• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

“To live in the future, one must first understand their history” by anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia mempelajari benda-benda dari masa lalu, yaitu dengan mempelajari apa yang telah terjadi agar dapat lebih mengerti mengenai diri sendiri serta mempelajari kegagalan dan keberhasilan yang telah terjadi sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil di masa depan.

Kini masa lampau dipenuhi dengan pengetahuan yang terlupakan. Hingga saat ini banyak benda yang masih tidak ketahui dengan jelas fungsi dan penggunaannya. Maka untuk mengerti tentang masa lalu, manusia mempelajarinya melalui manuskrip-manuskrip dan buku-buku sejarah tetapi buku sedetail apa pun penulisan sejarahnya, tidaklah objektif. Sehingga untuk mendapat pengetahuan tentang masa lalu seakurat mungkin dipelajarilah benda-benda kuno yang ditemukan, dari sinilah ilmu arkeologi berperan aktif. Pada awalnya ilmu arkeologi pun muncul karena terdapat kesenangan untuk mengumpulkan barang-barang antik yang memunculkan ilmu arkeologi yang dipelajari di masa sekarang.

(2)

Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan sosial dan budaya di masa lalu melalui tinggalan materinya yang tujuannya agar dapat menjelaskan dan memahami kejadian di masa lalu dan serta alasan kejadian tersebut terjadi (Sharer dan Ashmore 2003, g-2). Arkeologi adalah ilmu yang dapat menjelaskan hubungan antara tingkah laku manusia dan artefak. Dari sudut pandang arkeologi, tingkah laku manusia merupakan akibat dari lingkungan sekitarnya. Dalam rangka untuk mencapai pengertian akan tingkah laku manusia berdasarkan artefak, arkeolog harus mampu membaca atribut atau karakteristik artefak (Rathje dan Schiffer 1982, 6-7).

Salah satu kajian dalam ilmu arkeologi adalah kajian seni bangunan (arsitektur). Cakupan kajian seni bangunan (arsitektur) terbagi menjadi tiga yaitu, kajian makro, semi makro atau meso dan mikro. Kajian seni bangunan makro adalah kajian seni bangunan mengenai kompleks bangunan, semi makro atau meso adalah kajian seni bangunan mengenai bangunan (tunggal) dan mikro adalah kajian seni bangunan mengenai ruang-ruang dalam bangunan tersebut. Kajian seni bangunan mikro pun tidak hanya membahas mengenai ruang saja (Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional 2008, 177-178) tetapi juga bagian dari ruangan tersebut, yaitu pintu dan lebih khususnya adalah pegangan pintu dan kunci.

Kunci dan pegangan pintu tertua yang pernah ditemukan berasal dari Kerajaan Babilonia dalam sebuah gambar pada tablet yang berumur 4000 tahun (www.historicallocks.com), selain itu ditemukan juga kunci dan pegangan pintu dalam reruntuhan kota kuno Nineveh di Mesir berumur 3500 tahun yang lalu (www.charleslocksmith.com). Kunci dan pegangan pintu kemudian mengalami perkembangan selama beberapa milenium sesuai

(3)

dengan tuntutan jaman. Kunci dan pegangan pintu yang ada di Indonesia sendiri banyak mendapat pengaruh dari budaya Eropa. Hal ini terjadi dikarenakan Indonesia yang dulu dijajah oleh Belanda selama kurang lebih 350 tahun. Vitalnya posisi kunci dan pegangan pintu dalam arsitektur bangunan sama sekali luput dari perhatian banyak ahli, yang mengakibatkan perkembangan kunci dan pegangan pintu ini tidak terekam sama sekali dalam kajian-kajian sehingga banyak pegangan pintu dan kunci yang telah “punah”. Kepunahan ini pun akibat dari tingginya nilai jual kunci dan pegangan pintu kuno, yang mengakibatkan banyak rumah-rumah kuno yang pegangan pintu dan kuncinya dibongkar untuk dijual kembali.

Pura Mangkunegaran adalah salah satu dari contoh tempat yang cukup menjaga kelestarian tinggalannya. Pura Mangkunegaran yang terletak di Kota Solo Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu kompleks bangunan di Indonesia khususnya Pulau Jawa yang di dalamnya terdapat ragam kunci dan pegangan pintu klasik yang masih mendapat pengaruh budaya Eropa. Kunci dan pegangan pintu tersebut secara kualitas dan kuantitas masih banyak yang dapat diamati. Akan tetapi kerusakan benda tersebut tidak dapat terhindarkan, karena kurangnya pengetahuan mengenai perbaikan kunci dan pegangan pintu membuat benda tersebut lebih banyak digunakan sebagai sekedar hiasan pintu oleh pengurus Pura Mangkunegaran. Kunci dan pegangan pintu tersebut rata-rata masih ada tetapi pada pintu yang sama juga terpasang kunci dan pegangan yang baru.

Kunci dan pegangan pintu sendiri tidak hanya sekedar berfungsi sebagai pengaman dan alat bantu untuk membuka pintu tetapi juga memiliki fungsi lain. Seperti kunci pada masa lalu dapat menjadi indikator bahwa

(4)

pemilik rumah memiliki barang berharga yang perlu dijaga sehingga membutuhkan kunci untuk menghalangi orang agar tidak dapat masuk dengan mudah. Begitu juga dengan pegangan pintu, bentuknya yang penuh dengan hiasan menunjukkan bahwa sang pemilik memiliki selera seni dan nilai prestisius yang lebih tinggi. Sehingga muncul pertanyaan apakah kunci dan pegangan pintu di Pura Mangkunegaran juga memiliki arti yang lebih mendalam dari sekedar keamanan dan alat bantu untuk membuka pintu saja.

B. RUMUSAN MASALAH

Penelitian ini dibuat karena melihat banyaknya kunci dan pegangan pintu kuno di Indonesia yang belum pernah diteliti. Penelitian ini dilakukan di Pura Mangkunegaran yang pegangan pintu dan kuncinya masih cukup utuh dan terpelihara. Akses ijin penelitian di Pura Mangkunegaran pun lebih mudah didapatkan. Menurut Sharer dan Ashmore dalam Arhaeology: Discovering Our Past, kemudahan akses ijin penelitian berpengaruh pada kelancaran keberlangsungan penelitian sehingga harus dipastikan daerah yang akan diteliti memiliki ijin (2003, 157). Latar belakang sejarah kunci dan pegangan pintu di Pura Mangkunegaran sebagai benda yang digunakan oleh keluarga Adipati Mangkunegara ini yang membuat pegangan pintu dan kunci ini menjadi lebih kompleks daripada pegangan pintu dan kunci pada rumah kuno biasa. Oleh karena itu, rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(5)

1. Seperti apa ragam kunci dan pegangan pintu di Pura Mangkunegaran?

2. Apakah kunci dan pegangan pintu di Pura Mangkunegaran dapat menggambarkan strata sosial pengguna ruangan yang bersangkutan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul dan telah diungkapkan sebagai pokok pembahasan. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengerti apakah pegangan pintu dan kunci dapat menggambarkan strata sosial pengguna ruangan serta untuk mendapatkan informasi mendalam mengenai ragam kunci dan pegangan pintu yang terdapat di Pura Mangkunegaran. Untuk mengetahui perkembangan tren teknologi kunci dan pegangan pintu di masa lalu sehingga terlihat bagaimana pengaruh itu menjadi inspirasi untuk pembuatan kunci dan pegangan pintu di masa kini. Penelitian ini diadakan karena di Indonesia belum pernah ada penelitian mengenai kunci dan pegangan pintu maka penelitian dimulai di Pura Mangkunegaran agar kunci dan pegangan pintu ini tidak terlanjur “punah”. Penelitian ini juga dilakukan untuk memperkaya kajian ilmu arkeologi khususnya dalam bidang seni bangunan keraton.

(6)

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini adalah bangsal-bangsal utama di Pura Mangkunegaran, yaitu Dalem Ageng, Pringgitan, Bangunan Pracimayasa, dan Bangunan Kantor-Kantor Urusan Dalam. Penelitian ini dilaksanakan di Pura Mangkunegaran dengan alasan secara kualitas dan kuantitas objek penelitian masih terjaga.

E. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyusun deskripsi secara sistematis, faktual, serta akurat atas data yang ada kemudian dianalisis sehingga didapatkan kesimpulan (Tan 1981, 42). Penalaran yang digunakan bersifat induktif, yaitu penelitian yang berdasarkan pengamatan sampai dengan penyimpulan, sehingga terbentuk generalisasi empirik. Tipe penelitian ini sendiri adalah eksploratif, yaitu menjajagi potensi arkeologis yang terdapat di suatu tempat untuk mengetahui sesuatu yang belum diungkapkan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional 2008, 20). Objek penelitian ini adalah kunci dan pegangan pintu yang terdapat di Pura Mangkunegaran.

Penelitian akan dilakukan di Dalem Ageng, Bangunan Pracimayasa, dan Bangunan Kantor-Kantor Urusan Dalam. Penelitian dimulai dari Dalem Ageng tersebut, ruang utama Dalem Ageng sendiri tidak dapat diteliti karena berisi pusaka sehingga penelitian hanya akan dilakukan di depan pintu masuk Dalem Ageng atau yang disebut juga dengan Pringgitan dan

(7)

kamar-kamar di belakang ruang utama Dalem Ageng. Kamar ini pun tidak dapat diteliti dari dalam karena merupakan kamar putri tertua Sri Paduka Mangkunegara, sehingga penelitian hanya dilakukan dari luar ruang tersebut. Penelitian dilanjutkan ke Pracimayasa yang terdapat beberapa ruang terbuka untuk umum sehingga penelitian mudah dilakukan. Namun terdapat beberapa ruangan yang tidak boleh digunakan untuk penelitian karena merupakan kediaman pribadi keluarga Adipati Mangkunegara. Penelitian dilanjutkan ke bangunan Kantor-Kantor Urusan Dalam, di bangunan ini penelitian lebih mudah dilaksanakan sehingga data yang dihasilkan lebih maksimal.

Untuk menjawab pertanyaan permasalahan dalam penelitian ini, maka akan dijabarkan beberapa tahapan ketika melaksanakan proses penelitian, yaitu :

1. Tahap Pengumpulan Data a. Observasi Langsung

Observasi adalah cara mengamati objek secara langsung di lapangan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak mungkin untuk keperluan penelitian. Dalam hal ini objek tersebut adalah kunci dan pegangan pintu di Pura Mangkunegaran. Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi aspek dekoratif seperti warna, hiasan dan ragam hias. Observasi juga dilakukan untuk menilai kualitas dan kuantitas objek serta untuk mendapatkan akses ijin penelitian.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai objek pada masa sekarang. Inti pertanyaan yang nantinya akan ditanyakan adalah

(8)

mengenai siapakah pengguna serta fungsi dari ruangan tersebut. Inti pertanyaan tersebut dapat berkembang tergantung pada pengetahuan narasumber tersebut. Narasumber yang dipilih adalah orang-orang yang menangani bagian pemeliharaan bangunan Pura Mangkunegaran dan pengguna atau penjaga ruangan. Narasumber yang dipilih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

c. Dokumentasi

Mengumpulkan data berupa foto dan gambar mengenai kunci dan pegangan pintu sebagai bukti visual terhadap penelitian yang dilakukan dan sebagai pendukung penelitian dalam menjawab permasalahan. Dokumentasi dapat dilakukan secara primer yang didapat langsung saat melakukan penelitian di Pura Mangkunegaran atau secara sekunder yang didapat dari berbagai sumber pustaka maupun internet.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka terdiri dari bahan bacaan tercetak, bahan bacaan dari internet, peta serta gambar. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data utama yang dapat mendukung penelitian untuk mendeskripsi dan menganalisis bahan pokok penelitian ini.

2. Tahap Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis objek (artefak), yaitu :

a. Analisis morfologi, yaitu mengidentifikasi pegangan pintu dan kunci dalam hal bentuk (shape) dan ukuran (size) artefak;

b. Analisis stilistik, yaitu mengidentifikasi aspek dekoratif seperti warna, hiasan, dan ragam hias; dan

(9)

c. Analisis kontekstual, yaitu mengamati hubungan kunci dan pegangan pintu dengan pengguna ruangan tersebut sebagai satu matriks (association) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional 2008, 40-41).

3. Tahap Interpretasi Data

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data hasil observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka, serta data yang didapatkan dari internet. Data tersebut kemudian diolah dan dijabarkan, menggunakan tabel dan foto sebagai pendukung agar penjelasan lebih mudah dipahami. 4. Tahap Kesimpulan

Dalam penelitian ini setelah tahap analisis selesai dilaksanakan akan dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu “Seperti apa ragam kunci dan pegangan pintu di Pura Mangkunegaran?” dan “Apakah kunci dan pegangan pintu di Pura Mangkunegaran dapat menggambarkan strata sosial pengguna ruangan yang bersangkutan?”.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini pemerintah akan menggunakan lima opsi dalam strategi pembiayaan APBN 2020 yaitu: (1) optimalisasi sumber internal pemerintah atau non-utang, (2) penarikan

Implementasi tahun ke-2 proyek PHK-PKPD Fakultas Kedokteran UMI resminya dimulai bulan Januari 2012 tetapi karena masalah revisi TOR yang baru mulai dilakukan pada bulan

f. Sebagaimana ketentuan Pasal 344 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Daerah,

 Hanya telinga kiri yang akan terdengar bunyi (telinga kanan tidak akan terdengar bunyi) : kedua telinga normal, terdapat efek masking makanya orang tersebut

Oleh karena itu dalam program pelepasliaran burung kakatua hasil penyerahan masyarakat perlu dilakukan identifikasi secara morfologi dan teknik DNA molekuler untuk

Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah, yang dapat dipergunakan oleh daerah

Tim penjaringan dan penyaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, melaksanakan tugas terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala Desa tentang Pembentukan Tim

Saran yang dapat diberikan terkait dengan sistem sanksi dalam hukum Islam adalah: Negara Indonesia seharusnya tidak membatasi keberlakuan hukum Islam di Indonesia