• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN BAHASA

Qudwatin Nisak M. Isa

Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Darussalam Abstract

Philosophy is the core of all sciences. Just like other sciences, education comes from its core, philosophy. In educational sciences, there are many subjects. One of them is language. In reality, the educators or practitioners particularly in language are very often denying the existence of philosophy. For some people, philosophy is a confusing subject. The shallowness understanding toward philosophy can create many continouos problems in language education. This paper is trying to explain the relation between philosophy and the language, and the function of philosophy toward the language.

Abstrak

Filsafat adalah inti dari seluruh ilmu. Seperti ilmu lainnya, ilmu pendidikan telah dihasilkan dari induknya, yaitu, filsafat. Di dalam ilmu pendidikan, terdapat berbagai macam bidang ilmu, salah satunya yaitu bahasa. Pada kenyataannya, khususnya para pendidik bahasa atau praktisi bahasa sering sekali mengesampingkan kehadiran filsafat. Filsafat dianggap sebagai sebuah ilmu yang membingungkan. Dangkalnya pemahaman terhadap filsafat menyebabkan munculnya permasalahan yang berkelanjutan di bidang pendidikan bahasa. Tulisan ini mencoba menjelaskan hubungan antara filsafat dan pendidikan bahasa dan menguraikan fungsi filsafat terhadap bahasa.

Kata Kunci: Filsafat, Pendidikan Bahasa

PENDAHULUAN

Minimal ada dua pertanyaan yang muncul ketika seseorang mempelajari ilmu pendidikan, yaitu mengapa untuk belajar ilmu pendidikan orang harus juga mempelajari filsafat dan apakah filsafat itu. Dua pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang mendasar menyiratkan suatu jawaban yang rumit.

Jujun menyatakan bahwa filsafat, meminjam pemikiran Will Durant, dapat diibaratkan pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah

(2)

hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafatpun pergi. Dia kembali menjelajah laut lepas; berspekulasi dan meneratas.1

Penggambaran di atas yang mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir dan ilmu sebagai pasukan infanteri menambah kejelasan kita tentang jasa filsafat terhadap berbagai bidang ilmu. Karena itu filsafat dikatakan sebagai induk dari semua bidang ilmu. Dari filsafatlah ilmu-ilmu itu lahir. Sebagai contoh salah satu bidang ilmu yaitu pendidikan. Sama halnya dengan ilmu-ilmu yang lain, pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat. Sejalan dengan proses pengembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya.

Namun demikian, pertanyaan mengenai apakah filsafat itu, tetap menjadi pertanyaan yang abadi dalam filsafat karena masing-masing filosof memberikan pengertian yang berbeda tergantung kepada perspektif filosof. Terlepas dari masalah tentang pengertian filsafat itu, pendidikan dan juga ilmu-ilmu yang lain membutuhkan filsafat sebagai dasar pijakan bagi pengembangan ilmu-ilmu khusus.

Di dalam ilmu pendidikan juga terdapat berbagai bidang kajian yang termasuk salah satu diantaranya adalah bidang bahasa. Pendidikan bahasa atau bisa juga dikatakan pengajaran bahasa juga tidak terlepas dari jasa-jasa filsafat yang memberikan dasar berpijak dari segala proses yang berkenaan dengan pendidikan bahasa, baik itu arah, tujuan dan proses pelaksanaannya (praktek).

Uraian diatas menunjukkan bahwa dengan mempelajari filsafat, arah pemikiran seseorang, khususnya pendidik yang dalam hal ini lebih difokuskan kepada pendidik bahasa, akan terbantu dalam memberikan program pengajaran bahasa dengan cara-cara yang jitu sehingga tujuan akhir dari pendidikan bahasa yang ingin dicapai dapat terwujud dengan sukses.

Dalam kenyataan yang ada, para pendidik atau praktisi pendidikan yang bergelut di bidang bahasa khususnya, terkadang menafikan keberadaan filsafat. Filsafat hanya dipandang sebagai suatu ilmu hafalan baru saja. Bahkan para

1Jujun S. Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pngantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

(3)

mahasiswa yang nantinya akan menjadi pendidik bahasa, banyak yang tidak tahu pentingnya filsafat bagi mereka. Dangkalnya pemahaman mereka terhadap filsafat membuat timbulnya berbagai masalah yang berkesinambungan dalam pendidikan bahasa.

Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan berikut ditendensikan untuk menguraikan hubungan antara filsafat dan pendidikan bahasa, dan manfaat filsafat terhadap pendidikan bahasa.

PEMBAHASAN

Konsep Dasar tentang Filsafat, Pendidikan dan Bahasa

Menurut Sidi Gazalba, sebagaimana dikutip Abudin Nata, filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.2

Hasbullah Bakry dalam Darwis A. Soelaiman menyatakan bahwa filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.3

Dari kedua pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa filsafat dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang ada di alam semesta ini secara mendalam, sistematis dan menyeluruh demi memperoleh kebenaran yang hakiki.

Pendidikan adalah usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab sesuai dengan hakikat dan ciri-ciri kemanusiaan.4

2Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hal. 3.

3Darwis. A. Soelaiman, “Filsafat Pendidikan Barat”, Diktat Kuliah.

(4)

Abudin Nata menyatakan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana dan bertujuan yang dilaksanakan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan menyampaikannya kepada anak didik secara bertahap. Dan apa yang diberikan kepada anak didik itu sedapat mungkin dapat menolong tugas dan perannya di masyarakat, di mana kelak mereka hidup.5

Pendidikan juga merupakan aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budinurani) dan jasmani (pancaindera serta keterampilan-keterampilan).6

Berbicara tentang pengertian bahasa, Jujun menggambarkannya sebagai serangkaian bunyi yang juga merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata adalah melambangkan suatu obyek tertentu.7

Hubungan Antara Filsafat dan Pendidikan Bahasa.

Filsafat merupakan lapangan utama pemikiran dan penyelidikan manusia. Filsafat mendahului ilmu pengetahuan dan karena kesimpulan filsafat bersifat hakiki, menyebabkan kedudukan filsafat dianggap lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan. Karena itu, filsafat dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau yang melahirkan ilmu pengetahuan, bahkan karena kedudukannya yang tinggi itu, filsafat disebut pula sebagai ratu ilmu pengetahuan (queen of knowledge). Filsafat merangkum semua disiplin ilmu dengan jangkauan teoritis dan berusaha membangun hubungan-hubungan antara disiplin-disiplin ilmu tersebut.

Kneller dalam Darwis. A. Soelaiman menyatakan bahwa ”filsafat berusaha membangun suatu koherensi atau keterkaitan mengenai seluruh pengalaman manusia.” Selain mempersoalkan masalah-masalahnya sendiri, diperhatikan pula asumsi-asumsi penting dari berbagai ilmu pengetahuan.

5Abudin Nata, Filsafat… , hal.10.

6Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha

Nasional, 1980, hal. 7.

(5)

Filsafat adalah suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif). Filsafat mencoba mengerti, menganalisis, menilai dan menyimpulkan semua persoalan dalam jangkauan rasio manusia secara kritis, rasional dan mendalam.8

Ajaran filsafat yang komprehensif itu telah menduduki status yang tinggi dalam kehidupan manusia, bahkan dapat menjadi ideologi suatu bangsa dan negara. Seluruh aspek kehidupan suatu bangsa, diilhami dan berpedoman pada ajaran-ajaran filsafat bangsa itu. Dengan demikian kehidupan sosial, politik, ekonomi kebudayaan dan juga pendidikan bersumber atas ajaran filsafat.9

Di dalam pendidikan, bagi seorang pendidik filsafat akan berperan sebagai alat untuk mengkaji teori-teori pendidikan dan memberikan solusi terhadap permasalahan pendidikan dan filsafat akan merealisasikan kebaikan dan kebahagiaan bagi suatu komunitas masyarakat.

Pendidikan merupakan suatu wujud praktis dari filsafat dan juga merupakan suatu cara yang efektif untuk menguatkan sendi-sendi pendidikan dan mencapai tujuan-tujuannya yang tinggi dengan cara menanamkan pemikiran filosofis pada generasi-generasi baru. Oleh karena itu, teori-teori pendidikan dan tujuan-tujuan pendidikan akan berbeda sesuai dengan keheterogenan nilai-nilai filosofis yang ada pada suatu masyarakat.

Masalah pendidikan merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Sebagaimana telah disebutkan pada awal makalah ini, bahwa pengertian pendidikan adalah sangat luas, berarti masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula. Tidak hanya permasalahan praktek dalam pelaksanaan sehari-hari, namun tidak sedikit juga menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga terkadang pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak dapat dijawab dengan menggunakan pemikiran dan analisa yang mendalam (filsafat).

8Muhammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila,

Surabaya: Usaha Nasional, 1986, hal. 16.

(6)

Berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, yaitu:

1. Masalah kependidikan yang pertama dan mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia. Dan apa pula hakikat manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.

2. Apakah pendidikan khususnya pendidikan bahasa itu bergerak untuk membina kepribadian manusia. Apakah potensi heriditas yang menentukan kepribadian manusia itu, ataukah faktor-faktor yang berasal dari luar.10

Oleh karena itu filsafat dan pendidikan memiliki keterkaitan yang sangan erat, maka lahirlah apa yang kita kenal dengan filsafat pendidikan, yaitu filsafat yang bergerak di lapangan pendidikan yang mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses dalam pembentukan watak.

Sikun Pribadi (ISPI, 1989) dalam Made Pridarta menggambarkan hubungan filsafat, filsafat pendidikan, ilmu pendidikan, ilmu pendidikan praktis, perbuatan mendidik, pengalaman mendidik, dan keyakinan pendidik sebagai berikut:11

1. Filsafat atau filsafat umum atau filsafat negara menjadi sumber segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga negara suatu bangsa. 2. Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak

boleh bertentangan dengan filsafat.

3. Selanjutnya Ilmu Pendidikan (yang bersifat teoritis) ada diurutan ketiga, sebab ia dijabarkan dari filsafat pendidikan. Disinilah teori-teori pendidikan dirumuskan.

4. Ilmu Pendidikan praktis adalah merupakan konsep-konsep pelaksanaan teori-teori pendidikan diatas. Jadi ini dijabarkan dario teori-teori-teori-teori pendidikan.

10Prasetya, Filsafat Pendidikan..., hal. 13.

(7)

5. Pada langkah berikutnya adalah perbuatan mendidik, yaitu tindakan-tindakan nyata dalam menerapkan teori pendidikan praktis.

6. Sebagai akibat dari perbuatan mendidik, akan mendapatkan pengalaman tentang mendidik. Sudah tentu pengalaman ini didapatkan di lapangan.

7. Pengalaman ini memberi umpan balik kepada teori pendidikan yang terdapat dalam Ilmu Pendidikan yangt memanfaatkannya untuk kemungkinan merevisi konsep-konsepnya.

8. Sebagai akibat dari revisi tadi, sangat mungkin Ilmu Pendidikan memberi umpan balik kepada filsafat pendidikan, dan kemungkinan merevisi konsep-konsepnya.

9. Ilmu pendidikan juga mengadakan kontak hubungan dengan pengalaman-pengalaman mendidik, untuk selalu mengingatkan diri agar tidak menyimpang dari teori mendidik.

10. Sementara itu perbuatan-perbuatan mendidik bisa menimbulkan keyakinan tersendiri tentang pendidikan. Suatu keyakinan yang belum tampak pada filsafat, filsafat pendidikan, maupun pada Ilmu pendidikan. Keyakinan ini memberi bahan baru kepada filsafat, untuk dipikirkan kembali dan dimasukkan ke dalam filsafat.

Berdasarkan penjabaran beberapa komponen tersebut diatas, terlihat adanya saling keterkaitan antara filsafat dan pendidikan. Betapa filsafat mempunyai peran dalam menciptakan pola pendidikan yang baik.’

Dalam kaitannya dengan pendidikan bahasa, filsafat sudah pasti juga mempunyai hubungan yang erat dan mempunyai peran yang penting sebagai dasar berpijak dalam menentukan apa, bagaimana dan untuk apa bahasa itu diajarkan. Sebagaiman yang dikatakan oleh M. Solly Lubis bahwa tiap-tiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah:12

1. Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui seberapa jauh yang ingin kita tahu. Maka merupakan kajian mengenai teori yang ada (reality).

(8)

Dengan kata lain ontologi menjelaskan “apa” sasaran yang dikaji oleh ilmu tersebut.

2. Epistemologi menjelaskan bagaimana cara menyusun pengetahuan yang benar, dan basis atau landasan bagi epistemologi ilmu adlah “metode ilmiah” dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara yangn dilakukan oleh ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Dalam kaitannya dengan pendidikan ia lebih tertuju kepada cara-cara belajar dan mengajar yang di pandang terbaik untuk mengetahui atau memperoleh kebenaran.

3. Aksiologi menjelaskan “untuk apa” pengetahuan tersebut disusun. Dengan kata lain ia terkait dengan tujuan pendidikan.

Berbicara tentang bahasa, sesungguhnya kita perlu tahu hakekat bahasa, fungsi dan manfaaatnya dalam kehidupan manusia. Manusia dapat berfikir dengan baik karena ia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berfikir secara rumit dan abstrak seperti yang dilakukan dalam kegiatan ilmiah. Demikian juga tanpa bahasa maka kita tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kita kepada orang lain. Bahasa memberikan manusia kemampuan untuk berfikir secara teratur dan sistematis.Tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tidak mungkin mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa bahasa, nilai-nilai budaya dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya tidak dapat diteruskan dan lama kelamaan akan hilang.

Untuk mampu mengkomunikasikan suatu pernyataan, informasi ataupun pengetahuan dengan baik dan benar, maka seseorang harus menguasai bahasa dengan baik. Ia harus tahu tata bahasa dengan baik untuk mencegah pemberian makna yang lain dari si pendengar.

Jujun menyatakan bahwa bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni, pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia dan, kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif. Pengembangan suatu bahasa haruslah memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi keseimbangan yang saling menunjang dalam pertumbuhannya.

(9)

Seperti juga manusia yang mempergunakan bahasa harus terus tumbuh dan berkembang seiring dengan pergantian zaman.

Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat dirinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif, afektif dan penalaran. Adapun perkembangan bahasa pada dasarnya adalah pertumbuhan ketiga fungsi komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan perasaan, sikap dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut. Perkembangan bahasa terkait juga dengan kemajuan di bidang keilmuan dan seni.13

Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para ahli filsafat modern. Abraham Kaplan sebagaimana dikutip oleh Jujun. menyatakan bahwa pengkajian filsafat, termasuk pengkajian hakikat ilmu, pada dasarnya merupakan analisis logico-linguistik. Bagi aliran filsafat tertentu, seperti filsafat analitik, maka bahasa bukan saja merupakan alat bagi berfilsafat dan berfikir, namun juga merupakan “bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat”.14

Dari uraian diatas, kita dapat melihat betapa bahasa mempunyai peranan penting dalam proses interaksi antar manusia. Oleh karena itu dalam memberikan pengajaran atau pendidikan tentang bahasa sudah menjadi keharusan seorang guru menguasai berbagai hal menyangkut tentang bahasa yang diajarkannya kepada anak didik. Agar anak didik tersebut mempunyai wawasan keilmuan yang baik tentang ilmu bahasa yang dipelajarinya.

Betapa banyak filosof yang menyumbangkan pemikirannya dalam bidang pendidikan, yang salah satu diantaranya mengenai pendidikan bahasa. Banyak sekali filosuf yang memberikan teori-teori tentang proses pembelajaran atau pemerolehan bahasa pada anak, remaja dan bahkan orang dewasa. Yang kesemua teori itu dapat memudahkan para pendidik untuk menganalisa,

13Jujun. S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu…, hal. 300-301.

(10)

mencoba, dan membandingkan mana teori yang cocok untuk diterapkan dalam rangka suksesnya proses pendidikan bahasa yang dilaksanakanya. Kesemua teori yang dihasilkan para filosof itu bermula dari kegiatan berfikir secara mendalam, menyeluruh mencari kebenaran yang hakiki sehingga muncul suatu kesimpulan dan jadilah suatu teori.

Berdasarkan hal tersebut pendidikan bahasa khususnya sangat bergantung pada filsafat yang menjadi dasar berpijak bagi penyusunan teori dan penerapan dalam praktek. Seperti yang dikatakan oleh Darwis. A. Soelaiman15 bahwa prinsip-prinsip pendidikan tidak bisa terlepas kaitannya dengan pemikiran filosofis tentang berbagai faktor yang terlibat dalam proses pendidikan seperti dengan tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, kurikulum, dan cara mendidik, yang semuanya itu merupakan obyek pembahasan ilmu mendidik sistematis. Pemahaman terhadap berbagai teori dan praktek pendidikan di suatu negara tidak bisa dilepaskan dengan sejarah pemikiran dan praktek pendidikan yang telah terjadi di negara itu. Demikian pula bahwa teori dan praktek pendidikan mesti berlandaskan pada suatu pandangan filsafat tertentu, yang akan menjadi landasan berfikir dan bertindak baik bagi penyusun teori dan konsep-konsep pendidikan maupun para pembuat kebijakan dan pelaksana pendidikan, yaitu guru.

Manfaat Filsafat Bagi Pendidikan Bahasa

Berbicara tentang manfaat filsafat bagi pendidikan bahasa , tentunya tidak terlepas kaitanya dengan filsafat pendidikan. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa salah satu kajian filasafat ilmu yaitu bidang pendidikan.

Zanti Arbi sebagaimana dikutip oleh Made Pidarta menceritakan tentang maksud filsafat pendidikan sebagai berikut:16

1. Menginspirasikan. Maksudnya adalah memberi inspirasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idenya bagaimana pendidikan itu, ke mana

15Darwis. A. Soelaiman, Filsafat Pendidikan...., hal.16.

(11)

arah pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik.

2. Menganalisa. Yaitu memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam menyusun konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih serta arah yang simpang-siur.

3. Mempreskriptifkan. Yaitu upaya menjelaskan maksud atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang dijlelaskan bisa berupa hakikat manusia, aspek-aspek peserta didik yang patut dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan yang jelas, target-target pendidikan bila dipandang perlu sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat anak-anak.

4. Menginvestigasi. Yaitu memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidik tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatu konsep atau teori pendidikan untuk dipraktekkan di lapangan. Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui penelitian-penelitian.

Bagi pendidikan bahasa, keempat maksud filsafat pendidikan di atas sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan secara optimal. Sebagaimana ungkapan yang sering diucapkan yaitu “bahasa menunjukkan bangsa”, ungkapan tersebut mengandung pengertian bahwa dengan bahasa suatu bangsa itu bisa dikenal. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar maka suatu bangsa akan terhormat dimata dunia. Karena kita tahu bahwa bahasa bisa digunakan untuk tujuan apa saja. Jika salah diucapkan atau salah digunakan maka bisa berakibat terjadinya salah pengertian yang pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya permusuhan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Disinilah peran para pendidik atau pengajar bahasa sangat dibutuhkan. Mereka dituntut untuk mampu membuat peserta didiknya menguasai ilmu bahasa yang mereka ajarkan, yang nantinya dapat dipergunakan dalam rangkaian interaksi dengan manusia lainnya.

Dengan demikian para praktisi pendidikan bahasa di dalam memecahkan masalah dalam bidangnya, mereka harus menerapkan pemikiran filsafat, agar

(12)

masalah-masalah tersebut dapat dicari akar permasalahannya sehingga dapat diperoleh jawaban sehingga dapat diperoleh strategi yang jitu dalam menanggulanginya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam suatu pendidikan pada umumnya dan pendidikan bahasa khususnya. Guru atau pendidik merupakan komponen yang sangat penting, karena dialah yang memberikan pengajaran atau pendidikan kepada peserta didik. Oleh karena itu bagi guru bahasa khususnya, filsafat itu sangat perlu karena dalam tindakanya mendidik dan mengajar selalu dipengaruhi oleh filsafat hidupnya dan oleh filsafat pendidikan yang dianutnya. Filsafat akan memberi arah kepada perbuatannya mendidik dan mengajarkan bahasa. Misalnya dalam menyusun kurikulum sekolah, guru harus jelas merumuskan tujuan kurikulum itu, ia harus jelas merumuskan arah yang diinginkan dalam pengajaran bahasa tersebut. dan untuk itu ia harus merujuk kepada filsafat pendidikannya. Gaya mengajar, pemilihan materi, cara penyampaian materi yang berhubungan dengan pengajaran bahasa adakalanya berbeda dari pengajaran yang lain karena berbedanya tujuan yang ingin dicapai .

Agar bahasa dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu sebagai sarana komunikasi dan sebagai fungsi integratif, maka pengajaran dan pengembangan bahasa tersebut harus betul-betul terpola dengan baik agar hasilnyapun akan baik. Untuk itu diperlukan filsafat sebagai dasar berfikir dan bertindak dalam rangka mengembangkan pola pengajaran bahasa tersebut..

Oleh karena itu mempelajari filsafat bagi seorang pendidik bahasa pada khususnya dan pendidik lain pada umumnya sangatlah penting. Bukan saja dapat memperluas wawasannya mengenai pendidikan serta membantunya dalam memahami siswa dan mengembangkan gaya mengajar yang tepat sesuai dengan bidangnya, filsafat juga dapat lebih menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan manusia. Dan yang lebih penting adalah bahwa sikap dan tindakannya dalam mengajar akan berpengaruh kepada peserta didiknya.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat kita fahami bahwa antara filsafat dan pendidikan bahasa terdapat hubungan yang sangat erat. Pada sisi lain, filsafat juga

(13)

memiliki manfaat yang tinggi bagi pendidikan itu sendiri. Hal ini dapat di ketahui berdasarkan kesimpulan berikut ini:

1. Pendidikan bahasa tidak terlepas dari jasa-jasa filsafat yang memberikan dasar berpijak dari segala proses yang berkenaan dengan pendidikan bahasa, baik itu arah, tujuan dan proses pelaksanaannya (praktek).

2. Bahasa mempunyai peranan penting dalam proses interaksi dan komunikasi antar manusia. Oleh karena itu dalam memberikan pengajaran atau pendidikan tentang bahasa sudah menjadi keharusan seorang guru menguasai berbagai hal menyangkut tentang bahasa yang diajarkannya kepada anak didik.serta mempelajari filsafat

3. Di dalam dunia pendidikan, filsafat akan berperan sebagai alat untuk mengkaji teori-teori pendidikan dan memberikan solusi terhadap permasalahan pendidikan.

4. Filsafat bagi seorang pendidik bahasa pada khususnya dan pendidik lain pada umumnya sangatlah penting. Bukan saja dapat memperluas wawasannya mengenai pendidikan serta membantunya dalam memahami siswa dan mengembangkan gaya mengajar yang tepat sesuai dengan bidangnya, filsafat juga dapat lebih menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan manusia.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, M.Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. Pidarta, Made, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Prasetya, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Soelaiman, Darwis.A, “Filsafat Pendidikan Barat”, Diktat Kuliah.

Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pngantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995.

Syam, Muhammad Noor, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1980.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Terdapat

Hasil peramalan juga menunjukkan tahap kualitas udara di Kajang Malaysia untuk waktu yang akan datang dalam tahap sedang dan tidak terjadi peningkatan pencemaran udara.. Kata Kunci

Apabila kemudian hari atau sewaktu-wakhr diEmukan/terbuKi bahwa pemyataan tidak mampu temyata tidak benar dan tidak sesuai dengan kondisi factral saya, maka

Dalam menerjemahkan puisi seorang penerjemah harus mampu menyampaikan isi dan makna yang ada didalam bahasa sumber, Menerjemahkan puisi tergolong penerjemahan tersulit

Artinya pemeriksaan dan penyelesaian perkara tidak mutlak digantungkan atas kehadiran tergugat di persidangan, apabila ketidak hadiran itu tanpa alasan yang sah

Pada tulisan ini, pengembangan robot LF terus ditingkatkan kepintarannya, karena kelemahan robot LF selama ini adalah tidak ada kendali kecepatan gerak kedua motor

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kualitas makanan ringan ekstrudat berbahan baku beras merah dengan kombinasi kacang hijau pada parameter fisik, kimia,

Bagaimana partai politik (parpol) pengusung dan pendukung kedua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati OKU dalam Pemilukada serentak 2015 memanfaatkan jejaring sosial