• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2016"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

No. 20/04/36/ Th.X, 1 April 2016

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

BULAN

MARET

2016

A.

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

NILAI

TUKAR

PETANI

(NTP)

MARET

2016

SEBESAR

104,74

ATAU TURUN

1,72

PERSEN

NTP, yang di peroleh dari perba ndi nga n indeks harga yang diteri ma petani ( It) terha dap inde ks har ga yang dibayar petani (I b), merupa kan salah sat u indi kat or untuk mel ihat ti ngkat kemampuan/ daya beli petani di perdesaan. NTP j uga menunj ukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang da n jasa yang di konsums i maupun unt uk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha R umah Tangga Pertania n (NTUP) diper oleh dari perba ndingan i ndeks harga yang diteri ma petani ( It) terha dap indeks harga yang dibayar petani (I b), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Pr oduks i dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan di keluarka nnya konsumsi dari komponen i nde ks harga yang diba yar petani (I b), NTUP dapat lebi h mencerminkan ke mampuan produksi petani, karena yang dibandi ngkan hanya pr oduksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pe mantauan har ga -harga per desaan di 4 Kabupaten di Pr ovins i Banten pada Maret 2016, NTP secara umum t urun 1, 72 persen diba ndingkan NT P Fe bruari, yaitu dari 106,57 me njadi 104, 74. Penuruna n NTP pada Maret 2016 diseba bkan karena terjadi pe nurunan pada Indeks Harga yang D iterima Peta ni (It ) yang tur un se besar 1,72 persen se mentara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen.

 NTP Banten Maret 2016 sebesar 104,74 atau turun 1,72 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan terjadi penurunan pada Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang turun sebesar 1,09 persen sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen.

 Pada Maret 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,79 persen terutama disebabkan oleh naiknya indeks kelompok bahan makanan sebesar 1,91 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Banten Maret 2016 sebesar 110,81 atau turun 1,26 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

 Pada Bulan Maret 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 14 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,11 yang diikuti oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 105,84 dan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 105,37. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 92,61.

(2)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan Maret 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan Februari Maret 2016

(1) (2) (3) (4)

Gabungan / Banten

a. Indeks yang diterima (It) 129,08 127,68 -1,09

b. Indeks yang d dibayar (Ib) 121,12 121,90 0,65

c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,26 124,24 0,79

d. Indeks BPPBM 115,02 115,23 0,18

e. Nilai Tukar Petani (NTP) 106,57 104,74 -1,72

Penurunan NT P Maret 2016 teruta ma dise babkan oleh t urunnya NTP ha mpir seluruh subsektor kecual i s ubse ktor horti kultura. Keempat s ubse ktor tersebut antara lain; Subsekt or Tanaman Panga n t urun sebesar 3, 19 persen; Subse ktor Tanama n Per kebunan Ra kyat turun 1,97 persen; Subse ktor Peternaka n t urun sebesar 0,92 persen; dan subsekt or perika nan yang tur un 0,06 persen. Hanya Subsektor Hortikultura yang mengalami kenaikan sebesar 1,26 persen.

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (I

t

)

Inde ks Harga yang Di terima Peta ni ( It) menunj ukkan flukt uasi har ga beraga m komoditas pertanian yang dihasil kan peta ni. Pa da Maret 2016, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen dibanding It Februari, yait u naik dari 128,88 menja di 129, 08. Kenaikan It pada Maret 2016 disebabkan naiknya It pada Subsekt or Horti kultura yang cukup besar yakni sebesar 2,06 persen, Subse kt or Tana man Perkebuna n Rakyat naik 1, 28 persen, da n subsektor peri kanan nai k 0,16 persen. Sementara It dua subsekt or lainnya mengalami penur unan ya kni It Subse ktor Ta naman Pangan turun sebesar 0,81 persen dan It Subsektor Peternakan yang turun sebesar 0,56 persen.

Grafik 1

Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Februari - Maret 2016 -0.83 2.06 1.28 -0.56 0.16 0.15 -2.40 1.92 -1.32 -0.53 0.67 -1.09 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00

T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

(3)

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I

b

)

Indeks harga yang di bayar petani terdiri dari 2 gol ongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui inde ks harga yang di bayar petani (I

b) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang di konsumsi oleh masyara kat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diper lukan unt uk memproduksi has i l perta nian. Pada Maret 2016 inde ks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen yakni dari 123,26 menja di 124, 24 dan Indeks BPPBM menga lami kenai kan se besar 0, 18 persen ata u nai k dari 115,02 menja di 115, 23. Kenaika n i ni dise babkan naiknya indeks pada li ma kel ompok BPPBM yaitu kel ompok bi bit nai k se besar 0, 18 persen, kel ompok pupuk, obat-obatan, dan pakan nai k 0,19 persen, kel ompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik se besar 0,10 persen, kel ompok penambahan barang modal nai k 0, 65 persen dan kel ompok upah bur uh naik sebesar 0, 07 persen, kelompok transportasi naik sebesar 0,06 persen.

Grafik 2

Perubahan Indeks Harga Yang Di bayar Petani Bulan Maret 2016

3.

Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)

Pada bulan Maret 2016 NTP-P mengalami penurunan indeks sebesar 3,19 persen atau turun dari 111,72 menjadi 108,15. Hal ini karena Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 2,49 persen, dan diperparah dengan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) sebesar 0,72 persen. Penurunan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena turunnya indeks pada subkelompok padi sebesar 2,63 persen. Penurunan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh turunnya harga gabah sebesar 2,63 persen. Sementara indeks pada subkelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen, terutama disebabkan oleh naiknya harga jagung, ketela pohon, dan ubi jalar. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen karena pengaruh naiknya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,83 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,14 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada lima kelompok yakni kelompok bibit naik sebesar 0,26 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik sebesar 0,28 persen, kelompok penambahan barang modal naik sebesar 0,62 persen, dan kelompok upah buruh naik sebesar 0,09 persen. Sementara kelompok pupuk dan obat-obatan turun 0,06 persen.

0.72 0.65 0.66 0.40 0.73 0.65 0.83 0.75 0.74 0.75 1.07 0.79 0.14 0.33 0.27 0.01 -0.06 0.18 -0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

(4)

Tabel 2

Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya Januari 2016 – Maret 2016 (2012=100)

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok

Bulan

Januari 2015 Februari 2016 Maret 2016

Persentase perubahan Maret 2016 thd

Februari 2016

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 138,00 136,86 133,44 -2,49

- Padi 138,50 137,33 133,72 -2,63

- Palawija 128,75 128,08 128,37 0,23

b. Indeks Dibayar Petani 122,21 122,50 123,38 0,72

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 123,35 123,55 124,58 0,83

- Indeks BPPBM 116,59 117,29 117,45 0,14

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 112,92 111,72 108,15 -3,19 2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 120,57 123,05 125,41 1,92

- Sayur-sayuran 119,73 121,46 123,14 1,39

- Buah-buahan 121,28 124,34 127,15 2,25

- Tanaman Obat 114,48 113,70 115,79 1,85

b. Indeks Dibayar Petani 120,03 120,21 120,99 0,65

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 122,71 122,85 123,78 0,75

- Indeks BPPBM 112,65 112,95 113,32 0,33

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 100,45 102,36 103,65 1,26 3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 123,34 124,92 123,27 -1,32

- Tanaman Perkebunan Rakyat 123,34 124,92 123,27 -1,32

b. Indeks Dibayar Petani 121,51 121,70 122,50 0,66

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 123,10 123,28 124,19 0,74

- Indeks BPPBM 113,87 114,08 114,39 0,27

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 101,50 102,65 100,63 -1,97 4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 120,88 120,21 119,58 -0,53

- Termak Besar 128,72 128,20 127,60 -0,47

- Ternak Kecil 123,77 124,79 124,98 0,15

- Unggas 115,84 114,41 113,52 -0,78

- Hasil Ternak 119,03 118,36 117,50 -0,72

b. Indeks Dibayar Petani 117,71 117,95 118,41 0,40

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 122,87 123,06 123,98 0,75

- Indeks BPPBM 112,24 112,52 112,51 -0,01

c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 102,69 101,92 100,98 -0,92 5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 127,59 127,79 128,66 0,67

- Penangkapan 143,86 143,89 145,16 0,88

- Budidaya 114,91 115,26 115,80 0,47

b. Indeks Dibayar Petani 119,42 119,54 120,41 0,73

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 122,55 122,71 124,03 1,07

- Indeks BPPBM 114,49 114,55 114,74 0,16

(5)

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Maret 2016 mengalami kenaikan sebesar 1,26 persen dari 102,36 menjadi 103,65. Hal ini terjadi karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,92 persen jauh lebih cepat dari laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,65 persen. Kenaikan It pada subsektor hortikultura disebabkan oleh naiknya seluruh kelompok yakni; indeks pada kelompok sayur-sayuran naik sebesar 1,39 persen, kelompok buah-buahan naik sebesar 2,25 persen, kelompok tanaman obat naik sebesar 1,85 persen. Kenaikan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh naiknya bawang merah, cabai merah, bayam dan lainnya; kelompok buah-buahan disebabkan oleh naiknya harga durian, mangga dan pisang, dan indeks pada kelompok tanaman obat disebabkan oleh naiknya harga jahe, lengkuas, dan kunyit. Di sisi lain kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya IKRT sebesar 0,75 persen dan Indeks BPPBM sebesar 0,33 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)

Pada Bulan Maret 2016 NTP-R sebesar 100,63 atau mengalami penurunan sebesar 1,97 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,32 persen yang diperparah dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yakni sebesar 0,66 persen. Penurunan It terjadi karena turunnya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,32 persen yakni dari 124,92 menjadi 123,27 yang dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa tanaman perkebunan rakyat, di antaranya harga kopi sebesar 4,68 persen, kakao 4,31 persen, karet 2,65 persen, dan cengkeh 1,54 persen. Di sisi lain kena ikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi naiknya IKRT sebesar 0,74 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,27 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada bula n Maret 2016 NTP-T mengalami penur unan sebesar 0,92 persen ya ng diseba bka n karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,53 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen. Penurunan ya ng terja di pada It karena turunnya indeks pada ti ga kel ompok peternakan, yakni kelompok ternak besar turun 0, 47 persen, kelompok unggas turun 0,78 persen dan hasil terna k turun 0, 72persen. Se mentara kel ompok terna k keci l mengalami kenai kan sebesar 0,15 persen, Penur unan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh turun nya har ga ker bau; pa da unggas di pengar uhi ole h turunnya harga aya m ras pedaging; pada hasil terna k di pengaruhi oleh tur un nya harga telur ayam ras. Kenaikan inde ks ke lompok ternak kecil di pengaruhi nai knya har ga domba. Kenaika n i nde ks pa da Ib yang sebesar 0, 40 persen di pengaruhi ole h naiknya IKRT sebesar 0, 75 persen dan turunnya indeks pada BPPBM sebesar 0,01 persen.

(6)

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP pada bula n Maret 2016 menga lami penuruna n indeks se besar 0, 06 persen ya ng diseba bka n karena laju kenai kan pada indeks harga yang diterima petani yang se besar 0,67 persen masih se di kit lebih lambat di banding laju kenai kan pa da i nde ks har ga ya ng di bayar petani ya ng sebesar 0,73 persen. Kenai kan yang terjadi pada It karena nai knya inde ks pa da kel ompok pena ngkapan se besar 0, 88 persen dan kelompok budidaya se besar 0,47 persen. Di s isi lai n Ib mengalami kenai kan sebesar 0, 73 persen diseba bka n indeks KRT mengala mi kenai kan sebesar 1,07 persen dan kenai kan i nde ks BPPBM sebesar 0, 16 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Maret 2016, NTN naik se besar 0,24 persen dari 120, 06 menja di 120,35. Hal ini terjadi karena laj u ke naika n It yang sebesar 0, 88 persen lebih ce pat diba ndi ng laj u kenai kan I b yang sebesar 0,64 persen. Kenaika n It dise babka n oleh naiknya har ga di sebagian besar ikan pa da kelompok tangka p antara lain: i kan gulamah, e kor kuning, peperek, da n lainnya. Se dangkan pada Ib terja di kenaika n indeks ya ng diseba bka n oleh na iknya indeks kel ompok KRT ya kni sebesar 1,07 persen, meski di perlambat dengan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,05 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Maret 2016, NTPi t urun sebesar 0, 18 persen. Hal ini terjadi karena laj u ke naika n pada It yang sebesar 0,47 persen masi h lebi h lambat dari laj u kenai kan I b yang sebesar 0,80 persen. Kenai kan It diseba bka n oleh nai knya harga ikan pa da ke lompok budi daya air tawar yakni sebesar 0,83 persen dan kel ompok budi daya air payau sebesar 0,03 persen. K omoditas yang me ngala mi kenai kan harga yakni ika n lele da n ikan mas pada budi daya air tawar; pada budi daya air paya u yang mengalami ke naika n harga adalah ikan ba ndeng. Sementara itu, kena ikan yang terjadi pada Ib di karenaka n naiknya indeks pa da IKRT sebesar 1,08 persen dan Indeks B PPBM ya ng nai k juga sebesar 0,33 persen.

4.

Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks K onsumsi R umah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inf lasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan Maret 2016 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,79 persen. Pemicu inflasi tertinggi adalah nai knya indeks harga pada kelompok bahan makanan yakni sebesar 1,91 persen, , disusul oleh kenaikan indeks pada kelompok sandang 0,33 persen, kelompok perumahan 0,12 persen, kelompok kesehatan 0,04 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan temba kau yakni sebesar 0,03 persen. Kelompok pendi dikan,rekreasi dan olahalami perubahan dan kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan sebesar 0,17 persen0,14 persen.

(7)

Tabel 3

IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten

Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Maret 2016 (2012=100) KELOMPOK IKRT IKRT Februari IKRT Maret 2016 Inflasi Perdesaan (persen)

UMUM 123,26 124,24 0,79

1. Bahan Makanan 125,31 127,71 1,91

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 122,62 122,66 0,03

3. Perumahan 126,13 126,28 0,12

4. Sandang 116,85 117,24 0,33

5. Kesehatan 118,88 118,93 0,04

6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 116,64 116,64 0,00

7. Transportasi & Komunikasi 123,04 122,82 -0,17

5.

Perbandingan antar Provinsi di Indonesia

Pada Bulan Maret 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 14 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,11 yang diikuti oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 105,84 dan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 105,37. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 92,61. NTP nasional sebesar 101,32 yang mengalami penurunan sebesar 0,89 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102,23.

Tabel 4

Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia Maret 2016 (2012=100)

Provinsi NTP Rangking Provinsi NTP Rangking

Sulawesi Barat 106,11 1 Sulawesi Tenggara 99,31 18

Jawa Barat 105,84 2 Sumatera Utara 99,17 19

Sulawesi Selatan 105,37 3 DKI 98,88 20

Maluku Utara 104,94 4 Sumatera Barat 98,38 21

Gorontalo 104,89 5 Kepulauan Riau 98,04 22

Bali 104,86 6 Kalimantan Selatan 97,67 23

Banten 104,74 7 Kalimantan Timur 97,46 24

NTB 104,38 8 Riau 97,36 25

Maluku 103,90 9 NAD 97,25 26

Jawa Timur 103,77 10 Jambi 96,93 27

Lampung 102,73 11 Sulawesi Utara 96,83 28

Yoggyakarta 102,57 12 Kalimantan Tengah 96,42 29

Bangka Belitung 101,85 13 Papua 96,13 30

NTT 100,73 14 Kalimantan Barat 94,73 31

Papua Barat 99,74 15 Sumatera Selatan 94,48 32

Sulawesi Tengah 99,67 16 Bengkulu 92,61 33

(8)

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada Maret 2016 terjadi penurunan NTUP sebesar 1,26 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 1,09, yang diperparah dengan kenaikan pada indeks BPBBM yang sebesar 0,18 persen. Jika dilihat per subsektor, penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada tiga subsektor penyusun NTUP yakni subsektor tanaman pangan yang turun 2,63 persen, subsektor tanaman perkebunan turun 1,59 persen, dan subsektor peternakan sebesar 0,52 persen. Dua subsektor lainnya yakni subsektor hortikultura dan subsektor perikanan mengalami ke naikan masing-masing sebesar 1,58 persen dan, 0,51 persen.

Tabel 5

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Maret 2016 (2012=100)

Subsektor Februari 2015 Maret 2016 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 116,68 113,62 -2,63

2. Hortikultura 108,95 110,67 1,58

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 109,50 107,76 -1,59

4. Peternakan 106,84 106,29 -0,52

5. Perikanan 111,56 112,13 0,51

a. Tangkap 124,69 125,85 0,94

b. Budidaya 101,20 101,34 0,14

(9)

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

Pada Maret 2016, s urvei harga pr odusen ga bah yang masuk berasal dari 45 observasi di Provins i Banten. Pe mantauan harga ini dila kukan melalui pe ncacahan rutin bulanan. Observasi yang dila kukan ditemuka n GKG sebanya k 6 obser vasi (13,33 %), kualitas GKP sebanyak 20 observasi (44,44%) dan kualitas rendah sebanyak 19 observasi (42,22%). Rincia n selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 6

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan,

dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, Maret 2016

Kelompok Kualitas

Jumlah

Obser-vasi

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.) Terendah Tertinggi Rata-Rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) G K G 6 13,33% 4000 (Kec. Cipanas, Kab Lebak) 5700 (Kec. Malingping, Kab. Lebak) 4.777 4.850 4.600 G K P 20 44,44% 3.200 (Kecamatan Wanasalam, Kab. Lebak) 5.700 (Kec. Malingping, Kab. Lebak) 4.410 4.550 Petani 3.700 Penggilingan 3.750 Gabah Kualitas Rendah 19 42,22% 3.800 (Kec. Pontang Kab Lebak) 4.500 (Kec.Cimanuk Kab. Pandeglang) 4.114 4.246 - Keterangan:

GKG: kadar air ≤14 persen dan kadar lain ≤3 persen.

GKP: kadar air (14,01-25persen) dan kadar lain (3,01-15persen).Kualitas rendah: kadar air > 25 persen atau kadar lain > 15persen * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015 TANGGAL 17 MARET 2016

 Berdasarkan observasi sebanyak 45 transaksi gabah di Provinsi Banten, rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Maret 2016 dibandingkan keadaan Februari untuk Gabah Kering Giling (GKG) turun sebesar 11,96 persen, Gabah Kering Panen (GKP ) turun sebesar 18,11 persen dan gabah kualitas rendah turun sebesar 14,77 persen.

 Rata-rata harga gabah bulan Maret 2016 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG sebesar Rp. 4.850,- per kg, gabah kualitas GKP Rp. 4.550,- per kg,- dan gabah kualitas rendah rata-rata Rp. 4.246,- per kg.

 Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 3.200,- per kg dijumpai di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak dengan kualitas Gabah Kering Panen (varietas ciherang), sedangkan harga tertinggi sebesar Rp. 5.700,- per kg dijumpai di Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak untuk Gabah Kering Giling (Varietas Ir-64).

(10)

2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata – rata Komponen Mutu

Pada Bulan Maret 2016, dari 42 observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.200,- per kg untuk kualitas GKP dijumpai di Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak dengan varietas Ciherang. Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.700,- per kg untuk kualitas GKG di Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak dengan varietas ciherang.

Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKG KA nya 12,71 persen dan KH 2,56 persen, kualitas GKP KA nya sebesar 16,12 persen dan KH nya 6,57 persen sedangkan untuk Kualitas Rendah KA nya 25,65 persen dan KH 10,62 persen.

Tabel 7

Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah Januari 2016 - Maret 2016

Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen) Januari’15 Februari’16 Maret’16 Januari’15 Februari’16 Maret’16

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG 12,83 12,46 12,71 2,70 2,70 2,56

GKP 13,61 13,20 16,12 8,11 7,23 6,57

Kualitas Rendah 21,54 20,98 25,65 11,87 12,55 10,62

3. Persentase Jumlah Observasi harga Gabah di bawah HPP di Tingkat Penggilingan

Pada Bulan Maret 2016 ini ditemukan observasi harga gabah di bawah HPP sebesar 15,56 persen, sedangkan observasi gabah kualitas rendah sebesar 42,22 persen.

Tabel 8

Persentase Observasi Harga Gabah di Tingkat Penggilingan

di Bawah HPP dan Gabah Kualitas Rendah, September 2015- Maret 2016

Rincian Di Tingkat Penggilingan (persen)

Okt’15 Nov’15 Des’15 Jan’16 Feb’16 Mar’16

Observasi Di bawah HPP - - - 15,56

Obs. Gabah Kualitas Rendah 23,81 4,76 14,29 16,67 35,17 42,22

4. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas

Rata-rata harga gabah kualitas kering giling (GKG) di Provinsi Banten sebesar Rp. 4.850,- per kg di tingkat penggilingan dan di tingkat petani sebesar Rp. 4.733,- per kg. Rata-rata harga gabah kualitas panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.550- per kg atau turun sebesar 17,50 persen sementara di tingkat petani rata -rata harga GKP sebesar Rp. 4.410,- per kg atau turun sebesar 18,11 persen. Untuk gabah kualitas rendah di tingkat penggilingan mengalami penurunan rata-rata harga sebesar 14,49 persen dan di tingkat petani juga mengalami penurunan rata-rata harga yakni sebesar 14,77 persen.

(11)

Tabel 9

Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Ja n u a r i 2 0 1 5 – Ma r e t 2 0 1 6

Kualitas

T ingkat P enggilingan (Rp/Kg) T ingkat P etani (Rp/Kg)

Jan’16 Feb’16 Mar’16 P ersentsse P erubahan Kol (4)thd(3)

Jan’16 Feb’16 Mar’16

P ersentase P erubahan Kol (8) thd (7) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 5.537 5.501 4.850 -11,83 5.437 5.376 4.777 -11,96 GKP 5.450 5.515 4.550 -17,50 5.337 5.385 4.410 -18,11 Kualitas rendah 4.849 4.966 4.246 -14,49 4.621 4.827 4.114 -14,77 Grafik 3

Rata-Rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Di Provinsi Banten ( Maret 2015 – Maret 2016)

2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 GKG GKP Non Kwalitas HPP GKG HPP GKP

(12)

C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH

UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN MARET 2016 SEBESAR Rp 40.338,-

*)Perubahan upah riil m enggambarkanperubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti: buruh tani, buruh informal perkotaan, buruh industri yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil m aka semakin tinggi daya beli upah buruh dan sebaliknya

1.

Perkembangan Upah Buruh Pertanian

Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Maret 2016 dibanding upah buruh tani Februari mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen atau naik dari Rp. 40.814,- menjadi Rp. 40.823,- per hari. Secara riil*) mengalami penurunan sebesar 0,77 persen dibanding Februari yaitu dari Rp. 33.112,- menjadi Rp. 32.858,- per hari.

Tabel 10

Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) Januari 2016 - Maret 2016

Rincian Jenis Upah

Bulan % Perubahan

Maret 2016 thd Februari 2016

Januari ‘16 Februari ‘16 Maret 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Provinsi Upah Nominal 40.545 40.814 40.823 0,02

Upah Riil *) 32.942 33.112 32.858 -0,77

*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2 012=100)

2.

Perkembangan Upah Buruh Informal

a. Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per hari

 Secara nominal, rata-rata upah buruh bangunan di Provinsi Banten pada Bulan Maret 2016 tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp. 79.655,- per har. Secara riil*), upah buruh bangunan Maret 2016 dibanding Februari turun sebesar 0,19 persen, yaitu dari Rp. 61.208,- menjadi Rp. 61.094,- per hari.

Upah Pembantu Rumah Tangga Per Bulan

Secara nominal, rata-rata upah pembantu rumah tangga di Provinsi Banten pada Maret 2016 tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp. 532.777,- per bulan. Sedangkan secara riil, upah Maret 2016 di banding Februari mengalami penurunan sebesar 0,19 persen, yaitu naik dari Rp. 409.389,- menjadi Rp. 408.630,- per bulan.

 Upah nominal buruh tani pada Maret 2016 dibanding upah buruh tani Februari mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen atau naik dari Rp. 40.814,- menjadi Rp. 40.823,- per hari. Secara riil*) mengalami penurunan sebesar 0,77 persen.

 Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Maret 2016 tidak mengalami perubahan yakni Rp. 79.655,- per hari. Secara riil*), upah Maret 2016 dibanding Februari turun sebesar 0,19 persen, yaitu dari Rp. 61.208,- menjadi Rp. 61.094,- per hari.

(13)

Tabel 11

Ringkasan Upah Buruh Informal Perkotaan Provinsi Banten Per Hari/Bulan (rupiah) Januari 2016 - Maret 2016

Rincian Jenis Upah Bulan

% Perubahan Maret 2016 thd

Februari 2016

Januari 2015 Februari’16 Maret’16

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Bangunan per hari Upah Nominal 79.122 79.655 79.655 0,00

Upah Riil *) 60.626 61.208 61.094 -0,19

Pembantu rumah tangga Upah Nominal 521.677 532.777 532.777 0,00

per bulan Upah Riil*) 399.727 409.389 408.630 -0,19

(14)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Agoes Soebeno, M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten

Telepon: 0254-267027

E-mail : bps3600@bps.go.id; pst3600@bps.go.id

Website : banten.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

bahwa sehubungan dengan rnaksud pada huruf a terse but di atas, dan dalam rangka kelancaran untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam pemberangkatan dan

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing. Keuntungan (kerugian) dari

Korban Pers yang terbunuh atau terluka dalam konflik bersenjata semakin tahunnya meningkat. Hukum humaniter internasional mengatur dalam dalam Art. Tambahan I untuk kedua

Secara umum format penulisan fungsi pada Octave ada dua tipe yaitu yang pertama fungsi dan program utama dipisah (private function), yang kedua antara fungsi dan

Pada hari ini, Jum’at tanggal Sembilan Belas Bulan Juni tahun Dua Ribu Sembilan, dimulai jam Sepuluh lewat Lima menit wita sampai dengan selesai bertempat di portal Pengadaan

Dalam hal ini diharapkan aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit THT berbasis web dengan menggunakan metode certainty factor ini dapat digunakan oleh masyarakat

Terdapat dalam Undang – Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 54 menyatakan bahwa “ anak yang menderita disabilitas mempunyai hak untuk

Semua biaya- biaya itu dianggarkan didalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) yang kemudian diajukan ke kantor direksi PTPN X Surabaya. Kantor direksi lah