• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang semakin kompleks. Zaman ke zaman, manusia terus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang semakin kompleks. Zaman ke zaman, manusia terus"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kehidupan manusia yang semakin kompleks. Zaman ke zaman, manusia terus mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk membantu dan mempermudah kehidupannya. Salah satu bentuk kemajuan teknologi adalah artificial intellegence (AI). Artificial intellegence merupakan “otak” yang menggerakkan, memprogram, menghitung, menganalisis, memutuskan, memvisualisasi dan tugas-tugas lain yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh manusia.

Artificial intellegence sebagai hasil kemajuan teknologi telah hadir dalam berbagai segi kehidupan manusia, misalnya dalam bentuk seperangkat komputer, mesin-mesin otomatis, tekonologi android, teknologi senjata, teknologi kesehatan, sistem keamanan dan sebagainya. Kehidupan modern saat ini telah dikelilingi oleh penggunaan artificial intellegence (Russel dan Norvig, 1995: 3-5).

Manusia pada masa kini tidak dapat dipisahkan dengan artificial intellegence. Artificial intellegence telah membuat manusia menjadi tergantung sehingga terjadi perubahan kondisi dimana sesuatu yang dianggap normal tidak lagi bisa dikatakan sebagai sesuatu yang normal. Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang artificial intellegence.

Artificial intellegence sebagai hasil perkembangan teknologi memberikan dampak yang cukup besar bagi kehidupan manusia, baik berupa dampak positif ataupun negatif. Dampak positifnya berupa kemudahan yang bisa dirasakan oleh

(2)

manusia dengan bantuan teknologi tersebut. Sedangkan dampak negatifnya yaitu semakin tereliminasinya kehidupan sosial manusia (Agger, 2003: 103).

Salah satu filsuf yang banyak membahas tentang kedudukan manusia dalam kemajuan teknologi adalah Jean Francois Lyotard, seorang tokoh filsafat Perancis aliran postmodernisme. Menurut Lyotard, teknologi yang awalnya digunakan untuk membantu kebutuhan manusia akan berkembang pesat hingga akhirnya teknologi menjadi senjata yang digunakan manusia untuk mendominasi manusia lain, atau dominasi teknologi atas manusia.

Perkembangan teknologi informasi telah membawa masyarakat pada suatu kondisi yang menurut Lyotard disebut postmodern. Semenjak perang dunia kedua perkembangan ini memberikan suatu dampak besar terhadap pengetahuan. Status pengetahuan akan berubah saat masyarakat mulai memasuki era postmodern.

Lyotard mengkhawatirkan perkembangan teknologi yang dibuat oleh manusia sendiri justru akan menggeser kedudukan dan sifat-sifat humanitas manusia. Menurut Lyotard dalam era perkembangan teknologi manusia justru mengarah pada sifat-sifat inhuman (Sim, 2003: 4-5).

Pemikiran Lyotard tentang konsep inhuman berawal dari ketertarikannya pada persoalan akhir kehidupan manusia (the ultimate fate of the universe). Lyotard dalam bukunya yang berjudul The Inhuman meramalkan kematian matahari sebagai akhir dari kehidupan manusia. Menurutnya manusia secara naluriah memiliki keinginan dan dorongan untuk terus hidup dan bertahan dari akhir hidupnya (kiamat). Manusia menciptakan berbagai teknologi agar dapat terus hidup dan bertahan untuk mencapai keinginan tersebut. Komputer akan

(3)

diprogram untuk mengambil alih kemampuan manusia dengan tujuan utama untuk memperpanjang “hidup” akibat kematian matahari. Lyotard sendiri menentang gagasan penggunaaan teknologi yang dapat menggantikan kemampuan manusia (inhuman), terlebih lagi kapitalisme atau perdagangan hasil-hasil teknologi tersebut (Sim, 2003: 3-5).

Berdasarkan kondisi dan fenomena masyarakat saat ini, penulis memahami kemajuan teknologi dalam bentuk artificial intellegence adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Penulis juga memahami adanya kelemahan-kelemahan dari dampak kemajuan teknologi seperti yang disampaikan oleh Lyotard, terutama dalam hal artificial intellegence. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai artificial intellegence ditinjau dari pemikiran inhuman Lyotard.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan artificial intellegence?

b. Bagaimana artificial intellegence ditinjau dari pemikiran inhuman Jean Francois Lyotard ?

2. Keaslian Penelitian

Penulis menemukan beberapa penelitian sejenis yang terkait dengan objek penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Robertus Suryanto tahun 1996 dengan judul Konsep Masyarakat Ideal menurut Jean-Francois Lyotard, skripsi Fakultas Filsafat Universitas

(4)

Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi ini tidak membahas secara spesifik tentang pemikiran inhuman Lyotard.

2. Paulus Kurniawan tahun 2001 dengan judul Language Games Wittgenstein dan Mininarratives Lyotard (Sebuah Interrelasi Filosofis atas Keberagaman), skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi tersebut meneliti tentang perbandingan antara pemikiran Ludwig Wittgenstein dan Jean-Francois Lyotard.

3. Ahmad Anwarudin tahun 2013 dengan judul Narasi dan Metanarasi: Telaah atas Pemikiran Postmodernisme Jean-Francois Lyotard, skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Tubagus Reza tahun 2007 dengan judul Pintu Geser Otomatis, skripsi jurusan sistem informasi Universitas Gunadarma. Skripsi ini membahas mengenai teknik pengaplikasian artificial intellegence yang diwujudkan berupa pintu yang dapat bergeser secara otomatis.

5. Fathoni tahun 2016 dengan judul Perkembangan Teknologi 3D Bioprinting Di Dunia Medis Dalam Pandangan Inhuman Jean-Francois Lyotard. Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penelitian ini mempunyai fokus kajian yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya dimana belum ada penelitian-penelitian yang mengkaji pemikiran inhuman Lyotard secara mendalam. Penelitian ini juga memberikan pengetahuan

(5)

dasar mengenai artificial intellegence dimana belum ada penelitian yang membahas artificial intellegence secara mendasar.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai artificial intellegence ditinjau dalam perspektif pemikiran inhuman Lyotard dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Filsafat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam perkembangan fokus studi filsafat postmodern terutama pada kajian pemikiran inhuman Lyotard.

b. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang baru mengenai artificial intellegence dan pemikiran inhuman Lyotard dan dapat merangsang agar ditulisnya penelitian yang sejenis. c. Bagi Bangsa Indonesia

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai artificial intellegence dan pemikiran inhuman lyotard.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan di rumusan masalah, yaitu :

1. Memaparkan secara rinci dan jelas mengenai artificial intellegence. 2. Menjelaskan pemikiran inhuman Lyotard.

3. Memberikan analisis mengenai artificial intellegence dalam perspektif pemikiran inhuman Lyotard.

(6)

C. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan Encyclopedia Britannica, artificial intellegence adalah sistem komputer yang me-representasi pengetahuan menggunakan bentuk simbol-simbol dan memproses informasi berdasarkan metode heuristik dan berdasarkan sejumlah aturan (Ertel, 2011: 16). Artificial intellegence merupakan aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang dalam pandangan manusia adalah “cerdas”.

Berdasarkan latar belakang keilmuan masing-masing, para ilmuwan memiliki berbagai definisi artificial intellegence. Haugeland, seorang profesor yang aktif meneliti mengenai perkembangan dunia komputer mendefinisikan artificial intellegence sebagai Suatu usaha nyata untuk membuat komputer dapat berpikir atau “machines with minds, in the full and literal sense”. Tahun 1985, Charniak and McDermott mendefinisikan artificial intellegence sebagai “The study of mental faculties through the use of computational models”. Bellman mendefinisikan artificial intellegence sebagai pengotomatisan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pemikiran manusia seperti pembuatan keputusan, penyelesain masalah dan pembelajaran. Tahun 1992, Winston mendefinisikan artificial intellegence sebagai ilmu tentang komputasi yang memungkinkan komputer dapat mencerap, menalar dan bertindak. Rich and Knight tahun 1991 mendefinisikan artificial intellegence sebagai suatu seni dalam pembuatan mesin yang dapat menunjukkan fungsi dan kecerdasan ketika ditampilkan oleh manusia. Tahun 1993, Luger dan Stubblefield mendefiniskan artificial intellegence sebagai bidang ilmu yang berusaha menjelaskan dan menghasilkan kecerdasan dalam

(7)

rangka proses komputasi (Russell dan Norvig, 1995: 3-5). Berdasarkan berbagai definisi artificial intellegence diatas maka dapat ditarik garis besar bahwa para ilmuwan memahami artificial intellegence dalam empat kategori yaitu sebagai sistem yang dapat berpikir seperti manusia, sistem yang dapat bertindak seperti manusia, sistem yang dapat berpikir rasional dan sistem yang bertindak rasional.

Artificial intellegence dapat dipahami sebagai kemampuan dari komputer digital atau robot berkendalikan komputer untuk mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kecerdasan. Artificial intellegence merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer bisa lebih baik dalam melakukan hal-hal yang pada saat ini hanya mampu dilakukan oleh manusia (Rich Knight dalam Ertel, 2011: 17). Dengan demikian artificial intellegence adalah hasil perkembangan teknologi terutama di bidang pemrograman untuk melakukan pekerjaan/kegiatan manusia secara lebih akurat, efisien dan meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi jika dilakukan oleh manusia (human error).

Tujuan artificial intellegence adalah membuat mesin menjadi lebih pintar dan lebih bermanfaat (Winston dan Prendergast: 1984). Artificial intellegence memiliki kemungkinan lebih pintar karena artificial intellegence dibuat oleh sekelompok individu/manusia yang memiliki kepintaran/keunggulan masing-masing, keunggulan-keunggulan tersebut digabungkan dalam bentuk suatu tools yang diprogram agar berdaya guna bagi manusia.

Adapun daya guna artificial intellegence mencakup 3 domain (Siswanto: 2010): Pertama, Formal tasks (matematics, games); merupakan daya guna artificial

(8)

intellegence ketika pertama kali dikembangkan. Artificial intellegence ditujukan untuk mempermudah proses data penghitungan, program permainan (catur) dan tugas-tugas sederhana lain (general problem solving). Kemudian yang kedua, Mundane task (perception, robotics, natural language, common sense, reasoning); merupakan daya guna artificial intellegence dalam memahami bahasa manusia agar pengguna dapat berkomunikasi dengan komputer menggunakan bahasa sehari-hari. Artificial intellegence dalam domain ini juga mencakup sistem sensor, sistem vision, sistem signal, dan sistem pemrosesan. Jika sistem pemrosesan digabungkan dengan sistem sinyal maka menghasilkan sistem robotik (misalnya android). Selanjutnya yang ketiga, Expert tasks (financial analysis, medical diagnostics, engineering, scientific analysis, dll); Sistem pakar (Expert System) adalah program penasehat berbasis komputer yang mencoba meniru proses berpikir dan pengetahuan dari seorang pakar dalam menyelesaikan masalah-masalah spesifik.

Artificial intellegence memiliki kelebihan dan kelemahan dibandingan dengan kecerdasan alamiah (kecerdasan manusia). Kelebihan artificial intellegence antara lain memiliki kemudahan dalam duplikasi dan penyebaran. Artificial intellegence lebih permanen dan dapat mengerjakan beberapa tugas/fungsi dengan lebih cepat dan akurat, contoh artificial intellegence dalam teknologi alat hitung. Artificial intellegence lebih konsisten dan teliti, contohnya dalam teknologi pengenalan wajah dan pendeteksi senjata tajam di bandara, scan, MRI, dan berbagai teknologi kesehatan, dll. Hasil artificial intellegence juga

(9)

dapat didokumentasi dan dapat diproduksi/diperbanyak dengan kualitas yang sama, serta relatif lebih murah daripada kecerdasan alamiah.

Kelemahan artificial intellegence dibandingkan kecerdasan alamiah yaitu, artificial intellegence tidak diprogram untuk bisa berimprovisasi dengan baik dengan kondisi sekitar. Artificial intellegence tidak lebih kreatif dibandingan kecerdasan alamiah, dan artificial intellegence tidak memiliki perasaan atau emosi. Contohnya, artificial intellegence dalam bentuk robot, tidak memiliki rasa takut dan insting untuk bertahan hidup. Contoh lain, artificial intellegence dalam bentuk sistem komputer atau internet tidak dapat membedakan user masih berusia dibawah 17 tahun atau tidak, dll.

Artificial intellegence mulai dikembangkan sebagai industri komersial pada tahun 1980an. Berbagai perusahaan di Amerika, Eropa, Asia (terutama Jepang) bersaing dalam pengembangan artificial intellegence untuk tujuan komersil. Industri artificial intellegence berkembang pesat seiring kebutuhan pasar dan keuntungan yang diperoleh oleh korporasi-korporasi yang diuntungkan dengan penggunaan artificial intellegence. Menurut McDermott, sejak pertama kali sistem pakar komersial artificial intellegence digunakan pada Digital Equipment Corporation di Amerika, perusahaan tersebut telah meraup keuntungan besar. Program pakar tersebut telah berhasil membantu mengkonfigurasi perintah untuk sistem komputer canggih. Tercatat tahun 1986, sistem pakar artificial intellegence telah membuat perusahaan Digital Equipment Kor-poration di Amerika menghemat biaya hingga 40 juta dolar. Kesuksesan korporasi tersebut diikuti oleh banyak perusahaan-perusahaan lain, seperti AI

(10)

DEC dan Du Pont. Masing-masing perusahaan bersaing untuk memiliki kelompok artificial intellegence sendiri, baik untuk tujuan penggunaan intern atau untuk diperjual-belikan (McDermott dalam Russell dan Norvig, 1995: 24).

D. Landasan Teori

Lyotard melalui bukunya yang berjudul The Postmodern Condition berusaha meninjau perkembangan ilmu, pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat maju. Menurut Lyotard,

“….., Technology is therefore a game pertaining not to the true, the just, or the beautiful, etc,.but to efficiency: a technical “move” is “good” when it does better and/or ex expend less energy than another” (Lyotard dalam Sim, 2003: 27).

Lyotard dalam buku The Postmodern Condition, membahas mengenai perubahan pengetahuan pada era teknologi informasi dalam masyarakat yang komputerisasi. Menurutnya, pengetahuan pada era masyarakat komputerisasi telah mengalami perubahan akibat kemajuan teknologi. Tujuan pengetahuan tidak lagi seperti pada saat pengetahuan itu ada melainkan mendapat pengaruh dari kapitalisme sehingga orientasi pengetahuan dibuat atau dikembangkan berdasarkan permintaan dari kapitalisme (Lyotard, 1984: 3-6).

Lyotard menyatakan bahwa masyarakat yang terkomputerisasi dapat dilihat melalui bagaimana cara ilmu dilegitimasikan melalui apa yang disebut dengan narasi besar. Namun, menurut Lyotard narasi besar sudah tidak cocok lagi diterapkan pada masyarakat komputerisasi. Perkembangan teknologi telah membuat masyarakat berpikir secara rasional sehingga sulit untuk mempercayai narasi besar (Lyotard,1984:6-9).

(11)

Lyotard menggambarkan adanya persaingan teknologi di era postmodern. Menurutnya, persaingan antara negara-negara maju dibidang teknologi menimbulkan jarak yang semakin lebar dengan negara-negara dunia ketiga (Lyotard, 1991:5). Negara-negara maju berlomba untuk menemukan, mengembangkan, memproduksi dan memasarkan hasil-hasil teknologinya. Sedangkan negara-negara berkembang hanya menjadi pasar tenaga kerja murah dan sebagai tempat hasil-hasil teknologi dipasarkan.

Kekhawatiran Lyotard mengenai perkembangan teknologi muncul atas dasar keyakinan bahwa teknologi dapat berdiri secara otonom tanpa keterlibatan manusia. Teknologi yang dapat berdiri sendiri diluar kendali manusia adalah teknologi yang dapat berpikir sendiri atau memiliki kecerdasan buatan. Apabila jenis teknologi tersebut terus dikembangkan hingga diluar batas kendali manusia maka akan menimbulkan masalah kemanusiaan. Pada suatu titik tertentu, teknologi yang berkembang pesat tidak akan dapat dikontrol manusia. Teknologi sudah berada diluar kendali manusia bahkan sejak manusia belum ada. Menurut Lyotard,

“…, technology wasn’t invented by us humans. Rather the other way around. As anthropologist and biologists admit, even the simplest life form, infusoria (tiny algae synthesized by light a edges of tidepools a few million years ago) are already devices. Any material system is technological if it filters information useful to its survival, if it memorizes and processes that information and makes inferences based on the regulating effect of behaviour, that is, if it intervenes on and impacts its environment so as to assure its perpetuation at least. A human being isn’t different in nature from an object of this type (Lyotard, 1991: 12).

(12)

E. Metode Penelitian

Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian filsafat masalah aktual. Jenis metode penelitian ini dipilih karena artificial intellegence merupakan masalah aktual yang masih terus berkembang dan menjadi perdebatan dalam dunia keilmuan. Bahan dan materi dari penelitian ini diperoleh melalui buku maupun tulisan-tulisan dan berbagai literatur yang berkaitan.

1. Bahan dan Materi Penelitian a. Sumber pustaka primer:

1) Lyotard, Jean-Francois. 1991. The Inhuman: Reflection on Time (diterjemahkan oleh Geoffrey Bennington dan Rachel Bowlby dari judul asli L’Ihnuman: Causeries sur le temps). Oxford: Polity Press.

2) Sim, Stuart. 2003. Lyotard dan Nirmanusia diterjemahkan dari Lyotard and the Inhuman. Yogyakarta : Penerbit Jendela.

3) Ertel, Wolfgang. 2011. Introduction To Artificial intellegence. Verlag: Springer.

4) Stuart, Russell dan Peter Norvig. 1995. Artificial intellegence; a modern approach. New Jersey: Prentice Hall.

b. Sumber pustaka sekunder:

Sumber pustaka sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, jurnal dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan artificial intellegence serta pemikiran inhuman Lyotard.

(13)

a. Pengumpulkan data kepustakaan yang berkaitan dengan objek material dan objek formal penelitian.

b. Pengelolaan data, yaitu mengelompokkan data menurut keperluan dan melakukan analisis terhadap data yang terkumpul.

c. Penyusunan hasil penelitian dengan membuat laporan penelitian berdasarkan data yang telah diperoleh melalui kedua tahap sebelumnya.

3. Analisis Hasil

Analisis data pada penelitian ini mengacu pada buku karangan Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair tahun 1990. Adapun unsur-unsur yang digunakan antara lain sebagai berikut (Bakker dan Achmad Charris Zubair, 1990: 111-113):

a. Deskripsi

Menjelaskan secara rinci mengenai artificial intellegence serta pemikiran inhuman Lyotard.

b. Hermeneutika

Usaha memahami isi atau makna dari data-data yang telah ditemukan yaitu mengenai artificial intellegence dan pemikiran inhuman Lyotard.

c. Holistika

Data yang telah dikumpulkan akan dilihat secara keseluruhan dalam memandang artificial intellegence dan pemikiran inhuman Lyotard. d. Koherensi Intern

(14)

Usaha mencari keterkaitan antara objek material dengan objek formal yakni artificial intellegence dengan pemikiran inhuman Lyotard.

F. Hasil Yang Ingin Dicapai

Hasil yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh pemahaman tentang pemikiran inhuman Lyotard.

2. Memperoleh pemahaman yang mendalam tentang artificial intellegence. 3. Pemahaman artificial intellegence dalam perspektif pemikiran inhuman

Lyotard.

G. SISTEMATIKA PENELITIAN

Penelitian tentang artificial intellegence ditinjau dari prespektif pemikiran inhuman Lyotard ini terdiri atas lima bab, antara lain;

BAB I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan daftar isi.

BAB II memuat tentang pemikiran inhuman Lyotard yang dimulai dari latar belakang hingga tokoh yang mempengaruhi pemikiran Lyotard.

BAB III menguraikan gambaran umum tentang artificial intellegence. BAB IV menganalisis gambaran artificial intellegence dari sudut pandang pemikiran inhuman Lyotard.

BAB V berisi tentang kesimpulan yang merupakan ringkasan dari bab-bab sebelumnya dan saran dari penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Subiyanto (1999:262) data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari sumber penelitian, biasanya berwujud data dokumentasi atau data yang telah tersedia. Data

Sasaran Program Studi Pendidikan Biologi disesuaikan dengan misi program studi agar peserta didik sebagai calon guru biologi yang: (1) beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,

Pola penguasaan tanah orang jawa cenderung berada diantara dua kutub yang berlawanan yaitu antara pemilikan komunal yang kuat atau hak ulayat dan pemilikan

Percobaan pemberian Tiamulin hydrogen fumarat 10% sebanyak 30 ppm dan amoxicillin 110 ppm yang dicampur dalam pakan starter yang mengandung Monensin 100 ppm dan diberikan pada

Pada proses pengklasifikasian data akan digunakan metode Support Vector Machine (SVM) yang telah dioptimasi sehingga dapat melakukan tahapan klasifikasi dengan menggunakan lebih

Sight singing adalah latihan menyanyikan notasi nada sesuai dengan melodi. Sight singing dilakukan secara individual melalui latihan vokal dan pengungkapan nada

PEMERIKSAAN ENDOPARASIT PADA IKAN LAUT KONSUMSI DOMESTIK DI (BKIPM) KELAS II TANJUNG EMAS DESA TANJUNG EMAS, KECAMATAN SEMARANG UTARA, KABUPATEN SEMARANG,

Memiliki follower yang banyak membuat banyak selebritis membangun ide-ide dengan berbagai konten yang menarik untuk mempromosikan produk dari pemilik