• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

34 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Data penelitian

Penelitian ini dilakukan pada satu keluarga inti dari remaja SMA yang hamil di luar nikah di Desa Gamnyial, Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.

4.1.2 Pelaksanaan penelitian

Penelitian dimulai pada tanggal 31 Maret 2014 dengan melakukan observasi untuk memilih partisipan yang sesuai dengan kriteria penelitan dan bersedia menandatangani informed consent sebagai tanda bahwa partisipan berpartisipasi dalam penelitian.

Keluarga yang menjadi partisipan dalam penelitian ini, beranggotakan sembilan orang, terdiri dari: satu ayah (Tn. BB), satu ibu (Ny. AB), lima orang anak kandung. Anak pertama (VB), anak kedua SB (remaja yang hamil di luar nikah), anak ketiga (STB), anak keempat (SVB) dan anak

(2)

35

kelima (SNB). Selain kelima anak kandung tersebut, terdapat juga satu calon istri (Nn. JN) dari putra pertama keluarga dan satu kakek (Bpk. ASB) yang tinggal serumah dengan keluarga. Walaupun keluarga ini baranggotakan sembilan orang, namun tidak semuanya ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Karena ada anggota keluarga yang tidak berbersedia diwawancarai dan terdapat anggota keluarga yang tidak memenuhi kriteria penelitian.

Anak keempat (SVB) dari keluarga yang menjadi partisipan menolak diwawancarai dengan alasan: malu dan jawaban yang akan ia berikan pasti sama dengan anggota keluarga yang diwawancarai. Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti: anak kelima (SNB), kakek (Bpk. ASB) dan calon istri (Nn. JN) dari putra pertama, tidak berpartisipasi dalam penelitian ini karena tidak memenuhi kriteria penelitian. Sehingga, anggota keluarga yang menjadi partisipan dan bersedia diwawancarai oleh peneliti adalah ayah (Tn. BB), ibu (Ny. AB), kakak (VB) dan adik (STB) dari SB (remaja SMA yang hamil di luar nikah).

Setelah mendapatkan partisipan yang sesuai dengan kriteria penelitian dan bersedia menandatangani informed

(3)

36

consent, selanjutnya peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu selama kurang lebih 1 minggu dimulai pada tanggal 01 April 2014. Pendekatan dilakukan dengan cara peneliti mendatangi rumah partisipan dan tinggal bersama-sama dengan partisipan dari pagi hingga malam hari. Setelah partisipan dinilai telah nyaman bercerita dengan peneliti, peneliti mulai melakukan wawancara pada tanggal 08 April 2014.

4.1.3 Gambaran riset partisipan Nama Usia (Tahun) Jenis kelamin Hubungan dengan SB Pendidikan Pekerjaan Tn. BB 40 Laki-laki Ayah kandung SD Wiraswasta

Ny. AB 37 Perempuan Ibu kandung SD Petani VB 22 Laki-laki Kakak kandung SMP Wiraswasta STB 15 Perempuan Adik kandung SD Tidak ada (-) 4.2 Hasil Penelitian

(4)

37

Ny. AB mengatakan awal mula ia mengetahui kabar kehamilan SB melalui telepon dari SB untuk memberitahukan kehamilannya, karena pada saat itu SB sedang tidak berada di rumah. Ny. AB mengungkapkan bahwa ia adalah orang pertama yang mengetahui kehamilan yang terjadi pada SB karena pada saat SB memberitahukan kabar kehamilannya, anggota keluarga yang lain sedang melakukan aktivitas mereka masing-masing di luar rumah. Setelah mendengar kabar kehamilan yang disampaikan SB, Ny. AB bisa memahami SB yang tidak pulang kerumah untuk menyampaikan kabar tersebut secara langsung atau bertatap muka karena Ny. AB bisa merasakan ketakutan yang dirasakan SB seperti ketakutan akan dimarahi atau bahkan dipukuli jika Tn. BB dan anggota keluarga yang lain mengetahui tentang kabar kehamilan tersebut. Sehingga Ny. AB mengatakan kepada SB bahwa ia akan membantu SB memberitahukan kabar kehamilan tersebut kepada Tn. BB dan anggota keluarga yang lain.

Reaksi yang berbeda-beda didapatkan pada anggota keluarga yang menjadi partisipan ketika mendengar kabar kehamilan SB. Seperti Ny. AB yang sangat terkejut, menangis, kecewa, menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada SB (hamil di luar nikah). Berbeda dengan Ny. AB, Tn. BB sangat marah sampai mengeluarkan kata-kata kasar (memaki), ingin

(5)

38

memukuli SB, malu, kecewa. Reaksi lain dari VB yaitu marah, ingin memukuli pacar SB. Selanjutnya reaksi yang ditunjukan STB yaitu terkejut, tidak percaya, dan hanya diam mendengar kabar kehamilan SB tersebut. Namun disaat yang sama, SB belum pulang ke rumah.

Ny. AB kemudian menelpon SB dan membujuk SB agar segera pulang ke rumah, karena Ny. AB merasa kasihan terhadap SB yang saat itu sedang berada di luar kota dan Ny. AB khawatir dengan kondisi SB. Setelah berhasil membujuk, SB akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, SB mendapat perlakuan yang berbeda dari setiap anggota keluarga yang menjadi partisipan. Ny. AB sebagai ibu yang saat melihat kedatangan SB merasa iba dan mencoba mengalihkan ketakutan yang dialami SB dengan menyuruh SB untuk makan. Sedangkan Tn. BB yang melihat kehadiran SB di rumah memutuskan untuk tidak mau berbicara dengan SB selama lebih dari dua minggu. Saudara SB yang lain, yaitu VB dan STB bersikap seperti biasa, seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara mereka, walaupun VB dan STB sebelumnya sudah mengetahui kabar kehamilan SB.

Melihat respon Tn. BB yang tidak mau berbicara dengannya selama lebih dari dua minggu, SB memohon maaf kepada Tn.

(6)

39

BB. Namun Tn. BB tetap tidak mau berbicara kepada SB. Selang beberapa waktu, Tn. BB berpikir bahwa harus sampai kapan ia marah pada anaknya (SB). Selain itu istrinya, Ny. AB juga membujuk Tn. BB untuk memaafkan SB. Akhirnya Tn. BB mulai luluh dan memutuskan untuk memaafkan SB dan mulai berbicara kembali dengan SB seperti biasa.

Hasil penelitian yang akan dipaparkan diperoleh peneliti di lapangan dan dianalisis berdasarkan aspek-aspek sesuai tema yang dipilih yakni:

4.2.1 Dukungan emosional

4.2.2 Dukungan informatif

4.2.3 Dukungan instrumental

4.2.4 Dukungan penilaian

4.3 Analisis Pemberian Tema Berdasarkan Representasi Makna dari Data Verbatim

4.3.1 Dukungan emosional

(7)

40 Dorang bukang orang nasrani, dong orang Islam kong. Dong pe orang tua mau tanggung jawab tapi dong pe orang tua bilang SB musti maso iko pa dorang, sedangkan torang ni tara mau, tong mau tu dorang yang maso pa torang. Jadi, om tara mau kase kaweng pa dong dua. (Tn. BB, 363-368).

Tindakan yang diambil oleh Tn.BB: tidak menikahkan SB karena perbedaan keyakinan dengan pacarnya.

Kita ni terserah tong mama deng papa saja, dong pe keputusan apa kita iko saja. Kita juga tara selesai skolah jadi kita mana-mana kita pe orang tua saja,dong mo kase nikah SB deng dia pe cowo ka tarada? itu kita iko pa dorang saja. Tapi kalo kita ni, tara setuju soalnya tong pe agama kan beda to deng dorang. (VB, 419-425).

Sikap VB (kakak SB) terhadap

kehamilan SB: pasrah (menyerahkan

segala keputusan kepada orang

tuanya). Walaupun VB menyerahkan segala keputusan kepada kedua orang tuanya, VB sendiri juga tidak menyetujui hubungan SB dengan pacarnya karena perbedaan agama.

(8)

41 pas dia sampe di rumah tanta so tara bisa marah sudah me tanta so pasrah, lagian dia tong pe anak mo marah juga so terjadi, kong tanta suru dia makang dulu. (Ny. AB, 504-507).

Ny. AB memberikan rasa aman dan nyaman (mengalihkan ketakutan SB waktu pertama kali tiba di rumah dengan menyuruhnya makan).

Biasa kalo dia kaluar malam bagitu tong jaga suru bawah bawang putih, guraka deng gunting supaya setang tara brani badekat. (Ny. AB, 902-905).

Perhatian yang diberikan Ny. AB ketika SB keluar dimalam hari: menyarankan SB membawah bawang putih, jahe dan gunting sebagai alat perlindungan diri.

Kalo om tu, yang penting dia batul-batul mau skolah, tara malu mo skolah ulang deng dia jang biking bagini lagi tu, om akang kase skolah ulang. (Tn.BB, 1091-1093).

Tn. BB menenggapi keinginan SB untuk

melanjutkan: menyerahkan segala

keputusan kepada SB dengan harapan

SB bersekolah dengan

sungguh-sungguh dan tidak melakukan hal yang sudah terjadi sebelumnya (hamil di luar nikah).

Biar suda tong yang urus SB pe ana nanti. Baru SB dia me tara mau kase lagi, dia bilang

Ny. AB mendukung keputusan SB untuk merawat anaknya dan Ny. AB juga

(9)

42 biar dia yang jaga suda. Jadi, tong me kase iko saja, biar nanti tanta yang bantu-bantu pa SB. Baru, om dia sayang skali lagi, soalnya ini tong pe cucu yang pertama kong. (Ny. AB, 1117-1121).

bersedia membantu SB merawat

anaknya.

kita lia ka SB so datang tu, kita biasa-biasa saja (STB, 543-544).

Tong me tara dekat jadi tara pernah baku curhat. Kalo lagi sama-sama paling tong cuma makang deng banonton tv saja. (STB, 928-931).

Setelah mengetahui kehamilan SB dan melihat keadaan SB, STB bersikap biasa saja seolah-olah tidak terjadi sesuatu kepada SB.

STB merasa kurang begitu dekat dengan SB, baik STB maupun SB tidak pernah berbagi cerita.

Dukungan emosional dalam bentuk memberikan perhatian, cinta, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapi bahkan mau memecahkan masalah yang dihadapi, tidak dilakukan oleh semua pertisipan. Seperti, STB yang tidak peduli terhadap masalah yang dihadapi SB karena merasa jarang berkomunikasi dan

(10)

43

merasa tidak begitu dekat walaupun tinggal serumah dengan SB. Berbeda dengan STB yang tidak perduli terhadap persoalan yang dihadapi SB, VB walaupun ia menyerahkan segala keputusan kepada kedua orang tuanya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi SB, namun VB sendiri juga tidak menyetujui hubungan SB dengan pacarnya karena adanya perbadaan agama tersebut. Sedangkan Tn. BB, walaupun tidak memiliki banyak waktu untuk bersama dengan SB karena pekerjaan yang ia lakukan dari pagi hingga sore hari sehingga dalam memberikan perhatian kepada SB memang tidak bisa maksimal lagi. Namun sebagai keluarga, melihat SB yang memiliki masalah, Tn. BB merasa kasihan dan tidak tega membiarkan SB menghadapi masalahnya seorang diri. Bukan hanya merasa kasihan, Tn. BB bahkan mau membantu memecahkan masalah atau mencari solusi dari persoalan yang dihadapi SB dengan tidak menikahkan SB dengan pacarnya karena perbedaan keyakinan. Selain itu, ketika mendengar permintaan SB yang ingin melanjutkan sekolahnya lagi setelah melahirkan, Tn. BB memberikan respon yang baik dengan menyetujui permintaan SB tersebut.

Mengetahui bahwa SB sangat membutuhkan dukungan dari keluarganya, Ny. AB memberikan perhatiannya seperti menyarankan SB membawa gunting dan bawang putih sebagai alat perlindungan diri hantu apabila SB keluar di malam hari, memberikan rasa aman dan nyaman pada SB ketika berada dirumah, menyuruh

(11)

44

SB memeriksa kandungannya di puskesmas yang jaraknya dekat dari rumah, mendukung keputusan SB yang ingin merawat anaknya dan bersedia membantu SB apabilamengalami kesusahan dalam merawat anaknya.

4.3.2 Dukungan informatif

Verbatim Representasi makna

Kita pe hidup me tara batul-batul lagi, tara kase selesai skolah jadi kita me tara pernah kase nasehat pa dia. (VB, 811-813).

Karena tidak menyelesaikan

pendidikannya di sekolah dengan baik dan merasa kehidupannya tidak lebih baik, VB (kakak SB) merasa tidak pantas memberikan nasehat kepada SB tanta ada bilang pa dia lagi

deng puru basar bagitu tu tara boleh pake yang ta’kep-ta’kep kage kong pengaruh pa dia pe anak. (Ny. AB, 687-689).

Ny. AB: melarang SB memakai pakaian yang ketat karena akan memberikan pengaruh pada janin yang dikandung SB.

kalo tanta paling jaga kase-kase inga makang tu jang talu banya deng jaga suru-suru pa dia, biar dia bagara-bagara, bajalang pagi supaya kalo melahirkan kabawah tu tara

Ny. AB: mengontrol pola makan SB dan menyarankan SB berjalan di pagi hari agar proses melahirkan nanti tidak mengalami kesulitan.

(12)

45 stengah mati. (Ny. AB, 865-868).

Ada pacaran deng sapa tu bilang la tong tau lagi ka bawa kamari la tong kanal lagi, jang ngoni babadiam nanti so bagini baru manyasal. (Tn. BB, 853-856).

Tn.BB: menyarankan agar kedepannya jika SB mempunyai seorang pacar, sebaiknya diberitahukan dan dikenalkan kepada keluarga.

Kita tara selesai skolah bagini, baru kaka SB tu lebe tua dari kita jadi kita tara pernah kase saran. (STB, 927-928).

Karena tidak menyelesaikan

pendidikannya di sekolah dan merasa kalau SB adalah orang yang lebih tua darinya sehingga STB tidak pernah memberikan saran kepada SB.

Keluarga mengetahui pentingnya memberikan informasi tentang kehamilan pada SB yang masih remaja dan belum memiliki pengalaman agar SB tidak melakukan hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan SB dan anaknya. Oleh karena itu, Ny. AB melarang SB memakai pakaian ketat karena akan memberikan pengaruh pada kesehatan janin yang dikandung SB, melarang SB makan makanan secara berlebihan karena Ny. AB takut anak yang dikandung SB terlalu besar dan menyarankan agar SB berjalan di pagi hari supaya proses melahirkan nanti tidak mengalami kesulitan.

(13)

46

Dukungan informatif dalam bentuk nasehat dilakukan oleh Tn. BB yang menasehati SB agar kedepannya dapat memilih teman dangan baik dan apabila nantinya SB memiliki seorang pacar, Tn. BB menyarankan agar dikenalkan pada anggota keluarga yang lain.

Dukungan informatif berupa pemberi nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan klien tidak dilakukan oleh semua anggota keluarga. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara yang dilakukan pada VB dan STB. Dukungan informatif tidak dilakukan VB karena VB merasa bahwa ia tidak memiliki kehidupan yang baik yang dapat dijadikan contoh bagi SB karena pada saat ia bersekolah dibangku SMA, ia tidak menyelesaikan sekolahnya tersebut. Sama seperti VB, dukungan informatif juga tidak dilakukan oleh STB karena tidak menyelasaikan pendidikannya dibangku SMP, selain itu STB merasa tidak pantas dan merasa kalau ia tidak berhak menasehati SB kerana SB adalah kakaknya.

4.3.3 Dukungan instrumental

Verbatim Representasi makna

Dia makang apa saja yang tong masa, yah biasanya tu sayor deng ikang. (Ny. AB, 634-635).

Pengetahuan Ny. AB tentang makanan yang di makan SB.

(14)

47 tanta pe baju-baju yang basar-basar dia so ambe pake suda (tersenyum). Deng tanta ada bali dia pe daster-daster lagi. (Ny. AB, 689-692).

Ny. AB memberikan pakaiannya yang

berukuran besar dan membelikan

beberapa daster kepada SB .

Oh kalo baju bayi so ada sdh. Nanti pake SB pe ade SNB pe baju yang waktu dia masi bayi. Tanta masi simpang me masi bagus, masi bae-bae samua balong tarobe-tarobe jadi pake yang itu suda. (Ny. AB, 699-702).

Ny. AB telah mempersiapkan pakaian bayi untuk anak SB nantinya

manyimpang rumah, cuci piring, jaga pa SNB, laeng kali kalo dong mama ada pi kabong kita yang mamasa. (STB, 820-822).

STB membantu SB dalam melakukan pekerjaan rumah seperti: membersihkan rumah, mencuci piring, membantu SB

merawat SNB dan menyiapkan

makanan. tong baojek kasana-kamari

panas-panas, tong piara orang pe sapi hanya untuk dong skolah (Tn. BB, 344-346).

Tn. BB melakukan pekerjaannya

sebagai wiraswasta untuk membiayai sekolah SB dan adik-adiknya.

(15)

48 kita bawa bentor dari pagi nanti so sore baru pulang, kadang malam baru kita pulang, yah cari doi biar sasadiki yang penting bisa bantu-bantu dong dirumah pe kebutuhan hari-hari (VB, 796-800).

Memiliki pekerjaannya sebagai

wiraswasta, VB melakukan

pekerjaannya tersebut dari pagi hingga malam hari untuk membantu kedua

orang tuannya dalam memenuhi

kebutuhan hidup keluarga.

Dukungan instrumental berupa barang dan jasa atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi SB dilakukan oleh semua partisipan. Seperti yang dilakukan oleh Ny. AB yang memberikan beberapa pakaiannya yang berukuran besar dan membelikan beberapa daster untuk dipakai SB. Selain itu, Ny. AB juga telah mempersiapkan pakaian bayi untuk anak SB. Berbeda dengan Ny. AB yang memberikan dukungan berupa barang, STB memberikan dukungannya dengan cara membantu SB melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah dan mencuci piring. Selain itu, STB juga membantu Ny. AB dalam menyediakan makanan untuk klien. Sedangkan Tn. BB dan VB memberikan dukungan instrumental berupa uang. Tn. BB dan VB melakukan pekerjaan meraka setiap hari untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

(16)

49 4.3.4 Dukungan penilaian

Verbatim Representasi Makna

om jaga bilang ini ni kase jadi pelajaran, supaya kasana-kasana ngoni pe hidup lebe bae lagi, jang biking bagini lagi! (Tn. BB, 848-850).

Tn. BB Mengingatkan kepada SB: apa yang sudah terjadi pada SB (hamil di luar nikah) hal tersebut harus di jadikan sebagai pelajaran agar tidak membuat kesalahan yang sama (hamil di luar nikah) dan kedepannya dapat hidup lebih baik lagi.

Tanta ada bilang pa dia, itu toh, tong orang tua so kase skolah pa ngoni, ngoni tara skolah bae-bae, baru pi biking bagini, so bagini baru ngoni minta skolah ulang. (Ny. AB, 1080-1083).

Ny. AB mengatakan kepada SB: apa yang sudah terjadi (hamil di luar nikah) harus dijadikan bahan instropeksi diri agar tidak melakukan hal yang sama kedepannya.

Dukungan penilaian sebagai bahan instropeksi diri dan motivasi agar berbuat lebih baik dari sebelumnya dilakukan oleh Tn. BB dan Ny. AB dengan cara mengatakan kepada SB bahwa apa yang sudah terjadi (hamil di luar nikah), harus di jadikan pelajaran agar tidak membuat kesalahan yang sama dan kedepannya dapat

(17)

50

hidup lebih baik lagi. Sedangkan VB dan STB tidak memberikan dukungan berupa bahan instropeksi diri dan motivasi kepada SB.

4.4 Pembahasan

Menurut Smet (1994) dukungan sosial menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal yang melindungi individu terhadap konsekuensi negatif dari stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dicintai dan timbul rasa percaya diri (dalam Kumalasari, 2012).

Struart & Sundeen (1995) menyatakan dukungan sosial merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (dalam Tamher & Noorkasiani, 2009). Terdapat empat bentuk dukungan sosial menurut House (dalam Setiadi, 2008) yaitu:

4.4.1 Dukungan emosional

Setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta dan kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa

(18)

51

dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya (House dalam Setiadi, 2008).

Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi (Friedman, 1998 dalam Harnilawati 2013).

Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa dari keempat anggotakeluarga didapatkan tiga anggota keluarga yang memberikan dukungan emosional yaitu, Tn. BB, Ny. AB dan VB. Dukungan emosional yang diberikan oleh Tn. BB, Ny. AB dan VB yaitu, membantu memecahkan masalah yang dihadapi SB, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapi SB, memberikan perhatian kepada SB, bersedia mendengarkan dan mendukung apa yang menjadi keinginan SB untuk masa depannya dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada SB ketika sedang berada dirumah. Sedangkan satu anggota keluarga yaitu, STB

(19)

52

tidak memberikan dukungan emosional kepada SB kerena STB merasa tidak begitu dekat dengan SB.

4.4.2 Dukungan informatif

Dukungan informatif, yaitu keluarga berfungsi sebagai kolektor (penyebar informasi). Bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan (House dalam Setiadi, 2008).

Dari hasil penelitian didapatkan dua dari empat anggota keluarga yaitu, Tn. BB dan Ny. AB yang memberikan dukungan informatif berupa informasi tentang kehamilan seperti tidak boleh memakai pakaian ketat, memantau pola makan SB, menyarankan SB berjalan di pagi hari dan memberikan nasehat kepada SB seperti memberitahukan dan memperkenalkan kepada keluarga dengan siapa SB berpacaran. Sedangkan dua partisipan lainnya yaitu, VB dan STB tidak memberikan dukungan informatif dengan alasan tidak menyelesaikan pendidikan dibangku sekolah sehingga merasa tidak memiliki kehidupan yang lebih baik, yang dapat menjadi contoh

(20)

53

bagi SB. Selain itu, STB merasa tidak pantas memberikan nasihat kepada SB karena SB adalah orang yang lebih tua darinya.

4.4.3 Dukungan instrumental

Dukungan instrumental, yaitu dukungan keluarga yang berupa barang dan jasa yang dapat membantu kegiatan individu. Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain. (House dalam Setiadi, 2008).

Hasil dari penelitian ini, ditemukan bahwa keempat anggota keluarga ikut serta dalam memberikan dukungan instrumental seperti menyediakan makanan, memberikan beberapa daster, menyediakan keperluan bayi, membantu melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah, mencuci piring dan memberikan dukungan instrumental berupa uang.

(21)

54

Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. (Friedman, 1998 dalam Harnilawati, 2013).

Menurut House (dalam Setiadi, 2008), dukungan penilaian, yaitu dukungan keluarga terhadap individu sebagai bahan instropeksi diri dan motivasi agar berbuat baik dari sebelumnya. Penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa bersifat positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat anggota keluarga terdapat dua anggota keluarga yaitu, Tn. BB dan Ny. AB yang memberikan dukungan penilaian berupa bahan instropeksi diri dan motivasi kepada klien. Sedangkan VB dan STB tidak memberikan dukungan penilaian kepada klien.

(22)

55

Dari hasil uraian diatas mengenai empat dukungan sosial keluarga yaitu, dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan penilaian yang dilakukan keluarga terhadap SB didapatkan dua anggota keluarga yaitu Tn. BB dan Ny. AB yang mampu memenuhi semua aspek dukungan sosial. Sedangkan dua pertisipan lainnya yaitu VB dan STB hanya mampu memenuhi sebagian aspek dukungan sosial. Hal serupa juga ditemukan oleh Maharani & Andayani (2003) yang mengatakan bahwa orang tua merupakan orang yang peling dekat dengan remaja, mengenal diri remaja dan sebagai tempat yang aman bagi remaja untuk berbagi masalah, informasi dan kasih sayang.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kasih dan limpahan berkatnya, sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan dengan judul Biostimulasi

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Berita Negara

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulan bahwa titik miquel yang berlaku pada sebuah segitiga, ternyata dapat dikembangkan pada sebuah segilima yang

Dalam konsiderans huruf b dan huruf c Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi menyebutkan

‰ Jika diberi bahan dielektrik diantara kedua pelat maka untuk beda potensial yang sama, muatan kapasitor menjadi bertambah, sehingga kapasitasnya pun bertambah.. Efek

Kontestasi Pilkada memang berjalan dengan efektif ketika adanya pengaturan cuti kampanye bagi kepala daerah, namun tata kelola pemerintahan daerah menjadi tidak

Judul Proposal : APLIKASI TOPIKAL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA) SEBAGAI KEMOPREVENSI ALAMIAH TUMOR KULIT PADA MENCIT ALBINO SETELAH DIINDUKSI

The neglected role of adolescent emostional well-being in national eduacational achievement: bridging the gap between education and mental health policies. The origin of