,5%) memiliki tingkat stres dalam menyusun skripsi sedang, 22 mahasiswa (55%) memiliki tingkat stres dalam menyusun skripsi tinggi, dan 17 mahasiswa (42,5%) memiliki tingkat stres dalam menyusun skripsi sangat tinggi. Nilai rerata empirik stres dalam menyusun skripsi sebesar 112,90. Dengan demikian, disimpulkan bahwa secara umum mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret memiliki tingkat stres dalam menyusun skripsi yang tinggi. Hasil tersebut didukung jawaban dari 5 mahasiswa yang diperoleh dari hasil wawancara saat pengisian kuesioner (17 Maret 2015) ada persamaan jawaban bahwa mahasiswa pada waktu menyusun skripsi mengalami stres. Skripsi yang dikerjakan sering direvisi untuk memenuhi permintaan dosen, di sisi lain mahasiswa kurang mampu

memahami apa yang diinginkan dosen. Selain itu, mahasiswa kesulitan dalam mencari jurnal yang sesuai dengan judul penelitian terlebih mahasiswa seangkatan sudah banyak yang lulus. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Fadilah (2013) bahwa mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami peningkatan stres yang tinggi. Semua kesulitan dapat menimbulkan stres yang akan bertambah jika ada teman-teman satu angkatan atau angkatan di bawahnya sudah mampu menyelesaikan lebih dahulu.

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Presentase sumbangan pengaruh yang diberikan resiliensi terhadap stres dalam menyusun skripsi sebesar 18,3% yang ditunjukkan dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,183, sedangkan sisanya 81,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

3. Nilai rerata empirik resiliensi 86,08 dan termasuk dalam kategori rendah. Hasil yang diperoleh menunjukkan 5% mahasiswa memiliki resiliensi yang sangat rendah, 50% mahasiswa memiliki resiliensi yang rendah, dan 18% mahasiswa memiliki resiliensi

(11)

commit to user

11 yang sedang. Adapun nilai rerata

empirik stres dalam menyusun skripsi sebesar 112,90 dan termasuk dalam kategori tinggi. Hasil yang diperoleh menunjukkan 2,5% mahasiswa memiliki tingkat stress yang sedang, 55% mahasiswa memiliki tingkat stres yang tinggi, dan 42,5% mahasiswa memiliki tingkat stres yang sangat tinggi.

B. Saran

1. Untuk mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mampu mengurangi stres ketika menyusun skripsi dengan cara menyadari peran dan tanggung jawab yang menentukan kesuksesan dirinya baik kini maupun dimasa depan. Cara yang dapat dilakukan mahasiswa yaitu mengikuti perkuliahan dan membuat rencana penyusunan skripsi yang dilakukan dengan disiplin, mencari judul skripsi yang sesuai dengan kemampuan, menentukan judul skripsi yang teorinya mudah diperoleh, konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mengatasi kesulitan yang ditemui, sehingga mahasiswa dapat menghindari stres dalam menyusun skripsi.

2. Untuk pihak Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pihak Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret, dapat

menyelenggarakan program pembimbingan dan pendampingan seperti orientasi akademik dan masa depan yang informatif pada awal tahun pertama perkuliahan, perwalian akademik rutin sebanyak 2-3 kali persemester, pembimbingan khusus bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan akademik dan masa studi di atas empat tahun, dan program lainnya yang dapat dilakukan oleh para dosen. 3. Untuk peneliti selanjutnya

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan acuan dalam penelitian-penelitian selanjutnya oleh peneliti lain khususnya ilmuwan psikologi yang tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema yang sama.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas area populasi sehingga sampel yang diperoleh menjadi lebih banyak dan generalisasi penelitian dapat lebih luas.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian lain dengan tema yang sama secara lebih mendalam sehingga faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa dapat terungkap secara lebih gamblang dan jelas.

(12)

commit to user

12 DAFTAR PUSTAKA

Amelia, S., Asni, E., dan Chairilsyah, D. 2014. Gambaran Ketangguhan Diri (Resiliensi) pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jom FK. Volume 1 No. 2. Hal. 1-9.

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dewi, C.P. 2011. Hubungan Self Efficacy dan

Dukungan Sosial Dosen Pembimbing dengan Motivasi Mahasiswa dalam Menyelesaikan Skripsi. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Everall, R.D. 2007. Creating a Future: A

Study of Resilience in Suicidal Female Adolescent. Journal of Counseling and

Development, 84,461- 47.

Fadilah, A.E.R. 2013. Stres dan Motivasi Belajar pada Mahasiswa Psikologi Universitas Mulawarman yang Sedang Menyusun Skripsi. eJournal Psikologi, Volume 1, Nomor 3, Hal. 254-267. Gunawati, R., Hartati, S., dan Listiara, A.

2006. Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa Dosen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol.3 No. 2.

Hal 93-115.

Ismanda, S., Supriyatna, A., dan Rahayu, N.I. 2013. Analisis Aktivitas Rekreasi Terhadap Penurunan Tingkat Stres Mahasiswa Ilmu Keolahragaan.

IKOR,Volume 1 Nomor 3.

Lazarus, R.S dan Folkman, S. 2006. Stress

and Emotion : A New Synthesis. New

York : Springer Publishing Company Inc.

Monks F.J., Knoers A.M.P., Haditono S.R. 2002. Psikologi Perkembengan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,

Edisi Keempat Belas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Palmer, S. & Cooper, C. 2007. How to Deal

with Stress. London & Philadelphia:

Kogan Page.

Permana, A.C. 2013. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Stres pada Lansia Andropause Di Gebang Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jember: Universitas Jember.

Santrock, J.W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja (alih bahasa

Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S.W. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo.

Schaap, I.A., Smeets, E.C. 2006. Citizen and

Resilience: The BalanceBetween

Awareness and Fear. Amsterdam:

Impact, Dutch Knowledge & Advice Centre for Post-Disaster Psychological Care.

Shenoy, U.A. 2004. Colledge-stress and Symptom-Expression in International Students: A Comperative Study.

Diunduh dari:

http://scholarlib.vt.edu/thesis/ available/etd.07022001-115853

(13)

commit to user

13 Takwin, B. 2008. Menjadi Mahasiswa.

Artikel. Diakses pada tanggal 18

Oktober 2014, dari

http://bagustakwin.multiply.com/journ al/item/18.

Vesdiawati, D. A. 2008. Hubungan Antara Resiliensi dengan Stres pada Anggota Polri. Jurnal Psikologi. Yogyakrat: Universitas Islam Indonesia.

Widuri, E.L. 2012. Regulasi Emosi dan Resiliensi pada Mahasiswa Tahun Pertama. Humanitas. Vol. IX No.2. Hal. 147-156.

Yosep, I. 2007. Mencegah Gangguan Jiwa Mulai dari Keluarga Kita. Bandung: FIK Universitas Padjajaran.

Yuniardi, M.S dan Djudiyah. 2011. Support

Group Therapy Untuk

Mengembangkan Potensi Resiliensi Remaja Dari Keluarga "Single Parent" di Kota Malang. Psikobuana. Vol. 3. No. 2. Hal. 135–140.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan konsentrasi ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) (10%, 15% dan 20%) mempengaruhi hasil uji mutu fisik sediaan yaitu pH, viskositas dan daya sebar; efektivitas

Gambaran tingkat nyeri kontraksi uterus kala I aktif sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien persalinan normal di Ru- angan Delima RSU Bahteramas Berdasarkan

Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang berdasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses

Stelsel pemungutan pajak yang menghitung beban pajak berdasar perkiraan penghasilan yang akan diterima

Sebagai kontrol positif digunakan Diazepam, kontrol negatif menggunakan aquadest, dan bahan yang diuji adalah infusa buah kayu ules (Helieteres ;sora !~) dosis I (15,6 mg/0,5ml),

Penulis skripsi yang berjudul Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Cabai Rawit Hijau (Capsicum Frutescens L.) Dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2- Pikrilhidrazil)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif dan signifikan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif pada karyawan.Subjek dalam

Indartiningtyas, Natalia Debby. Designing English Writing Instructional Materials Using Genre – Based Approach for Senior High School Grade XI. Yogyakarta: English Language