Indonesian Journal of
Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 88-95
88 PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PENDEKATAN
KONFLIK KOGNITIF
Rangga Alif Faresta, Kosim, Gunawan
Program Studi Pendidikan Fisika. FKIP Universitas Mataram e-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to produce a physics module based on a cognitive conflict approach that is feasible to be used in learning activities. This research uses the Research and Development (R&D) method with the 4D or Define, Design, Develop, and Disseminate models. The product of development research results is a physics learning module based on a cognitive conflict approach that has been assessed and validated by expert validators and practitioner validators. The physics module's feasibility is seen from the average score of the validator using SBI (Ideal Standard). Furthermore, a limited trial was carried out for undergraduate students in Physics at Mataram University. The results showed that the physics module based on the cognitive conflict approach produced based on the validator's assessment had an overall feasibility value of an average of 3.30 with an excellent category. In comparison, the physics module response results based on limited trials in college students have an average value of all aspects of 3.32 with an excellent category. Based on the assessment criteria used, if the average value of all aspects is more than or equal to 3.25, then the module has an excellent category. It can be concluded that the physics module based on the cognitive conflict approach is feasible to be used as one of the media in learning activities.
Keywords: Physics learning module, cognitive conflict approach
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menghasilkan modul fisika berbasis pendekatan konflik kognitif yang layak sehingga dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) dengan model 4D atau Define, Design, Develop dan Disseminate. Produk hasil penelitian pengembangan berupa modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan konflik kognitif yang telah dinilai dan divalidasi oleh validator ahli dan validator praktisi. Kelayakan modul fisika dilihat dari rata-rata skor penilaian validator menggunakan SBi (Standar Baku Ideal). Selanjutnya dilakukan uji coba terbatas pada mahasiswa S1 Pendidikan Fisika Universitas Mataram. Hasil penelitian menunjukkan modul fisika berbasis pendekatan konflik kognitif yang dihasilkan berdasarkan penilaian validator memiliki nilai kelayakan keseluruhan aspek rata -rata sebesar 3,30 dengan kategori sangat baik. Sedangkan hasil respon modul fisika berdasarkan uji coba terbatas pada mahasiswa memiliki nilai rata-rata seluruh aspek sebesar 3,32 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan, jika nilai rata -rata seluruh aspek lebih dari atau sama dengan 3,25 maka modul memiliki kategori sangat baik. Dapat disimpulkan modul fisika berbasis pendekatan konflik kognitif layak digunakan sebagai salah satu media dalam kegiatan pembelajaran.
Indonesian Journal of
Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 88-95
89 PENDAHULUAN
Tuntutan pembelajaran abad 21 ini membuat guru, peserta didik, dan lingkungan kependidikan harus menjalankan skenario pembelajaran yang menunjang pengembangan keterampilan abad 21. Fakta di lapangan ternyata memberikan hal yang berbeda. Berdasarkan wawancara dan observasi dengan guru dan peserta didik di MAN 2 Mataram. Peserta didik beranggapan bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami dan membosankan. Akibtanya peserta didik kurang memahami konsep fisika dengan baik sehingga terdapat indikasi adanya miskonsepsi pada peserta didik.
Tabel 1 Nilai Rata-rata Ujian Semester I Mata Pelajaran Fisika Tahun Pembelajaran 2019/2020 No Kelas Nilai
Rata-Rata KKM 1 X MIA 1 51 75 2 X MIA 2 54 75 3 X MIA 3 51 75 4 X MIA 1 Unggulan 70 75 5 X MIA 2 Unggulan 71 75
(Arsip Nilai Guru Fisika, 2019)
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata ujian fisika peserta didik di masing-masing kelas jauh dari nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang ditentukan. Rendahnya hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh kesalahan konsep, rendahnya kemampuan berpikir, serta masih adanya miskonsepsi. Kurangnya pemahaman konsep fisika akan berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir kreatif peserta didik. pemahaman konsep adalah kemampuan peserta didik berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya (Sanjaya,2009). Artinya semakin baik konsep yang dimiliki peserta didik, semakin baik struktur kognitifnya yang berpengaruh pada kemampuan berpiikir peserta didik. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah konsep yang dimiliki peserta didik, menunjukan struktur kognitifnya rendah yang akan berpengaruh pada kemampuan berpikir peserta didik. Sehingga peserta didik akan kesulitan memunculkan gagasan yang baru. Nisrina et al (2016) juga mengatakan hal yang serupa, yaitu semakin kurang mampu peserta didik memahami dan menguasai konsep terutama pada mata pelajaran fisika, maka gagasan baru akan sulit timbul pada diri mereka. Guru juga memiliki keterbatasan waktu belajar mengajar dalam mengatasi munculnya miskonsepsi pada peserta didik. Keterbatasan waktu menghambat guru melakukan pembetulan miskonsepsi pada peserta didik. Sehingga guru hanya terfokus pada penyampaian materi dan tujuan pembelajaran tanpa dapat mencegah dan melakukan upaya pembetulan miskonsepsi. Selain itu, salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi adalah buku teks (Suparno, 2005). Guru lebih banyak menggunakan buku teks untuk menunjang pembelajaran. Walaupun buku teks memiliki pemaparan konsep tetapi isi nya kurang memadai dan soal- soal yang digunakan belum mengarah ke ciri soal yang dapat menunjang kemampuan berpikir kreatif.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti bermaksud untuk mengembangkan modul pembelajaran Fisika yang berbasis pada pendekatan konflik kognitif. Pendekatan konflik kognitif dipilih karena dapat meminimalisir miskonsepsi dan kesalahan konsep. Ini sejalan dengan pendapat dari Wenning (2008) bahwa pembelajaran yang tepat untuk mengurangi miskonsepsi adalah pembelajaran yang dapat menghadirkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik agar penguatan terhadap suatu konsep dilakukan secara berulang serta mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran untuk meningkatkan dan menumbuhkan motivasi yang dimiliki oleh peserta didik.
Indonesian Journal of
Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 88-95
90 Menurut Lee et al (2003) pendekatan konflik kognitif adalah sebuah keadaan dimana peserta didik merasa adanya ketidakcocokan antara strukur kognitif peserta didik dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain,melalui pendekatan konflik kognitif, peserta didik dihadapkan pada situasi yang bertentangan dengan konsepnya, kemudian di arahkan pada percobaan atau demonstrasi untuk membuktikan kebenaran konsep tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengungkapkan konsepsinya dan mengkritisi yang berbeda dengan konsepsinya. Rancangan pendekatan konflik kognitif dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengkonstruksi perubahan konsep dan menyelesaikan masalah secara ilmiah Kang et al, (dalam Tuqalby et al, 2017). Fase-fase dalam pendekatan konflik kognitif didasarkan pada pendapat Lee et al (2003) yakni fase permulaan (preliminary stage), fase konflik (conflict stage) dan fase penyelesaian (resolution stage).
Hasil penelitian Setyowati et al. (2011) mengungkapkan jika pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika pada materi tekanan mampu menumbuhkan pemahaman konsep, dan hasil belajar kognitif peserta didik. Kemudian Baser (2006 ) & Sirait (2012) menyatakan bahwa konflik kognitif dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika peserta didik lebih signifikan dibandingkan dengan model konvensional. Berg (1991) menyatakan bahwa pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika cukup efektif untuk mengatasi miskonsepsi pada peserta didik dalam rangka membentuk keseimbangan ilmu yang lebih tinggi. Rangsangan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika akan sangat membantu proses asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna, sehingga pendekatan konflik kognitif perlu dilakukan dalam strategi pembelajaran fisika. Oleh karena itu,perlu dikembangakan suatu modul pembelajaran fisika yang berbasis pada pendekatan konflik kognitif.
Hal ini bertujuan agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk belajar mandiri dalam memahami konsep Fisika .Karena modul dapat digunakan oleh peserta didik di luar jam sekolah dan sesuai kecepatan belajar masing- masing peserta didik. Dengan pendekatan konflik kognitif yang digunakan dalam pengemabangan modul, maka diharapkan penyajian konsep disajikan secara mendalam. Modul yang dikembangkan juga memuat penjelasan beberapa miskonsepsi yang terjadi . Penyajian modul dengan contoh miskonsepsi diharapkan dapat menjadi saran perbaikan konsep yang dipahami oleh peserta didik.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development (R&D) dengan model 4D yaitu define, design, develop dan disseminate (Sugiyono, 2009). Secara rinci dijelaskan sebagai berikut
1. Tahapan-tahapan Pengembangan Modul a. Tahap Define (pendefinisian)
Tahap define diartikan tahap penetapan syarat-syarat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari analisis awal, analisis tugas,analisis konsep dan analisis spesifikasi tujuan pembelajaran yang berguna untuk menetapkan berbagai tujuan maupun pembatasan bahan-bahan pembelajaran.
b. Tahap Design (perancangan)
Dalam tahap ini dilakukan pemilihan media pembelajaran untuk mendukung pengembangan modul fisika berbasis pendekatan konflik kognitif. Selanjutnya dilakukan pemilihan format media yang mengacu pada K13 terevisi. Tahap ini akan menghasilkan draft modul fisika berbasis pendekatan konflik kognitif sebagai berikut
1) Cover
2) Halaman awal 3) Bab 1 pendahuluan
4) Bab 2 kegiatan pembelajaran 5) Halaman akhir
Indonesian Journal of
Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 88-95
91 c. Tahap Develop (pengembangan)
Tujuan dalam tahap ini adalah menghasilkan modul yang telah divalidasi dan telah mendapatkan saran dari validator ahli dan validator praktisi. Selanjutnya dilakukan perbaikan pada modul sesuai saran valdator. Dan dilakukan uji coba terbatas untuk mendapatkan saran dan masukan dari para responden.
d. Tahap Disseminate (penyebaran)
Tujuan tahap ini untuk menyebarluaskan produk berupa modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan konflik kognitif yang telah dikembangkan setelah uji coba terbatas. Namun pada penelitian ini, tahap Diseeminate tidak dilakukan.
2. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Perangkat Pembelajaran
Dalam penelitian ini perangkat yang dikembangkan adalah modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan konflik kognitif dengan susunan sebagai berikut
1) Cover
2) Halaman awal 3) Bab 1 pendahuluan
4) Bab 2 kegiatan pembelajaran 5) Halaman akhir
b. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data yang digunakan adalah lembar validasi dan angket respon mahasiswa terhadap modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan konflik kognitif. Lembar validasi menggunakan skor skala likert 1- 4 dan angket respon dengan alternatif jawaban STS (sangat tidak setuju) diberi bobot 1, TS (tidak setuju) diberi bobot 2, S(setuju) diberi bobot 3 dan SS (sangat setuju) diberi bobot 4.
3. Analisis Kelayakan Modul
Analisis kelayakan modul menggunakan SBi (simpangan baku ideal) dengan tahapan sebagai berikut
a. Menghitung rata-rata skor aspek penilaian 𝑋̅ =∑ 𝑥 𝑛 dimana: 𝑋̅= skor rata-rata ∑ 𝑥= jumlah skor 𝑛 = jumlah penilai
b. Mengkonversikan Skor menjadi Skala 4
Acuan perubahan skor menjadi skala 4 adalah dengan menghitung rata-rata ideal (Mi) yang dapat dicari dengan persamaan
𝑀𝑖 =1
2(𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 + 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙)
Setelah mendapatkan nilai Mi, selanjutnya mencari simpangan bauku ideal (SBi) dengan persamaan
𝑆𝐵𝑖 =1
6(𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) c. Menentukan Kriteria Penilaian
Kritersia penilaian berdasarkan simpangan baku yang telah dihitung dengan menggunakan rumus diatas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rentang Skor Kuantitatif
Rentang Skor Kuantitatif Kategori 𝑋 ≥ 𝑀𝑖 + 1,5𝑆𝐵𝑖
Dangat Baik Sangat Baik
𝑀𝑖 + 1,5𝑆𝐵𝑖 ≥ 𝑋 ≥ 𝑀𝑖
Indonesian Journal of
Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 88-95
92 𝑋 > 𝑀 ≥ 𝑀𝑖 − 1,5𝑆𝐵𝑖 Kurang Baik
𝑀𝑖 − 1,5𝑆𝐵𝑖 > 𝑋 Tidak Baik
(Mardapi, 2012) Persamaan kriteria penilaian tersebut kemudian diubah dalam rentang skala 1- 4
𝑀𝑖(𝑀𝑒𝑎𝑛 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙) =1
2(4 + 1) = 2,5 𝑆𝐵𝑖 (𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙) =1
6(4 − 1) = 0,5
Berdasarkan kriteria penilaian skala nilai 4 maka diperoleh kriteria penilaian untuk penelitian yaitu pada Tabel 3 berikut.
Rentang Skor Kuantitatif Kategori 𝑋 ≥ 3,25
Dangat Baik Sangat Baik
3,25 ≥ 𝑋 ≥ 2,5
Baik4 Baik
2,5 > 𝑋 ≥ 1,75 Kurang Baik 1,75 > 𝑋 Tidak Baik
(Mardapi, 2012) HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan analisis data maka didapatkan hasil penelitian sebagai berikut Hasil
Pada analisis awal terdapat beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran. Salah satunya adalah adanya indikasi miskonsepsi pada peserta didik. Miskonsepsi ini terjadi disebabkan oleh pemahaman materi yang kurang baik, keterbatasan waktu yang dimiliki guru dalam memperbaiki miskonsepsi yang terjadi dan materi pada buku teks yang kurang menekankan pada konsep fisika. Pada analisis tugas, materi yang dijadikan sebagai bahan ajar adalah usaha dan energi. Materi ini dipilih karena memiliki beberapa miskonsepsi. Sehinga pada analisis konsep, dilakukan identifikasi konsep -konsep materi usaha dan energi yang diajarkan. Selanjutnaya dilakukan tahap design (pendesainan) draft awal berupa modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan konflik kognitif.
Hasil pengembangan dari penelitian ini berupa modul pembelajaran fisika berbasis pendekata konflik kognitif. Modul ini telah dikembangkan berdasarkan penilaian dan saran dari validator dan para responden pada saat uji coba terbatas. Kelayakan modul dihitung dengan menggunakan simpangan baku ideal dari hasil penilaian validator ahli dan validator praktisi pada lembar validasi dan angket respon dengan skala 1- 4. Analisis kelayakan modul mengacu pada aspek isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian dan aspek kegrafisan.
Hasil analisis kelayakan modul yang didapatkan sebagai berikut
Tabel 3 Hasil Analisis Kelayakan Modul Berdasarkan Penilaian Validator No Aspek yang
dinilai
Rata-rata aspek
Kategori 1 Isi 3,34 Sangat baik 2 Kebahasaan 3,33 Sangat baik 3 Penyajian 3,34 Sangat baik 4 Kegrafisan 3,17 Sangat baik Rata-rata seluruh aspek 3,30 Sangat Baik
Berdasarkan analisis kelayakan modul hasil penilaian para validator. Didapatkan rata-rata nilai aspek keseluruhan adalah 3,30 dengan kategori sangat baik.
Selain analisis kelayakan modul dari penilaian validator. Dilakukan analisis terhadap hasil uji coba terbatas pada modul yang dikembangkan. Modul diuji cobakan secara terbatas kepada 15
Indonesian Journal of
Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 88-95
93 orang mahasiswa pendidikan Fisika FKIP Universitas Mataram dari berbagai angkatan. Data yang diperoleh kemudian diolah. Hasil analisis kelayakan modul berdasarkan uji coba terbatas sebagai berikut:
Tabel 4. Analisis Kelayakan Modul Berdasarkan Uji Coba Terbatas No Aspek yang dinilai Rata-rata aspek Kategori 1 Bahasa dan Tampilan 3,30 Sangat baik 2 Kelayakan 3,15 Baik 3 Kualias Isi dan
Tujuan
3,35 Sangat baik 4 Instruksional 3,33 Sangat baik 5 Teknis 3,48
Rata-rata seluruh aspek 3,32 Sangat Baik
Hasil analisis kelayakan modul berdasarkan respon mahasiswa pada saat uji coba terbatas, didapatkan rata-rata nilai kesuluruhan aspek adalah 3,32 dengan kategori sangat baik.
Penilaian modul baik berdasarkan penilaian validator maupun penilaian berdasarkan uji coba terbatas menunjukan bahwa modul memiliki nilai ≥ 3,50 sehingga memiliki kategori sangat baik.
Pembahasan
Modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan konflik kogniif telah selesai disusun. Tahapan pengembangan modul mengikuti model 4D yang terdiri dari tahap define, tahap design, dan tahap develop. Dalam penyusunan modul ditentukan terlebih dahulu indikator-indikator yang hendak dicapai. Setelah itu, ditentukan konsep yang harus dipahami oleh peserta didik.
Pembuatan modul menggunakan program Microsoft word dan program editing yaitu corel draw dan photoshop. Setelah itu didapatkan draft modul pembelajaran fisika yang selanjutnya dilakukan validasi oleh dosen dan guru mata pelajaran fisika.
Penilaian kelayakan pada modul dilakukan pada lembar validasi yang memuat aspek isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian dan aspek kegrafisan. Seluruh aspek tersebut digunakan sebagai acuan dalam penentuan kelayakan modul yang pernah dikembangkan oleh Mardapi (2012). Penilaian modul dilakukan oleh 2 orang dosen sebagai validator ahli dan 2 orang guru mata pelajaran fisika sebagai validator praktisi.
Dari aspek isi, materi pada modul telah mencakup kesesuain dengan KD, indikator dan memuat fase-fase pendekatan konflik kognitif. Dari aspek kebahasaan, modul yang dikembangkan menggukan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan perkembangan kognisi peserta didik.
Untuk aspek penyajian, materi pada modul disajikan secara logis dan sistematis. Selain itu adanya gambar dan ilutrasi memudahkan peserta didik dalam memahami isi modul dengan baik. Dan untuk aspek kegrafisan, yang mencakup keterbacaan tulisan, kesesuaian bentuk gambar, warna, sampul, dan ukuran gambar ditampilkan dengan baik. Selain itu juga aspek penilaian untuk uji coba terbatas dengan menggunakan angket respon yang terdiri dari aspek bahas dan tampilan, aspek kelayakan, aspek kualitas isi dan tujuan, aspek instruksional dan aspek teknis.
Pada aspek bahasa dan tampilan, bahasa yang digunakan mudah dipahami dan gaya penulisan tidak kaku. Selain itu, tampilan modul disusun secara menarik. Untuk aspek kelayakan, penyajian materi disajikan secara variatif dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Pada aspek kualitas isi dan tujuan, modul memuat informasi secara lengkap dan memuat tulisan yang tidak terlalu besar atau kecil. Pada aspek instruksional, penyajian materi pada modul dapat menumbuhkan minat belajar pada peserta didik dan ilustrasi yang terdapat
Indonesian Journal of
Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 88-95
94 dalam modul, membantu peserta didik untuk memahami materi pembelajaran. Secara keseluruhan modul mudah untuk diaplikasikan dan modul memiliki tampilan visual yang menarik
Berdasarkan hasil yang diperoleh, baik dari lembar validasi maupun angket respon pada uji coba terbatas, dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan konflik kognitif layak untuk dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran fisika. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2014) yang mendapatkan hasil jika modul berbasis pendekatan konflik kognitif dapat menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan hasil belajar.
SIMPULAN (PENUTUP)
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan konflik kognitif telah selesai dibuat. Berdasarkan analisis kelayakan dari hasil penilaian validator dan penilaian dari uji coba terbatas modul yang dibuat layak digunakan sebagai salah satu media pembelajaran fisika.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada para validator ahli bapak Wahyudi, M.Si, validator praktisi ibu Ziadatul Fatimah, S.Pd dan ibu Khairul Niami, S.Pd. serta pihak lain yang telah banyak membantu penelitian hingga publikasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Baser, M. 2006. Fostering conceptual change by cognitive conflict based instruction on students' understanding of heat and temperature concepts. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 2(2), 96-114
Berg, E.V.D. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
Lee, G., Kwon, J., Park, S. S., Kim, J. W., Kwon, H. G., & Park, H. K. (2003). Development of an instrument for measuring cognitive conflict in secondary level science classes. Journal of research in science teaching, 40(6), 585-603.
Mardapi Djemari, 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nisrina, N., Gunawan, G. & Harjono, A. (2017). Pembelajaran Kooperatif dengan Media Virtual untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fluida Statis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 2(2), 66-72.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Setyowati, A., Subali, B., & Mosik. 2011. Implementasi pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP kelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(2),89-96.
Sirait, J. (2012). Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA Pada Topik Suhu dan Kalor. Jurnal PMIPA, 1(2).
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryani, Widha, S dan Soeparmi. 2014 Pengembangan Modul Ipa Terpadu Berbasis Konflik
Kognitif Tema Peredaran Darah Di Smp Negeri 6 Wonogiri. Jurnal Inkuiri ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 28).
Indonesian Journal of
Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 88-95
95 Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Kosep dalam Pendidikan Fisika.Jakarta:
Grasindo.
Tuqalby, Raehana., Sutrio., & Gunawan, G. (2017). Pengaruh Strategi Konflik Kognitif Terhadap Penguasaan Konsep pada Materi Fluida Siswa SMAN 3 Mataram Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 3(1).
Wenning, C.J. (2008). Dealing more effectively with alternative conception in science. Journal of Physics Teacher Educations:11-19.