• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PERAN AKUNTAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN PERAN AKUNTAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 0000-0000

MENINGKATKAN PERAN AKUNTAN

INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

Sutjipto Ngumar*)

ABSTRAK

Artikel meningkatkan peran Akuntan Indonesia di Era Globalisasi, menggambarkan perkembang-an perdagperkembang-angperkembang-an yperkembang-ang sperkembang-angat pesat sebagai akibat timbulnya revolusi informasi dperkembang-an trperkembang-ansportasi di satu pihak dan kondisi jasa akuntansi Indonesia yang belum memadai di lain pihak. Hambatan-hambatan yang ada adalah bahwa Akuntan di Indonesia relatif masih lemah di bidang pengua-saan teknologi informasi serta penguapengua-saan bahasa asing. Berdasarkan persyaratan untuk mening-katkan peran Akuntan di masa depan, perlu ditingmening-katkan profesionalisme Akuntan melalui ujian Sertifikasi Akuntan, penyelenggaraan pendidikan profesi berkelanjutan, serta mengubah dan menyempurnakan kurikulum pendidikan akuntansi.

*)Drs. Sutjipto Ngumar, PhD., Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Surabaya.

1. PENDAHULUAN

Perdagangan barang dan jasa cenderung meningkat sekitar tahun 1980, sebagai akibat timbulnya revolusi transportasi, telekomunikasi dan travel yang disebut dengan Revolution Triple T. Peningkatan perdagangan tersebut terjadi baik antar negara maju, antar negara berkembang maupun antara kedua negara maju dan berkembang. Keter-bukaan dunia atau globalisasi yang sedang terjadi dewasa ini, sebagai hasil Triple T, mengakibatkan semakin banyaknya kegiatan pelaku-pelaku ekonomi disemua bidang kehidupan, yang bergerak dengan cepat dan semakin komplek. Dengan sistem globalisasi berarti banyak peristiwa diperbagai negara menjadi sorotan mass media internasional, yang segera dapat dikomunikasikan dengan cepat tanpa mengenal batas waktu dan tempat. Dorojatun (1995) menyatakan globalisasi yang berintikan keterbukaan telah mangaburkan struktur serta batas-batas tradisional baik dari sektor-sektor ekonomi, industri maupun antar negara. Selanjutnya dikatakan, kompetisi diantara industri dan di antara negara yang semakin meningkat menimbulkan fenomena yang disebut “

Mega-Competition atau Economic Earthquake “ yang dapat disamakan dengan peristiwa

revolusi industri abad 18.

Dalam menghadapi era globalisasi yang akan dimulai tahun 2003 (AFTA) dan 2020 (APEC), Indonesia telah meratifikasi kesepakatan pengakhiran perundingan Uruguay (Uruguay Round) pada tahun 1993 dan mengesahkan menjadi Undang-Undang No.

(2)

7/1994 (Kartomo Wiryobroto, 1997). Lahirnya Undang-Undang No. 7/1994 tersebut menjadi acuan bagi Indonesia untuk membentuk kerjasama ekonomi regional.

Timbul kesepakatan pembentukan pasar tunggal Assean melalui kerjasama AFTA dan pasar Asia Pasific melalui kerjasama APEC. Kerjasama ini akan menghilangkan hambatan lalu lintas barang dan jasa antar negara dan pengembangan perusahaan multi nasional. Perundingan Uruguay yang telah disepakati Indonesia tidak saja mencakup sektor non riel (jasa). Tujuan yang hendak dicapai dalam Uruguay Round itu adalah bahwa nantinya semua jasa dibuka bagi perdagangan dunia dengan tingkat liberalisasi seratus persen. Kesepakatan yang telah dicapai diantaranya adalah :

1. Suatu penawaran (offer) yang diberikan kepada suatu negara, maka penawaran itu berlaku pula bagi semua anggota yang tergabung dalam General Agreement On Trade And Service (GATS) tidak ada diskriminasi harga (Prinsip Most Fovored Nation).

2. Suatu perlakuan pemasok jasa lokal harus sama perlakuannya terhadap pemasok jasa Asing (Prinsip National Treatment).

Terbukanya negara anggota AFTA dan APEC akan meningkatkan kualitas persaingan dari domestik menjadi regional yang selanjutnya akan menjadi persaingan global.

Sebagai salah satu pelaku ekonomi, Akuntan Indonesia mempunyai kesempatan menjual profesinya dalam pasar jasa akuntansi di luar negeri. Pada dasarnya peningkatan transaksi komoditi antar negara maupun wilayah sangat tergantung dari kemajuan tehnologi termasuk tehnologi jasa akuntansi. Dengan adanya revolusi triple T mendorong kesadaran Akuntan Indonesia segera mempersiapkan.

Hal ini sangat diperlukan mengingat bahwa modus suplai jasa akuntan tidak harus menuntut kehadiran pisik perusahaan (Commercial Presence) di Indonesia, tetapi pelayanan jasa akuntansi dapat diberikan tanpa kehadiran perusahaan / orang penyedia jasa di Indonesia.

Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kemajuan tehnologi komunikasi yang telah memungkinkan data atau informasi, suara dan gambar dapat dikirimkan sekaligus dengan kualitas yang semakin baik. Contohnya :

1). International Consultancy Work. 2). Penggunaan Computer Software. 3). Training Courses.

Demikian pula revolusi dibidang Transport / Travel memungkinkan Akuntan Asing datang di Indonesia, atau sebaliknya Akuntan Indonesia datang ke tempat klien di luar negeri secara temporer, karena biaya transport yang murah dan cepat, sehingga akuntan dapat memberikan jasa profesinya kepada kliennya baik klien domestik atau manca negara dalam waktu yang tidak terlalu lama. Akibatnya adalah perusahaan-perusahaan asing dan domestik di Indonesia dapat menggunakan jasa akuntan asing dengan mendapatkan pelayanan yang cepat, murah dan kualitas yang tinggi dan hasilnya dapat

(3)

dipergunakan oleh perusahaan (klien) untuk mendapatkan dana pembiayaan dari luar atau dari dalam negeri dengan cepat.

GAMBAR I

TRIPLE T. REVOLUTION  Penyebab Globalisasi

Triple T. Revolution

T1 Transportation Containerisation  Trucks, train, ships, cargo plane, air and seaports, software division.  Global door-to-door, multi modal through – freight system.

T2 Telecommunication digitalization  Satellite, optic fibre, computer.

 Global person-to-person, Integrated Services Digital Network (ISDN) T3 Travel / tourism mass travel

 Jumbo jets, airports.

 Long haul direct mass travel Transportation / freight cost turun Communication / Information cost turun Travel cost turun

Sumber : Dorojatun (1996 : 8)

3. KONDISI TENAGA AKUNTAN DI INDONESIA.

Akuntansi sebagai suatu alat yang sangat berpengaruh terhadap perhitungan-perhitungan ekonomi, baik tehnik maupun melakukan penetrasi melampaui batas-batas negara bergerak sepanjang jalur, yang dibangun oleh operasi perdagangan dan pola politik dan tidak pernah akuntansi itu merupakan suatu fenomena murni (Hadori Yunus, 1998). Pernyataan diatas berarti bahwa informasi akuntansi dengan segala perangkatnya, punya pengaruh terhadap negara-negara tertentu tanpa mengakibatkan adanya konflik dibidang ekonomi maupun politik.

(4)

Di Indonesia perkembangan akuntansi dipengaruhi oleh beberapa kondisi antara lain kondisi politik, sosial, ekonomi dan hukum. Dibidang politik dan sosial dengan meningkatkan kesadaran warga negara untuk berpolitik, yang ditandai dengan tuntutan semakin transparannya regulator dibidang politik dan sosial mendorong berkembangnya profesi akuntan. Dibidang ekonomi dengan dengan berbagai upaya pemerintah mengan-tisipasi proses globalisasi sektor ekonomu yang ditandai dengan berdirinya GATS, WTO,APEC,NAFTA,AFTA, merupakan fenomena liberalisai ekonomi dan bisnis.

Kebijaksanaan dibidang ekonomi tersebut merupakan tantangan dan peluang yang cukup besar bagi profesi akuntan di Indonesia untuk tumbah dan berrkembang. Dibidang hukum dengan diberlakukannya Undang Undang tentang Perseroan Terbatas (UU No.1 tahun 1995), Undang Undang tentang Pasar modal (UU No.8 Tahun 1995) serta sedang di prosesnya Rancangan Undang Undang Usaha Kecil menjadi Undang Undang memberi tantangan dan peluang bagi akuntan dalam melaksanakan profesinya.

Semua kebijaksanaan pemerintah dibidang politik,sosial,ekonomi dan hukum seperti diuraikan diatas mendorong akuntan Indonesia untuk bertindak secara fair,efisien,likuid dan transparan dalam arti adanya perlakuan non deskriminatip terhadap semua pihak.

Akuntan Indonesia dalam memberikan jasa akuntansinya terbagi menjadi empat profesi yaitu; Akuntan publik;Akuntan Manajemen;Akuntan Pemerintah dan Akuntan Pendidik. Untuk menyongsong era globalisasi yang akan dimulai pada rahun 2003 mendatang perlu kiranya kemampuan akademik dan profesi akuntan Indonesia ditingkatkan.

Pendidikan tinggi dibidang akuntansi, harus bersudut pandang pada perkembangan perusahaan multinasional. Akuntan publi domestik harus dapat bekerja lebih profesional dan mandiri, bila tidak laporan keuangan perusahaan multinasional di Indonesia nantinya akan dikuasasi oleh Akuntan Publik asing yang dapat membuka perwakilannya di Indonesia tanpa harus berkorespondensi dengan Akuntan publik domestik.

Akuntan Manajemen yang bekerja pada perusahaan nasional maupun internasional perkembangan profesionalismenya belum seperti yang diharapkan. Profesi akuntan manajemen sebagai suatu asosiasi belum nampak berperan, mereka lebih banyak mangatas namakan individu daripada kelompok, keberadaan akuntans manajemen belum measyarakat. Upaya meningkatkan mutu anggota juga belum nampak, hal ini terbukti dengan jarangnya mereka menyelenggarakan pelatihan manajerial, seminar seminar, lokakarya serta bentuk-bentuk peningkatan mutu profesi akuntan manajemen lainnya.

Akuntan Pemerintah yang bekerja pada instansi pemerintah pengembangan profesinya juga perlu ditingkatkan. Koordinasi dengan bidang riset dan pengembangan pendidikan, dan latihan kurang menonjol. Pengembangan organisasi, hubungan antar lembaga, dalam

(5)

upaya menyusun standar profesi akuntan pemerintah belum nampak, Demikian pula hubungan dengan profesi akuntan lainnya juga belum terasa manfaatnya.

Akuntan pendidik yang bekerja sebagai pendidik pada perguruan tinggi belum dapat menampilkan profesi akuntan mandiri.

Hubungan kerja dengan lembaga-lembaga strategis yang relevant seperti konsorsium Ilmu Ekonomi, Lembaga Kerja Sama Perguruan Tinggi Akuntansi Swasta, dan BUMS, BUMN serta koperasi untuk memajukan pendidikan Akuntansi di Indonesia relatif kurang dilakukan. Up Grading Dosen Akuntansi dalam bidang Informatika, akuntan manajemen serta audit manajemen, dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan daya saing, dan rasa percaya diri terhadap profesinya belum dilakukan secara optimal. Menurur Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) posisi dan komposisi keanggotaan IAI adalah : 740 Akuntan Publik Aktif, 433 Akuntan Publik Terdaftar, 889 Akuntan Management, 268 Akuntan Pendidik, dan 1984 Akuntan Pemerintah.

Dengan berkembangnya perusahaan jasa, dagang dan industri, serta dibutuhkannya dana untuk pengembangan perusahaan, keberadaan pasar modal sangat diperlukan. Kebutuhan Akuntan Publik untuk memberikan jasanya juga semakin meningkat dari 740 akuntan publik aktif dan 433 akuntan publik terdaftar, sebagian besar berada di Jakarta, dan selebihnya tersebar pada 23 kota. Perbedaan yang ekstrim ini pada gilirannya akan menghambat perkembangan perusahaan pada kota-kota di luar Jakarta.

Perkembangan penyebaran, Jumlah KAP dan Akuntan Publik sampai bulan Januari 1998 seperti tampak pada tabel 1 di bawah ini :

TABEL 1

REKAPITULASI JUMLAH KAP DAN AKUNTAN PUBLIK PER 10 JANUARI 1998

No. Kota Propinsi Bentuk

Sendiri Usaha Kerja sama Jumlah KAP Jumlah Kantor Cabang Jumlah Akuntan Publik

1 Banda Aceh D,I.Aceh 5 2 7 - 9

2 Medan Sumut 27 5 32 2 59

3 Pakan Baru Riau 1 0 1 4 1

4 Batam Riau 0 0 0 2 0

5 Padang Sumbar 2 1 3 3 6

6 Bengkulu Bengkulu 1 1 1 0 0

7 Palembang Sumsel 7 1 8 1 12

8 Pangkal Pinang Sumsel 0 0 1 0 0

9 Bandar Lampung Lampung 3 0 3 0 3

(6)

No. Kota Propinsi Bentuk Sendiri Usaha Kerja sama Jumlah KAP Jumlah Kantor Cabang Jumlah Akuntan Publik 11 Bandung Jabar 17 10 27 4 51 12 Semarang Jateng 6 3 9 3 17 13 Surarakarta Jateng 0 1 5 1 10 14 Yogyakarta DI.Yogya 7 0 7 1 7 15 Surabaya Jatim 31 15 46 13 78 16 Malang Jatim 0 2 6 2 11 17 Jember Jatim 0 0 1 0 1 18 Denpasar Bali 7 1 8 1 15 19 Samarinda Kaltim 2 0 2 0 2 20 Banjarmasin Kalsel 2 0 2 1 2 21 Pontianak Kalbar 5 0 5 0 5

22 Ujung Pandang Sulsel 4 1 5 1 8

23 Menado Sulut 1 1 2 0 4

Total 297 132 193 42 740

Sumber : Ikatan Akuntan Indonesia (Diolah)

Dalam mengantisipasi perjanjian AFTA (2020) yang mau tidak mau, suka atau tidak suka, terpaksa atau tidak terpaksa Akuntan Indonesia harus terjun dalam perdagangan Internasional. Perdagangan Internasional yang semakin berkembang menimbulkan banyaknya perusahaan akuntansi antar negara, seperti penjabaran laporan keuangan, akuntansi transaksi dalam valuta asing, dan dampak dari berbagai kondisi ekonomi, seperti inflasi terhadap akuntansi (Zaki Baridwan 1997). Dampak lain adalah berkembangnya pasar modal yang ditandai dengan makin bertambahnya perusahaan yang go publik, yang pada gilirannya menuntut peningkatan kualitas jasa akuntan publik karena timbulnya jenis-jenis transaksi baru.

Akuntan Publik sebagai salah satu pelaku penunjang dalam industri Pasar modal mempunyai peran yang sangat strategis, karena menentukan dalam setiap tahapan proses yang berlangsung di dalam industri pasar modal baik pasar perdana maupun, pasar sekeluarga.

Menurut informasi Badan Pengawas Pasar Modal berjumlah 133 KAP yang diwakili oleh 222 orang Partner. Namun demikian dari jumlah KAP dan Partner tersebut diatas sebagian besar tidak / belum mendapatkan peran sebagai pemeriksa independen dari Bapepam, baik pemeriksaan kepatuhan (Complience Audit). Sebagian besar peran jasa akuntansi di Bapepam dikuasai oleh kantor-kantor akuntan yang besar yang menguasai hampir 89 persen atas perusahaan yang go publik. Tiga besar kantor akuntan yang menguasai 89 % pangsa pasar jasa akuntansi tersebut ialah Prasetia Utomo & Co yang memiliki pangsa pasar 50 %, Hans Tuanakotta dan Mustofa 28,26 %, Hanadi Sujendro & Co 10, 878 %. Sedangkan sisanya dikerjakan oleh sisa dari 133 KAP yang terdaftar pada Bapepam.

(7)

Pangsa Pasar Akuntan Publik untuk perusahaan go publik dapat dilihat seperti gambar berikut :

Keterangan : 1. KAP. Prasetia Utomo & Co = 50 % 2. Hans Tuanakotta & Mustofa = 28,26 % 3. Hanadi Sujendro & Co = 10,87 % 4. KAP – KAP lain = 10 %

Perusahaan yang go publik memberikan penugasan jasa akuntansi sebagian besar kepada 3 KAP-KAP diatas karena kurang mantapnya KAP kecil 3 KAP. Sumber ketidak percayaan dunia usaha, dengan Kantor Akuntan Publik yang oleh Wahyudi Prakarsa (1996) disebut sumber kemerosotan citra akuntan, timbul karena empat kesenjangan perseptual yaitu :

1. Kesenjangan Harapan. 2. Kesenjangan Ragam Jasa.

3. Kesenjangan Persaingan Intraprofesional. 4. Kesenjangan Ambiguitas.

Kesenjangan harapan timbul karena adanya perbedaan persepsi antara profesi akuntan publik dan masyarakat tentang peran dan tugas serta tanggung jawab auditor. Kesenjang-an dalam ragam jasa yKesenjang-ang ditawarkKesenjang-an timbul karena adKesenjang-anya konflik Kesenjang-antara jasa atestasi yang diberikan auditor independen dengan jasa-jasa lain yang ditawarkan Kantor Akuntan Publik. Dengan adanya perubahan lingkungan pasar memaksa kantor-kantor Akuntan Publik melakukan diversifikasi usaha, seperti perpajakan, manajemen, sumber daya manusia, appraisal service, yang aktivitasnya akteritasnya makin menyimpang dari usaha pokok akuntan publik.

Sebagai akibat dari perubahan usaha pokok, orientasi strategis bisnis tak dapat dihindari. Kebijaksanaan hargapun diterapkan sehingga tidak jarang jasa audit ditawarkan dengan potongan harga yang relatif besar. Kalau dalam kantor akuntan publik jasa audit merupakan profil center yang mandiri, tidak tertutup peluang bahwa tarip yang murah

3 4 1

(8)

(dengan potongan besar) akan dikompensasikan dengan penurunan kualitas audit. Kesenjangan dalam persaingan intraprofesional, timbul akibat persaingan antar kantor akuntan publik. Dengan semakin terbukanya perdagangan internasional, keinginan untuk mempertahankan dan meningkatkan keunggulan daya saing, memaksa kantor akuntan publik untuk berpaling dari strategi profesi ke strategi business, yang berorientasi pada usaha mencari laba sebesar-besarnya dengan menghalalkan segala cara.

Kesenjangan ambiguitas, menurut Wahyudi menyangkut konflik antara nilai dan norma tersebut Wahyudi juga menyatakan bahwa berbagai studi juga mengkonfirmasikan dampak potensial dari ambiguitas dan konflik peran ini terhadap stress, turnover dan kinerja sub optimal yang sangat merugikan organisasi.

Akuntan Indonesia berpeluang mempunyai akses memasuki pasar jasa di luar negeri, begitu sebaliknya pasar jasa akuntansi di Indonesia juga terbuka lebar bagi Akuntan Asing pencegahan dalam bentuk barrier entry, tidak mungkin dilakukan.

Untuk menghadapi saingan Akuntan Asing, efisiensi dan profesionalisme akuntan domestik mutlak diperlukan Tenaga Akuntan Indonesia yang bekerja di bidang Akuntan Publik, Akuntan Manajemen, Akuntan Pemerintah serta Akuntan Pendidik yang sekarang ini relatif masih lemah dalam penguasaan bahasa asing dan tehnologi informasi akuntan-akuntan Luar Negeri yang sudah lebih baik penguasaannya atas bahasa asing dan tehnologi informasi.

3. HAL HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN AKUNTAN INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING

Pemberlakuan kawasan perdagangan bebas AFTA dan APEC diawali dengan rangkaian perdagangan antar negara anggota baik di Asia, Eropa maupun Amerika termasuk Indonesia. Pada saat AFTA dan APEC diperlukan, Indonesia sudah harus siap untuk berkompetisi dengan negara negara maju disektor perdagangan barang dan jasa dimana perdagangan jasa salah satunya disediakan oleh profesi akuntansi. Untuk mengantisipasi hal hal diatas profesionalisma akuntan Indonesia dituntut semakin tinggi ,untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik masyarakat domestik maupun masyarakat internasional.

AKUNTAN PUBLIK

Untuk dapat berakses dalam globalisasi, Akuntan Publik Indonesia perlu menyiaokan dan meningkatkan kemampuannya agar sebanding dengan Akuntan Publik Asing. Akuntan Publik Indonesia harus mempunyai kesempatan yang cukup dibidang audit meliputi pemahaman Standar Profesional Akuntan Akuntan Publik (SPAP), pemahaman atas audit

(9)

dalam lingkungan proses data elektronik, pemehaman atas aturan aturan disclosure dari Bapepam,pemahaman atas berbagai transaksi keuangan yang relatip masih baru di Indonesia seperti merger, akuisisi, franchise, leasing dan sebagainya. Keahlian minimum yang harus dimiliki Askuntan Publik atau stafnya dalam melaksanakan audit dilingkungan PDE adalah :

1. Pengetahuan dasar dasar komputer dan fungsu komputer secara umum. 2. Pengetahuan dasar tentang sistem operasi dan perangkat lunak.

3. Pemahaman tentang tehnik pengolahan file dan struktur data. 4. Kemampuan bekerja dengan perangkat lunak audit.

5. Kemampuan mereview sistem dokumentasi.

6. Pengetahuan dasar tentang pengendalian PDE untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi dampak penggunaan PDE terhadap satuan usaha.

7. Pengetahuan yang memadai dalam pengembangan danm perancangan audit serta supervisi pelaksanaan audit dalam lingkungan PDE.

8. Pemahaman dinamika perkembangan dan perubahan sistem serta program dalam suatu satuan usaha.

Akuntan publik disamping penguasaaan bahasa asing merupakan syarat mutlak maka penguasaaan tahnologi informasi (TI) juga merupakan kebutuhan yang utama, karena dengan menguasai TI Akluntan Publik akan dapat bertahan dalam kancah persaingan global. Akuntan Publik baik secara mandiri maupun secara bersama sama melalui organisasi harus selalu meningkatkan profesionalitasnya sehingga masyarakat pengguna jasa akuntan publik merasa puas.

AKUNTAN MANAJEMEN

Dalam era globalisasi ekonomi akan terjadi arus dana, barang dan jasa dapatb secara luas melintasi batas negara WTO. Akuntan Indonesia termasuk akuntan manajemen dapat berperan bersama pengusaha nasional dalam persaingan global. Pemahaman terhadap Standar akuntansi keuangan, standar audit serta standar laporan keuangan secara internasional sangat diperlukan sekali. Akuntan manajemen perlu mamperhatikan, memperhitungkan, dan menganalisis adanya fluktuasi kurs valuta asing, perkembangan tingkat inflasi, dan tingkay bunga, peraturan perundan undangan yang berlaku di pasar uang, pasar modal dan laklu lintas devisa ,sistem perpajakan dan bea cukai yang berlaku di manca negara.

Demikian pula akuntan manajemen harus dapat membantu manajemen perusahaan multinasional dalam melakaukan perencanaan, pengendalian maupun pengambilan keputusan khusus; singkatnya untuk keperluan perusahaan multinasional akuntan manajemen harus mengerti standar akuntansi dan sistem akuntansi internasional. Untuk memperkuat daya saing perusahaan multinasional akuntan manajemen harus memahami sistem informasi yang digunakan dalam persaingan global sehingga salah satu tuduhan

(10)

pesaing global bahwa kita melakukan dumping harga atas barang barang ekspor kita dapat ditangkal.

AKUNTAN PEMERINTAH

Dengan berkembangnya tuntutan jaman badan usaha sektor swasta maupun sektor publik dituntut menyajikan informasi keuangan untuk pertanggung jawaban manajemen. Pada sektor publik agar kegiatan kegiatan unit pemerintahan dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyatnya maka akuntan pemerintah berkewajiban menilai pertanggung jawaban sektor publik. Akuntan pemerintah harus menguasai akuntansi dan audit pemerintahan serta audit perusahaan karena lingkup keuangan neraca juga meliputi BUMN dan BUMD. Akuntan pemerintah harus mempunyai kemnampuan menilai apakah ketaatan terhadap hukum, peraturan dan keputusan yang berhubungan dengan keuangan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

AKUNTAN PENDIDIK

Akuntan pendidik harus mampu melakukan transfer of knowledge kepada mahasiswanya, karena tenaga dan otak para lulusan pendidikan akuntansi merupakan produk yang digunakan dalm proses produksi lebih lanjut.

Sebagai pendidik ,akuntan pendidik mengemban misi selain yang diperolehnya ,juga misi pada pendekatan pemasaran yaitu keputusan para pemakai lulusan serta misi pendekatan masyarakat yaitu kepuasan dan kebanggaan bangsa dan negara karena hasil pendidikan dapat dijual secara global. Untuk mencapai ketiga misi seperti disebuitkan diatas akuntan pendidik, harus berpengalaman dalam bidang pendidikan dan pengajaran, mengahsilkan riset akademik dan pengabdian pada masyarakat yang berbobot (tri dharma perguruan tinggi).

Kapabilitas pengetahuan dalam era globalisasi yang semakin pendek ,bagi akuntan pendidik merupakan dorongan untuk mengadakan perubahan strategi proses pendidikan dan pengajaran akuntansi dari knowledgw acquition ke learning to learn. Perubahan strategi tersebut menurut Wahyudi (1996) akan memiliki holisontik yang kokoh sebagai rujukan dalam proses

belajar mengajar, agar dapat mentransformasikan peserta didik menjadi lulusan yang lebih utuh sebagai manusia dan memiliki kapabilitas untuk belajar secara berkelanjutan. Pendidikan bekelanjutan dimaksud diantaranya pendidikan akademik strata satu (S1) STRATA dua (S2) dan strata tiga (S3) yang didasari oleh tiga komponen pendidikan yaitu komponen ketrampilan, keahlian, pengetahuan dan orientasi profesional.

Wahyudi(1996) menggambarkan komponen pendidikan akuntansi yang diperlukan oleh akuntan pendidik sebagai profesionalisme adalah sebagai berikut :

(11)

KOMPONEN PENDIDIKAN AKUNTANSI

Ketrampilan Pengetahuan Orientasi Profesional

 Ketrampilan Intelektual  Pengembangan umum  Orientasi pada kapasitas dan sikap yang utuh sebagai tenaga profesional  Ketrampilan

interpersonal

 Pengetahuan bisnis dan organisasi

 Ketrampilan komunikasi  Pengetahuan dan ketrampilan akuntansi

Sumber : Wahyudi (1997 : 16)

Untuk menciptakan akuntan pendidik yang profesional selain diperlukan pengetahuan juga diperlukan ketrampilan serta karakteristik agar mereka dapat mengimplementasikan pengetahuan tersebut kedunia nyata dan kepada mahasiswa.

4. KEBIJAKSANAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AKUNTANSI

Untuk lebih meningkatkan peran akuntan Indonesia kiranya perlu memperbaiki pendi-dikan akuntansi,melalui kerjasama pemerintah ,swasta dan asosiasi profesi akuntansi. Pendidikan akuntansi dapat melalui pendidikan formal dan dendidikan luar sekolah (non formal).

Program S1 adalah dasar untuk pendidikan strata 2 dan starta tiga sebagai jenjang akade-mik. Untuk memperoleh gelar akademik mahasiswa tiudak perlu mengikuti pendidikan profesi.Tetapi bagi mahasiswa yang ingin memasuki profesi akuntan publik setelah lulus S1 akuntansi harus menempuh pendidikan profesi akuntan publik. Dengan dipisahkannya pendidikan akuntansi untuk jalur akademik dan jalur profesi tanpa harus dibebani pelajaran – pelajaran lain yang hanya perlu bagi profesi akuntan publik atau profesi lainnya seperti akuntan manajemen,akuntan pemerintah, akuntan pendidik dan profesi profesi lain yang mungkin akan timbul. Untuk itu lembaga pendidikan akuntansi perlu memiliki staf pengajar yang memenuhi persyaratan sebagai pendidik. Perlu kiranya dilakukan rekruitmen secara periodik sehingga diperoleh staf pengajar yang memiliki latar belakang yang tepat untuk mengantisipasi perkembangan pendidikan akuntansi.

Dengan pengembangan pendidikan yang diperoleh selain staf pengajar mampu melak-sanakan proses belajar mengajar dengan baik, staf pengajar juga dituntut memiliki kua-lifikasi penelitian yang tinggi sehingga mampu mengembangkan ilmu akuntansi serta memiliki pengalaman aplikasi akuntansi yang luas. Lembaga pendidikan perlu menyiap-kan gedung pendidimenyiap-kan tempat proses belajar dan mengajar yang mampu menampung

(12)

kegiatan perkuliahan yang baik, yang dilengkapi fasilitas pengajaran seperti white board, over head projektor, ruang seminar dan ruang diskusi. Untuk melatih ketrampilan mahasiswa agar mampu menerapkan teori-teori yang dipelajari, dan meningkatkan skill-nya, lembaga pendidikan perlu menyediakan laboratorium, baik laboratorium bahasa, laboratorium praktikum akuntansi, auditing dan perpajakan serta laboratorium tehnologi informasi. Fasilitas ini memungkinkan mahasiswa untuk latihan perancangan sistem informasi. Perencanaan data base, accounting dan auditing proses data elektronik.

Demikian pula laboratorium tehnologi informasi dapat dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan pemecahan masalah dibidang statistik, operation research, word processing dan spread sheet. Dalam rangka menghadapi globalisasi, lembaga pendidikan akuntansi perlu juga kiranya menyesuaikan kurikulum pendidikan akuntansi menjadi kurikulum sarjana strata satu, dua dan strata tiga serta kurikulum pendidikan profesi.

Kurikulum pendidikan akuntansi disamping menyesuaikan mata kuliah tentang akuntansi, harus berkaitan dengan bidang-bidang ilmu yang terkait seperti ekonomi manajemen, tehnologi informasi yang dapat meningkatkan intellectual, communication dan interpersonal skill bagi lulusan. Dalam era globalisasi mendatang agar keberadaan akuntansi Indonesia diakui International ; selain perubahan sistem dan kurikulum pendidikan akuntansi sedang dan akan dilaksanakan, profesionalisme akuntan Indonesia harus dapat ditumbuh kembangkan.

Untuk up dating kemampuan, profesi akuntan Indonesia harus meningkatkan pengetahuan profesinya dengan mengikuti pendidikan lanjutan IAI sebagai wadah orga-nisasi profesi akuntan, berkewajiban menjaga keandalan profesional anggotanya dalam memberikan pinjaman jasa, dengan cara menyelenggarakan PPL bagi para anggotanya.

5. SIMPULAN.

Dalam era globalisasi yang ditandai dengan disepakatinya kerjasama AFTA, APEC, maka semua ayat-ayat ini tercantum dalam penyajian GATT harus dipenuhi oleh setiap negara peserta. Indonesia sebagai salah satu penandatangan GATT wajib mematuhi perjanjian tersebut. Karena Indonesia sebagai salah satu negara peserta perjanjian, dimana akuntan juga termasuk didalamnya, maka akuntan Indonesia harus memahami GATS beserta dampaknya bagi perekonomian Indonesia.

Terhadap jasa profesi khususnya profesi akuntan dengan diberlakukannya GATS akan menerima dampak yang sekaligus tantangan yang harus dihadapi serta peluang yang dapat dimanfaatkan. Tantangan yang harus dihadapi profesi akuntan kemungkinan berkurangnya pasar jasa akuntansi, kemungkinan terjadinya ketimpangan dalam tingkat profesionalisme, kemungkinan terjadinya silang pendapat atas transaksi jasa akuntansi,

(13)

sehingga bagi profesi perlu memahami peraturan dan ketentuan tentang perdagangan internasional (business & legal environment international).

Perlu juga kiranya para profesional termasuk akuntan meningkatkan kemampuan teknis dalam perekonomian internasional dengan cara mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan. Untuk peningkatan kualitas profesi akuntan, perlu kiranya pihak pemerintah, swasta dan organisasi profesi bekerja sama untuk memperbaiki sistem dan proses pendidikan akuntansi, sehingga para lulusan profesi siap memenuhi persaingan international. Ini berarti bahwa pemerintah harus melibatkan IAI, lembaga-lembaga pendidikan akuntansi, dunia usaha dan masyarakat dalam proses reformasi pendidikan akuntansi.

Permasalahan pendidikan akuntan yang segera perlu diatasi adalah sebutan “ Akuntan “ .

IAI harus mengambil peran aktif untuk mempertemukan pihak-pihak yang terkait sehingga jenjang pendidikan akademik (S1, S2, S3) dan pendidikan profesi S1 (dibaca S1 plus) untuk memperoleh sebutan akuntan segera terlaksana.

Dengan demikian sebutan “ Akuntan “ sebagai hasil pendidikan profesional dibidang

akuntansi, nantinya dapat diberikan oleh PTN atau PTS yang memenuhi syarat. Dengan dilakukannya kerjasama antara IAI dengan pihak-pihak yang terkait seperti telah diutarakan diatas daya saing dan profesionalisme akuntan Indonesia akan meningkat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Dorodjatun Kuntjoro Jakti ; Perencanaan Ekonomi Indonesia Menghadapi Tantangan

Globalisasi , Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar FE UI , Jakarta , Juli 1995.

Fees & Warren ; Accounting Principles ,15 th Edition South Western Publishing Company, 1989

Hadori Yunus ; Persiapan Profesi Akuntan Dalam menghadapi Liberalisasi ASEAN ,

APEC , dan GATT , Paper , Seminar , IAI Denpasar , Bali 1995.

Hilton Ronald . W ; Managerial Accounting , Mc. Graw – Hill , 2 nd Edition , 1994. Kartomo Wiryobroto ; Peningkatan dan Pemantapan Peran dan Posisi Profesi Akuntansi

Dalam Lingkungan Yang Berubah , Paper , Konas III , IAI, Semarang 1996.

--- ; Ujian Sertifikasi Akuntan Publik Di Indonesia , Paper , Seminar IAI SAP KOMDA Jawa Timur , Surabaya 1997.

(14)

Wahyudi Prakarsa ; Transformasi Pendidikan Akuntansi Menuju Globalisasi , Paper Konas III , Semarang 1996.

Zaki Baridwan ; Pendidikan Akuntansi Dan Perubahan Peran Dan Tanggung Jawab

Akuntan Publik , Konas III , Semarang 1996.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan buruk terhadap beban kerja mereka di ruang rawat inap RSUD Kab. Muna yaitu sebanyak 59.5% responden

Abstract: Rapid population growth, urbanization, and the growing challenges faced by the urban poor require redefining the paradigm for public health interventions in the

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling dikenal juga sebagai sampling pertimbangan perorangan. Yang dilakukan dengan mengajukan

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui ketersediaan dan kebutuhan air irigasi pada Subak Jaka sebagai Subak Natak Tiyis, dan (2) untuk memperoleh jadwal

Trombosis vena superfisial terjadi selama periode antepartum pada sebanyak 0,15% dari seluruh kehamilan. Namun, kenaikan insiden sebanyak delapan kali lipat selama

Maka dari catatan ini para pakar politik Islamberupaya membangun argumennya untuk berusaha mendapatkan ciri pemerintahan Islam, di antaranya, terhadap tata cara pemilihan

Model mencari pasangan kartu Index card match, cukup menyenangkan dalam proses belajar mengajar dan mengulang pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya oleh