• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANYAKAN TUMBUHAN KEMAITAN (Lunasia amara Blanco) MELALUI KUTUR JARINGAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI TUMBUHAN OBAT. Rizki Kurnia Tohir 1 (E )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANYAKAN TUMBUHAN KEMAITAN (Lunasia amara Blanco) MELALUI KUTUR JARINGAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI TUMBUHAN OBAT. Rizki Kurnia Tohir 1 (E )"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANYAKAN TUMBUHAN KEMAITAN (Lunasia amara Blanco) MELALUI KUTUR JARINGAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI TUMBUHAN OBAT

Rizki Kurnia Tohir1 (E34120028)

¹Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

rizkikurniatohir@gmail.com

Abstrak

Kemaitan (Lunasia amara Blanco.) merupakan salah satu tumbuhan obat Indonesia yang banyak memiliki khasiat obat. Oleh karenanya permintaan akan tumbuhan obat ini semakin tinggi, tetapi produktivitas kemaitan rendah karena kemaitan merupakan tumbuhan yang masuk dalam kategori slow growing spesies (pertumbuhan lambat). Penggunaan teknik kultur jaringan akan sangat membantu dalam usaha budidaya tumbuhan obat kemaitan. Tujuan praktikum ini adalah melihat bagaimana tingkat keberhasilan teknik kultur jaringan pada tumbuhan obat kemaitan. Adapun metode yang digunakan adalah teknik In-vitro (Kultur jaringan) dan pengamatan dilakukan selama 2 minggu sebanyak tiga kali sehari. Hasil pengamatan menunjukan bahwa tingkat keberhasilan teknik kultur jaringan kemaitan sebesar 0%, artinya teknik kultur jaringan yang dilakukan gagal. Hal ini tejadi karena kontaminasi akibat cendawan dan bakteri yang disebabkan oleh kurangnya sterilisasi, pencucian dan teknik pemotongan yang salah dan tidak teliti. Oleh karena itu untuk peningkatan hasil dari uji coba kultur jaringan ini diperlukan pelatihan untuk bagaimana cara sterilisasi yang baik, teknik pencucian yang cukup dan sesuai bagi jenis tanaman sehingga tidak menghasilkan browning/ fenol, dan teknik pemotongan yang baik sesuai dengan jenis perakaran suatu tanaman.

Kata kunci: Kultur Jaringan, Kemaitan (Lunasia amara Blanco.), Tumbuhan Obat.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penggunaan tumbuhan obat di dunia kesehatan telah merambah ke sektor industry, telah banyak industry farmasi yang memanfaatkan ekstrak tumbuhan obat sebagai bahan dasar obat. Kelebihan tumbuhan obat dengan jenis obat kimia adalah tidak memiliki efek samping yang merugikan. Menurut Thomas (1989) kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional ialah tidak adanya efek sampingan yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi. Selain itu Aliadi et al. (1990) menyatakan bahwa pengobatan tradisional secara langsung atau tidak langsung mempunyai kaitan dengan upaya pelestarian pemanfaatan sumberdaya alam hayati, khususnya tumbuhan obat.

Besarnya permintaan tumbuhan obat berbanding terbalik dengan luas kawasan dan waktu yang dibutuhkan untuk

membudidayakan tumbuhan obat. Oleh karena itu dibutuhkan ilmu yang dapat memperbanyak tumbuhan dengan tanpa membuthkan ruang luas untuk menanamnya dan waktu yang relatif cepat. Oleh karena itu teknik Kultur jaringan dalam diterapkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kultur jaringan sering disebut juga perbanyakan tanaman secara in-vitro merupakan budidaya tanaman yang dilaksanakan dalam botol-botol dengan media khusus. Sistem perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan ini dapat menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat-sifat biologis yang sama dengan sifat induknya dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat. Sistem budidaya jaringan juga memiliki keuntungan lain yaitu penghematan tenaga, waktu, tempat dan biaya.

Tumbuhan obat yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan salahsatunya adalah kemaitan (Lunasia amara Blanco.). Kemaitan memiliki khasiat sebagai obat gangguan

(2)

seksualitas pada kaum pria, anti diare, penawar racun makanan atau ular, mengatasi masalah kelainan kulit, obat bengkak, penyubur rambut dan kosmetika (Rusdianto 1999). Kemaitan merupakan tumbuhan yang masuk dalam kategori slow growing spesies, Artinya tumbuhan ini memiliki pertumbuhan yang lambat. Oleh karena itu teknik kultur jaringan menjadi salah satu pilihan untuk mengambangkan dan membudidayakan tumbuhan obat kemaitan, serta merupakan salah satu upaya untuk melestarikan spesies tumbuhan obat.

Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan metode kultur jaringan pada tumbuhan obat Kemaitan (Lunasia amara Blanco.) sebagai salah satu upaya konservasi tumbuhan obat.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengamatan dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan Obat, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Pelaksanaan kultur jaringan tumbuhan obat kemaitan pada tanggal 16 Oktober 2015 dan pengamatan dilakukan selama 2 minggu setiap 3 hari sekali (jika setelah pengamatan kedua semua specimen kontaminasi maka pengamatan dihentikan). Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah eksplan dari batang muda kemaitan (Lunasia amara Blanco.), larutan stock A(NH4NO3), larutan stock B (KNO3), larutan stock C (KH2PO4, H3BO3, NaMoO4,COCL2 6H2O, Kl), larutan stock D (CaCl2 2H2O), larutan stock E (MgSO4 7H2O, MnSO4 4H2O, ZnSO4 7H2O, CuSO4 7H2O), larutan stock F (Na Edta, Fe SO4 & H2O), Vitamin (Thiamin HCL, Asam Nicotin, & Prydosin HCL), putih, serbuk agar agar, detergen, aqudes, alcohol, clorox dan betadine.

Adapun alat yang digunakan terdiri dari autoclave, gunting, botol kultur, spatula, labu Erlenmeyer, gelas piala, pipet, indicator pH, kaca pengaduk, timbangan analitik, hotplate dengan magnetic stirrer, botol selai,

plastic dan karet, laminar air flow, cawan petri, scalpel, pinset, bunset, rak kultur, air conditioner (AC), lampu, timer listrik, thermometer suhu ruangan, jas lab, masker dan sarung tangan.

Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kultur jaringan dilaksanakan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan obat. Setiap praktikan membuat 2 botol specimen kultur jaringan kemaitan. Adapun langkah-langkah teknik kultur jaringan adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan eskplan kemaitan (Lunasia amara Blanco.).

2. Pemotongan eksplan dan pencucian ekplan dengan detergen.

3. Pada praktikum kali ini media tanam sudah dibuatkan.

4. Penanaman dilaksanakan di laminar airflow.

5. Merendam eklpan yang sudah di cuci dengan detergen pada larutan Clorox dengan konsentrasi 20% (5 menit), 10% (5 menit), 5% (5 menit) dan aquades 10 menit. 6. Memberikan cairan betadine pada eksplan di cawan petri, kemudian memotong eksplan dengan scalpel supaya ekplasn runcing.

7. Masukan ekplan kedalam botol kultur dengan menggunakan pinset yang sebelumnya di panaskan agar steril.

8. Menutup botol kultur dengan plastik dan karet dengan sebelumnya membakar mulut botol untuk menghindari kontaminasi. 9. Memasukan botol kedalam ruangan media

pad rak-rak kultur, dengan suhu ruangan antara 24-26oC dengan penerangan selama 12 jam diatur oleh timer listrik.

Analisis data

Data dianalisis secara dekstiptif dengan menejelaskan pola pertumbuhan eksplan kemaitan (Lunasia amara Blanco.) yang telah di kultur.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Suryowinoto 1991). Menurut Santoso dan Nursandi (2003), kultur jaringan mengandung dua prinsip dasar yaitu bahan tanaman yang bersifat totipotensi dan budidaya yang terkendali. Totipotensi sel merupakan suat konsep yang menyatakan bahwa setiap sel hidup memiliki potensi genetic untuk menghasilkan organisme yang lengkap (Hartman et al. 1990).

Zulkarnaen (2009) tipe tipe kultur berdasarkan macam eksplan yang digunakan dalam system kultur jaringan tanaman yaitu kultur organ (pucuk, meristem,, potonga daun, akar, dan tunas), kultur kalus, kultur sel dan kultur kloroplas. Pada praktikum kali ini tumbuhan Kemaitan (Lunasia amara Blanco.) menggunakan jenis kultur organ yaitu pucuk.

Pengamatan kultur jaringan tumbuhan obat kemaitan (Lunasia amara Blanco.) dilakukan setiap tiga hari sekali. Adapun Parameter yang diamati adalah aspek kontaminasi pada eksplan. Hasil pengamatan pada kultur jaringan kemaitan dapat dilihat pada gambar 1. Tgl Botol A Botol B Konta m Ket Konta m Ket 16/10/1 5 Tidak - Tidak - 19/10/1 5 Tidak Brownin g Tidak Brownin g 22/10/1 5 Tidak - Ya Jamur putih 26/10/1 5 Ya Lendir Ya Jemur hitam Gambar 1. Tabel pertumbuhan specimen Kultur

Kemaitan (Lunasia amara Blanco.) Eksplan Kemaitan (Lunasia amara Blanco.) pada awal inisiasi masih memiliki warna hijau segar (Gambar 2). Pengamatan Kedua pasca inisiasi eksplan mengalami Browning (Gambar 2.b) yang ditandai dengan seluruh batang ekplan kemaitan berwarna coklat begitupula dengan media kultur yang mengalami browning. Hal ini menurut

Wattimena (1992) menyatakan bahwa eksplan tanaman berkayu termasuk Kemaitan seringkali mengeluarkan senyawa fenol yang menyebabkan terjadinya pencoklatan bila jaringan diisolasi. Eksplan yang mengalami pencoklatan bila dibiarkan akan mati. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan antara lain dengan membilas terus-menerus dengan air atau menggunakan arang aktif yang dapat mengabsorpsi senyawa fenol (Santoso dan Nursandi, 2002). Sehingga pada saat sebelum inisiasi seharusya ekplan kemaitan dicuci bersih bisa dengan menggunakan karang aktif. Selain karena tumbuhan mengeluarkan fenol, browning bisa terjadi juga karena terlalu banyak caitan betadine yang diberikan, yang akhirnya akan menyebabkan browning.

(a)

(b)

Gambar 2. Spesimen a (16/10/15); b (19/10/15). Pengamatan ketiga ekplan Kemaitan pada botol B mengalami kontaminasi jamur (Gambar 3.a). Kontaminasi terjadi karena sterilisasi yang kurang sempurna. Kontaminasi yang dialami botol ekplan B yaitu dari kontaminasi cendawan adalah munculnya hifa dari jamur dan dalam waktu singkat memenuhi media kultur. Sedangkan pada ekplan botol A (Gambar 3.a) masih mengalami browning.

(4)

Pengamatan keempat Botol B (Gambar 3.b) mengalami kontaminasi jamur yang semakin menjadi berwarna hitam pekat. Pada ekplan botol A (Gambar 3.b) mengalami kontaminasi lender kekuningan, lendir ini terjadi akibat bakteri sehingga memicu adanya lendir pada media yang mencirikan koloni dari bakteri.

(a)

(b)

Gambar 3. a (22;10/15); b (26/10/15) Zulkarnain (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan tumbuhan dapat dibedakan menjadi tiga faktor utama yaitu seleksi bahan eksplan, sterilisasi bahan eksplan dan zat pengatur tumbuh. Berdasarkan hasil pengamatan eksplan tumbuhan kemaitan (Lunasia amara Blanco.) terlihat bahwa kultur jaringan pada kemaitan mengalami kegagalan dengan persentase keberhasilan 0%. Hal ini dikarenakan kedua eksplan mengalami kontaminasi baik oleh bakteri maupun cendawan. Kontaminasi terjadi karena sterilisasi yang tidak sempurna, pencucian yang tidak sempurna juga akan menimbulkan potensi cendawan masih bisa tumbuh. Selain itu pemotongan pucuk kemaitan yang tidak sempurna menyebabkan ujung eksplan dapat mengandung kontaminan.

Sistem budidaya kultur jaringan yang memiliki kelebihan dalam penghematan tenaga, waktu, tempat dan biaya tidak serta merta bisa langsung dirasakan hasilnya. Ketelitian dalam pelaksanaan kultur jaringan perlu diperhatikan terutama sterilisasi semua alat dan bahan. Bukan tidak mungkin jika pelaksanaan kultur jaringan yang tidak mematuhi aturan pelaksanaan malah akan sangat merugikan. Oleh karena itu diperlukan ketelitian dan perhatian yang lebih dalam hal pelaksanaan kutur jaringan, agar hasil yang didapatkan akan dapat membantu dalam usaha konservasi tumbuhan Indonesia.

KESIMPULAN

Kemaitan (Lunasia amara Blanco.) merupakan salah satu tumbuhan obat Indonesia yang memiliki khasiat sebagai obat gangguan seksualitas pada kaum pria, anti diare, penawar racun makanan atau ular, mengatasi masalah kelainan kulit, obat bengkak, penyubur rambut dan kosmetika. Sifat kemaitan yang termasuk tumbuhan dengan kategori slow growing spesies (pertumbuhan lambat) memerlukan bantuan teknik kultur jaringan supaya menghasilkan produtivitas tinggi dengan waktu dan biaya yang murah.

Dari hasil praktikum didapatkan bahwa tingkat keberhasilan teknik kultur jaringan adalah 0% yang artinya gagal. Hal ini dikarenakan semua ekplan mengalami kontaminasi baik oleh cendawan maupun bakteri. Kontaminasi terjadi akibat teknik sterilisasi, pencucian dan pemotongan ekplan yang kurang baik. Sehingga diperlukan lagi latihan untuk mendapatkan hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aliadi A, Sangat H, Roemantyo. 1990. Kaitan pengobatan tradisional dengan pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat. Di dalam: Zuhud EAM, editor. Pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat dari hutan tropis Indonesia. Bogor (ID) : Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB - Yayasan

(5)

Pembinaan Suaka Alam dan Margasatwa Indonesia.

Hartman HT, Kester DE, Davis-Jr FT.1990. Plant Propagation: Principle and Practices. New Jersey: Practice-Hall International, Inc.

Santoso U, Nursandi F.2003. Kultur Jaringan Tanaman secara In-vitro. Yogyakarta: Kanisius.

Suryowinoto M. 1991. Pemuliaan Tanaman Secara In-vitro. Yogyakarta: Kanisius. Thomas A N S. 1989. Tanaman Obat

Tradisional 1. Yogyakarta (ID) : Kanisius.

Wattimena, G.A. 1992. Bioteknologi Tanaman. PAU Bio- teknologi IPB.Bogor.secara In Vitro. Yogyakarta: Kanisius.

Zulkarnaen. 2009. Kultur Jaringan Tanaman: Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya.Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 2. Spesimen a (16/10/15); b (19/10/15).

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung (RE201) (Surat Perpanjangan / dalam pengurusan / masih dalam proses. Tidak digunakan sebagai dasar sehingga dinyatakan tidak

Berdasarkan hasil Evaluasi dan Pembuktian Kualifikasi serta Penetapan Hasil Kualifikasi, kami Kelompok Kerja I Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau Tahun

Pada tabel Hasil Perhitungan Model Summary Regresi Linier Variabel Kualitas Sistem Informasi terhadap Kepuasan Pelanggan terdapat R Square sebesar 0,382 dari koefisien korelasi

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)Penerapan model pembelajaran ekspositori melalui media visual seperti yang terlihat dari hasil observasi

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, bahwa karakteristik tugas perkembangan dewasa awal yang berkaitan dengan membina rumah

Gambar 3.6 menunjukkan peningkatan fluiditas dengan bertambahnya ketebalan rongga, tren peningkatan dapat dilihat pada ketebalan rongga 1.5 mm bahwa logam cair

Penelitian ini dilaksanakan dengan metodologi sebagai berikut: (1) studi pustaka dan eksplorasi tentang: hasil- hasil penelitian tahun 2016, kajian lingkungan pengembangan

Revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual adalah pengembangan bangunan Stasiun Besar Yogyakarta yang bertujuan untuk meningkatkan