KATA PENGANTAR
Pembaca yang terhormat,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat Rahmat-Nya,
Jurnal Ecolab volume 8 No. 1 Tahun 2014 dapat hadir kembali dihadapan anda, dengan tema “
Haruskah Kita Tiap Detik Menghirup Polutan di Zamrud Khatulistiwa ini ?”
Pusarpedal-KLH, sebagai lembaga yang konsisten dan terus menerus melakukan pemantauan
serta menyajikan data kualitas udara di seluruh Indonesia, khususnya di kawasan perkotaan,
sangat prihatin karena indikasi kualitas udara di hampir semua daerah menunjukkan trend
kualitas udara yang cenderung semakin menurun. Di lain pihak, respons pemangku kepentingan
terutama masyarakat pada umumnya masih sangat kurang. Padahal dampak pencemaran udara
bagi lingkungan alami, lingkungan buatan maupun lingkungan sosial sangat signifikan.
Atas dasar tersebut di atas, penerbitan Jurnal Ecolab pada edisi kali ini, empat dari lima tulisan
mengangkat tentang masalah yang berkaitan dengan udara. Adapun judul tulisan pada edisi ini
adalah sebagai berikut:
1. Penyerapan Emisi Gas Buang CO
2oleh Microalga Euglena sp, dengan Bioreaktor Kolam
Kultur.
2. Pola Suhu Permukaan dan Udara Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal
3. Identifikasi Awal Polyaromatic Hydrocarbons (PAHs) di Udara Ambien Serpong – Jakarta.
4. Kajian Baku Mutu Logam Berat di Udara Ambien sebagai Bahan Masukan Lampiran PP
41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
5. Pengkajian Metode untuk Analisis Logam Berat dalam Daging Ikan Menggunakan Metoda
Association of Official Analitical Chemist (AOAC) Modifikasi.
Kami mengharapkan tulisan-tulisan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pembaca Jurnal Ecolab serta masyarakat pada umumnya akan pentingnya upaya-upaya
pengendalian dampak pencemaran udara di Indonesia.
Selanjutnya, kami mengharapkan peran aktif semua pemangku kepentingan untuk turut
menyumbangkan pemikiran berbentuk tulisan dari hasil penelitian dan atau kajian-kajian dalam
berbagai aspek dan media lingkungan hidup untuk penerbitan Jurnal Ecolab selanjutnya. Terima
Kasih.
Salam,
Redaksi
Jurnal Kualitas Lingkungan Hidup
Volume 8, Nomor 1, Januari 2014
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Penyerapan Emisi Gas Buang CO
2oleh Microalga Euglena sp, dengan Bioreaktor
Kolam Kultur ... 1
Titin Handayani, Adi Mulyanto dan Nida Sopiah
Pola Suhu Permukaan dan Udara Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal ... 11
Wiweka
Identifikasi Awal Polyaromatic Hydrocarbons (PAHs) di Udara Ambien
Serpong – Jakarta ... 23
Dewi Ratnaningsih, Hari W., Esrom H., dan Jetro S.
Kajian Baku Mutu Logam Berat di Udara Ambien sebagai Bahan Masukan
Lampiran PP 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ... 32
Rita Mukhtar, Susy Lahtiani, Esrom Hamonangan, Hari Wahyudi, Muhayatun Santoso, dan Diah Dwiana Lestiani
Pengkajian Metode untuk Analisis Logam Berat dalam Daging Ikan Menggunakan
Metoda Association of Official Analitical Chemist (AOAC) Modifikasi ... 43
Siti Masitoh, Jenia Mustika, Arum Prajanti dan Nurhasni
1
Titin Handayani, Adi Mulyanto dan Nida Sopiah ...: Penyerapan Emisi CO2 Oleh Mikroalga Euglena sp..
PENYERAPAN EMISI CO
2OLEH MIKROALGA
Euglena sp DENGAN BIOREAKTOR KOLAM KULTUR
ABSORPOTION OF CO
2EMISSION BY MICROALGAE
Euglena sp USING POND CULTURE BIOREACTOR
Titin Handayani, Adi Mulyanto dan Nida Sopiah1)
(Diterima tanggal 30-10-2013; Disetujui tanggal 02-01-2014)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan teknologi penyerapan emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh industri dengan memanfaatkan mikroalga Euglena sp. yang dibudidayakan pada bioreaktor kolam kultur jenis raceway. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mitigasi efek gas rumah kaca yaitu mengurangi emisi gas CO2. Penelitian ini dilakukan di industri susu (PT Indolakto) yang berlokasi di Cicurug Sukabumi. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Kimia dan Lab Ekotoksikologi Balai Teknologi Lingkungan-BPPT. Kegiatan penelitian ini meliputi : (1) Karakterisasi Emisi Industri di Lokasi Uji Coba, (2) Pengoperasian Kolam Kultur, (3) Sampling dan Analisis Sampel. Pengkajian awal penyerapan emisi gas buang melalui pengaktifan mikroalga dengan kolam kultur volume 1000 L dari bahan stainless steel di industri PT Indolakto yang dilengkapi dengan alat penukar panas menunjukkan hasil penyerapan CO2 oleh mikroalgayang cukup menjanjikan. Sistem pengaliran gas CO2 pada sistem kolam kultur berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari berhasilnya gas buang dari boiler untuk didinginkan dari suhu sekitar 200 oC menjadi suhu dibawah ambien. Kecuali suhu, gelembung gas yang masuk ke dalam media pada kolam sudah cukup kecil (fine), sehingga kontak antara gas dengan media menjadi baik. Efisiensi penyerapan CO2 oleh Euglena sp. dapat mencapai 98,87% dengan pemberian CO2 rata-rata sebesar 167,26 gram/hari
Kata Kunci: Kolam kultur raceway, induatri susu, emisi CO2, mikroalga, Euglena sp.
ABSTRACT
The purpose of this study is to assess technology to capture carbon dioxide (CO2) emissions generated by industry by utilizing of microalgae Euglena sp. The microalgae were cultivated in a bioreactor culture pond raceway type. The result is expected to be useful in mitigating the effects of greenhouse gases in reducing the CO2 emissions. This research was conducted at milk industry (PT Indolakto), a dairy factory located in Cicurug, Sukabumi . Ana-lyzes were conducted at the Laboratory of Chemistry and Ecotoxicology, Institute for Environmental Technology (BTL) – Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT). The research activities include: (1) Characterization of boiler flue gas, (2) Operation of culture pond, (3) Sampling and sample analysis. The results of this study shpwed that, the initial assessment absorption of the flue gas by microalgae using 1000 L raceway pond completed by heat exchanger were quite promising. The transfer of CO2 into the pond culture system was run well. This identified from the success of cooling the boiler flue gas from the temperature of about 200 °C to below ambient temperature. Except for the temperature, the gas bubbles into the culture media were quite fine. Therefore, the contact between the gas and the media was well performed. Efficiency of CO2 absorption by Euglena sp reached 98.87 % with average CO2 loading of 167.26 grams/day.
Keywords: Raceway pond, milk industry, CO2 emission, heat exchange, microalgae, Euglena sp.
PENDAHULUAN
Global Warming merupakan fenomena
peningkatan temperatur global dari tahun ke
tahun karena terjadinya efek rumah kaca yang
disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas
seperti karbondioksida (CO
2), metana (CH
4),
dinitrooksida (N
2O) dan CFC, sehingga energi
1 Balai Teknologi Lingkungan - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Gedung 820, GEOSTEK Kawasan Puspiptek Serpong ,
11
Wiweka: Pola Suhu Permukaan dan Udara Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal
POLA SUHU PERMUKAAN DAN UDARA MENGGUNAKAN CITRA
SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL
ESURFACE AND AIR TEMPERATURE PATTERN USING
MULTITEMPORAL SATELLITE IMAGE LANDSAT
Wiweka1
(Diterima tanggal 30-11-2013; Disetujui tanggal 02-01-2014)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan nilai dari suhu udara pada tahun 2000, 2003, dan 2013 serta membandingkan nilai dari radiasi netto, fluks bahang, dan suhu udara pada tahun 2000 dan 2003 pada wilayah path/ row 118/065 yaitu wilayah Jawa Timur bagian utara dan Pulau Madura. Metode yang digunakan untuk pengolahan data suhu permukaan adalah berdasarkan nilai radiance pada band 6 citra Landsat 7 ETM+ path/row 118/065 tahun 2000 dan 2003 serta nilai radiance pada band 10 dan band 11 citra Landsat 8 TIRS path/row 118/065 tahun 2013. Radiasi netto tahun 2000 dan 2003 menggunakan pengolahan radiance dan reflectance landsat 7 melalui pendeka-tan persamaan Stefan-Boltzman. Fluks bahang pendeka-tanah menggunakan radiance yang diklasifikasikan berdasarkan nilai dari proporsi radiasi netto dan bahang tanah pada penelitian sebelumnya. Fluks bahang terasa menggunakan pendekatan bowen ratio, sedangkan fluks bahang laten menggunakan persamaan neraca energi. Nilai suhu udara pada tahun 2000 memiliki nilai yang tinggi berkisar antara 8o hingga 60oC, Sedangkan pada tahun 2003 berkisar antara 8o hingga 45oC dan 2013 berkisar antara 12.8o hingga 41.2oC. Radiasi netto di wilayah kajian pada tahun 2000 berkisar antara 366 hingga 792 W/m2. Sedangkan pada tahun 2003 berkisar antara 340 hingga 761 W/m2. Nilai fluks bahang tanah tahun 2000 berkisar antara 25 hingga 82 W/m2, sedangkan tahun 2003 nilai fluks bahang tanah berkisar antara 37 hingga 78 W/m2. Nilai fluks bahang terasa tahun 2000 berkisar antara 31 hingga 534 W/ m2, sedangkan untuk tahun 2003 berkisar antara 50 hingga 508 W/m2. Nilai fluks bahang laten tahun 2000 berkisar antara 65 hingga 670 W/m2, sedangkan untuk tahun 2003 berkisar antara 60 hingga 645 W/m2. Suhu udara tahun 2000 berkisar antara 0o hingga 52oC, sedangkan untuk tahun 2003 berkisar antara 1o hingga 41o C.
Kata Kunci : fluks bahang, suhu permukaan, radiasi netto, suhu udara, Landsat-8
ABSTRACT
This study aimed to compare the value of air temperature in 2000, 2003 and 2013, as well as comparing the value of the net radiation, heat flux, and the air temperature in 2000 and 2003 in the area of path / row 118/065 is the northern part of East Java and Madura Island. The method used for the processing of surface temperature data is based on the value of radiance at band 6 of Landsat 7 ETM + path / row 118/065 2000 and 2003 as well as the value of radiance at band 10 and band 11 Landsat 8 TIRS path / row 118/065 2013. Net radiation between 2000 and 2003 using radiance and reflectance processing of Landsat 7 via the Stefan-Boltzmann equation approach. Soil heat flux using a radiance which is classified based on the value of the proportion of net radiation and soil heat in previous studies. Heat flux was using the Bowen ratio approach, while the latent heat flux using the energy balance equation. Temperatures predicted by the heat flux was combined with the aerodynamic resistance value. Value of air temperature in 2000 has a high value ranged from 8o to 60oC, while in 2003 ranged from 8o to 45oC and 2013 ranged from 12.8o to 41.2oC. Net radiation in the study area in 2000 ranged from 366 to 792 W/m2. While in 2003 ranged from 340 to 761 W/m2. Soil heat flux values in 2000 ranged from 25 to 82 W/m2, while the heat flux value of 2003 soil ranged from 37 to 78 W/m2. Heat flux value was in 2000 ranged from 31 to 534 W/m2, while for 2003 ranged from 50 to 508 W/m2. Latent heat flux values in 2000 ranged from 65 to 670 W/m2, while for 2003 ranged from 60 to 645 W/m2. Temperatures in 2000 ranged from 0o to 52oC, while for 2003 ranged from 1o to 41o C.
Keywords: Surface temperature, net radiation, heat flux, air temperature, Landsat
1 Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh-LAPAN, Jalan Kalisari 8 Jakarta Timur. Telp: 021-8706582, Fax: 021-8722733.
23
Dewi Ratnaningsih, Hari W, Esrom H.... : Identifikasi Awal Polyaromatic Hidrocarbons ...
IDENTIFIKASI AWAL POLYAROMATIC HYDROCARBONS (PAHs) DI
UDARA AMBIEN SERPONG-JAKARTA
PRE-IDENTIFICATION OF POLYAROMATIC HYDROCARBONS (PAHs) IN
SERPONG-JAKARTA AMBIENT AIR
Dewi Ratnaningsih1, Hari W1, Esrom H1, Jetro S1 (Diterima tanggal 23-09-2013; Disetujui tanggal 02-01-2014)
ABSTRAK
Pengukuran Polyaromatic hydrocarbons (PAHs) dengan menggunakan Passive Air sampling (PAS) bertujuan untuk identifikasi awal pencemaran PAHs di udara ambien. Passive air sampling yang berisi poliurethan foam (PUF) berbentuk lingkaran dengan diameter 14 cm dan ketebalan 1.35 cm dipaparkan selama 42 hari di Serpong dan di Jakarta untuk menangkap sampel udaradalam bentuk gas secara pasif. Metode ekstraksi dan pemurnian dilakukan terhadap sampel yang ada didalam PUF, dan proses selanjutnya analisis menggunakan GCMS.∑15 PAH di Jakarta terdeteksi dengan konsentrasi 74 ng/m3 sedangkan di Serpong terdeteksi dengan konsentrasi 34 ng/m3.∑
15 PAH tersebut terdeteksi dengan pola distribusi yang mirip namun dengan konsentrasi ∑15 PAH di Jakarta dua kali lebih tinggi dibandingkan di Serpong. Kemiripan pola distribusi konsentrasi PAHs menunjukkan kemiripan sumber pencemar PAHs. Hasil rasio individual PAH menunjukkan bahwa sumber pencemar PAH di dua lokasi tersebur mayoritas berasal dari minyak bumi.
Kata Kunci: Passive Air Sampling, PAHs, PUF, ekstraksi organik, GCMS
ABSTRACT
The aim of this study is in order to identified contamination of PAHs in the ambient air by using passive air sam-pler. Poliurethane Foam (PUF) with diameter 14 cm and thickness 1,35 cm were used for collecting gas phase of ambient air passively by using Passive Air Sampling. PUF were exposured in Serpong and Jakarta during 42 days. PUF were extracted by organic solvent and purified before analysis by using GCMS. Ambient air concetration of ∑15 PAH in Jakarta was detected 74 ng/m3 two times higher than in Serpong 34 ng/m3 with similir distribution pattern of PAHs in those two locations. Similar distribution pattern reflected similar polution source of PAHs. Rasio calculation of individual PAHs indicated that PAHs pollution in ambient air majority resulted from petroleum.
Keyword: Passive Air Sampling, PAHs, PUF, organic extracted, GCMS.
PENDAHULUAN
Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs),
atau dikenal sebagai poly-aromatic
hydrocarbons atau polynuclear aromatic
hydrocarbons, merupakan senyawa organik
yang berpotensi menjadi pencemar di
lingkungan baik di udara, air, sedimen maupun
tanah. Senyawa ini dihasilkan dari proses
pembakaran tidak sempurna dan atau proses
tekanan tinggi.
PAHs dengan kandungan dua sampai delapan
cincin aromatik terdiri dari ratusan senyawa
individual di lingkungan, namun hanya 16
senyawa yang termasuk dalam daftar pencemar
prioritas oleh US-EPA (United
States-Environmental Protection Agency) yang
umum dijadikan target dalam pemantauan
lingkungan yaitu naphthalene, acenaphthylene,
acenaphthene, fluorene, phenanthrene,
1 PUSARPEDAL-Kementerian Lingkungan Hidup. Kawasan Puspiptek gedung 210, Jl Raya Puspiptek-Serpong,32
Ecolab Vol. 8 No. 1 Januari 2014 : 1 - 52
KAJIAN BAKU MUTU LOGAM BERAT DI UDARA AMBIEN SEBAGAI
BAHAN MASUKAN LAMPIRAN PP 41/1999 TENTANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA
STUDY OF QUALITY STANDARD OF HEAVY METAL IN AMBIENT
AIR FOR PROPOSING APPENDIX OF GOVERNMENT REGULATION
PP41/1999 ON AIR POLLUTION CONTROL
Rita Mukhtar1, Susy Lahtiani1, Esrom Hamonangan1, Hari Wahyudi1,
Muhayatun Santoso2, Diah Dwiana Lestiani2
(Diterima tanggal 30-10-2013; Disetujui tanggal 02-01-2014)
1 Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL) Gedung 210 Kawasan Puspiptek Jl. Raya Puspiptek Serpong-Tangerang
15310, BANTEN, T/F:021-7560983, Email: [email protected]
2 PTNBR – Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jl Tamansari No. 71 Bandung 40132,
telp.022-2503997, Fax.022-2504081;website:www.batan-bdg,go.id; E-mail:[email protected]
ABSTRAK
Logam berat yang terkandung di dalam udara ambien khususnya partikulat udara PM2.5 dapat membahayakan manusia karena ukuran PM2.5 memungkinkannya untuk berpenetrasi menembus bagian terdalam dari paru-paru dan sistem jantung dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti infeksi saluran pernafasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovascular bahkan kematian. Dalam PP No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara telah tercantum baku mutu logam berat di udara ambien namun baru terbatas pada logam timbal (Pb) sedangkan logam berbahaya lainnya seperti arsen (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg), kromium (Cr), mangan (Mn), dan nikel (Ni) belum diatur dalam PP tersebut. Sehingga perlu dilakukan kajian logam berat dalam partikulat udara ambien PM2.5 sebagai bahan dasar ilmiah dalam rangka revisi Lampiran PP 41/199 tersebut. Selain itu, nilai baku mutu yang telah diatur dalam PP tersebut perlu ditinjau kembali untuk melihat kesesuaiannya dengan kondisi lingkungan atau udara ambien saat ini. Adapun usulan yang disampaikan dalam rangka revisi Lampiran PP 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara adalah parameter logam berat yang berada pada partikulat udara ukuran TSP dan PM2.5 yaitu baku mutu Pb pada TSP diperketat menjadi 0.5 µg/m3 untuk tahunan dan 1 µg/m3 untuk waktu 24 jam, sedangkan baku mutu Pb pada PM2.5 adalah 0.25 µg/m3 untuk tahunan dan 0.5 µg/m3 untuk 24 jam; As pada TSP 0.006 µg/m3 untuk tahunan dan 0.3µg/m3 untuk 24 jam, As pada PM
2.5 0.00006 µg/m3 untuk tahunandan 0.0125 µg/m3 untuk 24 jam; Cd pada TSP tahunan 0.005 µg/m3 dan 2 µg/m3 pada 24 jam, Cd pada PM
2.5 0.00005 µg/m3 pada tahunan dan 0.02 µg/m3 untuk 24 jam; Hg pada TSP tahunan 1 µg/m3 dan 0.5 µg/m3 untuk 24 jam, dan Hg pada PM
2.5 tahunan 0.005 µg/m3 dan 0.01 µg/m3 untuk 24 jam. Cr pada TSP tahunan 0.01 µg/m3 dan 1.5 µg/m3 untuk 24 jam, dan Cr pada PM2.5 tahunan 0.0001 µg/m3 dan 0.005 µg/m3 untuk 24 jam; Mn pada TSP tahunan 0.15 µg/m3 dan 2.5 µg/m3 untuk 24 jam, dan Mn pada PM2.5 tahunan 0.00015 µg/m3 dan 0.0078 µg/m3 untuk 24 jam; Ni pada TSP tahunan 0.02 µg/m3 dan 2 µg/m3 untuk 24 jam dan Ni pada PM
2.5 tahunan 0.0002 µg/m3 dan 0.015 µg/m3 untuk 24 jam.
Kata Kunci: logam berat, udara ambien, revisi, baku mutu udara ambien, pengendalian pencemaran udara.
ABSTRACT
Heavy metals contained in the ambient air particulate matter PM2.5 in particular can be harmful to humans due
to PM2.5 size allows it to penetrate the deepest parts of the lungs and the heart and it cause a variety of health problems, such as acute respiratory infections, lung cancer pulmonary, cardiovascular disease and even death. Gov-ernment Regulation, PP. 41/1999 on air pollution control already regulate the standard of heavy metals in ambient air but only limited to lead (Pb), while other hazardous metals such as arsenic (As), cadmium (Cd), mercury (Hg) , chromium (Cr), manganese (Mn) , and nickel (Ni) has not regulated in the PP. Thus it necessary to study heavy metals in ambient air particulate matter PM2.5 as a scientific basis in order to revise Appendix of PP 41/1999. In addition , the value of the quality standards set out in the Regulation should be reviewed to see compliance with environmental or ambient air conditions at this time . The proposals presented in the framework of the revision of
33
Rita Muktar, Susy Lahtiani, Esrom Hamonangan.... : Kajian Baku Mutu Logam Berat Pada PM2.5 ....
PENDAHULUAN
Logam berat timbal (Pb), arsen (As), kadmium
(Cd), merkuri (Hg), kromium (Cr), mangan
(Mn), dan nikel (Ni) adalah beberapa logam
berat yang menjadi pencemar di udara ambien
yang umumnya berasal dari kegiatan industri
dan pembakaran batubara. Meskipun kadarnya
di atmosfer rendah, logam-logam tersebut
berkontribusi pada deposisi dan penumpukan
kandungan logam berat dalam tanah, sedimen
dan organisme. Beberapa logam berat yang
ada di lingkungan membentuk bioakumulasi
dalam rantai makanan, sehingga menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan [1, 2].
Keterpaparan arsenik terkait dengan
peningkatan risiko kanker kulit dan
paru-paru. Kadmium terkait dengan ginjal dan
kerusakan tulang dan juga telah diidentifikasi
potensial menyebabkan karsinogen pada
manusia, kanker paru-paru, dan efek neuro
- perilaku pada janin, bayi dan anak-anak,
dan meningkatkan tekanan darah pada orang
dewasa. Merkuri merupakan racun dalam
bentuk unsur anorganik, tetapi perhatian
utama terkait pada senyawa organik,
khususnya methylmercury, karena senyawa
ini terakumulasi dalam rantai makanan,
misalnya pada ikan predator di danau dan laut
hingga sampai ke manusia.
Kromium bisa
mengalami gangguan pernapasan dan alat
pencernaan. Mangan pada dosis yang tinggi
dapat mengakibatkan gangguan pada sistem
saraf. Nikel disamping dikenal karsinogen,
juga memiliki efek non-kanker lainnya,
misalnya pada sistem endokrin [1, 2].
Polusi udara yang disebabkan oleh paparan
logam berat sangat berpengaruh untuk jangka
panjang, disamping itu polutan logam berat
ini tahan di udara dan dapat berpindah-pindah
sampai ke daerah yang paling terpencil, karena
biasanya polutan logam berat terkandung
dalam debu melayang di udara ambien dan
apabila terhirup oleh manusia melalui saluran
pernafasan menembus sampai ke bagian
dalam paru-paru ke pembuluh darah hingga
ke jantung. Logam berat tersebut terdapat
didalam partikulat dalam ukuran PM
2.5[2].
Di dalam Lampiran Peraturan Pemerintah
No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara terdapat parameter logam
berat timbal (Pb) yang telah diatur baku
mutunya, dengan nilai baku mutu Pb tahunan
di udara ambien adalah 1 µg/m
3, dan 2 µg/m
3untuk pengukuran 24 jam. Baku mutu tersebut
dalam bentuk TSP yang ukuran partikulatnya
<100µm
3.
Appendix PP 41/1999 on air pollution control are parameters of heavy metals in airborne particulate size of TSP and PM2.5 standards , namely Pb in TSP tightened to 0.5 μg/m3 for annual and 1 μg/m3 for 24 hours , while the quality standard on Pb in PM2.5 0.25 μg/m3 for annual and 0.5 μg/m3 for 24 hours ; As in TSP 0.006 μg/m3 for annual and 0.3μg/m3 for 24 hours , As in PM2 .5 0.00006 μg/m3 for annual and 0.0125 μg/m3 for 24 hours ; Cd in TSP 0.005 μg/m3 for annual and 2 μg/m3 at 24 hours , Cd in PM2.5 0.00005 μg/m3 for annual and 0.02 μg/ m3 for 24 hours ; Hg in TSP 1 μg/m3 for anual and 0.5 μg/m3 for 24 hours , and Hg in PM2.5 0.005 μg/m3 for annual and 0.01 μg/m3 for 24 hours; Cr in TSP 0.01 μg/m3 for annual and 1.5 μg/m3 for 24 hours , and Cr in in PM2.5 0.0001 μg/m3 for annual and 0.005 μg/m3 for 24 hours ; Mn TSP 0.15 μg/m3 for annual and 2.5 μg/m3 for 24 hours , and Mn in PM2.5 0.00015 μg/m3 for annual and 0.0078 μg/m3 for 24 hours; Ni in TSP 0.02 μg/m3 for annual and 2 μg/m3 for 24- hours and Ni in PM2.5 0.0002 μg/m3 for annual and 0.015 μg/m3 for 24 hours.
43
Siti Masitoh, Jenia Mustika....
:
Pengkajian Metode untuk Analisis Logam Berat dalam Daging...PENGKAJIAN METODE U N T U K ANALISIS TOTAL LOGAM BERAT
DALAM D A G I N G IKAN MENGGUNAKAN METODE
ASSOCIATION OF OFFICIAL ANALITICAL CHEMIST
(
AOAC) MODIFIKASI
METHOD ASSESSMENT FOR HEAVY METAL ANALYSIS IN FISH MEAT
USING ASSOCIATION OF OFFICIAL ANALITICAL
CHEMIST
(AOAC) METHOD MODIFICATION
Siti Masitoh1, Jenia Mustika2 , Arum Prajanti 1dan Nurhasni2
(Diterima tanggal 29-09-2013; Disetujui tanggal 02-01-2014)
ABSTRAK
Pengujian logam berat dalam material (daging ikan) tidak hanya tergantung pada prosedur yang telah ada tapi juga dapat dilakukan modifikasi untuk pengembangan, supaya dapat diketahui dan dipilih metode analisis yang paling co-cok. Oleh karenanya, dalam penelitian ini dilakukan kajian metode Association of Official Analitical Chemist (AOAC) modifikasi internasional 2005: 999.10,dengan menggunakan Flame Atomic Absorption Spectrophotometry(FAAS) dan Graphite Furnace Atomic Absoption Spectroscopy(GFAAS). Pengkajian terhadap metode standar yang dimodi-fikasi perlu dilakukan oleh laboratorium untuk menegaskan dan mengkonfirmasikan bahwa metode tersebut sesuai dengan penggunaannya. Contoh uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging ikan dan Certified reference
material(CRM) DORM-4 Fish Protein Certified Reference dari Kanada. Sebanyak 0,5 gram contoh uji dan CRM
ditimbang kemudian ditambahkan dengan asam HNO3 dan selanjutnya didestruksi menggunakan microwave
diges-tion. Larutan hasil destruksi kemudian diukur konsentrasi logam total tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe), kadmium
(Cd) dan timbal (Pb) dengan menggunakan FAAS dan GFAAS. Parameter dalam kajian metode ini m e l i p u t i l i n e a r i t a s , l i m i t d e t e k s i , a k u r a s i d a n p r e s i s i . Hasil penelitian menunjukkan penggunaan metode AOAC modifikasi dengan penambahan HN03 u n t u k a n a l i s i s l o g a m b e r a t t e l a h memenuhi semua persyaratan keberterimaan suatu metode untuk digunakan dalam analisis di laboratorium .
Kata kunci: HNO3, logam berat , microwave digestion,kajian metode,CRM
ABSTRACT
Testing of heavy metals in fish meat is not only dependent on the existing procedures but also can be modified for the development , so that it can be seen and selected the most suitable analysis . Therefore , in this study will prove the method validation Association of Official Analytical Chemist ( AOAC ) International modification 2005: 999.10 , using Flame Atomic Absorption Spectrophotometer ( FAAS ) and Graphite Furnace Atomic Absorption Spectroscopy ( GFAAS ) . This modification needs to be done that requires validation of the method. While the validation of the modified standard method needs to be done by the laboratory is to affirm and confirm that the method is suitable for use. Sample used in this study are fish meat and Certified reference material ( CRM ) DORM - 3 Fish Protein Certified Reference of Canada . A total of 0.5 grams of sample was weighed and then added to the CRM HNO3 acid and subsequent destructed using microwave digestion. Destruction resulting solution is then measured metal concentrations using FAAS and GFAAS . Validation methods performed on the total measurement results metals cop-per ( Cu ) , zinc ( Zn ) , iron ( Fe ) , cadmium ( Cd ) and lead ( Pb ) includes linearity , limit of detection , accuracy and precision . The results showed the use of a modified AOAC method with the addition of HN03 for heavy metal analysis has met all the requirements of the acceptability of a method to be used in the analysis in the laboratory .
Keywords: heavy metal, HNO3, method validation, microwave digestion, CRM
1 Pusarpedal-KLH, Kawasan Puspiptek Gedung 210 Jalan raya Puspiptek-Banten. Email: [email protected].
52
Ecolab Vol. 8 No. 1 Januari 2014 : 1 - 52