• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Kontrol Traksi pada Electrical Wheel Haul Truck mengunakan Metode Adaptive Fuzzy Logic Controller (AFLC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Kontrol Traksi pada Electrical Wheel Haul Truck mengunakan Metode Adaptive Fuzzy Logic Controller (AFLC)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Kontrol Traksi pada Electrical Wheel Haul Truck

mengunakan Metode Adaptive Fuzzy Logic Controller (AFLC)

Kartika Dewi

1)

Rusdhianto Effendie AK

2)

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri1,2)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur

Email: sejuk_84@yahoo.co.uk

Abstract

This study developed a method of a traction control on three-phasa induction motor that is in use on haul trck as vehicle-wheel drive. The system that is controlled model vehicle or one quarter section of motion to review the direction and influence of suspence ignored. Traction control on the wheels using the method of direct torque control with adaptive fuzzy logic control. Value of torque and flux estimator block will be compared with the reference in order to obtain error value that could then serve as input for the controller. Simulation study using matlab 7.8, which will compare two methods of traction control that is classic DTC and two-level SVPWM method. The simulation results comparison of the classical DTC and DTC two-level SVPWM inverter, the required starting current two-level SVPWM inverter is 10.9% smaller than the classical DTC and better adaptability.

Keywords: Adaptive Fuzzy Logic Control, DTC, Haul Truck, SVPWM, Matlab

1. Pendahuluan

Tidak dapat disangkal bahwa Indonesia

merupakan negara dengan berbagai sumber daya alam yang cukup menjanjikan terutama dalam dunia pertambangan. Salah satu infrastruktur dalam dunia industri tambang dan merupakan alat transportasi utama adalah kendaraan truk engan kapasitas sampai 400 ton yang sering disebut haul truck.

Namun faktor pembatas haul truck berukuran besar adalah roda, mesin, infrastruktur (Kaifler, 2000). Motor induksi tiga fasa adalah salah satu jenis motor AC yang digunakan sebagai pengerak pada haul truck.

Motor induksi adalah alat penggerak yang paling banyak digunakan di industry-industri, karena jenis motor yang kokoh, handal dan mudah perawatanya (Paul, 1996). Namun, kelemahan karakteristik motor induksi adalah tidak dapat mempertahankan kecepatannya dengan kontan bila terjadi perubahan beban dan untuk mengembalikan performasi motor induksi dibutuhkan suatu rangkain pengendali.

Gaya traksi pada roda pengerak dapat membuat roda mempunyai torsi yang lebih besar dari torsi pelawan yang timbul akibat gaya gesek antara roda

dengan jalan. Fenomena ini menyebabkan

kerusakan pada roda dimana keausan roda menjadi

lebih cepat terjadi sehingga fenomena ini

merupakan sesuatu yang harus dihindari pada saat traksi.

Direct Torque Control (DTC) adalah suatu

metode kontrol torsi dan fluks secara langsung. Keunggulan dari DTC adalah tidak adanya

transformasi koordinat pada motor, tidak

menggunakan regulator arus, dan juga tidak mempunyai blok diagram modulasi tegangan.

Sedangkan kelemahan utama dari DTC adalah adanya ripple pada torsi motor, respon yang dihasilkan lambat pada saat posisi start, frekuensi

switching yang berubah-ubah, dan arus starting yang

dihasilkan cukup besar sehingga daya masukan yang

diperlukan juga besar. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut digunakan metode Space

Vector Pulse Width Modulation (SVPWM) menggunakan two level inverter.

Adaptive fuzzy logic controller adalah

logika fuzzy yang merupakan salah satu dari sistem pengaturan cerdas. Kontroler adaptive fuzzy logic

controller dapat beradaptasi jika terjadi perubahan

input sistem secara tiba-tiba karena pada kontroler ini dilengkapi dengan metode pembelajaran (Wang Xin-Li, 1997).

Pada penelitian ini akan didesain simulasi kontrol traksi wheel haul truck dengan Direct Torsi

Control(DTC) yang akan dibandingkan dengan Space Vector Pulse Width Modulation(SVPWM)

dengan menggunakan adaptive fuzzy logic

control(AFLC).

2. Metode Penelitian

2.1 Haul Truck (Kaifler,2000)

Truk tambang jenis ini tergolong kelompok kendaraan dengan penggerak roda belakang juga masuk kelompok kendaraan berat. Pengelompokkan kelas truk iasanya diukur dari kapasitas beban yang diangkut dalam ton. Kelas truk tambang dimulai dari truk kecil 30 ton sampai haul truck berukuran kelas 400 ton. Truk dipakai ditambang karena mudah dan fleksibel.

2.2 Model Dinamik Motor Induksi

(2)

terlebih dahulu harus diketahui pemodelannya. Dalam penelitian ini motor induksi yang berfungsi sebagai penggerak roda merupakan bagian yang akan dikontrol atau plant dari sistem yang dibangun.

Konsep utama dalam mengembangkan model matematis motor induksi tiga fasa adalah bagaimana merepresentasikan variabel tegangan, arus, dan fluks dalam bentuk vektor ruang (space vector) dengan

menggunakan sebuah kerangka acuan yang

didasarkan pada transformasi tiga fasa elemen keadaan tetap (a,b,c) menjadi elemen dua fasa keadaan tetap (sumbu αβ) kemudian ditransformasi lagi menjadi elemen dua fasa keadaan bergerak (sumbu dq).

Model dari motor induksi diperoleh dari gambar 1 yang menunjukkan rangkaian ekivalen dari motor induksi.

Konsep utama dalam mengembangkan model matematis motor induksi tiga fasa adalah bagaimana merepresentasikan variabel tegangan, arus, dan fluks dalam bentuk vektor ruang (space vector) dengan

menggunakan sebuah kerangka acuan yang

didasarkan pada transformasi tiga fasa elemen keadaan tetap (a,b,c) menjadi elemen dua fasa keadaan tetap (sumbu αβ) kemudian ditransformasi lagi menjadi elemen dua fasa keadaan bergerak (sumbu dq).

Model dari motor induksi diperoleh dari gambar 1 yang menunjukkan rangkaian ekivalen dari motor induksi.

Gambar 1. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

a. Persamaan tegangan stator

. . ...(1) s s s s s d s V R i j dt ω λ λ = + + Dimana: ...(2) ...(3) ...(4) s ds qs s s ds qs s ds qs V V jV V i I ji j λ λ λ = + = + = +

Dengan mensubstitusi persamaan (2) dan (3) kepersamaan (1), maka diperoleh:

.( ) . ...(5) ds qs ds qs s s d s V jV Rs i ji j dt ω λ λ + = + + +

b. Persamaan tegangan rotor

. ( ). ...(6) r r r s r r r d V R i j dt ω ω λ λ = + − + Dimana: ...(7) ...(8) ... r dr qr r dr qr r dr qr V V jV i I ji j λ λ λ = + = + = + ...(9)

Dengan mensubstitusikan persamaan (7) dan (8)

ke persamaan (6), maka diperoleh:

.( ) ( ). ...(10) dr qr dr qr s r r d r V jV Rs i ji j dt ω ω λ λ + = + + − +

c. Persamaan torsi elektromagnetik

Torsi elektromagnetik (Te) merupakan fungsi dari arus stator dan arus rotor, dirumuskan sebagai berikut: 3 . . ( . . )...(11) 2 e dr qs ds qr T= PM i ii i Dimana:

P : Jumlah pasang kutub M : Induktansi gandeng (H) Ids : Arus stator pada sumbu d (A) Iqs : Arus stator pada sumbu q (A) Idr : Arus rotor pada sumbu d (A) Iqr : Arus rotor pada sumbu q (A)

d.Kecepatan Angular

Kecepatan angular putaran motor, dinyatakan sebagai fungsi dari torsi elektromagnetik dan torsi beban, dirumuskan sebagai berikut:

. . . ...(12) rd r r r e l

J B T T

dtω ω+ = − Dimana:

Jr : Momen inersia motor (Kg.m2)

ωr: Kecepatan angular rotor (rad/s)

Br : Konstanta gesek motor (Kg.m2/s)

Te : Torsi elektromagnetis (Nm)

Tl : Torsi beban (Nm)

e. Fluk Linkage

Fluks Linkage didefinisikan sebagai besarnya

medan putar (fluks) pada kumparan, baik stator maupun rotor dengan jumlah N lilitan. Besarnya

fluks lingkage pada masing-masing rangkaian stator

dan rotor dinyatakan sebagai:

. . ...(13) . . ...(14) s s s r r r r s L i M i L i M i λ λ = + = +

Dengan memasukkan persamaan (3) dan (8) ke persamaan (13) dan (14) diperoleh:

.( ) .( )...(15) .( ) .( )...(16) s s ds qs dr qr r r dr qr ds qs L I ji M I ji L I ji M I ji λ λ = + + + = + + + Dimana:

λs : fluks lingkage pada kumparan Stator dengan N lilitan

λr : fluks lingkage pada kumparan Rotor dengan N lilitan

Ls : Induktansi diri kumparan Stator (H) Lr: Induktansi diri kumparan rotor (H) M : Induktansi gandeng (H)

Is : Arus pada kumparan stator (A) Ir : Arus pada kumparan rotor (A)

Diferensial arus stator dan rotor pd sumbu koordinat d (direct axis)

(3)

2 . . 2 . ... ... ... . ... ... ... ... ... .... .... 1 0 . . ... ... .... 0 1 0 ...0 ds ds s r r r r r qs dr s r s ss r r s dr qr r s i i R L M R M L M i d i i dt D R M L M R L L L i L M M L D ω ω ω ω           =       −        − − − +    ...(17) ds qs dr qr V V V V                 Dimana: 2 D=LsLrM

Diferensial arus stator dan rotor pd sumbu koordinat q (quadratur axis) 2 2 2 . ... ... ... ... .... ... ... ... ... . ... ... . . 1 ... sr r r r r ds qs s r s s s r rs dr r sr r r r qr r s s r rs R L M R M L M i i R M L M R L L L d i dt D M R L L M R M i L M R M L L ω ω ω ω ω ω ω ω −      =       − . . .. ... ... .... ... ... ... ... .... ... ... ... .... ... ... ... 0 . 0 0 0 .. 1 0 0 0 0 ds qs dr qr rs r ds s qs r dr s qr i i X i i R L L M V M L V X L M V D M L V                           −                        − ...(18) 

Diferensial arus motor pd sumbu koordinat d-q (direct - quadratur axis)

Dengan menggabungkan persamaan (17) dan (18) diperoleh: 2 2 2 . ... ... ... ... .... ... ... ... ... . ... ... . . 1 ... s r r r r r ds qs s r s s s r r s dr r s r r r r qr r s s r r s R L M R M L M i i R M L M R L L L d i dt D M R L L M R M i L M R M L L ω ω ω ω ω ω ω ω −     −  =       − . . .. ... ... .... ... ... ... ... .... ... ... ... .... ... ... ... 0 . 0 0 0 .. 1 0 0 0 0 ds qs dr qr r s r ds s qs r dr s qr i i X i i R L L M V M L V X L M V D M L V                           −                        − ...(19) 

Diferensial arus motor pd sumbu koordinat d-q (direct - quadratur axis)

Dengan mengambil asumsi bahwa Vr=0, karena rotor sangkar ujung-ujung kumparannya terhubung singkat secara permanen, maka:

2 2 2 . ... ... ... ... .... ... ... ... ... . ... ... . . 1 ... s r r r r r ds qs s r s s s r r s dr r s r r r r qr r s s r r s R L M R M L M i i R M L M R L L L d i dt D M R L L M R M i L M R M L L ω ω ω ω ω ω ω ω −     −  =       − . . .. ... ... .... ... ... ... ... .... ... ... ... .... ... ... 0 0 0 0 1 .. . ... 0 0 . . 0 0 0 0 ds qs dr qr r s r ds s qs r s i i X i i R L L M V M L V X L M D M L                           −              −            − ...(20)

Sudut Posisi Motor

Persamaan sudut posisi motor induksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(21)

r r

d dtθ ω=

Dimana:

ωr: Kecepatan angular rotor (rad/s)

θr: Posisi sudut rotor terhadap sumbu A-B (rad)

Kecepatan Putaran Rotor

Persamaan kecepatan putaran rotor dapat

dirumuskan sebagai berikut:

60 ...(22) 2 r n P ω π =

2.3 Direct Torque Control (DTC)

Direct Torque Control (DTC) merupakan suatu

teknik kontrol yang lebih mengarah pada pengaturan dengan torsi yang berubah – ubah sesuai kebutuhan beban pada motor khususnya motor induksi. Secara umum prinsip dari metode DTC adalah memilih satu

dari enam vektor egangan inverter dan dua

diantaranya adalah vektor nol.

Persamaan torsi pada motor induksi dapat diperoleh dari persamaan (23):

em 3 T = .sin ...(23) 2 m r s s r P L L L λ λ α − −

Dari persamaan diatas menunjukkan bahwa torsi

yang dihasilkan bergantung pada nilai dari

magnitude fluks stator, magnitude fluks rotor, dan

sudut fasa antara vektor fluks stator dan rotor. Persamaan pada stator motor induksi adalah:

. ...(24) s s d s s V I r dt λ− − − = −

Persamaan (24) dapat diasumsikan sebagai persamaan (25) jika resistensi stator diabaikan dan periode waktunya sangat singkat.

0 t s V dts λ =

. ...(25) s Vs t λ− =− △ △

Blok diagram dari sistem DTC untuk motor induksi tiga fasa ditunjukkan pada gambar 2:

Gambar 2 Blok diagram DTC pada motor induksi

2.4 Estimator Fluks dan Torsi

Pada pengaturan kecepatan putaran motor induksi metode DTC, estimator berfungsi sebagai pengganti sensor kecepatan dan posisi rotor. Estimator akan menentukan nilai dari torsi dan fluks yang selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai dari torsi dan fluks pada referensi. Untuk menentukan nilai dari fluks pada estimator dapat diturunkan dari Persamaan 26 sebagai berikut:

...(26) s s s d s V R I dtλ − − = +

Dari persamaan 26 diatas didapatkan nilai fluks dari persamaan 27 :

( . ) ...(27)

s Vs i R dts s

λ =∫ −

Dengan nilai magnitude dan sudut fluks stator adalah sebagai berikut :

(4)

2 2 ...(28) s qs ds λ = λ +λ 1 tan qs...(29) s ds λ α λ λ − = ∠ =

Nilai torsi estimasi didapatkan dari persamaan 11:

(

)

3 ...(30) 2 e ds qs qs ds T = p λ i −λ i

2.5Teknik Space Vector Pulse Width Modulation

(SVPWM)

Space Vector Pulse Width Modulation (SVPWM)

merupakan pengembangan dari metode PWM sebelumnya. Metode ini biasanya diterapkan pada inverter 3 fasa. Metode PWM yang satu ini didasarkan pada adanya ruang vektor pada koordinat abc 3 fasa. Untuk lebih jelasnya, harus dipahami terlebih dahulu mengenai cara kerja inverter tiga fasa dan bagaimana ruang vektor bisa dihasilkan.

Setelah mendapat tegangan referensi 3 fasa maka untuk menjalankan teknik modulasi SVPWM perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

• Langkah 1 : Menentukan Vα, Vβ, Vref dan besar

sudut (θ). Vα dan Vβ merupakan kerangka acuan

tetap yang berguna untuk mentransformasikan

tegangan 3 fasa. Sedangkan Vref merupakan

tegangan referensi (magnitude) dari Vα,β dan sudut

teta (θ) merupakan sudut dari Vref. Berikut ini

adalah persamaan yang digunakan untuk

mendapatkan besar tegangan Vα dan Vβ yang merupakan persamaan transformasi Clarke.

                      − − − =       ∴ cn bn an V V V 2 3 2 3 0 2 1 2 1 1 3 2 β α V V

Sedangkan untuk nilai Vref dan sudutnya, bisa

didapatkan dari persamaan berikut:

1 2 2 . 2 . ...(32) tan ref s V t t V

V

V

V

α β α β α − ω π − = +     = = =  

• Langkah 2: Menentukan rentang waktu T1,T2, dan

T0.

Setelah didapatkan Vref dan sudut θ maka perlu

dicari besar T1,T2,dan T0. T1 merupakan waktu yang

mempengaruhi vektor pertama pada suatu sektor dan

T2 merupakan waktu yang mempengaruhi vektor

kedua pada suatu sektor. Sedangkan T0 merupakan

waktu yang mempengaruhi kedua vektor nol yaitu V0

dan V7. Didapatkan besar T1, T2, dan T0 pada tiap

sektor adalah sebagai berikut: ) 3 sin( . . . 3 1= π−θ n Vdc Vref Ts T ) 3 1 sin( . . . 3 2 θ π − − = n Vdc Vref Ts T 2 1 0 Ts T T T = − −

dimana n merupakan sektor dengan nilai 1-6 dan sudut θ bernilai antara 0<θ<600. Pada simulasi akan digunakan Ts = 1/10000 dan Vdc = 400 V.

Langkah 3 : Menentukan lama waktu switching

tiap transistor.

Setelah didapatkan nilai T1, T2, dan T0 pada tiap

sektor, langkah berikutnya adalah menentukan lama waktu switching dari setiap transistor pada tiap sektor. Waktu switching ditentukan berdasarkan pola sekuensial yang dimiliki tiap vektor tegangan pada tiap sektor. Karena V0 dan V7 memiliki waktu yang sama maka lama waktu masing-masing vektor

tersebut aktif akan dibagi sama rata (selama T0/2).

2.6 Adaptif Fuzzy Logika Kontrol

System fuzzy adaptive merupakan system logika

fuzzy yang dilengkapi dengan algoritma

pembelajaran, dimana system logika fuzzy dibentuk dari kumpulan aturan fuzzy JIKA-MAKA (If-then

rule) dan algoritma pembelajaran akan mengatur

parameter-parameter dari system logika fuzzy berdasarkan pada pasangan data input/output.

Terdapat dua pendekatan untuk adaptive fuzzy

controller yaitu direct adaptive control dan Indrect adaptive control. Pada direct adaptive control tidak

memerlukan perantaraan model proses atau tahap identifikasi parameter, mendapatkan parameter controller secara langsung dari perbandingan actual performansi loop tertutup dengan beberapa kelakuan yang diinginkan lewat indeks performansi keluaran yang menunjukkan adaptasi controller.

Identifikasi Model Fuzzy

System logika fuzzy yang digunakan adalah menggunakan:

Pe-fuzzifikasi singleton

Pe-defuzzifikasi rata-rata tengah (center

average defuzzifier)

Aturan penalaran produk (produk

Inference engine)

Fungsi keanggotaan Gaussian

Sistem fuzzy yang akan didesign mempunyai bentuk: 2 1 2 1 exp ( ) ...(34) exp l n m i l l i i l i l l n m i l l i i l i l x x y a f x x x y a − = = − = =       −            =     −          ∑

• Algoritma gradient descent training:

1.Menentukan jumlah rule (M), menentukan

besarnya error yang diinginkan (e),

menetukan konstanta step site (α)

2.Dari pasangan input-output

(

,

)

p p

i

x

y

, p=1,2,… dan q adalah stage of training q=0,1,2,… maka dapat ditentukan:

…(31)

(5)

~ 1 1 1 2 ( ) exp( ~ ; ( ) ; p N i l l i i l M M l l l l x x qi z l a b z a y q z f b σ = = =   −   = −        =∑ =∑ =

3.Mengupdate m-training parameter

~ ( 1) l y q+ , ~ ( 1) l q

xi + ,σil(q+1)yaitu dengan cara

sebagai berikut: ~ ~ ( 1) ( ) l l f y y q y q z b α − + = − , l=1,2,….M ~ ~ ~ ~ 2 2( ( )) ( ) ( 1) ( ) ( ) ( ) l l l i l xi x q f y i lq lq y q f xi xi z b q α σ −   − + = −  −    i=1,2,…,N; l=1,2,…M ~ ~ 3 2 2( ( )) ( ) ( 1) ( ) ( ) ( ) l l l l i i l i l xi x q f y i q q y q f z b q σ σ α σ −   − + = −  −   

Dimana zl,b,a dan f adalah hasil penhitungan

langkah 2.

4.Hitung error= ep = 0,5 2

( ( p) p)

i

f xy kembali

ke langkah kedua dengan q = q+1, sampai ep<=e.

5.Kembali ke langkah dua dengan p=p+1, yaitu

mengupdate parameter dengan menggunakan

pasangan input output berikutnya 1 1

( p , p )

i

x + y +

dimana parameter yang didapatkan pada data kecepatan menjadi harga inisial untuk data ke p+1.

3. Hasil dan Pembahasan

Spesifikasi parameter motor induksi yang digunakan dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1 Parameter-parameter motor induksi 200 Hp

No Nama Parameter Nilai

1 Tenaga Motor (Kwatt) 150

2 Tegangan Motor (volt) 460

3 Frekuensi (Hz) 60

4 Jumlah pasang kutub 2

5 Tahanan stator (ohm) 14,85e-3

6 Tahanan Rotor (ohm) 9,25e-3

7 Induktansi stator (H) 0,3027e-3

8 Induktansi rotor (H) 0,3027e-3

9 Induktansi magnetic (H) 10,46e-3

10 Momen inersia (kg.m2) 3.1

11 Koefisien redaman (N.m.s/rad)

0,08

Respon pertama yang akan dianalisa adalah kecepatan motor tanpa beban yang dapat dilihat pada Gambar 3. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 -200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 Waktu (s) K e c e p a ta n ( rp m ) Kecepatan Rotor (a) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 -200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 Waktu (s) K e c e p a ta n ( rp m ) Kecepatan Rotor (b)

Gambar 3 Kecepatan Rotor Hasil Simulasi DTC klasik (a) dan DTC SVPWM Two Level (b) Respon kedua yang akan dibandingkan adalah torsi motor induksi yang dapat dilihat pada Gambar 4. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Waktu (s) T o rs i E le k tr o m a g n e ti k (N m ) Torsi Elektromagnetik (a) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 0 100 200 300 400 500 600 700 Waktu (s) T o rs i E le k tr o m a g n e ti k (N m ) Torsi Elektromagnetik (b)

Gambar4 Torsi Elektromagnetik DTC klasik (a) dan DTC SVPWM Two Level (b)

Respon ketiga karakteristik kecepatan motor induksi dengan pemberian pembebanan yang dapat dilihat pada Gambar 5.

(6)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 0 500 1000 1500 2000 Waktu (s) u(k) Kec. rotor Torsi (a) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 0 500 1000 1500 2000 Waktu (s) u(k) Kec Rotor Torsi (b)

Gambar 5 Pembebanan 400 N.m (a) Pembebanan 284 N.m(b)

Dari Hasil Simulasi yang didapatkan pada DTC klasik dan DTC SVPWM Two Level yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Analisa Perbandingan Hasil Simulasi DTC

Klasik dan DTC SVPWM Two Level

Respon

DTC Klasik

DTC

SVPWM

Constant

Time

(

τ

)

1,2 s

0,58 s

Settling Time

t

s

(±5%)

t

s

(±2%)

t

s

(±5%)

3,6 s

4,8 s

6 s

1,56 s

2,32 s

2,9 s

Rise Time (t

r

)

t

r

(5%-95%)

t

r

(5%-95%)

3,535 s

2,6365 s

1,71 s

1,27 s

Delay time (t

d

)

0,83 s

0,4 s

Peak Time (t

p

)

1,585 s

0,89 s

Overshoot

Maksimum (MP)

1,317 %

0,49 %

Penggunaan kontroler fuzzy adaptif pada pengaturan kecepatan motor induksi tiga fasa dengan metode vector kontrol dapat memperbaiki respon output motor. Respon kecepatan motor dapat langsung dilihat dari ferformansinya ketika motor berputar dengan tidak adanya perubahan beban (Tl=0) maupun ketika adanya perubahan beban, tampak bahwa motor tetap dapat mempertahankan performasninya dengan waktu pemulihan 1,5 detik

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil simulasi dan analisa dapat diambil kesimpulan:

1. DTC-SVPWM adalah suatu metode pengaturan

motor induksi dengan metode kontrol fluks dan torsi secara langsung

2. Dengan menggunakan DTC SVPWM Settling

Time yang dihasilkan pada kecepatan motor

induksi 1.56 s lebih cepat 56.66% dari DTC klasik

3. Waktu pemulihan yang dibutuhkan motor untuk

kembali dengan kondisi pembebanan pada performansi sebelumnya adalah 1,5 detik

4. Perubahan Beban Pada Motor Induksi dapat

dipertahankan mendekati kecepatan nominal dengan metode adaptasi pada sistem kontrol adaptip fuzzy.

Daftar Pustaka

A.A.Pujol., 2000 ,“Improvement in Direct

Torque Control of Induction

Motors”, Thèse de doctorat de

L’UPC, November.

Astrom, K. J. and wittermark, B. 1995 ,“Adaptive control”, Addison-wesley publishing company.

C. C. Lee (1990), “Fuzzy logic in control

systems: fuzzy logic controller”,

IEEE Trans. System, Man and Cybernetics, vol. 20, no. 2, pp. 404-435.s

C. Lascu, I. Boldea, and F Blaabjerg,

2000,“A modified direct torque

control for induction motor sensorless drive”. IEE conf. On

Industrial Application, vol. 1 PP. 28-37.

Iskandar Eka, (2008), ” Simulasi Penerapan metode direct torque control utnuk pengaturan kecepatan motor induksi 3-fasa pada electrical wheel haul

truck”, Thesis Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya

Kaifler, 200, “Three phase motor 1TB

2830-3GA02 wheel haul truck”, Siemens.

Li-Xing Wang, 1994, Adaptive fuzzy system

and control, Prentice Hall,

Muhammad H, Rashid, “Power Electronic:

Circuit, Device and Aplication”,

Prentice Hall International, Inc, Second edition.

Sutantra. I.Nyoman, 2001, “Teknologi Otomotif: teori dan Aplikasinya”, Guna Widya, Surabaya.

Zadeh,L.A. (1978b) PRUF-A a meaning

representation language for natural languanges. International Journal of

Gambar

Gambar 1. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa
Gambar 2 Blok diagram DTC pada motor induksi
Tabel 1 Parameter-parameter motor induksi 200 Hp   No  Nama Parameter  Nilai
Gambar 5 Pembebanan 400 N.m (a) Pembebanan  284 N.m(b)

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai ketentuan Pasal 14 ayat 2 angka 2a Anggaran Dasar Perseroan juncto Pasal 42 POJK 15/2020, Rapat dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili

[4.1] Menimbang, bahwa pengaduan Pengadu pada pokoknya mendalilkan Teradu telah melakukan perbuatan melanggar kode etik penyelenggara pemilu melalui rekapitulasi

37 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor - faktor yang berhubungan dengan partisipasi anggota kelompok tani kelas Lanjut (khusus pada tanaman kelapa sawit) di

Ini dikaitkan juga dengan beberapa penemuan kajian tentang bagaimana seseorang usahawan itu boleh berjaya dalam mencapai matlamat diri dan organisasi melalui pembinaan nilai

dengan Surat Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 034/SEK/SK/VI/2010 tanggal 30 Juni 2010 tentang Penerapan Standar Biaya Perjalanan

7 Ansietas dan depresi memiliki prevalensi paling tinggi dari 19% gangguan mood yang dijumpai pada pasien sirosis HCV (Hepatitis C Virus), masing-masing 24% dan

Pada pria peritoneum yang menutupi facies superior vesica urinaria meluas ke posterior  membungkus ductus deferens dan bagian superior vesicula seminalis, lalu melengkung

Faktor lingkungan rumah secara tunggal tidak berhubungan dengan kejadian demam berdarah Dengue , namun interaksi antara lingkungan rumah yang berisiko dengan