51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi Wilayah Penelitian
a. Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah 182.236,02 Hektar atau 5,59% luas wilayah Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 7032’ dan 8015’ Lintang Selatan (LS) dan antara 110041’
dan 111018’ Bujur Timur (BT). Topografi Kabupaten Wonogiri sebagian besar tanahnya berupa perbukitan, dengan ±20% bagian wilayah merupakan perbukitan kapur, terutama yang berada di wilayah selatan Wonogiri. Sebagian besar topografi tidak rata dengan kemiringan rata-rata 300, sehingga terdapat perbedaan antara kawasan yang satu dengan kawasan lainnya yang membuat kondisi sumber daya alam saling berbeda.
Kabupaten Wonogiri memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, dan Kab.
Magetan (Jawa Timur).
Sebelah Selatan : Kab. Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra Indonesia.
Sebelah Timur : Kab. Karanganyar dan Kab. Ponorogo (Jawa Timur).
Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta.
Secara administrasi, Kabupaten Wonogiri terbagi atas 25 Kecamatan dengan 251 Desa dan 43 Kelurahan serta 2.306 Dusun.
Letak kecamatan terjauh yaitu Kecamatan Paranggupito dari ibukota Kabupaten sejauh 68 km, kecamatan terdekat dengan ibukota Kabupaten adalah Kecamatan Selogiri. Kecamatan Puhpelem yang memiliki luas wilayah 3.162 ha merupakan kecamatan yang tersempit wilayahnya, sedangkan kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Pracimantoro dengan luas wilayah 14.214,3 ha. Sementara Kecamatan Karangtengah adalah kecamatan yang paling tinggi lokasinya yang berada pada ketinggian ±600 m di atas permukaan air laut dan yang paling rendah adalah Kecamatan Selogiri yang berada pada ketinggian
106 m di atas permukaan air laut. Data luas setiap kecamatan dan jumlah desa setiap kecamatan di Kabupaten Wonogiri diperinci sebagaimana Tabel 11,
Tabel 11. Kecamatan dan Jumlah Desa di Kabupaten Wonogiri No Kecamatan Jumlah Desa Luas (ha)
1. Pracimantoro 17 14.214,3245
2. Paranggupito 8 6.475,4225
3. Giritontro 5 6.163,2230
4. Giriwoyo 14 10.060,1306
5. Batuwarno 7 5.165,0000
6. Karangtengah 5 8.459,0000
7. Tirtomoyo 12 9.301,0885
8. Nguntoronadi 9 8.040,5175
9. Baturetno 13 8.910,3800
10 Eromoko 13 12.035,8598
11. Wuryantoro 6 7.260,7700
12. Manyaran 5 8.164,4365
13. Selogiri 10 5.017,9805
14. Wonogiri 9 8.292,3600
15. Ngadirojo 9 9.325,5560
16. Sidoharjo 10 7.719,7045
17. Jatiroto 13 6.277,3620
18. Kismantoro 8 9.986,1125
19. Purwantoro 13 5.925,7837
20. Bulukerto 9 4.051,8455
21. Puhpelem 5 3.161,5400
22. Slogohimo 15 6.414,7955
23. Jatisrono 15 5.002,7400
24. Jatipurno 9 5.546,4090
25 Girimarto 12 6.236,6815
Jumlah 251 182.236,0236
Sumber: Wonogiri dalam angka tahun 2016
b. Keadaan Pertanian
Berdasarkan data dari BPS Wonogiri tahun 2016, Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi di bidang pertanian yang dilihat dari luas areal pertanian di Wonogiri mencapai 98.082 ha atau 53.82% dari luas wilayah secara keseluruhan. Sektor pertanian telah di dukung oleh sarana irigasi sebanyak 3.970 unit dengan panjang 1.560 km, sedangkan jumlah kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebanyak 291 kelompok. Penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 2 yaitu, lahan sawah dan lahan bukan sawah.
Penggunaan lahan sawah digunakan untuk menanam padi, palawija dan tanaman semusim lainnya. Penggunaan lahan sawah terbesar digunakan untuk menanam padi dengan luas tanam 75.203 ha. Sedangkan penggunaan lahan pertanian bukan sawah meliputi tegal/kebun dan lahan sementara tidak diusahakan. Penggunaan lahan bukan sawah terbesar adalah untuk tegal/kebun sebesar 88.638 ha, sedangkan penggunaan luas lahan pertanian bukan sawah terkecil adalah lahan sementara tidak diusahakan sebesar 167 ha.
2. Keadaan Penduduk
Penduduk adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan- kekuatan yang menambah dan yang mengurangi jumlah penduduk.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran dan kematian merupakan faktor alami sedangkan migrasi merupakan faktor non alami. Mobilitas penduduk adalah segala perubahan komposisi dan jumlah penduduk yang diakibatkan kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk baik permanen maupun non permanen.
a. Perkembangan Penduduk
Analisis perkembangan penduduk meliputi perhitungan laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk. Angka yang ditunjukkan dalam laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan angka yang ditunjukkan dalam kepadatan penduduk adalah banyaknya jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi luas wilayah.
Tabel 12. Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Wonogiri tahun 2015
Kecamatan Jumlah (ribu)
Laju Pertumbuhan
(Persen)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Pracimantoro 60.837 0,57 428
Paranggupito 16.579 0,20 259
Giritontro 19.550 0,20 317
Giriwoyo 36.373 0,20 362
Batuwarno 17.138 0,20 332
Karangtengah 23.051 0,83 273
Tirtomoyo 49.566 0,30 533
Nguntoronadi 22.956 0,19 286
Baturetno 45.235 0,33 508
Eromoko 41.179 0,24 342
Wuryantoro 25.925 0,27 357
Manyaran 34.785 0,46 426
Selogiri 38.343 0,19 764
Wonogiri 80.132 0,65 966
Ngadirojo 53.551 0,19 574
Sidoharjo 41.332 0,91 723
Jatiroto 36.110 0,20 575
Kismantoro 35.988 0,19 515
Purwantoro 48.702 0,20 818
Bulukerto 29.248 0,20 722
Puhpelem 19.431 0,42 615
Slogohimo 46.067 0,34 718
Jatisrono 57.445 0,39 1.148
Jatipurno 31.117 0,20 561
Girimarto 38.197 0,19 612
Wonogiri 949.017 0,35 521
Sumber: Wonogiri dalam angka tahun 2016
Jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri pada tahun 2015 adalah sebanyak 949.017 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,35
persen. Sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu 2 tahun terkahir (2014 hingga 2015) cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 tercatat sebesar 519 jiwa/km2, sedangkan pada tahun 2015 menjadi 521 jiwa/km2.
b. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Penduduk di Kabupaten Wonogiri terdiri dari umur yang berbeda-beda, tidak semua umur merupakan usia produktif. Usia produktif adalah penduduk yang berumur 15 – 60 tahun. Usia produktif berarti adalah usia dimana penduduk tersebut mampu melakukan kerja.
Keadaan penduduk menurut umur berkaitan dengan perhitungan angka beban tanggungannya. Angka beban tanggungan menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif.
Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Wonogiri Tahun 2015
No Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1. 0-14 100.789 22 95.277 20
2. 15-19 33.157 7 30.847 6
3. 20-24 24.234 5 25.649 5
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-…
23.875 26.059 31.332 34.527 35.125 35.152 33.572 27.888 55.597
5 6 7 7 8 8 7 6 12
26.767 29.250 34.386 36.712 38.037 38.910 34.032 27.465 70.378
5 6 7 8 8 8 7 6 14
Jumlah 461.307 100 487.710 100
Sumber: Wonogiri dalam Angka tahun 2016
Berdasarkan Tabel 13, dapat ketahui bahwa prosentase terbesar penduduk baik laki-laki maupun perempuan berada pada kelompok umur 0 sampai 14 tahun. Prosentase kelompok umur 0 sampai 14 tahun dari seluruh jumlah penduduk laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 22% dari 461.307 orang dan 20% dari 487.710 orang. Keadaan
penduduk menurut umur berkaitan dengan perhitungan angka beban tanggungannya, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia nonproduktif dengan jumlah penduduk usia produktif. Penduduk usia produktif yaitu antara 15 hingga 64 tahun, sedangkan usia nonproduktif yaitu antara 0 hingga 14 tahu dan 60 tahun ke atas. Dari data jumlah penduduk menurut umur di atas maka dapat dihitung angka beban tanggunan sebagai berikut:
Angka Beban Tanggungan (ABT) = ∑ penduduk non produktif
∑ penduduk produktif x100%
= 322.041626.976 x100%
= 51,36%
Angka Beban Tanggungan (ABT) penduduk Kabupaten Wonogiri tahun 2015 adalah sebesar 51,36%. ABT sebesar 51,36%
berarti bahwa sebanyak 51,36% penduduk pada usia nonproduktif menjadi tanggungan bagi penduduk usia produktif. Angka beban tanggungan tersebut tergolong dalam kelompok sedang.
Tabel 14. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Wonogiri tahun 2015
Tahun Penduduk Jumlah
Penduduk
Sex Ratio*
Laki-Laki Perempuan
2012 456.473 482.466 938.939 95
2013 458.090 484.287 942.377 95
2014 459.799 486.018 945.817 95
2015 461.307 487.710 949.017 95
Sumber: Wonogiri dalam Angka tahun 2016
*) Hasil pembulatan
Berdasarkan Tabel 14. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk laki-laki serta jumlah keduanya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sex ratio pada tahun 2012 hingga 2015 menunjukkan besar angka yang stabil, di mana besarnya perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dari tahun ke tahun sama. Sex ratio sebesar 95 menunjukkan bahwa dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 95 orang penduduk laki-laki. Kondisi tersebut memberikan gambaran
perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan yang hampir sama.
c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk yang dicapai oleh suatu daerah akan memberikan gambaran tentang kualitas sumberdaya manusia yang tinggal di daerah tersebut. Daerah yang maju, tingkat pendidikan penduduknya termasuk tinggi. Pengelompokkan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan akan diketahui gambaran tentang tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Wonogiri.
Tabel 15. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Wonogiri tahun 2015
No Tingkat
Pendidikan 2013 % 2014 % 2015 % 1. Tidak/Belum
Tamat SD 68.746 15,8 97.654 21 68.228 14,3 2. SD 189.709 43,5 188.936 40,6 196.994 41,1 3. SLTP 99.531 22,8 97.491 21 89.689 18,7 4. SMU/SMK 55.974 12,8 62.611 13,5 86.309 18,0 5. Akademi/PT 22.179 5,1 18.509 4 37.567 7,8
Jumlah 436.139 100 465.201 100 478.787 100 Sumber: Wonogiri dalam Angka tahun 2016
Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa tingkatan pendidikan yang ditempuh oleh penduduk di Kabupaten Wonogiri yaitu tidak/belum tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SMU/SMK, serta tamat Akademi/Perguruan Tinggi. Jumlah penduduk tamatan SD menempati jumlah paling tinggi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 jumlah penduduk yang menamatkan tingkat pendidikan SD sebanyak 196.994 jiwa atau 41,1%, diikuti penduduk yang tidak atau belum tamat SD sebanyak 68.228 jiwa atau 14,3%, SLTP sebanyak 89.689 jiwa atau 18,7%, SMU/SMK sebanyak 86.309 jiwa atau 18%, serta Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 37.567 atau 7,8%. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Wonogiri masih tergolong rendah karena didominasi oleh penduduk yang tamat SD.
d. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan pekerjaan. Angka jemlah penduduk menurut lapangan pekerjaan akan menunjukkan gambaran kedudukan penduduk Kabupaten Wonogiri yang bekerja dalam suatu pekerjaan/unit usaha.
Tabel 16. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Wonogiri tahun 2015
No
Bidang Lapangan Pekerjaan
Tahun
2013 % 2014 % 2015 % 1. Pertanian 267.506 53,9 284.438 55,1 272.252 53,9 2. Industri 52.320 10,5 45.310 8,8 47.387 9,4 3. Perdagangan 75.174 15,1 81.531 15,8 80.438 15,9 4. Jasa 50.527 10,2 45.865 8,9 50.970 10,1 5. Lainnya 50.705 10,2 59.150 11,5 53.996 10,7 Jumlah 496.232 100 516.294 100 505.043 100 Sumber: Wonogiri dalam Angka tahun 2016
Lapangan pekerjaan merupakan bidang kegiatan dari pekerjaan atau usaha perusahaan dan tempat dimana seseorang bekerja. Lapangan pekerjaan di Kabupaten Wonogiri digolongkan menjadi 5 bidang yaitu pertanian, industri, perdagangan, jasa serta lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh, bidang lapangan pekerjaan yang paling banyak digeluti pada tahun 2015 adalah pertanian, diikuti perdagangan, jasa, dan industri. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa bidang lapangan pekerjaan pada pertanian menyerap tenaga kerja paling banyak di Kabupaten Wonogiri sebesar 53,9%.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Keadaan Subsektor Tanaman Pangan Kabupaten Wonogiri
Subsektor Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari tanaman biji-bijan dan umbi- umbian. Beberapa komoditas Subsektor Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri dapat dan nilai produksinya dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Nilai Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015(Rp/Ton)
No Komoditas
Nilai Produksi (1.000.000 Rp/Ton)
2011 2012 2013 2014 2015
1 Padi 131.667.342,996 149.432.293,988 144.519.042.428 146.708.280,368 157.657.812,416
2 Jagung 66.995.402,076 81.308.843,676 68.985.897.228 78.272.900,928 84.364.351,560
3 Ubi Kayu 46.736.007,37. 48.464.228,911 57.182.646,528 56.091.693,560 47.300.111,460
4 Ubi Jalar 53.550 85.800 71.400 57.900. 79.950.
5 Kacang
Tanah 39.336.371.694 43.317.831.438 42.490.408.734 36.080.954,892 39.941.578,152
6 Kedelai 12.740.337.072 10.956.268.224 11.965.968 8.530.595,568 8.122.04,.232
Jumlah 297.529.011.212 333.565.266.237 325.215.362,918 325.742.325,316 337.465.846,820
Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri 2016
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa nilai produksi tanaman pangan di Kabupaten Wonogiri tertinggi adalah padi hal ini dikarenakan selain jumlah, nilai jual padi ADHK Kabupaten Wonogiri tahun 2010 lebih tinggi daripada nilai jual ADHK 2010 Ubi kayu (Lampiran 4) . Nilai produksi padi di kabupaten Wonogiri selama 2 tahun terkahir yaitu pada tahun 2014 dan 2015 mengalami peningkatan yaitu146.708.280.368.000 Rp/Ton dan 157.657.812.416.000 Rp/Ton.
Selain padi nilai produksi terbesar selanjutnya adalah komoditas jagung yang mana mengalami peningkatan tahun 2014 dan pada tahun 2015 sebesar Rp. 84.364.351.560.000 /Ton menjadi terbesar selama 5 tahun terakhir.
Selain komoditas padi dan jagung, Kabupaten Wonogiri juga memiliki produksi pertanian berupa ubi kayu, kacang tanah, kedelai, dan ubi jalar.Ubi kayu di Kabupaten Wonogiri memiliki rata-rata
jumlah produksi terbesar selama 5 tahun terakhir ( tabel ), namun nilai produksinya masih di bawah padi dan jagung. Hal ini dilihat dari nilai Ubi Kayu ADHK 2010 Kabupeten Wonogiri dibawah padi dan jagung (lampiran 4). Kacang tanah sendiri biasanya ditanaman petani sebagai tanaman sela, setelah petani menaman jagung atau padi kemudian ditanam dengan kacang tanah atau kedelai dan sesekali ubi jalar.
Kacang tanah memiliki nilai produksi cukup tinggi walaupun produksinya tidak sebanyak padi, jagung, dan ubi kayu namun nilai ADHK pada tahun 2010 memiliki nilai tertinggi yaitu Rp.10.240.380/Ton (lampiran 4). Sedangkan untuk kedelaidan ubi jalar nilai produksi yang paling kecil hal ini dikarenakan produksi ubi jalar yang masih rendah di Kabupaten Wonogiri (Tabel 5).
2. Klasifikasi Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri.
a. Nilai LQ Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri Alat yang digunakan untuk menganalisis komoditas tanaman pangan basis di Kabupaten Wonogiri adalah metode Location Quotient (LQ). Untuk mengetahui apakah suatu komoditas mengalami peningkatan atau penurunan maka digunakan analisis perubahan nilai LQ (∆LQ) (Sambidi, 2008).
Location Quotient (LQ) adalah ukuran dari sebuah konsentrasi sektor di wilayah relatif terhadap wilayah acuan yang umumnya suatu bangsa (Dinc, 2002). Untuk mengidentifikasi komoditas Tanaman Pangan basis di Kabupaten Wonogiri digunakan analisis Location Quotient (LQ) dengan kriteria apabila LQ > 1 maka komoditas Tanaman Pangan tersebut merupakan komoditas Tanaman Pangan basis dan apabila LQ < 1 maka komoditas Tanaman Pangan tersebut merupakan komoditas Tanaman Pangan non basis.
Tabel 18. Hasil Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ)
Sumber: Analisis Data Sekunder 2017
Hasil perhitungan analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa komoditas tanaman pangan yang terkonsentrasi di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2011 adalah Jagung, Ubi kayu, kedelai dan Kacang Tanah karena memiliki nilai LQ > 1. Pada tahun 2012 komoditas tanaman pangan yang terkonsentrasi di Kabupaten Wonogiri masih sama sampai tahun 2013, 2014 dan 2015 dan dalam waktu 5 tahun terakhir nilai LQ tertinggi ada pada kacang tanah pada tahun 2015 dan diikuti oleh Ubi Kayu, kedelai, jagung, padi dan terakhir Ubi jalar pada tahun yang sama.
Komoditas yang mengalami perubahan paling signifikan adalah Kedelai, yang nilai LQ sebelumnya sebesar 3,259 menjadi 1,753 pada tahun 2014 hal ini terjadi karena priduksi kedelai turun drastis pada tahun tersebut (Tabel 5) . Pada tahun 2015 nilai LQ Kacang Tanah meningkat secara signifikan menjadi 5,725 dimana hal tersebut didukung peningkatan jumlah produksi kacang tanah di Kabupaten Wonogiri (Tabel 5).
Tahun 2014 nilai LQ Ubi kayu, kacang tanah, ubi jalar, dan kedelai mengalami penurunan namun untuk padi dan jagung mengalami peningkatan. Sedangkan tahun 2015 relatif semua komoditas mangalami peningkatan nilai LQ. Komoditas dengan nilai LQ≥ 1 merupakan komoditas yang terkonsentrasi di Kabupaten
No. Komoditas Nilai LQ
2011 2012 2013 2014 2015 1 Ubi Kayu 3,822 3,529 4,003 3,848 3,943
2 Padi 0,582 0,593 0,579 0,601 0,602
3 Jagung 1,44 1,566 1,409 1,464 1,635
4 Kacang tanah 4,842 4,441 4,995 4,3084 5,725 5 Ubi jalar 0,104 0,155 0,119 0,094 0,169 6 Kedelai 3,070 1,903 3,259 1,753 1,760
Wonogiri, dan memungkinkan untuk diekspor ke daerah lain.
Sedangkan komoditas dangan nilai LQ ≤ 1 merupakan komoditas yang tidak terkonsentrasi di Kabupaten Wonogiri dalam kurun waktu 2011-2015 adalah padi dan ubi jalar artinya komoditas ini belum bisa di ekspor ke daerah lain.
b. Perubahan Nilai LQ(∆LQ) Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri
Klasifikasi komoditas subsektor Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri menggunakan analisis perubahan nilai Location Quotient (∆LQ). Analisis ini dapat memberikan informasi apakah konsentrasi suatu sektor/komoditas mengalami peningkatan atau penurunan di daerah relatif (Sambidi, 2008). Analisis ini akan membagi komoditas menjadi 4 kategori yaitu stars, mature, emerging, dan transforming. Perubahan nilai Location Quotient komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri sebagaimana disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Perubahan Nilai LQ (∆LQ) Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015
No. Buah
Nilai ∆LQ ∆LQ
2011- 2015 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
1 Padi 1,934 -2,256 3,747 0,089 3,514
2 Jagung 8,260 -10,038 3,873 11,699 13,794
3 Ubi Kayu -7,672 13,442 -3,874 2,4619 4,357
4 Ubi Jalar 48,336 -22,713 -20,853 78,604 83,374
5 Kacang Tanah -8,271 12,476 -13,759 32,885 23,330
6 Kedelai -38,009 71,245 -46,210 0,409 -12,565
Sumber: Analisis Data Sekunder 2017
Hasil analisis pada Tabel 19 menunjukkan bahwa terdapat lima komoditas yang mengalami perubahan positif selama Tahun 2011-2015. Komoditas-komoditas tersebut mengalami peningkatan konsentrasi di Kabupaten Wonogiri karena nilai ∆LQ menunjukkan nilai yang positif yaitu padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Sedangkan nilai ∆LQ yang negatif terjadi pada kedelai. Nilai
∆LQ yang negatif ini menunjukkan bahwa selama tahun 2011-2015 komoditas tersebut mengalami penurunan konsentrasi di Kabupaten Wonogiri.
c. Klasifikasi Komoditas Tanaman Pangan Di Kabupaten Wonogiri Berdasarkan LQ dan ΔLQ
Komoditas subsektor Tanaman Pangan dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu stars, mature, emerging, dan transforming. Pengelompokan komoditas tersebut didasarkan atas nilai LQ tahun 2015 dan nilai ∆LQ. Hasil klasifikasi komoditas subsektor Tanaman Pangan ini menggambarkan perkembangan dan pertumbuhan komoditas dari waktu ke waktu.
Tabel 20. Klasifikasi Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri Berdasarkan LQ dan ∆LQ Tahun 2011-2015
Sumber: Analisis Data Sekunder 2017
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui komoditas yang masuk dalam kategori stars adalah Ubi Kayu, Jagung, dan Kacang Tanah.
Komoditas tersebut memiliki nilai LQ > 1 pada tahun 2015 dan nilai
∆LQ yang positif. Komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan karena lebih terkonsentrasi di Kabupaten Wonogiri dibandingkan wilayah lain di Provinsi Jawa Tangah dan diperkirakan akan menjadi lebih terkonsentrasi di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas Ubi Kayu, Jagung, dan Kacang Tanah dapat menjadi prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten Winogiri
No. Komoditas Nilai LQ 2015
Nilai
ΔLQ Cluster Level 1
2 3
Kacang tanah 5,725 23,330
Stars
Jagung 1,635 13,794
Ubi Kayu 3,943 4,357
4 5
Padi 0,602 83,374 Emergingg
Ubi Jalar 0,169 23,330
6 Kedelai 1,760 -12,565 Mature
Kacang Tanah merupakan salah satu komoditas yang di budidayakan di Kabupaten Wonogiri. Produksi Kacang Tanah di Wonogiri masih relatif kecil dibandingkan dengan komoditas lain yang masuk komoditas stars khususnya yaitu Jagung dan Ubi Kayu (tabel. 4) hal ini dikarenakan dari segi bobot kacang tanah memiliki bobot yang lebih ringan khususnya bobot keringnya serta untuk luasan panen sendiri masih dibawah Jagung dan Ubi Kayu, namun dari nilai LQ dapat dilihat bahwa jika dibandingkan dengan komoditas lain nilai LQ komoditas ini paling tinggi. Hal ini dikarenakan nilai produksi Kacang Tanah sesuai ADHK Wonogiri 2010 lebih tinggi dibanding komoditas lain (lampiran 2), nilai produksi tersebut didukung oleh harga kacang tanah sendiri di pasaran. Kacang tanah basah yang masih polongan dengan kualitas bagus di hargai sebesar Rp. 7.500,00/Kg - Rp 8.500,00/Kg sedangkan untuk harga kacang kering kualitas biasa berkisar pada harga Rp 11.000,00/Kg sampai Rp 12.000,00/Kg dan untuk kualitas super berkisar antara harga Rp 13.000,00/Kg - Rp 14.000,00/Kg.
Jagung termasuk dalam kategori stars yang mana produksi jagung di Kabupaten Wonogiri juga menjadi salah satu produksi terbesar setelah ubi kayu dan padi di kabupaten Wonogiri (Tabel 4), selain itu permintaan akan jagung sendiri dipasaran cukup banyak tanpa terpengaruh oleh musim tanam. Permintaan tersebut selain untuk konsumsi atau bahan baku industri pangan. Permintaan komoditas jagung juga dibutuhkan untuk pakan ternak khususnya para penggemar burung hias dan ayam hias., Harga jagung kering di pasaran juga termasuk tinggi pada tahun 2016 mencapai harga Rp 3.355.208,00/Ton atau berkisar Rp. 3.400,00/Kg. Komoditas ini oleh Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri diberikan perhatian khusus baik dari budidaya maupun pemasarannya. Salah satunya memalui program PAJALE yang melakukan sebuah upaya khusus
yang bekerja sama dengan berbagai stake holder yang terkait dengan komoditas tersebut.
Komoditas Ubi Kayu merupakan salah satu komoditas yang banyak beredar di pasar tanpa terikat dengan musim tertentu.Persediaan atau produksi Ubi kayu di kabupaten Wonogiri sangatlah tinggi sehingga membuat harga jual ubi kayu di pasar sangat rendah pada tahun 2016 harga Ubi kayu di kabupaten Wonogiri seharga Rp. 934.286,00/ton atau Rp 1.000,00/kg. Selain itu produksi ubi kayu di Kabupaten Wonogiri mulai tahun 2014- 2105 mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan musim hujan yang lebih panjang sehingga lahan yang semula ditanami ubi kayu mulai diganti dengan komoditas lain seperti padi ladang, kacang tanah dan jagung yang memiliki harga jual lebih tinggi dan mudah dari segi pemasaran. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi posisi Wonogiri sebagai sentra penghasil ubi kayu terbesar di Jawa Tengah.
Ditinjau dari aspek budidaya, ubi kayu relatif tidak mengalami kendala yang berarti. Ubi kayu mengalami kendala pemasaran karena permintaan yang terkadang menurun dan produksi terlalu banyak sehingga harga jatuh dan merugikan petani.
Kedelai menjadi komoditas yang masuk dalam kategori mature. Komoditas ini memiliki LQ > 1 namun memiliki nilai ∆LQ yang negatif.. Komoditas ini juga merupakan komoditas unggulan karena lebih terkonsentrasi di Kabupaten Wonogiri dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah namun diperkirakan akan menjadi kurang terkonsentrasi di masa yang akan datang. Komoditas ini juga menjadi perhatian dinas terkait karena potensinya yang cukup baik, baik dari sisi budidaya maupun pasar. Produksi Kedelai di Kabupaten Wonogiri relatif menurun dari tahun ke tahun dan ditinjau dengan nilai selama lima tahun terakhir LQ cenderung mengalami penurunan konsentrasi di Provinsi Jawa Tengah.
Komoditas yang masuk dalam kategori emerging adalah Padi dan Ubi Jalar. Komoditas ini memiliki nilai LQ < 1 tetapi memiliki nilai ∆LQ positif. Kondisi ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut kurang terkonsentrasi di Kabupaten Wonogiri dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah tetapi diperkirakan akan menjadi lebih terkonsentrasi di masa yang akan datang. Komoditas tersebut relatif mengalami peningkatan produksi di Kabupaten Wonogiri selama lima tahun terakhir khususnya padi. Sedangkan ubi kayu meski belum menjadi komoditas yang unggul dari sisi produksi, namun komoditas tersebut memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangankan karena memiliki nilai ∆LQ yang positif dan pertumbuhannya relatif stabil.
Klasifikasi komoditas subsektor Tanaman Pangan ke dalam tiga kategori digambarkan dalam bentuk grafik gelembung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3
Gambar 3. Klasifikasi Komoditas Subsektor Tanaman Pangan di Kabuaten Wonogiri
Dari Klasifikasi tersebut komoditas yang layak untuk dikembakan adalah komoditas yang masuk pada kategori stars yang mana merupakan komoditas unggulan karena lebih terkonsentrasi di Kabupaten Wonogiri dibandingkan wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah dan diperkirakan akan menjadi lebih terkonsentrasi di masa
-1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
-40,00 -20,00 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Nilai LQ
%∆LQ
Matriks ∆LQ
Padi Jagung Ubi Kayu Ubi jalar Kacang tanah Kedelai
Mature
Stars
Transformi Emerging
yang akan datang. Sehingga komoditas tersebut memiliki potensi yang layak dikembangkan serta akan memberikan kontribusi lebih tinggi dibandingkan komoditas tanaman pangan lain terhadap PDRB Kabupaten Wonogiri. Dari hasil analisis tersebut yang termasuk dalam kategori stars adalah komoditas jagung, ubi kayu dan kacang tanah.
Menurut Hirschman dalam Arsyad (2010), investasi pada satu sektor yang strategis dinilai akan mampu membuka kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi proses pembangunan selanjutnya. Dengan demikian, perekonomian akan bergerak secara bertahap dari pembangunan tidak seimbang menuju pembangunan seimbang. Dari hal tersebut maka fokus pengembangan di fokuskan pada komoditas yang memiliki prospek kedepan lebih baik.
Penetuan komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Wonogiri ditentukan oleh nilai LQ dan ΔLQ. Sehingga diambil 1 komoditas stars yang memiliki potensi untuk di kembangkan di Kabupaten Wonogiri yaitu Kacang Tanah dikarenakan nilai LQ dan ΔLQ memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 5,725 dan 23,330
Walaupun ΔLQ kacang tanah senilai 23,330 dan tertinggi dibandingkan komditas lain dalam kategori stars di Kabupaten Wonogiri(Tabel 19). Pada komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri memiliki luas panen 33.603 ha masih di bawah luas panen jagung yaitu seluas 53.600 ha ditambah rata rata produksi kacang tanah di Kabupaten Wonogiri dari tahun 2011-2015 masih dibawah 50.000 ton (tabel 4) hal ini dikarenakan karena bobot dari kacang tanah sendiri serta masih minimnya lahan budidaya kacang tanah di Kabupaten Wonogiri. Kacang tanah di Kabupaten Wonogiri yang produksinya terbesar hanya berada didaerah tertentu seperti di Kecamatan Jatipurno Jatiroto, Sidoharjo dan Ngadirojo,serta daerah dengan memliki lahan tadah hujan yang luas seperti kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo dan Baturetno. Walaupun
produksi kacang tanah di Kabupaten Wonogiri sedikit namun memiliki keunggulan yaitu harga jual di pasarnya lebih tinggi dibandingkan komoditas lain serta Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang tanah terbesar di Provinsi Jawa Tengah.
3. Strategi Pengembangan Komoditas Kacang Tanah Di Kabupaten Wonogiri.
Strategi pengembangan yang dianalisis dalam peneltian ini mengacu pada konsep yang disampaikan oleh Arsyad (2010) tentang strategi pembangunan tidak seimbang. Menurut konsep ini, investasi sebaiknya dilakukan pada sektor terpilih dan bukan serentak pada semua sektor ekonomi karena keterbatasan sumber daya. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat perkembangan pada sektor terpilih sehingga keuntungan ekonomis yang diperoleh dapat digunakan untuk pembangunan sektor lainnya.
Mengadaptasi konsep tersebut, strategi pengembangan Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri difokuskan untuk komoditas kacang tanah. Hal tersebut didasari oleh komoditas tersebut termasuk dalam kategori stars serta memiliki nilai LQ dan ΔLQ tertinggi yang artinya memiliki potensi manjadi sektor basis di Kabupaten Wonogiri serta memiliki peluang lebih besar untuk berkembang di masa yang akan datang.
Perumusan strategi pengembangan komoditas tanaman pangan di Kabupaten Wonogiri berupa komoditas kacang tanah didahului dengan melakukan analisis faktor internal dan faktor eksternal komoditas tersebut di Kabupaten Wonogiri.
Analisis faktor internal dilakukan untuk mengidentifikasi faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan komoditas pertanian yaitu kacang tanah di Kabupaten Wonogiri.
Sedangkan analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan komoditas pertanian kacang tanah di Kabupaten
Wonogiri. Data yang digunakan untuk analisis faktor internal dan faktor eksternal tersebut diperoleh melalui wawancara secara mendalam dengan informan kunci.
Strategi pengembangan dirumuskan dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dari masing-masing komoditas. Identifikasi dilakukan melalui wawancara dengan informan kunci yang secara garis besar terdiri dari pihak pemerintah, petani, pedagang, dan konsumen.
Pemilihan informan dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan posisi dan kapasitas informan dalam bidang agribisnis khususnya tanaman pangan komoditas jagung di Kabupaten Wonogiri. Informan tersebut dianggap mewakili stakeholder tanaman pangan khususnya jagung di Kabupaten Wonogiri.
a. Faktor-Faktor Strategis Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Faktor strategis internal diidentifikasi untuk didapatkan kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan komoditas tanaman pangan unggulan di Kabupaten Wonogiri yaitu jagung. Faktor strategis internal didapatkan dari beberapa pihak yaitu penyedia input, petani jagung di Kabupaten Wonogiri, Pemerintah dan Lembaga Pemasaran. Faktor-faktor strategis internal berdasarkan analisis data primer dirangkum dalam tabel 21.
Tabel 21. Faktor-Faktor Strategis Internal
Sumber: Analisis Data Primer
Faktor-Faktor Strategis Internal
Kekuatan Kelemahan
1. Produksi kacang tanah tinggi 2. Kuantitas dan Kualitas SDM
Memadai
3. Akses pasar mudah
4. Ketersediaan Lahan Pertanian yang Memadai.
5. Kebijakan Pemerintah Mendukung
6. Saluran distribusi bahan baku pendek
1. Minimnya Produk Olahan dari Kacang Tanah
2. Teknologi Konvensional 3. Manajemen Usahatani
Masih Rendah
4. Kesulitan memperoleh input produksi (Pupuk) 5. Kualitas kacang tanah
yang belum maksimal
KEKUATAN
1) Produksi Kacang TanahTinggi
Dari segi produksi di Jawa Tengah khususnya Wonogiri termasuk penghasil kacang tanah terbesar yaitu pada tahun 2015 sebesar 39.004 ton kemudian di susul oleh Kabupaten Sragen sebesar 10.703 ton dan Kabupaten Jepara sebesar 9.500 ton.
Produksi yang tinggi ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pasar untuk permintaan kacang tanah. Ketersedian jumlah produksi yang tinggi ini dikarenakan pada saat musim penghujan komoditas kacang tanah di budidayakan pada daerah dengan memiliki lahan tadah hujan yang luas seperti Kecamatang Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo, dan Baturetno serta wilayah lain yang memiliki lahan tegalan di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan pada musim kemarau kacang tanah di budidanyakan di daerah yang berada di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo seperti di desa Sembukan Kecamatan Sidoharjo dan desa Gemawang Kecamatan Ngadirojo, serta wilayah Kecamatan Jatiroto, Tirtomoyo, dan Ngutoronadai dengan pengairan di bantu mesin pompa air.
2) Kuantitas dan Kualitas SDM Memadai
Dari segi SDM khususnya petani di Kabupaten Wonogiri cukup memadai. Dari segi kuantitas Kabupaten Wonogiri memilki jumlah penduduk yang terjun di sektor pertanian masih banyak yaitu sebesar 53,9% dari total penduduk Wonogiri (BPS Kabupaten Wonogiri 2017). Hal ini menunjukan mata pencaharian penduduk di Kabupaten Wonogiri sebagaian besar adalah di bidang pertanian. Selain itu dari segi kualitas SDM rata-rata petani sudah mengusai teknik budidaya tanaman pangan khususnya kacang tanah yang mana sudah dipelajari sejak dulu. Selain itu didukung oleh pendampingan dari penyuluh setiap kecamatan guna memberikan penyuluhan cara
budidaya dan teknologi tepatguna bagi petani melalui sekolah pertanian yang di adakan oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan ataupun lansung dilapang.
Dari segi Pelaku agroindustri kacang tanah di Kabupaten Wonogiri sudah melakukan manajemen yang baik . Manajemen menurut David (2010) terdiri dari 5 aktivitas pokok yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengendalian. Manajemen yang sudah dilakukan yaitu pengendalian bahan baku, perencanaan produksi, pembagian tenaga kerja, dan pemberian tunjangan tenaga kerja. Hal ini menjadi kekuatan karena dengan manajemen yang baik maka agroindustri dapat mengatur segala kegiatan agar sesuai dengan rencana, selain itu mulai banyak pelaku industri yang mengikuti kegiatan dari Dinas Terkait melalui BAPERNAS guna mendapatkan ilmu teknologi tepat guna dan manajemen kewirausahaan yang di sampaikan oleh pihak yang berkopenten.
3) Ketersediaan Lahan Pertanian yang Memadai
Tanaman kacang tanah merupakan jenis tanaman yang sangat cocok dibudidayakan di Kabupaten Wonogiri yang sebagian besar wilayahnya merupakan lahan kering/ tegalan serta sawah baik tadah hujan maupun sawah irigasi. Menurut data BPS Wonogiri dalam angka 2017 luasan lahan tegalan di Kabupaten Wonogiri seluas 88.345 Ha sedangkan sawah seluas 32.677 ha (BPS Kabupaten Wonogiri 2017). Sehingga bisa dikatan potensi lahan untuk budidaya tanaman kacang tanah adalah sangat besar.
4) Akses Pasar Mudah
Dari segi pemasaran khususnya kacang tanah sendiri sangat mudah baik selain dijual melalui tengkulak dan penebas.
Setiap pasar induk di Kecamatan Wonogiri mempunyai pedagang pengepul untuk menampung hasil pertanian seperti
gabah kering,beras, kacang tanah, ubi kayu, dan jagung. Selain itu akses penghubung antara lokasi budidaya hingga ke pasar sangat mudah selain jalan yang bisa dilewati kendaraan. Petani juga bisa menyewa jasa angkutan barang untuk membawa hasil panen ke Pasar. Untuk di kabupaten Wonogiri khususnya di Kecamatan Sidoharjo, Jatiroto, Ngadirojo, dan Jatisrono petani melakukan penjualan kepada pedagang dengan kartel besar yaitu toko Sari Bumi di Kecamatan Sidoharja yang mana tempat ini sebagai salah satu pemasok bahan baku kacang tanah polong untuk PT Garuda Food.
5) Kebijkan Pemerintah Yang Mendukung
Dari segi Dinas terkait pengembangan budidya kacang tanah ini menjadi salah satu yang di upayakan oleh Pemerintah.
Berbagai macam program dukungan baik dari Dinas Pertanian khususnya untuk meningkatkan produksi melalui program- program seperti bantuan pemberian benih unggul, pestisida, pupuk serta penyedian sprodi seperti traktor dan pompa air.
Kemudian dari Dinas PERINDAGKOP juga mulai memperhatikan agroindustri yang berbahan baku dari kacang tanah untuk dibantu dari segi produksi, permodalan dan juga pemasaran melalui berbagai pelatihan serta penerapan teknologi tepat guna yang mampu mendukung pengembangan komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri.
6) Saluran distribusi bahan baku pendek
Selain meningkatkan dari sektor budidaya kacang tanah perlu ada peningkatan melalui agroindustri kacang tanah. Yang mana memerlukan bahan baku kacang tanah untuk melakukan proses produksi. Tanaman kacang tanah yang digunakan untuk proses produksi diperoleh dari petani lokal tiap kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan hal tersebut, pelaku agroindustri dapat menghemat biaya distribusi bahan baku.
KELEMAHAN
1) Minimnya Produk Olahan dari Kacang Tanah
Minimnya produk olahan dari kacang tanah merupakan akan menjadi permasalahan apabila nanti produksi kacang tanah melimpah namun tidak diimbangi dengan permintaan pasar akan produk olahan komoditas tersebut. Adanya produk olahan dari kacang tanah akan menambah nilai jual dari komoditas itu sendiri. Di Wonogiri sendiri produk olahan kacang tanah hanya sebatas rempeyek kacang tanah, kacang bubuk, dan kacang sangrai. Kebanyakan kacang tanah hasil panen dijual sebagai bahan mentah atau bahan baku. Perlu adanya inovasi baru guna meningkatkan nilai jual kacang tanah di Kabupaten Wonogiri bahkan bisa menjadi produk olahan khas dari Kabupaten Wonogiri.
2) Teknologi Budidaya Konvensional
Petani kacang tanah di Kabupten Wonogiri masih melakukan budidaya yang konvensional artinya belum melakukan budidaya secara maksimal. Petani masih menggunakan saprodi yang sederhana dalam proses pengolahan lahan, ditambah masih tergantung pada bahan kimia dalam pemeliharaan tanaman dan belum optimalnya dalam penanganan hama khususnya uret, namun untuk saat musim kemarau ini hama terbesar adalah Kera yang mulai turun dari gunung seperti wilayah kecamatan Sidoharjo dan Ngadirojo.
Kurang maksimalnya budidaya kacang tanah ini akan mengakibatkan penurunan produksi kacang tanah di masa yang akan datang.
3) Manajemen Usaha Tani Masih Rendah
Manejemen usaha tani merupakan salah satu komponen penting dalam budidaya tanaman. Namun sebagian besar petani kurang memperhatikan masalah tersebut. Sehingga banyak
petani mengalami kerugian. Manajemen Usahatani dapat dibantu dengan adanya pencatatan dan pembukuan baik saat produksi sampai dengan masa panen. Sehingga petani memiliki bahan untuk memperhitungkan biaya produksi dan harga jual.
Serta mudah dalam melakukan evalusi untuk perbaikan musim tanam berikutnya.
4) Kesulitan Memperoleh Input Produksi (Pupuk)
Pupuk merupakan salah satu kebutuhan penting dalam aspek budidaya tanaman khususnya dalam hal ini adalah tanaman kacang tanah. Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia membuat petani tersandung dalam permasalahan sulitnya mendapatkan pupuk kimia yang akhirnya mengakibatkan pemeliharaan tanaman kurang maksimal, selain itu mahalnya harga pupuk membuat petani menjadi sangat minim dalam memperoleh keuntungan dari budidaya tanaman kacang tanah.
5) Kualitas Kacang Tanah yang Belum Maksimal
Kualitas Kacang Tanah Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu yang terbaik di Jawa Tengah namun masih memiliki banyak kekurangan dan masih kalah dengan wilayah lain di Jawa Tengah misalnya seperti Jepara, Kudus, atau yang paling dekat adalah Karanganyar. Kualitas kacang tanah yang baik diperoleh dari tidak adanya polongan kacang yang kosong(kopong), kadar air yang sedikit, serta polongan yang bersih dari tanah. Bagi konsumen kasang tanah yang lebih di sukai adalah kacang tanah yang di budidayakan di lahan tegalan daripada lahan persawahan karena dari rasa pada saat di olah lebih gurih dan warnanya juga lebih segar. Hal ini dikarenakan adanya kandungan kimia berlebihan pada kacang di lahan perswahan.
Melihat dari kriteria tersebut kacang tanah di Kabupaten Wonogiri masih memiliki kekurangan antara lain produksi
kacang tanah di Kabupaten Wonogiri paling besar di hasilkan di lahan persawahan khususnya pada saat musim kemarau, kemudian sebagian besar petani masih belum untuk melakukan pencucian polongan dari tanah, serta melakukan penyortiran terhadap polongan yang tidak berisi (Kopong). Sehingga kualitas kacang tanah masih belum maksimal kualitasnya sehingga mampu menurunkan harga jual kacang tanah tersebut.
b. Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Faktor strategis eksternal diidentifikasi untuk didapatkan peluang dan ancaman dalam pengembangan komoditas tanaman pangan unggulan di Kabupaten Wonogiri yaitu jagung. Faktor strategis eksternal didapatkan dari beberapa pihak yaitu konsumen, petani pesaing dan faktor alam. Faktor-faktor strategis eksternal berdasarkan analisis data primer dirangkum dalam tabel 22.
Tabel 22. Faktor-Faktor Strategis Eksternal
Faktor-Faktor Strategis Eksternal
Peluang Ancaman
1. Kondisi iklim yang mendukung proses budidaya kacang tanah.
2. Permintaan
konsumen meningkat untuk kacang tanah dan produk olahan kacang tanah
3. Konsumen berminat pada kacang tanah dari Kabupaten Wonogiri
4. Berkembangnya teknologi budidaya dan kemudahan dalam mencari informasi budidaya dan olahan kacang tanah secara online.
1. Alih fungsi lahan
2. Pesaing petani kacang tanah dari luar daerah Kabupaten Wonogiri.
3. Luapan Sungai Bengawan Solo 4. Tuntutan konsumen akan
konsistensi kualitas kacang tanah di pasar.
5. Kekeringan lahan pada saat musim kemarau .
Sumber: Analisis Data Primer
PELUANG
1) Kondisi iklim Kabupaten Wonogiri yang mendukung proses budidaya
Berdasarkan hasil wawancara iklim Kabupaten Wonogiri mendukung kegiatan budidaya tanaman kacang tanah. Iklim hujan yang terjadi di Kabupaten Wonogiri dapat mendukung budidaya kacang tanah karena dapat mencukupi kebutuhan air khususnya di wilayah pertanian tadah hujan. Sedangkan iklim panas di Kabupaten Wonogiri mendukung proses penjemuran.
Hal ini tentu menjadi peluang bagi pengembangan komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri.
2) Permintaan konsumen meningkat untuk kacang tanah dan produk olahan kacang tanah
Berdasarkan hasil wawancara bahwasanya permintaan akan kacang tanah di Kabupaten Wonogiri meningkat baik sebagai bahan baku ataupun menjadi produk olahan seperti rempeyek kacang tanah, ampyang kacang, dan sambel kacang dan lain sebagainya. Selain itu daun kacang tanah juga mampu dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau. Kebanyakan petani lebih senang menjual kacang tanah dalam kondisi segar dan belum di kupas karena pedagang pengepul lebih senang membeli dalam kondisi kacang tanah masih segar belum di kupas. Namun pelaku industri sendiri lebih senang untuk kacang tanah kering yang sudah di bersihkan dari tanah.
3) Konsumen berminat pada kacang tanah dari Wonogiri
Berdasarkan hasil wawancara Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu sentra kacang tanah di Provinsi Jawa Tengah. Sehingga menjadi pilihan bagi konsumen untuk memilih kacang tanah dari Kabupaten Wonogiri karena memiliki keunggulan dalam kuantitas produksi yang tinggi
sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan dan iklim Kabupaten Wonogiri yang mendukung. Selain itu akses transportasi yang mudah serta harga yang terjangkau sesuai dengan kualitas yang ada.
4) Berkembangnya teknologi budidaya dan kemudahan mencari informasi budidaya dan olahan kacang tanah secara online.
Semakin berkembangnya jaman, teknik dan teknologi pertanian juga semakin berkembang. Salah satunya penggunaan mesin yang dapat membantu jalannya produksi.
Penggunaan teknologi modern dapat menghemat energi yang digunakan dibandingkan menggunakan teknologi konvensional. Contoh dari segi budidaya penggunaan traktor saat pengolahan lahan akan memaksimalkan proses pembalikan tanah serta lebih cepat dalam waktu pengolahan sehingga lebih efisien. Selain itu adanya kemudahan akses dan pemanfaatan internet juga penting karena petani mampu memperoleh informasi teknik budidaya kacang tanah yang paling efisien serta mampu mengetahui informasi terbaru di sektor pertanian. Dengan adanya internet juga mampu memudahkan pera produsen produk olahan kacang tanah dalam memasarkan produk olahannya.
ANCAMAN
1) Alih Fungsi Lahan
Lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri dari tahun ketahun semakin menurun hal ini dikarenakan adanya pembangunan di berbagai wilayah di Kabupaten Wonogiri, seperti pembangunan pabrik baru dan perumahan. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya lahan budidaya serta akan mengurangi produksi kacang tanah di Kabupaten Wonogiri.
2) Petani Pesaing petani kacang tanah dari luar daerah Kabupaten Wonogiri.
Petani pesaing dari luar daerah Wonogiri seperti Sukoharjo dan Karanganyar. Adanya output pesaing yang cukup banyak masuk ke wilayah Wonogiri akan mampu menggeser posisi petani kacang tanah di Kabupaten Wongiri sehingga akan mampu menurunkan harga jual sehingga kemungkinan kerugian yang dialami cukup tinggi. Maka dari itu petani kacaang tanh di Kabupaten Wonogiri harus mampu bersaing dengan Petani di Luar Daerah Kabupaten Wonogiri.
3) Luapan Sungai Bengawan Solo
Bengawan solo merupakan aliran sungai yang besar yang melewati wilayah Kabupaten Wonogiri selain sebagai sumber irigasi aliran sungai ini bisa menjadi ancaman karena luapan sungai akan merusak lahan pertanian Kabupaten Wonogiri di sepanjang aliran Bengawan Solo yang mana ditanami oleh kacang tanah sehingga mampu mengurangi jumlah produksi kacang tanah di Kabupaten Wonogiri.
4) Tuntutan konsumen akan konsistensi kualitas kacang tanah di pasar.
Konsumen merupakan sasaran utama dari suatu produsen dalam menjual hasil produksi sehingga produk harus menyesuaikan permintaan dari konsumen. Konsumen akan melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk apabila konsumen merasa puas setelah mengkonsumsi produk. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah konsistensi kualitas produk di pasar. Hal ini dapat menjadi ancaman apabila petani kacang tanah serta pelaku olahan industri kacang tanah di Kabupaten Wonogiri tidak dapat mengatasi konsistensi kualitas kacang tanah baik bahan baku maupun produk olahan sesuai permintaan konsumen. Kualitas kacang tanah yang diharapkan oleh konumen adalah kualitas kacang super artinya tidak danya polongan kacang yang kopong, bersih
dari tanah, dan kadar air yang sedikit. Namun banyak petani yang tidak tahu akan hal demikian sehingga masih ada kacang tanah dengan kualitas kurang baik seperti masih banyak kacang yang kopong serta masih adanya tanah yang menempel pada polongan kacang sehingga konsumen menjadi tidak puas dan tidak melakukan pembelian ulang terhadap kacang tanah tersebut.
5) Kekeringan pada saat musim kemarau
Kekeringan merupakan salah satu ancaman bagi petani kacang tanah karena kurang ketersediaan air akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Apalagi sebagian besar lahan di Kabupaten Wonogiri adalah lahan kering, serta sebagian merupakan sawah non irigasi sehingga ketersediaan air merupakan penentu bagi budidaya kacang tanah di Kabupaten Wonogiri. Kekeringan akan menjadi ancaman berkuranngnya kualitas kacang tanah yang baik karena kacang tanah yang bagus ditanaman pada lahan tegalan.
c. Strategi Pengembangan Kacang Tanah di Kabupaten Wonogiri Perumusan alternatif strategi menggunakan beberapa tahap dan alat bantu, yaiu Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE dan Matriks SWOT. Perumusan alternatif strategi dilakukan setelah melakukan identifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal. Setelah identifikasi, selanjutnya yaitu tahap masukkan (input). Pada tahap input ini faktor-faktor strategis diolah dengan menggunakan Matriks IFE untuk faktor-faktor strategis internal dan menggunakan Matriks EFE untuk faktor-faktor strategis eksternal.
Gabungan dari dua matriks tersebut menjadi masukan untuk Matriks IE. Matriks IE digunakan untuk menentukan jenis strategi yang akan digunakan. Selanjutnya digunakan Matriks
SWOT untuk merumuskan beberapa alternatif strategi yang berbasis pada kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
1) Matriks IFE
Matriks IFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal yang dianggap penting bagi pengembangan komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri dengan menghitung skor untuk masing-masing faktor kunci dari hasil perkalian nilai rating dan bobot. Nilai skor yang diperoleh dapat memberi gambaran tentang faktor kunci yang menjadi kekuatan utama dan kelemahan utama. Berdasarkan data berupa nilai rating dan bobot untuk masing-masing faktor strategis maka didapatkan hasil seperti Tabel 23.
Tabel 23. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) Komoditas Kacang Tanah di Kabupaten Wonogiri
Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
1. Produksi Kacang Tanah Tinggi 0,115 4 0,48 2. Kuantitas dan Kualitas SDM Memadai 0,115 4 0,48
3. Akses Pasar Mudah 0,085 3 0,27
4. Ketersediaan Lahan Pertanian yang Memadai 0,095 4 0,40 5. Kebijakan Pemerintah Mendukung 0,08 4 0,32 6. Saluran distribusi bahan baku pendek 0,065 3 0,195 Kelemahan
1. Minimnya Produk Olahan dari Kacang Tanah 0,09 1 0,09
2. Teknologi Konvensional 0,115 2 0,24
3. Manajemen Usahatani Masih Rendah 0,075 2 0,16 4. Kesulitan Memperoleh Input Produksi(pupuk) 0.085 2 0.18 5. Kualitas Kacang Tanah yang Belum Maksimal 0,08 1 0,08
Jumlah 1 2,895
Sumber : Analisis Data Primer 2018
Faktor kekuatan dan kelemahan merupakan faktor yang menggambarkan kondisi internal dalam pengembangan tanaman kacang tanah. Angka yang diperoleh dari hasil analisis faktor internal menunjukkan tingkat keberhasilan dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalisir kelemahan. Angka 2,895 hasil analisis melebihi angka rata-rata sebesar 2,5
(David, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Wonogiri baik dari petani, pelaku agroindustri dan stake holder yang terkait dalam budidaya komoditas kacang tanah telah mampu memanfaatkan kekuatan internal sekaligus meminimalisir kelemahan yang dimiliki.
Faktor kekuatan yang menonjol dalam pengembangan komoditas kacang tanah didasarkan pada rating faktor kekuatan yang memiliki nilai tingi yaitu produksi kacang tanah tinggi, kuantitas dan kualitas SDM memadai dan ketersediaan lahan pertanian yang memadai. Kondisi pengembangan kacang tanah di Kabupaten Wonogiri memang sudah relatif baik namun masih memiliki kelemahan yang menonjol dari pengembangan kacang tanah yaitu teknologi budidaya konvensional atau masih sederhana dan manejemen usahatani yang masih rendah. Dalam segi teknologi budidaya petani masih menggunakan teknologi konvensional seperti penggunaan tugal dalam menanam, dan cangkul dalam segi pengolahan lahan serta belum menerapkan teknologi pembuatan dan pengolahan pupuk organik yang modern. Sedangkan untuk petani masih sangat sulit dalam memperoleh input produksi yaitu pupuk dan harga dari pupuk sendiri sangatlah tinggi. Hal ini akan mempengaruhi dari segi ketersediaan kacang tanah di pasar jika produksi menurun.
2) Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor- faktor eksternal dan mengklasifikannya menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri. Faktor-faktor tersebut diberi bobot dan rating untuk menentukan besar kecilnya pengaruh terhadap perkembangan komoditi kacang tanah di Kabupaten Wonogiri.
Tabel 24. Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE) Komoditas Kacang Tanah di Kabupaten Wonogiri
Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Peluang
1. Permintaan konsumen selalu meningkat untuk kacang tanah dan produk olahan kacang tanah
0,12 3 0,36
2. Iklim dan kondisi lahan sesuai untuk budidaya kacang tanah
0,15 3 0,45
3. Konsumen berminat pada kacang tanah dari Wonogiri
0,11 2 0,22
4. Berkembangnya teknologi dan kemudahan mencari informasi budidaya dan olahan kacang tanah secara online.
0,12 3 0,36
Ancaman
1. Alih fungsi lahan 0,10 2 0,2
2 Tuntutan konsumen akan konsistensi kualitas kacang tanah.
0,10 2 0,22
3. Pesaing petani kacang tanah dari luar daerah
0,11 2 0,22
4. Luapan Sungai Bengawan Solo 0,1 1 0,1 5. Kekeringan pada saat musim kemarau
.
0,11 2 0,2
Jumlah 1,00 2,13
Sumber : Analisis Data Primer 2018
Faktor peluang dan ancaman merupakan faktor yang menggambarkan kondisi eksternal dalam pengembangan komoditas kacang tanah. Analisis faktor eksternal menghasilkan angka 2,130 yang berarti faktor-faktor eksternal berada dalam posisi yang lemah karena berada di bawah angka rata-rata yaitu 2,5 (David 2010). Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Wonogiri kurang mampu merespon dengan baik peluang eksternal dan menghindari ancaman dalam perkembangan komoditas kacang tanah.
Faktor peluang yang direspon lebih baik dari yang lainnya adalah peluang permintaan konsumen akan kacang tanah dan produk olahan kacang tanah kemudian faktor iklim dan kondisi lahan yang sesuai serta faktor berkembangnya
teknologi dan kemudahan mencari informasi budidaya dan olahan kacang tanah secara online. Hal tersebut ditunjukan dari pemerintah dan petani terus berupaya untuk memenuhi permintaan pasar dengan peningkatan produksi, terutama dengan penambahan lahan untuk tanam kacang tanah, serta peningkatan produksi melalui program pemerintah melalui dinas terkait serta melakukan berbagai inovasi dan pemasaran lewat media sosial.
Selain itu, minat konsumen terhadap kacang tanah dari Wonogiri juga direspon dengan baik. Konsumen tertarik untuk memilih kacang tanah dari Wonogiri karena terlihat lebih segar serta memiliki polongan yang besar, selain itu kacang tanah di Kabupaten Wonogiri juga di kirim untuk beberapa perusahaan makanan terkenal seprti PT Garuda Food dan PT Dua Kelinci.
Untuk kondisi agroklimat kabupaten Wonogiri sangat pas untuk budidaya tanaman kacang tanah serta masih memliliki lahan pertanian yang potensial. Seperti wilayah Purwantoro, Slogohimo, Jatisrono, Bulukerto, Baturetno, Tirtomoyo, Eromoko dan wilayah Kabupaten Wonogiri bagian selatan yang memiki lahan tegalan yang luas serta, iklim yang sesuai untuk budidaya kacang tanah.
Sedangkan faktor strategis eksternal ancaman yang direspon paling baik adalah tuntutan konsumen akan konsistensi kualitas kacang tanah dan pesaing petani kacang tanah dari luar daerah Kabupaten Wonogiri. Hal ini menjadi ancaman mengingat kualitas kacang tanah menjadi salah satu pertimbangan konsumen dalam membeli kacang tanah dari Kabupaten Wonogiri. Khususnya bahan baku konsumen lebih senang kacang tanah belum kupas yang masih segar atau habis di panen dengan kondisi bersih artinya tidak terlalu banyak tanah yang menempel pada kulit kacang tanah. Namun
terkadang hal tersebut jarang diperhatikan oleh petani, sehingga mengurangi nilai jual kacang tanah. Selain itu adanya pesaing petani dari luar daerah menjadi sebuah ancaman bagi petani kacang tanah di Kabupaten Wonogiri. Hal tersebut dikarenakan adanya pesaing akan dapat mempengaruhi pemasaran kacang tanah di pasaran karena adanya kacang tanah dari wilayah lain baik bahan baku maupun olahan selain Kabupaten Wonogiri.
Salah satunya kacang tanah dari Kabupaten Karanganyar. Maka dari itu perlu perhatian khusus dari pemerintah Kabupeten Wonogiri untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi serta pengembangan komoditas kacang tanah di Kabupeten Wonogiri.
3) Matrik Internal-Eksternal Komoditas Kacang Tanah
Matriks IE digunakan untuk menyusun strategi umum, yakni melihat posisi dan arah pengembangan komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri. Pemetaan posisi komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri sangat penting untuk pemilihan alternatif strategi. Matriks IE merupakan tahap pencocokan yaitu tahap lanjutan dari tahap masukan (input).
Matriks IE menggunakan input dua dimensi yaitu total skor faktor internal dan total skor faktor eksternal.
Berdasarkan hasil analisis faktor startegis internal dan analisis faktor strategis eksternal diperoleh nilai total skor internal sebesar 2,895 diatas rata-rata 2,50 yang berarti posisi internalnya kuat. Sedangkan nilai total skor eksternal sebesar 2,130, dibawah nilai rata-rata 2,50 yang berarti adanya respon yang kurang baik untuk faktor eksternal baik peluang maupun ancaman. Gambar 5 menunjukkan matriks internal-eksternal komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri.
Gambar 4. Matrik Internal-Eksternal Komoditas Kacang Tanah
Berdasarkan analisis Matriks IE menunjukkan komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri berada di sel V. Sehingga strategi yang seharusnya diterapkan oleh pihak yang terlibat dalam pengembangan komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri adalah Hold (jaga) dan Maintenance (pertahankan) yang antara lain terdiri dari strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk (David, 2010).
Strategi penetrasi pasar bertujuan untuk meningkatkan nilai pangsa penjualan kacang tanah dan produk olahan kacang tanah melalui mekanisme memperbesar pangsa pasar dengan mengenalkan keunggulan kacang tanah sebagai produk pangan lokal. Strategi pengembangan produk bertujuan meningkatkan pangsa penjualan melalui pengembangan komoditas kacang tanah dengan berbagai inovasi produk baru serta mempertahakan jumlah produksi kacang tanah yang menjadi kelebihan di Kabupaten Wonogiri dan pemenuhan kebutuhan kacang tanah di pasar.
I II III
IV
3,0
2,895
2,0 1,0
Menengah EFE
2,130
V VI
VII VIII IX
3,0
2,0
1,0
Kuat
Rata-
Rata Lemah
Tinggi
Rendah
4) Matriks SWOT
Matriks SWOT (Strength-Weakness-Opportunities- Threats) digunakan untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri. Matriks ini berguna untuk menggambarkan secara jelas kekuatan dan kelemahan yang dimiliki disesuaikan dengan peluang dan ancaman yang dihadapi dalam mengembangkan komoditas kacang tanah di Kabupaten Wonogiri. Hasil dari Matriks SWOT akan didapatkan empat macam strategi, yaitu Strategi SO (Kekuatan- Peluang), Strategi WO (Kelemahan-Peluang), Strategi ST (Kekuatan-Ancaman), dan Strategi WT (Kelemahan- Ancaman). Matriks SWOT untuk strategi pengembangan komoditas tanaman pangan khususnya tanaman kacang tanah ditampilkan pada tabel 25.
Tabel 25. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Komoditas Kacang Tanah di Kabupaten Wonogiri.
Sumber : Analisis Data Primer 2018
KEKUATAN (S)
1. Produksi kacang tanah tinggi 2. Kuantitas dan kualitas SDM
memadai
3. Akses pasar mudah
4. Ketersediaan lahan pertanian yang memadai
5. Kebijakan pemerintah Kab.
Wonogiri yang mendukung.
6. Saluran distribusi bahan baku pendek
KELEMAHAN (W)
1. Minimnya produk olahan dari kacang tanah.
2. Teknologi yang masih konvensional
3. Manajemen usahatani masih rendah
4. Kesulitan memperoleh input produksi
5. Kualitas kacang tanah yang belum maksimal.
PELUANG (O) 1. Kondisi iklim yang
mendukung untuk budidaya kacang tanah 2. Permintaan konsumen
meningkat untuk kacang tanah dan produk olahan kacang tanah.
3. Konsumen berminat pada kacang tanah dari Wonogiri
4. Berkembangnya teknologi budidaya dan kemudahan mencari informasi budidaya serta olahan kacang tanah secara online.
STRATEGI SO
1. Pengembangan produk olahan dari kacang tanah (S1, S2,S3,S4, S5,S6 , O1, O2, O3)
2. Pendampingan kepada petani pelaku indutri kacang tanah dalam akses pasar yang lebih luas berbasis internet dan media sosial (S1, S2,S3, S6, S5, S7, S8, O1, O4)
STRATEGI WO 1. Pendampingan secara
intensif oleh Pemerintah kepada petani dalam menejemen
usahatani(W2, W3,W5, O1, O3, O4)
2. Meningkatkan kualitas produksi menggunakan teknologi budidaya dan pascapanen yang modern (W2,W3,W4,W5,
O1,O2, O4)
ANCAMAN (T) 1. Alih fungsi lahan 2. Pesaing petani kacang
tanah dari luar daerah 3. Luapan sungai
Bengawan Solo 4. Tuntutan konsumen
akan konsistensi jumlah ketersedian dan kualitas kacang tanah sesuai perminntaan.
5. Kekeringan pada saat musim kemarau.
STRATEGI ST
1. Membuat daerah sentra budidaya dan agroindustri kacang tanah (S1,S2 S3, S4, S5,S6, T2, T4)
2. Kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk konservasi dan perawatan DAS Bengawan Solo.
(T1,T3,T5,S5,S6)
STRATEGI WT 1. Pendampingan Oleh
Dinas Terkait atau Lembaga Pelatihan kepada pelaku agroindustri berbahan baku kacang tanah yang sudah ada untuk
melakukan inovasi serta pengembangan produk di Kabupaten Wonogiri (WI,W3,W5,T2,T4)