3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan instansi terkait maupun hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dianggap relevan, yaitu:
1. Tabel Input-Output (I-O) Indonesia tahun 2008 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Tabel Input-Output (I-O) UKM Indonesia tahun 2003 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
3. Tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia tahun 2008 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
4. Data Produk Domestik Bruto (PDB) menurut lapangan usaha tahun 2008 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
5. Data Susenas tahun 2008 KOR dan Modul yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
6. Data Statistik PLN tahun 2009 yang bersumber dari PT. PLN 7. Data sekunder lain yang relevan dari berbagai sumber.
8. Parameter-parameter dugaan dari sistem persamaan yang didapat dari penelitian sebelumnya yang relevan.
3.2 Metode Pengolahan Data
Kenaikan TDL dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif perekonomian Indonesia dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model CGE INDOTDL yang diambil dari model CGE INDOMINI (Oktaviani, 2008) yang dikombinasikan dengan model CGE WAYANG (Wittwer 1999). Model CGE INDOMINI menggunakan model dasar MINIMAL (Horridge 2001), yang dikembangkan dengan cara menambahkan sejumlah sektor ekonomi (komoditi) sesuai dengan tujuan penelitian dimana rumahtangga hanya satu. Model CGE WAYANG merupakan model yang lebih komplek dimana rumahtangga telah didisagregasi. Model CGE dalam penelitian ini
sebagian besar menggunakan model CGE INDOMINI hanya ada beberapa persamaan rumahtangga diadopsi dari model CGE WAYANG sehingga diperoleh model CGE INDOMINI yang rumahtangganya telah didisagregasi menjadi dua.
Dalam model CGE INDOTDL rumahtangga didisagregasi menjadi 2 golongan menurut kelompok daya listrik yang tersambung. Setelah data disusun sesuai dengan kebutuhan matrik data dalam model CGE INDOMINI, selanjutnya diolah (running data) dengan menggunakan software GEMPACK (Sahara dan Oktaviani 2008). Solusi yang diperoleh dari hasil pengolahan data ini merupakan respons dari simulasi kebijakan yang dianalisis. Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam penelitian adalah Microsoft Word 2007, Microsoft Excell 2007, SPSS 13.0 dan Gempack versi 10.0.
Data yang dimasukkan ke dalam model CGE INDOTDL adalah Tabel I-O tahun 2008, Tabel I-O UKM tahun 2003, Tabel SNSE tahun 2008 dan Data Susenas tahun 2008 yang bersumber dari BPS dan beberapa sumber data lainnya seperti elastisitas. Penyusunan data diawali dengan melakukan disagregasi dan agregasi sektor dimana untuk memadukan agregasi yang digunakan pada model dengan Tabel I-O dan SNSE maka dilakukan pemetaan tabel sehingga lebih mudah menghitung nilai agregasi dari sektor-sektor perekonomian tersebut. Klasifikasi sektor ekonomi (komoditi) yang terdapat di Tabel I-O tahun 2008 maupun sektor produksi pada SNSE tahun 2008 akan didisagregasi dan agregasi menjadi 21 sektor penelitian. Disagregasi dilakukan pada sektor listrik, gas kota dan air menjadi 4 sektor yang terpisah pada Tabel I-O tahun 2008 dari 66 sektor menjadi 69 sektor sedangkan pada tabel SNSE tahun 2008 dari 24 sektor produksi yang ada menjadi 27 sektor produksi. Dari hasil disagregasi sektor pada tiap tabel kemudian dilakukan agregasi menjadi 21 sektor.
Pada model ini input primer (faktor produksi) yang digunakan hanya terdiri dari kapital dan tenaga kerja. Faktor kapital meliputi pembayaran atas lahan dan sewa barang modal yang digunakan dalam proses produksi oleh masing-masing sektor. Pembayaran atas faktor tenaga kerja meliputi upah dan gaji yang dibayarkan oleh masing-masing sektor atas penggunaan input tenaga
kerja. Pengguna barang dan jasa dikelompokkan menjadi pengguna antara dan pengguna akhir. Pengguna antara adalah pembelian yang dilakukan oleh masing-masing dari ke-21 industri (sektor) dalam penelitian. Pengguna akhir dibagi menjadi empat kelompok, yaitu untuk investasi dan perubahan stok, konsumsi rumahtangga, belanja pemerintah dan ekspor.
Rumahtangga sebagai pengguna akhir dibagi menjadi 2 kelompok sehingga dalam penelitian ini terdapat 25 pengguna (user). Berdasarkan sumbernya, komoditi dibedakan menurut komoditi yang diproduksi di dalam negeri (domestik) dan didatangkan dari luar negeri (impor). Nilai komoditas domestik dapat diperoleh dari Tabel I-O transaksi domestik dan nilai komoditas impor diperoleh dari pengurangan Tabel I-O transaksi total terhadap Tabel I-O transaksi domestik.
Selain data dasar di atas, model CGE INDOTDL ini juga membutuhkan data-data behavioral lainnya, yaitu parameter elastisitas. Parameter elastisitas yang digunakan dalam model meliputi; elastisitas Armington, elastisitas substitusi input primer dan elastisitas permintaan ekspor. Dengan keterbatasan yang ada pada penelitian ini, maka nilai-nilai parameter tersebut diperoleh dari hasil penelitian terdahulu terutama hasil penelitian Oktaviani (2000).
3.3 Model Keseimbangan Umum (CGE) INDOTDL
Seperti pada model CGE INDOMINI, struktur teoritis yang digunakan dalam model CGE INDOTDL juga mengandung sistem persamaan non-linear tentang permintaan tenaga kerja, permintaan terhadap input primer, permintaan terhadap input antara, permintaan terhadap input gabungan (composite), komposit output dari suatu industri, permintaan terhadap barang modal (investment goods), permintaan rumahtangga, ekspor dan permintaan akhir lainnya, margin permintaan, persamaan keseimbangan pasar, harga di tingkat pembeli, pajak tak langsung, dan PDB dari sisi pendapatan dan pengeluaran. Perbedaan Model CGE INDOTDL dengan model CGE INDOMINI hanya pada sistem persamaan non-linear di blok permintaan rumahtangga yang telah dirinci menjadi dua. Solusi model ditentukan dengan cara melakukan linearisasi setiap persamaan, yaitu dengan menyatakan semua peubah dalam bentuk
pertumbuhannya (percentage change). Persamaan yang dilinearkan mengandung sekumpulan koefisien yang equivalent dengan persamaan non-linear.
3.3.1 Data dan Struktur Data Model INDOTDL
Penjelasan pada bagian subbab ini mengacu kepada penjelasan yang diberikan oleh Horridge (2001) dalam Oktaviani (2008). Sebagaimana telah dinyatakan pada bagian terdahulu, data yang digunakan dalam model CGE INDOTDL adalah data Tabel I-O tahun 2008, Tabel I-O UKM tahun 2003 dan Tabel SNSE tahun 2008. Seluruh data dihitung dalam satuan moneter (rupiah) dan dilakukan disagregasi dan agregasi ke dalam 21 sektor (komoditi) penelitian. Struktur data yang digunakan pada model CGE INDOTDL ini mengikuti alur yang terdapat pada Gambar 7.
Absorption Matrix
1 2 3 4 5
Producers Investors Household Export Government Total Sales
Size I 1 R 1 1 Domestic Flows C USE(commodity,"domestik",user) Imported Flows C USE(commodity,"impor",user) Labour 1 FACTOR (labour) Capital 1 FACTOR (capital) Output tax 1 V1PTX C = Number of Commodities = 21 I = Number of Industries = 21 R = Number of Household = 2 Tax on imports Size 1 C V0MTX Sumber: Horridge, 2001
Setiap kolom pada Gambar 7 menunjukkan lima pelaku ekonomi yaitu produsen domestik, investor, rumahtangga, ekspor dan pemerintah.
1 Produsen domestik menunjukkan permintaan antara yang terdiri dari i sektor (komoditi); i = 1, 2, ..., 21.
2 Investor merupakan bagian dari komponen permintaan akhir (final demand) yang menggunakan barang/jasa bukan untuk tujuan konsumsi dan umur penggunaannya lebih dari satu periode akuntansi atau sebagai barang modal (investasi). Investasi dapat dilakukan oleh swasta maupun pemerintah. 3 Konsumsi rumahtangga merupakan bagian dari komponen permintaan
akhir yang menggunakan barang/jasa untuk tujuan konsumsi dan hal ini dilakukan oleh rumahtangga yang terdiri dari 2 kelompok ; R= 1,2.
4 Ekspor merupakan bagian dari komponen permintaan akhir yang digunakan /diminta oleh konsumen akhir dari luar negeri. Pencatatan pada kolom ini merupakan ekspor neto, yaitu nilai ekspor setelah dikurangi dengan nilai impor
5 Konsumsi pemerintah, merupakan bagian dari komponen permintaan akhir yang digunakan/diminta pemerintah untuk tujuan konsumsi seperti pengeluaran rutin, belanja pegawai (upah dan gaji) dan belanja alat-alat pertahanan dan keamanan.
Pengguna dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengguna antara (intermediate product) dan pengguna akhir (final user). Proses produksi diasumsikan menggunakan dua faktor primer yaitu tenaga kerja dan modal tetap. Masing-masing komoditi C, yang terdapat di dalam model merupakan komoditi yang berasal dari produk domestik dan impor dari luar negeri. Komoditi dengan sumber spesifik (domestik dan impor) digunakan oleh industri sebagai input produksi sekarang dan pembentukan modal. Barang-barang yang diproduksi di dalam negeri yang muncul di kolom ekspor artinya tidak ada ekspor dari barang yang dimpor. Pendefinisian data dalam model CGE INDOTDL yang menjadi header array dalam database ditunjukkan oleh Tabel 3.
Tabel 3 Set header array pada model INDOTDL
Set Header Keterangan
Row
COM (c) Komoditas, dalam penelitian ini diperlakukan sebagai sektor ekonomi. Terdiri dari 21 komoditas, yaitu: (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian (3) Industri makanan, minuman dan tembakau (4) Industri tekstil, pakaian dan kulit dan pemintalan, (5) Industri Bambu, kayu, rotan & barang dr kayu (6) Industri kertas, barang dari kertas dan karton, (7) Industri Kimia,Pupuk,dan hasil kilang, (8) Industri barang karet, plastik & mineral bukan logam, (9) Industri semen, (10) Industri logam dasar besi dan baja & bukan besi, (11) Industri barang dari logam, (12) Industri mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat pengangkutan dan perbaikannya, (13) Industri lainnya, (14) Listrik 900 VA ke bawah, (15) Listrik 1300 VA ke atas(16) Gas kota & air, (17) Bangunan, (18) Perdagangan, hotel dan restoran, (19) Pengangkutan dan komunikasi, (20) Lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan dan (21) Jasa. IND (i) (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian (3) Industri makanan, minuman dan
tembakau (4) Industri tekstil, pakaian dan kulit dan pemintalan, (5) Industri Bambu, kayu, rotan & barang dr kayu (6) Industri kertas, barang dari kertas dan karton, (7) Industri Kimia,Pupuk,dan hasil kilang, (8) Industri barang karet, plastik & mineral bukan logam, (9) Industri semen, (10) Industri logam dasar besi dan baja & bukan besi, (11) Industri barang dari logam, (12) Industri mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat pengangkutan dan perbaikannya, (13) Industri lainnya, 14) Listrik 900 VA ke bawah, (15) Listrik 1300 VA ke atas(16) Gas kota & air, (17) Bangunan, (18) Perdagangan, hotel dan restoran, (19) Pengangkutan dan komunikasi, (20) Lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan dan (21) Jasa.
SRC (s) Sumber Komoditas: (1) domestik dan (2) impor
USER (u) Pengguna; Pengguna antara ditambah dengan pengguna akhir, terdiri dari : (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian (3) Industri makanan, minuman dan tembakau (4) Industri tekstil, pakaian dan kulit dan pemintalan, (5) Industri Bambu, kayu, rotan & barang dr kayu (6) Industri kertas, barang dari kertas dan karton, (7) Industri Kimia,Pupuk,dan hasil kilang, (8) Industri barang karet, plastik & mineral bukan logam, (9) Industri semen, (10) Industri logam dasar besi dan baja & bukan besi, (11) Industri barang dari logam, (12) Industri mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat pengangkutan dan perbaikannya, (13) Industri lainnya, (14) Listrik 900 VA ke bawah, (15) Listrik 1300 VA ke atas(16) Gas kota & air, (17) Bangunan, (18) Perdagangan, hotel dan restoran, (19) Pengangkutan dan komunikasi, (20) Lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan dan (21) Jasa. (22) Investasi dan stok, (23) rumahtangga berdaya listrik 450-900 VA (24) rumahtangga berdaya listrik lebih dari 1300 VA(25) Ekspor (26) pemerintah
FAC (f) Faktor produksi: tenaga kerja dan modal (capital)
3.3.2 Sistem Persamaan pada Model INDOTDL
Seluruh persamaan yang terdapat dalam model CGE INDOTDL sebagian sebagian besar mengadopsi dari model CGE INDOMINI, dimana persamaan yang menunjukkan model ekonomi makro diimplementasikan dalam Gempack dan dikumpulkan ke dalam file input tablo. File input tablo menjabarkan spesifikasi aljabar dari model dalam bentuk linier dan persamaan-persamaan
tersebut dikumpulkan ke dalam sejumlah blok persamaan. Masing-masing pernyataan persamaan dimulai dengan nama yang umumnya mengacu pada peubah di sisi kiri. Semua peubah dinyatakan dalam bentuk perubahan persentase (percentage change). Peubah ditulis dengan huruf kecil dan koefisien ditulis dengan huruf kapital (besar). Terdapat 15 (lima belas) set persamaan dalam file input tablo, yaitu:
1. Keseimbangan pasar untuk setiap komoditi. 2. Substitusi antara komoditi impor dan domestik 3. Struktur produksi
4. Permintaan untuk faktor primer.
5. Permintaan untuk industri di level atas. 6. Permintaan rumahtangga.
7. Permintaan ekspor
8. Keseimbangan pasar domestik dan harga 9. Harga impor
10. PDB dari sisi permintaan 11. PDB dari sisi pengeluaran
12. Persamaan yang berkaitan dengan peubah ekonomi makro lainnya 13. Peubah pasar faktor produksi
14. Pembaharuan (update) aliran data, dan 15. Ringkasan data
a. Keseimbangan Pasar untuk Setiap Komoditi
Blok persamaan 3 pada file input tablo (Lampiran 1) menyatakan penjumlahan permintaan setiap komoditi antar pengguna (user) dari masing-masing sumber (domestik atau impor). Pengkodean pada file input tablo merepresentasikan hal-hal sebagai berikut; c = “komoditi atau sektor ekonomi”,s= “domestik” menunjukkan sumber komoditi berasal dari produksi domestik dan “impor” sumber komoditi berasal dari impor (luar negeri). Persamaan E_x0 menghitung permintaan total untuk komoditi tertentu yang berasal dari domestik dengan menjumlahkan permintaan dari masing-masing pengguna. Pengguna pada penelitian ini terdiri dari pengguna antara (21 sektor) dan pengguna akhir (investasi, rumahtangga, pemerintah dan ekspor). Persamaan E_x0 memasukkan
peubah-peubah dalam bentuk perubahan persentase dan dinyatakan sebagai berikut:
Penulisan dengan huruf besar (upper-case letter) memiliki arti yang berbeda dengan huruf kecil (lower-case letter). Notasi menyatakan jumlah total permintaan komoditi c dari sumber s, sementara notasi menyatakan persentase perubahan total pemintaan komoditi c dari sumber s. Notasi
menunjukkan jumlah permintaan pengguna u untuk komoditi c dari sumber s, sedangkan menunjukkan perubahan permintaan dalam persentase. Aturan penulisan tersebut digunakan secara umum dalam pengkodean file input tablo. Persamaan (3.1) diturunkan ke dalam bentuk persamaan linear, sehingga diperoleh bentuk persamaan sebagai berikut:
Langkah selanjutnya adalah merubah persamaan (3.2) sesuai dengan nilai dalam data dasar (database). Semua pengguna diasumsikan membayar dengan tingkat harga yang sama, , yaitu harga untuk pengguna komoditi c yang bersumber dari s. Langkah ini dilakukan dengan cara mengalikan kedua sisi persamaan (3.2) dengan ), sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut:
Aliran nilai (Gambar 7) berhubungan dengan bentuk pada sisi kanan persamaan (3.3). Notasi juga dapat digunakan pada file input tablo. Kode s = “domestik”, artinya data berada pada blok aliran domestik dan kode s = “impor”, berada dalam blok aliran impor. Bentuk pada sisi kiri persamaan (3.3) adalah penjumlahan antar pengguna yang disebut atau merupakan total sales pada Gambar.
Persamaan (3.4), selanjutnya diubah kedalam persamaan yang dapat dibaca oleh bahasa tablo sebagai berikut:
Notasi c (COM) menyatakan seluruh set komoditi dan s (SRC) menyatakan sumber. Perintah dan , dalam file input tablo, pada persamaan E_x0 menyatakan bahwa software GEMPACK mengevaluasi sisi kiri persamaan (3.4) untuk seluruh komoditi dan kedua sumber. Karena notasi ∑ tidak terdapat dalam bahasa tablo, maka dinyatakan dengan “sum” sebagaimana ditunjukkan pada persamaan (3.5).
b. Substitusi antara Komoditi Impor dan Domestik
Masing-masing industri dan permintaan akhir saling bersubstitusi untuk menggunakan antara komoditi yang bersumber dari domestik dan impor. Rasio pembelian komoditi domestik dan impor oleh masing-masing komoditi dan pengguna merupakan fungsi dari harga relatif dari kedua sumber. Fungsi ini diturunkan dari fungsi produksi CES (Constant Elasticity of Substitution) yang secara luas digunakan pada pemodelan CGE. Terdapat tiga persamaan dalam bentuk perubahan persentase yang menentukan besaran rasio permintaan komoditi impor dan domestik pada jenis komoditi yang sama dari kedua sumber, yaitu:
; menyatakan harga rata-rata komoditi impor dan domestik (3.6) ; menyatakan permintaan manufacture domestic……….... (3.7a)
; menyatakan permintaan manufacture impor……….... (3.7b)
Notasi dan menunjukkan permintaan komoditi domestik dan impor, dan adalah harga komoditi domestik dan impor. Notasi P dan X juga disebut sebagai harga dan permintaan composite (gabungan). Symbol σ menyatakan elastisitas substitusi permintaan antara komoditi (yang sejenis) impor dan domestik, dikenal dengan elastisitas Armington. Blok Persamaan 4 pada Lampiran 1 merepresentasikan persamaan (3.6), (3 .7a), dan (3 .7b) untuk masing-masing komoditi dan pengguna dalam bahasa tablo.
c. Struktur Produksi
Model CGE INDOTDL mengasumsikan bahwa output masing-masing industri adalah fungsi dari input yang digunakannya, yaitu:
... (3.8)
Fungsi F diasumsikan:
... (3.9) Pada masing-masing industri, komposit faktor primer merupakan fungsi produksi agregat CES dari modal dan tenaga kerja yang dinyatakan sebagai berikut:
..(3.10)
Komoditi komposit menggunakan fungsi agregat CES yang diproduksi secara domestik dan dari impor:
...(3.11)
Sumber: Horridge, 2001
Gambar 8 Struktur input output produksi berjenjang.
Output
X1TOT
C E S
Leontief
Komoditi 1 Komoditi c Faktor
Primer
C E S C E S
Komoditi
Domestik 1 Komoditi Impor 1
Tenaga Kerja Komoditi
Domestik C Komoditi Impor C Modal
…sampai
Bentuk
Asumsi di atas menggambarkan bahwa permintaan input industri memiliki struktur yang berjenjang, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Fungsi produksi berjenjang dapat diinterpretasikan bahwa produsen membagi keputusan input ke dalam langkah-langkah yang berbeda. Pada level atas, kompo sit komoditi dan komposit faktor primer dikombinasikan dengan menggunakan fungsi produksi Leontief. Konsekuensinya, komposit komoditi dan faktor primer seluruhnya merupakan permintaan yang langsung digunakan untuk memproduksi output, . Meskipun semua pangsa industri memiliki struktur produksi yang umum, proporsi input dan parameter perilaku dimungkinkan berbeda antar industri.
d. Permintaan untuk Faktor Primer
Blok Persamaan 5 dalam file input tablo (Lampiran 1) menunjukkan persamaan yang menentukan permintaan modal dan tenaga kerja. Untuk masing-masing industri, i, persamaan diturunkan dari masalah optimasi sebagai berikut:
Memilih input modal dan tenaga kerja, dan . Untuk meminimumkan biaya input
; dimana
; dianggap eksogen untuk masalah
dan dan
Peubah dinyatakan dalam bentuk level, sehingga penulisan notasinya dengan menggunakan huruf besar. Pada kondisi ini, harga tenaga kerja (tingkat upah) diasumsikan tidak berbeda antar industri, sehingga tenaga kerja bebas bergerak (mobile) antar industri.
Solusi terhadap masalah minimasi biaya, dalam bentuk perubahan persentase, ditunjukkan dengan E_x1lab, E_x1cap, dan E_p1prim. Persamaan E_x1lab menunjukkan bahwa permintaan tenaga kerja proporsional untuk keseluruhan pengguna faktor primer, X1PRIM(i), dan harga. Harga dibentuk dari elastisitas substitusi, SIGMA1PRIM (i), dikalikan dengan rasio [p1lab-p1cap(i)]
dalam bentuk perubahan persentase yang menunjukkan harga relatif rata-rata biaya faktor primer. Upah yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya substitusi terhadap tenaga kerja. Rata-rata biaya faktor primer dalam bentuk perubahan persentase, p1prim(t), sehingga dalam persamaan E_p1prim dapat dituliskan:
p1prim(i) = S1LAB(i) * p1lab + S1CAP(i) * p1cap(i) ………...(3.12) S1LAB(i) dan S1CAP(i) adalah nilai pangsa (share) biaya tenaga kerja dan biaya modal terhadap biaya faktor primer, sehingga p1prim(i) adalah biaya rata-rata terbobot untuk harga modal dan tenaga kerja. Jika kedua sisi persamaan E_x1lab dikalikan dengan S1LAB(i), dan kedua sisi persamaan E_x1cap dikalikan dengan S1CAP(i), dan kedua persamaan ditambahkan secara bersama, semua bentuk harga dihilangkan, maka persamaan akan menjadi:
x1prim(i) = S1LAB(i) * x1lab(i) + S1CAP(i) * x1cap(i) …….………...(3.13) Persamaan (3.13) adalah bentuk perubahan persentase dari fungsi produksi CES. e. Permintaan untuk Industri dilevel Atas
Blok Persamaan 6 pada file input tablo (Lampiran 1) memuat sebagian besar permintaan input yang berjenjang seperti pada Gambar 8. Komoditi komposit dan faktor primer kompo sit dikombinasikan dengan menggunakan fungsi dan dapat dituliskan sebagai berikut:
) 14 . 3 ...( )]. , ( _ / ) , ( _ : . , ) ( 1 ) ( 1 [
1 All cCOM X S ci A S c i i IND
i PRIM A i PRIM X MIN TOT X
Industri diasumsikan akan meminimumkan biaya, maka industri akan menggunakan input sesuai dengan keperluan. Hal ini dapat dituliskan dalam persamaan berikut: ) 15 . 3 ...( ... ... ... , ). ( 1 ). , ( _ ) , (
_S c i A S c i X TOT i i IND c COM
X ) 16 . 3 ...( ... ... ... ... ). ( 1 ). ( 1 ) (
1PRIM i A PRIM i X TOT i i IND
X
Kedua katagori input yang berada di level atas merupakan permintaan langsung terhadap XITOT(i). Pada Blok Persamaan 6 pada file input tablo (Lampiran 1) terdapat hubungan persamaan E_x1 dan E_x1prim.
Persamaan terakhir pada Blok Persamaan 6 menunjukkan bahwa perubahan nilai output, V1TOT(i), adalah sama dengan penjumlahan dalam pengeluaran bahan baku dan faktor primer. Masing-masing bentuk persamaan pada sisi kanan persamaan adalah sama untuk 100 kali perubahan pengeluaran untuk beberapa input. Sisi kiri persamaan adalah sama untuk 100 kali perubahan dalam total biaya. Persamaan tersebut disebut sebagai persamaan ”zero pure profit” atau laba nol, yaitu keuntungan yang tidak memasukkan lagi input lain. Model juga mengasumsikan teknologi bersifat constant returns to scale (CRS). Asumsi ini mengakibatkan harga output merupakan fungsi dari harga input, jika tidak ada perubahan teknologi.
f. Permintaan Rumahtangga
Rumahtangga diasumsikan memaksimumkan utilitas (kepuasan) dengan mengkonsumsi sekumpulan komoditi yang optimal, dengan kendala anggaran (budget constraint). Utilitas diasumsikan menggunakan fungsi utilitas berjenjang dimana jenjang terluar merupakan kombinasi komoditi komposit yang menggunakan fungsi agregat Cobb Douglas, dan jenjang di bawahnya merupakan komposit komoditi dari sumber domestik dan impor yang menggunakan fungsi agregat CES untuk masing-masing komoditi komposit. Penjelasannya diilustrasikan pada Gambar 9.
Sumber: Horridge, 2001
Gambar 9 Struktur permintaan konsumen (rumahtangga) berjenjang.
…sampai Utilitas C E S Cobb Douglas Komoditi Komoditi C E S Komoditi
Domestik 1 Komoditi Impor 1
Komoditi
Domestik C Komoditi Impor C
Bentuk
Barang C yang dikonsumsi oleh rumahtangga bawah maupun rumahtangga atas terdiri dari 21 komoditi komposit. Rumahtangga memaksimumkan utilitas dengan anggaran tertentu dan diasumsikan bahwa masing-masing komoditi yang dikonsumsi menghasilkan biaya minimum. Dengan fungsi CES preferensi yang berlaku merupakan konsumsi antara komoditi domestik dan impor. Konsumen diidentifikasi sebagai pengguna (u = “rumahtangga bawah dan rumahtangga atas atau HouseHB dan HouseHA”). Persamaan E_x dalam Blok Persamaan 3 didahului dengan memberikan instruksi (all,c,COM) (all,s,SRC) (all,u,LOCALUSER). Didalam LOCALUSER, semua pengguna telah dimasukkan kecuali untuk ekspor. Oleh karena itu, komposisi Armington di masing-masing komoditi komposit digunakan konsumen yang sudah ditentukan pada Blok Persamaan 3 (Lampiran 1).
Struktur permintaan konsumen dalam bahasa tablo seluruhnya dijelaskan pada Blok Persamaan 7 (Lampiran 1). Kendala anggaran yang dihadapi pada tiap kelompok rumahtangga adalah nilai total pembelian tiap kelompok rumahtangga merupakan peubah eksogen bagi rumahtangga. Model CGE INDOTDL ini tidak menghubungkan antara pengeluaran rumahtangga, artinya tidak ada keputusan menabung/mengkonsumsi. Kesediaan anggaran untuk dikonsumsi pada tiap kelompok rumahtangga dinyatakan dalam bentuk nominal W3TOT_hh. ) 17 . 3 ( ... ... )... )( ( ; ) , ( _ _ 3 ) , ( _ c COM u HH HH c S P HH TOT xW a HH c S X c ) 18 . 3 ( ... ... ) , ( _ ) , ( _ 3 3
HH u c COM HH c S P HH c S X TOT P TOT X di mana:X_S(c,HH) = jumlah komoditi yang dikonsumsi tiap kelompok rumahtangga. P_S(c,HH) = harga komoditi yang dikonsumsi tiap kelompok rumahtangga. W3TOT_HH = anggaran yang tersedia untuk konsumsi perkelompok
rumahtangga.
X3TOT = konsumsi riil total rumahtangga. P3TOT = harga konsumen.
HH = rumahtangga bawah, rumahtangga atas
Harga ditingkat pengguna akhir disebut harga pembeli (purchases price) yang bebeda dengan harga ditingkat produsen. Rumahtangga merupakan pengguna akhir dimana harga diterima antara kelompok rumahtangga bisa berbeda-beda. Pebedaan itu bisa karena adanya perbedaan rate pajak atau subsidi yang melekat pada barang yang dikonsumsi perkelompok rumahtangga. Harga barang ditingkat pembeli pada tiap kelompok rumahtangga dirumuskan :
V3PUR(c,s,u)*p3(c,s,u) = V3PUR(c,s,u)*[p(c,s)+f3tax(c,u)] …..………..(3.19)
V3PUR(c,s,u) = USE(c,s,u)+ V3TAX(c,s,u) ……….(3.20)
HH u SRC s COM c , , dimana :
V3PUR = nilai pembelian ditingkat rumahtangga. V3TAX = nilai pajak rumahtangga.
f3tax = shifter pajak rumahtangga
p3 = harga pembelian ditingkat rumahtangga.
g. Permintaan Ekspor
Model CGE INDOTDL menggunakan fungsi permintaan dari luar negeri (ekspor) untuk komoditi produksi domestik sangat sensitif terhadap harga. Jika harga komoditi domestik meningkat secara relatif terhadap harga dunia, maka permintaan ekspor akan menurun. Persamaan E_x4a pada Blok Persamaan 8 (Lampiran 1) menunjukkan slope negatif permintaan luar negeri untuk ekspor, pada tingkat level, persamaan akan menjadi sebagai berikut:
….(3.21)
merupakan elastisitas permintaan artinya ekspor komoditi c merupakan fungsi yang menurun terhadap harga mata uang relatif, , relatif harga domestik terhadap harga dunia WORLD(c). Nilai tukar PHI merupakan konversi mata uang domestik terhadap mata uang asing.
h. Keseimbangan Pasar Domestik dan Harga
Set peubah persamaan keseimbangan pasar untuk komoditi domestik, E_x1tot, dinyatakan pada Blok Persamaan 9 (Lampiran1). Set tersebut menunjukkan bahwa output masing-masing industri, X1TOT(i), adalah sama dengan permintaan total untuk komoditi yang diproduksi secara domestik X0(c,”domestik”). Adapun persamaan E_pA menghubungkan antara harga pengguna barang domestik, P(c,”domestik”) dengan biaya produksi P1TOT(c) dan tingkat pajak output PTXRATE(c). Hubungan persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut:
………..…...(3.22)
Karena PTXRATE(c) tidak memiliki satuan unit, dan dapat berubah tanda (pajak bertanda negatif merupakan subsidi), maka diperlukan proses transformasi ke dalam peubah ordinal (bukan persentase). Persamaan (3.22) dapat ditransformasi menjadi :
…...(3.23)
i. Harga Impor
Persamaan yang berhubungan dengan peubah harga impor adalah persamaan E_pB, sebagaimana ditunjukkan pada Blok Persamaan 10 (Lampiran 1). Persamaan E_pB menghubungkan harga pengguna komoditi impor, P(c,”impor”) dengan harga mata uang domestik, PHI*PWORLD(c) dan untuk tingkat pajak impor MTXRATE(c). Hubungan persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut:
……… ….(3.24)
j. PDB dari Sisi Pendapatan
Koefisien V0GDPINC menyatakan PDB sebagai penjumlahan dari biaya faktor primer dan pajak tak langsung. Persamaan E_w0gdpinc pada Blok
Persamaan 11 (Lampiran1) menjelaskan persamaan tersebut dalam bentuk linear. Sisi kiri persamaan, V0GDPINC*w0gdpinc, merupakan 100 kali perubahan PDB nominal. Pada sisi kanan juga merupakan 100 kali perubahan nilai. Persamaan pajak produksi dinyatakan sebagai berikut:
…(3.25)
Persamaan 3.25 dapat dipecahkan ke dalam dua bentuk. Bentuk pertama berhubungan dengan tingkat pajak: yaitu 100*(pajak dasar resmi)*( perubahan tingkat pajak). Bentuk kedua berhubungan dengan perubahan pajak dasar, yang proporsional untuk penerimaan pajak, V1PTX(i), dan untuk persentase perubahan dalam pajak dasar.
k. PDB dari Sisi Pengeluaran
Penghitungan perubahan persentase PDB nominal dari sisi pengeluaran direpresentasikan pada Blok Persamaan 12 (Lampiran 1). Persamaan tersebut membagi perubahan PDB nominal kedalam komponen harga dan kuantitasnya. Rumusan untuk V0GDPEXP menyatakan PDB sebagai jumlah permintaan akhir (dinilai pada harga pengguna) dikurangi dengan impor (C+I+G+X-M). Persamaan E_w0gdpexp menyatakan bentuk perubahan dari PDB tersebut. Total penghitungan nilai PDB dari sisi pengeluaran dan penerimaan harus sama, baik pada level maupun dalam persentase perubahan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Persamaan E_p0gdpexpa sama dengan persamaan E_w0gdpexp, kecuali bentuk harga yang dimasukkan. Persamaan E_p0gdpexpa mendefinisikan p0gdpexp sebagai rata-rata terbobot permintaan akhir untuk harga domestik dikurangi rata-rata harga impor. Persamaan E_x0gdpexp menggunakan p0gdpexp sebagai PDB deflator untuk memperoleh ukuran perubahan PDB riil. Persamaan dalam bentuk level untuk persamaan E_x0gdpexp adalah:
Lima persamaan pada Blok Persamaan 13 (Lampiran1) mendefinisikan lima peubah ekonomi makro yang penting. Empat persamaan pertama mendefinisikan harga dan volume. Persamaan E_x4tot dapat ditulis sebagai berikut:
Notasi x4tot menunjukkan rata-rata terbobot perubahan volume ekspor dengan menggunakan nilai ekspor sebagai pembobot. Persamaan aktual dalam Blok persamaan 13 (Lampiran 1) ditulis secara lebih lengkap, tetapi tetap memiliki arti yang sama. Persamaan akhir pada Blok Persaman13 mengukur neraca perdagangan. Karena terdapat perubahan tanda (positif atau negatif), neraca perdagangan dihitung sebagai perubahan biasa, bukan perubahan persentase. Penggunaan unit dihindari dengan menggunakan perubahan sebagai bagian dari PDB.
m. Peubah Pasar Faktor Produksi
Blok persamaan peubah pasar faktor produksi seperti ditunjukkan oleh Blok Persamaan 14 (Lampiran 1), mendefiniskan beberapa peubah yang berguna dalam memodelkan pasar faktor produksi. Pertama, mendefinisikan upah riil sebagai upah nominal dibagi dengan indek harga konsumen, p3 tot. Pada level persamaan ini menjadi:
Satu cara untuk memodelkan pasar tenaga kerja kaku (sticky) adalah dengan mempertahankan upah konstan. Persamaan selanjutnya mendefinisikan indek perubahan persentase tenaga kerja agregat. Cara menghitungnya dengan menggunakan upah terbobot yang merefleksikan produk marginal relatif tenaga kerja dalam industri yang berbeda. Jika tingkat upah berbeda antar sektor, peubah “employ” mungkin tidak akurat mewakili jumlah jam kerja (atau orang yang dipekerjakan). Adapun persamaan akhir diturunkan dari bentuk level
menjadi:
Persamaan (3.30) merepresentasikan tingkat pengembalian kotor pada unit modal baru adalah penerimaan tahunan (P1CAP) dibagi dengan biaya untuk menghasilkannya (P2TOT). Dalam keseimbangan jangka panjang diharapkan penyesuaian perilaku investor untuk menstabilkan rasio tersebut. Untuk simulasi jangka pendek harus diperhatikan GRET adalah penerimaan masa depan modal baru dalam beberapa industri akan sama dengan penerimaan hari ini.
n. Pembaharuan (update) Aliran Data
Bagian solusi Gempack memerlukan prosedur yang dapat menggunakan hasil simulasi seperti peubah dalam bentuk perubahan persentase, untuk menghasilkan pasca-simulasi atau pembaharuan database. Aturan pembaharuan disediakan dan dijelaskan pada Blok Persamaan 15 (Lampiran 1). Ada dua jenis pernyataan pembaharuan, tiga baris pertama disebut “pembaharuan produk” sebagai jenis kedua. Jenis pertama menunjukkan bahwa masing-masing sel dalam matrik aliran USE adalah harga dan kuantitas produk yang formulasikan sebagai berikut: USER U SRC s COM c u s c X s c P u s c USE( , , ) ( , )* ( , , ). , , Gempack kemudian memperbaharui USE menjadi:
Dua baris terakhir dari pernyataan perbaharuan dalam Blok Persamaan 15 (Lampiran 1) adalah “pembaharuan perubahan”. Pada kasus ini model menawarkan rumusan secara eksplisit, berisi nilai koefisien dan peubah, untuk perubahan biasa dalam nilai data dasar. Perubahan penerimaan pajak impor, V0MTX, dibagi ke dalam dua bagian, yaitu: pertama, V0CIF(c)*Delmtxrate(c), adalah perubahan dalam tingkat pajak dikali nilai pajak (nilai impor di perbatasan). Kedua, persamaan: 0.01 *V0MTX(c)*
[x0(c,”imp”)+pworld(c)+phi], adalah merupakan penerimaan pajak dikali perubahan proporsional (=%/100) dari nilai dasar.
o. Ringkasan Data
Dua bagian terakhir dari file input tablo pada model CGE INDOTDL adalah file yang berisi ringkasan data. File ini digunakan untuk memeriksa apakah input data telah menjumlahkan dengan baik dan membantu menjelaskan hasilnya. Blok Persamaan 16 dan 17 dalam Lampiran 1 memperlihatkan file ringkasan data pada file input tablo. Pangsa modal yang dihitung pada Blok Persamaan 17 secara terbalik dihubungkan dengan elastisitas jangka pendek. Pangsa impor yang tinggi menunjukkan bahwa industri domestik memperlihatkan persaingan impor yang signifikan.
p. Penutup Model
Seperti model CGE pada umumnya, model INDOTDL memiliki lebih banyak peubah daripada persamaannya. Peubah dapat dibedakan menjadi dua jenis, peubah endogen yang dijelaskan di dalam model dan peubah eksogen yang nilainya ditentukan di luar model. Pilihan tertentu terhadap peubah-peubah dengan mendefinisikannya ke dalam peubah-peubah eksogen disebut sebagai closure atau penutup model. Pemilihan closure dapat bebas dilakukan dengan ketentuan minimial bahwa jumlah peubah endogen harus sama dengan jumlah persamaan. Ketentuan ini menunjukkan bahwa masing-masing persamaan hanya mampu menjelaskan satu peubah.
Banyaknya persamaan yang terdapat dalam model CGE dan adanya keterkaitan peubah dan persamaan satu dengan lainnya memungkinkan terdapat peubah yang merupakan endogen dan sekaligus dapat pula menjadi eksogen. Pengguna model CGE dapat melakukan perubahan-perubahan closure (swap). Strategi pemilihan closure adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi peubah yang dijelaskan masing-masing persamaan, mungkin saja peubah tersebut adalah peubah endogen.
eksogen dan tidak dapat dijadikan peubah endogen.
3. Penggantian peubah yang diswap harus memiliki ukuran yang sama. Dimensi matrik pada peubah biasanya dijelaskan pada sisi kanan penamaan peubah tersebut. Misalnya persamaan E_x(COM*SRC*IMPUSER) memiliki tiga dimensi yang terdiri atas matrik COM, SRC, dan IMPUSER.
4. Penggantian peubah-peubah yang awalnya peubah endogen menjadi peubah eksogen perlu memperhatikan adanya hubungan antar peubah yang diswap. Seluruh peubah yang masuk katagori eksogen didefinisikan dalam file closure tersendiri di dalam software Gempack. Closure jangka pendek yang digunakan pada model INDOTDL ditunjukkan pada Tabel 4. Jangka pendek adalah suatu keadaan yang diasumsikan bahwa stok capital dan upah riil tidak mengalami perubahan.
Tabel 4 Closure jangka pendek pada model CGE INDOTDL Ukuran
(size)
1 Phi 1 Nilai tukar Rp/$US
2 x_s(COM,” InvStock”) COM Permintaan investasi 3 x_s(COM,” GovGE”) COM Permintaan pemerintah
4 x1cap IND Stok modal saat ini
5 Realwage 1 Upah riil
6 f3tax(COM, "HouseHB") COM Shifter pajak rumahtangga bawah 7 f3tax(COM,"HouseHA") COM Shifter pajak rumahtangga atas 8 a1prim IND Perubahan teknis penggunaan faktor produksi
9 Pworld COM Harga dunia ($US)
10 f4q COM Shifter permintaan ekspor
11 Delmtxrate COM Tingkat pajak impor 12 Delptxrate COM Tingkat pajak produksi
No. Peubah variabel Keterangan
Sumber: Oktaviani, 2008 yang dimodifikasi
Dalam model CGE, peubah-peubah ekonomi makro tidak hanya memiliki keterkaitan antar satu peubah dengan peubah lainnya, melainkan juga terkait
dengan perubahan yang terjadi pada tingkat ekonomi sektoral dan rumahtangga. Peubah-peubah PDB, inflasi, kesempatan kerja dan neraca perdagangan dibentuk oleh peubah-peubah pada tingkat ekonomi sektoral dan rumahtangga. Bila kondisi ini dikaitkan dengan dampak suatu kebijakan, maka perubahan suatu peubah ekonomi makro dapat juga disebabkan oleh perubahan ekonomi makro itu sendiri yang diperlakukan sebagai eksogen.
Sumber: Horridge, 2001 (dimodifikasi)
Gambar 10 Closure ekonomi makro untuk analisis jangka pendek.
Pemerintah menetapkan kebijakan kenaikan TDL karena subsidi listrik terus menerus meningkat sehingga membebani APBN. Penelitian ini kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dianggap sebagai penurunan pengeluaran pemerintah karena
+
+
+
=
Upah riil Perubahan tehnis penggunaan faktor Produksi produksi Konsumsi pemerintah Investasi Stok kapital Konsumsi rumahtangga Neraca perdagangan Tingkat pengembalian modal PDB Tenaga kerja Eksogen E n d o g en keteranganadanya pengurangan subsidi dalam rangka mengurangi defisit anggaran. Peubah eksogen dalam jangka pendek pada penelitian ini adalah peningkatan pajak dengan asumsi subsidi diperlakukan sebagai pajak produksi negatif sehingga pengurangan subsidi listrik diperlakukan sebagai peningkatan pada pendapatan pemerintah. Closure jangka pendek pada penelitian ini diilustrasikan pada Gambar 10.
Tabel 5 Closure jangka panjang pada model CGE INDOTDL Ukuran
(size)
1 Phi 1 Nilai tukar Rp/$US
2 x_s(COM,” InvStock”) COM Permintaan investasi 3 x_s(COM,” GovGE”) COM Permintaan pemerintah
4 Gret IND Tingkat pengembalian modal
5 Employ 1 Penyerapan tenaga kerja
6 f3tax(COM,"HouseHB") COM Shifter pajak rumahtangga bawah 7 f3tax(COM,"HouseHA") COM Shifter pajak rumahtangga atas 8 a1prim IND Perubahan teknis penggunaan faktor produksi
9 Pworld COM Harga dunia ($US)
10 f4q COM Shifter permintaan ekspor
11 Delmtxrate COM Tingkat pajak impor 12 Delptxrate COM Tingkat pajak produksi
No. Peubah variable Keterangan
Sumber: Oktaviani, 2008 yang dimodifikasi
Closure jangka panjang yang digunakan pada model INDOTDL ditunjukkan pada Tabel 5. Jangka panjang adalah suatu keadaan yang diasumsikan bahwa stok kapital sudah mengalami penyesuaian (adjustment) guna mempertahankan tingkat pengembalian modal yang tetap (fixed). Peubah eksogen dalam jangka panjang pada penelitian ini adalah shifter pajak rumahtangga, investasi (oleh pemerintah), tenaga kerja, perubahan tehnis penggunaan faktor produksi, tingkat pengembalian modal, konsumsi pemerintah, tingkat pajak impor, tingkat pajak produksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar
(Rp/US $) dan harga dunia ($ US). Closure jangka panjang tersebut diilustrasikan pada Gambar 11.
Sumber: Horridge, 2001 (dimodifikasi)
Gambar 11 Closure ekonomi makro untuk analisis jangka panjang.
3.3.3 Analisis Jangka Waktu (Timescale Analysis) dalam Model CGE INDOTDL: Analisis Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Analisis yang digunakan pada model CGE INDOTDL merefleksikan jangka waktu yang dibutuhkan terjadinya proses penyesuaian berbagai peubah ekonomi untuk mencapai kondisi keseimbangan yang baru (new equilibrium). Pada penelitian ini analisis jangka waktu yang digunakan adalah jangka pendek (short run) dan jangka panjang (long run). Masing-masing jenis analisis ini didasari oleh asumsi yang berbeda.
Perubahan tehnis penggunaan faktor Produksiproduksi
+
+
+
=
Tenaga Kerja Konsumsi pemerintah Investasi Tingkat pengembalian modal Konsumsi rumahtangga Stok kapitalPDB
Upah riil Eksogen E n d o g e n keterangan Neraca perdagangan pemerintahTerdapat dua asumsi dasar pada analisis jangka pendek, yaitu pertama, stok kapital dianggap tetap (fixed), hal ini didasari anggapan bahwa investasi barang modal membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat memengaruhi perekonomian. Shock yang terjadi tidak dapat secara langsung menambah stok kapital. Kedua, adanya kekakuan dalam pasar tenaga kerja (rigidities in the labor market), pada kondisi ini upah riil dianggap tetap. Menurut Horridge (2001), durasi jangka pendek tidak dapat dinyatakan secara eksplisit, tetapi umumnya sekitar satu sampai tiga tahun. Analisis jangka panjang didasarkan pada asumsi bahwa telah terjadi penyesuaian pada stok kapital .
Sumber: Horridge, 2001
Gambar 12 Analisis kebijakan model comparative static
Analisis pada model CGE INDOTDL belum memasukkan unsur dinamis (waktu), sehingga disebut sebagai model komparatif statik (Oktaviani 2008). Pada model ini analisis dilakukan dengan membandingkan perbedaan nilai peubah tertentu pada waktu yang akan datang (T), dengan atau tanpa adanya kebijakan (shock) pada peubah eksogen. Semua persamaan ataupun peubah pada model menunjukkan keadaan perekonomian pada periode yang akan datang.
Model ini diilustrasikan pada Gambar 12 dimana sumbu vertikal menunjukkan perubahan permintaan tenaga kerja dan sumbu horizontal menunjukkan waktu (T). Pada awal periode (periode 0), jumlah tenaga kerja
T Waktu Tenaga kerja
C
B A
sebesar A. Bila tidak ada perubahan kebijakan atau implementasi suatu kebijakan tidak berjalan maka jumlah tenaga kerja pada periode T sebesar B, sedangkan bila terdapat kebijakan dan terimplementasikan dengan baik maka jumlah tenaga kerjanya sebesar C. Simulasi model comparative static ini akan menghasilkan persentase perubahan tenaga kerja sebesar 100*(C-B)/B , yang menunjukkan dampak kebijakan terhadap penyerapan kerja pada periode T. Pilihan jangka waktu pada kebijakan ini tergantung pada closure yang digunakan.
3.4 Keunggulan dan Keterbatasan Model CGE
Terdapat beberapa model ekonomi yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak perubahan peubah-peubah ekonomi makro. Selain model CGE, model ekonometrika sering digunakan untuk analisis keseimbangan parsial (partial equilibrium), model Input-Output dan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Penelitian ini menggunakan model CGE yang memiliki beberapa keunggulan dan keterbatasan dibandingkan dengan model ekonomi lainnya (Oktaviani 2008). Keunggulan dari model CGE antara lain adalah:
a. Dibandingkan dengan model keseimbangan parsial, model CGE sudah memasukkan semua transaksi antara pelaku-pelaku ekonomi secara keseluruhan, baik di pasar faktor produksi maupun pasar komoditi. Sehingga dampak dari suatu kebijakan dapat dianalisis pengaruhnya secara kuantitatif terhadap kinerja ekonomi baik secara ekonomi makro maupun ekonomi sektoral.
b. Model CGE sudah memasukkan kemungkinan substitusi antar faktor produksi, sehingga jika terjadi perubahan harga relatif suatu faktor produksi, maka produsen akan merubah komposisi penggunaan faktor produksi kearah faktor produksi yang harganya relatif lebih murah. Pada model CGE dampak kebijakan dapat dianalisis pada tingkat institusi, distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga, distribusi pendapatan antar faktor produksi primer, neraca perdagangan dan sebagainya dibandingkan dengan SNSE atau Social Accounting Matrix (SAM), model CGE sudah memasukkan persamaan non-linear. Disamping itu, pada model
CGE harga sudah dimasukkan sebagai peubah endogen.
c. Dibandingkan dengan model makro ekonometrika, model CGE dapat mengacu pada tahun tertentu (particular benchmark years), sedangkan pada model makro ekonometrika data yang digunakan merupakan data deret waktu (time series), sehingga tidak dapat diaplikasikan pada tahun tertentu. Disamping itu dengan menggunakan model CGE hubungan antara ekonomi makro dangan mikro ekonomi dapat diketahui, sementara pada model makro ekonometrika analisis dampak hanya dapat dilakukan di tingkat makro. d. Model CGE dapat mengatasi permasalahan ketersediaan data deret
waktu yang terbatas, terutama di negara berkembang dan inkonsistensi data yang diperlukan model makro ekonometrika maupun model simultan. Pencatatan data dan keakuratan data dari waktu ke waktu di negara berkembang saat ini masih menjadi kendala untuk ketersediaan data yang lengkap.
Disamping itu, model CGE juga memiliki kelemahan, antara lain:
a. Asumsi utama dalam model CGE mengenai struktur pasar persaingan sempurna (PPS) dengan kondisi constant return to scale, sehingga pada komoditi dengan pasar non PPS penggunaan asumsi ini menjadi kelemahan model.
b. Adanya ketergantungan model keseimbangan umum pada parameter benchmark yang dikalibrasi. Hal ini dikarenakan model CGE tidak mengestimasi parameter-parameter tersebut, tetapi diambil dari hasil estimasi di luar model.
c. Model CGE terlalu kompleks dan terlalu banyak asumsi yang digunakan, sehingga akan muncul permasalahan black box yang sulit untuk dijelaskan jika hasil estimasinya tidak sesuai dengan teori ekonomi atau prediksi yang diharapkan.
d. Tidak seperti model ekonometrika, pada model CGE tidak ada validitas terhadap hasil pengolahan, sehingga bagi pihak-pihak yang mengutamakan kevalidan dalam model akan merasa sangat riskan menggunakan model CGE.
e. Model CGE tidak dapat menangkap perubahan perekonomian yang sangat besar (tidak dapat menganalisis perubahan persentase lebih dari 100 persen). Semakin kecil perubahan kebijakan yang dianalisis, semakin tepat model dalam mengestimasi perubahan non-linier.
3.5 Simulasi Kebijakan
Dampak kenaikan tarif dasar listrik terhadap perekonomian Indonesia terjadi secara langsung melalui kenaikan harga listrik yang menyebabkan peningkatan biaya produksi pada sektor ekonomi yang sebagian besar menggunakan listrik dalam berproduksi. Penurunan konsumsi rumahtangga terjadi karena adanya dampak tidak langsung dari kenaikan TDL yang menyebabkan kenaikan harga barang hasil produksi. Hasil simulasi dampak kenaikan TDL dapat diketahui dengan melakukan guncangan (shock) pada peubah harga listrik.
Guncangan (shock) dalam penelitian ini akan dilakukan pada peubah harga listrik untuk konsumsi rumahtangga dan sektor industri. Kedua sektor penelitian tersebut dipilih karena konsumsi listriknya besar sehingga sangat rentan terkena dampak negatif dari kenaikan TDL. Besaran persentase guncangan harga listrik dalam penelitian ini berdasarkan kebijakan kenaikan TDL yang berlaku mulai 1 Juli 2010 di Indonesia dan kenaikan TDL sektor industri di awal tahun 2011 yang belum disetujui DPR. Pelanggan dengan daya 1300VA ke atasyang mengalami kenaikan TDL, sedangkan pelanggan 450 VA - 900 VA tidak mengalami kenaikan harga listrik. Oleh karena itu guncangan harga listrik akan dilakukan pada kelompok rumahtangga atas (berdaya 1300 VA keatas) yang mengalami kenaikan TDL sebesar 18 persen. Kenaikan TDL tahun 2010 pada sektor industri sebesar 5-16 persen hanya berlaku untuk pelanggan industri lama sedangkan industri baru dikenakan kenaikan TDL 20-30 persen. Namun pada awal tahun 2011, TDL pelanggan industri mengalami penyesuaian dengan satu harga sama sesuai daya terpasangnya yaitu meningkat hingga 30 persen. Jadi penelitian ini menggunakan guncangan harga listrik yang berdaya 1300 VA ke ataspada sektor industri sebesar 30 persen dan rumahtangga atas sebesar 18 persen sesuai dengan kenaikan TDL yang berlaku.
Dampak kenaikan TDL yang cukup kompleks direspon pemerintah dengan kebijakan kenaikan TDL yang berbeda-beda pada tiap pelanggan, namun masih banyak yang mengencam kebijakan tersebut terutama kalangan usaha. Penelitian ini juga akan melakukan simulasi kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL terhadap perekonomian Indonesia. Kenaikan TDL akan meningkatkan biaya produksi terutama pada sektor industri sehingga akan mengurangi produksi barang/jasa yang akan mengganggu perekonomian nasional.
Dampak negatif kenaikan TDL ini akan diminimisasi dengan melakukan simulasi pada kebijakan yang mampu memperkecil biaya produksi listrik yaitu peningkatan efisiensi di sektor listrik sehingga harga listrik bisa diturunkan. Selain itu sektor industri yang paling rentan terkena dampak kenaikan TDL dapat meningkatkan efisiensi produksi, sehingga penelitian ini juga akan melakukan simulasi dengan shock pada peningkatan efisiensi di seluruh sektor ekonomi. Pemerintah selaku pemegang kebijakan dapat meminimisasi dampak kenaikan TDL dengan penurunan PPN sehingga peningkatan biaya produksi bisa dihindari. Berdasarkan uraian di atas maka diturunkan 4 skenario dalam melakukan shock sehingga akan diperoleh hasil yang berbeda dari suatu kebijakan kenaikan TDL dengan atau tanpa disertai kebijakan lain. Hasil simulasi dengan 4 skenario ini diharapkan memperoleh informasi yang paling efektif untuk meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL terhadap perekonomian.
Skenario 1, Kenaikan tarif dasar listrik berdaya 1300 VA ke atas pada Rumahtangga atas sebesar 18 persen
Sektor industri sebesar 30 persen.
Skenario 2, Peningkatan efisiensi di sektor listrik sebesar 10 persen. Skenario 3, Skenario 1 diikuti
Peningkatan efisiensi pada seluruh sektor ekonomi sebesar 1 persen. Skenario 4, Skenario 1 diikuti