• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK ABSTRACT. Keywords: Gisi Village, Population gastropods, mangrove density, A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK ABSTRACT. Keywords: Gisi Village, Population gastropods, mangrove density, A. Latar Belakang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Sainul Arifin. 2017. Hubungan Kerapatan Mangrove Dengan Populasi Gastropoda Di Kampung Gisi Kabupaten Bintan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Diana Azizah, S.Pi, M.Si Dan Pembimbing II: Susiana, S.Pi, M.Si.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016 - Januari 2017 di Kampung Gisi Kabupaten Bintan. Hasil penelitian Julianto 2016 ditemukan 4 jenis mangrove yaitu rhizophora apiculata, rhizophora mucronata, sonneratia alba, dan xylocarrpus granatum dan tergolong dalam 4 family gastropoda yang tersusun atas 6 spesies gastropoda. kondisi mangrove pada stasiun 1 dan 2 memiliki nilai kerapatan dengan kategori jarang, total kerapatan mangrove pada stasiun 1 dan 2 memiliki nilai <1000 ind/ha yaitu 945 dan 798 ind/ha. Kerapatan mangrove pada stasiun 3 yaitu 1322 ind/ha dengan kategori sedang. Nilai kepadatan gastropoda tertinggi yaitu pada stasiun 3 dengan nilai total kepadatan yaitu 15111 indvidu/ha. Nilai total kepadatan gastropoda yang terendah pada stasiun 2 yaitu 9778 indvidu/ha. Sedangkan pada stasiun 2 memiliki nilai total kepadatan yaitu 10000 individu/ha. Hubungan kerapatan mangrove dengan populasi gastropoda memiliki hubungan kuat dengan nilai koefisien korelasi sebesar 96.2 %.

Kata Kunci: Kampung Gisi, Populasi Gastropoda, Kerapatan mangrove,

ABSTRACT

Sainul Arifin. 2017. Relationship With population density of mangrove gastropods in Gisi Bintan regency. Faculty of Marine Sciences and Fisheries. Maritime University of Raja Ali Haji. Supervisor I: Diana Azizah, S.Pi, M.Si And Supervisor II: Susiana, S.Pi, M.Sc.

This research was conducted in June 2016 - January 2017 in Gisi Bintan regency. Julianto research results in 2016 found four species of mangrove is Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, and xylocarrpus granatum and belong to the family of gastropods 4 is composed of six species of gastropods. mangrove conditions at stations 1 and 2 have a density value of the rare category, the total density of mangroves at stations 1 and 2 have a value <1000 ind / ha ie 945 and 798 ind / ha. Mangrove density at station 3 is 1322 ind / ha in the medium category. Gastropods highest density value at station 3 with a total value of density is 15111 ind / ha. The total value of the lowest density of gastropods at station 2 is 9778 ind / ha. While on station 2 has a total value of density that is 10 000 ind / ha. Relations with the population density of mangrove gastropods have a strong relationship with a correlation coefficient of 96.2%. Keywords: Gisi Village, Population gastropods, mangrove density, A. Latar Belakang

Kampung Gisi merupakan wilayah yang terletak di Desa

(2)

Tembeling Kabupaten Bintan dengan luas wilayah desa 20,2 Km2. Memiliki hutan mangrove yang terhitung cukup luas. Hutan mangrove di Kampung Gisi pada tahun 2013 masih tergolong dalam kondisi baik karena belum banyaknya aktivitas manusia yang berlebihan (Hafiz, 2013).

Gastropoda telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Gisi maupun maysrakat dari kawasan lain, sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi, karena gastropoda ini sangat mudah didapat. Pratiwi (2014), penelitian didapati bahwa kepadatan gastropoda yang didapat berkisar 10000 ind/ha - 60000 ind/ha. Kepadatan gastropoda terendah berada pada stasiun III yaitu sebesar 40000 ind/ha Sedangkan kepadatan gastropoda tertinggi berada pada stasiun I yaitu sebesar 60000 ind/ha. Untuk stasiun II, kepadatan gastropoda sebesar 50000 ind/ha dengan tingkat kepadatan gastropoda pada stasiun I tinggi

dibandingkan dengan stasiun lain diduga dipengaruhi oleh kondisi hutan mangrove yang masih alami dan belum terdapat aktivitas manusia. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan kondisi hutan mangrove sangat mempengaruhi kehidupan biota gastropoda.

Berdasarkan kondisi diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kerapatan ekosistem mangrove terhadap populasi gastropoda.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi kerapatan hutan mangrove yang ada di Kampung Gisi dengan adanya aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan hutan mangrove ? 2. Bagaimana kondisi populasi

gastropoda yang ada di Kampung Gisi dengan adanya aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan gastropoda dan pengaruh

(3)

perubahan kondisi hutan mangrove sebagai tempat hidupnya?

Berdasarkan permasalahan dan kondisi lingkungan di atas perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kerapatan mangrove dengan kelimpahan gastropoda yang ada di Kampung Gisi, Desa Tembeling, Kabupaten Bintan.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat kerapatan mangrove yang ada di Kampung Gisi

2. Mengetahui populasi gastropoda yang ada di Kampung Gisi

3. Mengetahui bagaimana hubungan antara kerapatan mangrove dengan populasi gastropoda yang ada di Kampung Gisi.

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi berupa data mengenai

kerapatan mangrove dan kelimpahan gastropoda, serta mengetahui bagaimana pengelolaan gastropoda dan hubungan antara kerapatan mangrove terhadap kelimpahan gastropoda yang ada di sekitar Kampung Gisi, Kecamatan Teluk Bintan dan pengelolaan gastropoda.

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai Januari 2017. Sedangkan lokasi penelitian bertempat di Kampung Gisi Desa Tembeling Kabupaten Bintan, dan Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UMRAH .

(4)

1. Metode Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, dilakukan survey atau pengamatan lapangan yang meliputi kawasan hutan mangrove Kampung Gisi, Desa Tembeling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan pengukuran dan pengambilan sampel secara langsung seperti sampel gastropoda yang ada di sekitar mangrove, parameter perairan, dan substrat. sedangkan data sekunder yang diambil adalah data kerapatan mangrove di Kampung Gisi Desa Tembeling (Julianto, 2016) dan Data sekunder yang digunakan lainnya seperti peta serta keadaan umum lokasi penelitian.

2. Penyamplingan Biota Gastropoda

Penyamplingan atau pengambilan sampel gastropoda akan dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu minggu dengan pertimbangan waktu penelitian yang terbatas. Waktu penyamplingan

akan dilakukan pada saat terjadinya surut di perairan agar dapat mempermudah pengambilan sampel terutama yang ada dibagian akar dari mangrove. Pengambilan data gastropoda dilakukan dengan mendirikan plot 10 × 10 m2 untuk mengamati biota gastropoda yang dijadikan juga sebagai plot pengamatan pohon mangrove, dimana pada plot tersebut terdapat sub plot ukuran 1m×1m yang diletakkan untuk mengamati dan mengidentifikasi biota gastropoda (Talib, 2008 dalam Lina, 2015). Jumlah transek pada setiap stasiun adalah 3 transek, dengan jumlah plot pada 1 transek adalah 3 plot dan jumlah sub plot pada 1 transek adalah 15 sub plot. Contoh transek penyamplingan gastropoda yang digunakan diperlihatkan pada Gambar 12.

10 m

10 m

1 m

(5)

Gambar 13. Plot penyamplingan gastropoda

3. Identifikasi Gastropoda

Identifikasi jenis Gastropoda dilakukan dengan melihat bentuk cangkang, warna, corak dan jumlah putaran cangkang. Setiap jenis yang ditemukan dicocokkan karakteristik morfologinya dengan panduan buku dan gambar (Dharma, 1988 , http://www. seashellhub. com/Indonesiahtml , http://www. marinespesies. 3 org). a) Rumus Pengukuran

Kepadatan Gastropoda (Brower dan Zar dalam Adamy 2009): 1) Kepadatan gastropoda dihitung dengan menggunakan rumus : Kepadatan Jenis (1) K = Kepadatan gastropoda (ind/m2)

ni = Jumlah individu (ind) A = Luas petak

pengambilan contoh (m2)

2) Sedangkan untuk mengukur kepadatan relatif dihitung menggunakan rumus : Kepadatan Relatif (2) KR = Kepadatan Relatif ni = Jumlah individu ƩN = Total seluruh individu (Brower dkk. 1990)

4. Pengukuran Parameter Perairan

a) Suhu

Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan Multi Tester (YK-2005 WA), pengukuran suhu dilakukan

(6)

bersamaan dengan pengukuran. Pengukuran suhu dilakukan dengan:

b) Salinitas

Salinitas diukur dengan menggunakan Salt Meter (YK-31SA). Prosedur penggunaan alat adalah sebagai berikut :

c) Derajat Keasaman (pH) Air

Derajat Keasaman (pH) diukur dengan menggunakan alat multi tester (YK-2005WA). Prosedur pengukuran pH dengan multi tester adalah sebagai berikut:

d) Oksigen Terlarut (DO)

Alat yang digunakan untuk menganalisa kadar oksigen terlarut adalah DO meter. DO meter umumnya bersifat portable

sehingga pengukuran dapat langsung dilakukan di lapangan.

e) Substrat

Pengambilan contoh substrat dilakukan dengan sekop sedalam 30 cm. Sampel subtrat yang diambil ± 200gr (Indah, 2008). Kemudian sampel yang telah diambil dimasukkan ke dalam wadah yang telah di beri label per stasiun. Pengambilan sampel substrat yang dilakukan pada 1 transek sebanyak 3 sampel yaitu pada pada setiap plot diambil 1 contoh substrat kemudian di gabungkan menjadi 1 sampel untuk mewakili 1 transek.

HASIL DAN PEMBAHASAAN

B. Jenis tumbuhan mangrove di Kampung Gisi Kabupaten Bintan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Julianto (2016) di Kampung Gisi Kabupaten Bintan di jumpai 4 jenis mangrove. Adapun hasil perhitungan komposisi jenis pohon dan

(7)

kerapatan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Berdasarkan dari hasil pengamatan mangrove di Kampung Gisi Kabupaten Bintan, mangrove yang ditemukan terdiri dari empat jenis yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, dan Xylocarrpus granatum. Mangrove yang paling banyak dijumpai pada setiap stasiun dengan nilai persentase berkisar antara 60-77 % adalah jenis Rhizopora apiculata. Sedangkan jenis yang paling jarang dijumpai adalah jenis Xylocarpus granatum dengan persentase berkisar antara 1%-5%.

Total kerapatan pada stasiun adalah 945 ind/ha. Mengacu pada KEPMEN LH No. 201 Tahun 2004 bahwa tingkat kerapatan pada ekosistem mangrove stasiun I termasuk dalam kategori Jarang yaitu <1000.

Kerapatan mangrove pada stasiun II merupakan kerapatan yang tergolong paling rendah dibandingkan

stasiun lain dengan nilai total kerapatan 798 ind/ha. Mengacu KEPMEN LH No.201 Tahun 2004 bahwa tingkat kerapatan mangrove pada stasiun II dalam kategori jarang karena memiliki nilai kerapatan kurang <1000.

Stasiun III memiliki kerapatan yang paling tinggi dengan nilai kerapatan total adalah 1322 ind/ha. Mengacu pada KEPMEN LH.201 Tahun 2004 menyatakan bahwa stasiun III memiliki kerapatan dalam kategori sedang yaitu ≥1000 - <1500.

C. Gastropoda

1. Identifikasi Jenis Gastropoda Jenis gastropoda yang ditemukan di lokasi pengamatan yang ada di Kampung Gisi Desa Tembeling. Ditemukan 6 jenis gastropoda, dari hasil pengamatan atau identifikasi ditemukan 4 family gastropoda yang teridentifikasi atas 6 spesies gasropoda yang ditemukan pada 3 stasiun pengamatan.

(8)

1. Kepadatan Dan Kepadatan Relatif Gastropoda

Adapun kepadatan gastropoda pada masing- masing stasiun penelitian di Kampung Gisi didapat hasil sebagai berikut.

Tabel 4. Kepadatan dan Kepadatan Relatif

Sumber : Data Primer

a) Kepadatan

Kepadatan merupakan jumlah individu yang ditemukan dalam suatu wilayah dengan satuan luas tertentu. Total kepadatan gastropoda pada stasiun I bernilai 10000 ind/ha. Kepadatan total gastropoda yang ada pada stasiun II sebesar 9778 ind/ha. Kepadatan total yang didapat pada stasiun III merupakan nilai kepadatan tertinggi dengan nilai 15111 ind/ha..

a) Kepadatan Relatif Gastropoda Kepadatan relatif tertinggi pada stasiun I, II dan III adalah jenis Cherithidae obtusa dan kepadatan relatif terendah adalah jenis Terebralia sp .

C. Parameter Kualitas Perairan Parameter kualitas perairan merupakan komponen penting bagi keberlangsungan kehidupan biota pada suatu perairan. Adapun parameter kualitas perairan yang diukur dalam penelitian ini berupa parameter fisika-kimia yang terdiri dari salinitas, oksigen terlarut (DO), derajad keasaman (pH), suhu dan jenis substrat. Hasil dari pengukuran parameter perairan di Kampung Gisi adalah sebagai berikut. Tabel 5. Data Pengukuran Kualitas air

St asi un Ul an ga n Parameter Perairan Sub stra t S u h u Sali nita s p H D O I I 30 .5 31. 9 7.6 5.9 Pasi r Berl ump ur II 30 .3 31. 8 7.5 5.8 III 30 .2 31. 4 7.6 5.9 Rata-rata 30 .3 31. 7 7.6 5.9 II I 27 .2 31. 9 7.8 6.0 Pasi r Berl ump ur II 30 .8 32. 6 7.6 5.9 III 30 .6 32. 5 7.7 5.9 Rata-rata 29 .5 32. 3 7.7 6.0 III I 30 .5 32. 6 7.7 6.0 Pasi

(9)

II 30 .5 33. 2 7.6 5.8 r Berl ump ur III 30 .6 33. 2 7.6 5.9 Rata – rata 30 .5 33. 0 7.6 5.9 Baku Mutu 28 -32 34 7-8,5 >5 Sumber : Data Primer

1. Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran di lokasi penelitian pada tiga stasiun didapat suhu perairan berkisar antara 27.2 – 30.8 oC dengan rata-rata suhu yaitu 30.1 oC. Berdasarkan baku mutu (KEPMEN LH no 51 tahun 2004) kondisi suhu pada perairan mangrove masih dalam kategori normal untuk mendukung kehidupan dari gastropoda. 2. Salinitas

Pengukuran salinitas pada ketiga stasiun didapat nilai salinitas berkisar antara 31.4 – 33.4 %o . Salinitas tertinggi terletak pada stasiun III dengan nilai salinitas 33.2 %o. dan nilai salinitas terendah pada stasiun I yaitu 31.4 %o. Kisaran salinitas ini masih mendukung kehidupan gastropoda karena baku mutu

salinitas (KEPMEN LH no 51 tahun 2004) untuk perairan mangrove adalah 33-34 %o.

3. Derajat Keasaman (pH)

Derajat Keasaman atau pH perairan mangrove yang diukur pada ketiga stasiun penelitian didapat nilai pH berkisar 7.5-7.8. Berdasarkan hasil pengukuran pH pada tiga stasiun yang ada bahwa pH yang didapat masih dikategorikan normal sesuai dengan baku mutu (KEPMEN LH no 51 tahun 2004) yaitu 7-8,5.

4. Oksigen Terlarut (DO)

Hasil pengukuran Oksigen terlarut di Kampung Gisi didapat nilai DO dengan kisaran 5.8-6.0 mg/L. Dalam KEPMEN LH (2004) kandungan oksigen terlarut untuk biota perairan adalah >5 mg/L. Oleh karena itu kondisi DO perairan yang ada di Kampung Gisi masih dalam kategori sangat baik sehingga masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan.

(10)

5. Substrat

Hasil pengukuran jenis substrat pada stasiun I, II, III yang didapat yaitu pasir berlumpur.

A. Hubungan Kerapatan Mangrove Terhadap Populasi Gastropoda

Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier untuk mengetahui besarnya hubungan kerapatan mangrove terhadap populasi gastropoda dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Regresi Linier Hubungan kerapatan mangrove dan populasi gastropoda SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9716683 R Square 0.944139286 Adjusted R Square 0.888278572 Standard Error 1008.413425 Observations 3

Hubungan kerapatan mangrove dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi r = 0.972 atau 97.2 % yang berarti populasi gastropoda memiliki hubungan kuat dengan kerapatan mangrove, hal ini dikarenakan nilai korelasi koefisien r

mendekati 1. Mengacu pada Santoso (2004) yang menyatakan jika r mendekati 1 atau -1 maka terjadi hubungan linier yang sangat kuat antara variable Y dan X. Sedangkan jika nilai r mendekati 0 maka terjadi hubungan yang sedikit antara variable Y dan X.

Hasil analisis regresi linier sederhana antara kerapatan mangrove dengan kepadatan gastropoda menghasilkan persamaan Y = 10.846x + 548.62 artinya setiap kenaikan kerapatan mangrove 1 satuan akan meningkatkan kepadatan gastropoda sebesar 10.846 atau kerapatan mangrove sebanyak 1000 satuan meningkatkan kepadatan kepiting bakau sebesar 10.846 individu. Koefisien determinasi yang diperoleh

y = 10.846x + 548.62 R² = 0.9441 0 5000 10000 15000 20000 0 500 1000 1500

Kerapat

P

opulasi

(11)

adalah 0,142 artinya pengaruh kerapatan mangrove terhadap kepadatan kepiting bakau sebesar 14,2%.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Jenis mangrove yang di jumpai di Kampung Gisi Kabupaten Bintan terdiri dari 4 jenis mangrove yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, dan Xylocarrpus granatum. Kerapatan tertinggi pada jenis Rhizophora apiculata dengan nilai 731 ind/ha dan kerapatan terendah pada jenis Xylocarpus Granatum dengan nilai 23 ind/ha.

Berdasarkan hasil penelitian gastropoda yang dijumpai pada setiap stasiun berjumlah 6 jenis yaitu Chicoreus capucinus, Nerita lineata, Littoraria carinifera, Cherithidae obtusa, Terebralia sulcata, dan Terebralia sp. Jenis gastropoda memiliki tingkat kepadatan tertinggi adalah jenis

Cherithidae obtusa dengan nilai kepadatan berkisar antara 2889 – 3778 ind/ha dan untuk jenis gastropoda yang memiliki tingkat kepadatan yang rendah adalah jenis Terebralia sp dengan tingkat kepadatan berkisar antara 222 - 444 ind/ha.

Hubungan kerapatan mangrove dengan populasi gastropoda memiliki hubungan kuat dengan nilai koefisien korelasi sebesar 96.2 %.

B. Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai pengaruh substrat dasar dan parameter oseanografi sebagai penentu keberadaan gastropoda khususnya di Kampung Gisi Desa Tembeling Kabupaten Bintan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2000. Pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.

Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Departement of Fisheries And Allied Aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station. AuburnUniversity.

Brower, J.Z. Yerrold, C. Von Ende, 1990. Field and Laboratory Methods for General Zoologi : Third Edition. W.M.C. Brown Publiser United States of America. P. Hlm 160 – 162.

Coles, B. 1977. The Biology of Estuarine and Coastal Waters. Academic Press Inc. London. New York. 667 hlm.

Dahuri, R., 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia Melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. LISPI:Jakarta. 235 hal.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. Cetakan pertama. Sarana Graha. Jakarta.

Dharma, B. 1992. Siput dan Kerang Laut Indonesia (Indonesia Shell I). PT. Sarana Graha. Jakarta.

Dharmawan, A. 1995. Studi Komunitas Moluska Di Hutan Mangrove Laguna Segara Anaka Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.Tesis. Universitas Gadjah Madah. Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Hafiz, I. 2013. Zonasi Ekosistem Mangrove Di Kampung Gisi, Desa Tembeling, Kabupaten Bintan. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Julianto, 2016. Identifikasi Potensi Sumberdaya Mangrove Sebagai Pencadangan Kawasan Konservasi Di Kampung Gisi. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Maritime Raja Ali Haji: Tanjungpinang. Keputusan Menteri lingkungan hidup (Kepmen LH) No. 51 tahun 2004. Baku mutu air laut untuk biota. Jakarta. Lihawa, Y. 2013. Keanekaragaman dan Kelimpahan Gastropoda Ekosistem Mangrove Desa Lamu Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Jurnal Skripsi.

Lina. 2015. Struktur Komunitas Gastropoda Di Ekosistem Mangrove Sungai Nyirih Kecamatan Tanjungpinang Kota Kota Tanjungpinang. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang. Macnae, W., 1968. A General Account of the Fauna of the Mangrove Swamps of Inhaca Island, Mozambique. J. Ecol. 50: 93 . 128.

Miranto, A. 2013. Tingkat Kepadatan Kepiting Bakau Di Sekitar Hutan Mangrove Di Kelurahan Tembeling Kecamatan Teluk Bintan Kepulauan Riau. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji:Tanjungpinang.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Cetakan ke-2. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(13)

Odum. 1996. Dasar-dasar Ekologi.Edisi ketiga. Gajah Mada Universitas press. Yogyakarta.

Pratiwi, D. 2014. Klasifikasi Dan Struktu Komunitas Gastropoda Bentik Pada Ekosistem Mangrove Di Kampung Gisi Desa Tembeling Kabupaten Bintan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji:Tanjungpinang.

Rahayu SW. 2004. Struktur Komunitas Makrozoobenthos sebagai indikator biologis kualitas lingkungan perairan di Situ Burung, Kabupaten Bogor Skripsi. Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Rangan, J. 2000. Struktur dan apologi Komunitas Gastropoda pada Zona Hutan Mangrove Perairan Kulu Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Skripsi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor..

Santoso N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000 di Jakarta. Santoso, Singgih. 2004. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Susiana. 2011. Diversitas Dan Kerapatan Mangrove, Gastropoda Dan Bivalvia Di Estuari Perancak, Bali. Skripsi. Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Gambar

Gambar 12. Peta Lokasi Penelitian
Tabel  4.  Kepadatan  dan  Kepadatan  Relatif
Tabel 6. Regresi Linier Hubungan  kerapatan mangrove dan populasi  gastropoda   SUMMARY  OUTPUT  Regression Statistics  Multiple R  0.9716683  R Square  0.944139286  Adjusted R Square  0.888278572  Standard Error  1008.413425  Observations  3

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian ini terjadi pada form gejala dan form solusi, dimana pengujian ini difungsikan untuk mengetahui apakah perangkat lunak akan terjadi bugs atau menjadi crash saat pengguna

Terima kasih atas teladan dan nasehat-nasehat baik yang banyak anda diberikan selama ini, hal tersebut tidak akan pernah saya lupakan.. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UKSW

Jika Marriott menggunakan kurs ini, maka setiap proyek yang muncul dari bisnis lodging akan ditolak karena biaya modal sebesar 9,2% lebih rendah dari biaya modal bagi

Dalam penelitian ini peneliti menjadikan para kaum gay yang berinteraksi pada aplikasi Jack’D sebagai subjek dari objek penelitian yakni Pola Interaksi Sosial. Jika

yang hanya mencapai rata-rata 66,54%, hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2002) yang menegaskan bahwa bahwa biaya merupakan salah satu sumber daya yangsecara langsung

Dalam penelitian ini akan dilakukan penerapan teknologi NFC sebagai alat transaksi untuk alat transportasi, khususnya pada BRT trans Semarang sehingga calon

Hemat penulis, di era digital seperti saat ini maka pustakawan harus banting stir dari yang semula hanya mengelola koleksi dalam artian fisik menjadi lebih makro yaitu