• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif karyawan PT. Madusari Nusaperdana.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif karyawan PT. Madusari Nusaperdana."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN KOMITMEN AFEKTIF KARYAWAN

PT. MADUSARI NUSAPERDANA David Elfandra Vian Meiwintar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif karyawan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif dan signifikan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif pada karyawan.Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan produksi PT. Madusari Nusaperdana yang mempunyai pendidikan minimal SMA atau sederajat.Subyek dalam penelitian ini adalah 63 orang.Data penelitian diperoleh dengan menggunakan dua skala Likert yaitu, Skala persepsi terhadap dukungan organisasi dan Skala komitmen afektif.Skor reliabilitas Skala persepsi terhadap dukungan organisasi adalah 0,959 dan skor reliabilitas Skala komitmen afektif adalah 0,931.Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas kedua alat ukur ini memiliki konsistensi yang tinggi karena angka koefisien reliabilitasnya mendekati 1.Skor reliabilitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha.Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi Pearson product moment dan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,268 dengan nilai signifikan sebesar 0,017 (p < 0,05). Hal ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif karyawan produksi PT. Madusari Nusaperdana.

(2)

THE RELATIONSHIPBETWEEN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT WITH AFFECTIVE COMMITMENT OF EMPLOYEES IN

PT. MADUSARI NUSAPERDANA David Elfandra Vian Meiwintar

ABSTRACT

This research aims to find out the relationship between perceived organizational support with affective commitment of the employees. The hypothesis in this study is the existance of a positive and significant relationship between perceived organizational support with affective commitment of the employees. The subjects of this research were the production workers of PT. Madusari Nusaperdana who are at least high school graduates or equivalent. The total of subjects of this research are 63 people. Data were obtained by using two Likert scales which are, Scale of perceived organizational support and Scale of affective commitment. The reliability score for scale of perceived organizational support is 0,959 and reliability score for scale of affective commitment is 0,931. These results indicate that reliability of these both measuring instruments have a high consistency because its reliability coefficient value closes to 1. This reliability score was obtained by using Cronbach’s Alpha technique. Data analysis method used was Pearson product moment correlation and correlation value of 0,268 with significant value of 0,017 (p < 0,05) was obtained. This results indicates that there is a positive and significant relationship between perceived organizational support with affective commitment of the production workers of PT. Madusari Nusaperdana.

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN KOMITMEN AFEKTIF KARYAWAN

PT. MADUSARI NUSAPERDANA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

David Elfandra Vian Meiwintar NIM : 099114136

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Bersukacitalah

Dalam Pengharapan

Sabarlah dalam Kesesakan

Dan

Bertekunlah Dalam Doa

(7)

v

Karya ini ku persembahkan untuk :

Kedua Orang Tua yang tercinta…

Kakak, Adik, dan Keluarga besarku…

Teman-teman Psikologi Angkatan 2009…

Teman-teman “The brothers”…

Seorang Terkasih dan Tersayang…

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN KOMITMEN AFEKTIF KARYAWAN

PT. MADUSARI NUSAPERDANA David Elfandra Vian Meiwintar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif karyawan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif dan signifikan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif pada karyawan.Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan produksi PT. Madusari Nusaperdana yang mempunyai pendidikan minimal SMA atau sederajat.Subyek dalam penelitian ini adalah 63 orang.Data penelitian diperoleh dengan menggunakan dua skala Likert yaitu, Skala persepsi terhadap dukungan organisasi dan Skala komitmen afektif.Skor reliabilitas Skala persepsi terhadap dukungan organisasi adalah 0,959 dan skor reliabilitas Skala komitmen afektif adalah 0,931.Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas kedua alat ukur ini memiliki konsistensi yang tinggi karena angka koefisien reliabilitasnya mendekati 1.Skor reliabilitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha.Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi

Pearson product moment dan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,268 dengan nilai signifikan sebesar

0,017 (p < 0,05). Hal ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif karyawan produksi PT. Madusari Nusaperdana.

(10)

viii

THE RELATIONSHIPBETWEEN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT WITH AFFECTIVE COMMITMENT OF EMPLOYEES IN

PT. MADUSARI NUSAPERDANA David Elfandra Vian Meiwintar

ABSTRACT

This research aims to find out the relationship between perceived organizational support with affective commitment of the employees. The hypothesis in this study is the existance of a positive and significant relationship between perceived organizational support with affective commitment of the employees. The subjects of this research were the production workers of PT. Madusari Nusaperdana who are at least high school graduates or equivalent. The total of subjects of this research are 63 people. Data were obtained by using two Likert scales which are, Scale of perceived organizational support and Scale of affective commitment. The reliability score for scale of perceived organizational support is 0,959 and reliability score for scale of affective commitment is 0,931. These results indicate that reliability of these both measuring instruments have a high consistency because its reliability coefficient value closes to 1. This reliability score was obtained by using Cronbach’s Alpha technique. Data analysis method used was Pearson product moment correlation and correlation value of 0,268 with significant value of 0,017 (p < 0,05) was obtained. This results indicates that there is a positive and significant relationship between perceived organizational support with affective commitment of the production workers of PT. Madusari Nusaperdana.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena penyertaan dan

tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul

“Hubungan antara Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi dengan Komitmen

Afektif Karyawan PT. Madusari Nusaperdana”. Skripsi ini disusun guna

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak

pihak. Maka dari pada itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi Bapak Dr. T. Priyo Widianto, M. Si. Terimakasih

sudah mendorong terus kita untuk segera menyelesaikan tugas akhir.

2. Kaprodi Fakultas Psikologi Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si. Terimakasih

atas motivasi yang sudah diberikan kepada saya untuk lebih semangat lagi

dalam mengerjakan dengan mengumpulkan mahasiswa angkatan 2009 untuk

segera menyelesaikan segera tugas akhir ini.

3. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M. Psi selaku dosen pembimbing akademik

Terimakasih atas kesediaan bapak dalam mendampingi dan mendengarkan

segala kendala dan segala curhatan yang saya alami selama berproses di

kampus maupun luar kampus dan juga untuk masalah akademik dan

(12)

xi

4. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi.

Terimakasih untuk waktu dan kesempatan yang sudah diberikan kepada saya

terutama kesabaran ibu dalam membimbing saya.

5. Mama, papa, kakak, mbak dan adik saya yang senantiasa memberi masukan

dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Berkat motivasi kalian semua,

saya akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Pakde, budhe, om, tante dan sepupu-sepupuku yang selalu mengingatkan

untuk tetap semangat dan tidak berputus asa sekalipun mendapatkan masalah

yang cukup membuat saya bisa jatuh ditengah jalan.

7. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Terimakasih karena telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada

saya.

8. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, ada Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi’,

Mas Muji, dan Mas Donny yang senantiasa membantu saya ketika saya

membutuhkan bantuan. Berkat pelayanan dari anda-anda semua yang

memuaskan, saya pun sebagai mahasiswa merasa cukup terbantu dan puas.

9. The Brothers kami meyebut (Hani, Uki, Togar, Yoha, Julius) yang senantiasa

sabar menjadi sahabat- sahabat sejati saya dalam keadaan senang maupun

sedang sulit sekalipun. Tanpa kalian hidup ini dan hari-hari saya menjadi

kosong dan tidak berwarna.

10.Anggota C-Class 09 yang sudah memberikan banyak pengalaman baik

(13)

xii

teman kalian, saya bangga dan sangat beryukur bisa berdinamika dan berada

di tengah-tengah kalian.

11.Gloria Voice yang sudah memberikan pengalaman diluar akademik yaitu

pengalaman untuk kompak dan tulus dalam pelayanan gereja maupun sedang

mendapat job dari luar.

12.Sahabat – sahabatku dari SMA yang sering kita sebut “ The Freak” (Jaya,

Imang, Yongki, Malik). Kalian selalu menyemangati saya dalam bentuk

sindiran maupun motivasi secara lisan kepada saya.

13.Teman-teman kontrakan Etus, mas Niko, mas Indra, mas Dana, mas Adi,

Ganda, Gatyo, Sam, Jordan. Kalian semua sudah memberikan keceriaan

selama ada di rumah kontrakan, ketika salah satu mendapatkan kesulitan yang

lainnya dengan ringan hati langsung menolong karena kita menganggap

semua sudah seperti keluarga.

14.Teman-teman Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Kampus III

Paingan. Buat mba mba Judith, mba Tika, Rani, Lana, Rea, Odil, Keket,

Prima, Iwan, Nasa, Nisa, Remma, Yovi, Istri, mas Agung, Chyntia, Nia, Lala,

Agnes. Saya merasa nyaman dan senang berada Mitra Perpustakaan dalam

berbagai kegiatan, berdinamika bersama dan bersenda gurau sekalipun.

Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakannya.

15.Teman – teman seperjuangan yang masih berjuang demi mendapatkan gelar

sarjana angkatan 2009, ( Lala, Rima, Ria, Deutelin, Kribo,Tejo, Bang Yos,

(14)
(15)
(16)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK. ... vii

ABSTRACK ... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DADTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II: LANDASAN TEORI ... 13

(17)

xv

1. Pengertian Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi ... 13

2. Aspek-aspek Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi ... 14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi ... 16

4. Indikator Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi ... 17

5. Dampak dari Persepsi terhdap Dukungan Organisasi ... 19

B. Komitmen Afektif ... 21

1. Pengertian Komitmen Afektif ... 21

2. Komitmen Afektif sebagai Komponen Organisasi ... 20

3. Indikator Komitmen Afektif ... 22

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Afektif ... 25

C. Dinamika Hubungan Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi dengan Komitmen Afektif Karyawan ... 27

D. Kerangka Berpikir ... 31

E. Hipotesis ... 32

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional ... 33

D. Subjek Penelitian ... 34

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 35

1. Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 35

(18)

xvi

F. Validitas ... 38

1. Pengukuran Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 39

2. Pengukuran Komitmen Afektif ... 40

G. Analisis Data ... 42

1. Uji Normalitas ... 43

2. Uji Linearitas ... 43

3. Uji Hipotesis ... 44

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Orientasi Kancah Penelitian ... 45

B. Pelaksanaan Penelitian ... 46

C. Deskripsi Subjek ... 46

D. Deskripsi Data Penelitian ... 47

E. Kategorisasi ... 48

F. Analisis Data Penelitian ... 50

1. Uji Asumsi ... 50

2. Uji Hipotesis ... 53

G. Pembahasan ... 55

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

1. Bagi Perusahaan ... 60

(19)

xvii

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Distribusi Item Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi..37

Tabel 3.2. Distribusi Item Skala Komitmen Afektif ...38

Tabel 4.1. Deskripsi Subjek...46

Tabel 4.2. Deskripsi Data Penelitian ... 47

Tabel 4.3. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi ... 49

Tabel 4.4. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Komitmen Afektif..49

Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas (Tes of Normality) ... 51

Tabel 4.6. Hasil Uji Linearitas (ANOVA Table) ... 52

Tabel 4.7. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 53

(21)

xix

DAFTAR GAMBAR

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi dan Komitmen

Afektif ... 67

Lampiran 2. Skor Skala Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi ... 77

Lampiran 3. Skor Skala Komitmen Afektif ... 83

Lampiran 4. Skala Adaptasi Terjemahan Asli ... 86

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya dunia industri pada era globalisasi yang sedang

dialami oleh Indonesia seperti saat ini menjadikan beberapa

perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri semakin ketat dalam bersaing

(Wolf, 2007). Dalam perspektif globalisasi, tuntutan persaingan yang semakin

kompetitif tidak bisa dielakkan. Salah satu strategi dalam kondisi

meningkatkan bisnis persaingan adalah pengelolaan sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang berkualitas dibutuhkan untuk menunjang

keberlangsungan perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan juga

sangat bergantung pada sumber daya manusia atau pekerja yang ada pada

perusahaan tersebut (Ivancevich, Konopaske, Matteson, 2005). Oleh karena

itu sebaiknya faktor pekerja menjadi sorotan utama pada perusahaan agar

dapat dikelola dengan baik.

Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset organisasi yang utama,

oleh karena itu berbagai cara digunakan untuk meningkatkan kualitas SDM

seperti memotivasi karyawan, menambah skill dan pengetahuan, memperbaiki

kesejahteraan dan meningkatkan komitmen karyawan. Komitmen pada

organisasi juga menjadi aspek yang diperhatikan, karena komitmen dapat

mengarah pada perilaku yang lebih produktif seperti catatan kehadiran yang

(24)

2005). Komitmen adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak

pada suatu organisasi tertentu serta tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara

keanggotaan dalam organisasi tersebut (Robbins dan Judge, 2008).

Dari hasil wawancara dan observasi peneliti terhadap karyawan

produksi pada tanggal 7 Januari 2015, diketahui bahwa karyawan memberikan

keterangan bahwa di perusahaan kurang memberikan dukungan untuk

kesejahteraan, diantaranya tidak ada kompensasi jika karyawan melaksanakan

jam lembur, tidak ada kejelasan karier berupa pengangkatan sebagai karyawan

tetap namun hanya diangkat sebagai karyawan kontrak, hal tersebut

mengakibatkan persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi

dipertanyakan. Disamping itu lingkungan kerja yang dihadapi karyawan cukup

berat seperti suhu udara yang lembab, bau tidak sedap, dan kebisingan. Hal ini

berkaitan dengan komitmen afektif karyawan yaitu karyawan kurang ada

keterikatan emosional dan perasaan kurang nyaman terhadap perusahaan

diantaranya sering meninggalkan pekerjaan, kurang semangat bekerja,

cenderung mencari pekerjaan lain yang lebih nyaman.

Komitmen organisasi merupakan keingingan untuk berbagi dan

memberikan pengorbanan kepada organisasi (Meyer dan Allen dalam Jaros,

2007). Karyawan yang berkomitmen adalah karyawan yang bertahan di dalam

organisasi baik dalam keadaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

yang terjadi terhadap organisasi. Karyawan yang mempunyai komitmen

organisasi tinggi memiliki beberapa karakteristik antara lain memiliki

(25)

organisasi, memiliki keinginan untuk bekerja, serta memiliki

keinginan-keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi (Meyer dan Allen,

1997). Karyawan yang berkomitmen pada organisasi akan memiliki motivasi

kuat untuk terus bekerja (Meyer, Becker, dan Vandenberghe, 2004).

Survei yang dilakukan lembaga Towers Watson (TW), dengan judul

Global Workforce Study (GWS) 2012, menunjukkan bahwa

perusahaan-perusahaan di Indonesia dihadapkan pada resiko besar dalam mempertahankan

karyawan. GWS 2012 melibatkan 1005 karyawan di Indonesia dalam survei.

Survei ini menjelaskan bagaimana pandangan karyawan mempengaruhi

perilaku dan kinerja, serta keterikatan pada pekerjaan dan komitmen terhadap

perusahaan. Hasil survei menunjukkan bahwa hampir dua pertiga karyawan di

Indonesia tidak memiliki hubungan yang kuat pada perusahaan. Bahkan

sekitar 38% dari karyawan yang tidak memiliki keterikatan cenderung akan

meninggalkan pekerjaan mereka dalam kurun waktu 2 tahun. Jika

dibandingkan dengan karyawan yang memiliki keterikatan dengan

perusahaan, hanya sekitar 21% karyawan yang ingin meninggalkan

perusahaan dalam kurun waktu yang sama. Selanjutnya disebutkan juga

bahwa sebanyak 33% dari karyawan di Indonesia yang tidak memiliki

keterikatan dengan perusahaan yakin bahwa prospek pengembangan karir

akan berubah menjadi lebih baik, dibandingkan 63% kelompok karyawan

yang sangat memiliki keterikatan dengan perusahaan dan memiliki persepsi

yang sama

(26)

Menurut survei tersebut, kecenderungan lemahnya komitmen pada

perusahaan atau organisasi, jika terus berlangsung potensial mengakibatkan

kecenderungan tingginya turn over karyawan. Perusahaan atau organisasi

dengan tingkat turnover yang tinggi memiliki tantangan khusus bagi

pengembangan sumber daya manusia karena kegiatan pengembangan SDM

harus mempersiapkan setiap saat pengganti karyawan yang keluar. Pergantian

karyawan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap organisasi, baik dari

segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu untuk melatih karyawan

pengganti lama. Pergantian karyawan juga menyebabkan perusahaan atau

organisasi kehilangan orang-orang yang potensial yang memang ingin

dipertahankan oleh perusahaan atau organisasi (Robbins dan Judge, 2008).

Tett dan Meyer (1993) menggunakan studi meta analisis dari 155

penelitian mengkaitkan antara komitmen organisasi dan turn over. Intensi turn

over menurut hasil penelitian Tett dan Meyer (1993) terjadi karena lemahnya

komitmen karyawan pada pekerjaannya. Hilangnya komitmen karyawan

berarti organisasi bersiap-siap akan kehilangan karyawan. Sakina (2009) juga

menyebutkan bahwa karyawan yang memiliki komitmen rendah pada

organisasi, tidak merasa rugi jika meninggalkan organisasi, enggan terlibat

dalam kegiatan organisasi, tidak merasakan rasa suka sebagai anggota

organisiasi, cenderung tidak peduli dengan aturan-aturan organisasi, dan

kehilangan gairah dalam bekerja.

Meyer, Allen dan Smith (1993) dalam penelitiannya yang berjudul

(27)

Three-Component Conceptualization pada subyek perawat, menunjukkan

bahwa komitmen pada organisasi dalam bentuk 3 komponennya yaitu

komitmen affective, continuance, dan normative berpengaruh pada

kecenderungan turn over dan keterlibatan secara profesional pada pekerjaan

sebagai perawat. Dengan demikian terlihat jelas bahwa komitmen terhadap

organisasi sangat penting dan vital bagi kehidupan organisasi.

Menurut Allen dan Meyer (dalam Zurnali, 2010), komitmen

organisasional dibagi menjadi tiga komponen, yaitu 1) Affective Commitment,

yaitu: keterlibatan emosional seseorang pada organisasinya berupa perasan

cinta pada organisasi; 2) Continuance Commitment, yaitu: persepsi seseorang

atas biaya dan resiko dengan meninggalkan organisasi saat ini, melibatkan

pengorbanan pribadi apabila meninggalkan organisasi dan ketiadaan alternatif

yang tersedia bagi orang tersebut.; dan 3) Normative Commitment, yaitu:

dimensi moral yang didasarkan pada perasaan wajib dan tanggung jawab pada

organisasi yang mempekerjakannya.

Komitmen afektif berkaitan dengan hubungan emosional anggota

terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan

anggota dengan kegiatan di organisasi (Jaros, 2007). Komitmen afektif

merupakan kelekatan emosional karyawan, identikasi dan keterikatan

karyawan dengan organisasi. Komitmen afektif merupakan bagian dari

komitmen organisasional yang mengacu kepada sisi emosional yang melekat

pada diri seorang karyawan terkait keterlibatannya dalam sebuah organisasi.

(28)

anggota dalam organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu. Jadi

karyawan dengan komitmen afektif yang kuat akan terus bertahan dalam

organisasi karena mereka menginginkannya. Terdapat kecenderungan bahwa

karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan senantiasa setia

terhadap organisasi tempat bekerja (Meyer dan Allen, 1997).

Indikator lemahnya komitmen afektif diantaranya adalah kurangnya rasa

memiliki dan tanggungjawab karyawan terhadap tugas yang diberikan oleh

perusahaan. Allen dan Meyer (dalam Han, 2012) menyatakan ada enam

indikator komitmen afektif, yaitu: 1) Memiliki makna yang mendalam secara

pribadi; 2) Rasa memiliki yang kuat dengan organisasi; 3) Bangga

memberitahukan hal tentang organisasi dengan orang lain; 4) Terikat secara

emosional dengan organisasi; 5) Senang apabila dapat bekerja di organisasi

sampai pensiun; 6) Senang berdiskusi mengenai organisasi dengan orang lain

di luar organisasi.

Allen dan Meyer (1990) menyebutkan faktor-faktor yang melatar

belakangi munculnya komitmen afektif pada karyawan meliputi pengalaman

kerja, karakteristik pribadi, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik

stuktural/organisasi. Karyawan yang pengalamannya dalam organisasi

konsisten dengan pengharapannya, serta dapat memuaskan kebutuhan

dasarnya cenderung mengembangkan kelekatan afektif pada organisasi

(Meyer, Allen, dan Smith, 1993). Karakteristik pribadi meliputi, ketrampilan

(skill) dan pendidikan formal. Karakteristik pekerjaan meliputi tantangan

(29)

kesulitan tujuan/target pekerjaan. Karakteristik stuktural/organisasi meliputi

keterbukaan manajemen, kohesivitas rekan kerja, ketergantungan organisasi,

equity yaitu karyawan yang diperlakukan secara adil, personal importance

yaitu karyawan dibuat merasa penting bagi organisasi, adanya umpan balik

kinerja karyawan, dan kesempatan berpartisipasi dalam keputusan mengenai

pekerjaan (Allen dan Meyer, 1990). Aspek-aspek seperti keterbukaan

manajemen, karyawan yang diperlakukan secara adil, dan kesempatan

berpartisipasi dalam keputusan merupakan bagian dari aspek-aspek dukungan

organisasi. Sehingga dapat diasumsikan bahwa aspek-aspek dukungan

organisasi yang dipersepsi oleh karyawan dapat berpengaruh pada komitmen

afektif karyawan.

Persepsi terhadap dukungan organisasi adalah tingkatan sampai

dimana karyawan yakin organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli

dengan kesejahteraan mereka (Robbins dan Judge, 2008). Individu merasa

organisasi bersikap suportif ketika penghargaan dipertimbangkan dengan adil,

karyawan mempunyai suatu kebebasan dalam pengambilan keputusan, dan

pengawas mereka dianggap suportif. Aspek-aspek persepsi terhadap dukungan

organisasi menurut Han, Nugroho, Kartika, dan Kaihatu (2012) adalah

dukungan atas keberhasilan, penghargaan kontribusi, perhatian terhadap

tujuan dan nilai pribadi karyawan, perhatian terhadap pribadi karyawan, dan

bantuan khusus dari organisasi.

Persepsi terhadap Dukungan Organisasi (Perceived Organizational

(30)

organisasi tempat bekerja yang selanjutnya akan mendukung persepsi

karyawan bahwa organisasi menghargai kontribusi karyawan dan

memperhatikan kesejahteraan karyawan (Eisenberger, Huntington, Hutchison,

Sowa, 1986). Persepsi terhadap dukungan organisasi yang ada pada karyawan

membuatnya merasa berkewajiban untuk membantu organisasi, hubungan ini

menjadi lebih besar di antara karyawan yang sangat mendukung norma timbal

balik (resiprokal) pada hubungan karyawan dan pemberi kerja (Eisenberger,

Armeli, Rexwinkel, Lynch, dan Rhoades, 2001). Karyawan membentuk

keyakinan seberapa jauh organisasi menghargai kontribusi karyawan dan

peduli pada kesejahteraan karyawan menurut asumsi teori dukungan

organisasi.

Penelitian mengenai komitmen organisasi yang membuktikan bahwa

komitmen organisasi mempunyai hubungan korelasi yang cukup kuat dengan

persepi dukungan organisasi telah dilakukan oleh Han, dkk., (2012) dengan

judul “Komitmen Afektif Dalam Organisasi Yang Dipengaruhi Perceived

Organizational Support Dan Kepuasan Kerja” dengan subyek penelitian 100

orang karyawan hotel di Surabaya. Penelitian menunjukkan bahwa Perceived

Organizational Support (POS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja dan komitmen afektif. Penelitian Eisenberger, Huntington,

Hutchison, dan Sowa (1986) yang melibatkan variabel pengalaman kerja,

persepsi dukungan organisasi, komitmen afektif dan turn over pada karyawan,

menunjukkan bahwa persepsi terhadap dukungan organisasi mempengaruhi

(31)

diasumsikan meningkatkan kelekatan afektif pada organisasi dan

pengharapannya yang positif organisasi meningkatkan usaha mencapai tujuan

organisasi. Penelitian Eisenberger, Fasolo, Davis-LaMastro, (1990)

menghasilkan bukti bahwa persepsi terhadap dukungan organisasi berkorelasi

positif dengan kelekatan afektif, pengharapan hasil performa kerja dan

kesediaan memberikan saran membangun bagi organisasi. Penelitian

Eisenberger, Stephen, Rexwinkel, Lynch, dan Rhoades, (2001) menemukan

bahwa Perceived Organizational Support (POS) berkorelasi positif dengan

kepatuhan karyawan untuk memperhatikan keberlangsungan organisasi dan

kesediaan membantu organisasi mencapai tujuannya. Kepatuhan karyawan

tersebut memoderatori hubungan antara POS dan komitmen afektif,

spontanitas pada organisasi dan performa kerja.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada komitmen

afektif. Komitmen afektif membedakan bentuk-bentuk lain dari komitmen

organisasi seperti komitmen kontinuan dan komitmen normatif karena

mencerminkan hubungan yang mendalam antara karyawan dan organisasi.

Komitmen afektif merupakan komitmen yang dibangun berdasarkan

keterikatan emosional, identifikasi serta keterlibatan karyawan terhadap

organisasinya. Hal ini berbeda dengan komitmen kontinuan dan komitmen

normatif yang lebih berfokus pada perasaan kewajiban untuk tetap terlibat

dalam organisasi (Meyer dan Allen dalam Roham, Armanu, dan Mandayanti,

(32)

Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian lain dengan

meneliti pada subyek, lokasi dan masalah yang berbeda dengan penelitian lain

yang pernah dilakukan. Penelitian tentang komitmen afektif dan persepsi

dukungan organisasi yang dilakukan oleh Han, dkk. menggunakan subyek

karyawan perhotelan di kota Surabaya. Secara teoritis generalisasi kesimpulan

pada hasil penelitian tersebut pada subyek dan tempat yang berbeda harus

dikaji secara seksama, karena sifat dasar pekerjaan bidang perhotelan berbeda

dengan karyawan lain. Penelitian ini memfokuskan pada subyek karyawan

bagian produksi yang memiliki karakteristik berbeda dengan karyawan

perhotelan. Karakteristik karyawan produksi bisa saja menghadapi lingkungan

fisik seperti polusi bau, kebisingan, suhu udara tinggi, tekanan udara dan

kelembaban (Widiastuti, 2009). Oleh karena perbedaan karakteristik subyek

penelitian tersebut, maka penelitian ini menguji korelasi persepsi dukungan

organisasi dan komitmen afektif secara khusus pada karyawan produksi.

Subyek penelitian ini adalah karyawan bagian produksi bidang

pemrosesan makanan kemasan di Surakarta. Karakteristik subyek penelitian

mencakup: Tingkat pendidikan subyek adalah lulusan Sekolah Menengah

(SMA/SMK), dan usia subyek tergolong dalam masa remaja akhir dan dewasa

awal. Karakteristik pekerjaan subyek adalah pekerjaan dengan resiko akibat

proses produksi seperti kebisingan dari mesin, suhu udara tinggi, dan polusi

bau. Masalah yang terjadi di tempat penelitian berdasarkan wawancara dan

observasi singkat peneliti antara lain karyawan yang sering meninggalkan

(33)

yang lingkungan kerjanya lebih nyaman, dan kurangnya dukungan dari

perusahaan untuk karyawan, seperti penghargaan, ketidakjelasan karir,

pengaturan jam kerja, dan ketidakjelasan kompensasi atas lembur kerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik suatu rumusan pertanyaan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara

persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen afektif karyawan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya

hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan komitmen

afektif karyawan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara umum memperkaya kajian psikologi pada umumnya sebagai

ilmu perilaku dalam hal penelitian ilmiah dan secara khusus memperkaya

kajian keilmuan psikologi industri dan organisasi khususnya tentang

(34)

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi pihak

organisasi mengenai peranan persepsi terhadap dukungan organisasi

terhadap komitmen afektif karyawan. Hal tersebut dapat dijadikan

pertimbangan bagi organisasi yang ingin meningkatkan komitmen afektif

(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

1. Pengertian Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi (Perceived Organizational Support)

Persepsi terhadap Dukungan Organisasi (Perceived Organizational

Support) atau disingkat POS diartikan sebagai suatu keyakinan karyawan

pada organisasi tempat bekerja yang selanjutnya akan mendukung persepsi

karyawan bahwa organisasi menghargai kontribusi karyawan dan

memperhatikan kesejahteraan karyawan (Eisenberger, Huntington,

Hutchison, Sowa, 1986).

Definisi POS yang lain adalah perspektif perilaku organisasi positif

dimana karyawan merasa diperhatikan, diberi kepercayaan dan diberi

dukungan oleh organisasi, sehingga karyawan bersedia mengabdikan diri

pada organisasi dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan (Lin, 2014).

Dengan kata lain, perasaan positif ini menumbuhkan motivasi karyawan

untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Oleh karena karyawan

memandang kesuksesan maupun kegagalan organisasi merupakan

tanggungan karyawan itu sendiri, maka persepsi tersebut akan mendorong

karayawan berusaha, berkontribusi dan setia pada organisasi (Lin, 2014).

Persepsi terhadap dukungan organisasi adalah tingkatan sampai

(36)

peduli dengan kesejahteraan mereka (Robbins dan Judge, 2008). Individu

merasa organisasi bersikap suportif ketika penghargaan dipertimbangkan

dengan adil, karyawan mempunyai suara dalam pengambilan keputusan,

dan pengawas mereka dianggap suportif.

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

persepsi terhadap dukungan organisasi adalah pandangan karyawan

terhadap organisasi bahwa organisasi menghargai karyawan atas hasil

kerjanya dan memperhatikan kesejahteraan karyawan.

2. Aspek-aspek Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Persepsi terhadap dukungan organisasi terdiri dari aspek-aspek

sebagai berikut (Rhoades dan Eisenberger, 2002):

a. Keadilan

Keadilan prosedural menyangkut cara yang digunakan untuk

menentukan bagaimana mendistribusikan sumber daya di antara

karyawan. (Greenberg, dalam Rhoades & Eisenberger 2002). Shore

dan Shore (dalam Rhoades & Eisenberger, 2002) menyatakan bahwa

banyaknya kasus yang berhubungan dengan keadilan dalam distribusi

sumber daya memiliki efek kumulatif yang kuat pada perceived

organizational support dimana hal ini menunjukkan bahwa organisasi

memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan. Cropanzo dan

Greenberg (dalam Rhoades & Eisenberger, 2002) membagi keadilan

(37)

struktural mencakup peraturan formal dan keputusan mengenai

karyawan. Sedangkan aspek sosial seringkali disebut dengan keadilan

interaksional yang meliputi bagaimana memperlakukan karyawan

dengan penghargaan terhadap martabat dan penghormatan mereka.

b. Dukungan supervisor

Karyawan mengembangkan pandangan umum tentang sejauh mana

atasan menilai kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan

mereka (Kottke & Sharafinski, dalam Rhoades & Eisenberger, 2002).

Karena atasan bertindak sebagai agen dari organisasi yang memiliki

tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengevaluasi kinerja

bawahan, karyawan pun melihat orientasi atasan mereka sebagai

indikasi adanya dukungan organisasi (Levinson dkk., dalam Rhoades

& Eisenberger, 2002).

c. Penghargaan Organisasi dan Kondisi Pekerjaan

Bentuk dari penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan ini adalah

sebagai berikut:

1) Pelatihan. Pelatihan dalam bekerja dilihat sebagai investasi pada

karyawan yang nantinya akan perceived organizational support

(Wayne dkk., dalam Rhoades & Eisenberger, 2002).

2) Gaji, pengakuan, dan promosi. Sesuai dengan teori dukungan

organisasi, kesempatan untuk mendapatkan hadiah (gaji,

(38)

dan akan meningkatkan perceived organizational support

(Rhoades & Eisenberger, 2002).

3) Keamanan dalam bekerja. Adanya jaminan bahwa organisasi ingin

mempertahankan keanggotaan di masa depan memberikan indikasi

yang kuat terhadap perceived organizational support (Griffith dkk.,

dalam Eisenberger and Rhoades, 2002).

4) Peran stressor. Stress mengacu pada ketidakmampuan individu

mengatasi tuntutan dari lingkungan. Stres terkait dengan tiga

aspek peran karyawan dalam organisasi yang berkorelasi negatif

dengan perceived organizational support, yaitu: tuntutan yang

melebihi kemampuan karyawan bekerja dalam waktu tertentu

(work-overload), kurangnya informasi yang jelas tentang tanggung

jawab pekerjaan (role-ambiguity), dan adanya tanggung jawab

yang saling bertentangan (role-conflict) (Lazarus & Folkman,

dalam Rhoades &Eisenberger, 2002).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi

Faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi terhadap dukungan

organisasi dalam penelitian Ghani dan Hussin (2009) dengan judul

“Antecedents of Perceived Organizational Support” adalah sebagai

(39)

a. Rasa percaya (Trust)

Rasa percaya karyawan pada organisasi mempengaruhi

persepsinya mengenai kualitas hubungan timbal balik dengan

organisasi. Rasa percaya diartikan sebagai asumsi bahwa orang lain

dapat dipercaya atas apa yang dikatakannya. Ketika karyawan saling

percaya satu sama lain, mereka berasumsi bahwa semua pihak dalam

organisasi tidak akan mengambil keuntungan satu sama lain, mereka

juga saling menghargai dan menghormati perbedaan individu.

b. Akses pada informasi

Penyediaan informasi merupakan suatu mekanisme yang

memungkinkan karyawan melibatkan informasi tersebut dalam

pencapaian tujuan. Jika pemimpin bersedia menyediakan informasi,

baik itu informasi baik atau buruk, maka akan memunculkan rasa

percaya karyawan. Karyawan akan merasa diperhatikan oleh pimpinan

dan mereka percaya pada pemimpin mereka. Informasi yang dimaksud

dalam bentuk data atau pengetahuan teknis yang diperolah melalui

pelatihan dan pendidikan (diklat). Adanya pembatasan terhadap

informasi untuk karyawan mengarah pada asumsi bahwa karyawan

tidak dipercaya atau diabaikan, kuatir karyawan menyalahgunakan

informasi yang disediakan. Pelatihan sebaiknya disediakan pada

karyawan untuk memungkinkan mereka memahami, menginterpretasi

dan menggunakan informasi yang diberikan pada karyawan secara

(40)

c. Akses pada kesempatan untuk belajar dan berkembang

Karyawan sebaiknya mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan

perilaku yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas kerjanya secara

efisien dan tuntas. Untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan karyawan

yang beragam, pelatihan disediakan beragam jenisnya dan organisasi

perlu mengubah isi pelatihannya. Misalnya untuk memenuhi

pengetahuan dalam penyelesaian masalah secara kolaboratif, perlu

fasilitasi pelatihan kepemimpinan, kerjasama tim dan perubahan

manajemen. Pemimpin organisasi seharusnya memberikan insentif dan

sumber informasi untuk implementasi program pengembangan

karyawan secara kontinyu.

4. Indikator Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Indikator persepsi terhadap dukungan organisasi di kemukanan

Eisenberger, Huntington, Hutchison, dan Sowa (1986), sebagai berikut:

a. Organisasi bangga atas keberhasilan yang dilakukan karyawan

(organisasi bangga)

b. Organisasi peduli terhadap kesejahteraan karyawan (organisasi peduli)

c. Organisasi menghargai kontribusi yang diberikan karyawan (organisasi

menghargai)

d. Organisasi mempertimbangkan tujuan dan nilai pribadi karyawan

(41)

e. Organisasi menunjukkan perhatian untuk karyawan (organisasi

memperhatikan)

f. Organisasi bersedia membantu karyawan saat membutuhkan

pertolongan khusus (organisasi membantu)

5. Dampak dari Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Persepsi terhadap Dukungan Organisasi dapat berdampak pada

faktor-faktor sebagai berikut:

a. Kepuasan karir

Karyawan merasa termotivasi dan puas dengan karirnya ketika merasa

bahwa organisasi mendukung dan ketika ada persepsi bahwa

organisasi memikirkan tentang kesejahteraan karyawan. Penelitian

Latif dan Sher (2012) menemukan pengaruh yang signifikan antara

persepsi terhadap dukungan organisasi dengan kepuasan karir

karyawan.

b. Kinerja

Adanya persepsi terhadap dukungan organisasi pada karyawan akan

menimbulkan berbagai konsekuensi mengenai kinerja. Afzali,

Motahari, dan Hatami-Shirkouhi (2014) menyimpulkan dalam

penelitiannya bahwa karyawan dengan persepsi positif pada dukungan

(42)

c. Kepuasan kerja

Tingginya persepsi terhadap dukungan organisasi menghasilkan

tingkatan kepuasan kerja yang tinggi pula (Burke dan Greenglass

dalam Ahmad dan Yekta 2010). Persepsi terhadap dukungan organisasi

disebutkan Ahmad dan Yekta (2010) berkorelasi dengan kepuasan

kerja ekstrinsik, namun tidak berkorelasi dengan kepuasan kerja

intrinsik.

d. Burn out

Persepsi terhadap dukungan organisasi berpengaruh pada burnout pada

subyek perawat dalam penelitian Rowley and Purell (dalam Eze,

2014). Eze (2014) juga menyimpulkan bahwa persepsi terhadap

dukungan organisasi berpengaruh pada burnout perawat. Perawat yang

merasa rendah dalam dukungan organisasi mengalami tingkat burnout

yang tinggi daripada perawat yang merasakan tinggi dukungan

organisasi pada karyawan.

e. Komitmen organisasi

Teori dukungan organisasi (Eisenberger, 1986) menyebutkan bahwa

dalam hubungan pertukaran karyawan dan pemberi kerja, karyawan

yang percaya bahwa mereka telah menerima dukungan dari organisasi

dalam level yang tinggi cenderung membalas dengan sikap kerja yang

positif dan perilaku yang menguntungkan organisasi. Liu (2004) dalam

(43)

terhadap dukungan organisasi berkorelasi dengan komitmen

organisasi.

B. Komitmen Afektif

1. Pengertian Komitmen Afektif

Komitmen afektif merupakan kelekatan emosional karyawan

dengan organisasi, mereka mengidentikasikan diri dan terikat dengan

organisasi. Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat akan terus

bertahan dalam organisasi karena mereka menginginkannya (Meyer dan

Allen, 1997). Kanter (dalam Meyer dan Allen, 1990) juga menyebutkan

komitmen afektif sebagai kelekatan seluruh modal afeksi dan emosi

individu pada suatu kelompok . Buchanan (dalam Meyer & Allen 1990)

menyebutkan komitmen afektif kelekatan afektif seorang partisan atau

pemihak pada tujuan dan nilai-nilai organisasi, pada perannya dalam

tujuan dan nilai-nilai, dan pada organisasi itu sendiri.

Pengertian lain dari Hall, Schneider dan Nygren (dalam Meyer dan

Allen, 1997) menyebutkan komitmen afektif sebagai suatu proses dimana

tujuan organisasi dan orang-orang di dalamnya menjadi terintegrasi atau

kongruen. Komitmen afektif menjelaskan kelekatan emosional tentang apa

yang dirasakan seseorang pada organisasi (Kusluvan, 2003)

Dari berbagai pengertian komitmen afektif tersebut, dapat

disimpulkan bahwa komitmen afektif karyawan adalah keterikatan afektif

(44)

2. Komitmen Afektif sebagai Komponen Komitmen Organisasi

Menurut Meyer dan Allen (1997), terdapat tiga komponen dari

komitmen organisasi, yaitu komitmen afektif, komitmen kontinuan dan

komitmen normatif. Ketiga komponen komitmen tersebut dijelaskan lebih

lanjut sebagai berikut:

a. Komitmen afektif. Yaitu keterikatan emosional karyawan terhadap

organisasi tercermin melalui perasaan senang serta menikmati

aktivitasnya di dalam organisasi tersebut. Komitmen afektif

merupakan sebuah kelekatan psikologis terhadap organisasi

perusahaan, individu bertahan di organisasi karena individu

menginginkannya (Meyer, Allen, dan Smith, 1993).

b. Komitmen kontinuan. Yaitu bentuk komitmen yang mencerminkan

keputusan karyawan untuk tetap mempertahankan keberadaannya di

dalam perusahaan karena merasa dirugikan bila ia meninggalkan

organisasi tersebut. Komitmen kontinuan merupakan bentuk komitmen

rasional karena berkaitan dengan biaya (cost). Pekerja yang memiliki

komitmen kontinuan tinggi akan bertahan dalam perusahaan karena

mereka membutuhkan (Meyer, Allen, dan Smith, 1993).

c. Komitmen normatif. Yaitu bentuk komitmen yang mencerminkan

keputusan karyawan untuk tetap berada dalam organisasi karena hal

tersebut dipandang sebagai suatu keharusan. Komitmen normatif

merupakan bentuk komitmen yang ditunjukkan dengan adanya

(45)

yang memiliki komitmen normatif yang tinggi akan bertahan di

organisasi karena merasa seharusnya melakukan hal itu (Meyer, Allen,

dan Smith, 1993).

Dari ketiga komponen komitmen tersebut dapat dikatakan bahwa:

a) Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat tetap bertahan karena

mereka menginginkannya (want to). Komitmen afektif mencerminkan

komitmen berdasarkan ikatan emosional karyawan dengan organisasi yang

tumbuh terutama melalui pengalaman kerja yang positif; b) Karyawan

dengan komitmen kontinuan yang kuat karena mereka butuh (need to).

Komitmen kontinuan mencerminkan komitmen berdasarkan biaya yang

dirasakan, baik ekonomi dan sosial, untuk meninggalkan organisasi; c)

Karyawan dengan komitmen normatif yang kuat karena mereka merasa

mereka harus melakukannya (should to). Komitmen normatif

mencerminkan komitmen berdasarkan kewajiban yang dirasakan terhadap

organisasi, misalnya berakar pada norma-norma timbal balik (Meyer dan

Allen, 1990).

Penelitian ini hanya difokuskan pada komitmen afektif organisasi,

yaitu bahwa karyawan yang memiliki komitmen afektif terhadap

organisasi adalah karyawan dengan ikatan emosional dengan organisasi

yang tumbuh terutama melalui pengalaman kerja yang positif.

3. Indikator Komitmen Afektif

Indikator komitmen afektif adalah sebagai berikut (Meyer, Allen,

(46)

a. Keinginan untuk terus menjadi anggota (Rasa Memiliki)

Anggota organisasi dengan komitmen afektif yang tinggi yang tinggi

akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena memang memiliki

keinginan untuk itu (want to). Bukan karena karyawan merasa

membutuhkan organisasi atau perusahaan (need to) yang disebut

dengan komitmen kontinuan. Atau karena karyawan merasa harus

tetap bertahan dalam organisasi (ought to) yang disebut komitmen

normative (Meyer, Allen, dan Smith, 1993).

b. Hubungan emosional anggota terhadap organisasinya (Terikat

Emosional)

Karyawan dengan komitmen afektif tinggi memiliki perasaaan senang

pada organisasi, dan memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan

membina hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan

organisasi dikarenakan telah menjadi anggota organisasi (Meyer dkk.,

1993).

c. Identifikasi dengan organisasi (Makna Mendalam)

Karyawan yang memiliki komitmen afektif, menunjukkan adanya

sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan

nilai-nilai perusahaan, dan rasa kebanggaan menjadi bagian dari

organisasi (Meyer dkk., 1993).

d. Keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi (Bangga)

Karyawan yang memiliki komitmen afektif tinggi menerima hampir

(47)

diri dengan kegiatan organisasi diluar tugas-tugasnya (Meyer dkk.,

1993).

e. Keterikatan secara psikologis melalui perasaan seperti loyalitas, afeksi,

karena sepakat terhadap tujuan organisasi (Meyer dkk., 1993).

f. Karyawan menampilkan tingkah laku yang berusaha mengikuti arah

tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan

organisasi dalam jangka waktu lama (Meyer dkk., 1993).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen Afektif

Qi, Shen, dan Dou (2013) menyebutkan ada tiga faktor yang

mempengaruhi komitmen afektif, yaitu faktor individu, faktor pekerjaan

dan faktor organisasi. Selanjutnya tiga faktor tersebut dijabarkan sebagai

berikut:

a. Faktor individu.

Faktor individu meliputi faktor demografis, perbedaan individu,

pengalaman kerja, kesempatan/investasi pada organisasi, gender, usia,

pendidikan, status perkawinan, rumah tangga, jenis pekerjaan, jumlah

bepergian dan promosi, lama kerja pada organisasi, dan tingkatan

status (Qi, Shen, dan Dou, 2013).

b. Faktor pekerjaan.

Faktor pekerjaan yang berpengaruh pada komitmen afektif meliputi

tantangan kerja, kepuasan kerja, otonomi pekerjaan, ketrampilan

(48)

beban peran, ketegangan peran, rasa berprestasi, relasi dengan atasan,

keterlibatan kerja, kepuasan pada orang-orang yang berkuasa dan

kepuasan pada rekan kerja, serta kepuasan pada karir (Qi, Shen, dan

Dou, 2013)..

c. Faktor organisasi.

Faktor organisasi meliputi dukungan organisasi, perasaan keadilan atas

kebijakan organisasi, kepercayaan pada organisasi, iklim organisasi,

praktek manajemen, budaya organisasi dan relasi dengan rekan kerja

dan atasan (Qi, Shen, dan Dou, 2013).

Penelitian Rhoades, Eisenberger, dan Armeli (2001) menyebutkan

bahwa komitmen afektif dipengaruhi oleh faktor persepsi terhadap

dukungan organisasi (POS). Hasil penelitian Rhoades dkk. (2001) tersebut

menunjukkan bahwa kondisi kerja yang baik yang dihasilkan dari POS

dapat meningkatkan komitmen afektif dan pada akhirnya mengurangi

perilaku menarik diri pada karyawan. Penelitian pertama menemukan

bahwa POS merupakan mediator hubungan positif dari penghargaan

organisasi, keadilan prosedural, dan dukungan atasan dengan komitmen

afektif. Penelitian berikutnya menemukan hubungan negatif antara POS

dan kecenderungan turn over karyawan yang dimediatori oleh variabel

(49)

C. Dinamika Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Organisasi dengan Komitmen Afektif Karyawan

Persepsi terhadap dukungan organisasi merupakan perspektif

karyawan terhadap organisasi dimana perspektif ini dapat bersifat positif

dimana karyawan merasa diperhatikan, diberi kepercayaan dan diberi

dukungan oleh organisasi, sehingga karyawan bersedia mengabdikan diri pada

organisasi dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan (Eisenberger dalam

Lin, 2013). Perasaan positif ini menumbuhkan motivasi karyawan untuk

bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Oleh karena karyawan memandang

kesuksesan maupun kegagalan organisasi merupakan tanggungan karyawan

itu sendiri, maka persepsi tersebut akan mendorong karyawan berusaha,

berkontribusi dan setia pada organisasi (Lin, 2013).

Persepsi terhadap dukungan organisasi yang ada pada karyawan

membuatnya merasa berkewajiban untuk membantu organisasi, hubungan ini

menjadi lebih besar di antara karyawan yang sangat mendukung norma timbal

balik (resiprokal) pada hubungan karyawan dan pemberi kerja (Eisenberger,

Armeli, Rexwinkel, Lynch, dan Rhoades, 2001). Karyawan membentuk

keyakinan seberapa jauh organisasi menghargai kontribusi karyawan dan

peduli pada kesejahteraan karyawan menurut asumsi teori dukungan

organisasi. Berdasarkan norma pertukaran (reciprocity), persepsi terhadap

dukungan organisasi pada karyawan, akan menumbuhkan perasaan kewajiban

untuk memperhatikan keberlangsungan organisasi dan membantu organisasi

(50)

dengan menunjukkan komitmen afektif pada organisasi dan upaya keras untuk

membantu organisasi (Eisenberger, Stephen, Rexwinkel, Lynch, dan Rhoades,

2001). Monnastes (dalam Afzali, Motahari, Hatami-Shirkouhi, 2014)

menyebutkan bahwa jika karyawan merasa didukung oleh organisasi, mereka

akan merasa berkewajiban untuk peduli pada kesejahteraan organisasi dan

melakukan upaya untuk membantu organisasi agar sukses dan mencapai

tujuannya.

Teori dukungan organisasi menyebutkan bahwa persepsi dukungan

organisasi menghasilkan suatu perasaan wajib bagi anggotanya untuk

membantu organisasi mencapai tujuannya (Eisenberger et al., 1986). Oleh

karena itu persepsi terhadap dukungan organisasi memberikan hasil yang

positif untuk anggota dan organisasi. Persepsi yang positif terhadap dukungan

organisasi mengasumsikan bahwa anggota membentuk keyakinan umum

bahwa organisasi peduli dengan keberadaan anggota dan menghargai

kontribusi mereka pada organisasi (Eisenberger dalam Ghani dan Hussin,

2009). Anggota merasa harus membalas kebaikan organisasi atas manfaat

yang diberikan kepadanya dengan cara memberikan kontribusi yang akan

menguntungkan bagi organisasi (Afzali, Motahari, dan Hatami-Shirkouhi,

2014). Persepsi yang positif pada dukungan organisasi mengarahkan karyawan

untuk peduli pada kesejahteraan organisasi, meningkatkan komitmen terhadap

organisasi, membantu organisasi mencapai tujuannya, tampil lebih baik dan

mengurangi kecenderungan mereka kehilangan pekerjaan, dan membuat

(51)

Afzali, Motahari, Hatami-Shirkouhi, 2014). Rhoades dan Eisenberger

menambahkan bahwa persepsi terhadap dukungan organisasi secara negatif

berhubungan dengan perilaku penarikan diri seperti ketidakhadiran, terlambat

masuk kerja, dan turnover. Karyawan yang memiliki persepsi dukungan

organisasi yg rendah, memiliki kecenderungan lebih besar keluar dari

organisasi untuk mencari dan menerima tawaran pekerjaan dari organisasi

lain. Liu (2004), dalam penelitiannya juga menegaskan bahwa persepsi

dukungan organisasi secara negative berhubungan dengan perilaku turnover.

Individu dengan komitmen afektif yang tinggi memiliki kedekatan

emosional yang erat terhadap organisasi, hal ini berarti bahwa individu

tersebut akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara

berarti terhadap organisasi dibandingkan individu dengan komitmen afektif

yang lebih rendah (Meyer dan Allen, 1997). Komitmen afektif mencerminkan

kekuatan kecenderungan individual untuk tetap bekerja dalam organisasi

karena individu tersebut setuju dengan organisasi dan senang bekerja pada

organisasi tersebut. Komitmen afektif melihat komitmen organisasi sebagai

suatu bentuk ekspresi emosional individual terhadap organisasi tempatnya

bekerja (Meyer dan Allen, 1997).

Komitmen afektif dibentuk oleh perasaan timbal balik (resiprokal)

atas apa yang sudah diterima dari organisasi. Jika seorang karyawan dalam

sebuah organisasi dapat merasakan adanya dukungan dari organisasi yang

sesuai dengan keinginan dan harapan yang dimiliki karyawan, maka dengan

(52)

kewajibannya kepada organisasi, dan tidak akan pernah meninggalkan

organisasi, karena karyawan telah memiliki ikatan emosional yang kuat

terhadap organisasinya (Eisenberger, Stephen, Rexwinkel, Lynch, dan

Rhoades, 2001). Komitmen afektif merupakan sebuah kelekatan psikologis

terhadap organisasi perusahaan, individu bertahan di organisasi karena

individu menginginkannya (Meyer, Allen, dan Smith, 1993). Individu dengan

komitmen afektif tinggi tetap bergabung dengan organisasi karena keinginan

untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Keterkaitan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan

komitmen afektif dijelaskan dengan teori identitas sosial. Teori identitas sosial

menyebutkan bahwa karyawan akan loyal ketika karyawan merasa

organisasinya memberi memberikan nilai dan penghargaan pada karyawan

(Tyler dalam Colakoglu, Culha, dan Atay, 2010). Ketika karyawan

memandang organisasinya mendukungnya, maka karyawan merasa memiliki

hasrat kuat untuk bertahan dalam organisasinya. Anggota organisasi dengan

komitmen afektif yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi

karena memang memiliki keinginan untuk itu. Terdapat kecenderungan bahwa

karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan senantiasa setia

(53)

D. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Hubungan antar variabel

\

KARYAWAN

PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN ORGANISASI

POS dipersepsi positif(+)

1. Keadilan tinggi

2. Dukungan Supervisor tinggi

3. Penghargaan Organisasi dan kondisi pekerjaan tinggi

POS dipersepsi negatif (-)

1. Keadilan rendah

2. Dukungan supervisor rendah 3. Penghargaan organisasi dan

kondisi pekerjaan rendah

KOMITMEN AFEKTIF

TINGGI

KOMITMEN AFEKTIF RENDAH Dampak (+)

Komitmen organisasi tinggi

Dampak (-)

(54)

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan organisasi

dengan komitmen afektif pada karyawan. Semakin tinggi persepsi terhadap

dukungan organisasi, semakin tinggi juga komitmen afektif pada karyawan.

Demikian pula sebaliknya semakin rendah persepsi terhadap dukungan

organisasi, semakin rendah juga komitmen afektif pada karyawan.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan mencari suatu

hubungan dari dua variabel (Sarwono, 2006). Penelitian ini digunakan karena

peneliti ingin melihat hubungan antara kedua variabel yang akan diukur yaitu

persepsi terhadap dukungan organisasi dan komitmen afektif.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas (x) : Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Variabel tergantung (y) : Komitmen Afektif

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel yang akan dijadikan acuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persepsi terhadap dukungan organisasi didefinisikan sebagai pandangan

karyawan terhadap organisasi bahwa organisasi menghargai karyawan atas

hasil kerjanya dan memperhatikan kesejahteraan karyawan.

Persepsi terhadap dukungan organisasi diukur dengan skala Persepsi Terhadap

(56)

Hutchison, dan Sowa (1986). Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala

ini menunjukkan semakin positif persepsi terhadap dukungan organisasi,

sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh pada skala ini menunjukkan

semakin negatif persepsi terhadap dukungan organisasi.

2. Komitmen Afektif didefinisikan sebagai tingkatan keterikatan afektif

karyawan secara psikologis dengan organisasi yang mempekerjakannya

karena sepakat terhadap tujuan organisasi.

Komitmen afektif diukur dengan skala Komitmen Afektif yang

diadaptasi dan dimodifikasi dari Meyer, Allen, dan Smith (1993) dan Eisenberger,

Fasolo, dan Davis-LaMastro (1990). Semakin tinggi skor yang diperoleh pada

skala ini menunjukkan semakin tinggi komitmen afektifnya, sebaliknya semakin

rendah skor yang diperoleh pada skala ini menunjukkan semakin rendah

komitmen afektif karyawan.

D. Subyek penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan subyek adalah lulusan Sekolah Menengah

(SMA/SMK)

2. Usia subyek tergolong dalam masa remaja akhir dan dewasa awal (19 – 25

tahun)

(57)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.

Instrumen pengukuran yang digunakan berbentuk skala. Dalam skala ini

subyek diminta untuk merespon sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan

keadaan dirinya. Tujuannya adalah untuk mengungkap hal-hal yang sedang

diteliti. Alasan penggunaan skala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

(Azwar, 2006):

1. Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan atau dinyatakan subyek adalah dapat dipercaya.

3. Interpretasi subyek tentang pernyataan-pernyataan peneliti adalah

sama dengan yang dimaksud oleh peneliti.

Selain itu skala digunakan karena alasan praktis, hemat tenaga dan

ekonomis. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

Komitmen Afektif dan skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi.

1. Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi merupakan adaptasi

dari Eisenberger, Huntington, Hutchison, dan Sowa (1986) dengan

indikator sebagai berikut:

a. Organisasi bangga atas keberhasilan yang dilakukan karyawan

(organisasi bangga)

(58)

c. Organisasi menghargai kontribusi yang diberikan karyawan (organisasi

menghargai)

d. Organisasi mempertimbangkan tujuan dan nilai pribadi karyawan

(organisasi menilai pribadi)

e. Organisasi menunjukkan perhatian untuk karyawan (organisasi

memperhatikan)

f. Organisasi bersedia membantu karyawan saat membutuhkan

pertolongan khusus (organisasi membantu)

Skala yang digunakan berbentuk model Likert dengan empat

respon jawaban dari Sangat Tidak Sesuai (STS) sampai Sangat Sesuai

(SS). Responden diminta untuk memilih respon jawaban yang paling

sesuai dengan keadaan diri mereka saat ini. Penilaian bergerak dari skor 1

sampai 4. Pada item favorable, jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi

skor 1 dan jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4. Sebaliknya pada item

unfavorable, skor 1 diberikan pada jawaban Sangat Sesuai (SS) dan skor 4

diberikan pada jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

Komposisi dan penyebaran item skala persepsi terhadap dukungan

(59)

Tabel 3.1. Distribusi Item Skala Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi

3. Organisasi menghargai

1, 30

2. Skala Komitmen Afektif

Skala komitmen afektif merupakan adaptasi dan modifikasi dari

Meyer, Allen, dan Smith (1993) dan Eisenberger, Fasolo, Davis-LaMastro

(1990) dengan indikator sebagai berikut:

a. Memiliki makna yang mendalam secara pribadi (makna mendalam),

b. Rasa saling memiliki yang kuat dengan organisasi (rasa memiliki),

c. Bangga memberitahukan hal tentang organisasi dengan orang lain

(bangga),

d. Terikat secara emosional dengan organisasi (terikat emosional),

e. Senang apabila dapat bekerja di organisasi sampai pensiun (loyal),

f. Senang berdiskusi mengenai organisasi dengan orang lain di luar

organisasi (berbicara kepada orang lain).

Skala yang digunakan berbentuk model Likert dengan empat

(60)

(SS). Responden diminta untuk memilih respon jawaban yang paling

sesuai dengan keadaan diri mereka saat ini. Penilaian bergerak dari skor 1

sampai 4. Pada item favorable, jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi

skor 1 dan jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4. Sebaliknya pada item

unfavorable, skor 1 diberikan pada jawaban Sangat Sesuai (SS) dan skor 4

diberikan pada jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

Komposisi dan penyebaran item skala komitmen afektif ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Distribusi Item Skala Komitmen afektif

No. Aspek

Nomor Item

Jumlah Favorable Unfavorable

1. Makna Mendalam 6, 7 19 3

2. Rasa Memiliki 2 3, 4, 14 4

3. Bangga 9 22 2

4. Terikat Emosional 8, 10 5, 13, 15 5

5. Loyal

1, 11 16,17, 20,

18 6

6. Berbicara kepada orang lain 12 21 2

Jumlah 9 13 22

F. Validitas

Skala dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari Eisenberger,

Huntington, Hutchison, dan Sowa (1986), dengan langkah-langkah yaitu

dengan menerjemahkan skala asli dari bahasa Inggris ke dalam bahasa

(61)

kembali di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan langkah terakhir di

terjemahkan kembali dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Peneliti

di bantu oleh seseorang yang berkompeten dalam bidangnya yaitu seseorang

lulusan sarjana S1 Sastra Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma bernama

Reinaldo Pradipta S.S. Profesi beliau selain sebagai penerjemah juga bekerja

di perusahaan swasta asing di Yogyakarta.

1. Pengukuran Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Untuk mengukur persepsi terhadap dukungan organisasi,

Eisenberger, dkk. (1986) menggunakan skala Survey of Perceived

Organizational Support (SPOS) dengan skala Likert 7 poin (mulai dari 1

dengan sangat tidak setuju hingga 7 sangat setuju) untuk mengukur

persetujuan karyawan dengan item yang ada. Untuk mengendalikan bias

respon, separuh dari pernyataan-pernytaan dibentuk dalam kalimat positif

(favorable) dan separuhnya lagi bersifat negative (unfavorable).

SPOS terdiri dari 3 bentuk, bentuk singkat 8 item, bentuk singkat

17 item dan bentuk utuh 36 item. Untuk bentuk utuh dengan 36 item,

dihitung relibilitas dan validitasnya. Koefisien reliabilitas (Cronbach’s

alfa) ditemukan sebesar 0,97, dan korelasi validitas item dengan skor total

berkisar antara 0,42 hingga 0,83. Rerata dan median korelasi item dan skor

total adalah 0,67 dan 0,66 (Eisenberger dkk., 1986).

Eisenberger, dkk (1990) menggunakaan Survey of Perceived

Organizational Support versi singkat 17 item dalam penelitiannya tahun

(62)

setuju dan 7=sangat tidak setuju). Relibilitas internal untuk skala singkat

versi 17 item ini diukur pada subyek dengan jenis pekerjaan yang

berbeda-beda, dan relibilitas (Cronbach’s alpha) tertinggi adalah 0,95 pada

pengukuran subyek guru dan pekerja pabrik.

Untuk alasan praktis, Ghani dan Hussin (2009) menggunakan

SPOS bentuk singkat dengn 8 item dalam penelitiannya. Penggunaan

bentuk singkat tidak menjadi masalah karena skala yang asli bersifat

unidimensional dan sangat reliabel. Skala singkat 8 item ini mencakup 2

aspek yaitu pengakuan atas kontribusi karyawan dan peduli pada

kesejahteraan karyawan. Setiap item diukur dengan menggunakan skala

Likert 7 poin berkisar dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 7 (sangat setuju).

Pernyataan dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan penelitian tanpa

mempengaruhi karakteristik psikometrik, contohnya istilah organisasi

diganti dengan manajemen. Pengukuran reliabilitas untuk skala SPOS

singkat pada penelitian Ghani dan Hussin (2009) ini ditemukan sebesar

0,897.

2. Pengukuran Komitmen Afektif

Allen dan Meyer (1990) menyusun Affective Commitment Scale

(ACS) bersama dengan dua skala komitmen lainnya yaitu Continuance

Commitment Scale (CCS) and Normative Commitment Scale (NCS) untuk

mengukur komitmen pada organisasi. Reliabilitas (Cronbach’s alpha)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir  ...........................................................................
Gambar 1. Kerangka Hubungan antar variabel
Tabel 3.1. Distribusi Item Skala Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi
Tabel 3.2. Distribusi Item Skala Komitmen afektif
+7

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI ALGORITMA BACKTRACKING DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS METODE GANZE PADA MATERI KONSEP DASAR BASIS DATA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Nilai-nilai kemanusiaan seperti apa yang harus saya kembangkan dalam diri saya sebagai mahasiswa setelah saya melihat kondisi masyarakat seperti yang tercermin dalam

Alat bantu forklift 10 ton untuk pemindah coil ini telah melewati berbagai proses, yaitu analisis secara teori (morfologi) maupun perhitungan, dengan berlandaskan

Pengakuan Hak Adat Oleh Mahkamah Konstitusi (Telaah Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003-2012). Skripsi pada Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas

Simpulan: Ada hubungan antara persepsi mahasiswa tentang pembimbing akademik (PA) dengan motivasi untuk berkonsultasi pada mahasiswa semester II program studi DIV Bidan

Packet Tracer adalah simulator alat-alat jaringan Cisco yang sering digunakan sebagai media pembelajaran dan pelatihan, dan juga dalam bidang penelitian simulasi jaringan

Selisih jumlah pendapatan dengan jumlah beban merupakan saldo (sisa) laba atau saldo (sisa) rugi. Bentuk ini banyak digunakan dalam perusahaan jasa. Bentuk laporan Rugi laba

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum di SD/MI. Pembelajaran IPS tidak hanya menuntut siswa untuk memahami apa yang telah