Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
115
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NON DIREKTIF TERHADAP CIVIC DISPOSTION SISWA KELAS XSMA NEGERI 1 TERAS
BOYOLALI TAHUN AJARAN 2018/2019 Luli Lovinia1*, Hassan Suryono2, Moh.Muchtarom3
1,2,3
Prodi PPKn FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta
*
E-mail : lulilovinia@yahoo.co.id
Abstract. The objective of research was to find out whether or not there is an effect of non direktif learning model application on civic disposition in basic competency of Interpreting the importance of the Archipelago Insight in the context of the Unitary State of the Republic of Indonesia. This study was an experimental quantitative research. The research design used was posttest only control design. The population of research was the 10 th graders of SMA Negeri 1 Teras Boyolali in the school year of 2018/2019. The sampling technique used was cluster sampling one. The sample of research consisted of 72 students: 36 as experiment and 36 as control groups. Data collection was carried out using observation and questionnaire method. Technique of analyzing data used was one-predictor regression test. The results of research showed there was a positive and significant effect of non direktif learning model application on civic disposition in basic competency of Interpreting the importance of the Archipelago Insight in the context of the Unitary State of the Republic of Indonesia as indicated by the results of correlation rstatistic (0.716) > rtable (0.329). The
contribution of X variable on Y variable was shown with the calculation results of determination donations test that was 51,38%. The simple linear regression equation was Y = 31,154 + 0,689X. The conclusion of research was that there was a significant effect of non direktif learning model application on civic disposition in basic competency of Interpreting the importance of the Archipelago Insight in the context of the Unitary State of the Republic of Indonesia in the 10th graders of SMA Negeri 1 Teras Boyolali in the school year of 2018/2019.
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
116 Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran non direktif terhadap civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penelitian ini termasuk dalam kategori kuantitatif eksperimen. Desain penelitian yang digunakan posttest only control design. Adapun populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018/2019. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara cluster sampling. Sampel dalam penelitian ini ialah 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 36 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi satu predictor. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara penerapan model pembelajaran non direktif terhadap civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dibuktikan dengan hasil korelasi dimana rhitung (0,716) > rtabel
(0,329). Besarnya pengaruh variabel X terhadap Y ditunjukkan dengan hasil perhitungan sumbangan determinasi sebesar 51,38%. Adapun persamaan garis regresi linear diperoleh persamaan Y = 31,154 + 0,689X. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan model pembelajaran non direktif terhadap civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018/2019.
Kata kunci : Model Pembelajaran Non Direktif ,Civic Disposition PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk yang sangat besar dan terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang mempunyai adat istidat yang berbeda. Penduduk Indonesia memeluk berbagai macam agama yang diakomodasikan oleh negara sebagai bagian dari keyakinan dan penghormatan bangsa terhadap keyakinan penduduknya. Melihat segala kompleksitas kebhinekaan Indonesia diperlukan suatu cara pandang yang sama dari seluruh bangsa tentang diri dan lingkunganya yang melihat geografi dan demografi Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh, yang disebut wawasan nusantara. Menurut Wirman Burhan (2016: 73) Wawasan Nusantara
sebagai wawasan nasional Indonesia merupakan cara pandang bangsa Indonesia untuk menyamakan persepsi, visi, misi dan motivasi dalam rangka menjamin persatuan dan kesatuan serta kepentingan nasional dalam rangka pencapaian cita-cita nasional indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Pemahaman wawasan
nusantara diberikan kepada siswa melalui proses pembelajaran di sekolah baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Dalam
mengimplementasi wawasan nusantara di dalam kelas yaitu dengan memberikan pengetahuan tentang wawasan nusantara. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh siswa saat mengikuti pelajaran
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
117 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraanmerupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
mampu memahami dan
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Dalam rangka membentuk warga negara yang cerdas, berkarakter dan
terampil, maka tujuan
pembelajaranPendidikan
Kewarganegaraan mengembangkan 3 komponen pokok sebagai kompetensi siswa agar memiliki civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic virtue/ disposition (nilai/ karakter kewarganegaraan) dan civic skill (ketrampilan kewarganegaraan) meliputi : ketrampilan intelektual dan ketrampilan partisipasi. Dalam hal ini peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga penting dalam menciptakan pembelajaran
yang mampu mendukung
terpenuhinya ketiga komponen tersebut. Sehingga siswa tidak hanya unggul dalam segi pengetahuan saja namun juga disertai dengan kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dan memiliki karakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Kenyataanya , banyak siswahanya menguasai salah satu komponen saja seperti civic knowledge saja tanpa dibarengi dengan civic disposition dan civic skill yang baik. Padahal civic dispositison atau watak kewarganegaraan merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(Fusnika, 2014: 50). Oleh karena itu pencapaian civic disposition pada ranah afektif perlu diperhatikan. Salah satu nilai yang diharapkan dalam civic dispositionsiswa melalui Pendidikan Kewargnegaraan adalah nilai cinta tanah air dan bela negara. Adapun nilai tersebut dapat berupa : kemauan untuk melakukan hak dan kewajiban sebagai warga negara, memiliki kesadaran akan budaya multikultur, kemauan membangun sikap bela negara, memiliki kesadaran cinta tanah air dan kemauan untuk menjaga kekayaan nasional.
Berdasarkan pengamatan penulis pada saat Magang Kependidikan di SMA Negeri 1 Teras Boyolali masih ada beberapa siswa yang berisik saat upacara bendera hari senin dan ada beberapa siswa yang dihukum karena terlambat mengikuti upacara bendera. Selain itu siswa juga banyak yang lebih menyukai budaya negara lain, seperti Korea dibanding dengan budaya Indonesia. Tidak hanya itu,ada beberapa siswa tidak mengikuti kegiatan Persami yang bekerja sama dengan TNI yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bela negara siswa. Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian karena dapat memicu kurangnya rasa cinta tanah air dan bela negara pada siswa. Guna mencegah hal tersebut perlu penguatan civic disposition. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan memuat
kompetensi dasar 3.7 tentang Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga diharapkan melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan siswa dapat
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
118 menunjukkan civic disposition yang sesuai dengan nilai cinta tanah air dan bela negara.
Oleh karena itu, diperlukan alternatif pemecahan masalah terkait penguasaan ranah afektif atau sikap siswa dengan menerapkan model pembelajaran non direktif yaitu model pembelajarn afektif yang berpusat pada siswa, yang menekankan bahwa siswa mempunyai potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan ini berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Penggunaan model ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengaktualisasikan dirinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran non direktf terhadap civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk beberapa kalangan baik manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan model pembelajaran. Sedangkan manfaat secara praktis adalah model pembelajaran Non Direktif dapat digunakan oleh guru PKn untuk menerapkan model pembelajaran yang variatif untuk meningkatakan civic disposition siswa.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, desain yang akan digunakan adalah menggunakan desain posttest-only
control design. Menurut Sugiyono (2015: 112) “Dalam desain posttest-only control design terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol”. Dalam penelitian ini kelompok kontrol tidak akan diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Non Direktif sedangkan pada kelompok eksperimen diberikan perlakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembembelajaran Non Direktif.
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah probability sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik clustersampling. Teknik pengambilan sampel dengan cluster sampling dilakukan dengan pengambilan anggota sampel di dalam populasi yang dilakukan secara acak berdasarkan kelas. Berdasarkan hasil pengambilan sampel secara acak diperoleh kelas X IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPA 1 sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian atau eksperimen dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dan reliabel yang digunakan untuk pengolahan data. Namun sebelum melakukan pengumpulan data harus jelas variabel yang akan diteliti. Berkaitan dengan variabel penelitian, Sugiyono (2015: 61)
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
119 menyatakan bahwa “Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel Bebas (Independent Variabel) dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Non direktif (X). Variabel Terikat (Dependen Variabel) dalam penelitian ini adalah Civic Disposition Siswa Pada Kompetensi Dasar 3.7 Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia(Y).
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket dan observasi Menurut Zuldafrial (2012: 50) “Kuesioner merupakan beberapa pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden dalam artian informasi tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Pada penelitian ini juga menggunakan teknik observasi. Menurut Margono dalam Nurul Zuriah (2009 : 173) “observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak ada objek penelitian.” Metode angket digunakan untuk Civic Disposition dengan butir pernyataan 25. Sedangkan metode observasi digunakan sebagai data penunjang untuk mendapatkan data tentang keberhasilan proses pembelajaran di kelas dengan model pembelajaran non direktif.
Instrumen yang digunakan untuk penelitian, yaitu instrument angket, dan sebelum melakukan penelitian instrument tersebut diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba instumen ini dilakukan di kelas
selain kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kelasX IPA 4.
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik Regresi Satu Prediktor karena peneliti akan mencari pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, dimana masing-masing variabel berupa data interval. Pada penelitian ini uji persyaratan yang digunakan adalah uji independen, uji linieritas. Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji regresi satu prediktor.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Teras Boyolali dengan sampel sebanyak 72 siswa. Sampel tersebut berasal dari dua kelas, yakni kelas X IPA 1 dan kelas X IPA 2. Kelas X IPA 2 sebagai kelas ekperimen berjumlah 36 siswa dan kelas X IPA 1 sebagai kelas kontrol berjumlah 36 siswa. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Non Diektif dan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional. Namun dalam kelas kontrol peneliti hanya memberikan angket respon siswa tentangcivic disposition siswa. Rancangan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan posttest-only control design.
Penelitian mengenai penerapan model pembelajaranNon Direktifterhadap civic dispositionsiswa kelas X pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
120 dilaksanakan di kelas X IPA 2 sebagai kelas eksperimen sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada hari Senin tanggal 08, 15 dan 22 April 2019 dengan waktu sekali pertemuan 2 x 45 menit. Kemudian kegiatan pembelajaran dengan model konvensional di kelas XIPA 1 sebagai kelas kontrol sebanyak dua kali pertemuan yaitu pada hari Selasa tanggal 09, dan 16 April 2019 dengan waktu sekali pertemuan 2 x 45 menit.Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan maka data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.
1. Hasil Data Observasi Penerapan Model Pembelajaran Non Direktif
Observasi (pengamatan) dilakukan pada kelas X IPA 2 sebagai kelaseksperimen. Data observasi ini digunakan sebagai data penunjang untukmengetahui keberhasilan proses pembelajaran
di kelas dengan
menggunakanmodel
pembelajaranno direktif. Observasi dilakukan dua kali pada hari Senin tanggal 08, 15 dan 22 April 2019 pada saat praktikan
melakukan kegiatan
belajarmengajar di kelas dengan
menerapkan model
pembelajarannon direktif. Observasi dilakukan oleh tiga observer (pengamat) yaitu Vina Idamatu Silmi sebagai pengamat 1, Debby Yuliana sebagai pengamat 2 dan Himawari sebagai pengamat 3. Observer mengamati perilaku siswa secara keseluruhan pada saatditerapkannya model pembelajaran non direktif oleh praktikan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Ketiga observer mengamati dan memberikantanda centang (√)
pada lembar observasi model pembelajarannon direktif yang sebelumnya telah diberikan oleh peneliti.
Hasil observasi
(pengamatan) model
pembelajaran non direktif yang telah dilakukan oleh dua observer (pengamat) diperoleh skor dari pengamat 1 yaitu 90,5pengamat 2 yaitu 90 dan pengamat 3 yaitu 89,5. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran no 5. Kemudian skor perolehan dari ketiga observer (pengamat) tersebut di rata-rata menajdi 90 atau dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di kelas X IPA 2 (kelas eksperimen) dengan model pembelajarannon direktif di kelas dalam kategori Sangat Baik.
Kriteria perolehan skor lembar observasi model pembelajarannon direktif dapat ditentukan dengan interpretasi sebagai berikut ;
Tabel 1 Kriteria perolehan skor lembar observasi model pembelajaran non direktif Persentase Pencapaian Interpretasi 91 – 100 Sangat Baik 71 – 90 Baik 51 – 70 Cukup < 51 Kurang Sumber: Depdiknas, 2010 : 17)
Atas dasar itu maka hasil observasi dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
121 Tabel 2 Rangkuman Hasil
Observasi Model Pembelajaran Non Direktif Kelas X IPA 2 Pengamat Skor Pengamat 1 Pengamat 2 Pengamat 3 90,5 90 89,5 Jumlah 270: 3 = 90 Kategori Sangat Baik
Berdasarkan tabel rangkuman hasil observasi model pembelajaran non direktif , dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran non direktif yang dilakukan oleh praktikan di kelas eksperimen sudah terlaksana dengan sangat baik sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran non direktif.
2. Hasil Angket Civic Disposition. Model pembelajaran Non Direktif merupakan variabel bebas (Y) dalam penelitian ini. Untuk memperoleh data tentang variabel Y, peneliti menggunakan instrumen berupa angket tentangcivic disposition siswa. Instrumen angket penelitian terdiri dari 40 butir pernyataan, kemudian diuji cobakan kepada
35 siswa diluar sampel yang menghasilkan 25 butir pernyataan yang memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, sehingga siap digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.
a. Data Angket Civic Disposition Kelas X IPA 2 (Kelas Eksperimen)
Dari data angket civic disposition (Y) siswa pada kompetensi dasar Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas X IPA 2 sebagai kelas eksperimen dengan sampel sebanyak 36 siswa diperoleh skor tertinggi 100 dan skor terendah 83. Dengan rata-rata ( ̅ 92, Simpangan Baku (S) sebesar 4,87, Median 92, 5 Modus 90. Sedangkan Rentang (R) adalah 17, Banyaknya kelas (P) 6,134 dibulatkan menjadi 6 dan panjang kelas 2,83 dibulatkan menjadi 3.Dari data tersebut dimasukkan ke dalam sebaran distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 3. Distribusi FrekuensiData Civic Disposition Siswa Kelas X IPA 2 (Kelas Eksperimen) di SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018 / 2019
B e
r d
arkan tabel distribusi frekuensi dari data civic disposition di atas pada siswa
kel as
X IP A 2 di SMA Negeri 1 Teras Boyolali, diperoleh frekuensi tertinggi 9 pada kelas interval
Kelas Interval Nilai
Tengah Frekuensi FK 1. 83-85 84 3 3 2. 86-88 87 4 7 3. 89-91 90 9 16 4. 92-94 93 5 21 5. 95-97 96 9 30 6. 98-100 99 6 36
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
122 89 – 91 dan 95-97 sedangkan frekuensi terendah 3 pada kelas interval 83 - 85.Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas X IPA 2 memiliki penilaian diri yang berbeda-beda tentang pernyataan angket civic disposition sesuai dengan jumlah perolehan nilai dari angket civic disposition siswa pada kompetensi Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Data Angket Civic Disposition Kelas X IPA 1 (Kelas Kontrol)
Dari data angket civic disposition (Y) siswa pada kompetensi dasar Pentingnya Wawasan Nusantara dalam
Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas X IPA 1 sebagai kelas kontrol dengan sampel sebanyak 36 siswa diperoleh skor tertinggi 98 dan skor terendah 81. Dengan rata-rata ( ̅ 89, Simpangan Baku (S) sebesar 5,18,Median 89,5, Modus 90. Sedangkan Rentang (R) adalah 17, banyaknya kelas (P) 6,154 dibulatkan menjadi 6dan panjang kelas 2,83 dibulatkan menjadi 3.Lebih lengkapnya data dapat dilihat pada lampiran 7.
Dari data tersebut dimasukkan ke dalam sebaran distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Data Civic Disposition Siswa Kelas X IPA 1 (Kelas Kontrol) di SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018 / 2019
Kelas Interval Nilai Tengah Frekuensi FK 1. 81-83 82 7 7 2. 84-86 85 4 11 3. 87-89 88 7 18 4. 90-92 91 10 28 5. 93-95 94 5 33 6. 96-98 97 3 36
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
123 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data civic disposition di atas pada siswa kelas X IPA 1 di SMA Negeri 1 Teras Boyolali, diperoleh frekuensi tertinggi 10 pada kelas interval 90-92 sedangkan frekuensi terendah 3 pada kelas interval 96-98.Hal ini berarti siswa kelas X IPA 1 memiliki penilaian diri yang berbeda-beda tentang pernyataan angket civic dispositionsesuai dengan jumlah perolehan nilai dari angket civic disposition siswapada kompetensi dasar Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. HasilUjiPersyaratanAnalisis Penelitian ini menggunakan teknik statistik Regresi Satu Predictor karena peneliti akan mencari pengaruh antara variabel X yaitu model pembelajaran Non Direkti fterhadap variabel Y yaitu Civic Disposition Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018/2019. Masing-masing variabel merupakan data interval. Persyaratan pada analisis Regresi Satu Predictor yang harus dipenuhi yaitu :
a. Uji Independen
Hasil perhitungan uji independen antara model pembelajaran non direktif terhadap civic disposition Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 1 Teras BoyolaliTahun Ajaran 2018/2019 diperoleh Fhitung =35,94.
Pengujian dilakukan dengan db pembilang 1 dan db penyebut 34 pada taraf signifikansi 5% diperoleh Ftabel = 4,15
sehingga Fhitung = 35,94>
Ftabel = 4,15. Dengan
demikian civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (Y) tidak independen atau dependen terhadap model pembelajaran non direktif (X). Sehingga model pembelajran non direktif dapat memprediksi civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. UjiLinieritas
Uji linearitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan linier antara variabel X dan Y ataupun tidak.Hasil uji linieritas antara penerapan model pembelajaran non direktif terhadap civic disposition pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018/2019 diperoleh Fhitung = 0,045dan telah
dikonsultasikan dengan
Ftabel dengan db
pembilang 20 pada taraf signifikansi 5% diperoleh Ftabel = 2,22 sehingga Fhitung = 0,045 lebih kecil
dari Ftabel = 2,22 atau
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
124 diterima, dan terdapat hubungan yang linier antara variabel model pembelajaran non direktif (X) dengan variabel civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (Y). c. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus product moment hasilnya diperoleh nilai rhitung =
0,716. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel pada N = 36 dan
taraf signifikansi 5% diperoleh rtabel sebesar
0,329. Karena rhitung > rtabel
, maka dapat disimpulkan bahwa respon siswa
mengenai model
pembelajaran non direktif (X) dapat memprediksi variabel civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (Y) dan terdapat hubungan yang positif (H0 ditolak dan Ha diterima).
Persamaan garis regresi linear diperoleh ̂ = 31,154 + 0,689X. Kemudian hasil perhitungan dari persamaan garis regresi linier tersebut diinterpretasikan sebagai berikut: Y menyatakancivic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan X
menyatakan model
pembelajaran non
direktifVariabel X dapat mempengaruhi variabel Y.Artinya, apabila setiap kenaikan satu satuan model pembelajaran non direktif (X), maka akan diikuti partisipasi civic disposition (Y) sebesar 0,689.
Berdasarkan hasil perhitungan mengenai besaran sumbangan model pembelajaran non direktif terhadap civic disposition siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018/2019 yaitu sebesar 0,5138. Hasil perhitungan tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan rumus KP = r2 x 100% sehingga diperoleh sebesar 51,38%. Artinya bahwa 51,38% civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik IndonesiaX SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018/2019 dipengaruhi oleh adanya
penerapan model
pembelajaran non direktif sedangkan 48,62% civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik IndonesiaX SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018/2019 dipengaruhi oleh faktor lain lain yaitu faktor internal yang berada di diri siswa seperti
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
125 kondisi fisiologis dan psikologis dan faktor eksternal yang berada di luar diri siswa seperti lingkungn rumah, sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh menunjukkan
penerapan Model
Pembelajaran Non Direktif dapat mempengaruhicivic disposition pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia siswa kelas X SMA
Negeri 1 Teras
BoyolaliTahun Ajaran 2018/2019. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket rata-rata siswa pada kelas eksperimen = 92> nilai rata-rata siswa pada kelas kontrol = 89. Selanjutnya untuk melihat besaran pengaruh dapat dilakukan analisis regresi satu prediktor pada kelas eksperimen. Adapun besaran pengaruh atau sumbangan model pembelajaran non dorektif (X) terhadap civic disposition pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia siswa kelas X SMA
Negeri 1 Teras
BoyolaliTahun Ajaran 2018/2019 sebesar 51,38%. Artinya bahwa civic disposition pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik dipengaruhi oleh adanya
penerapan model
pembelajaran non direktif.
Hasil penelitian
penerapan model
pembelajaran non direktif mendorong siswa kelas X
IPA 2 mampu
mengkomunikasikan pikiran, kepercayaan, menyelesaikan masalahnya sendiri, menerima dan menolak suatu kelompok, mengambil
keputusan, dan
mempertahankan atau melepaskan pendapatnya dalam menanggapi suatu masalah pada forum diskusi di kompetensi pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Pelaksanan model pembelajaran non direktif dimulai dengan guru menjelaskan materi tentang wawasan nusantara dan langkah-langkah model pembelajaan non direktif. Kemudian setelah siswa memahami materi dan langkah-langkah model pembelajaran non direktif siswa diberikan sebuah contoh kasus dalam wawasan nusantara dan dibentuk menjadi 6 kelompok, kemudian siswa diminta untuk mendalami dan mendiskusikan bersama kelompok masing-masing. Peran guru dalam diskusi kelompok yaitu mendorong dan memotivasi setiap siswa untuk berani mengemukakan pendapat dalam menanggapi suatu masalah. Setelah itu,
setiap kelompok
mengemukakan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain diperbolehkan
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
126 memberikan tanggapan maupun bertanya. Terjadilah diskusi yang aktif karena adanya interaksi antara penyaji, responden dan guru. Kemudian siswa mengambil makna atau nilai yang
terkandung dalam
penyelesaian masalah wawasan nusantara.
Model pembelajaran non direktif juga sesuai dengan teori belajar
humanistik yang
dikemukakan oleh Carl Rogers “bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggungjawab atas keputusan-keputusan yang diambilnya sendiri”. (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2014: 37). Penerapan teori humanistik dalam model pembelajaran non direktif siswa dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Selama proses pembelajaran guru membantu siswa dalam mencari solusi dari suatu masalah.
Berdasarkan analisa dan interpretasi hasil analisa data dapat dikatakan bahwa model pembelajaran non direktif termasuk dalam model pembelajaran afektif yang dapat membentuk watak atau sikap kewarganegaraan (civicdisposition) siswa. Adapun civic disposition yang terbentuk dari
penerapan model
pembelajaran non direktif
adalah: kemauan
menjalankan kewajiban sebagai warga negara, memiliki kesadaran akan budaya multikultur, kemauan mempunyai sikap bela negara, kemauan memiliki kesadaran cinta tanah air dan kemauan untuk menjaga kekayaan nasional. Indikator non direktif yang terbentuk melalui model pembelajaran non direktif merupakan bentuk dari karakter publik. Sedangkan karakter privat terbentuk dari pengalaman yang diperoleh siswa melalui
penerapan model
pembelajaran non direktif dimana siswa memiliki
kesadaran untuk
menghormati pendapat orang lain, dan menghargai hasil diskusi. Penerapan model pembelajaran non direktif merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membentuk civic disposition siswa pada kompetensi dasar pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesa. Namun perlu diketahui bahwa penerapan model pembelajaran non direktif pada kompetensi dasar yang lain dapat membentuk nilai-nilai civic disposition yang berbeda.
Selain dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran non direktif, pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh faktor belajar yang lain sebesar 48,62 %. Faktor belajar yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu faktor internal dan
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
127 faktor eksternal. Faktor internal seperti kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Kondisi fisiologis dan psikologis setiap siswa berbeda, perbedaan ini memengaruhi hasil belajar siswa. Contohnya seperti siswa yang memiliki motivasi dan minat belajar yang tinggi terhadap suatu pelajaran
memengaruhi hasil
belajarnya. Dan siswa yang memiliki kesehatan yang prima, tidak dalam keadaaan lelah dan capek lebih mudah menerima materi pelajaran dibandingkan dengan siswa yang kesehatanya tidak prima. Kedua faktor tersebut kemudian berpengaruh pada pembentukan sikap siswa. Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi civic disposition yaitu cara mendidik orang tua karena cara mendidik yang tepat
dengan memberikan
bimbingan yang sesuai tentu
saja akan sangat
mempengaruhi pembentukan sikap anak tersebut. Kemudian lingkungan sekolah juga mempengaruhi dalam pembentukan civic disposition karena lingkungan sekolah yang baik seperti sekolah yang menanamkan
sikap kedisplinan
mempengaruhi hasil belajar siswanya yang kemudian
berpengaruh pada
pembentukan sikap siswa. Selanjutnya faktor
lingkungan masyarakat yang terdiri dari banyak sekali karakter yang dapat memberikan pengaruh baik namun juga buruk. Untuk itu perlu mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap sikap siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil
perhitungan uji regresi diperoleh persamaan regresi yakni ̂= 31,154 + 0,689 (X). Kemudian hasil perhitungan dari persamaan garis regresi linier tersebut diinterpretasikan sebagai berikut: Y menyatakan civic disposition pada kompetensi dasar Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, X menyatakan model pembelajaran Non Direktif. Variabel X dapat mempengaruhi variabel Y. Artinya, setiap kenaikan satu satuan model Non Direktif (X), maka akan diikuti partisipasi civic disposition (Y) sebesar 0,689.
Model pembelajaran Non Direktif (X) dan civic disposition pada kompetensi dasar Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (Y) memiliki pengaruh positif. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan menghitung koefisien korelasi atau rxy yang telah didapatkan sebesar
0,716. Hasil tersebut dikonsultasikan pada rtabel denganN adalah 36 dan
taraf signifikansi 5% diperoleh rtabel
0,329. Karena rhitung lebih besar dari
rtabel atau 0,716 > 0,29 maka H0
ditolak dan Ha diterima, sehingga
terdapat pengaruh positif antara model pembelajaran Non Direktif(X) dan civic disposition pada
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
128 kompetensi dasar Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (Y).
Sedangkan Besarnya sumbangan model pembelajaran Non Direktif(X) terhadap civic disposition pada kompetensi dasar Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia(Y) adalah 51,38%. Artinya 51,38% civic disposition pada kompetensi dasar Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia siswa dipengaruhi oleh adanya model pembelajaran Non Direktif yang diterapkan pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2018/2019 sedangkan sisanya yakni 48,62% dipengaruhi faktor lain lain yaitu faktor internal yang berada di diri siswa seperti kondisi fisiologis dan psikologis dan faktor eksternal yang berada di luar diri siswa seperti lingkungn rumah, sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti menyarankan :
1. Siswa
a. Siswa hendaknya aktif dalam mengemukakan gagasan, pemikiran ataupun pendapat saat proses pembelajaran berlangsung .
b. Siswa hendaknya aktif dalam diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
c. Siswa hendaknya bisa mengambil dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap materi pembelajaran
2. Guru PPKn
a. Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
b. Guru hendaknya mendorong siswa untuk lebih berani mengemukakan gagasan, pemikiran ataupun pendapat saat proses pembelajaran. c. Guru hendaknya memilih dan
menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan kompetensi dasar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kompetensi dasar ranah afektif dengan menggunakan model pembelajaran afektif, misalnya model pembelajaran non direktif, pembentukan rasional, konsiderasi, dan pengembangan moral kognitif. 3. Kepala Sekolah
a. Sekolah hendaknya lebih mendorong guru agar lebih inovatif dalam memilih dan
menerapkan model
pembelajaran dikelas untuk menunjang keberhasilan pembelajaran.
b. Sekolah hendaknya memberikan pengarahan dan pengawasan pada siswa agar tidak hanya memiliki pengetahuan yang bagus saja tetapi juga memiliki ketrampilan dan sikap yang baik sebagai wujud menjadi warganegara yang cerdas dan baik (Smart and Good Citixenship).
3. Peneliti lain
Terkait dengan penelitian ini maka disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh faktor-faktor lain yang belum secara menyeluruh diteliti oleh
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
129 peneliti saat ini. Faktor- faktor tersebut yaitu faktor internal seperti kondisi fisiologis dan psikologis dan faktor eksternal seperti lingkungn rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi civic disposition pada kompetensi dasar Pentingnya Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia DAFTAR PUSTAKA
Fusnika. (2014). Pembinaan Civic Disposition Berbasis Nilai-Nilai
Kemanusiaan Pada
Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Vol 23, No 1
Siregar, Eveline & Hartini Nara. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia
Sugiyono. 2015.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Zuldafrial. (2012). Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Media Perkasa
Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan ( Teori - Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara