• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPESERTAAN BPJS MANDIRI DI PUSKESMAS CIPAGERAN TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPESERTAAN BPJS MANDIRI DI PUSKESMAS CIPAGERAN TAHUN 2018"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPESERTAAN BPJS

MANDIRI DI PUSKESMAS CIPAGERAN TAHUN 2018

Ayu Laili Rahmiyati*, Agus Riyanto, Siti Halimah

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRACT

According to BPJS rules, there is a service procedure in which the patient deserves to get health care according to the applicable procedure, in case the patient is registered by providing his/her health BPJS card. Participants covered by the National Health Insurance (JKN) include beneficiary contributions (PBI) and non-beneficiary (Non PBI) contributors. In one hand, the negative impact of not having BPJS is that the patient will be hampered by the high cost of health service, while on the other hand, the positive impact is when the patient show his/her insurance card, the cost will be borne by health insurance. This study aims at finding out the factors contributing to BPJS Mandiri participation at Cipageran Public Health Center in 2018. The study design was cross sectional. The author took patients visiting Cipageran Public Health Center as sample by accidental sampling technique. The author collected data through interviews and questionnaires. The author conducted univariate and bivariate data Analysis to find out the correlation (chi square) The study found out that there was correlation between age and BPJS MANDIRI participation with p value = 0,021. There was also correlation between attitude and BPJS MANDIRI participation with p value = 0,013 and. In addition, there was correlation between family support and BPJS MANDIRI participation with p value = 0,032 as well. However, there was no Correlation found between knowledge, sex, education, employment and income, and BPJS MANDIRI participation. In order to improve BPJS MANDIRI participation, it is recommended to provide information regarding procedures for registration, the amount of fee according to the inpatient class tariff and to increase the number of BPJS Mandiri participation.

Keywords: Knowledge, Attitude, Sex, Age, Education, Employment, Income and Family Support

PENDAHULUAN

Berdasarkan UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. pada pasal 3 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan , dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Dalam mengatur masalah kesehatan diperlukan suatu badan khusus yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan jaminan kesehatan, dimana badan tersebut harus memberikan mutu pelayanan yang baik agar dapat tercapainya kepuasan pelayanan kesehatan.

Semakin berkembang jaman untuk memelihara kesehatan membutuhkan biaya yang mahal. Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan

berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azwar, 2010).

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses serta pelayanan yang berkualitas (Kesehatan RI, 2009).

Pemerintah Indonesia menargetkan bahwa pada tahun 2014 semua penduduk indonesia telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat indonesia agar penduduk indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Setiap negara pasti mempunyai cita-cita untuk menjadikan masyarakatnya hidup sejahtera, melalui penjaminan atas kesehatan masyarakatnya. Kesehatan merupakan

(2)

kebutuhan manusia yang di dambakan oleh setiap orang (Herlambang, 2016).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk penyelenggara program jaminan kesehatan, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun. Dalam rangka fungsi sebagai penyelenggara program jaminan kesehatan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia, BPJS kesehatan mempunyai tugas utama yaitu menerima pendaftaran peserta BPJS, memungut dan mengumpulkan iuran peserta BPJS pemberi kerja, menerima bantuan iuran dari Pemerintah (Herlambang, 2016).

Dalam BPJS terdapat prosedur pelayanan dimana pasien yang sakit mendapat pelayanan kesehatan sesuai prosedur yang berlaku, dimana psien terdaftar dengan membawa kartu BPJS kesehatan. Peserta dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi, peserta penerima bantuan iuran (PBI) dan peserta bukan penerima bantuan iuran (Non PBI)

Berdasarkan data jumlah kunjungan pasien Puskesmas Cipageran tahun 2016 yang berobat tanpa menggunakan BPJS Mandiri 23.136 (65,21%), cakupan kepemilikan BPJS Mandiri 12.341 (34,78%), sedangkan tahun 2017 jumlah kunjungan pasien yang berobat tanpa menggunakan BPJS Mandiri sebanyak 26.366 (76,97%), cakupan kepemilikan BPJS Mandiri sebanyak 7.888 (23,02%) orang. Dilihat dari data tersebut adanya peningkatan Jumlah pasien umum yang berobat tanpa menggunakan BPJS Mandiri, sedangkan cakupan kepemilikan BPJS Mandiri tersebut mengalami penurunan.

Di indonesia, perkembangan asuransi dimulai dengan asuransi sosial yaitu merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari peserta dan asuransi kesehatan yang berupa kesehatan pegawai

negeri, dan dilanjutkan dengan pegawai negeri swasta (Thabrany, 2015). Pengaturan pedoman pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional bertujuan untuk memberikan acuan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Pemerintah (Permenkes, 2014).

Peserta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi : Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan, yaitu fakir miskin dan orang tidak mampu, Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) Jaminan Kesehatan: Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan penerima gajih atau upah secara rutin seperti pegawai negeri (PNS).

Mekanisme pembayaran iuran peserta kepada BPJS Kesehatan disesuaikan dengan kepesertaan yang terdaftar di BPJS Kesehatan. Iuran bagi peserta PBI dibayarkan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementrian Kesehatan kepada BPJS Kesehatan. Iuran bagi peserta yang didaftarkan oleh pemerintah Daerah dengan besaran iuran minimum sama dengan besar iuran untuk peserta PBI, dan bagi masyarakat umum, pekerja yang tidak menerima upah mandiri dan sektor informasi iuran didasarkan kelas I Rp. 80.000 kelas II Rp. 51. 000 kelas III Rp. 25.000.

Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan meliputi: Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) : Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), Pelayanan gawat darurat, Pelayanan gawat darurat

Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk peserta JKN terdiri dari beberapa faslitas keehatan tingkat pertama (FKTP) dan fasiltas rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). FKTP yang dimaksud adalah :

Puskesmas atau yang setara, Praktik Dokter, Praktik Dokter Gigi, Klinik pratama atau yang setara, Rumah sakit kelas D Pratama atau yang setara.

(3)

Pelayanan Kesehatan diberikan di fasilits kesehatan yang telah melakukan perjanjian kerja sama dengan BPJS Kesehatan atau pada keadaan tertentu. (kegawatdaruratan medik atau darurat medik) dapat dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan. Pelayanan Kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif dan efisien. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertamaFasilitas kesehatan tingkat lanjut (FKRTL) penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta JKN peserta jawaban dan tindak lanjut yang harus dilayani di fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Green (1980), perilaku ini ditentukan

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan studi cross sectoinal. Penelitian melakukan variabel pengetahuan, sikap, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan dukungan keluarga di Puskesmas Cipageran. Jumlah populasi penelitian ini adalah 26366 orang. Besar sampel yang digunakan adalah 96 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan

accidental sampling. Peneliti mengambil

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi frekuensi kepesertaan BPJS mandiri, pengetahuan, sikap

Variabel Frekuensi Persentase

(0/0) Kepesertaan BPJS Mandiri 0. Ya 54 56,3 1. Tidak 42 43,8 Pengetahuan 0. Baik 88 91,7 1. Kurang 8 8,3 Sikap 0. Positif 47 49,0 1. Negatif 49 51,0

oleh 3 faktor utama yaitu Faktor predisposisi yaitu yaitu faktor-faktor yang dapat

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, faktor ini menckup pengetahuan, sikap, keyakinan, budaya kesiapan untuk berubah. Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilku atau tindakan yang dilakukan oleh seorang individu yang merasa sakit, Faktor penguat mencakup sarana prasarana, dan fasilitas kesehatan, sedangkan Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, faktor penguat mencakup, dukungan keluarga, petugas kesehatan, tokoh masyarakat.

sampel pada kasus yang datang berobat ke Puskesmas Cipageran. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien umum yang berobat ke Puskesmas tanpa menggunakan BPJS dan pasien yang berobat ke Puskesmas menggunakan BPJS. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji

Chi-Square.

Tabel 2. Distribusi frekuensi jenis kelamin, umur, pendidikan pekerjaan

Variabel Frekuensi Persentase (0/0) Jenis Kelamin 0. Laki-laki 25 26,0 1. Perempuan 71 74,0 Umur 0. Dewasa 81 84,4 1. Lansia 15 15,6 Pendidikan 0. Tinggi 25 26,0 1. Rendah 71 74,0

(4)

Tabel 3. Distribusi frekuensi pekerjaan, pendapatan dan dukungan keluarga Variabel Frekuensi Persentase

(%) Pekerjaan 0. P. Tetap 4 4,2 1. P. Tdk 92 95,8 Tetap Pendapatan 0. Tinggi 14 14,6 1. Rendah 82 85,4 Dukungan Keluarga 33 65,6 0. Baik 63 34,4 1. Kurang

Tabel 4. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepesertaan BPJS mandiri

Kepesertaan BPJS

Variabel mandiri Total Nilai

ya Tidak p n n % % Pengetahuan 0. Baik 52 36 88 49,5 38,5 88,0 0,137 1. Kurang 2 6 8 4,5 3,5 8,0 Sikap 0. Positif 33 14 47 26,4 20,6 47,0 0,013 1. Negatif 21 28 49 27,6 21,4 49,0 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 96 orang yang menjadi responden di Puskesmas Cipageran dapat diketahui bahwa pengetahuan baik sebanyak

Tabel 5. Hubungan jenis kelamin, umur, dan pendidikan dengan kepesertaan BPJS mandiri

Kepesertaan BPJS

Variabel Mandiri Total Nilai

P ya Tidak n n % % Jenis Kelamin 0. Laki-laki 14 11 25 14,1 10,9 25,0 1,000 1. Perempuan 40 31 71 39,9 31,1 71,0 Umur 0. Dewasa 41 40 81 50,6 49,4 81,0 0,021 1. Lansia 13 2 15 86,7 13,3 15,0 Pendidikan 0. Tinggi 18 7 25 14,1 10,9 25,0 0,107 1. Rendah 36 35 71 39,9 31,5 71,0

Tabel 6. Hubungan pekerjaan, pendapat- an dan dukungan keluarga dengan kepesertaan BPJS mandiri

Kepesertaan BPJS Mandiri

Nilai

Variabel ya Tidak Total

p n n % % Pekerjaan 0. P. Tetap 2 2 4 2,3 1,8 4,0 1,000 1. P. Tdk Tetap 52 40 92 51,8 40,3 92,0 Pendapatan 0. Tinggi 8 6 14 7,9 35,9 14,0 1,000 1. Rendah 46 36 82 46,1 6,1 82,0 Dukungan Keluarga 0. Baik 24 9 33 18,6 14,4 33,0 0,032 1. Kurang 30 33 63 35,4 27,6 63,0

88 orang, dengan sikap responden positif didapatkan sebanyak 47 orang. Pengetahuan responden tentang BPJS baik di karenakan responden sudah mendapatkan sosialisasi dari

(5)

tokoh masyarakat, petugas kesehatan, walaupun demikian responden tidak ikut menjadi anggota BPJS Kesehatan hal tersebut dipengaruhi oleh cara berpikir responden yang mayoritas pendidikan rendah.

Berdasarkan hasil analisis, didapatkan responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak yang tidak mendaptarkan BPJS sebanyak 31,1%, karena sebagian perempuan bekerja sebagai IRT dan cenderung lebih memilih dirumah dari pada harus bekerja untuk membayar iuran perbulannya.

Berdasarkan hasil analisis, didapatkan responden kategori dewasa yang belum mendaftarkan menjadi peserta BPJS mandiri sebanyak 49,4%, bahwa semakin bertambah usia semakin besar anggaran untuk asuransi kesehatan, karena risiko penyakit yang semakin besar, karena tidak hanya lansia saja yang berisiko tetapi dewasa juga lebih berisiko.

Berdasarkan hasil analisis, didapatkan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 10,9%, karena responden pendidikan tinggi tidak mengikuti BPJS karena lebih cenderung untuk berobat ke rumah sakit atau dokter pribadi, sedangkan responden pendidikan rendah keberatan untuk membayar iuran perbulannya. Sedangkan responden pekerja tetap (PNS, TNI, POLRI) sebanyak 6,1%, dikarenakan responden pekerja tetap mendapatkan

tanggungan dari perusahaannya atau atasaannya, sedangkan pekerja tidak tetap sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai petani. Responden pendapatan tinggi sebanyak 6,1%, bahwa masyarakat yang mempunyai pendapatan di atas UMR mereka merasa mampu untuk membayar uang untuk berobat.

Berdasarkan hasil analisis uji statistik

hubungan pengetahuan baik dengan kepesertaan BPJS mandiri sebanyak 38,5 %. Hasil uji statistik didapatkan p value= 0,137 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepesertaan BPJS Mandiri. Penelitian ini sejalan dengan penelitian melinda, dkk (2016)

yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis uji statistik hubungan sikap dengan kepesertaan BPJS mandiri didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepesertaan BPJS mandiri, hasil uji statistik didapatkan p value= 0,013. Hal ini sejalan dengan penelitian melinda, dkk (2016). Hasil responden yang tidak mendukung berpendapat bahwa masyarakat merasa tidak yakin dapat membayar premi setiap bulannya.

Hasil penelitian yang dilakukan di Pusesmas Cipageran tahun 2018 sejalan dengan Edoh dan Brenya (2002), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kepesertaan BPJS Mandiri. Karena tidak hanya laki-laki saja yang cenderung memiliki kemauan membayar iuran jaminan kesehatan, perempuan juga memiliki kemauan untuk membayar iuran premi perbulannya. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value= 1,000, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang sigifikan antara jenis kelamin dengan kepesertaan BPJS mandiri di Puskesmas Cipageran.

Hasil uji statistik didapatkan p value= 0,021, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kepesertaan BPJS mandiri di Puskesmas Cipageran. Karena semakin bertambahnya umur, semakin berisiko terjadinya penyakit degenaratif, sehingga semakin besar anggaran untuk asuransi kesehatan.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value= 0,107, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepesertaan BPJS mandiri di Puskesmas Cipageran. Dilihat dari tingkat pendidikan minat dan partisipasi responden terhadap program BPJS Kesehatan berjumlah tinggi karena hampir seluruh responden menjawab mereka berminat dan berpartisipasi akan tetapi belum menjadi anggota BPJS dikarenakan mereka lebih mengandalkan berobat gratis, dengan membayar uang Rp.

(6)

5000 saja. Berdasarkan teori Notoatmodjo (2010), tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kesadaran akan pentingnya kesehatan diri lingkungan.

Hasil uji statistik di dapatkan p value= 1,000, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjan dengan kepesertaan BPJS mandiri. Karena pekerja tetap (TNI, POLRI, PEGAWAI SWASTA) merasa mampu untuk membayar uang berobat, sebagian mendapatkan tanggungan dari perusahaannya. Sedangkan pekerja tidak tetap karena sebagian besar masyarakat memiliki pekerjaan sebagai petani, pedagang dan ibu rumah tangga, sehingga mereka keberatan untuk membayar premi setiap bulannya.

Besar kecilnya tingkat pendapatan pada umumnya sangat terkait dengan jenis pekerjaan dan ada kalanya berkaitan dengan tingkat pendidikan. Dikatan adakalanya, oleh karena itu didala kehidupan masyarakat kita sering menjumpai bahwa seorang pelau usaha yang berhasil tidak selalu berkorelasi dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Hasil uji statistik didapatkan p value= 1,000 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan kepesertaan BPJS mandiri.keluarga berpendapatan tinggi merasa mampu untuk

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 96 responden diwilayah kerja Puskesmas Cipageran tahun 2018, diketahui terdapat hubungan signifikan antara variabel sikap, umur, dan dukungan keluarga denaga

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Binarupa Aksara.

Budiarto, E. (2002). Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat .

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

membayar pelayanan kesehatan ketika keluarganya ada yang sakit, mereka akan membayarnya dengan uang tunai. Sedangkan yang berpendapatan rendah masyarakat lebih mengandalkan kartu berobat gratis ke puskesmas sebagian lebih mengandalkan dengan membayar uang 5.000 saja.

Hasil uji statistik didapatkan p value= 0,032 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepesertan BPJS mandiri. Penelitian yang dilakukan oleh melinda, dkk (2016) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan minat keiutsertaan menjadi peserta BPJS mandiri dengan p value= 0,036. Hasil temuan dilapangan umumnya responden mendapatkan berbagai dukungan dari keluarga terkait pemberian informasi menganai BPJS kesehatan. Masyarakat yang mendapat dukungan kurang adalah masyarakat yang kurang mengerti mengenai BPJS, dan menunjukkan bahwa keluarga kurang maksimaldalam memberikan dukungan sosial, dalam fungsi ekonomi dimana sebagian besar keluarga responden tidak pernah menawarkan bsntuan dalam pembayaran iuran BPJS Kesehahatan, selain itu keluarga juga dalam menawarkan bantuan dalam mendaftar masih kurang.

kepesertaan BPJS mandiri. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan dengan kepesertaan BPJS mandiri.

Estu, Kusuma Wardani. (2017). Keikutsertaan Kepala Keluarga Desa Tegal Sari Ponorogo Dalam Jaminan Kesehatan Nasional Elmamy. H, (2011). Faktor-Faktor Yang

(7)

Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Di Program JKN Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Skripsi Remaja Kota Samarinda

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Permenkes. (2014). Peraturan Menteri

Pajajaran.

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28

Febya, Viona Pangestika. (2017). Faktor- Tahun 2014.

Faktor Yang Berhubungan Dengan Perpres. (2013). Peraturan Presiden Republik Kepesertaan Sektor Informal Dalam BPJS Indonesia Nomor 12 Tahun 2013.

Kesehatan Mandiri Di Kelurahan Poncol, Permenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

Pekalongan Tahun 2014

Herlambang, Susatyo (2016). Manajemen Prasetyo, B. (2016). Faktor-Faktor Yang

Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Gosyen Berhubungan Dengan Kepesertaan Badan

Publishing. Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

Kesehatan, B. (2014). Peraturan Badan Mandiri Pada Masyarakat Kelurahan Penyelengara Jaminan Kesehatan. Tanjung Puri Tahun 2015, 3, 81–89. ____________(2017). Peraturan Badan Riyanto, A. (2011). Pengolahan Dan Analisis

Penyelenggara Jaminan Sosial Nomor 2 Data Kesehatan. Jogjakarta: Nuha Medika.

Tahun 2017 Sari, Fitri Permata. (2015). Persepsi

Kesehatan, U. (2009). Undang-Undang Masyarakat Pengguna Badan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

Tentang Kesehatan. Kesehatan Mandiri.

Melinda,Dkk. (2016). Faktor-Faktor Yang Sriatmi Ayun, Dkk. (2017). Faktor-Faktor Berhubungan Dengan Minat Masyarakat Yang Berhubungan Dengan Kepesertaan Dalam Keikutsertaan BPJS Mandiri Di Sektor Informal Dalam BPJS Kesehatan Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Mandiri Di Kelurahan Poncol, Kecamatan

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan

Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Suhardi, Dkk. (2014). Faktor-Faktor Yang

_____________ (2011). Kesehatan Berpengaruh Terhadap Kemauan

Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Masyarakat Menjadi Peserta JPKM

Cipta.

Mandiri Di Wilayah Kota Salatiga

_____________ (2012). Promosi Kesehatan Sulastomo. (2008). Sistem Jaminan Sosial Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Nasional. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Cipta

Suharto, Dkk. (2017). Hubungan Pendidikan

Nugrahaeni, Dyan Kunthi. (2015). Konsep Dan Pengetahuan Peserta BPJS Di

Dasar Epidemiologi. Jakarta: Egc. Kelurahan Rowosari Dengan Pemanfaatan

Nugrahaeni, D. K., & Mauliku, N. E. (2011). Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Metodologi Penelitian Kesehata. Cimahi: Rowosari

Stikes A.Yani Press Thabrany, H. (2015). Jaminan Kesehatan

Nadiyah Husnun, Dkk (2017). Faktor-Faktor Nasional. jakarta: Rajagrafindo Persada.

Yang Berhubungan Dengan Kepesertaan

(8)

Gambar

Tabel 3. Distribusi frekuensi pekerjaan,  pendapatan dan dukungan keluarga

Referensi

Dokumen terkait

saat didalam aku disapa temanku yang bernama sendy dia teman sd ku yang sangat menyebalkan karena dia suka membuli orang “ hai rae , mana pacarmu sendirian aja ?” sindir nya

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah komite sekolah (pengurus dan anggota), satuan pendidikan

Hasil dari kedua uji statistik tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan selisih dari hasil pengukuran dimana metode sport massage berpengaruh terhadap

Persamaan 6.3 menunjukkan bahwa jika perairan menjadi dangkal psnjsng gelombang menjadi kurang penting dan kedalaman air menjadi penting, dalam penentuan kecepatan

sesuai dengan Pasal 1, yaitu oleh "organisasi' organisasl yang paling mewakili pengusaha dan pekeria yang menikmati

gap konstan maka waktu pelayanan yang baik di Puskesmas Pembantu Jati Utomo Binjai akan mempengaruhi responden untuk merasa puas terhadap pelayanan kesehatan puskesmas tersebut 4

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap harga produk, tingkat pelayanan, kualitas produk, lingkungan fisik, lokasi pasar,

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sekumpulan sumber daya manusia dan modal dalam suatu organisasi yang dirancang untuk