`
Dwi [Date] [Course title]
DISUSUN OLEH
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
A. Visi
Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan yang Islami, berbasis
teknologi informasi, unggul dibidang kegawatdaruratan dan berkonstribusi terhadap
penyelesaian masalah sosial serta lingkungan.
B. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan yang Islami, unggul dibidang
kegawatdaruratan dan berbasis teknologi informasi serta peka terhadap masalah
kesehatan di masyarakat
2. Mengembangkan riset dibidang keperawatan dan berkonstribusi dalam
penyelesaian masalah sosial dan lingkungan
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk pengabdian
masyarakat untuk menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran,
kemiskinan dan lingkungan
4. Mengembangkan kerjasama di bidang keperawatan dengan berbagai pihak yang
saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar negeri.
C. Tujuan
1. Menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang berkarakter, berwawasan dan
berkemajuan serta berpijak pada nilai-nilai keIslaman dan KeMuhammadiyahan
2. Menghasilkan penelitian keperawatan yang bermutu dengan pendanaan yang
bersumber dari dalam dan luar universitas
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat untuk menjadi solusi dalam masalah
kesehatan sosial dan lingkungan
4. Menghasilkan kerjasama dalam catur dharma perguruan tinggi yang produktif dan
saling menguntungkan dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.
D. Sasaran
1. Terselenggaranya pendidikan ners yang memiliki nilai-nilai Islam dan
Kemuhammadiyahan serta unggul dalam bidang kegawat-daruratan dan berbasis
IT
2. Terselenggaranya kegiatan kemahasiswaan dan alumni
3. Terselenggaranya pengembangan sumber daya manusia program studi secara
optimal untuk menunjang proses pembelajaran
4. Terlaksananya penelitian dan publikasi ilmiah dosen
5. Terlaksananya pengabdian masyarakat
6.
Terselenggaranya kerja sama yang mendukung kegiatan program studi baik
dalam maupun luar negeri.
DAFTAR PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
1. SOP Ante Brachial Index 2. SPO Pem GDS
3. SOP Penyuntikan insulin 4. SOP Pemasangan NGT 5. SPO Kumbah Lambung 6. SPO Perhitungan Diet (-) 7. SPO Huknah
8. SPO Kolostomi
9. SPO Pemasangan Kateter Urin 10. SPO Dialisis Belum Lengkap 11. SPO Irigasi Kandung Kemih 12. SPO Melatih Bladder Training 13. SPO Manajemen nyeri
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGUKURAN ANKLE DAN ANTE BRACHIAL INDEX
No Dokumen 258/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/4 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 04-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengukuran Ankle-ante brachial index secara benar
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan pengukuran ankle-ante brachial index
2. Menjelaskan tahapan prosedur pengukuran ankle-ante brachial index 3. Menerapkan pengukuran ankle-ante brachial index secara benar
Pengertian
Ankle Brachial Pressure Index ( ABPI ) adalah test non invasive untuk mengukur rasio tekanan darah sistolik kaki ( ankle ) tertinggi dengan tekanan darah sistolik lengan ( brakhial ) tertinggi.
Tujuan Pemeriksaan Fisik Abdomen
1. Mengetahui nilai Ankle Brachial pressure Index 2. Untuk mendeteksi adanya insufisiensi arteri
3. Membantu menentukan memberikan intervensi secara tepat
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Pengamatan daerah yang akan dilakukan pemeriksaan 2 Tidak ada luka atau laserasi di daerah ankle maupun
daerah ante brachii
3 Diagnosa keperawatan yang sesuai: •
Fase pre interaksi
4
Mempersiapkan alat
• Ple Held Vascular Doppler Ultrasound Probe • Tensimeter
• Stetoskop • Jelly • Tissue
• Buku dan alat tulis • Sarung tangan bersih 5 Mencuci tangan
Fase Orientasi
6 Memberi salam dan menyapa nama klien 7 Memperkenalkan diri
8 Melakukan kontrak
9 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 10 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 11 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
12
Membaca basmalah
13 Memasang tirai/penutup
14 Memasang sarung tangan bersih
15 Me Mengatur posisi pasien berbaring terlentang, posisi kaki sama tinggi dengan posisi jantung
16 Pa Memasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri brachialis dengan sudut 45 derajat.
17 Pa Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas tekanan darah sistolik palpasi.
18 . Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic brachialis.
Ulangi pada lengan yang lain.
19 Pa Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri dorsalis pedis atau arteri posterior tibialis dengan sudut 45 derajat.
20 . Palpasi nadi dorsalis pedis atau arteri posterior tibialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas tekanan darah sistolik palpasi.
21 Ke Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe vascular Doppler ultrasound hasilnya merupakan tekanan darah systolic ankle.
10. Ulangi pada kaki yang lain.
22 Pili Pilih tekanan darah systolic brachialis tertinggi (diantara lengan kanan dan kiri) dan tekanan darah systolic
ankle tertinggi ( nadi dorsalis pedis atau posterior tibialis
diantara kaki kanan dan kaki kiri). 23 . Menjelaskan hasil pemeriksaan ABI 24 Membereskan alat
25 Mencuci tangan Fase Terminasi
26 Membaca hamdalah
27 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman 28 Mengevaluasi respon klien
29 Memberi reinforcement positif
30 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
31 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala keluhannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
32 Mendokumentasikan kegiatan pada lembar catatan keperawatan
Evaluasi
33
Bandingkan data hasil pemeriksaan dengan data yang seharusnya
Dokumentasi
34 Catat setiap data hasil pemeriksaan
35 Perjelas setiap data yang ditemukan menyimpang dari data yang seharusnya
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Medikal bedah 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased
Guide to Planning Care, 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd.
3. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012).
Nursing Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
4. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical
Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:ElsevierInc.
5. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
6. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
7. Lynn P. (2011). Taylor's Handbook of Clinical Nursing Skill, China: Wolter Kluwer Health
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN GULA DARAH
No Dokumen 259/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/5 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
Tanggal Terbit 04-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan gula darah kapiler dengan benar
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan pemeriksaan gula darah kapiler
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan gula darah kapiler 3. Menerapkan pemeriksaan gula darah kapiler secara benar
Pengertian
Merupakan tindakan untuk proses pemeriksaan gula darah klien yang diambil pada bagian pembuluh darah kapiler
Tujuan Pemeriksaan Gula Darah Kapiler
1. Memberikan informasi mengenai kemampuan metabolisme tubuh klien 2. Untuk evaluasi diagnosa dan manajemen klien dengan DM
3. Sebagai data penunjang berbagai diagnosa medis 4. Untuk mengevaluasi keadekuatan terapi
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji hasil dan respons klien terhadap pemeriksaan sebelumnya
2 Kaji pengetahuan klien mengenai prosedur dan perawatan diri terkain dengan diabetes
3 Kaji program dari dokter mengenai frekuensi dan jenis pemeriksaan glukosa
4 Kaji kesiapan klien 5 Kaji kesiapan perawat
6 Diagnosa keperawatan yang sesuai: •
Fase pre interaksi 7 Mencuci tangan 8 Mempersiapkan alat
• Monitor glukosa darah • 2 Kapas alkohol 70% • Sarung tangan non steril
• Strip tes untuk monitor glukosa darah • Lanset
• Penyuntik autoclix/ lancet • Bola kapas
• Jam tangan / stopwatch
• Wadah penampung benda –benda tajam berbahaya Fase Orientasi
9 Memberi salam dan menyapa nama klien 10 Memperkenalkan diri
11 Melakukan kontrak
12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 14 Mendekatkan alat-alat
15 Menanyakan tentang pilihan jari yang akan digunakan dan penggunaan injektor lanset
Fase Kerja
16 Mengucapkan basmalah 17 Kalibrasikan mesin glukosa:
a. Nyalakan mesin
b. Bandingkan jumlah/kode pada mesin dengan jumlah pada botol strip tes
c. Persiapkan mesin untuk digunakan; lihat buku petunjuk penggunaan untuk mengetahui langkah-langkah dan kesiapan indikator
d. Validasikan keakuratan mesin setiap hari atau sesuai dengan kebijakan institusi dengan menggunakan contoh larutan glukosa yang rendah dan tinggi
18 Ambil strip kimia dari wadah dan letakkan di dalam mesin pemeriksa glukosa (sesuai dengan instruksi pabrik)
19 Pasang lanset ke dalam injector, jika digunakan, dan atur pemicunya
20 Pasang sarung tangan
21 Pegang jari yang telah dipilih dan tekan kuat dari arah bawah sampai ujung jari, atau bungkus jari dalam kain basah yang hangat selama 30 detik atau lebih, (jika menggunakan alat lenset lengan, juntaikan lengan selama 1 menit)
22 Bersihkan tempat tusukan jarum menggunakan kapas beralkohol
23 Letakkan injektor berlawanan dengan jari (tempat ujung saraf berjumlah lebih sedikit) dan lepaskan pemicunya, atau tusuk sisi jari dengan lanset atau jarum dengan melakukan gerakan cepat. (Jika menggunakan alat lanset lengan, tusuk area dengan alat lanset)
24 Pegang strip kimia di bawah tempat pungsi/tusukan jari dan remas kuat sampai tetesan darah cukup banyak sehinggga jatuh ke strip dan menutupi kotak indikator. Jika menggunakan alat lanset lengan, pegang strip di di dekat tetesan darah setelah sejumlah darah yang tepat (sesuai denga intruksi pabrik) didapatkan
25 Jika perlu, tekan tombol waktu di mesin segera setelah darah menutupi kotak indikator atau area pada test strip. Sebagian besar mesin secara otomatis akan memulai perhitungan waktu dan tidak memerlukan tindakan untuk memulai penghitungan waktu setelah darah bersentuhan dengan strip
26 Berikan tekanan ke tempat pungsi sampai perdarahan berhenti (atau minta klien untuk melakukannya secara mandiri) dan buang lanset ke dalam wadah penampung benda tajam yang memiliki bahaya biologis
27 Saat waktu menunjukkan bahwa beberapa detik telah dilalui, baca nilai glukosa pada layar bacaan digital
28 Buang bahan dan sarung tangan yang telah kotor ke dalam wadah yang tepat
Fase Terminasi 29 Membaca hamdalah
30 Catat hasil pada lembar pencatatan glukosa dan berikan insulin jika diindikasikan
31 Mengevaluasi respon klien 32 Memberi reinforcement positif
33 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
34 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. 35 Merapikan alat
36 Melepas sarung tangan dan mencuci tangan Evaluasi
37 Evaluasi Keperawatan yang sesuai • Kadar Glukosa klien normal
• Klien terbebas dari cedera akibat dari efek kadar glukosa yang tidak terkendali
Dokumentasi
38 Catat pada status klien:
• Metode pemeriksaan glukosa • Kadar glukosa
• Ada atau tidak adanya tanda-tanda hipo atau hiperglikemia
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Medikal Bedah 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased Guide
to Planning Care, 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd.
3. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012). Nursing
Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
4. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical
Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:ElsevierInc.
5. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
6. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMBERIAN INSULIN SUBCUTAN
No Dokumen 260/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/3 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
Tanggal Terbit 04-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembellajaran
Mahasiswa mampu melakukan pemberian insulin SC dengan benar
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan pemberian insulin SC
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemberian insulin SC 3. Menerapkan pemberian insulin SC secara benar
Pengertian
Pemberian obat melalui parenteral (pemberian obat melalui jaringan tubuh) yang disuntikan ke lapisan lemak melalui jaringan antara otot dan kulit.
Tujuan Pemberian Insulin SC
Memasukkan sejumlah obat yang disimpan di bawah kulit untuk diabsorbsi
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji kondisi kulit klien ( mis ; adanya kemerahan, hematoma, jaringan parut,pembengkakan, robek, abrasi,lesi, ekskoriasi,rambut yang berlebihan) 2 Kaji catatan program pengobatan selengkapnya 3 Kaji kesiapan klien
5 Kaji adanya alergi pada klien 6 Sterilitas jarum pada spuit
7 Jenis insulin ( gunakan hanya insulin kerja cepat atau insulin kerja singkat)
8 Kaji pengetahuan klien dan kemampuan untuk melaksanakan terapi insulin
9 Tanggal kadaluarsa obat
10 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
• Ketidakstabilan kadar glukosa darah • Risiko infeksi
• Kurang pengetahuan
Fase pre interaksi 11 Mencuci tangan 12 Mempersiapkan alat
• Catatan pemberian obat manual/ elektronik • 2 Kapas alkohol 70%
• Sarung tangan nonsteril • Plester perekat
• Obat yang akan diberikan
• Spuit 2-3 ml dengan jarum ½ -7/8 inci • Nampan / troli obat
• Lokasi Injeksi : lengan bawah bagian dalam, abdomen, dada bagian atas, punggung dibawah scapula)
Fase Orientasi
13 Memberi salam dan menyapa nama klien 14 Memperkenalkan diri
15 Melakukan kontrak
16 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 17 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan
18 Mempersiapkan obat dengan prinsip benar pemberian obat
Fase Kerja 19 Membaca basmalah 20 Menjaga privasi klien
21 Gunakan sarung tangan (Handschoon)
22 Pilih area injeksi di lengan atas atau abdomen dan jauh dari area injeksi sebelumnya.
Rotasikan area injeksi
23 Posisikan klien untuk menampilkan area injeksi yg dipilih 24 Bersihkan area injeksi dengan alkohol dan biarkan
mengering
25 Buka kap penutup jarum
26 Pegang kira- kira 2,5 cm kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari
27 Ajak klien bicara, dan peringatkan bahwa Anda akan menusukkan jarum
28 Dengan tangan dominan, tusukkan jarum pada sudut 45˚ dengan cepat dan lancar ; untuk klien dengan jaringan lemak yang lebih tebal, tusukkan jarum dengan sudut 90˚ 29 Segera lepas lipatan kulit pada tangan nondominan
30 Aspirasi dengan menarik plunger dan perhatikan tabung spuit untuk melihat adanya aliran balik darah
31 Jika darah tidak mengalir, injeksikan obat dengan perlahan dan lancar
32 Jika ada aliran darah yang keluar : Tarik jarum dari kulit
Beri tekanan pada area injeksi tersebut sekitar 2 menit Amati adanya hematoma dan memar
Beri plester berperekat jika perlu
Siapkan obat baru, mulai dari langkah 1, dan pilih area injeksi yang baru
33 Setelah obat diinjeksikan, tarik jarum dengan sudut yang sama dengan sudut penusukan jarum
34 Bersihkan area injeksi dengan kapas alcohol yang baru dan pijat ringan
35 Beri plester berperekat jika perlu
36 Kaji klien dan area injeksi setelah 5 menit, setelah 15 menit, kemudian secara periodik selama klien masih di lingkungan klinik
37 Buang semua alat yang sudah terpakai ke tempat yang sesuai
38 Dokumentasikan prosedur pemberian obat ke dalam catatan pemberian obat
Fase Terminasi 39 Membaca hamdalah 40 Mengevaluasi respon klien 41 Memberi reinforcement positif
42 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
43 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. 44 Merapikan alat
45 Mencuci tangan Evaluasi
46 Evaluasi respon klien 47 Evaluasi diri perawat
Dokumentasi 48 Nama obat
49 Tanggal dan waktu obat yang diberikan 50 Dosis yang diberikan
51 Penyuluhan tentang obat atau teknik injeksi
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Medikal Bedah 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased Guide
to Planning Care, 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd.
3. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012). Nursing
Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
4. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical
Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:ElsevierInc.
5. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
6. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMASANGAN NGT
No Dokumen 261/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/6 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 04-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan NGT
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan memasang NGT
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemasangan NGT 3. Menerapkan prosedur pemasangan NGT secara benar
Pengertian
Tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukkan selang melalui nasopharynx menuju stoma
Tujuan Pemasangan NGT
1. Mengeluarkan cairan/isi lambung (lavage) dan gas yang ada dalam gaster (decompression) 2. Mencegah atau mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan atau trauma 3. Irigasi karena perdarahan atau keracunan dalam gaster
4. Untuk medikasi dan feeding (gavage) secara langsung pada GI
5. Mengambil spesimen pada gaster untuk studi laboratorium ketika terjadi obstruksi 6. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji rentang normal tanda vital klien 2 Kaji kesiapan klien dan keluarga 3 Kaji riwayat kesehatan klien
4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
• Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh • Kurang perawatan diri: makan
Fase pre interaksi 5 Mempersiapkan alat • NGTsesuai ukuran DewasaLaki-laki : 16-18 Fr DewasaPerempuan : 14-16 Fr Anak-anak : 8-14 Fr Bayi : 6 Fr • Jelly • Klem
• Pinset (jika perlu) • Handuk
• Spuit 20 cc atau 50 cc • Tongue spatel
• Handscoon (prinsip bersih) • Plester • Gunting • Senter • Tissue • Bengkok 6 Mencuci tangan Fase Orientasi
7 Memberi salam dan memperkenalkan diri
8 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokan dengan gelang identitas pasien)
9 Melakukan kontrak
10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 12 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
13 Menentukan kode yang akan digunakan bersama klien, misalnya dengan mengangkat telunjuk yang berarti “ tunggu sejenak karena rasa tidak enak”
14 Menjaga privasi klien
16 Membantu klien untuk posisi high fowler bila klien sadar dan posisi tidur miring kiri bila klien tidak sadar
17 Menyiapkan alat di samping tempat tidur klien dan memasang handuk pada dada klien, meletakkan tissue dan bengkok pada jangkauan klien
18 Memakai sarung tangan (prinsip bersih)
19 Menganjurkan klien untuk relaks dan bernapas normal dengan menutup sebelah hidung kemudian mengulangi dengan menutup hidung yang lainnya untuk menentukan insersi NGT
20 Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan menggunakan :
• Metode Tradisional
Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telinga bawah kemudian ke prosesus xifoideus • Metode Hanson
Mula-mula tandai 50 cm dari ujung selang kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Selang yang akan dimasukkan adalah pertengahan antara 50 cm dengan tanda pada metode tradisional tersebut.
21 Memberi jelly pada tube sepanjang 10 – 20 cm
22 Mengingatkan klien bahwa selang segera akan dimasukkan dengan menginstruksikan pada klien untuk memposisikan kepala ekstensi, kemudian masukkan selang melalui lubang hidung yang telah ditentukan
23 Menginstruksikan klien untuk menekuk kepala klien ke dada (fleksi) setelah selang melewati nasopharynx
24 Mempersilakan klien untuk relaks sebentar dan berikan tissue bila diperlukan
25 Menekankan perlunya bernapas dengan mulut dan melakukan proses menelan berulang-ulang setelah posisi flexi
26 Mendorong selang sampai sepanjang yang diinginkan dengan cara memutarnya pelan-pelan bersamaan pada saat proses menelan
27 Tidak memaksakan selang masuk bila ada hambatan dan segera selang ditarik sedikit kemudian mengecek posisi selang dengan menggunakan tongue spatel dan senter 28 Mengecek letak selang bila sudah masuk sesuai yang
diinginkan dengan cara :
• Memasang spuit pada ujung NGT, memasang stetoskop pada perut bagian kiri atas klien (daerah gaster), kemudian suntikan 10 – 20 cc udara bersamaan dengan auskultasi abdomen
• Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung • Bila selang belum sampai di lambung, masukkan lagi
kira-kira 2,5 – 5 cm
29 Mengoleskan dengan kapas alkohol pada hidung klien dan selang, biarkan sampai kering
30 Memfiksasi selang dengan cara :
• Memotong 5 – 7,5 cm plester, membelah menjadi 2 pada salah satu ujung sepanjang 3,5 cm, kemudian tempelkan ujung yang tidak dibelah di batang hidung anak dan lingkarkan/silangkan plester yang terbelah pada selang yang keluar dari hidung dan tempelkan pada batang hidung sisinya
Fase Terminasi 31 Membaca hamdalah
32 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman 33 Mengevaluasi respon klien
34 Memberi reinforcement positif
36 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. 37 Mengumpulkan dan membersihkan alat
38 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan Evaluasi
39 Evaluasi kondisi/respon klien setelah dilakukan tindakan pemasangan NGT
40 Evaluasi diri perawat Dokumentasi
41 Catat waktu dan tanggal prosedur pemasangan NGT 42 Catat respon klien setelah dilakukan pemasangan NGT
pada status/catatan perkembangan
43 Catat komplikasi yang terjadi selama dan sesudah prosedur 44 Catat jenis selang yang digunakan
45 Catat toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Medikal Bedah 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased
2. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd.
3. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012).
Nursing Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
4. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical
Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:ElsevierInc.
5. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
6. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KUMBAH LAMBUNG
No Dokumen 262/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/2 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 04-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan kumbah lambung dengan benar
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan kumbah lambung
2. Menjelaskan tahapan prosedur kumbah lambung 3. Menerapkan kumbah lambung secara benar
Pengertian
Kumbah lambung adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara memasukkan air atau cairan tertentu dan kemudian mengeluarkannya dengan menggunakan alat NGT yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung
Tujuan kumbah lambung
Mengeluarkan racun / darah dari lambung
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian 1
2
Kaji rentang normal TTV, kesiapan klien dan keluarga Kaji riwayat kesehatan klien
3 Diagnosa keperawatan yang sesuai: •
Fase pre interaksi 4 Mencuci tangan 5 Mempersiapkan alat
• Perlak dan alasnya • Ember penampung • Klem
• Kassa
• Air hangat/dingin 1-2 liter/Nacl 0,9% sesuai kebutuhan
• Celemek
• Handscoon (prinsip bersih) • Tissue
• Bengkok besar
• Obat-obatan yg diperlukan
• Susu yang diperlukan dalam tempatnya Fase Orientasi
8 Memberi salam dan menyapa nama klien 9 Memperkenalkan diri
10 Melakukan kontrak
11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 13 Mendekatkan alat-alat Fase Kerja 14 15 16 17 18 19 20 21
Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran Membantu klien untuk posisi tidur miring tanpa bantal dan letak kepala lebih rendah
Memasang perlak dan alasnya di dada klien Meletakkan bengkok dibawah dagu pasien
Memasang corong pada ujumg slang dengan tinggi corong dari pasien 30 cm kemudian masukkan air/cairan 100-300 cc sekali masukkan. Selanjutnya ditunggu sampai air /cairan tersebut keluar dari lambung (keluarkan) dan ditampung dalam ember
Lakukan pembilasan berulang kali sampai air atau cairan yang keluar dari lambung bersih, berwarna jernih dan tidak berbau.
Observasi tensi, nadi, pernafasan, dan respon pasien Fase Terminasi
22 Membaca hamdalah
23 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman 24 Mengevaluasi respon klien
25 Memberi reinforcement positif
26 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
27 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. Evaluasi
28 29
Evaluasi kondisi/respon klien setelah dilakukan tindakan Evaluasi diri perawat
Dokumentasi 30
31
32
33
Catat waktu dan tanggal prosedur tindakan
Catat respon klien setelah dilakukan tindakan pada status/ catatan perkembangan
Catat komplikasi yang terjadi selama dan sesudah prosedur.
Toleransi terhadap prosedur yang dilakukan
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Medikal Bedah 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased
Guide to Planning Care, 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd.
3. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012).
Nursing Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
4. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical
Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:ElsevierInc.
5. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
6. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMBERIAN HUKNAH
No Dokumen 263/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/4 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 04-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan huknah dengan benar
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan melakukan huknah
2. Menjelaskan tahapan prosedur huknah 3. Menerapkan prosedur huknah secara benar
Pengertian
Enema / huknah / klisma adalah suatu tindakan memasukkan cairan secara perlahan-lahan ke dalam rectum dan kolon melalui anus dengan menggunakan kanul rectal.
Tujuan huknah
1. Merangsang peristaltic usus dan defekasi untuk mengatasi konstipasi dan impaksi 2. Membersihkan kolon untuk persiapan operasi atau pemeriksaan diagnostic
3. Memberikan terapi seperti: Mengurangi bakteri kolon dengan enema Neomycin, dan
4. Mengurangi kadar kalium yang tinggi dengan enema Natrium Polystyrene sulfonate
(kayexalate)
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji status klien: bising usus, tingkat kesadaran, pola defekasi, mobilisasi, adanya hemoroid dan control spingter eksternal
3 Tentukan jenis enema dan ukuran kanul
4 Kaji jika terdapat kontra indikasi terhadap pemberian enema
5 Tinjau kembali program dokter tentang tindakan enema 6 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
•
Fase pre interaksi 7 Mencuci tangan 8 Mempersiapkan alat
• Sarung tangan
• Kontainer enema, tube + klem dan kanul rectal ukuran: 22-30 Fr (dewasa), 12-18 Fr (anak) atau paket enema dengan rectal tip
• Cairan enema • Jelly • Termometer • Perlak + alasnya • Selimut mandi • Tissue + bengkok,
• Baskom, waslap, sabun dan handuk • Bed pan
• Tiang intravena Fase Orientasi
9 Memberi salam dan menyapa nama klien 10 Memperkenalkan diri
11 Melakukan kontrak
12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 14 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
15 Membaca basmalah dan siapkan klien • Buka area rectal yang diperlukan
• Atur posisi klien: miring kiri atau posisi sims dengan lutut kanan fleksi
• Tinggikan tempat tidur yang sesuai dan pasang pengaman tempat tidur pada posisi yang berlawanan 16 Memasang tirai/penutup
17 Menggunakan sarung tangan bersih 18 Memasang perlak di bawah bokong klien 19 Menyiapkan set enema
20 Melumasi ujung kanul dengan jelly 7,5-10 cm
21 Menentukan letak anus dengan tangan non dominan 22 Menganjurkan klien relaks dan nafas dalam
23 Memasukkan ujung kanul perlahan-lahan: 7,5-10 cm (dewasa), 5-7,5 cm (anak), 2,5-3,75 cm (bayi)
24 Mengalirkan cairan enema dengan membuka klem dan meninggikan container perlahan: 30-45 cm (untuk enema tinggi) dan 7,5 cm (untuk enema rendah)
25 Merendahkan wadah atau klem selang jika klien mengeluh merasakan kram atau jika cairan keluar dari sekitar selang rektum.
26 Menarik kanul perlahan, bila sudah selesai
27 Menganjurkan klien menahan 5-10 menit atau sesuai kemampuan klien (untuk anak, rapatkan gluteus beberapa menit)
28 Membantu klien defekasi dan bersihkan Fase Terminasi
29 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman 30 Mengumpulkan dan membersihkan alat
31 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan 32 Membaca hamdalah
33 Mengevaluasi respon klien 34 Memberi reinforcement positif
35 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
36 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. Evaluasi
37 Klien merasa nyaman dan bebas dari distensi abdomen Dokumentasi
38 catat waktu dan tanggal pemberian enema 39 catat tipe dan volume enema yang diberikan
40 catat karakteristik warna-jumlah-konsistensi feses yang keluar
41 catat komplikasi yang terjadi selama dan sesudah pemberian
42 catat toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Medikal Bedah 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased
Guide to Planning Care, 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd.
3. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012).
Nursing Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
4. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical
Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:ElsevierInc.
5. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
6. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERAWATAN KOLOSTOMI
No Dokumen 264/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/3 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 04-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan Perawatan Kolostomi dengan benar
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan Perawatan Kolostomi
2. Menjelaskan tahapan prosedur Perawatan Kolostomi
3. Menerapkan Perawatan Kolostomi secara benar
Pengertian
Merawat luka stoma kolon pada abdomen yang berfungsi sebagai alat eleminasi fekal
akhir pada klien.
Tujuan Perawatan Kolostomi
1. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau daerah insisi
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Menjaga fungsi kolostomi untuk tetap dalam kondisi yang baik
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji jenis kolostomi yang digunakan klien
2 Kaji advis dokter yang berhubungan dengan tindakan perawatan kolostomi
3 Kaji jenis, penampilan, dan lokasi kolostomi 4 Kaji tingkat kebersihan kolostomi
5 Diagnosa keperawatan yang sesuai: •
Fase pre interaksi 6 Mempersiapkan alat
• Handscond steril • Perlak dan pengalas • Pinset anatomis
• Kom berisi kapas + larutan NaCl 0,9% • Kom berisi kassa steril
• Kantong colostomi • Bengkok
7 Mencuci tangan Fase Orientasi
8 Memberi salam dan menyapa nama klien 9 Memperkenalkan diri
10 Melakukan kontrak
11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 13 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
14 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik
15 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran 16 Memasang handscoon bersih
17 Memasang perlak pengalas pd pasien dibagian kanan/kiri sesuai letak lubang colon yang dikeluarkan atau kulit stoma 18 Meletakkan bengkok diatas perlak dan didekatkan ke
tubuh pasien
19 Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan pinset dan tangan kiri menekan kulit pasien
20 Memasang handschoon steril
21 Membersihkan kulit stoma dengan kapas NacL 0,9%* 22 Membersihkan stoma dengan kapas Nacl 0,9% * 23 Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kapas steril 24 Membuka perekat kantong kolostomy
25 Menempelkan kantong kolostomy dengan posisi yang benar
26 Merapikan kembali alat-alat dan membuang sampah 27 Melepas sarung tangan
Fase Terminasi
28 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman 29 Membaca hamdalah
30 Mengevaluasi respon klien 31 Memberi reinforcement positif
32 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
33 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala keluhannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi). Dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. 34 Mengumpulkan dan membersihkan alat-alat
35 Mencuci tangan Evaluasi
36 Adanya tanda-tanda infeksi dan kondisi kolostomi 37 Toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan Dokumentasi
38 Lokasi dan jenis kolostomi 39 Status kolostomi sebelumnya 40 Toleransi klien terhadap prosedur
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Medikal Bedah 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased Guide
to Planning Care, 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd. 3. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012). Nursing
Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
4. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:ElsevierInc.
5. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
6. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing, Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMASANGAN KATETER
No Dokumen 265/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/6 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 04-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan kateter
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan pemasangan kateter
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemasangan kateter 3. Menerapkan pemasangan kateter secara benar
Pengertian
Kateterisasi adalah memasukkan selang plastik atau selang karet melalui uretra ke dalam kandung kemih.
Tujuan
1. Kateter memungkinkan mengalirkan urine yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi.
2. Sebagai alat untuk mengkaji haluaran urine per jam pada klien dengan status hemodinamika tidak stabil.
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Waktu terakhir kali klien berkemih
2 Kondisi patologis yang dapat merusak jalan masuk kateter (mis; pembesaran prostat)
3 Usia
5 Alergi
6 Meninjau ulang program dokter untuk kateterisasi 7 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
• Gangguan eliminasi urin : Inkontinensia urinarius (fungsional, overflow, stress)
• Gangguan eliminasi urin : Retensi urinarius Fase pre interaksi
8 Mempersiapkan alat • Sarung tangan steril. • Sarung tangan bersih. • Kom berisi air hangat. • Duk steril.
• Perlak.
• Selimut mandi.
• Kateter folley sesuai ukuran, dewasa : 14 – 22 F, Pria 18 – 20 F, Wanita 14 – 16 F, anak 8 – 10 F (1 F : 0,33mm).
• Urine bag dan gantungannya. • gel.
• Kasa steril • Bola kapas.
• Pinset anatomis steril.
• Bengkok ( 2 untuk kateter sementara). • Spuit ukuran 10cc atau 50cc.
• NaCl 0,9% atau aquades steril (20-30cc). • Plester dan gunting
9 Mencuci tangan Fase Orientasi
10 Memberi salam dan memperkenalkan diri
11 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama,tanggal lahir dan mencocokkann dengan gelang identitas pasien)
12 Melakukan kontrak
13 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 14 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 15 Meminta ijin melakukan tindakan
Fase Kerja
16 Membaca basmalah dan memasang tirai/penutup
17 Menggunakan sarung tangan bersih 18 Memasang perlak di bawah bokong klien 19 Mengatur posisi klien
a. Wanita : bantu untuk mengambil posisi dorsal rekumben (telentang dengan lutut di tekuk) dengan merelaksasikan paha sehingga tungkai dapat di topang bantal.
b. Pria : bantu untuk mengambil posisi dengan paha sedikit di abduksi.
20 Menyelimuti klien
a. Wanita : selimuti klien dengan selimut mandi.Mulai dari dada sampai paha. Tinggikan gaun di atas panggul.
b. Pria : selimuti badan bagian atas dengan selimut mandi dan tutupi ektremitas bagian bawah dengan selimut klien sehingga hanya bagian genetalia yang terpajan.
21 Memberikan perawatan perineum dengan air hangat dan bola kapas sekali hapus
a. Wanita : dengan tangan non dominan buka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk, dengan tangan dominan, ambil bola kapas yang sudah terendam air hangat dengan pinset dan memulai membersihkan genitalia dari arah depan ke belakang, klitoris ke anus.
b. Pria : pegang batang penis dengan tangan non dominan, sedangkan tangan dominan mulai membersihkan penis mulai dari meatus menggunakan gerakan melingkar ke arah bawah
batang penis menggunakan pinset, dan mengulangi proses ini selama 3 kali
22 Memberi lampu penerangan yang difokuskan ke daerah perianal, bila perlu
23 Meletakkan bola kapas yang sudah terpakai ke dalam bengkok, kemudian ambil bengkok, lepas dan buang sarung tangan
24 Membuka peralatan kateterisasi dan kateter
25 Menuangkan gel pada kasa steril secukupnya (jika sendiri) 26 Membuka bagian depan bungkus kateter (hati-hati kateter
jangan tersentuh dengan tangan tidak steril) 27 Mengenakan sarung tangan steril
28 Memasang duk steril
a. Wanita : tempatkan duk di atas perlak di antara paha klien.
b. Pria : tempatkan duk di atas paha tepat di bawah penis
29 Mengambil kateter dibagian yang steril dan Mengoleskan gel di sepanjang sisi ujung kateter
30 Mengambil kateter dengan tangan dominan dan mulai memasukkan
a. Kateter Sementara
1) Wanita : buka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk labia bagian meatus, minta klien menarik nafas, masukkan sekitar 5 sampai 7,5 cm pada orang dewasa dan 2,5 cm pada anak atau sampai urine keluar.
2) Pria : tinggikan penis dengan tangan non dominan, masukkan kateter 17,5 sampai 22,5 cm pada orang dewasa, 5 sampai 7,5 cm pada anak kecil atau sampai urine keluar.
b. Kateter Menetap : masukkan lagi kateter sepanjang 2,5 – 5 cm, jangan dipaksakan bila ada tahanan. 31 Untuk kateter sementara: kumpulkan spesimen urin sesuai
kebutuhan dengan memegang pangkal kateter di tangan yang dominan di atas wadah spesimen. Dengan tangan dominan, tekuk kateter untuk menghentikan sementara aliran
urin dan kemudian lepaskan kateter untuk memungkinkan sisa urine di dalam kandung kemih keluar ke dalam wadah pengumpul spesimen. Tutup wadah spesimen dan letakkan di pinggir untuk di beri label. Biarkan kandung kemih benar-benar kosong dengan menampungnya pada bengkok, lepaskan kateter sekali pakai. Tarik kateter dengan perlahan dan lembut sampai terlepas.
32 Untuk kateter menetap : masukkan cairan ke pangkal kateter tempat injeksi cairan, setelah cairan sudah dimasukkan sesuai takaran kemudian tarik perlahan untuk merasakan adanya tahanan; sambungkan pangkal kateter ke selang penampung dan kantung drainase jika belum disambungkan. 33 Memfiksasi kateter
a. Wanita :paha bagian dalam, jangan terlalu kencang/tegang.
b. Pria : abdomen bagian bawah atau di puncak paha dengan posisi penis mengarah ke abdomen
Tempatkan kantung pada posisi tergantung 34 Mengangkat perlak/pengalas
35 Mengganti selimut mandi dengan selimut klien
Fase Terminasi
36 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman 37 Mengumpulkan dan membersihkan alat
38 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan 39 Membaca hamdalah
40 Mengevaluasi respon klien 41 Memberi reinforcement positif
42 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
43 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
Evaluasi
44 Kontrol tanda-tanda vital sesudah pemasangan dan kesadaran klien
43 Palpasi kandung kemih dan tanyakan rasa tidak nyaman yang timbul
44 Kontrol posisi kateter, drainage urine ke urine bag 45 Observasi karakteristik dan jumlah urin yang keluar
Dokumentasi
46 Prosedur pelaksanaan, kondisi perineum dan meatus uretra 47 Waktu pemasangan, konsistensi, warna, bau, dan jumlah
urin
48 Reaksi klien pada saat pemasangan kateter
49 Tipe, ukuran kateter, jumlah cairan yang digunakan untuk membuat balon
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Medikal Bedah 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased Guide
to Planning Care, 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd. 3. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012). Nursing
Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
4. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:ElsevierInc.
5. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
6. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing, Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
HEMODIALISIS
No Dokumen 266/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/8 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 04-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan tindakan Hemodialisis secara benar
Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan pemberian Hemodialisis
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemberian Hemodialisis 3. Menerapkan pemberian Hemodialisis secara benar.
Pengertian
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa metabolism melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat melewati membrane semi permeable secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi
Tujuan Pemberian Hemodialisis
1. Menolong pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati dengan terapi konservatif.
2. Menolong pasien dengan gagal ginjal terminal sehingga fungsi ginjalnya dapat dipertahankan secara optimal.
3. Meminimalkan komplikasi selama Hemodialisis
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji apakah klien pernah mendapat hemodialisis sebelumnya
2 Kaji apakah sudah ada hasil pemeriksaan
Laboratorium : Ureum, Serum Kreatinin, Kalium, Hb dan Hematokrit,
3 Kaji TTV
4 Diagnosa keperawatan yang sesuai: •
Fase pre interaksi 5 Persiapan Mesin
1. Listrik
2. Air yang sudah diubah dengan cara filtrasi: Softening, Deonisasi, Reverse Osmosis, Sistem sirkulasi dialisat, system proportioning dan asetat/bikarbonat
3. Sirkulasi darah: dialyzer, priming Persiapan Alat 1. Dializer 2. Transfusi set 3. AV Blood Line 4. AV Fistula 5. Heparin 6. Lidocain 7. Kassa steril 8. Duk steril 9. Kom kecil
10. Desinfektan (alkohol/ bethadine) 11. Spuit 12. NaCl 0,9% 13. Swab alkohol 14. Alas perlak 15. Tensimeter 16. Timbangan 17. Termometer 18. Tempat sampah
19. Apron, kacamata google, masker dan sarung tangan
6 Mencuci Tangan Fase Orientasi
7 Memberi salam dan memperkenalkan diri
8
Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir, dan mencocokkan dengan gelang identitas)
10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 12 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
13 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik
14 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran.
15 PRA HEMODIALISA
Pakai apron, kacamata google, masker dan sarung tangan bersih.
16 Observasi TTV klien sebelum pelaksanaan hemodialisis 17 Sambungkan:
a. Normal saline dengan set infus b. Set infus dengan selang darah arteri c. Selang darah arteri dengan dialyzer d. Dializer dengan selang darah venous 18 Masukkan selang segmen kedalam pompa darah, putar
pompa darah dengan menekan tombol tanda atau (pompa akan otomatis berputar sesuia arah jarum jam)..”Sirkulasi Terbuka”
19 Pengisian normal salin 500 cc dengan Qb 100 Rpm. Aktifkan pompa darah (Qb) selama 2-3 menit, tujuannya untuk membuang zat ETO dalam dialyzer.
20 Lanjutkan pengisian Normal salin 1000 cc dengan Qb 200 Rpm “Sirkulasi Tertutup” mesin tipe S
Pengisian Normal saline 500 cc . Tekan tombol Menu UF: Isilah UFG: 500 pilih tombol V untuk memindahkan menu Isilah time left: 10 (dialyzer baru) atau isilah time left : 20 (dialyzer reuse)
Tekan tombol confirm
Tampilan otomatis pada monitor terisi UFG : 500, time left :10’ atau 20’
Putarlah Qb 350 Rpm selama sirkulasi tertutup. “Sirkulasi Tertutup” mesin tipe B.
Pengisian Normal saline 500 cc
Lanjutkan Priming dengan normal salin 1000 cc, putar Qb dan Rpm
Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah vena
Semua klem dibuka kecuali klem heparin
Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan “preparation” artinya concentrate dan RO telah tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai normal (13.8 – 14.2). Pada keadaan”preparation, selang concentrate bisa disambung ke dialyzer.
Lakukan sirkulasi dalam, caranya sambungkan ujung blood line arteri venosa
Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit Putarlah kecepatan aliran darah pump 350 rpm
Hidupkan tombol UF ke posisi “on”, mesin otomatis melakukan ultrafiltrasi( cairan normalsaline akan otomatis berkurang sebanyak 500 cc dalam kurun waktu 10 menit Setelah UF mencapai 500 cc akan muncul dilayar “UFG reached” yang artinya UFG sudah tercapai
Pemberian heparin pada selang arteri. Beri heparin sebanyak 1500 -2000 unit pada selang arteri
Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin mengisi keseluruh selang darah dan dialyzer, beri kecepatan 100 Rpm
Dializer siap pakai ke pasien, sambil menunggu pasien matikan flow dialisat agar concentrate tidak boros
Catatan:
Jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100rpm sirkulasi untuk membuang formalin (UFG 500, time life 20 menit dengan Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan salin sebanyak 2000 cc.
21 PUNKSI AKSES VASCULER
1. Observasi TTV dan keadaan umum klien
3. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi
4. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke dalam bak steril)
5. Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoon 6. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi
7. Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine dan alcohol
8. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan anestesi lokal, kemudian desinfeksi
9. Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi 22
MEMULAI HEMODIALISA
1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line diklem
2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left
3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar + jumlah makan saat hemodialisa 4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik 5. Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram 6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di gallon. Na = 140 mmol) 7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C) 8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien 9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
10. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri
11. Matikan (klem) selang infus
12. Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet) Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab dengan kassa betadine sebagai desinfektan
13. Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
14. Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
15. Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika aliran tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula
16. Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi ¾ bagian
17. Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya cairan sisa priming
18. Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa darah
19. Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet
20. Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya diberi kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-masing sambungan dikencangkan) 21. Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus ditutup
22. Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa darah dari 100 rpm sampai dengan yang diinginkan
23. Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis” 24. Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu monitor, on, dialysis start, pompa, heparin, UF dan Flow)
25. Rapikan peralatan
23 MONITORING SELAMA HD
Monitor TTV dan tanda-tanda alergi pre, intra, dan post hemodialysis
24 Membaca hamdalah
25 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman 26 Mengevaluasi respon klien
27 Memberi reinforcement positif
28 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
29 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala keluhannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
30 Kumpulkan dan bersihkan alat-alat
31 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan Evaluasi
32 Pantau TTV
33 Pantau adanya reaksi alergi 34 Evaluasi respon klien 35 Evaluasi diri perawat Dokumentasi
36 Nama klien, tanggal dan jam dilakukannya hemodialisa. 37 Hasil observasi tanda-tanda reaksi pasca hemodialisa dan
respon klien
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Medikal Bedah 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased
Guide to Planning Care, 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Barber B, Robertson D, (2012).Essential of Pharmacology for Nurses, 2nd edition, Belland
Bain Ltd, Glasgow
3. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte
Ltd.
4. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012).
Nursing Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
5. Dudek,S. G. (2013). Nutrition Essentials for Nursing Practice, 7th. Lippincott: William
Wilkins Grodner M.,
6. Escott-Stump S., Dorner S. (2016) Nutritional Foundations and Clinical Applications: A
Nursing Approach. 6th edition. St. Louis: Mosby Elsevier
7. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical
Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:ElsevierInc.
8. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
9. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
IRIGASI KANDUNG KEMIH
No Dokumen 267/FIK.3/B/2019 No Revisi 01 Halaman 1/4 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
Tanggal Terbit 04/08/2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu irigasi kandung kemih dengan benar
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan irigasi kandung kemih
2. Menjelaskan tahapan prosedur irigasi kandung kemih 3. Menerapkan irigasi kandung kemih secara benar.
Pengertian
Memberikan cairan dalam bledder untuk membersihkan bledder.
Tujuan Irigasi kandung kemih
1. Membersihkan bladder
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian 1 Kaji bledder 2 Kaji kesiapan klien 3 Kaji kesiapan perawat
4 Kaji kebutuhan klien terhadap prosedur 5 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
• Nyeriakut
Fase pre interaksi 6 Mencuci tangan 7 Mempersiapkan alat
• Larutan irigasi steril
• Selang irigasi dengan klem • Pole IV • Kapas antiseptic • Wadah metric • Konektor Y • Selimut mandi k/p • Sarung tangan Fase Orientasi
8 Memberi salam dan menyapa nama klien 9 Memperkenalkan diri
10 Melakukan kontrak
11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan Fase Kerja
13 Membaca basmalah 14 Menjaga privasi klien
15 Atur posisi klien agar nyaman dan tidak menghambat aliran selang
16 Kaji abdomen bawah terhadap tanda distensi kandung kemih
17 Menggunakan antiseptic, masukkan ujung selang irigasi dalam kantong yang berisi larutan irigasi
19 Buka klem dan biarkan larutan mengalir melalui selang pertahankan akir selang steril
20 Usap por irigasi dari cateter berlumen tripel atau hubungkan konektor Y ke kateter lumen ganda (pastikan terhubung kuat)
21 Untuk aliran intermiten, klem selang pada system drainase dan buka klem pada system irigasi dan alirkan sejumleh cairan yang diharuskan masuk
22 Untuk irigasi kontinyu, hitung tetesan dan sesuaikan klem pada selang, pastikan selang pada drainase terbuka dan control volume cairan yang masuk
23 Buang alat yang terkontaminasi, lepas sarung tangan dan cuci tangan
24 Catat jumlah cairan yang digunakan sebagai irigasi, jumlah yang keluar dan konsistensi drainase
Terminasi
25 Membaca hamdalah 26 Mengevaluasi respon klien 27 Memberi reinforcement positif
28 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
29 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. Evaluasi