• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Hakikat Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Hakikat Matematika"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Matematika

Matematika pada bahasa latin yang berarti manthanein atau mathema maknanya belajar atau hal yang dipelajari. Secara bahasa belanda matematika disebut wiskunde atau secara bahasa berarti ilmu yang pasti, yang berarti kesemuanya saling berkaitan dengan penalaran. Hakikat dalam KBBI menunjukkan matematika merupakan suatu ilmu yang membahas mengenai bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur tentang operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenal bilangan. Pendapat lain mengenai matematika diungkapkan oleh Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 47-48) mengemukakan tentang pendapatnya dalam hakikat matematika bahwa : (1) Matematika merupakan salah satu bentuk ilmu yang tercabang serta terorganisasi (2) Matematika merupakan tentang ilmu pengukuran serta letak (3) Matematika merupakan ilmu yang membahas tentang bilangan.

Matematika merupakan suatu ilmu yang dibangun berhubungan langsung dalam mengembangkan ide, struktur, serta yang berhubungan diatur pada urutan logis (4) Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sudah terorganisasi dengan unsur yang tidak didefinisikan hingga unsur yang didefinisikan (5) Matematka sebagai ilmu yang membahas logika serta bentuk, susunan besaran dan konsep-konsep yang jumlahnya banyak & terpecah ke dalam tiga bagian, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sedangkan menurut Susanto (2013: 185) matematika sebagai salah satu ilmu pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan serta kemapuan dalam berargumentasi saat diskusi, diharapkan nantinya individu tersebut mampu memberikan kontribusi penyelesaian masalah keseharian dalam dunia kerja,serta memberikan dukungan pengembangan pengetahuan

(2)

dan teknologi setelah mendalami ilmu matematika. Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli bahwa hakikat ilmu matematika merupakan cabang ilmu dari pengetahuan yang terorganisasi yang membahas tentang angka saling berkaitan dengan penalaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan serta kemapuan dalam berargumentasi saat melakukan diskusi, diharapkan nantinya individu tersebut mampu memberikan kontribusi penyelesaian masalah keseharian.

2.1.2 Pembelajaran Matematika di SD

Mawardi (2017: 12) Istilah pembelajaran dalam aktivitas kegiatan belajar bersama peserta didik merupakan segala upaya yang sudah di siapkan dengan cara memanipulasi sumber belajar agar terjadi proses belajar, sedangkan Susanto (2013: 186) mengungkapkan pembelajaran matematika adalah suatu proses pembelajaran mengajar yang dirancang oleh pendidik dengan maksud agar mengembangkan kreatvitas berpikir peserta didik, serta nantinya dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan yang baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan materi matematika. Pembelajaran matematika di SD dibahas dalam jurnal Universitas Terbuka (UT) bahwa matematika merupakan salah satu bentuk kajian yang menyenangkan, sebab dalam matematika terdapat karakteristik khususnya peserta didik dan hakikat matematika. Karena itu perlu adanya sebuah alat yang mampu menetralisir perbedaan dalam berpikirnya. Dikarenakan dalam tahap berpikir peserta didik dikatakan belum formal. Sehingga ahli matematika melakukan pengembangan sebuah sistem matematika.

Secara umum tujuan dalam belajar matematika pada jenjang sekolah dasar sebagai peserta didik mampu dan terampil dalam menggunakan matematika. Susanto (2013: 189) mengungkapkan bahwa dalam kemampuan umum yang dimiliki peserta didik untuk pembelajaran matematika di sekolah dasar antara lain yaitu:

(3)

b. Mempelajari sifat dan dan jaring-jaring dan volume bangun ruang c. Mengetahui sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat. d. Menerapkan atau mengukur (satuan maupun penaksiran)

e. Memahami dan menafsirkan data sederhana (mencari rata-rata, nilai tengah, nilai tertinggi, nilai terendah, modus) serta menyajikannya. f. Mampu berpikir serta menalar, memecahkan masalah dan

mengkomunikasikan

Tujuan pada kurikulum menunjukkan penekanan empat kompetensi dalam penerapannya, diantaranya sebagai berikut : (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan atau ekstrakurikuler. Pengembangan kompetensi dalam sikap dilaksanakan dalam massa terlaksananya belajar berlangsung, dan dapat dipakai untuk acuan pertimbangan pendidik pada mendidik serta mengembangkan karakter individu lebih lanjut. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

(4)

Tabel 2.1

Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI 4

(KETERAMPILAN) 3. Memahami pengetahuan faktual dan

konseptual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia Kompetensi Dasar Kometensi dasar

3.1 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda

4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda

3.2 Menjelaskan dan melakukan dan jaring-jaring dan volume bangun ruang.

4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan dan jaring-jaring dan volume bangun ruang.

3.3 Menjelaskan perbandingan dua besaran yang berbeda (kecepatan sebagai perbandingan jarak dengan waktu, debit sebagai perbandingan volume dan waktu)

4.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dua besaran yang berbeda (kecepatan, debit)

4.2 Menjelaskan skala melalui denah 4.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan skala pada denah 4.3 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) serta hubungan pangkat tiga dengan akar pangkat tiga

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) melibatkan pangkat tiga dan akar pangkat tiga

4.4 Menjelaskan dan menemukan jaring-jaring bangun ruang sederhana (kubus dan balok)

4.6 Membuat jaring-jaring bangun ruang sederhana (kubus dan balok) 4.5 Menjelaskan data yang berkaitan

dengan diri peserta didik atau lingkungan sekitar serta cara pengumpulannya

4.7 Menganalisis data yang berkaitan dengan diri peserta didik atau lingkungan sekitar serta cara pengumpulannya

4.6 Menjelaskan penyajian data yang berkaitan dengan diri peserta didik dan membandingkan dengan data dari lingkungan sekitar dalam bentuk daftar, tabel, diagram gambar (piktogram), diagram batang, atau diagram garis

4.8 Mengorganisasikan dan menyajikan data yang berkaitan dengan diri peserta didik dan membandingkan dengan data dari lingkungan sekitar dalam bentuk daftar, tabel, diagram gambar (piktogram), diagram batang, atau diagram garis

(5)

2.1.3 Model Pembelajaran

Mawardi (2018: 29) mengungkapkan model pembelajaran adalah suatu rancangan kerangka dalam melaksanakan pembelajaran dalam model tersebut berisi langkah-langkah pembelajaran yang sistematis, mengoragnisasikan dari pengalaman belajar dengan tujuan mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan, dan diajdikan pedoman dalam pelaksanaan pembealajaran. Agar peserta didik lebih memperhatikan dalam pembelajaran. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih santai disamping mampu menumbuhkan sikap tanggung jawab serta kejujuran kemudian menumbuhkan persaingan sehat dan keterlibatan belajar peserta didik.

Menurut Suprijono (2013: 46) mengatakan pada model pembelajaran merupakan sebagai kerangka secara konseptual atau dapat diartikam sebagai rancangan susunan yang di dalamnya berisi sesuatu yang menujukkan prosedur sangat sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan arends juga dalam Suprijono (2013: 46) bahwa model pembelajaran merupakan sebuah titik pokok pada pendekatan yang akan digunakan dalam pelaksanaanya, termasuk di dalamnya memiliki tujuan-tujuan pembelajaran, tahapan kegiatan pembelajaran, lingkungan dalam pembelajaran dan pengelolaan dalam kelas

Senada diungkapkan oleh Suprijono, Istarani (2011: 1) mengungkapkan bahwa model pembelajaran yaitu seluruh rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran serta pada penyajian materi yang disusun dari aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung maupun secara tidak langsung dalam proses pembelajaran. Dari pendapat para ahli mengenai model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka pembelajaran yang dibuat dari awal hingga akhir proses pembelajaran yang di dalamnya memuat tujuan

(6)

pembelajaran, tahapan kegiatan pembelajaran serta mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.

Macam-macam model pembelajaran

Arends dalam trianto (2009: 25) mengungkapkan bahwa ada enam model pengajaran praktis digunakan guru dalam mengajar, diantaranya adalah : pembelajaran yang dilaksanakan secara presentasi, pengajaran secara langsung, pengajaran menggunakan konsep, pembelajaran secara kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif

Arif Rochman (2009: 186) mengungkapkan Pembelajaran kooperatif yakni model pembelajaran yang terbarukan karena menekankan untuk saling berpikir positif antar individu dan adanya untuk saling bertanggung jawab antar individu dalam kelompok, dan pembelajaran ini mengembangkan karakter individu dan selalu terjadi proses evaluasi dalam kelompok. Senada diungkapkan Arif Rochman, Slavin (2009: 178) menyatakan bahwa Cooperative Learning merupakan pembelajaran sudah ada sejak lama, model ini dapat mendorong peserta didik untuk bekerja sama dalam kegiatan belajar tertentu, dalam pembelajaran ini guru bukan sebagai pusat kegiatan kelas namun justru peserta didik yang menjadi pusat pembelajaran, dengan demikian peserta didik dituntut untuk berbagi informasi dengan peserta didik lain dalam pembelajarannya.

Wina Sanjaya (2008: 242) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran lebih mengutamakan dalam belajar secara kelompok karena memliki latar belakang pada kemampuan individu yang berbeda serta serta jenis kelamin, ras dan suku budaya. Pelaksanaan penilaian dilaksanakan bersifat kelompok, Kelompok yang mampu menunjukan prestasi adalah kelompok yang mampu memenuhi tujuan yang ditentukan pendidik maka peserta didik akan mendapatkan penghargaan. Jadi dari beberapa pendapat tentang Cooperative Learning dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik secara kelompok yang menekankan setiap

(7)

individu untuk saling berpikir positif maupun bekerja sama dalam kelompok, dan penilaian prestasi diukur melalui pembelajaran kelompok. Secara ringkas struktur pemikiran pembelajaran kooperatif dapat digambarkan seperti pada gambar:

Gambar 1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif diambil dari Suprijono (2013: 68)

Langkah-langkah atau sintaks dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif terdiri dari adanya 6 langkah. fase dapat diketahui pada bagian tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.2

Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning

Langkah- Langkah Pelaksanaan Guru 1. Present goals and set

Tahapan dimana penyampaian tujuan serta mempersiapkan peserta didik dalam kondisi siap

Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan seluruh peserta didik untuk bersikap siap dalam melaksanakan pembelajaran

2. Present Information Guru menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi awal kepada peserta didik secara verbal

3. Organize student into learning Guru memberitahukan kepada peserta didik Landasan Teori Teori Belajar Kontruktivis

Lingkungan Belajar dan sistem Pengelolaan

Proses Demokrasi Dan Peran peserta didik Aktif

Hakikat Sosiokultural

Berpusat pada Guru peserta didik belajar dalam Kelompok Kecil Vygotsky Learning Community CTL Hasil Belajar peserta didik Hasil Belajar Akademik Ketrampilan Sosial Konsep-Konsep Sulit Ketrampilan Kooperatif

(8)

teams

Menggolongkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil

tentang bagaimana cara membentuk sebuah kelompok belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efektif

4. Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Guru membantu kelompok-kelompok dari peserta didik dalam pengerjaan tugas belajar 5. Test on the matrials.

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi yang sudah diajarkan atau dengan kelompok dengan cara mempresentasikan hasil kerja

6. Provide Recognition

Memberikan pengakuan atau dengan cara memberikan penghargaan

Guru mempersiapkan dengan cara untuk mengakui usaha yang dilakukan peserta didik dan presentasi individu atau kelompok

Menurut Ibrahim model pembelajaran kooperatif pada dasarnya dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum yaitu: (a) Hasil belajar secara akademik (b) penerimaan terhadap perbedaan individu (c) pengembangan sikap sosial.

Beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat dilakukan oleh guru agar peserta didik tidak malas serta bosan, serta agar membuat perubahan suasana pembelajaran di dalam kelas. Di antaranya pembelajarannya adalah Pair Check, Jigsaw, Student Team Achievment Division (STAD), Role Playing, Number-Heads Toghether (NHT), Teams Games Tournament (TGT), Group Investigation, Example Non Example, Picture and Picture, Think Pair Share dan Make A Match dan Snowball Throwing.

2.1.5 Snowball Throwing

Menurut Miftahul Huda (2013: 226) pembelajaran Snowball Throwing pada implementasi pembelajarannya dengan media kertas dibentuk seperti bola. Di dalam kertas tersebut tertulis sebuah pertanyaan dan dilemparkan terhadap peserta didik lain, lalu peserta didik yang terkena lemparan segumpal kertas diharuskan untuk menjawab soal. Senada diungkapkan oleh miftahul huda, Suprijono (2013: 106) mengungkapkan model Snowball Throwing disebut juga pembelajaran dengan penerapan melemparkan bola yag terbentuk dari sebuah kertas. Model ini disusun agar dapat melatih peserta didik untuk lebih tanggap secara responsif menerima pesan dari teman lain yang terbuat dari kertas, dalam menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok dapat disimpulkan model Snowball

(9)

Throwing adalah pembelajaran dengan berbantuan media kertas yang dilemparr kepada teman dengan pesan pertanyaan untuk dijawab oleh teman kelompoknya yang lain. Kemudian menurut Komalasari (2011: 67) Model Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang dapat menggali potensi kepemimpinan pada diri peserta didik serta dalam penerapan kelompok maupun dalam keterampilan membuat menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif dengan sintagmatik membentuk dan melempar bola salju yang terbuat dari kertas yang di dalam kertas tersebut terdapat pertanyaan, kemudian bola kertas tersebut dilemparkan kepada teman lainnya. Bagi peserta didik yang terkena lemparan bola wajib menjawab pertanyaannya

Dari beberapa pendapat tentang Snowball Throwing dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing yakni salah satu jenis dengan penerapan pembelajaran mempadukan permainan imajinatif dengan praktek membentuk bola yang berisikan pertanyaan, kemudian, dengan cara melemparkan bola segumpalan kertas kepada peserta didik dengan tujuan peserta didik menjawab soal. Model pembelajaran Snowball Throwing memiliki ciri-ciri pada rancangan maupun pelaksanaanya. Beberapa diantaranya adalah :

a. Karakteristik Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model Snowball Throwing memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah:

1. Peserta didik bekerja sama dengan kelompok untuk penguasaan materi akademis.

2. Peserta didik lebih banyak diberikan pertanyaan oleh peserta didik yang lain sebagai latihan pemahaman dan penguasaan seputar materi.

3. Penilaian kooperatif dilaksanakan dengan dipatok pada hasil kerja kelompok. Meski demikian, guru tetap wajib membuat penilaian individu peserta didik.

(10)

4. Peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar di haruskan untuk melakukan diskusi bekerjasama, peserta didik juga harus belajar membangun kepercayaan diri dalam pembelajarannya.

5. Sistem penghargaan yang di serahkan kepada peserta didik berorientasi kepada kelompok daripada individu.

b. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing Model pembelajaran Snowball Throwhing dalam implementasinya memiliki Kelebihan dan Kekurangan. Diungkapkan oleh Komalasari (2011: 65) diantaranya kelebihan dan kekurangan tersebut adalah :

1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena peserta didik seperti bermain dengan melempar bola kepada peserta didik lain.

2. peserta didik mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada peserta didik lain.

3. Membuat peserta didik siap dengan berbagai kemungkinan karena peserta didik tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.

4. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena peserta didik terlibat langsung dalam praktek.

Ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.Sedangkan kekurangan dalam pembelajaran ini diungkapkan oleh Syaifullah, (2009 : 11) adalah :

1. Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan peserta didik saja

2. Dalam penerapannya kurang efektif

3. Anak didik yang nakal malah sering untuk berbuat onar. 4. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid. c. Langkah-Langkah model pembelajaran Snowball Throwing

Ada beberapa langkah dalam pembelajaran snowball throwing ini untuk pelaksanaanya sebagai rujukan dalam pelaksanaanya. Beberapa para ahli mengungkapkan pendapatnya, seperti :

(11)

Menurut Miftahul Huda (2013: 130) langkah-langkah pelaksanaan model Snowball Trowing yakni sebagai berikut :

1. Pendidik menyampaikan materi pembelajaran sebagai awal membuka pembelajaran.

2. Pendidik membentuk kelompok-kelompok dan memanggil setiap ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3. Masing-masing pimpinan kelompok kembali terhadap kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman sekelompoknya.

4. Masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Peserta didik membentuk kertas tersebut seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama 15 menit.

6. Setelah peserta didik terkena lemparan bola, diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara bergantian.

7. Pendidik memberikan evaluasi dan menutup pembelajaran.

Senada diungkapkan oleh Miftahul huda, M.Fathurrohman (2015: 61) berpendapat bahwa sintagmatik pembelajaran metode Snowball Throwing ialah :

1. Tahap 1. Pendidik menyampaikan materi dan tujuan yang akan disajikan serta KD yang ingin dicapai. Pada praktik ini guru menyajikan sebuah masalah yang memancing perhatian dan kehebohan peserta didik. Penyajian masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat juga melalui penayangan video/gambar

2. Tahap 2. Pendidik membentuk peserta didik menjadi beberapa kelompok, Pada tahap ini guru membuat kelompok belajar yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik. kemudian guru

(12)

memanggil masing-masing ketua atau perwakilan kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3. Tahap 3. masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4. Tahap 4. masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja,pada tahap ini peserta didik ditugaskan untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Tahap 5. kemudian kertas yang berisi pertanyaan dibuat menjadi seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain. 6. Tahap 6. setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian sesuai waktu yang telah ditentukan oleh guru.

7. Tahap 7. guru bersama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Kemudian langkah–langkah penerapan pembelajaran Snowball Throwing menurut Suprijono (2012: 128) diungkapkan sebagai berikut:

1. Guru memaparkan materi tentang pembelajaran hari ini.

2. Guru membuat kelompok kecil dengan jumlah 4-5 orang, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk diberikan penjelasan tentang materi.

3. Masing-masing pimpinan kelompok kembali kepada kelompoknya, kemudian memaparkan materi yang diperoleh dari pendidik kepada temannya.

4. Kemudian masing-masing individu diberikan satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

(13)

5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar kepada individu kelompok yang lain.

6. peserta didik yang terkena lemparan bola untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut.

7. Penutup pembelajaran dilakukan dengan evaluasi.

Dari pendapat para ahli diatas setelah di analisa atau di pahami secara komponen pelaksanaanya terdapat beberapa pendapat yang memiliki kesamaan seperti pada intinya dengan menggunakan lemparan kertas, Analisis komponen-komponen Model Snowball Throwing.

Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104) menyebutkan bahwa pelaksanaan model terdiri dari komponen sintag atau struktur rancangan suatu model dan diantara komponen lainnya terdapat seperti komponen prinsip reaksi atau peran pendidik, komponen sistem sosial atau situasi kelas pada saat model berlangsung, Komponen-komponen dari pembelajaran Snowball Throwing yakni sebagai berikut :

1. Sintagmatik

Sintagmatik atau struktur model pembelajaran Snowball Throwing menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 318) mengungkapkan tahap pertama dalam komponennya adalah dengan menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik, Guru memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari ini dan pentingnya topik yang akan dipelajari. Tahap kedua, memberikan informasi Guru menyajikan sebuah masalah yang dapat memancing perhatian peserta didik. Penyajian masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat juga melalui penayangan video/gambar. Dalam kaitan dengan mata pelajaran matematika materi bangun ruang masalah disajikan dalam bentuk percobaan. Tahap ketiga, mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok kecil yang beranggota 5 orang untuk belajar. Guru menjelaskan terhadap peserta didik caranya membuat kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan secara efektif. Pembelajaran Snowball Throwing ini murid dibagi menjadi kelompok

(14)

kecil yang masing-masing kelompok diwakili ketua kelompok untuk mendapatkan tugas dari guru.

Tahap keempat, Guru membimbing kelompok kerja peserta didik untuk belajar dan berdiskusi. Guru memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas. Meminta ketua kelompok untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggotanya.

Guru memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya peserta didik diminta setiap kelompok untuk menggulang dan melemparkan bola kertas kepada kelompok yang lain. peserta didik diminta untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan yang didapat dari kelompok lainnya. Tahap kelima, evaluasi dan penutup. peserta didik dievaluasi dengan mengetes hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap ke enam, peserta didik diberikan penghargaan oleh Guru. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.

2. Prinsip reaksi

Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran Snowball Throwing ini adalah sebagai seorang fasilitator untuk peserta didik yang secara langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu peserta didik dalam merumuskan rencana, dalam bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian.

3. Sistem sosial

Sistem sosial dalam model Snowball Throwing ini menjunjung tinggi kerja sama dan tanggung jawab dalam kelompoknya. Dimana dapat dilihat dari sikap saling menghargai apabila terjadi perbedaan pendapat dalam musyawarah. Sehingga melalui kerja kelompok ini diharapkan akan muncul sikap demokratis, kooperatif dan tanggung jawab.

4. Daya dukung

Sistem pendukung dalam model pembelajaran Snowball Throwing ini harus sesuai dengan semua kebutuhan terhadap peserta didik.

(15)

Lingkungan harus mampu merespon berbagai tuntutan peserta didik yang bermacam-macam. Guru dan murid diharapkan bisa menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya.

5. Dampak instruksional dan dampak pendukung

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai langsung oleh peserta didik dengan cara guru mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Adapun dampak instruksional dalam model Snowball Throwing pada pembelajaran Matematika dengan materi bangun ruang melalui model pembelajaran Snowball Throwing adalah kemampuan menjelaskan melakukan dan jaring-jaring dan bangun ruang

Dampak pengiring adalah dalam penilaian hasil belajar lainnya yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para peserta didik tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dampak pengiring yang didapatkan oleh peserta didik dalam pembelajaran matematika dengan materi jaring-jaring dan volume bangun ruang melalui model Snowball Throwing adalah demokratis, kerja sama, tanggung jawab, komunikatif dan disiplin. Dampak pengiring mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan dengan keadaan memadai. Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Snowball Throwing digambarkan dalam bagan berikut:

(16)

Gambar 2

Dampak Pengiring dan Instruksional Pembelajaran Snowball Throwing.

Snowball

Throwing

Kemampuan identifikasi jaring-jaring bangun ruang kubus Kemampuan Mengidentifikasi jaring-jaring balok Kemampuan Mengidentifikasivolume balok Kemampuan identifikasi volume kubus Bertanggung jawab Demokratis Kerja sama Komunikatif Kemampuan menjelaskan bangun ruang Disiplin Keterangan : Dampak Instruksional Dampak Pengiring

(17)

Dari beberapa pendapat ahli yang diungkapkan mengenai sintaks atau langkah-langkah peneliti menyimpulkan sebagai komponen pembelajaran Snowball Throwing yaitu :

Tabel 2.3

Sintagmatik Model Pembelajaran Snowball Throwing

Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Murid Tahap

Penyajian Kelas

1. Guru mengkodisikan seluruh peserta didik dan menyiapkan bahan pembelajaran

1. Peserta didik mempersiapkan buku dan mendengarkan guru saat menyampaikan pembelajaran.

2. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran hari ini kepada peserta didik

2. Peserta didik mendengarkan materi dan tujuan pembelajaran hari ini

3. Guru memberikan soal pretest terhadap peserta didik

3. Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. 4. Guru berusaha menggali

pengetahuan dari peserta didik mengenai jaring-jaring dan volume bangun ruang

4. Peserta didik mencoba berpikir serta mengaitkan pembelajaran hari ini dengan contoh lingkungan kehidupan sehari-hari

5. Guru menyampaikan materi tentang jaring-jaring dan volume bangun ruang terhadap peserta didik

5. Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru mengenai bangun ruang dan mencoba mengerjakan contoh soal Tahap Belajar

Kelompok

Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil secara heterogen :

Peserta didik bekerja secara kelompok sesuai aba-aba yang diperintahkan oleh guru.

6. Guru membagi peserta didik untuk membuat kelompok yang terdiri dari 4-5 orang

6. peserta didik berkelompok sesuai arahan guru yang beranggotakan 4-5 orang. 7. Guru memberi arahan

terhadap kepada ketua kelompok untuk memberikan penjelasan materi yang sudah diberikan oleh guru

7. Ketua kelompok mendapat arahan dan aba-aba dari guru tentang materi dan menjelaskan kembali kepada anggota kelompoknya

Tahap Pembagian tugas

(Pertemuan 2)

1. Guru memberi arahan terhadap peserta didik untuk kembali ke kelompoknya masing-masing

1. Peserta didik beri arahan terhadap peserta didik untuk kembali ke kelompoknya masing-masing

(18)

untuk memberikan penjelasan materi yang sudah diajarkan oleh guru

2. Guru memberikan lembar kertas kerja untuk menuliskan pertanyaan menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

2. Peserta didik diberika n lembar kertas untuk menuliskan pertanyaan sesuai dengan materi.

Tahap Tanya jawab 3.

Kertas dibuat menjadi seperti bola, guru menyuruh peserta didik melemparkan bola pada peserta didik kelompok lain

3. Peserta didik membuat bola dari kertas yang berisi pertanyaan yang telah dibuatnyaa. dan peserta didik melamparkan pada kelompok lain

4. Peserta didik dari kelompok lain yang terkena lemparan kertas diwajibkan menjawab pertanyaan dari pelempar

4. Peserta didik mencoba mengerjakan soal sebsa mungkin dengan individu

5. Guru memberikan waktu terhadap peserta didik untuk saling menguji kelompok lain selama 13 menit

5. Peserta didik saling melemparkan kertas yang berisi pertanyaan sesuai arahan dari guru selama 13 menit

Tahap Kesimpulan dan evaluasi 6. Guru memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran.

6. Peserta didik membuat rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran.

7. Guru memberikan penghargaan dan kesempatan kepada peserta didik jika ada materi yang kurang jelas.

7. Peserta didik melakukan tanya jawab pada guru jika ada materi yang kurang jelas.

8. Guru memberikan soal evaluasi atau postest

8. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi atau postest

2.1.6 Number Head Together

Model Number Head Together merupakan salah satu tipe pembelajaran Cooperative Learning. Pembelajaran dengan model NHT sendiri dalam pelaksanaanya mennggunakan diskusi dengan memiliki ciri khusus, yaitu setiap anggota kelompok memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing. Pembelajaran kooperatif yang merangsang keaktifan peserta didik. Pembelajaran Number Heads Together (NHT). Pembelajaran NHT yakni model yang lebih memungkinkan dalam pelaksanaanya peserta didik untuk lebih aktif serta bertanggung jawab penuh untuk memahami

(19)

materi pelajaran baik secara kelompok maupun individual (Kusumojanto 2009).Sedangkan menurut Kagan seperti dikutip dalam tampubolon (2014: 94) menyatakan, pembelajaran tipe NHT dalam penerapannya peserta didik diminta menggunakan kepala bernomor merupakan hasil dari pengembangan tipe pembelajaran TGT. Dengan ciri khusus tersebut pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling membagi ide atau gagasan. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing dan wajib memahami tugas, sehingga peserta didik memahami konsep secara seksama.

Sementara Miftahul Huda (2011: 03) menyatakan bahwa model NHT merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk saling mengungkapkan ide-ide kemudian mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat meningkatkan kerjasama peserta didik. Pada model NHT setiap murid pada kelompok diberikan sebuah nomor yang berbeda, sehingga untuk mewakili presentasi di depan kelas guru hanya memanggil nomor-nomor tersebut. Jadi dari pendapat beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tipe NHT merupakan penerapannya pada kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling membagi ide yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Secara lebih lanjut mengenai model pembejaran Number Head Together (NHT) memiliki karakteristik atau ciri-ciri tersendiri

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran Number Head Together menurut Rusman (2012: 206), yaitu antara lain:

1. Pembelajaran NHT dilakukan secara kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara kelompok. Kelompok merupakan dimana unrtuk tempatmencapai tujuan. Oleh sebab tersebut kelompok diharapkan mampu membuat setiap peserta didik belajar.

(20)

Setiap anggota diharapkan saling bekerjasama dan membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen pembelajaran kooperatif mempunyai tiga ranah fungsi , yaitu diantaranya :

a. Fungsi manajemen sebagai perencanaan

Pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

b. Fungsi manajemen sebagai organisasi

Menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang sesuai dan matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

c. Fungsi manajemen sebagai control

Menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.

3. Kemauan untuk bekerjasama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4. Ketrampilan bekerjasama

Kemampuan bekerjasama dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, peserta didik perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

dalam pelaksanaannya Menurut Miftahul Huda (2012: 245) Penerapan langkah-langkah Pembelajaran NHT dapat dilaksanakan seperti :

(21)

1. Guru menyampaikan materi serta tujuan pembelajaran sesuai kompetensi yang akan dicapai terhadap peserta didik

2. Guru dapat memberikan kuis secara individu terhadap peserta didik untuk mendapatkan skor awal

3. Peserta didik dibagi menjadi berbagai kelompok kecil yang setiap kelompok anggotanya 4-5 orang

4. Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat pin serta tugasnya 5. peserta didik diecek pemahaman dengan memanggil salah satu nomor

anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta didik yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok. 6. Peserta didik difasilitasi dalam membuat rangkuman, mengarahkan

dan memberikan pebegasan pada akhir pembelajaran.

7. Peserta didik diberikan tes/kuis kepada oleh guru seecara individual. 8. Peserta didik diberikan penghargaan kelompok melalui penghargaan

berdasarkan perolehan nilai.

Diungkapkan senada seperti Miftahul Huda, Trianto mengungkapkan mengenai praktik pembelajaran NHT adalah :

Sedangkan menurut Spencer Kagan dalam Aqib (2013: 18) langkah-langkah pembelajaran menggunakan model kepala bernomor atau NHT sebagai berikut :

a. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil oleh guru yang beranggotakan 5 orang

b. Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor dan tugas yang berbeda Langkah-Langkah Pelaksanaan oleh Guru Terhadap Peserta Didik

Langkah 1 Penomoran

Guru membagi seluruh peserta didik dalam kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang. Setiap anggota kelompok mendapat 1 nomor yang memiliki tugas berbeda dengan anggota lain

Langkah 2 Penga

Peserta didik diberikan beberapa pertanyaan oleh guru. Pertanyaan tersebut dapat bentuk kalimat tanya

Langkah 3 Berpikir bersama

Peserta didik diskusi untuk menyatukan jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompok

Langkah 4 Menjawab

Guru memanggil salah 1 nomor, setelah itu peserta dengan nomor tersebut memaparkan jawaban dari pertanyaan guru

(22)

c. Peserta didik mengerjakan tugas dan beberapa pertanyaan yang telah diberikan oleh guru

d. Peserta didik diberikan waktu untuk diskusi dan peserta didik dalam 1 kelompok di panggil oleh guru untuk mempresentasikan hasil diskusinya

e. Kemudian peserta didiklain menanggapi jawaban dari kelompok tersebut dan ada yang ditunjuk oleh guru

f. kesimpulan

Selain dari langkah-langkah dari pendapat para ahli, terdapat komponen dalam pelaksanaan pembelajaran NHT. Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104) mengungkapkan mengenai model pembelajaran terdiri dari

1. Komponen langkah-langkah dalam struktur model

2. Komponen prinsip dari reaksi peran guru dalam pembelajaran 3. Komponen tatanan sosial dalam situasi kelas pada saat pembelajaran

Daya dukung dalam pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari bahan dan alat yang diperlukan, serta dampak dalam instruksional yaitu hasil belajar peserta didik diharapkan mengarah terhadap tujuan yang hendak dicapai dan sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar yang diharapkan dan sesuai. Komponen-komponen dari model pembelajaran Number Head Together diantaranya adalah :

1. Sintagmatik

Sintagmatik atau struktur model pembelajaran NHT menurut Ibrahim dalam Lie (2008: 59) mengungkapkan ada empat langkah dalam yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian jawaban. Dari ke empat langkah tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan kebutuhan menjadi enam langkah. Adapun dari keenam langkah tersebut untuk pelaksanaan NHT yaitu tahap pertama, persiapan. Dalam tahap ini guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Yang berkaitan dengan materi

(23)

pembelajaran yaitu jaring-jaring dan volume bangun ruang. Tahap kedua, Penomoran. Pada tahapan ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-5 orang peserta didik. Guru memberikan nomor dan tugas kepada setiap peserta didik dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Tahap ketiga, Pertanyaan atau (Questioning) dan berfikir bersama (Heads Together). Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap peserta didiksebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap peserta didik berpikir bersama meyakinkan satu sama lain dalam kelompok bahwa setiap anggota mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Tahap ke empat, Pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para peserta didik dari seluruh kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada peserta didik di kelas. Dalam menentukan nomor yang akan menjawab pertanyaan, guru menunjuk salah satu kelompok yang akan menjawab.Tahap kelima, Memberi kesimpulan. Guru melibatkan peserta didik menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Tahap keenam, Memberikan penghargaan terhadap peserta didik. Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian ataupun simbol bintang pada peserta didik yang kelompoknya memiliki nilai tertinggi.

2. Prinsip Reaksi

Peran guru dalam model pembelajaran NHT adalah memberikan arahan atau sebagai fasilitator tentang bagaimana cara kerja dalam kegiatan yang dilakukan meminta peserta didik berkelompok. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik secara keseluruhan memahami cara kerja atau yang harus dikerjakan. Selain itu, peran guru adalah sebagai seorang fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk dapat berdiskusi secara kelompok dapat maksimal. Pusat dalam proses pembelajaran kemudian beralih untuk meng kontruksikan sebuah lingkungan sosial yang kooperatif

(24)

dan mengajari keterampilan untuk saling menghargai antar teman dan kelompok, dan menyelesaikan konflik.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial dalam model pembelajaran ini berlandaskan pada proses demokrasi dankeputusan bersama di dalam kelompok, dengan struktur eksternal yang rendah. Atmosfer merupakan salah satu bagianalasan dan negosiasi (Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Sistem sosial dalam pembelajaran model NHT ini berupa sikap saling membantu teman dalam kelompok, yaitu peserta didik bebas dalam mengungkapkan pendapatnya, bertanya maupun jawaban pertanyaan. Diharapkan dalam pembelajaran ini peserta didik akan berpikir untuk saling menghargai pendapat yang dikemukakan oleh setiap anggota kelompok.Setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat selain itu dalam model pembelajaran ini diharapkan dapat menyatukan pendapatnya secara individu untuk menjadi jawaban secara kelompok. Selainitu, ketika peserta didik yang telah ditunjuk nomornya peserta didik harus mampu menjelaskan jawaban untuk dibacakan ke seluruh peserta didik, dari jawaban yang dibacakan oleh kelompok tersebut akan terlihat kelompok mana yang mempunyai hasil belajar tertinggi dan terendah.

4. Daya Dukung

Sistem pendukung dalam model NHT ini harus responsif dalam pelaksanaanya terhadap semua kebutuhan peserta didik. Guru dan peserta didik harus dapat menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat membutuhkannya. Misalnya dalam pembelajaran Matematika tentang materi jaring-jaring dan volume bangun ruang dibutuhkan lembar kerja peserta didik, buku paket untuk dapat mencari jawaban dari pertanyaan yang ada di lks, kartu bernomor, serta menambahkan media gambar mengenai jaring-jaring dan volume bangun ruang

(25)

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional yaitu dampak dari prmbelajaran yang dilakukan hari ini dengan hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Dampak instruksional dalam model NHT secara umum adalah melalui proses darikerjasama dalam kelompok diharapkan adanya kedisiplinan dan tanggung jawabdari masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi yang dilakukan. Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran Matematika dengan materi tentang jaring-jaring dan volume bangun ruang

Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan peserta didik dalam pembelajaran Matematika dengan materi dan jaring-jaring dan volume bangun ruang melalui model NHT adalah terbentuk sikap komunikatif, kerja sama, berfikir kritis, tanggung jawab, percaya diri, toleransi, demokratis, sportif, rasa ingin tahu, dan memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat. Dampak pengiring hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai. Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Number Head Together digambarkan dalam bagan berikut.

(26)

Gambar 3

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Number Head

Together(NHT) Model Number Head Together (NHT) Komunikatif Kerja sama Berpikir kritis Tanggung jawab Percaya diri Toleransi Demokratis Sportif Berani Rasa ingin tahu

Tekun Kemampuan mengidentifikasi bangun ruang Kemampuan mengidentifikasi jaring-jaring kubus Kemampuan mengidentifikasi volume kubus Kemampuan identifikasi jaring-jaring balok Kemampuan identifikasi rusuk balok Keterangan Dampak Instruksional Dampak Pengiring

(27)

dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli dapat diambil kesimpulan menjadi komponen mengenai langkah-langkah penerapan pembelajaran NHT adalah seperti berikut :

Tabel 2.4

Sintagmatik Model Pembelajaran Model NHT

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan peserta didik Tahap 1

Persiapan

1. Guru mengkondisikan seluruh peserta didik dan menyiapkan alat pembelajaran

1. Peserta didik memperhatikan penjelasan dan menyiapkan alat pembelajaran

2. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran hari ini

2. Peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru

3. Guru memberikan soal pretest terhadap peserta didik

3. Peserta didik mengerjakan soal Pretest secara individu 4. Guru berusaha memancing

pengetahuan peserta didik tentang materi jaring-jaring dan volume bangun ruang

4. Peserta didik menanggapi pertanyaan dari guru dengan menyebutkan jaring-jaring dan volume bangun ruang 5. Guru menyampaikan

materi jaring-jaring dan volume bangun ruang

5. Peserta didik memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh guru

Tahap 2 Number atau penomoran

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5. dan

1. peserta didik dibagi menjadi kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang 2. Guru membagi kartu dan

menjelaskan tugas nomor kepada setiap peserta didik, dan setiap anggota kelompok mendapat nomor yang berbeda

2. Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat nomor dengan tugas yang berbeda-beda Tahap 3 Question and answering ( tahap tanya jawab)

1. Guru membuat contoh soal sebagai langkah awal uji coba dan meminta kelompok yang dapat menjawab pertanyaan untuk menjawab

1. Peserta didik mendengarkan arahan dari guru, dan mencoba menjawab soal dari guru

2. Permainan dimulai dari guru membuat pertanyaan danmenunjuk salah satu nomor anggota secara acak untuk menjawab soal

2. salah satu peserta yang ditunjuk oleh guru berdiskusi dengan temannya dan mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya.

(28)

3. apabila terdapat guru menemukan peserta didik yang memiliki jawaban berbeda dapat disampaikan hingga guru memberikan titik kesimpulan

3. apabila terdapat peserta didik yang memiliki jawaban berbeda dapat disampaikan hingga menemukan titik kesimpulan

4. guru dan peserta didik bermain hingga 10 menit dan mencatatkan skor akhir permainan kelompok

4. Peserta didik dan guru bermain hingga 10 menit dan mencatatkan skor akhir permainan kelompok

Tahap 4 Membuat kesimpulan

5. Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan.

4. Peserta didik dan guru saling mengkomunikasihasil diskusi 5. Peserta didik dan guru membuat kesimpulan pembelajaran hari ini

Tahap 5 Memberi penghargaan 5. Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok

6. Peserta didik menerima penghargaan atau hadiah dari guru

6. Guru memberikan soal evaluasi postest terhadap peserta didik

7. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru

Model pembelajaran NHT dalam pelaksanaanya memiliki keunggulan atau kelebihan menurut Ahmad Zuhdu (2010: 65) menyatakan pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa kelebihan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah :

1. Setiap peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran ini menjadi siap semua.

2. Dalam pembelajaran ini peserta didik diharuskan untuk berdiskusi dengan sunguh-sunguh.

3. Dalam diskusi peserta didik dapat lebih dominan pintar dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai dalam pelaksanaannya. 2.1.7 Hasil Belajar Peserta Didik

Pelaksanaan pembelajaran tidak lepas dari penilaian akhir hasil belajar dalam pembelajaran, hal tersebut sangatlah berkaitan karena untuk mengetahui tolak ukur dalam pembelajaran seberapa jauh seorang peserta didik dapat menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Suhandi (2016: 122) mengungkapkan kegiatan melaksanakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami

(29)

materi pembelaajaran dapat menggunakan soal yang telah di rencanan. Maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dengan pelaksanaan perskoran hasil pembelajaran. Sedangkan Ahmad susanto (2013: 5) mengungkapkan hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui pelaksanaan proses belajar. Karena pada dasarnya belajar merupakan proses dari usaha seseorang untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, anak-anak yang dikatakan telah berhasil dalam belajar adalah anak-anak yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau kriteria ketuntasan minimal yang biasanya sudah ditetapkan oleh guru.

Berbeda diungkapkan oleh Suprijono (2013: 5) yang mengungkapkan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap, apresiasi hingga keterampilan. Hingga hal tersebut merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan menjelaskan konsep dan simbol.

c. Strategi kognitif yaitu kemampuan dalam menyalurkan dan mengarahkan pada kegiatan kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan aturan dalam memecahkan suatu masalah. d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani sehingga dapat mewujudkan gerak jasmani secara otomatis. e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebutdan kemampuan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai standar perilaku.

Mawardi (2018: 29) mengungkapkan evaluasi pembelajaran berfungsi sebagai suatu program yang direncanakan dan di terapkan untuk melihat tercapainya atau belum tercapainya dari proses pembelajaran dan tingkat efisiensi dari pelaksanaan pembelajaran.Dari beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi hasil belajar dapat di simpulkan bahwa hasil

(30)

belajar merupakan sebuah pola yang dilakukan setelah proses pembelajaran dimana hal tersebut dilakukan untuk mengukur seberapa jauh pola penguasaan materi oleh peserta didik yang dibagi menjadi tiga aspek yaitu : Kognitif, Afektif, dan Psikomotor

2.2 Kajian Penelitiann yang Relevan

Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Nur Halimah dan Sumardjono (2017: 274) tentang perbedaan pengaruh pembelajaran STAD dan NHT pada hasil belajar matematika kelas V dengan menggunakan uji T memperoleh hasil yang signifikan ditunjukan dengan signifikan probabilitas sig (2 tailed), dari uji t/ uji beda menunjukkan sig sebesar 0,019 yang berarti kurang dari 0,05. Dengan kata lain penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil perbedaan pengaruh signifikan.

Penelitian dengan menggunakan model NHT juga dilakukan oleh oleh Hanifah Kusumawati dan Mawardi (2016: 262) tentang perbedaan penerapan model pembelajaran NHT dan STAD ditinjau dari hasil belajar, dalam pelaksanaan penelitiannya menggunakan uji ANCOVA mendapat temuan probabilitas uji 0,002 < 0,05, berarti H0 ditolak, Ha diterima. Signifikansi

didukung juga oleh rerata dari dua sampel hasil postes pembelajaran NHT sebesar 81 dan STAD sebesar 74.

Galuh Adi Prakoso (2015: 117) dengan penelitian keefektivan pembelajaran NHT hasil belajar IPS peserta didik kelas V dengan menggunakan Independent Sample uji T menunjukan hasil salah satu SD imbas mengalami peningkatan pada kelompok kontrol yaitu 100 dan nilai terendahnya adalah 40 dengan rata-rata skor hasil belajar 83,83. Adapun dari 32 siswa kelompok eksperimen terdapat 29 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran IPS kelas IVA di SDN Sudirman dengan persentase 90,62% dan 3 siswa tidak tuntas KKM dengan persentase 9,38%.

Selain penelitian dari Galuh, Gina Sonia, Sofyan Iskandar dan Srie mulyani (2017: 30) juga melakasanakan penelitian tentang penerapan model NHT dalam pembelajaran IPS pada kelas IV yang menunjukan hasilnya dengan menggunakan model pembelajaran NHT mampu menunjang hasil

(31)

belajar mengalami peningkatan pada setiap siklus mengalami peningkatan, ditunjukkan dengan siklus pertama ini didapat nilai 42% dengan kategori cukup baik, dan pada siklus kedua didapat nilai 62% dengan kategori baik, dan pada siklus ketiga didapat 86% dengan kategori sangat baik

Dyah Kartika Sari (2017: 13) melakukan penelitian peningkatan hasil belajar IPS menggunakan model kooperatif tipe NHT pada peserta didik kelas 6 SD. Pada penelitian ini menunjukan sebuah kenaikan presentase hasil belajar pesera didik melebihi KKM ditunjukkan dengan pada pra siklus ketuntasan KKM sebesar 31,25%, pada siklus I ketuntasan KKM meningkat mencapai 56,25%, dan pada siklus II ketuntasan KKM meningkat hingga mencapai 81,25%.

Dimas Wira Yudha (2014: 6) melakukan penelitian tentang studi komparasi strategi dengan pembelajaran kooperatif NHT dan Snowball Throwing ditinjau pada hasil belajar. pada penelitian ini penelitian dilakukan menggunakan uji T yang memperoleh hasil komparasi yang signifikan yaitu dengan model NHT peserta didik memperoleh rata-rata 83,67 sedangkan menggunakan model Snowball Throwing peserta didik memperoleh rata-rata 77,78.

Selain itu penelitian lain juga telah dilakukan oleh Heri Maria Zulfiati (2013: 107) tentang penerapan model cooperative learning tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan keaktifan serta hasil belajar siswa, dengan menunjukan kesimpulan bahwa dengan menggunakan pembelajaran Snowball Throwing mengalami peningkatan dalam pembelajaran, ditunjukan dengan rata-rata siklus 1 diperoleh 72,84 sedangkan siklus 2 diperoleh 83,26.

Ni Md. Seriani dan I Kt. Dibia (2017: 216) meneliti tentang penerapan model pembelajaran Snowball Throwing meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik kelas V SD. Hasilnya ditunjukan Pada siklus I rata-rata hasil belajar IPA siswa sebesar 72,42% pada kategori rendah dan meningkat menjadi 82,58% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.Terjadi peningkatan sebesar 10,16%.

(32)

Ni Komang Purmani Apriani, Ign I Wayan Suwatra dan I Gd Mangunyasa (2016: 9) mengungkapkan hasil penelitian tentang Pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing yang ditinjau dari hasil belajar peserta didik kelas V. Pada pelaksanaan peneliti menggunakan uji T sebagai pengambilan datanya, menunjukkan hasil belajar peserta didik menggunakan model Snowball Throwing lebih besar daripada kelas kontrol dengan presentase sebesar 24,77 dibanding dengan 14,69.

Selain itu penelitian menggunakan model Snowball Throwing dilakukan oleh Swara Alam Syah, Triyono, dan Harun Setyo Budi (2013: 4) mengungkapkan penelitian tentang penggunaan model kooperatif tipe Snowball Throwing kelas IV yang menunjukan hasilnya menunjang hasil belajar peserta didik, dilihat dalam presentase pada siklus I dengan hasil 70,20% dan pada siklus II mendapat nilai 89,22%. Nilai rata-rata yang di dapat oleh siswa sekitar 19,22%

2.3 Kerangka Berpikir

Penemuan dari penelitian mengenai pengetahuan oleh peserta didik dapat diperoleh melalui pengalaman belajar yang langsung dialami peserta didik di sekolah atau di lingkungan sekitarnya. Selain dari pengalaman belajar langsung peserta didik juga membutuhkan cara belajar yang diharapkan mampu membuat peserta didik terdorong untuk lebih memahami konsep penting di dalam belajar matematika. Kemudian konsep yang diterima oleh peserta didik diharapkan nantinya dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari

Perbedaan hasil model kooperatif Number Head Together dan Snowball Throwing yang ditinjau dari hasil belajar peserta didik diharapkan dari penelitian ini mampu membentuk peserta didik agar memperoleh informasi serta memahaminya, serta diharapkan dari peserta didik berperan aktif dalam pembealajaran dan mencari informasi. Selain itu dalam pembelajaran ini peserta didik mampu bekerja sama didalam kelompoknya. Setelah menemukan informasi, peserta didik juga dapat berbagi informasi atau

(33)

pengetahuan yang telah mereka miliki kepada teman-teman sekelompok maupun kelompok lain melalui laporan diskusi masing-masing kelompok.

Model pembelajaran Number Head Together mempunyai beberapasintak/langkah pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikanpengaruh terhadap hasil belajar Matematika. Uraian manfaat dari masing-masing sintak meliputi: (1) Peserta didik dibagi guru menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang (2) Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat nomor dengan tugas yang berbeda-beda (3) Peserta didik berisiap dan dan guru melemparkan beberapa pertanyaan verbal untuk mengecek kesiapan peserta didik (4) Peserta didik diberikan pertanyaan dan tugas oleh guru (5) Peserta didik diberikan waktu untuk diskusi untuk mengerjakan dan mengambil kesimpulan dari setiap pertanyaan (6) Guru menunjuk salah satu peserta untuk mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya (7) Apabila kelompok peserta didik lain kurang setuju dapat menyanggahnya (8) peserta didik dan guru saling mengkomunikasi hasil diskusi (9) Kesimpulan.

(34)

Gambar 4 kerangka berpikir model NHT

Langkah-langkah/ tahap

Model Number Head Together

Persiapan Penomoran Pertanyaan dan berpikir bersama Pemberian Jawaban Memberikan Kesimpulan Penghargaan Kelompok

Rasa ingin tahu

Tanggung jawab Komunikatif Percaya Diri Berpikir Kritis Kerja sama Tekun Teliti Toleransi Berani Demokratis Sportif Kemampuan mengidentifikasi Bangun Ruang Kemampuan Mengidentifikasi jaring-jaring kubus Kemampuan Mengidentifikasi volume kubus Kemampuan Mengidentifikasi jaring-jaring balok Kemampuan Mengidentifikasi volume balok Hasil Belajar Keterangan : Dampak Instruksional Dampak Pengiring

(35)

Model Snowball Throwing mempunyai beberapa sintak/langkah pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan pengaruhterhadap hasil belajar Matematika. Uraian manfaat dari masing-masing sintak diantaranya: (1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai. (2) Guru membentuk kelompok-kelompok kemudian memanggil masing-masing ketua kelompok-kelompok untuk diberikan penjelasan tentang materi. (3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. (4) Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. (5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain. (6) Peserta didik yang mendapat lemparan bola diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut. (7) Evaluasi. (8) Penutup.

Dampak intruksional pada penerapan model pembelajaran Snowball Throwing yangditerapkan pada mata pelajaran materi dan jaring-jaring dan volume bangun ruang. Berikut akan dipaparkan gambar bagan kerangka berpikir dalam penggunaan model pembelajaran NHT dan Snowball Throwing, yang terdiri dari sintak model,dampak intruksional, dampak pengiring dan hasil belajar.

(36)

Gambar 5 kerangka berpikir model Snowball Throwing

Langkah-langkah/ tahap

Pembelajaran Snowball Throwing

Penyajian Kelas Belajar Kelompok Pembagian Tugas Tanya Jawab Evaluasi Kesimpulan Penghargaan Kelompok Disiplin Tanggung jawab Komunikatif Kerja sama Demokratis Kemampuan mengidentifikasi Bangun Ruang Kemampuan Mengidentifikasi jaring-jaring kubus Kemampuan Mengidentifikasi volume kubus Kemampuan Mengidentifikasi jaring-jaring balok Kemampuan Mengidentifikasi volume balok Hasil Belajar Keterangan : Dampak Instruksional Dampak Pengiring

(37)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

HO= Hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika kelas 5 SD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) tidak lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan hasil belajar menggunakan model kooperatif tipe Snowball Throwing di Gugus Ki Hajar Dewantoro Kabupaten Boyolali.

= Hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika kelas 5 SD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) lebih tinggi secara signifikan dari model kooperatif tipe Snowball Throwing di Gugus Ki Hajar Dewantoro Kabupaten Boyolali.

Gambar

Gambar 1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif diambil  dari Suprijono (2013: 68)
Gambar 4 kerangka berpikir model NHT
Gambar 5 kerangka berpikir model Snowball Throwing

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan geser pelekatan resin komposit packable dengan intermediate layer resin komposit flowable menggunakan

elektronik atau e-catalogue. Katalog elektronik atau e-catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga

Hasil penelitian faktor risiko perdarahan pasca persalinan primer di RSUD Wonosari tahun 2014 adalah paritas pada multipara (64%), dan metode persalinan pervaginam (87,2%).. Kata

melakukan diversifikasi pangan, 8) meningkatkan mutu dan keamanan pangan, 9) mencegah dan menangani keadaan rawan pangan dan gizi, 10) memfasilitasi penelitian dan

ini adalah merancang Data Warehouse untuk menghasilkan informasi atau laporan yang bersifat Multidimensional untuk dipakai oleh pihak eksekutif dalam pengambilan

Mary Midgley is a moral philosopher and the author of many books including Wickedness, Evolution as a Religion, Beast and Man and Science and Poetry. All are published in

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, hambatan pada kegiatan skrining IMS dengan VCT itu terletak pada sarana prasarana Lapas terkait tidak adanya

Seperti halnya konfigurasi file default pada web server, pada bagian ini juga berfungsi untuk mengarahkan permintaan ke direktori /home/dian/smk jika ada