• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASlL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASlL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASlL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan: Tingkah Laku lkan dan Proses Tertangkapnya oleh Pancing di Akuarium

Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian pendahuluan terhadap respon tingkah laku dan proses tertangkapnya ikan oleh pancing dari tiga bentuk mata pancing yang diujicobakan relati f memili ki hasil yang berbeda. Di mana Proses tersebut dimulai dari ikan mendekati urnpan dan memakannya, lalu ikan terkait oleh mata pancing kemudian berusaha melepaskan pancing tersebut. Serangkaian proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.

Dari hasil pengamatan tingkah laku ikan terlihat; ikan yang memakan umpan memil i ki kecenderungan untuk menyem burkan umpan kembali j ika umpan tersebut tidak sesuai dengan seleranya atau ikan merasakan sesuatu yang aneh pada umpan, pada kondisi tersebut biasanya pancing yang baik akan terkait dengan cepat. Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada penelitian pendahuluan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Namun dalam proses tertangkapnya ikan oleh panclng dari hasil pengamatan ada beberapa tahap yang dilalui. Proses tersebut dimulai karena ikan terangsang oleh rasa lapamya terhadap kehadiran umpan yang merupakan makanannya. Dan terjadi kontak antara rongga mulut ikan dengan mata pancing yang dipasangi umpan, sehingga ikan terkait oleh mata pancing dan berusaha untuk melepaskannya. Sebagian ikan ada yang berhasil untuk melepaskan dan ada pula yang tertangkap

(2)

Catatan:

(D

ikan

mulai

mendeteksi

dan

mendekati

I

dan

berusaha

melepaskan

umpan dan

p i n g ,

-@

beberajm

ikan

berhasil

mele-pkamya.

Gambar

10.

P

&

tertangkapnya

ikan

oleh

alat

tan*

pancing

(3)

Tabel 4. Hasil pengamatan pemancingan di akuarium pada penelitian pendahuluan

pancing

Berhasil

I

Posisi terkait

I

Gaga1

/

Tidak

terkait

1

4 kasus 3 kasus 3 kasus

I I I

terkait

2 kasus di premaxilla dan 1 kasus di maxilla

disentuh

6 kasus

4 kasus

2 kasus di gulars, I kasus di pharasphenoid.

1 kasus di premaxilla dan 2 kasus di bagian dentari

2 kasus di pharasphenoid, 1 kasus di gulars and 1 kasus di clavicle

2 kasus

- 2 kasus

(4)

(gagal). Serangkaian proses tertangkapnya ikan oleh alat tangkap pancing ini dapat dilihat pada diagram Gambar 1 1.

Berdasarkan diagram tersebut karena rasa lapar dan adanya umpan yang terdeteksi oleh ikan. Gerakan ikan-ikan tersebut akan menjadi lebih aktif untuk dapat menemukar: umpan atau makanan tersebut. Setelah urnpan ditemukan ikan akan mendekat dan menjaga jarak tertentu untuk dapat menyergap umpan atau makanan tersebut. Dengan jarak tertentu tersebut ikan akan segera menyerang umpan dan memakannya, dan pada saat inilah te rjadi kontak antara mulut ikan dan mata pancing. Dalam proses terjadinya kontak antara mata pancing dan mulut ikan sebagian ikan ada yang berhasil 1010s karena pancing gagal terkait atau pancing yang telah terkait merobek mulut ikan sehingga lepas. Dan sebagian lagi ikan berhasil terkait dengan baik hingga pemancingan berhasil.

Pada penelitian pendahuluan memperlihatkan total.. hasil pemancingan di akuarium; untuk mata pancing standar (tanpa sudut) dari 10 kali pemancingan, pancing berhasil terkait sebanyak 3 kali, sedangkan 4 kali pancing lepas pada saat dilakukan penarikan, dan 3 kali pancing tidak disentuh sama sekali oleh ikan. Posisi terkaitnya pancing berada pada posisi bibir atas ikan (premcrxillu) sebanyak 2 kali dan terkait 1 kali pada bagjan bibir bawah (mrillu). Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 2.

Pancing yang gagal terkait pada mulut ikan saat penarikan disebabkan oleh posisi mata pancing belum begitu baik atau terkait sedikit pada bagian rongga mulut ikan, sehingga saat penarikan bagian mulut ikan tersebut sobek akibat gerakan ikan yang kuat.

(5)

Gambar 1 I . Diagram proses tertangkap dan lolosnya ikan pada alat tangkap pancing 48 r STOCK IKAN DI ALAM f \ IKAN LAPAR

Kebutuhan biologis akan makanan \ T 7 MENCARI

1

MAKANAN \ i f

>

UMPAN TIDAK T E R D I E K S 1 f \ J MENDETEKSI

>

UMPAN/MAKANAN \ J f MENCARI UMPAN

3

Gerakan renang lebih aktif

f- 3

UMPAN TIDAK DITEMUKAN

f 7 J

UMPAN DITEMUKAN 3

Urnpat1 terlihat oleh indera penglihatan

\ J f \ MENDEKATI UMPAN J MENYERANG ATAU

1

MEMAKAN UMPAN i

'

KONTAK DENGAN MATA PANCING

'

DAN UMPAN

Mengerakan umpan dan mata pancing

ke kiri dan kekanan

MELOLOSKAN

(7)'

\

IKAN TERKAIT DAN TERTANGKAP

IKAN MATI

Sebagian ikan yang 1010s teriuka dan mati

(6)

Mata pancing yang bersudut 15" dari 10 kali pernancingan, pancing berhasil terkait sebanyak 6 kali, 2 kali pancing terlepas, dan 2 kali pancing tidak disentuh. Posisi terkaitnya rnata pancing pada mulut ikan relatif berada lebih jauh di posisi bagian dalam rongga mulut, yaitu pada bagian gulurs 2 kali, pada bagian dentari 2 kali, langi t-langit atas @/zuru.~phenoiclj 1 kali, dan pada bagian bibir atas

(premu.ril/u) 1 kali (Gambar 13). Te jadinya 2 kali kegagalan mata pancing bersudut 15'' terkait pada mulut lkan saat pancing diangkat, disebabkan oleh ha1 yang sama pada mata pancing tanpa sudut.

Dan untuk pancing yang bersudut 30", pancing berhasil terkait sebanyak 4 kali dan terlepas 2 kali, sedangkan 4 kali lagi pancing tidak disentuh oleh ikan. Posisi terkaltnya panting tni berada pada psist langit-langit atas @uru.vphenord) sebanyak 2 kali, dari posisi ini bahkan ada yang menembus sampai pada bagian mata ikan. Sedangkan yang lam terka~t pada bagan ~ J / u ~ . . F dan pada bagan belakang insang

( LIuvIL'I~). POS~SI terkaitnya ikan oleh pancing bersudut 30* dapat dilihat pada (;ambar 14

IJntuh rnengetahui persentase posisi terkaitnya mata pancing pada bagian rongga mulut ikan, maka dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 15. Berdasarkan dari hasil pengamatan posisi terkaitnya mata panctng, disimpulkan kemungkinan mata pancing bersudut memiliki peluang lebih besar terkait pada bagian mulut ikan jika dihandingkan dengan inata pancing tanpa sudut. Hal ini terlihat dari kencenderungan p s i s 1 terkaitnya pancing yang memiliki sudut terletak lebih jauh di dalam rongga mulut ~kan.

(7)

Gambar

12

.

Posisi terkaitnya mata pancing

tanpa

sudut 0'

(HI)

pada

bagian

rongga

mulut

ikan.

Gambar

13. Posisi terkaitnya

mata

w i n g bersudut 15 O

(Hz)

pada

bagian

r o w mulut ikan

Gambar

14.

Posisi

-ya

mata .panting

bersudut

30' (H3)

pada

bagian

rongga mulut

ikae

(8)

Tabel 5. Persentase posisi terkaitnya mata pancing dalam rongga mulut ikan dari hasil pe~nancingan di akuarium pada penelitian pendahuluan

[No

1

Posis~ tertait pada

1

rnulut ~kan

- ~ ~ i e n l a x i l i a -- I 2 * Maxilla -- -

! 3 . Operculium - - - - -- .

- -- - - - - -- -- i T - - - Jenis lnata pancing yang digunakan - -- -- (ehor ) 1 I - - -

.

- - - 2 6 7 - - - - - * 4 Dentar1 0

,

-s

. - & 0 - -- 2 33 Gulars 0 I 0 - 3

.

- - - - -- - -- -- -- - -- , --

-

-- 33 6

.

Clavicle - - 0 0 - - - -- -. - 0 0 0 0 1 -- - 0 0 1 -- 17 Pnrotic plate 0 0 0 - - - -- - - 3 6 --L 100 0 1 1 0

0

2 0 4

---

Hz

( 15") 0 2 5 2 5 0 0 5 0 0 100 Jumlah ikan yang terkait (e kor) 1 Ht (30') Persentase keberhasilan terkait (%) 17 0 0 Jumlah ikan yang terkait (ekor) 0 0 0 1 - -

- -

I 3 3 0 -- - 0 - . - -Persentase keberhasilan terkait (%) 0 0 0 0 0 -

(9)

- - -- -- -

- - - - - -- - -- - - - - --- . -

I

H 1 = lnata pancing tanpa sudut

H 2

-

~nata pancing bersudut 15

I H3 = mata pancing bersudut 30

- - - - - - - - - -- -

Yosisi terkaitnya mats pancing

(ia~nbar I 5 . I'ersentase posisi terkaitnya mata piincing pada bagian rongga mulut ikan dari hasil pemancingan di akuarium pada penelitian pendahuluan.

(10)

Fenomena ini mengindikasikan bahwa pada saat ikan mulai menelan urnpan dan pancing, ikan berusaha untuk mengeluarkan kembali pancing tersebut, sehingga pada saat pancing ingin dimuntahkan maka bagian point dan barb pada pancing memiliki kesempatan untuk terkait pa& bagian rongga mulut ikan tersebut.

Pemilihan umpan pada penelitian pendahuluan adalah berdasarkan pengamatan kebiasaan makan ikan. Berdasarkan hasil pengamatan di akuarium, ikan nila lebih tertarik untuk memakan umpan cacing tanah, umpan ini Iebih menarik bagi ikan karena disamping baunya yang kuat (amis) cacing juga melakukan pergerakan hingga ikan menjadi begitu tertarik.

Disamping itu ulnpan cacing lebih awet menempel pada mata pancing sehingga proses terkaitnya mata pancing pada ikan dapat diamati secara seksama, dan ikan- ikan memakannya begitu lahap. Penggunaan umpan cacing j uga memberi kan keuntungan karena ikan tidak begitu merasakan adanya pancing di dalam gumpalan umpan.

Ikan-ikan yang memakan umpan juga melakukan gerakan khusus yaitu dengan penggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan, kemungkinan gerakan ini bermaksud membelah dan mematikan umpan yang bergerak agar mudah ditelan. Gerakan seperti ini dapat memberikan kesempatan pada mata pancing untuk terkait pa& bagian mulut ikan tersebut. Bagi ikan yang telah terkait gerakan ini akan berubah menjadi lebih aktif karena ikan berusaha melepaskan pancing dari mulutnya. Gerakan ikan seperti ini dapat memberikan keuntungan pada pemancing karena dapat menguatkan posisi mata pancing pada tempatnya. Namun untuk mata pancing yang hanya terkait sedikit, gerakan ini akan membuat pancing terlepas karena muiut ikan menjadi sobek.

(11)

Ukuran ikan yang terpancing pada penelitian pendahuluan berlusar antara 15 - 2 1

cm. Kisaran ukuran ikan di akuariurn ini menang tidak jauh berbeda karena ikan yang menjadi objek terlebih dahulu dipilih dengan kisaran ukuran yang sama, agar tingkah laku ikan yang diamati tidak ada perbedaan. Untuk lebih jelasnya, kisaran ikan yang terpancing oleh masing-masing mata pancing yang diujicobakan pada penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Lampiran 7.

Di samping itu keberhasilan pemancingan juga ditentukan oleh ketajaman mata pancing. Pada penelitian awal penggantian mata pancing dilakukan sebanyak 3 kali karena mata pancing yang tumpul akan memiliki peluang terkait pada mulut ikan lebih kecil dan kesempatan ikan meloloskan din akan lebih besar.

Namun untuk mengetahui lebih jauh apakah benar pancing yang bersudut memiliki peluang lebih besar untuk dapat terkait pada ikan, akan terlihat pada tingkat keefektifan ketiga bentuk pancing tersebut. Hal ini perlu dibuktikan dengan melakukan pengujian secara acak bentuk mata pancing yang akan disimulasikan di dalam sebuah kolam.

4.2 Hasil Penelitian Lanjutan: Uji Coba Bentuk Mata Pancing di Kolam Ikan

Berdasarkan has11 pengujian dari ketiga bentuk mata pancing yang dimodifikasi, didapatkan dua kelompok data dari dua metode pengujian yang telah dilakukan &

sebuah kolam pemancingan. Data-data tersebut diharapkan dapat memberikan suatu gambaran mengenai tingkat keefektifan masing-masing bentuk mata pancing.

Pertama adalah pengujian dengan metode pemancingan secara pasif yang menggunakan alat tangkap long /me. Alat tangkap long Ezne merupakan tipe alat

(12)

tangkap yang banyak digunakan pa& usaha penangkapan ikan komersial skala besar. Tipe alat tangkap seperti ini banyak menggunakan berbagai bentuk mata pancing sesuai dengan tujuan target spesies penangkapan.

Kedua adalah pengujian dengan metode pemancingan secara aktif yang menggunakan pancing berjoran tipe spinning. Pancing tipe ini banyak digunakan untuk kegiatan olahraga memancing yang bersifat rekreatif. Namun pancing tipe ini juga ada yang digunakan dalan usaha penangkapan komersial seperti pemancingan

ikan cakalang dengan pancingpole und lme.

Diharapkan dari hasil pengujian kedua metode ini &pat membandingkan tingkat keberhasilan pancing dari mata pancing yang dimodifikasi dengan faktor-faktor dari luar yang berbeda, seperti pengaruh penarikan pancing oleh seorang pemancing pada saat pancing berada di dalam rongga mulut ikan.

4.2.1 Pemancingan secara pasif

Berdasarkan hasil penelitian uji coba di sebuah kolam pemancingan yang berukuran 100 x 30 m dengan kedalaman I - 1,5 In, padat tebar ikan sekitar 10.000

ekor, dengan asumsi ikan berjumlah sekitar 4 ekor pada setiap 1 m2, maka dari hasil tangkapan per-seratus mata pancing (/look rute), diperoleh data yang ditabulasikan ke dalam Tabel 6.

Berdasarkan total hasil tangkapar, long line yang berjumlah 180 ekor dari 39 kali ulangan (.ve/t~ng), persentase mata pancing H I (0') menangkap ikan 32 %, mata pancing Hr ( 15") menangkap ikan 43 % dan mata pancing H3 (30') menangkap ikan 24 q / ~ . Jad~ total hasil tangkapan

Hz

( 15") lebih besar 11 % dari pada total hasil

(13)

tangkapan mata pancing ~ ~ ( 0 ' ) . Dan total hasil tangkapan mata pancing HI (0') lebih besar 8 % dan pada total has11 tangkapan H3 (30').

Dari rataan laju hasil tangkapan perseratus mata pancing dan total hasil tangkapan pada masing-masing bentuk mata pancing yang diujicobakan ini, maka perbedaan hasil tsngkapan juga dapat dilihat melalui gambar yang terlihat pada grafik histogram pada Gambar 1 6. Dari grafik tersebut dapat terlihat hasil tangkapan tertinggi adalah bentuk mata pancing Ha (bersudut 15'), kemudian bentuk mata pancing HI (bersudut

03

lalu diikuti dengan bentuk mata pancing H3 (bersudut 30').

Kemudian data tzook rule pada tabel 6 dilanjutkan dengan uji statistik dengan one-

MY!I) ~ I Y N I / ~ . V I . Y

(!f

vunence (ANOVA) yang bertujuan untuk mengetahui kesamaan niia~ tengah perlakuan pada penelitian ini, yang nantinya dapat diketahui perbedaan antara masing-masing perlakuan dari j umlah hasil tangkapan pada setiap mata pancl ng yang diujrcobakan.

Prosedur standar uji ANOVA mengajurkan terlebih dahulu data hook rcrrr

d~lakukan pengujian kenormalan data, namun data hasil tangkapan /o?zg l ~ n e (hook

n r r c ) sudah dianggap menyebar normal. Karena data yang diuji lebih dari 30, hingga

pengujian kenorrnalan data tidak perlu dilakukan lag.

Uji ANOVA menyimpulkan bahwa hasil tangkapan (hook rate) berbeda nyata ( a

= 0.05) (Lampiran 6). Kemudian untuk uji lanjutnya maka digunakan uji beda

njata terkecil dari Fisher's dukunz Steel dan Torrie (1960). Berdasarkan uji lanjut fisher.s mata panclng )I2 (15") t~dak berbeda nyata dengan mata pancing HI (0"). Dan rnata panclng H I (0") t~dak berbeda nyata dengan mata pancing H3 (30").

(14)

Tabel 6. Data laju hasil tangkapan per-seratus mata pancing pada alat tangkap long line yang diujicobakan

[

-~&rah

1-

-- Hasil tangkapan -- - -- dari setiap -- bentuk mata pancing -. -

-1

+---- -- - -- -

I

Ulangan ke-

H, yo)Hook

,

r-

-fi233T

--I-

- - H3

!-.-

Hasil

/

Hasil Hook Hasil

rate 873 8,3 0,o 8,3 0,o 8,3 8,3 16.7 833 33,3 0,o 25.0 0,o apan

/

rate

I

tangkapan I rate tangkapan

14 - .

--

- - I 5 1 6- 17 (ekor) 070 I I r- 0 (ekor) ' (ekor)

-

18 0 19 2 i 2 2 16,7 0.0 ' 0 0.0 - 0 ' 0.0 I 1 16.7 1 8.3 -7 25.0 1 16,7 2 8-3

--

3 5 , 0 0-0 16,7 5

1

41.7

'

1 -+ - 2 I 16,7 16,7 0 0,O 1 I 1 0 1 I 3 3 2 8,3

'

0 8,3 1 2 25,O 16,7 8,3

r

4 I I 5

1-

6 I- -! 7 r - - - - - - - - 8 I-- - 9 - . 10 - -- - -- -. 1 1 - 12 13 _

l---?--

1 2 3 0 3 1 4 2 25,O 16,7 25,O 030 25.0 8.3 33,3 16,7 4 33,3 4 2 0 4 1 0 3 0 3 1 '7 33,3

1

1 16,7 0 0,o j 1 33,3

1

1 8,3 j 2 0.0 I 1 25.0 1 4 0,o 25,O 8,3 i 3 25,O

1

0 5 41.7 ! -3 1 2 16.7 j 0

(15)

H2 = mata pancing bersudut 15 H3 = mata pancing bersudut 30

HI H2 H3

Bentuk mata pancing

SE Mean 1.54

P

1 iL = mata pancing bersudut 15

B

20 SE Mean 2,27 c 18

I

eo 16" SEMean l,56

P

gs

Po

2

Gambar 16. Total hasil tangkapan (A) dm rataan hook rule (B) untuh het~ga jenls rnata pancing yang diteliti dengan pancing l o n , ~ 11ne.

= *

l o - -

5 8

8 - -

z

s

6

E

4

2

--

0

--

--

1 I 1 1 I HI H2 H3

(16)

Perbedaan yang nyata hanya terlihat pada hasil tangkapan mata pancing H2 (15') dan

H3 (30') (Lampiran 6).

Kisaran ukuran ikan pada pemancingan secara pasif berkisar antara 12,5-20 cm untuk mata pancing HI (oO), 10,l-22 cm untuk mata pancing Hz (1 5') dan 1 1 -20,2 cm untuk mata pancing H3 (30'). Jika dibandingkan dengan ukuran pemancingan di akuarium kisaran ukuran ikan di kolam pemancingan memang lebih bervariasi yaitu mencapai ukuran 10,l cm untuk ikan yang terkecil. Sedangkan untuk ikan yang terbesar mencapai 22 cm. Lebih jelasnya deskripsi statistik data kisaran ukuran ikan hasil tangkapan pemancingan secara pasif dapat dilihat pada Lampiran 7.

Pada pemancingan ikan dengan long line posisi terkai tnya mata pancing H3 pada rongga mulut ikan relatif berbeda dengan posisi terkait mata pancing HI (Tabel 7 dan Gambar 17). Mata pancing H3 memiliki posisi terkait yang relatif hampir sama dengan mata pancing Hz, yaitu cenderung terkait di bagian posterior rongga mulut i kan. Hal ini memiliki persamaan dengan hasil pada penelitian pendahuluan di mana pancing yang memiliki sudut cenderung terkait di bagian lebih dalam rongga mulut i kan.

4.2.2 Pemancingan secara aktif

Hasil tangkapan pemancingan dengan menggunakan metode secara aktif, diperoleh data hasil tangkapan dari kelima orang penlancing yang ditabulasikan dalam Tabel 8.

Dari total hasil tangkapan kelima pemancing dijumlahkan dari setiap bentuk mata pancing yang diujicobakan, lalu diamati posisi terkaitnya mata pancing tersebut.

(17)

Tabel 7. Persentase posisi terkaitnya mata pancing dalam rongga mulut ikan dari hasil pemancingan dengan metode pasif (pancing lor7,g line)

- - -

[

No I

2

3 4 5 6 7 8 9 10 ,-

Posisi terkait pada

mulut ikan ~rernaxilla- Maxilla Opercullum Dentari Gulars Clavicle Branchiotegnlrays --- Voliler Pharasphenoid Parotic plate Total hasil tangkapan

--- - -- --

Jenis lnata pancing yang digunakan

H I Juinlah ikan yang terkait (ekor) 17 12 0 14 6 0 0 5

--

---- - 4 0 58 --IT---- ( 0 ) Persentase keberhasilan terkait (%) 29 2 1 0 24 10 - 0 -- 0 9 -- 7 0 100 H* (15') 7 8 Jumlah ikan yang terkait (e kor) 6 5 0 6 15 - 7 6

-

- 8 19 6 1 00

H3

(30') 44 Persentase

-

keberhasilan terkait (%) 8 6 0 8 19 9 8 -- 10 --- 24 8 - Jumlah ikan yang terkait (ekor) 2 i 2 4 8 5 3 6 1 1 2 - - - -- - 100 Persentase keberhasilan terkait (%) 5

2

5 9 18 11 7 14 2 5 - - 5

(18)

-- - - - -

- - - - - -

sr

H

I = mata pancing tanpa sudut

1 - H2 = mata panclng bersudut 15 ,

H3 = mata pancing bersudut 30

--

Posisi terkai tnya mata pancing

I

I

Gambar 17. Persentase posisi terkaitnya mata pancing pada bagian rongga mulut ikan dari hasil pemancingan dengan menggunakan pancing long line.

(19)

Ternyata ketiga bentuk mata pancing tersebut memiliki perbedaan jumlah hasil tangkapan dan kecenderungan posisi terkait yang berbeda pula. Fenomena lain yang berhasil diamati pada ketiga bentuk pancing yang dioperasikan di kolam memang memiliki peluang yang sama untuk dimakan ikan. Hal ini terbukti ketika pancing ditarik, umpan cacing yang ada di ketiga mata pancing habis dan paling tidak berkurang. Hasil tangkapan dari pengujian mata pancing secara aktif dapat dilihat

pada grafi k histogram Gambar 1 8.

Total hasil tangkapan dan posisi terkaitnya mata pancing dengan menggunakan metode pemancingan secara aktif (pancing spmnlng) ini dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 19. Mata pancing yang terbanyak menangkap ikan adalah mata pancing yang bersudut 30' (H3) . Kemudian dii kuti oleh mata pancing yang bersudut 15' (Hz).

DI mana poslsi terkaitnya mata pancing 30' (Hi) didominasi pada bagian

phuru.vpkc~~ord dan Lienturr. Sedangkan mata pancrng HI

(03

lebih didominasi pada

bag~an prenltc-v~llu dan rnarllu.

Berdasarkan total hasil tangkapan pancing spmning dari kelima pemancing yang berjumlah 59 ekor, sedangkan persentase mata panclng H1 (0') menangkap ikan sebesar 19 %, mata pancing Hz (1 5") menangkap ikan 34 % dan mata pancing H3 (30") menangkap ikan 48 %. Jadi total hasil tangkapan H3 (30') lebih besar 29 % dari pada total hasil tangkapan mata pancing ~l(0'). Dan total hasil tangkapan mat. pancing H2 ( 1 5") lebih besar 15 % dari pada total hasil tangkapan H1(oO).

f'ada pemanclngan dengan metode aktif kisaran ukuran ikan relatif sama dengan pemanclngan dengan menggunakan metode pemancingan secara pasif Untuk mata panclng H I (0') ukuran has11 tangkapan ikan berkisar 12,5-20 cm, sedangkan mata

(20)

Tabel 8. Total hasil tangkapan dari kelima pemancing dengan menggunakan

pancing spirling

Pemancing

I

Total hasil tangkapan per-bentuk mata pancing (ekor) I D 1 3

i

I 5

I

6 I

I

E 2

I

3 .-. 5

1

I Total I 1 1

1

1

j

N

---+

2 ,

1

(21)

0

H.2 = mata pancing bersudut 15 3 0 A L 2 5

:

2 0 w E: 15 en

2

10 * I

.-

m

2"

0 H1 H2

t

13

Bentuk mata pancing

Gambar 18. Histogram total hasil tangkapan ketiga bentuk mata pancing yang diuji cobakan pada pemancingan secara aktif dengan pancing.vpinnln~.

(22)

l'abel 9 Peoentase posisi terkaitnya mata pancing dalan~ rongga mulut ikan dari hasil pemancingan dengan metode aktif (pancing spinnittg) dari kelima pemancing

- Yo

- - I

Posisi terkait pada niulut ikan

Premaxilla

Jenis mata pancing yang digunakan

0 18 14 0 0 11 32 4 100

I

M ~ i l l a - 0 rcullum 4 Dentari H I (0") 2 7 0 9 0 0 0 9 9 9 100 -- - 5 - 6 7 -- - 8 9 -- 10 -- - Jumlah ikan yang terkait (ekor) 4 Persentase keberhasilan terkait (9'0) 3 7 H? ( 1 5') 2 0 0 3 0 0 6 5 1 20 Gulars Clavicle Branchiotegalrays Volner Pharasphenoid Parotic plate Jumlah ikan yang terkait (ekor) 3 P

HI

(30') - 0 0 0 I - 1 I

-- Total hasil tangkapan

Persentase keberhasilan terkait (%) 15 Jumlah ikan yang terkait (ekor) 4 10 0 0 15 0 0 3 0 2 5 5 1 00 11 Persentase keberhasilan terkait (%) 14 2 0 5 4 0 0 3 9 1 2 8

(23)

-- - - - - - 7 I H 1 = m a t a pancing t a n p a s u d u t I H 2 = m a t a y a n c i n g b e r s u d u t 15 1 I H 3 = m a t a pancinn be Posisi t e r k a i t n y a m a t a p a n c i n g r s u d u t 3 0 I

I

(24)

pancing Hz (15') ikan yang tertangkap berkisar antara 10,l-22 cm dan rnata pancing

H.l (30') kisaran ikan yang tertangkap 11-20,2 cm. Untuk jelasanya deshpsi statistik data ukuran ikan yang tertangkap dengan menggunakan metode pemancingan secara aktif dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini memberikan indikasi adanya pengaruh sudut bengkokan mata pancing terhadap keefektifan mata pancing dalam menangkap ikan. Secara umum keefektifan mata pancing juga dipengaruhi oleh metode pengoperasian pancing itu sendiri, seperti metode aktif dan metode pasif.

Pemancingan dengan metode pasif adalah pancing yang dioperasikan secara statis, dimana pancing hanya didiamkan di prairan pada saat dioperasikan. Dengan kata lain pemancingan dengan menggunakan metode pasif ini tidak di pengaruhi oleh respon berupa tarikan yang dilakukan oleh sipemancing. Contoh pancing yang dioperasikan secara pasif adalah, long lzne, rawai tancap, rawai dasar dan rawai permukaan.

Sedangkan pemancingan dengan metode aktif adalah pancing yang dioperasikan di perairan yang selalu digerakan atau mendapatkan respon tarikan dari sipemancing, pada saat pancing sebelum atau sedang dimakan oleh ikan. Pancing jenis ini juga dienakafi psda kegiatan olah raga sportfishing. Tetapi jenis pancing ini juga dipakai oleh nelayan seperti pancing ulur (hun#drop llne), pancing candit, pancing cumi- cumi, huhate dan sebagainya.

(25)

Untuk pancing yang dioperasikan secara pasif, yang paling efektif menangkap ikan adalah mata pancing yang bersudut 15

'.

Perbedaan nyata terdeteksi antara pancing bersudut 15' dengan 30'.

Adanya sudut antara shank dan throat menghasilkan celah yang dapat meningkatkan peluang mata pancing terkait pada bagian mulut ikan. Namun untuk pancing yang bersudut 30°, keberhasilan pancing ini mulai berkurang karena terlalu besarnya celah tersebut hingga ikan dapat merasakan dan mendeteksi benda yang keras pada saat menelan umpan dan pancing kemudian dimuntahkan kembali keluar. Hal ini terliilat pada saat pengamatan yang dilakukan di akuarium pada penelitian pendahuluan.

Pembengkokan mata pancing juga menyebabkan perbedaan posisi terkaitnya mata pancing di dalarn rongga mulut ikan. Untuk mata pancing yang bersudut 15' dan 30' posisi terkaitnya mata pancing pada rongga mulut ikan relatif sama, di mana untuk mata pancing bersudut 1 5' didominasi pada posisi phuruphenoid, gulurs dan vomer. Sedangkan untuk mata pancing ( H I )

00

posisi terbesar terkait adalah pada bagian premuxillu, deniuri dan mcucilla.

Keefektifan mata pancing 15' dapat diterangkan dengan posisi terkaitnya mata pancing pada bagian rongga mulut ikan. Posisi terkaitnya mata pancing dapat digunakan untuk menilai peluang lolosnya ikan. Jika mata pancing terkait di bagian mulut yang dalam (ke arah posterior), maka peluang tertangkapnya ikan adalah lebih besar. Sebaliknya jika mata pancing terkait pada bagian luar rongga mulut ikan (ke arah anterior) peluang ikan meloloskan dlri adalah lebih besar. Posisi terkaitnya mata pancing Hz ( 15') sebagian besar terletak di bagian lebih dalam (posterior) dari mulut

(26)

ikan, sehingga peluang ikan terkait lebih besar jika dibandingkan dengan lnata pancing H I

(07).

Hal ini sesuai dengan penelitian Huse (1979) seperti dikutip oleh Lokkeborg el u/. (1 993) yang membandingkan pengaruh gup (jarak antara shunk dan point). Dia

mengatakan bahwa mata pancing yang memiliki gap yang lebar (wide gap) akan

memiliki peluang menangkap ikan lebih besar jika dibandingkan dengan mata pancing yang memiliki gup yang lebih kecil. Mata pancing yang memiliki gup yang

lebar dengan sendirinya memiliki jarak p i n / dan sl?unk yang jauh.

Modifikasi yang dilakukan pada ketiga mata pancing yang menghasilkan sudut bukaan telah meruba gup mata pancing itu sendiri. Semakin besar sudut maka gup

akan semakin kecil artinya setiap pergeseran sudut sebesar 15' maka gup akan

mengecil sebesar lmm. Jadi dengan sendirinya modifikasi mata panci~lg dalam penelitian ini rnenghasilkan 'uy-nya yang kecil, namun posisi point pada mata pancing tetap berada jauh dari sllunk (posisi poin! dan sllunk tidak sejajar). Sehingga

kemampuan mata pancing yang bersudut 15" dapat meningkat hasil tangkapannya sehesar 1 1 9.6 jika dibandingkan dengan mata pancing tanpa sudut (standar).

Tetapi mata pancing yang memiliki sudut terlalu besar untuk pemancingan secara pasif dapat juga menurunkan hasil tangkapan sebesar 8 % jika dibandingkan dengan rnata pancing standar, karena sudut yang terlalu besar menghasilkan celah yang besar pula sehingga ikan dapat merasakan adanya benda asing (mata pancing) lalu rnemuntahkanya keluar. Berbeda dengan pemancingan metode secara pasif, pernancingan secara aktif hasil tangkapan terbanyak adalah mata pancing yang bersudut 30: kernudian diikuti dengan pancing yang bersudut 15" dan 0'.

(27)

Pada pengujian ketiga bentuk mata pancing dengan menggunakan metode secara aktif, pancing dengan hasil tangkapan terbanyak adalah pancing yang bersudut 30" Hal ini disebabkan pada saat umpan dan pancing dimakan, dengan segera pemancing mengetahui melalui pelampung yang dipasang pada kenur pancing. Kemudian pemacing segera melakukan penarikan. Pada saat penarikan inilah mata pancing terbantu untuk terkait pada bagian mulut ikan. Jadi mata pancing yang memiliki sudut akan memiliki peluang yang lebih besar lagi untuk berhasil terkait pada mulut ikan.

Di samping itu mata pancing dengan sudut juga akan berputar pada saat dilakukan penarikan oleh pemancing karena sudut pada mata pancing membuat nata pancing tidak lagi dalam keadaan seimbang.. Maka perputaran mata pancing di dalam rongga mulut ikan pada waktu dilakukan penarikan ini akan memperbesar peluang mata pancing tersebut untuk terkait. Posisi antara point dan slzuizk yang relatif berjarak mempermudah point pada mata pancing untuk tertusuk dan terkait pada rongga mulut ikan.

Dari hasil tangkapan yang diamati, posisi terkaitnya mata pancing yang memiliki sudut cenderung terkait pada organ bagian dalam mulut ikan, sehingga peluang pancing terlepas dari rongga mulut akan lebih kecil. Mata pancing yang bersudut 30'' posisi terkaitnya didominasi pada posisi phuruspizeizoid, gulurs, vomer dan clavicle. Pada pemancingan secara aktif sudut yang terbentuk antara shunk dan ~hrout, yang secara signifikan meningkatkan efek.tifitas terkaitnya mata pancing pada mulut ikan.

Dalam usaha pemancingan metode aktiC faktor ;rang sangat menentukan keberhasilan pemancingan adalah keahlian dan kecepatan, serta ketepatan waktu penarikan yang dilakukan oleh pemancing. Sedangkan faktor lain yang &pat

(28)

mendukung keberhasilan pemancingan metode pasif maupun aktif adalah desain dan konstruksi pancing yang akan digunakan, waktu pemancingan dan spesifikasi ulnpan yang digunakan

Berbagai bentuk mata pancing di pasaran telah banyak dijual sesuai dengan tipe, bentuk dan ukuran. Bentuk dan ukuran mata pancing biasanya ditentukan pula oleh jenis ikan apa yang akan kita tangkap. Di samping itu, konstruksi pancing secara menyeluruh harus disesuaikan pula dengan kondisi perairan di mana pancing akan digunakan.

Desain dan kontruksi pancing juga harus memperhatikan pola migrasi ikan baik secara horizontal maupun vertikal, karena posisi

Gats

pancing dan umpan hams tepat berada pada daerah swrmrnrng luyer ikan yang menjadi target penangkapan. Selanjutnya. posisi mata pancing dan umpan harus juga tepat sesuai dengan pola arus yang ada karena arus dapat menghantarkan bau yang dihasilkan umpan hingga mampu merangsang ikan untuk datang mendekati umpan pada mata pancing.

Sebaiknya pada pemancingan dl laut jarak antara umpan dan mata pancing jangan terlalu dekat k s dasar peratran karena umpan yang dipasang dapat dijangkau oleh kepi t~ ng, raj ungan dan jenis crustaceu lainnya yang dapat menghabiskan umpan pada saat pemancingan. Untuk menghindari ha1 ini, kjta dapat mengatur jarak pemberat dengan mata pancing dan umpan jika kita menggunakan pancing ulur (pemancingan secara aktif). Apabila menggunakan rawai dasar kita dapat memperpanjang tali

brunch Ime. karena dengan bantuan arus umpan dan mata pancing akan terangkat

dari dasar perairan sehingga sulit untuk dijangkau oleh hewan-hewan tersebut. Jadi pengaturan posisi masing-masing bagian pancing harus tepat untuk mendapatkan

(29)

konstruksi pancing yang baik dan efektif untuk digunakan pada pemancingan yang kita inginkan.

Faktor pendukung lain untuk keberhasilan pemancingan adalah jenis umpan. Jenis umpan yang akan digunakan pada pemancingan idealnya sesuai dengan makanan ikan di alam atau makanan yang digemarinya. Karena ha1 ini mendukung terjadinya kontak antara mata pancing dan mulut ikan, umpan yang tidak disentuh oleh ikan akan mustahil pancing dapat terkait pada rongga mulut ikan tersebut.

Pemilihan jenjs umpan tergantung kepada jenis ikan yang akan dipancing. Untuk jenis ikan dengan organ penciuman (chemoreseptor) yang baik hendaknya menggunakan jenis umpan yang mengeluarkan bau kuat karena ha1 in1 dapat merangsang ikan untuk mengejar dan memakan umpan tersebut. Ikan-ikan yang memiliki penciurnan yang kuat ini biasanya dari kelompok ikan cucut.

Begi tu j uga ha1 nya i kan-i kan yang memiliki organ penglihatan (vrsuul ucu~ry) yang baik hendaknya menggunakan umpan yang menghasilkan kilapan hingga mudah terlihat oleh ikan. Biasanya ikan-ikan yang memiliki organ penglihatan yang baik ini adalah dari kelompok ikan tuna. Aplikasi dari pemilihan umpan dl atas telah diterapkan dalam usaha perikanan troll line dan pole and lrne di mana pemancingan menggunakan urnpan buatan (arrrJicial buzt) darj bahan bulu ayarn dan plastik yang benvarna warni.

Pemancingan ikan kakap merah (Luljunus sp) biasanya menggunakan umpan cumi-cumi dan udang. Seiring dengan ha1 ini, kebiasaan makan ikan kakap merah in1 di alam menurut Gunarso (1997) adalah dari jenis crustaceu, cephulopodu dan

(30)

Keberhasilan pemancingan juga dapat didukung oleh pemilihan waktu pemancingan yang tepat. Pemilahan waktu pemancingan berkaitan dengan kebiasaan waktu ikan-ikan makan. Masing-masing jenis ikan memiliki waktu makan yang berlainan, seperti halnya ikan-ikan catfrsll waktu makan ikan ini sore hari menjelang malam hendaknya pemancingan dilakukan pada waktu ini.

Penelitian-penelitian mengenai kebiasaan waktu makan ikan sebenarnya telah banyak dilakukan. Seperti halnya menurut Gunarso (1997) kebiasaan makan ikan kakap rnerah (1,ut~unu.v sp) aktif mencari makan biasanya pada inalam hari. Selanjutnya menurut Baskoro (1999) kebiasaan waktu makan ikan layur (Trzchiuru.v .cu~,cllu) pagi hari sekitar jam 05'" Hal ini dibuktikan dengan menganalisa isi perut dan hubungannya dengan kemampuan daya lihat ikan pada waktu ini.

Sedangkan menurut Darongke (1971) di Indonesia bagian Tilnur yaitu sekitar Tanj ung Nusani wa sampai Tanjung Alang, penangkapan i kan cakalang dengan pole und lzne dilakukan pada siang hari mulai jam 08.00 sampai dengan jam 17.00, dan lama pemancingan pada setiap schooling maksimum 30 menit. Sedangkan di Aer Tembaga waktu pemancingan mulai jam 06.00 - 12.00 dan hasil tangkapan optimum

Gambar

Gambar  10.  P & tertangkapnya ikan oleh  alat tan*  pancing
Gambar  1  I .   Diagram  proses  tertangkap  dan  lolosnya  ikan  pada  alat  tangkap  pancing  48 r STOCK IKAN DI ALAM f \ IKAN LAPAR
Gambar  12  .  Posisi  terkaitnya  mata  pancing  tanpa  sudut  0'  (HI)  pada  bagian  rongga  mulut  ikan
Tabel 5. Persentase posisi terkaitnya mata pancing dalam rongga mulut ikan dari hasil pe~nancingan  di akuarium  pada penelitian pendahuluan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ikan berenang pdaa kedalaman 15 m di bawah permukaan air laut.. Seorang penyelam berada pada 1000 m di

komponen senyum yang paling estetis adalah bentuk lengkung senyum paralel, posisi bibir bawah sedikit menyentuh gigi anterior rahang atas, buccal corridor yang lebar,

Grafik nilai Target Strength pada Ikan Lele tunggal dengan sudut orientasi yang berbeda-beda dari posisi horizontal ikan terhadap arah datang sumber akustik Nilai Target

Pada ikan gurami jantan yang sudah dewasa mempunyai semacam tonjolan pada kepalanya yang berada diantara bibir atas dan mata, sedangkan ikan gurami betina tidak memilikinya..

Dalam penelitian ini lapisan biji kopi yang disimpan dalam model gudang dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atas, tengah dan bawah.. Pada bagian bawah terdiri dari

Pancing ulur mendominasi penggunaan jenis alat penangkapan ikan oleh nelayan di PPP Pondokdadap dengan daerah penangkapan berada pada posisi 8º – 12º LS dan 108º – 115º BT atau

tidak tuntas sebanyak 2 siswa (7%) dengan nilai berada di bawah KKM yaitu 60. 4) Dalam kegiatan pembentukan kelompok siswa masih ribut sendiri dan membuat suasana di

Data tambah ikan masuk ke dalam database [√] Berhasil [ ] Gagal Kelola Pemesanan Penginapan Input update status Data tambah kategori dan kamar masuk ke dalam database