• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hukum yakni orang atau badan hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hukum yakni orang atau badan hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Pasien

1. Pengetian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum yakni orang atau badan hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis.13 Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.14

Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrument untuk mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban subyek hukum. Selain itu, hukum juga berfungsi sebagai instrumen perlindungan bagi subyek hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.15

13 http://tesishukum.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2020, Pukul 14.34 WIB 14 Satjipto Rahardjo. 1993 Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyarakat Yang Sedang

Berubah, Jurnal Masalah Hukum. Edisi 10

15 Sudikno Mertokusumo. 1993.Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

(2)

Berikut merupakan pengertian mengenai perlindungan hukum dari pendapat para ahli, yakni sebagai berikut:

a. Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.16

b. Menurut Phipipus M.Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenanangan.17

c. Menurut CST Kansil perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari ganguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.18

d. Menurut Philipus M. Hadjon Perlindungan Hukum adalah Sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.

16 Glosarium. Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli.

http://tesishukum.com/pengertian- perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 2 januari 2020 pukul 14.52 WIB.

17 Satijipto Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. hlm. 54. 18 Glosarium. Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli.

(3)

e. Menurut Muktie, A. Fadjar Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak- hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulam peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.19 Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep Negara Hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.

Dalam menjalankan dan memberikan perlindungan hukum dibutuhkannya suatu tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang sering disebut dengan sarana perlindungan hukum. Sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam yang dapat dipahami, sebagai berikut:

19 Yohana Puspitasari Wardoyo. Thesis. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap

Iklan Kosmetik Yang Menyesatkan Melalui Media Periklanan”. Malang. 2017. Universitas

(4)

a. Sarana Perlindungan Hukum Preventif

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.

Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.

b. Sarana Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Peradilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.

Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap

(5)

hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

2. Teori Perlindungan Hukum

Tujuan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Dalam mewujudkan keadilan, Adam Smith melahirkan ajaran mengenai keadilan (justice) yang menyatakan the endof the justice to secure from the injurity. Menurut G.W.Paton, hak yang diberikan oleh hukum ternyata tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan, tetapi juga unsur kehendak (the element of will). Teori hukum bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam. Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, namun dalam manifestasinya dapat berwujud konkret. Suatu ketentuan hukum dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya, dan berkurangnya

penderitaan.20

Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo awal mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral

20 Philipus M.Hadjon. 1987. Perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia. Surabaya. Penerbit Bina Ilmu.

(6)

adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.21

Fitzgerald menjelaskan teori pelindungan hukum Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.22

3. Perlindungan Hukum Pasien

Perlindungan hukum berarti adanya pengakuan, kepatuhan, serta adanya dukungan atas hak-hak segenap pribadi, segenap keluarga dan segenap kelompok, beserta aspek pelaksanaannya.23

Maka, hukum perlindungan pasien adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi pasien dalam hubungan dan masalah pelayanan medis

21 Dalam Satjipto Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti hlm 5 22 Ibid hal 54

23 Koerniatmanto Soetoprawiro. 2003. Bukan Kapitalisme Bukan Sosialisme. Yogyakarta: Kanisius.

(7)

dengan tenaga medis maupun penyelenggara medis, dalam hal memperoleh pelayanan medis. Tegasnya, hukum perlindungan konsumen merupakan keseluruhan peraturan perundang-undangan, baik undang-undang maupun peraturan perundang-undangan lainnya serta putusan hakim yang substansinya mengatur mengenai kepentingan konsumen.

Berdasarkan deklarasi hak-hak manusia (declaration of humans rights) dari PBB, tahun 1948 setiap orang berhak mendapat pelayanan dan perawatan kesehatan bagi dirinya dan keluarganya , juga jaminan ketika menganggur, sakit, cacat, menjadi janda, usia lanjut atau kekurangan nafkah yang disebabkan oleh hal-hal di luar kekuasaannya. Pasien seharusnya dihargai hak dasar dan hak asasi pasien, namun terkadang karena beberapa hal hak pasien ini diabaikan, sehingga perlindungan hukum terhadap pasien semakin memudar. 24

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan perlindungan hukum, baik kepada pasien sebagai penerima (konsumen) jasa pelayanan kesehatan dan pemberi (produsen) jasa pelayanan kesehatan, diantaranya Pasal 53, 54, dan 55. Dibutuhkan perlindungan hukum bagi pasien (penerima jasa pelayanan kesehatan), yang senantiasa diabaikan haknya untuk mendapatkan perawatan kesehatan.25

24 Siringoringo Valeri M.P., Hendrawati Dewi, Suharto R. 2017. Pengaturan perlindungan

hukum hak- hak pasien dalam peratura perundang-undangan tentang kesehatan di indonesia. Law Jurnal. Volume 6, Nomor 2. Semarang. Fakultas hukum Universitas

Diponegoro

25 Eka Ryanda Pratiwi, Mahdi Syahbandir dan Azhari.2017. perlindungan hukum terhadap hak

asasi pasien pengguna badan penyelenggara jaminan social kelas 3 . Law Jurnal. Vol.1(1). Banda

(8)

UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran memeperhatikan pada pasal 3 dan pasal 4, pemerintah melalui undang-undang ini berusaha untuk memberikan perlindungan baik pada pasien, masyarakat penerima jasa kesehatan dengan usaha meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan menertapka agar dalam melakukan pelayanan kesehatan semua tindakan dokter harus didasarkan pada persetujuan dari (informed consent) sebagaimana diatur dalam pasal 45 UU N o 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.26

Perlindungan terhadap pasien sebagai penerima jasa pelayanan medis, juga tercantum pada pasal 66 UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Hal ini tertulis pada pasal 66 ayat (1) : “setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukn secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia”. Juga disebutkan pada ayat (3) : “ pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan. Pada pasal 69 khususnya pada ayat (3) : “sanksi displin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa :

a. Pemberian peringatan tertulis;

b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat ijin praktik; dan/atau

26 Soewono Hendrojono. 2006. Perlindungan hak-hak pasien dalam transaksi terapeutik. Surabaya:

(9)

c. Kewajiabn mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikam dokter atau dokter gigi”27

4. Hubungan Hukum Pasien dan Rumah Sakit

Upaya kesehatan di rumah sakit dimulai dari hubungan dasar antara dokter dengan pasien dalam bentuk perjanjian terapeutik. Perjanjian terapeutik adalah suatu perjanjian dimana dokter berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien dari penderitaan sakitnya atau yang lazim disebut perjanjian inspanning

ver-bitenis,dimana dalam hal ini yang dituntut bukan perjanjian hasil atau resultaat verbitenis namun yang dituntut adalah suatu upaya yang maksimal yang

dilakukan dokter atau usaha yang maksimal.28 Meskipun demikian, pasien memiliki kemungkinan untuk mengadakan perjanjian terapeutik dengan rumah sakit dalam bentuk perawatan sekaligus pelayanan medis. Dengan demikian, disamping melakukan kegiatan pelayanan perawatan rumah sakit juga melakukan pelayanan medis. Bukan hanya itu, dalam pelayanan kesehatan pihak rumah sakit juga memberikan pelayanan penunjang, antara lain laboratorium.

Objek dari perawatan medis tidak termasuk barang, tetapi berbentuk jasa, yaitu pelayanan yang layak dan keahlian.29 Produk barang yang digunakan dalam

perawatan medis merupakan unsur pendukung dalam perawatan medis yang memiliki karakteristik berbeda dengan produk jasa perawatan medis. Pada kontrak perawatan medis di rumah sakit pada pasien rawat inap (In patient) maka kontrak

27 Ibid . hlm 106

28 Yunanto. 2011. Pertanggungjawaban Dokter dalam Transaksi Terapeutik. Jurnal Law reform.

Vol. 6 No.1. Semarang. Fakultas hukum Universitas Diponegoro.

(10)

perawatan medis memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Kontrak perawatan medis yang terjadi di rumah sakit tidak semata dimaknai sempit sebatas pelaksanaan keilmuan kedokteran, tetapi juga ada perbuatan lain yang menjadi bagian dari kontrak perawatan medis. Penyediaan alat-alat kesehatan, tempat, obat-obatan dan instalasi merupakan bagian pendukung terhadap kewajiban perawatan medis yang akan dilakukan oleh penyedia jasa medis kepada pasien. Hal ini juga ditegaskan oleh Aline Leischner, Claudia Zeinhover, Christina Linder, dan Christan Kopetkzi :30

“The contract non only creates the hospital’s obligation to treat the patient

according to the current state of medical science and experience, but also to supply the patient with adequate in-patient care, including pre and post interventional supervision and appropriate accommodation and maintenance of the general safety of the patient premises and equipment. ”

Kegiatan pelayanan medis oleh tenaga medis dan kegiatan perawatan di rumah sakit pada umunya dilaksanakan secara bersama-sama. Di samping itu pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang upaya pelayanan kesehatan dapat dilakukan sebelum atau sesudah dilakukannya tindakan medis tertentu.

Dalam perjanjian terapeutik, di satu pihak terjadi hubungan hukum antara rumah sakit dengan pasien, di pihak lain terjadi hubungan hukum antara dokter sebagai tenaga medis yang bekerja di rumah sakit sehingga dokter memepunyai kewajiban yang harus dilakukan terhadap rumah sakit untuk melakukan pelayanan medis terhadap pasien.

(11)

Dalam praktiknya, hubungan yang hukum yang ditimbulkan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit anatra pasien dengan rumah sakit dibedakan menjadi dua macam perjanjian :

a. Perjanjian perawatan

Jika ada kesempatan, dalam hal nii ada kesempatan yang dilakukan antara rumah sakit dengan pasien bahwa piak rumah sakit menyediakan fasilitas kamar perawatan dan tenaga perawat yang melakukan tindakan perawatan. b. Perjanjian pelayanan medis

Jika ada kesepakatan anatra rumah sakit dengan pasien bahwa tenaga medis di rumah sakit akan berupaya secara maksimal untuk menyembuhkan pasien melalui tindakan medis.

Hubungan yang timbul dari tiap rumah sakit tersebut terdapat dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat melalui rujukan upaya kesehatan.31 Jika terjadi

kesalahan dalam pelayanan kesehatan maka menurut mekanisme hukum perdata pihak pasien dapat menggugat dokter berdasarkan onrechtmatige daad dan gugatan terhadap rumah sakit berdasarkan wanprestasi (di samping onrechtmatige daad).32

B. Tinjauan Umum Tentang Hak dan Kewajiban Pasien

1. Pengertian Pasien

Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis, kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa

31 Hendrik. 2011. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm 38 32 Ohoiwutun, Triana. 2008. Bunga Rampai Hukum Kedokteran. Malang : Bayumedia Publishing. Hlm

(12)

Inggris, patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang artinya "menderita",orang sakit (yang dirawat dokter), penderita (sakit).33 Sedangkan menurut pasal 1 ayat (4) Undang- Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, “Pasien adalah setiaporang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.”

Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menjelaskan bahwa “Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.” Sedangkan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien “Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.”

2. Jenis Pasien

Jenis- jenis pasien34 : a. Pasien umum,

33 Pasien. http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien. diakses tanggal 2 Januari 2020

34 Najib, Yudha. Hak dan Kewajiban Pasien BPJS, Umum dan Asuransi di IGD/UGD.

https://tirto.id/hak-dan-kewajiban-pasien-bpjs-umum-dan-asuransi-di-igdugd-ejzD. diakses tanggal 2 Januari 2020

(13)

Pasien kategori umum ketika masuk IGD adalah mengurus pendaftaran ke loket, dan langsung membayarnya di kasir RS. Dengan prosedur membawa kartu identitas dan kartu berobat (bila ada).

b. Pasien yang memiliki Kartu Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah)

Pasien yang memiliki kartu Jamkesda (Jaminan kesehatan daerah) harus membawa surat dari Dinas kesehatan, rujukan Puskesmas, Kartu identitas, Kartu Keluarga. Masing – masing difotocopy 5 rangkap. Dan mengurus persyaratan penjaminan biaya perawatan.

c. Pasien yang merupakan anggota Asuransi Jasa Raharja

Pasien yang merupakan anggota asuransi Jasa Raharja perlu membawa kartu berobat, kartu identitas, surat perintah mondok, surat laporan dari kepolisian, dan surat jaminan dari Jasa Raharja. Dengan mengurus penjaminan biaya di kasir.

d. Pasien yang memiliki Kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Pasien harus membawa Kartu Indonesia Sehat (KIS), kartu identitas dan Surat Egibilats Pasien (SEP) yang diterbitkan oleh rumah sakit.

3. Hak dan Kewajiban Pasien

Hak pasien sebenarnya merupakan hak yag asasi dan bersumber dari hak dasar individual, the right of self determination, atau zelfbeschikkingsrecht. Hak, dalam

Black’s Law Dictionary 7th ed, berarti sebagai right yang mengandung beberapa

(14)

(civil right).35 Hak pasien adalah kewenangan seseorang pasien untuk memenuhi tuntutannya sesuai dengan prinsip-prinsip moral atau etika.36 Hak pasien dapat

muncul dari hubungan hukum antara tenaga kesehatan dan pasien dan muncul dari kewajiban professional tenaga kesehatan berdasarkan ketentuan-ketentuan profesi. Fred Ameln menyebutkan beberapa hak pasien. Menurutnya hak-hak tersebut meliputi ha katas informasi, hak memberikan informasi, hak memilih dokter, hak memilih sarana kesehatan, ha katas rahasia kedokteran, hak menolak pengobatan, hak menolak suatu tindakan medic tertentu, hak untuk menghentikan pengobatan, hak melihat rekam medis, dan hak second opinion.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diatur mengenai hak untuk setiap orang tidak terkecuali bagi pasien, ketentuannya terdapat dalam pasal 4 sampai dengan pasal 8. Dijelaskan dalam pasal 4 bahwa “ setiap orang berhak atas kesehatan”, pasal 5 ayat (1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan (2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau (3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya, pasal 6 memuat bahwa “Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.”. pasal 7 memuat bahwa “Setiap orang berhak untuk

35 Yunanto Ari dan Helmi. 2010. Hukum Pidana Malpraktik Medik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hlm 18

36 Sudrajat A Diwa, Irawaty Dewi dan Mustikasari. 2008. Pemenuhan ha-hak pasien di

sebuah rumah sakit di jakarta. Jakarta. Jurnal Keperawatan Indonesia. Volume 12, No. 2.

(15)

mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab”, pasal 8 memuat bahwa “Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan”.

Kemudian hak- hak pasien di atas dikuatkan lagi di dalam ketentuan pasal 32 Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit :

a. Setiap pasien mempunyai hak: memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturanyang berlaku di Rumah Sakit;

b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;

c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional;

e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;

f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit; i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-

(16)

j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;

k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;

l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;

n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;

o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;

p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;

q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan

r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(17)

Pasal 52 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran juga menjelaskan bahwa “ Pasien, dalam meenrima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak :

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)

b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain

c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis d. menolak tindakan medis dan

e. mendapatkan isi rekam medis.37

Disamping hak atas informasi, pasien juga mempunyai hak-hak lainnya yang perlu diperhatikan seperti yang diatur dalam KODEKI sebagai berikut :

a. hak untuk hidup, ha katas tubuhya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar

Dikaitkan dengan Persetujuan Tindakan Medik, penolakan, atau persetujuan pasien terhadap tindakan medic tertentu merupakan pelaksanaan dari ketiga hak tersebut.

b. hak memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi kedokteran

Dalam hal kedokteran tidak memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar profesi, dan kemudian mengakibatkan cacat atau meninggalnya pasien, maka dokter ini telah melakukan pelanggaran terhadap hak pasien untuk

(18)

memperoleh pelayanan yang manusiawi tersebut, sehingga pasien berhak menuntut kepada dokter yang bersangkutan.

c. hak tentang memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya

Hak untuk memperoleh penjelasan ini merupakanhak informasi dalam hubungan transaksi terapeutik. Inti dari ha katas informasi ini adalah hak pasien untuk memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyakitnya. Hak atas informasi ini juga berfungsi sebagai hak atau hubungan keperdataan yang dapat digunakan pasien atau keluarganya untuk melakukan gugatan apabila terjadi hal-hal yang merugikan pasien.

Dalam hal hubungan dokter pasien, hak pasien atas informasi ini secara otomatis menjadi kewajiban dokter untuk dilaksanakan, baik diminta ataupun tidak oleh pasien.

d. hak untuk menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari transaksi terapeutik

Suatu hak asasi manusia, untuk menerima atau menolak sesuatu yang ditawarkan, apalagi bila hal ini dikaitkan dengan tindakan medik yang langsung berkaitan dengan dirinya. Pasien mempunyai hak dasar atau asasi untuk menentukan nasib sendiri, dan tindakan medic apapun yang akan dilakukan terhadap pasien, sungguhpun kesemuanya itu demi kepentingan pasien, maka

(19)

pasien harus diberikan haknya untuk memberikan persetujuannya terhadap tindakan medic yang akan dilakukan dokter atas dirinya. Pemberian persetujuan pasien tersebut seyogjanya dalam bentuk tertulis (apalagi menyangkut tindakan operasi besar).

Jika pasien menolak tindakan medic yang ditawarkan dokter, dokter tidak boleh memaksakan kehendaknya, walaupun dokter mengetahui penolakan tersebut dapat membahayakan jiwa pasien atau bahkan mungkin kematian pasien. Bila dokter tetap memaksakan kehendaknya terhadap pasien walaupun doter berniat baik untuk menyelamatkan nyawa penderita, akan berakibat dituntutnya dokter tersebut dengan tuduhan telah melakukan malpraktik. Contoh, kasus Muhidin di RS Sukabumi tahun 1986 mengenai operasi mata.

e. hak untuk memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran tersebut

Besarnya manfaat serta bahaya dari segu medic, psikologi, social dan ekonomi yang mungkin dapat terjadi selama penelitian perlu dijabarkan dengan cara yang mudah dimengerti oleh pasien. Serta harus dijelaskan bahwa sebagai subyek penelitian, setiap saat pasien boleh mengudurkan diri tanpa oenjatuhan sanksi, dan hasil penelitian yang telah dijalani tetap dijamin kerahasiaannya. f. hak untuk dirujuk ke dokter spesialis bila perlu dan dikembalikan ke dokter

yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut

(20)

Dokter wajib merahasiakan keterangan yang diperoleh dari pasien dan juga tentang penyakit pasien.38

Selanjutnya kewajiban pasien diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yaitu :

a. Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya.

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Menteri.

Dijelaskan lebih lanjut kewajiban pasien di dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yaitu :

a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya,

b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan dan d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.39

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, Pasien mempunyai kewajiban:

a. mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

38 Soewono Hendrojono. 2006. Perlindungan Hak- Hak Pasien dalam Transaksi Terapeutik. Surabaya.

Penerbit Srikandi. Hlm 56-58

(21)

b. menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;

c. menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit ;

d. memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;

e. memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya;

f. mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah

mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

g. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk

penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan h. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Menurut Fred Ameln, kewjiban pasien adalah :

a. Memberi informasi lengkap perihal penyakitnya kepada tenaga kesehatan b. Mematuhi nasihat tenaga kesehatan

(22)

d. Memberi imbalan jasa40

C. Tinjauan Umum Tentang Pelayanan Medis

1. Pengertian Pelayanan Medis

Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan persoalan konsumen. Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah pengunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu.41

Medis adalah bagian dari ilmu pengetahuan dari ilmu kesehatan yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dan pemulihan dengan menghilangkan penyakit.Termasuk di dalamnya penerapan oleh orang–orang dengan profesi dalam bidang medisdan juga berbagai cabang ilmu pengobatan

40 Hendrik. 2011. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm 46 41 Azrul Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Kesehahatan Edisi Ketiga. Tangerang: Binapura

(23)

kedokteran yang khusus dan spesialis berkaitan dengan profesi medis spesialis dibidang dengan organ atau penyakit tertentu.42

Pelayanan medis adalah suatu kegiatan mikro sosial yang berlaku antara orang perorangan sebagai langkah awal dalam proses pra transaksi pelayanan kesehatan. Maksud dari pelayanan medis ini adalah pelayanan awal berupa pemberian informsi medis, jenis dan prosedur pelayanan yang ditujukan pada pasien pada saat ia ingin melakukan tindakan medis atau mengkonsumsi produk kesehatan tertentu yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit.

Pelayanan medis merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, karena pelayanan kesehatan merupakan suatu kegiatan makrosisial yang berlaku antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi tertentu, masyarakat atau komunitas, sedangkan pelayanan medis adalah kegiatan mikrosisial yang berlaku antara orang perorangan.43

2. Tujuan Pelayanan Medis

Pelayanan medis bertujuan untuk memberikan tindakan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan umum kepada pasien sesuai kebutuhan dan standart kesehatan. Dijelaskan lebih lanjut terdapat beberapa tujuan pelayanan medis antara lain:

42 Maulana Zefri. 2016. Pengaruh Kualitas PelayananMedis,Paramedis dan Penunjang Medisterhadap

Kepuasaan Pasien Rawat Inapdi Rumah SakitHarapan Bunda Banda Aceh. Aceh. Jurnal Manajemen dan Keuangan. Vol.5, No.1. Fakultas Ekonomi, UniversitasSamudra

43 Elvandari Siska. 205. Hukum Penyelesaian Sengketa Medis. Yogyakarta. Penerbit Thafa

(24)

a. Promotif, ialah perawatan dan pengembangan kesehatan, keadaan tersebut sangat dibutuhkan seperti dalam pengembangan gizi.

b. Preventif, ialah penghindaran atas orang yang berbahaya tentang penyakit. c. Preventif primer, ialah terdiri dari metode pendidikan, seperti imunisasi,

pengadaan nutrisi yang baik.

d. Preventif sekunder, ialah penyembuhan penyakit fase sejak dini.

e. Preventif tersier, ialah pemeriksaan penyakit, pembuatan pemeriksaan dan pengobatan.

f. Kuratif, ialah mengobati penyakit.

g. Rehabilitasi, ialah penyembuhan dan dengan teknik pengobatan.44

Baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan medis mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat dalam mengatasi menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semua ketimpangan terhadap keadaan medis yang normatif. 45Dalam rangka menunjang kemandirian dan pelaksanaan profesi

kedokteran dalam pelayanan kesehatan, pemerintah menetapkan berlakunya standar pelayanan medis di rumah sakit dan standar pelayanan rumah sakit. Tujuan ditetapkannya standar pelayanan medis ini adalah untuk melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak sesuai dengan standar profesi. Standar pelayanan medis ini merupakan hukum yang mengikat para pihak yang berprofesi di bidang

44 https://pendidikanmu.com/2019/11/pengertian-pelayanan-kesehatan.html. diakses tanggal 2

Januari 2020

45 Benyamin Kumenta. 1989. Pelayanan Medis (citra, harapan dan konflik). Yogyakarta.

(25)

kesehatan dan mencegah terjadinya kelalian staf medsi dalam melakukan tindakan medis.46

Dalam pelayanan kesehatan (health care), terdapat dua kelompok yang perlu dibedakan, yaitu :

a. Health Receiver, yaitu penerima pelayanan kesehatan, misalnya pasien, orang yang ingin memelihara atau meningkatkan kesehatannya

b. Health Provider, yaitu pemberi pelayanan kesehatan, misalnya, dokter, perawat, bidan dan fisioterapi.47

D. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.48 Dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit menjelaskan bahwa “Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”. Sedangkan definisi rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien,

46 Johan N Nasution. 2005. Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter. Jakarta : PT

Rineka Cipta. Hlm 43

47 Hendrik. . 2011. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm 29-30 48 https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit. diakses tanggal 2 Januari 2020

(26)

“Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.”

Rumah sakit adalah tempat berkumpul sebagian besar tenaga kesehatan dalm menjalankan profesinya, seperti dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, nutrisionis, fisioterapis, dan ahli rekam medic.37 Hakekat rumah sakit sebagai sarana untuk melakukan upaya kesehatan oleh tenaga medis, instansi tempat dilaksanakannya profesi medis mengalami perubahan paradigma yang semula dianggap sebagai instansi social menjadi social ekonomi yang pada akhirnya rumah sakit disebut sebagai sarana pelayanan jasa kesehatan. 49

2. Fungsi Rumah Sakit

Fungsi rumah diatur di dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yaitu :

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

49 Hanafiah Yusuf dan Amir Amri. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:

Penebit buku kedokteran.. Hlm 160

50 Elvandari Siska. 205. Hukum Penyelesaian Sengketa Medis. Yogyakarta. Penerbit Thafa Media.

(27)

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;50

3. Jenis dan Klarifikasi Rumah Sakit

Pasal 18 sampai dengan pasal 21 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit menjelaskan bahwa Rumah sakit dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya, yaitu :

a. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan :

1. Rumah Sakit Umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

2. Rumah Sakit Khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

b. Berdasarkan jenis pengelolaan yang diberikan :

1. Rumah Sakit publik, dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan

(28)

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Rumah sakit public yang dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat dialihkan menjadi rumah sakit privat. 2. Rumah sakit privat, dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit

yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

Selain yang dijelaskan diatas, terdapat rumah sakit pendidikan yang diatur di dalam pasal 22 dan 23 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit. Rumah sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. Rumah sakit pendidikan ditetapkan oleh menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang membidangi urusan pendidikan. Rumah sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.

Sedangkan klarifikasi rumah sakit diatur didalam pasal 24 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit. Pasal 24 ayat (1) menjelaskan bahwa “Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit”. Pasal 24 ayat (2) menjelaskan bahwa, “Klasifikasi Rumah Sakit umum dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

(29)

a. Rumah Sakit umum kelas A;

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

b. Rumah Sakit umum kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

c. Rumah Sakit umum kelas C;

Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

d. Rumah Sakit umum kelas D.”

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

Sedangkan klarifikasi rumah sakit khusus sebagaimana yang dijelaskan di dalam pasal 24 ayat (3) yaitu, :

(30)

Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

b. Rumah Sakit khusus kelas B;

Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.

c. Rumah Sakit khusus kelas C.

Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal. Ayat (4) Cukup jelas.

4. Hak dan Kewajiban Rumah Sakit

Sudikno menyatakan bahwa dalam pengertian hukum, hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum. Kepentingan sendiri berarti tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu tuntutan yang pemenuhannya dilindungi oleh hukum.51

Hak rumah sakit diatur dalam Pasal 30 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang menjadi hak rumah sakit yaitu,

52 Sudikno Martokusumo, 1999, Mengenai Hukum : Suatu Pengantar,

(31)

a. menentukan jumlah, jenis dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi rumah sakit,

b. menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, c. melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan

pelayanan,

d. menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang- undangan,

e. menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian,

f. mendapatkan perlindungan hukum dan melaksanakan pelayanan

kesehatan,

g. mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

h. mendapatkan intensif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.

Kewajiban rumah sakit diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yaitu,

a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat,

b. memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai standar pelayanan rumah sakit,

(32)

c. memberikan pelayanan gaat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya,

d. berperan aktif dalam memberikan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya,

e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu dan miskin,

f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana alam dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan,

g. membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu

h. pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien, menyelenggarakan rekam medis,

i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia,

j. melaksanakan sistem rujukan,

k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan,

l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien,

m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien, n. melaksanakan etika rumah sakit,

(33)

o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulamgan bencana, p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara

regional maupun nasional,

q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya,

r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit,

s. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakuit dalam melaksanakan tugas,

t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

Peraturan Menteri Kesehatan No 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, menjelaskan bahwa “Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;

b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

(34)

e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin; f. melaksanakan fungsi sosial;

g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;

h. menyelenggarakan rekam medis;

i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;

j. melaksanakan sistem rujukan;

k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan;

l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;

m. menghormati dan melindungi hak pasien; n. melaksanakan etika Rumah Sakit;

o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana; p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional;

q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;

r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by

(35)

s. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan

t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan No 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, , Rumah Sakit mempunyai kewajiban mengupayakan:

a. keamanan dan pembatasan akses pada unit kerja tertentu yang memerlukan pengamanan khusus; dan

b. keamanan Pasien, pengunjung, dan petugas di Rumah Sakit.

Perlu diketahui juga bahwa Kewajiban Rumah Sakit melaksanakan fungsi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf f Peraturan Menteri Kesehatan No 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, dilaksanakan melalui:

a. memberikan pelayanan kesehatan Pasien tidak mampu atau miskin; b. pelayanan gawat darurat tanpa meminta uang muka;

c. penyediaan ambulans gratis;

d. pelayanan korban Bencana dan kejadian luar biasa; e. bakti sosial bagi misi kemanusiaan; dan/atau

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana aturan-aturan hukum internasional tentang pemanasan global, bagaimana perangkat hukum Internasional mengatur tentang

Metode APN merupakan suatu metode analisis yang memanfaatkan prinsip reaksi pengaktifan inti suatu unsur dengan neutron, yang akan memancarkan radiasi -γ dengan

Melihat ketentuan diatas, jelas bahwa anak angkat hanya dalam hal pemeliharaannya dan pendidikannya saja yang beralih dari orang tua kandung kepada orang tua

Teori yang dipakai yaitu unsur SPEAKING dari Hymes (1972) digunakan untuk menganalisis tuturan atau tanda verbal dan nonverbal yang terdapat dalam video Younglex

Menurut Adler dalam Alwisol (2009) setiap orang menciptakan sebuah tujuan final yang semu dalam membimbing tingkah laku, dengan memakai bahan yang diperoleh dari

Dari permasalahan tersebut peneliti mengambil tema penelitian yakni pengembangan media diorama pada materi perairan laut.Tujuan penelitian ini adalah untuk

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan fakta bahwa dalam hubungan patron klien antara juragan bawang dan buruh wanita di pasar bawang

Dalam buku yang ditulis Julius Pour tertulis, bahwa pada tanggal 13 Februari 1967, Jenderal Nasution secara terbuka mencurigai Presiden Soekarno terlibat dalam