• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepada Yth. Dengan hormat,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kepada Yth. Dengan hormat,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kepada Yth.

www.e-psikologi.com Dengan hormat,

Berikut ini, saya sampaikan artikel psikologi remaja dengan judul, “MEMAHAMI PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK” Artikel ini kiranya dapat dimuat Pada Website www.e-psikologi.com. Sebagai informasi saya sampaikan biodata saya sebagai berikut :

Nama : Yudi, S.Pt

Tempat Tanggal Lahir : Tg. Binga Belitung – Babel, 23 Februari 1980 Pendidikan Terakhir : S-1 Peternakan

Pekerjaan : Operator Rental Komputer dan

Aktif Menulis Artikel Peternakan dan Psikologi

Apabila Redaksi berkenan memuat tulisan tersebut, dapat memberitahu pada tlp 081910033822 atau ke alamat email ini. Kami sertakan Rekening Bank BNI 46 Cabang Unpad Bandung a.n. Yudi No. 9585743-1.

Atas dimuatnya tulisan ini sebelumnya diucapkan terima kasih. Hormat saya.

(2)

MEMAHAMI PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK

Oleh: Yudi, S.Pt

1. Pengantar

emaja, adalah kata pertama yang di tulis dalam artikel ini. Tentu saja semua orang tahu remaja. Yang pasti kata ”remaja” bukanlah istilah baru, semua orang pernah berada di dalamnya, yaitu tahapan usia produktif (usia perkembangan) untuk mewujudkan tingkah laku sosial yang baik. Karena usia remaja adalah usia yang sangat mendominasi tingkahlaku sosial (pergaulan) sehingga semua orang tahu siapa remaja itu. Tentunya yang membuat orang akan selalu mengingat anak tersebut (remaja) karena tingkah lakunya. Bagaimana menurut kita? Mungkinkah sisi kehidupan remaja sangat menarik sekali untuk dijadikan objek pembicaraan kali ini.

R

Saya pikir, sebaiknya kita bicarakan hal tersebut sebagai sebuah pencerminan dan ajang untuk mengingat kembali masa-masa remaja kita dulu. Remaja atau istilah yang diberikan pada tahapan anak usia 12 tahun sampai dengan 16 tahun (remaja tahap awal) dan usia 17 tahun sampai dengan 21 tahun (remaja tahap akhir). Dipastikan tahap awal adalah bagian sangat prioritas sekali. Biasanya kecemasan orang tua terjadi tidak hanya saja pada saat mengandung, melahirkan (kondisi anak normal atau abnormal), termasuk perhatian terhadap pertumbuhannya.

Pertumbuhan yang dimaksud adalah mental, tingkah laku dan banyak lagi yang menyangkut tumbuh kembang sang anak. Sampai pada usia remaja, menjadi bagian terpenting untuk diperhatikan oleh orang tua. Mengapa demikian? Karena usia remaja memiliki sisi sosial yang sangat berbeda dari tingkatan-tingkatan umur lainnya. Termasuk pola pergaulan yang dianut dalam kehidupannya. Mereka mulai berupaya untuk mencari atau menentukan karakteristik yang ada dalam diri. Tidak jarang mereka memiliki keinginan untuk menonjolkan sedikit kemampuan ”menarik” yang menurut lingkungannya itu sangat membuat mereka merasa bangga. Namun tidak sedikit pula dari remaja-remaja tersebut memilih, lebih baik lingkungan yang berperan besar dalam pembentukan karakter pribadi mereka daripada harus diatur oleh orangtua.

2. Masalah

Bila kita kembalikan kondisi seperti tersebut terutama pada orang tua. Bagaimana sebenarnya posisi orang tua pada saat itu? Kalau kita merasa sudah menjadi orang tua, berarti harus mengerti secara serius bagaimana kondisi

(3)

perilaku sang anak. Pertanyaan barupun akan muncul lagi, apakah kita salah satu dari jutaan orang tua yang baik terhadap anak? Tentu hanya pribadi kita sendiri yang tahu dan mengerti bagaimana seharusnya jawaban yang diberikan, dan siapa kita sebenarnya!!!. Hal ini bukan berarti penulis mau, memberikan kritikan terhadap orang tua sebagai salah satu faktor lingkungan yang mendorong timbulnya kesempatan anak ingin berbuat diluar harapan (negatif

acts). Bukan pula penulis berada dipihak anak (remaja bermasalah atau tidak).

Keyakinanku hanya satu bahwa orang tua yang lebih mengetahui, mengerti dan memahami betul karakter anak remaja kesayangannya secara baik. Hal ini, tentu saja tidak melupakan keinginan si anak, dan memberikan perhatian guna mendorong mereka untuk terus berkreasi dan bertingkahlaku (bersosialisasi) secara baik. dengan rekan ataupun orang-orang yang lebih dewasa dari si anak. Namun tidak tertutup kemungkinan sebagian orang ada yang akan mengatakan ”wajar-wajar saja, orang tuanya juga seperti itu”. Memang rumit bila harus mencoba untuk memposisikan karakter anak remaja sebagaimana adanya, apalagi bila didalamnya ada orang kesayangan mereka yang masih melakukan hal sama persis dengan yang anak remaja lain lakukan.

Apakah mereka ini sudah tergolong kedalam usia remaja? Kalau anda mengatakan sudah, artinya saat ini juga semua ketidakwajaran dalam diri anda harus berubah. Bila belum maka yang dikatakan pada nurani kita bahwa ”aku harus bersiap-siap”. Itu adalah awal dari cerita yang akan digarap menjadi berbagai macam jenis pertanyaan yang ada dalam tulisan ini. Kalau memang belum waktunya, usahakan tidak mengatakan dan menjawabnya sekarang, tapi coba pejamkan mata anda sejenak, bayangkan apa yang sedang anda pikirkan, rasakan saat ini juga, dan cobalah simpan kedalam hati kemudian berikan kesempatan pada otak untuk berpikir secara seimbang. Apa yang anda rasakan? Apa yang anda rasakan ketika bayi yang ada dalam pelukan memanggil ayah ataupun ibunya untuk pertama kali, namun saat ini semuanya telah berubah menjadi anak remaja yang nyata dan berada tepat dihadapan anda?. Menghindari titipan yang ada di hadapan kita bukanlah cara yang tepat untuk dilakukan, karena anak remaja kesayangan kita adalah wujud nyata dari kepribadian orangtuanya, yaitu kita sendiri. Pelajarilah karakter anak remaja kesayangan dengan baik, dan penuh kelugasan. Setiap waktu mereka akan tampak lain dari hari kemarin, untuk itu jadikan pengamatan anda terhadap mereka merupakan satu dari banyak hal yang harus anda berikan.

3. Solusi

Memahami Pembentukan Karakter Anak

Rasanya sangat memungkinkan sekali bila mencoba untuk menyampaikan contoh sederhana dalam pembentukan karakter dan memotivasi

(4)

diri sang anak. Peniruan yang dilakukan secara individual merupakan suatu upaya yang mengarahkan kepada pembentukan karakter. Tentu saja tidak terlepas dari keinginannya menirukan salah satu karakter lingkungan yang menurut sang anak adalah bagus dan menjanjikan masa depan. Saya pikir tidak ada salahnya bila mereka memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu yang mereka anggap baik dan bila mereka merasa mampu sekali menerimanya. Bukan berarti orangtua harus selalu lepas tangan dan menyetujui keinginan anak, tapi kalau memang pilihan anak adalah sangat menguntungkan, apalagi tidak mengarah pada timbulnya implikasi pada kehidupan pribadinya. Hal tersebut bukan masalah besar, sejauh orangtua masih mempercayai pilihan anak remaja kesayangannya.

"Sari kenapa kok kamu pake bajunya begitu?" tegur Sita sang ibu yang berumur 36 tahun, ketika melihat aktivitas sang anak di kamarnya. Kerjaan ini dilakukan oleh anak perempuannya yang baru berusia 10 tahun. Sisi terlihat sedang bersolek di depan cermin, ia menggunakan pakaian ala Christina Aguilerra, itu lho bintang pop yang acapkali memperlihatkan bagian perutnya di setiap kali show maupun tampilan dalam videonya. Jawaban anak sangat membuat Sita merasa tidak nyaman untuk mendengarnya “Kan sekarang ini lagi ngetren Ma! Memang kamu lagi menirukan siapa?” Masa mama tidak mengenali penampilanku sekarang seperti siapa? Mamakan suka nonton TV, pastinya-kan penampilanku saat ini kayak Christina,” kata-kata celetukan yang keluar dari mulut Sari. Meskipun terulas senyum di wajah Sita, namun rasa cemas juga terbersit, apakah tingkah Sari sesuai dengan usianya, padahal saat ini dia baru saja menginjak umur 10 tahun. Ketakutan diri Sita menjadi sangat tidak mungkin terluapkan pada waktu itu. Sita mempertanyakan, apakah benar ini adalah anakku, yang kukenal 10 tahun yang lalu? Dercak kagumku ketika melahirkan dia, tapi kenyataannya saat ini dia sudah mulai menunjukkan satu tingkatan gaya hidup yang semakin sulit untuk di komentari lagi. Terasa bertambah berat beban yang dipikul saat ini, ketika Sita melihat tingkahlaku anak kesayangan sudah mulai memberikan keseimbangan baru bagi gaya hidupnya kini.

Pada dasarnya usia 8 tahun sampai dengan 12 tahun disebut sebagai masa tween challenge (masa antara). Atau seringkali orang mengatakannya sebagai jembatan penghubung antara masa kanak-kanak, yaitu usia 5 tahun sampai dengan 8 tahun dan usia 8 tahun sampai dengan 12 tahun. Menurut seorang ahli Psikolog perkembangan anak asal universitas Harvard, Amerika, Dr. Kutner Ph.D, mengatakan terdapat perbedaan lingkungan sosial antara anak usia 5 tahun sampai dengan 8 tahun dan dengan anak usia 8 tahun sampai dengan 12 tahun. Mulai usia 10 atau 11 tahun, pertemanan anak diwarnai dengan saling berbagi nilai dan persepsi mengenai dunianya. Salah satu cara mereka mendapatkan informasi.

(5)

Tak ayal lagi, ini adalah bagian yang menjadi gap mempengaruhi persepsinya terhadap orangtua mereka. Bagaimana seharusnya orang tua mendidik mereka dalam tingkatan umur yang berbeda?. Memang kondisi ini membuat tanda-tanya-besar dalam mendidik anak seusia tween challenge, karena banyak prinsip-prinsip hidup baru dalam karir mereka menjadi sulit untuk dimengerti oleh orangtua. Hanya keprihatinan saja yang selalu terlimpahkan bila melihat kondisi sang anak. Sebetulnya ini sangat membuat orangtua merasa bingung, siapa yang akan lebih dipercaya oleh anak. Mungkin saja yang ada dalam kepala kita adalah mereka tidak akan pernah mengakui bahwa pendapat orangtuanya yang disodorkan pada mereka bukan pilihan baik bagi kemajuan tingkatan umur anak usia tween challenge dan betul-betul harus mereka jalankan.

Sebenarnya banyak cara untuk melakukan pendekatan-pendekatan terbaik agar mereka merasa yakin, sehingga dimata mereka orang tuanya benar-benar sangat baik terhadap aktivitas yang telah menjadi pilihan, yaitu menciptakan persepsi baru mengenai dunianya. Kutner menjelaskan, orangtua memerlukan pendekatan ekstra pada anak usia ini karena adanya perubahan psikis dan kemampuan berpikir. Menjadi bagian pengkondisian yang sulit ditembus karena banyak lapisan-lapisan tipis nan-gelap dibalik semua perubahan psikis tersebut.

Sebelumnya, anak hanya akan melihat sesuatu secara hitam-putih saja, namun di usia akhir pendidikan dasar, saat ini mereka mulai mengenal ’abu-abu’, artinya mereka tak hanya berpikir dari dua sisi saja tapi telah mampu menganalisa dan menilai implikasi ringan dari banyak sisi. Perubahan-perubahan seperti ini memberikan kesempatan dalam diri anak secara perlahan-lahan menjadikan pribadi yang mandiri dan mampu memecahkan masalahnya sendiri melalui berbagai analisa kebenaran yang ada dari dalam dirinya. Tentu saja analisa yang terlontar ke luar dari dalam mulut mereka bukanlah analisa sempurna seperti yang ada dalam bayangan kita, namun seiring waktu semua itu akan tercipta sendiri dengan tidak mungkin dapat diprediksi dalam waktu singkat. Namun analisa yang telah mereka lontarkan adalah awal dari kemengertian dan kemampuan anak memahami apa yang seharusnya dilakukan bagi kemajuan perkembangan intelektual pribadinya.

Kekhawatiran yang sifatnya sangat membuat orang tua terus dihantui oleh rasa ketakutan, sehingga menganggap anak di masa kini tidak lagi patuh dan antusias terhadap hal-hal yang diajarkan orangtua atau dapat dikatakan cenderung tidak perduli bahkan sampai pada tidak memperhatikan apa yang disarankan oleh orang tua. Sehingga orangtua seakan-akan menciptakan lapisan tipis gelap yang sulit ditembus oleh si anak. Sepertinya kekhawatiran tersebut tidak akan selamanya terjadi (sebuah pengharapan).

Keperdulian orang tua saat ini, tentu saja lebih diprioritaskan pada seberapa besar persentase kebutuhan-kebutuhan ekstra-ilmu untuk

(6)

membimbing anak, termasuk dalam mempersiapkan ilmu yang dibutuhkan pada saat waktunya tiba, terutama pada saat anak memasuki masa pubertas. Pengamatan dan penyelidikan terhadap aktivitas anak menjadi salah satu faktor pendukung untuk menemukan bagaimana sebenarnya sifat sang anak, sekaligus mengetahui apa yang menjadi kekurangan dalam aktivitasnya.

Anak mungkin akan terlihat sangat acuh sekali pada perkataan orangtua, tapi tidak perlu bingung memaksakan agar mereka harus mau mendengarkan apa yang kita katakan, karena sebenarnya mereka mendengarkan kita. Walau dipercaya ada sebagian dari mereka memang berpikiran seperti itu, tapi tidak semuanya benar. Malah mereka sering mencoba menjiwir mulut mereka dan menirukan sebagian dari apa yang dikatakan oleh orang tuanya.

Ada penilaian-penilaian strategis bagi mereka bila ingin mengakui bahwa semua yang dikatakan orangtua adalah benar. Mereka menilai masukan dari orangtua menjadi sangat murah sekali, membuat mereka merasa bosan bila harus mengakui bahwa semua itu adalah benar. Untuk itu strategi apa yang harus dilakukan oleh orang tua sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan masalah kebosanan sang anak terhadap wejangan dari orangtua. Apakah orangtua hanya diharuskan mengamati saja, tanpa perlu adanya sedikit arahan dan nasehat yang tentu saja membuat mereka akan merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Tetapi di sisi lain apakah itu adalah salah satu cara yang efektif untuk dilakukan pada anak remaja kesayangan?

Diperkirakan sebagian kecil dari komunitas anak remaja saat ini jarang berani terbuka untuk menceritakan segala hal kepada orangtuanya, tapi tidak semuanya, ada juga yang tidak mengadopsi karakter seperti itu. Menurut Kutner dari hasil pengamatannya dia berpendapat bahwa biasanya anak tidak terbuka ketika membicarakan tentang kehidupan sosialnya, seperti teman sepermainannya dan seks. Menurut mereka itu semua terlalu pribadi sekali, selain itu adapula yang menganggap tabu bila hal tersebut diceritakan pada orang lain.

Kondisi yang sangat menyulitkan apabila masih menganggap hal itu tidak nyata dan semakin jauh dari ketidaknyataan. Anak mengalami sensasi yang berbeda dalam kehidupannya, seperti anak mulai tertarik dengan lawan jenis atau perubahan-perubahan biologis yang dialami. Hendaknya sebagai orangtua jangan langsung meremehkannya. Sebelum anak nyaman membicarakan hal-hal tersebut sebaiknya ajaklah anak terlebih dulu untuk membicarakan hal-hal yang lebih sederhana, seperti dampak negatif obat-obatan, kekerasan, dan semacamnya. Itu adalah langkah awal untuk menarik anak agar memiliki kesadaran sendiri untuk terbuka pada kita, kemudian yakinlah tanpa disadari anak akan menceritakannya.

Kondisi ini seringkali terjadi. Sebagai orangtua yang baik tentu saja akan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah tersebut, atau bahkan

(7)

mungkin bagaimana cara masing-masing dalam mengatasi permasalahan ketidakterbukaan anak pada orangtua. Memang adakalanya sangat diharapkan berbagi pengalaman dengan orangtua lain yang masih sangat membutuhkan pengalaman-pengalaman dari kita yang sudah berpengalaman.

Sebaiknya orangtua memiliki kehati-hatian terhadap anak, karena anak di masa kini menjadi lebih sensitif. Sehingga dibutuhkan trik untuk mendekati anak (kita harus mencari waktu yang tepat dan sela waktu yang memungkinkan untuk mengajak mereka percaya pada kita). Sebaiknya kita bisa memanfaatkan saat-saat santai sebagai pilihan waktu yang pas untuk menjalin komunikasi, misalnya saat anak perempuan kita membantu memotong sayuran di dapur atau saat anak kita sedang mencuci piring. Aktivitas santai ini sepertinya dapat menjadi pilihan yang sangat baik untuk melakukan pendekatan lebih dalam atas semua kebutuhan personal anak.

Begitu juga dengan anak lelaki, ada baiknya kalau coba minta suami ikut berperan dengan membicarakan hal-hal yang bersifat maskulin atau sekedar menanyakan pendapatnya, dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan waktu mencuci mobil bersama atau memperbaiki sepeda atau mungkin juga pada saat bersantai nonton TV. Akan menjadi sangat mudah bagi kita bila semua itu dianggap sebagai salah satu cara yang tepat untuk di lakukan.

Manfaatkan waktu tersebut secara optimal untuk mendengarkan cerita dan pendapat anak mulai dari hal-hal sederhana, tak hanya itu saja, coba kita kenali juga emosi si anak. Upayakan menghindari munculnya kebiasaan kita yang langsung berinterupsi jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan pemikiran kita, biarkan anak menyelesaikan kalimatnya. Begitu pula seharusnya yang dilakukan oleh anak, sehingga orangtua punya kesempatan memberikan pemikiran dan penilaian dari sudut pandang yang berbeda. Seperti kasus yang dialami Sita ketika melihat Sari bergaya ala Christina Aguilerra, jangan langsung menghakimi anak, namun arahkan ke hal-hal positifnya. Kita akan mengetahui kapan waktunya mereka mengerti. Sebetulnya ada sedikit kendala yang sangat mengganggu pikiranku saat ini, yaitu apakah pengkondisian semacam penyelesaian di atas tepat untuk kita samakan dengan kehidupan anak-anak yang ada di kampung. Tentu saja tidak sama, hanya saja dasar pengajaran terhadap anak itu sebenarnya bisa diterapkan menurut aturan keluarga masing-masing.

Hanya ada satu pemikiran yang sangat-sangat mengena. Menurutku, kondisi ini tidak mungkin akan cocok dengan iklim pengajaran yang seharusnya dilakukan oleh para orangtua di kampung. Karena kecenderungan kehidupan ekonomi yang terjadi membuat para orangtua di kampung tidak mungkin merekondisikan hubungan kehidupan keluarganya sebagai bagian bermasalah. Namun tidak salah pula bila ada sebagian dari mereka ingin mengadopsi bahwa kemajuan zaman adalah salah satu bagian mutlak yang harus mereka alami.

(8)

Adakalanya perubahan zaman tersebut membuat mereka ikut tersisipi oleh pola-pola kehidupan masyarakat kota. Dimana masyarakat kota yang lebih dulu mengenal perubahan-perubahan dalam gaya hidup.

Lantas mungkinkah gaya hidup masyarakat kota menjadi salah satu keharusan bagi mereka. Tentu saja gaya hidup tersebut membuat kehidupan mereka relatif sangat membutuhkan konsultan psikologis dalam mengatasi setiap transisi gaya hidup sebagai implikasi menyulitkan bagi masyarakat kota. Akan lain sekali dengan gaya hidup orang kampung bahwa mendidik anak pada dasarnya bukanlah suatu beban mental, karena mereka cenderung mengikuti alur dan waktu yang memang harus mereka lalui. Jadi kemampuan bertahan anak akan jauh lebih mampu mengkondisikan dirinya ketika mendapatkan suatu masalah besar dalam hidupnya. Bertingkahlaku dan berani berbuat adalah salah satu bentuk kerja para orang kampung. Kadang-kadang kehidupan mereka jarang sekali dijadikan suatu konflik keluarga, karena rasa toleransi masih mendominasi diantaranya. Begitulah tradisi yang melekat dalam gaya hidup orang kampung.

Beranikan diri kita untuk menjelaskan semua kreativitas yang telah diperlihatkan oleh sang anak, dan beritahukan kepada mereka maksud penciptaan kreativitas yang mendominasi pemikirannya. Katakan pula bahwa menjadi seorang bintang terkenal itu memerlukan usaha keras untuk mencapainya, seperti berlatih koreografi dan vokal setiap hari. Dengan sedikit penjelasan saja, seperti di atas sebenarnya akan sangat membuat mereka harus memandang keinginan mereka tersebut adalah bukan sekedar pilihan semata, tetapi semua yang ada dalam pemikiran dan bayangan mereka akan semakin berarti.

Berikutnya memang mereka akan merasa kebingungan setelah mendengar masukan dari kita, namun itu adalah salah satu cara untuk mereka berani menentukan pilihan yang sebenarnya atau menyesuaikan diri dengan karakter yang seharusnya benar-benar pas dengan mereka. Ketahuilah bahwa mereka butuh sekali pencarian jejak dan jati diri secara serius. Dapat anda baca pada kilasan di bawah ini.

Jangan lupa pula bahwa sebagai orangtua, kita harus memegang erat anak kesayangan yang sekarang sedang dalam genggaman tangan kita, tapi tidak akan selamanya, karena genggaman tangan yang orangtua tancapkan ke dalam diri anak ada saatnya untuk dilepaskan. Yakinlah bahwa karena seiring ”waktu” pegangan dan ikatan itu pasti dan harus kita lepaskan. Yang ada dalam pikiran kita saat ini, adalah...? Tanyakan saja dalam diri kita, apa gerangan pegangan yang harus dilepaskan bila sudah waktunya untuk dilepaskan!!!!.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus karena skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Kompensasi, Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi

Internet dan web (halaman informasi) adalah salah satu contoh teknologi informasi yang banyak memberikan fasilitas dan kemudahan dalam menyelesaikan

Salah satu kompetensi inti dalam melakukan praktek kolaborasi interprofesional adalah dengan melakukan komunikasi interprofesional dimana untuk melakukan kolaborasi dan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya (Berita

 Peta spasial (spatial map) ialah hubungan antara merek atau stimulus lain yang dipersepsikan, dinyatakan sebagai hubungan geometris antara titik-titik di dalam ruang

Jika membahas masalah etika dan sopan santun maka kita tidak bisa melapas dari tradisi atau budayamasyarakat. Mengapa demikian, karena etika dan sopan santun setoap daerah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas layanan dan kualitas sistem berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna terhadap sistem e-purchasing, yang kemudian

Di sisi lain, dalam definisi pornografi pada UUP, ada penekanan yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat, sedangkan