• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI BARANG BUKTI BAGI HAKIM DALAM MEJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FUNGSI BARANG BUKTI BAGI HAKIM DALAM MEJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI BARANG BUKTI BAGI HAKIM DALAM MEJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klas I-A Padang)

JURNAL

Diajukan Oleh:

DEDI SURYA PUTRA 0810005600138

Bagian Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TAMAN SISWA

PADANG

(2)

Fungsi Barang Bukti bagi Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klas I-A

Padang)

Dedi Surya Putra Npm. 0810005600138 Fakultas Hukum Universitas Taman Siswa

ABSTRAK

Barang bukti memegang peranan penting dalam pembuktian kasus –kasus pembunuhan, dalam hal ini alat atau benda yang digunakan si pelaku untuk membunuh si korban. Karena setelah diketahui adanya tindak pidana pembunuhan. Maka hal pertama yang harus diketahui adalah alat atau benda yang digunakan untuk membunuh si korban sehingga mengakibatkan kematian. Sebab jika tidak ditemukan maka kemungkinan si terdakwa akan bebas. Hal ini disebabkan kasus pembunuhan adalah kasus yang berbeda dengan kejahatan lain karena ia lebih bersifat khusus. Salah satu kekhususannya adalah terletak pada harus adanya alat atau benda yang digunakan untuk membunuh.Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan permasalahan, yaitu Bagaimanakah fungsi barang bukti bagi hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana, Apakah kendala yang dihadapi hakim dalam mejatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana, dan Bagaimanakah upaya yang dilakukan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana.Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis.Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi dokumen. Dari data diatas kemudian penulis dapat melakukan analisis data dengan menggunakan metode kualitatif.Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan, yaitu Bahwa fungsi barang bukti bagi hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana barang bukti itu memegang peranan yang penting dalam pembuktian kasus-kasus pembunuhan berencana karena dalam hal ini alat/benda yang digunakan si pelaku tindak pidana pembunuhan. Berdasarkan dari barang bukti tersebutlah Hakim dapat mengetahui bahwa benar terdakwa telah melakukan tindak pidana dan hal tersebut akan menjadi pertimbangan dalam menjatuhkan putusan, bahwa kendala yang dihadapi hakim dalam mejatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana adalah tersdakwa tidak mengakui tindak pidana yang disangkakan kepadanya dan terdakwa memberikan keterangan yang berbelit –belit dan banyaknya masyarakat yang takut untuk menjadi saksi, dan Bahwa upaya yang dilakukan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana adalah barang bukti itu diperlukan untuk mendukung keterangan –keterangan dari alat –alat bukti yang sah sehingga barang bukti yang diajukan di muka Hakim berguna untuk membentuk dan menambah keyakinan Hakim sehingga dapat mewujudkan kebenaran materil, dan dapat pula dipakai sebagai unsur –unsur memperberat atau meringankan hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa pelaku tindak pidana pembunuhan tersebut. Kebenaran materil hanya dapat dicapai pada pemeriksaan di persidangan, oleh karena itu barang bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian hanyalah barang bukti yang diperiksa di persidangan. Berdasarkan barang bukti tersebut barulah Hakim dapat menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana.

(3)

PENDAHULUAN

Dewasa ini banyak terjadi tindak pidana kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat, salah satunya tindak pidana pembunuhan berencana. Tindak pidana pembunuhan berencana adalah suatu tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang secara tenang dan dengan direncanakan terlebih dahulu. Hal ini diatur dalam Pasal 340 KUHP yang mengancam dengan maksimum hukuman mati, atau hukuman penjara seumur hidup, atau hukuman penjara dua puluh tahun.

Suatu perkara pidana yang ada barang buktinya, biasanya akan dapat mempercepat proses penyelesaian perkaranya daripada perkara lain yang tidak ada barang buktinya, sebab dengan adanya barang bukti yang diajukan dimuka Hakim, dapat menambah/ mempertebal keyakinan Hakim tentang kesalahan terdakwa dan pula dapat dipakai sebagai unsur untuk memperberat atau meringankan hukuman yang dijatuhkan.

Alat bukti yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP, ada 3 macam yaitu keterangan saksi, keterangan ahli dan keterangan terdakwa, sedangkan barang bukti dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia khususnya Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak mengatur secara tegas tentang pengertian barang bukti tersebut, hanya mengatur tentang barang yang disita untuk dijadikan barang bukti seperti diatur dalam Pasal 39 KUHAP. Barang bukti itu memang merupakan barang yang digunakan sebagai bukti di sidang pengadilan, tetapi tidak termasuk ke dalam salah satu alat bukti. Karena sampai sekarang ini belum ada ditemui peraturan perundang-undangan yang memasukkan barang bukti menjadi salah satu alat bukti.

Dalam mejatuhkan suatu putusan pengadilan Hakim membutuhkan suatu keyakinan dalam memutus perkara pidana, untuk mendapat keyakinan itu Hakim membutuhkan alat-alat bukti yang menggambarkan tanda-tanda yang ditinggalkan oleh keadaan-keadaan tersebut. Tanda-tanda itu mungkin berwujud suatu barang atau benda yang masih dapat dilihat oleh Hakim, atau berada dalam ingatan orang-orang yang mengalami, ingatan itu harus diberitahukan kepada Hakim.

Ini yang harus dibuktikan di sidang pengadilan. Karena sesuatu pembuktian harus dianggap tidak lengkap, jika keyakinan Hakim didasarkan atas alat-alat bukti yang tidak dikenal dalam undang-undang, atau atas bukti yang tidak mencukupi.

Barang bukti memegang peranan penting dalam pembuktian kasus pembunuhan, dalam hal ini alat/benda yang digunakan si pelaku untuk membunuh si korban. Karena setelah diketahui adanya tindak pidana pembunuhan, maka hal pertama yang harus diketahui adalah alat/benda yang digunakan untuk membunuh si korban hingga mengakibatkan kematian. Sebab jika tidak ditemukan alat/benda tersebut, maka kemungkinan si tersangka akan bebas. Hal ini disebabkan kasus pembunuhan adalah kasus yang berbeda dengan kejahatan lain karena ia lebih bersifat khusus. Salah satu kekhususannya adalah harus adanya alat/benda yang digunakan untuk membunuh.

Oleh karena itu penulis tertarik menulis dalam skripsi ini dengan judul: ”Fungsi Barang Bukti bagi Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klas I-A Padang)”.

(4)

METODE PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian hukum yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang menitik beratkan pada penelitian di lapangan untuk memperoleh data primer. Disamping itu juga melakukan penelitian terhadap bahan-bahan kepustakaan untuk memperoleh data sekunder.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan berdasarkan tanya jawab dan keterangan yang didapat melalui wawancara dengan mengajukan pertanyaan kepada responden. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melaluli penelitian perpustakaan dalam bentuk : a. Bahan Hukum Primer.

Bahan yang isinya mengikat karena diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat sekarang dan dikeluarkan oleh pemerintah b. Bahan Hukum Sekunder.

Bahan hukum sekunder berupa, literature (buku-buku ilmiah) hukum, jurnal dan hukum. c. Bahan Hukum Tersier.

Bahan hukum tersier dalam penelitian ini berupa kamus umum bahasa indonesia dan kamus hukum, untuk memberikan petunjuk penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan dua cara, yaitu :

a. Studi dokumen.

Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen yang berkaitan erat dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

b. Wawancara.

Wawancara dilakukan secara langsung dengan Hakim Pengadilan Negeri Klas I A Padang untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang ada dalam penulisan ini. Untuk melakukan wawancara, penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden secara resmi terstruktur.

TINJAUN UMUM

Barang Bukti Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Berencana 1. Jenis Barang Bukti

Barang bukti/ Corpus Delicti disini adalah barang bukti kejahatan. Meskipun barang bukti ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses perkara pidana, namun apabila disimak dan perhatikan satu persatu peraturan perundang -undangan pidana tidak ada satu pasal pun yang memberikan definisi mengenai barang bukti. Akan tetapi apabila dikaitkan dengan masalah barang bukti, maka secara implisit (tersirat) akan dapat dipahami apa sebenarnya barang bukti itu.

Menurut Prodjodikoro, menyebutkan barang-barang yang dapat disita adalah : a. Barang-barang yang menjadi sasaran perbuatan yang melanggar hukum pidana

(Corpora Delicti).

b. Barang-barang yang diciptakan sebagai buah dari perbuatan yang melanggar hukum pidana.

c. Barang-barang yang dipakai sebagai alat untuk melakukan perbuatan yang melanggar hukum pidana (Instrumenta Delicti).

(5)

d. Barang-barang yang pada umumnya dapat menjadikan barang bukti kearah yang menguntungkan/memberatkan kesalahan terdakwa.

2. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan istilah teknis yang dipergunakan untuk menyebut sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan melawan hukum. Menurut Prof. Moelyatno, tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.

Menurut Van Hammel, tindak pidana adalah Kelakuan orang ( menselijke gedraging ) yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana ( straf

waarding ) dan dilakukan dengan kesalahan.

Menurut Wirjono Projodikoro, tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana dan pelaku ini dapat dikatakan subjek tindak pidana. 3. Jenis-Jenis Tindak Pidana Pembunuhan

Pembunuhan merupakan suatu tindak pidana dengan maksud untuk menghilangkan nyawa orang lain atau untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu ada beberapa jenis tindak pidana pembunuhan, yaitu :

a. Pembunuhan Biasa.

Dirumuskan dalam Pasal 338 KUHP :

”Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”

b. Pembunuhan Terkualifikasi.

Dirumuskan dalam Pasal 339 KUHP :

”Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”.

c. Pembunuhan Berencana.

Dirumuskan dalam Pasal 340 KUHP :

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun” d. Pembunuhan Anak.

Dirumuskan dalam Pasal 341 KUHP :

”Seorang ibu yang terkena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”

Pasal 342 KUHP :

”Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anaknya, pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian

(6)

merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”

Pasal 343 KUHP :

”Kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai, pembunuhan atau pembunuhan anak dengan rencana” e. Pembunuhan Atas permintaan Korban.

Dirumuskan dalam Pasal 344 KUHP :

”Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan oang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.”

4. Barang Bukti dalam Tindak Pidana Pembunuhan

Dalam peraturan Perundang -undangan di Indonesia khususnya Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak ada mengatur secara tegas tentang apa saja barang bukti tersebut, hanya mengatur tentang benda yang dapat dikenakan penyitaan untuk dijadikan barang bukti.

Menurut Wirjono barang bukti itu secara umum merupakan barang-barang yang menjadi sasaran tindak pidana, hasil tindak pidana, alat yang dipakai melakukan tindak pidana dan barang-barang yang dapat dijadikan sebagai barang bukti di persidangan.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam barang bukti adalah :

a. Barang yang dipakai untuk melakukan tindak pidana (Instrumenta Delicti). b. Barang yang merupakan hasil dari tindak pidana (Copora Delicti).

c. Barang-barang yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

Hubungan antara barang bukti dengan barang yang dapat disita adalah barang-barang yang disita tersebut belum tentu dijadikan barang bukti, sedangkan barang bukti sudah pasti barang-barang yang disita yang merupakan barang yang mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang terjadi, yang kemudian barang tersebut berguna bagi pembuktian di sidang pengadilan untuk menentukan bersalah atau tidaknya terdakwa. 5. Penyitaan Barang Bukti Dalam Tindak Pidana Pembunuhan

Menurut Amdi Hamzah dan Irdan Dahlan,

penyitaan adalah mengalihkan untuk sementara waktu barang-barang dari tangan seseorang.

Menurut R. Soesilo, penyitaan adalah mengambil alih barang-barang dari tangan seseorang yang memegang atau menguasai barang-barang itu ketangan pejabat yang memerlukan barang-barang tersebut untuk kepentingan pengusutan perkara, barang-barang mana ditahan untuk sementara dan kemudian apabila sudah tidak diperlukan lagi akan dikembalikan kepada yang berhak.

Mengenal benda yang dapat disita, pasal 39 KUHAP menentukan bahwa benda yang dapat dikenakan penyitaan adalah : benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana, benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya, benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi

(7)

penyidikan, benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

HASIL PENELITIAN

Fungsi Barang Bukti Bagi Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana

Pembuktian di persidangan oleh Majelis Hakim ini didasarkan pada apa yang telah didapatkan pada tahap penyidikan oleh Polisi yaitu seluruh bahan-bahan yang tertuang dalam berita acara pemeriksaan (BAP) dan termuat dalam berkas perkara. Yang terpenting adalah sebagaimana Hakim dapat menentukan suatu pembunuhan dilakukan dengan rencana atau tidak. Hal ini tentulah sebagaimana telah diuraikan di atas maka haruslah memperhatikan alat-alat bukti dan barang-barang bukti yang ada. Karena alat-alat dan barang-barang bukti inilah yang sangat diperlukan oleh Hakim. Karena barang bukti, dalam hal ini berupa alat/benda yang dipergunakan si pelaku untuk membunuh si korban, dapat memperkuat atau memperlemah alat bukti.

Barang bukti kejahatan yang terdiri dari beberapa jenis, misalnya alat yang dipakai untuk kejahatan, barang yang diperoleh dari kejahatan, barang yang dicipta dari kejahatan dan barang yang menjadi objek atau sasaran kejahatan. Barang bukti ini menurut pasal 181 KUHAP diperlihatkan kepada terdakwa dengan ditanyakan apakah terdakwa mengenalnya atau tidak, dan jika perlu juga dapat diperlihatkan kepada saksi.

Di samping alat-alat bukti lain sebagaimana termaksud dalam Pasal 184 KUHAP, maka yang sangat penting/menjadi inti dari pembuktian kasus pembunuhan adalah barang bukti yang berupa alat/benda yang digunakan untuk membunuh si korban. Dengan demikian hanya dengan memperhatikan satu alat bukti saja tidak cukup untuk untuk mengetahui suatu tindak pidana pembunuhan berencana atau tidak, namun lebih dari itu haruslah diperhatikan secara keseluruhan alat-alat bukti dan barang bukti yang ada yang berkaitan dengan kasus pembunuhan tersebut. Misalnya : dari adanya keterangan ahli tidak dapat diketahui dengan jelas apakah kasus pembunuhan tersebut berencana atau tidak, karena memang sulit untuk membedakannya, misalnya berdasarkan pemeriksaan luka-lukanya akibat penganiayaan, maka tidaklah ada bedanya luka-luka akibat pembunuhan berencana atau tidak karena semua luka-luka sama. Namun seperti yang telah dijelaskan tadi peranan seluruh alat bukti yang lain seperti keterangan saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti adalah sangat penting untuk mengungkapkan kasus-kasus pembunuhan.

Sehingga Hakim dalam menjatuhkan putusan harus mempunyai keyakinan yang mendasar tidak saja kepada alat-alat bukti tetapi juga mempertimbangkan keterangan -keterangan dari saksi da terdakwa mengenai barang bukti di sidang pengadilan. Jadi putusan yang dijatuhkan itu harus dirasakan adil bagi terdakwa tergantung seberapa kesalahan yang dilakukan.

Kendala Yang Dihadapi Hakim Dalam Mejatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana

Selanjutnya dikatakan oleh Bapak Muchtar Agus Cholif SH.MH kendala –kendala yang dihadapi oleh Hakim dalam mejatuhkan putusan terhadapa pelaku tidak pidaa

(8)

pembunuhan berencana bisa ditimbulkan dari pihak terdakwa ataupun dari faktor lain, yaitu :1

1. Sulitnya untuk mendapatkan keterangan terdakwa untuk memperkuat bukti –bukti dalam persidangan bahwa memang terdakwalah yang telah melakukan pembunuhan. Karena untuk memperoleh keterangan terdakwa diperlukan keterangan dari saksi yang melihat, mendengar dan mengalaminya sendiri.

Mereka yang mendengar dan melihat tentang pembunuhan yang terjadi tidak mau menjadi saksi disebabkan oleh hal –hal sebagai berikut :

a. Adanya ketakutan atas pembalasan dari terdakwa, maksudnya saksi tidak mau memberikan keterangan karena takut keselamatannya terancam, misalnya ancaman pembunuhan dari terdakwa kalau dia memberikan keterangan.

b. Adanya ketakutan dari masyarakat kalau –kalau statusnya sebagai saksi berubah menjadi tersangka.

c. Adanya anggapan dari masyarakat bahwa bagi mereka yang menjadi saksi ataupun mereka yang terlibat dalam persoalan di Pengadilan adalah orang –orang yang tidak baik dengan kata lain merupakan suatu beban. Perasaan atau anggapan di atas seharusnya tidak perlu dicemaskan oleh mereka yang menjadi saksi karena kesaksian mereka ataupun dirinya dilindungi oleh hukum.

2. Umumnya terdakwa menjawab tidak tahu tentang tindak pidana yang disangkakan kepadanya ataupun terdakwa diam saja sewaktu ditanya oleh Majelis Hakim. Hal ini biasanya terjadi pada terdakwa yang cukup cerdik dan tahu sedikit tentang hukum, mereka tidak mau menjawab pertanyaan Hakim.

3. Terdakwa yang memberikan keterangan yang berbelit –belit. Seringkali ditemui jawaban yang diberikan tersdakwa melenceng dari maksud pertanyaan Hakim, hal ini dimungkinkan karena terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas. Mengenai terdakwa yang tidak mau menjawab pertanyaan Hakim atau diam saja saat ditanya Hakim ataupun memberikan keterangan berbelit –belit maka Hakim berupaya semaksimal mungkin misalnya mengganti variasi pertanyaan ataupun menghardik terdakwa.

4. Barang bukti yang digunakan terdakwa untuk melakukan tindak pidana tidak ditemukan atau barang bukti yang ditemykan oleh penyidik rusak.

Upaya Yang Dilakukan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Berdasarkan Barang Bukti

Menurut Bapak H. Anasroel Haroen, SH, M.H mengatakan bahwa pembuktian di persidangan oleh Majelis Hakim ini didasarkan pada apa yang telah didapatkan pada tahap penyidikan oleh Polisi yaitu seluruh bahan-bahan yang tertuang dalam berita acara pemeriksaan (BAP) dan termuat dalam berkas perkara. Yang terpenting adalah sebagaimana Hakim dapat menentukan suatu pembunuhan dilakukan dengan rencana atau tidak. Hal ini tentulah sebagaimana telah diuraikan di atas maka haruslah memperhatikan alat-alat bukti dan barang-barang bukti yang ada. Karena alat-alat dan barang-barang bukti inilah yang sangat diperlukan oleh Hakim. Karena barang bukti, dalam hal ini berupa

1 Hasil Wawancara dengan Bapak Muchtar Agus Cholif, SH.MH, Hakim Pengadilan Negeri

(9)

alat/benda yang dipergunakan si pelaku untuk membunuh si korban, dapat memperkuat atau memperlemah alat bukti.

Beliau juga mengatakan bahwa, selain alat bukti yang menjadi dasar pertimbangan Hakim dalam mengambil keputusannya terhadap pelaku tindak pidana dengan memperhatikan beberapa faktor sebagai berikut :

1. Hal-hal yang dapat meringankan hukuman terdakwa : a. Terdakwa tidak pernah dihukum.

b. Terdakwa sopan dalam persidangan.

c. Terdakwa berterus terang atas perbuatan yang dilakukannya. d. Terdakwa mempunyai tanggung jawab yang berat dalam keluarga. e. Terdakwa sudah lanjut usia.

f. Terdakwa menyumpang dharma bhaktinya pada Negara.

g. Terdakwa menyatakan menyesal atas perbuatan yang telah dilakukannya. 2. Hal-hal yang dapat memberatkan hukuman terdakwa :

a. Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat.

b. Terdakwa memperlihatkan sikap dan perbuatan yang tidak sopan selama persidangan berlangsung.

c. Terdakwa tidak menyesal atas perbuatan yang dilakukan tersebut.

d. Terdakwa telah berulang kali melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

PENUTUP Kesimpulan

 Bahwa fungsi barang bukti bagi hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana barang bukti itu memegang peranan yang penting dalam pembuktian kasus-kasus pembunuhan berencana karena dalam hal ini alat/benda yang digunakan si pelaku tindak pidana pembunuhan. Berdasarkan dari barang bukti tersebutlah Hakim dapat mengetahui bahwa benar terdakwa telah melakukan tindak pidana dan hal tersebut akan menjadi pertimbangan dalam menjatuhkan putusan.

 Bahwa kendala yang dihadapi hakim dalam mejatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana adalah tersangka tidak mengakui tindak pidana yang disangkakan kepadanya dan tersangka memberikan keterangan yang berbelit –belit dan banyaknya. Bahwa upaya yang dilakukan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana adalah barang bukti itu diperlukan untuk mendukung keterangan -keterangan dari alat –alat bukti yang sah sehingga barang bukti yang diajukan di muka Hakim berguna untuk membentuk dan menambah keyakinan Hakim sehingga dapat mewujudkan kebenaran materil, dan dapat pula dipakai sebagai unsur –unsur memperberat atau meringankan hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa pelaku tindak pidana pembunuhan tersebut. Kebenaran materil hanya dapat dicapai pada pemeriksaan di persidangan, oleh karena itu barang bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian hanyalah barang bukti yang diperiksa di persidangan. Berdasarkan barang bukti tersebut barulah Hakim dapat menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana.

(10)

Saran

 Diharapkan bagi aparat penegak hukum terutama bagi Hakim dalam menjatuhkan putusannya hendaklah memperhatikan seluruh aspek dari diri terdakwa dan lingkungannya sehingga dapat menjatuhkan putusan yang seadil –adilnya sesuai dengan perbuatan terdakwa.

 Disarankan terhadap pemeritah Salah satu masalah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah masalah ekonomi yang bukan sekedar proses terbentuknya kejahatan tetapi juga lingkungan, karena lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang buruk sehingga kebiasaan masyrakat dalam berprilaku kurang baik juga memberikan dampak buruk terhadap kesejahteraan masyarakat.  Dilakukannya pengawasan dan penghapusan terhadap tempat perjudian dan jualan

minuman keras karna hal tersebut sangat besar dorongannya terhadap orang –orang untuk melakukan tindak pidana pembunuhan.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986.

Andi Hamzah dan Irdan Dahlan, Perbandingan KUHAP dan HIR Dengan Komentar, Ghakia Indonesia, Jakarta, 1982.

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2001.

Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana. Liberty, Yogyakarta, 1998.

E. Utrecht. Hukum Pidana. Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 2000.

Gerson W. Bawengan, Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Introgasi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1977.

Gregorius Aryadi., Putusan Hakim Dalam Perkara Pidana, Penerbit ANDI OFFSET,Yogyakarta,1995.

Loa Surjadarmawan, Buku Pedoman Untuk Para Penegak Hukum, Isabela Brothers, Jakarta, 1978

Martin Prodjohamidjojo, Kedudukan Tersangka dan Terdakwa Dalam Pemeriksaan, Ghalia Indonesia, 1984.

Martin Prodjohamidjojo, Pemeriksaan di Sidang Pengadilan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.

Moelyatno. Asas –Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta, 1993.

Nanda Dewantara, Masalah Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan dan Pemeriksaan

Surat di Dalam Proses Acara Pidana, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1987.

R. Soesilo, KUHAP Beserta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor, 1986.

Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti Dalam Proses Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 1988. Satjipto Rahardjo, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia, 1992.

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sumur Bandung, 1981. WirjonoProdjodikoro, Tindakan-tindakan Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung, 1986. Undang-undang No. 1 Tahun 1946 tentang KUHP.

Undang- undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.

Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman.

http ://ferrystoner.blogspot.com “Teknik Pengolahan Data”, terakhir kali diakses tanggal 22 Maret 2014.

http ://mimipermanisuci.blogspot.com “Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif”, terakhir kali diakses tanggal 22 Maret 2014.

http://www.google.com “Barang Bukti Dalam Tindak Pidana”, terakhir kali diakses tanggal 5 Juni 2012.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Permasalahan yang terjadi masyarakat kurang mengerti jumlah debit air yang telah digunakan dikarenakan masyarakat tidak bisa selalu memantau penggunaan air setiap

Judul Tesis Analisis Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Teluk Lampung Propinsi Lampung.. Aminudin 98426

- Jawaban dibuktikan dengan dokumen rapat kelulusan seperti undangan, daftar hadir, notula rapat) yang dihadiri oleh guru kelas, guru mata pelajaran,

Saran, para guru dapat menggunakan software CNC Bubut KELLER Q plus sebagai media pembelajaran program diklat mesin bubut CNC karena siswa lebih mudah dalam memahami materi

Bagi penulis, dapat mengetahui pengaruh enzim bromeilin dari limbah kulit nanas pada berbagai variasi pH, suhu, konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat validitas, reliabilitas, daya beda soal,

[r]