• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keselamatan Kerja di Pertambangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keselamatan Kerja di Pertambangan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

“PERTAMBANGAN”

DOSEN

ASRIL, SKM.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 AULIYA FAJRIYATI (12011022) DEDEK MAYANG. S (12011036) HENNI SULISTIOWATI (12011081) NOPIANTO (12011126) PISKA ARINDA (12011138) REZKI ANGGI. P (12011152)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

STikes HANG TUAH PEKANBARU

KOTA PEKANBARU

2013

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, bimbingan dan hidayah-Nya.Sehingga Makalah yang berjudul “Kesehatan dan keselamatan kerja pada Pertambangan” ini dapat Kami selesaikan dengan baik.

Melalui makalah ini, Kami berharap pembaca dapat mengetahui kesehatan dan keselamatan kerja pada pertambangan. Pada kesempatan ini, Kami juga berterimakasih kepada :

1. ASRIL, SKM. Selaku dosen pengampu Kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Semua pihak yang telah membantu Kami dalam penyelesaian penulisan Makalah ini. Seperti ungkapan, “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan penulisan makalah yang sangat jauh dari sempurna ini. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki kualitas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan Penulisan ... 3 BAB II PEMBAHASAN ... 4

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 4

2.2 Kecelakaan Kerja Tambang ... 5

2.2.1 Pengertian Kerja Tambang ... 5

2.2.2 Penggolongan Kecelakaan Tambang ... 5

2.3 Sebab Terjadinya Kecelakaan ... 6

2.4 Manajemen Risiko Pertambangan ... 7

2.5 Faktor Risiko Perusahaan Pertambangan ... 7

2.6 Manfaat Manajemen Risiko Perusahaan Pertambangan ... 8

2.7 Metode Pengelolaan Risiko Pada Perusahaan Pertambangan ... 8

2.8 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Pertambangan ... 8

BAB III PENUTUP ... 11

3.1 Kesimpulan ... 11

3.2 Kritik dan Saran ... 12

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan dalam perekonomian nasional, baik dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan negara, berkontribusi dalam pembangaunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil maupun program community

development atau coorporate social responsibility, memberikan nilai surplus dalam neraca

perdagangan, meningkatkan investasi, memberikan efek berantai yang positif terhadap ketenagakerjaan, menjadi salah satu faktor dominan dalam menentukan Indeks Harga Saham Gabungan, dan menjadi salah satu sumber energi dan bahan baku domestik.

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan implementasi Kesehatan dan keselamatan kerja (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan pertambangan.

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja.Secara keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum kesehatan dan keselamatan kerja merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja.

Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Bahkan ditingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional.

(5)

2

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja, maka tingkat kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, kesehatan dan keselamatan kerja yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki budaya kesehatan dan keselamatan kerja untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga kesehatan dan keselamatan kerja menjadi salah satu budaya industrial.

Dengan melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian kesehatan dan keselamatan kerja sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia..

Ditahap pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, karena pihak manajemen yang sanggup memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut semakin menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola kesehatan dan keselamatan kerja menerapkan suatu Sistem Manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja (smkesehatan dan keselamatan kerja).

1.2 Rumusan Masalah

Melihat latar belakang yang ada, maka masalah yang terdapat dalam pokok bahasan ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah pengertian kesehatan dan keselamatan kerja ? 2) Apa saja sebab terjadinya kecelakaan kerja tambang ? 3) Bagaimana penggolongan kecelakaan tambang ?

4) Bagaimana tindakan setelah terjadinya kecelakaan kerja ? 5) Apakah pengertian manajemen risiko pertambangan ?

(6)

3

7) Apakah manfaat manajemen risiko pada perusahaan pertambangan ?

8) Bagaimana sistim manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di pertambangan ? 9) Bagaimana teknik pencegahan ledakan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian kesehatan dan keselamatan kerja. 2) Untuk mengetahui sebab terjadinya kecelakaan kerja tambang.

3) Untuk mengetahui penggolongan kecelakaan kerja tambang.

4) Untuk mengetahui dan memahami tindakan setelah terjadinya kecelakaan kerja. 5) Untuk mengetahui dan memahami manajemen risiko pertambangan.

6) Untuk mengetahui faktor risiko yang ada di perusahaan pertambangan.

7) Untuk mengetahui manfaat manajemen risiko pada perusahaan pertambangan.

8) Untuk mengetahui dan memahami sistim manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di pertambangan.

(7)

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

(8)

5

penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

2.2 Kecelakaan Kerja Tambang

2.2.1 Pengertian Kerja Tambang

Kerja tambang merupakan Setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau berhubungan langsung dengan pekerjaan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, operasi produksi, pengolahan/ pemurnian dan pengangkutan bahan galian golongan a, b, c, termasuk sarana dan fasilitas penunjang yang ada di atas atau di bawah tanah/air, baik berada dalam satu wilayah atau tempat yang terpisah atau wilayah proyek.

Yang dimaksud dengan kecelakaan tambang yaitu : a. Kecelakaan Benar Terjadi

b. Membuat Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT

c. Akibat Kegiatan Pertambangan d. Pada Jam Kerja Tambang e. Pada Wilayah Pertambangan

2.2.2 Penggolongan Kecelakaan Tambang Kecelakaan tambang terbagi atas :

a. Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan), Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu.

b. Cidera Berat (Kecelakaan Berat), Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu serta Korban invalid & tidak mampu

melaksanakan tugas semula. Berdasarkan cedera korban yaitu :

- Retak Tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan bawah/atas, paha/kaki

(9)

6

- Luka berat, terkoyak - Persendian lepas

c. Mati, Korban mati dalam waktu 24 jam dari waktu terjadinya kecelakaan.

2.3 Sebab Terjadinya Kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. Penyebab dasar kecelakaan kerja yaitu :

1) Faktor Personil

a. Kelemahan pengetahuan dan skill b. Kurang motivasi

c. Problem fisik 2) Faktor Perkerjaan

a. Standar kerja tidak cukup memadai b. Pemeliharaan tidak memadai c. Pemakaian alat tidak benar d. Kontrol pembelian tidak ketat

Adapun penyebab langsung kecelakaan kerja yaitu 1) Tindakan Tidak Aman

a. Mengoperasikan alat yang bukan wewenangnya b. Mengoperasikan alat dengan kecepatan tinggi c. Posisi kerja yang salah

d. Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi 2) Kondisi Tidak Aman

a. Tidak cukup pengamanan alat

b. Tidak cukup tanda peringatan bahaya c. Kebisingan/debu/gas di atas NAB d. Housekeeping tidak baik

Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian Berdasarkan Prosentasenya :

(10)

7

a. Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%) b. Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%) c. Diluar kemampuan manusia (2%)

2.4 Manajemen Risiko Pertambangan

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi,mengevaluasi,dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem,dll.Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja.

2.5 Faktor Risiko Perusahaan Pertambangan

Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan adalah sebagai berikut :

a. Ledakan

Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal

b. Longsor

Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di dalam tambang,serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang. c. Kebakaran

Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.

(11)

8

2.6 Manfaat Manajemen Risiko Perusahaan Pertambangan

Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan adalah sebagai berikut :

1. Menimalkan kerugian yang lebih besar

2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan 3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan

2.7 Metode Pengelolaan Risiko Pada Perusahaan Pertambangan

Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut:

1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah

3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi 4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi

7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota

8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan

9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi

10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi 11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum

2.8 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Industri Pertambangan

Program keselamatan kerja yang baik adalah program yang didasarkan pada prinsip close the loop atau prinsip penindaklanjutan hingga tuntas. Secanggih apapun program yang ditawarkan, jikalau berhenti di tengah jalan dan tidak diikuti dengan tindak lanjut yang nyata tentu tidak memiliki arti. Baik Internationa Loss Control Institute (ILCI) maupun National Occupational Safety Association (NOSA) menyebutkan bahwa sistem keselamatan kerja yang efektif harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

(12)

9

Identifikasi bahaya Adalah tidak sama bahaya di lingkungan kerja satu dengan yang lain. Untuk program yang umum dijumpai di industri pertambangan dalam kaitannya dengan prinsip ini antara lain :

a. Program pengenalan dan peduli bahaya (Hazzard Recognition and awareness

Program)

b. Program komunikasi bahaya dan inventori bahan kimia ( Hazard Communication

and Chemical Inventory Program)

c. Program Pemantauan Higiena Perusahaan d. Program Percontoh (Sampling Program) e. STOP Program

f. Program Penilaian Resiko (Risk Assesment Program)

g. Program Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program) h. Audit Dasar Pihak Ketiga (Third Party Baseline Audit)

2. Menyusun Standart Kinerja Dan Sistem Pengukuran (Set Standart of Performance

and Measurement)

Di dalam langkah ini dipandang sangat penting untuk menmbuat standart, prosedur atau kebijakan yang berkaitan dengan potensi bahaya yang telah diketahui. Dalam penyusunan prosedur ini sebaiknya melibatkan semua tingkatan managemen dan pelaksana di lapangan.

a. Program Penyusunan Kebijakan, Standart Kerja, Prosedur dengan tolok ukur standart institusi international, pemerintah dan pabrik.

b. Program Review Prosedur Kritis (Critical Prosedur Review) c. Program Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program)

d. Program Pertanggunggugatan Keselamatan Kerja (Safety Accountability

Program)

e. Program Pertemuan Keselamatan Kerja (Safety Meeting Program) 3. Menyusun Standart Pertangunggugatan (Set Standard of Accountability)

Langkah ini adalah untuk menetapkan sistem pertanggunggugatan untuk masing-masing tingkatan manajemen. Program yang sering dijumpai berkaitan dengan langkah ini adalah :

(13)

10

a. Program Standarisasi Penugasan (Assignment Standardization Program )

b. Program Standarisasi Pertanggunggugatan (Accountability Standardisation

Program)

c. Program Evaluasi Diskripsi Kerja (Job Description Evaluation Program) d. Program KRA-KPI

4. Mengukur Kinerja Terhadap Standar yang Ditentukan (Measure Performance against

Standard)

Langkah ini untuk mengetahui seberapa tinggi kinerja yang dipakai terhadap standar yang ada. Beberapa program yang telah sangat dikenal dalam langkah ini adalah :

a. Audit keselamatan kerja Internal dan Eksternal (Internal & External Safety Audit) b. Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program)

c. Program Analisa Kecelakaan (Accident Investigation Program) d. NOSA Five Starrs Grading Audit

e. Housekeeping Evaluation

5. Mengevaluasi Hasil yang dicapai (Evaluate Outcome)

Termasuk dalam langkah ini adalah mengevaluasi adanya penyimpangan dari peraturan perundangan dan standar internasional yang berlaku. Contoh program dalam langkah ini antara lain:

a. Program statistik kecelakaan (Safety Statistic Program) b. Program Pelaporan ke Pemerintah (Government Reporting ) c. Program Analisa Kecelakaan (accident Analysis Program) d. Evaluasi Kesehatan Karyawan (Medical Evaluation) e. Program Perlindungan Pendengaran dan Pernafasan f. Audit Follow up

6. Melakukan Koreksi Terhadap Penyimpangan yang Ada (Correct Deviations and

Deficiencies)

Salah satu contoh yang amat dikenal dalam langkah ini adalah : a. Program Penghargaan Safety (Safety Recognition Program) b. Program Koreksi Tuntas (Correction-Close The Loop Program)

c. Program Pertemuan Kepala Teknik Tambang (Technical Manager Meeting) d. Audit Tindak Lanjut Oleh Manajemen (Audit Follow Up By Management)

(14)

11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum kesehatan dan keselamatan kerja merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja. Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Dengan melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja.

Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat cidera pekerja tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT sebagai akibat kegiatan pertambangan pada jam kerja tambang dan pada wilayah pertambangan.

Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola K3 dengan menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

(15)

12

3.2 Kritik dan Saran

Dengan dilaksanakannya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian kesehatan dan keselamatan kerja sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.

(16)

13

DAFTAR PUSTAKA

Budiono S. Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan. Semarang, 2005.

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

Suma’mur P.K, Dr. Msc,”Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan”, Gunung Agung, Jakarta, 1981.

Referensi

Dokumen terkait

I’d really like to get this job because I don’t think I have to tell you that it’s hard to pay the mortgage without a paycheck, right.. Oh, and my hobby is learning archaic

Katechin mempunyai sifat larut dalam air dan dengan meningkatnya kadar air pada produk gambir akan mempercepat tumbuhnya jamur dan katechin dilihat dari struktur

Bab I Pasal 1 ayat (3 ) Undang – undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Di beralamat Di Perum Damatex Pabelan No.206, Karangtebgah Kec.. persidangan

• Daya masukan ke prosesor daya biasanya sumber dari PLN (tidak selalu) dengan frekuensi jala-jala 50 Hz, satu fasa atau tiga fasa. • Sudut fasa antara arus dan tegangan

Dalam etika pemerintahan, terdapat asumsi yang berlaku bahwa melalui penghayatan yang etis yang baik, seorang aparatur akan dapat membangun

1. Pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Makassar secara umum telah berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008

Ketika tingkat pengangguran meningkat, maka GDP riil cenderung tumbuh lebih lambat atau bahkan turun.. Kurva Philips adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat

Di tengah fenomena umum maraknya tradisi penafsiran Al-Quran yang terjadi di kalangan Muhammadiyah, metodologi tafsir ternyata masih menjadi hal langka kaitannya dengan kajian